MAKALAH Sejarah Islam Indonesia Kel.4 PAI 4B

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 17

MAKALAH

SEJARAH ISLAM INDONESIA


“Memahami dan Mengetahui Islam dan Pancasila”

Dosen pengampu: Erwin Padli, M.Hum

Kelompok 4 PAI 4B :
Ilham Jibran (210101055)
Nurhafifah (210101040)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT, dzat yang maha mengetahui segala sesuatu
yang tidak pernah diketahui oleh manusia. Saya bersyukur dan berterima kasih kepada
Allah SWT karena hanya atas pertolongan dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan
makalah kami. Makalah ini disusun sebagai pendukung proses belajar perkuliahan dan
juga sebagai penunjang tugas yang diberikan oleh dosen pengampu kami di mata kuliah
“Sejarah Islam Indonesia”, mengenai “Memahami dan Mengetahui Islam dan Pancasila”

Saya menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak mungkin dapat


terselesaikan dengan baik tanpa bantuan berbagai pihak. Untuk itu kami sampaikan
ucapan terima kasih kepada bapak dosen pengampu, yakni bapak Erwin Padli, Semoga
amal baiknya mendapat imbalan yang berlipat ganda dari Allah SWT. “Tiadalah
balasan bagi setiap perbuatan yang baik kecuali kebaikan pula (pahala)” (Q.S Ar-
Rahman : 60).

Terakhir, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi penyempurnaan laporan penelitian ini dan saya berharap
semoga laporan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.

Mataram, 10 Maret 2023

penyusun
DAFTAR ISI

COVER..............................................................................................................................
KATA PENGANTAR........................................................iError! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI.......................................................................Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN....................................................Error! Bookmark not defined.

A. Latar belakang..............................................................Error! Bookmark not defined.

B. Rumusan Masalah......................................................................................................

C. Tujuan Penulisan..........................................................Error! Bookmark not defined.

BAB II PEMBAHASAN.....................................................Error! Bookmark not defined.

A. Pertentangan Islam dengan Pancasila........................Error! Bookmark not defined.

B. Darul Islam.................................................................................................................

C. Posisi Islam Dalam Pembentukan Dasar Negara Indonesia..................................

D. Piagam Jakarta Isalam dan Pancasila Sebuah Landasan Ideologi.......................

BAB III PENUTUP.............................................................................................................

Kesimpulan...............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Masa Indonesia merdeka adalah saat paling penting dalam sejarah
ketatanegaraan Indonesia. Nilai kepentingan itu bukan saja tergantung pada
hadirnya kemerdekaan, tetapi lebih jauh juga akan membawa perubahan nilai-
nilai yang revolusioner dalam tata hukum di Indonesia. Bagi Hukum Islam, itu
juga merupakan perjuangan dapat atau tidaknya konsepsi Islam yang
mendasarkan kepada keseimbangan kehidupan dunia dan akhirat itu ditegakkan
dan menjadi dasar tata hukum di Indonesia.
Ketika UUD RI yang akan disahkan, disepakati bahwa dasar negara
Republik Indonesia adalah Pancasila, dimana sila pertamanya berbunyi
Ketuhanan Yang Maha Esa. Semula sila ini disepakati berbunyi Ketuhanan
dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
Perubahan itu sebagai bukti toleransi tokoh Islam demi untuk kesatuan dan
persatuan bangsa serta keutuhan dan kelestarian Republik Indonesia yang baru
saja diproklamirkan.1
Penghapusan tujuh kata dalam Piagam Jakarta bukan saja sebuah
pengorbanan umat Islam yang bertujuan memelihara keutuhan negara Indonesia,
tetapi berbuah pada hilangnya ligetimasi berlakunya hukum Islam dalam tatanan
hukum nasional. Dengan tidak dicantumkannya kata kewajiban melaksanakan
syari’at Islam bagi pemeluknya pada UUD 1945, apakah pemberlakuan hukum
Islam atau syari’at Islam telah benar-benar kehilangan hukum dasar. Sehingga
untuk memberlakukan hukum Islam dalam sistem hukum Nasional harus diatur
dan sesuai dengan tata hukum Indonesia. Ataukah masih ada celah yang dapat

1
Pancasilawati, Abnan. "UPAYA LEGITIMASI SYARI’AT ISLAM DALAM HUKUM NASIONAL
(Dialektika Sejarah UUD 1945 dan Piagam Jakarta)." Mazahib (2007).
dipahami untuk menampik asumsi itu, atau barangkali hukum Islam harus benar-
benar terpisah dengan persoalan bernegara.
Oleh sebab itu, makalah ini kami susun untuk mengetahui sejarah dari
pertentangan islam dan pancasila dalam pembentukan dasar ideologi Negara
Republik Indonesia dan peran islam dalam pembentukan dasar negara indonesia,
dengan mengetahui dan memahami isinya yang dijadikan landasan ideologi
negara.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah pertentangan Islam dengan Pancasila
2. Bagaimana sejarah Darul Islam
3. Dimana posisi Islam dalam pembentukan dasar negara indonesia
4. Apa saja isi Piagam Jakarta serta pemahaman Islam dan Pancasila sebagai
sebuah landasan ideologi
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui sejarah pertentangan Islam dengan Pancasila
2. Memahami sejarah Darul Islam
3. Mengetahui posisi Islam dalam pembentukan dasar negara indonesia
4. Mengetahui isi Piagam Jakarta serta pemahaman Islam dan Pancasila
sebagai sebuah landasan ideologi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pertentangan Islam Dengan Pancasila


Proses merdeka bangsa Indonesia bukan suatu hal yang mudah untuk
didapatkan, tentunya membutuhkan waktu yang sangat lama dengan perjuangan
yang gigih dari para pahlawan. Dalam memperjuangkan kemerdekaan negara
Indonesia menyebabkan lahirnya banyak tokoh dengan berbagai macam aliran
pemikirannya yang disebabkan oleh beberapa faktor tentunya, yaitu latar belakang
agama, lingkungan dan sebagainya. Contohnya soekarno dengan aliran pemikiran
nasionalisnya, D.N Aidit dengan pemikiran komunisnya, dan Mohammad Natsir
dengan pemikiran keislamannya. pada sidang Konstituante yang membahas dasar
negara, terdapat tiga pilihan yang diajukan yaitu, Islam, Pancasila, dan Sosial-
Ekonomi.2
Pada awalnya, Mohammad Natsir menerima bahkan membela pancasila
sebagai dasar negara meski ia saat itu sangat memperjuangkan agar islam sebagai
dasar negara. Menurutnya posisi pancasila dalam islam, bahwa nilai-nilai
pancasila tidak bertentangan dengan nilai-nilai islam bahkan sejalan dengan Al-
Qur’an. Dalam sebuah pidatonya ia menyatakan bahwa pancasila merupakan dasar
spiritual, moral dan etis bangsa dan negara islam. Namun ia juga mengatakan
bahwa bukan berarti pancasila itu islam, tetapi mengandung tujuan islam. Beliau
juga berpendapat bahwa semua sila dalam pancasila tidak akan ada artinya tanpa
sila yang pertama. Hal tersebut didukung juga oleh soekarno.

2
Mhd. Alfahjri Sukri, Islam dan Pancasila dalam Pemikiran Mohammad Natsir, Jurnal Alfuad,
Vol. 3, No. 1, 2019, hlm. 82-83
Penerimaan mohammad natsir tentang pancasila tersebut berubah setelah
tahun 1955, beliau berubah menjadi orang yang menentang pancasila, hal ini
terlihat dari sidang Konstituante dalam membahas dasar negara, ia
memperjuangkan islam sevagai dasar negara. Perubahan sikap beliau tersebut
menurut Kholid O. Santosa sebagaimana dikutip oleh Alfahjri, disebabkan oleh
tiga hal yaitu:
1. Pemikiran Soekarno yang menganggap bahwa pancasila adalah konsep
murni yang digali dari realitas kehidupan masyarakat Indonesia yang tidak
berkaitan dengan Islam, melainkan menunjuk pancasila sebagai pedoman
yang sudah ada dalam buku kertagama. Dengan begitu pancasila tidak
dikaitkan dengan nilai-nilai islam
2. Pertentangan ideologi secara terbuka oleh antara masyumi dan komunis,
dan mohammad natsir memandang bahwa paham komunis telah melanggar
sila ketuhanan yang maha esa
3. Terjadinya ketidakjelasm dan kekaburan fungsi dan posisi pancasila3
Disamping adanya pihak yang Pro dan Kontra terhadap Pancasila, terdapat
pula pendapat atau pihak ketiga, yaitu bersikap fleksibel, yang bisa menerima
segala kebijakan rezim, terutama yang berkaitan dengan persoalan hubungan
agama dan negara yang melahirkan pola simbiotik. Pola ini memandang agama
dan negara berada dalam posisi seimbang dengan hubungan timbal baik dan saling
memerlukan. Tokoh-tokoh yang berpandangan ini meyakini bahwa meskipun
agama islam tidak menjadi agama negara secara formal, tapi islam memberikan
kontribusi besar berupa etika dan moral untuk penataan kehidupan bernegara. 4
Perlu digaris bawahi bahwa pro dan kontra terkait pancasila sering terjadi
karena pancasila bukanlah kitab suci, namun adalah hasil buah pikiran atau
rumusan yang dibuat oleh manusia yang memang bukan makhluk yang sempurna.

3
Ibid. hlm 94.
4
Erik Darmawan, Hubungan Agama dan Negara Studi Terhadap Pemikiran Hidayat Nataatmadja
Mengenai Hubungan Islam dan Pancasila. Medina, Vol. 13, No. 2, 2017, hlm. 153.
Tapi perlu diketahui juga bahwa bagaimanapun nilai-nilai yang terkandung dalam
pancasila sesuai dengan ajaran islam.5

B. Darul Islam
Kata darul islam berasal dari bahasa arab yang secara harfiah berarti rumah,
atau daerah, wilayah islam. Makna kata dar bersifat umum, artinya tidak dipakai
untuk daerah saja, namun juga negara. Dengan syarat:
1. Penduduknya menganut agama islam dengan tak bersyarat dan
pemerintahnya yang beragama islam menguasai golongan kafir dzimmi
2. Umat islam di daerah tersebut dapat menjalankan kewajiban agama dengan
bebeas
3. Shalat jum’at atau hari raya dapat dilakukan di daerah tersebut
Jadi dapat disimpulkan bahwa darul islam adalah, umat islam dapat
menjalankan kewajiban beragama secara bebas, cara memperolehnya bersifat
‘anwatan, karena sesuai dengan situasi politik dalam masa perang kemerdekaan,
yaitu tahun 1945-1950.6
Yang juga perlu diperhatikan adalah, bahwa yang juga menjadi mula dari
terbetuknya gerakan DI ini, sebagai akibat dari politik kebijaksanaan Jepang
yang memberi keleluasaan terhadap pemimpin-pemimpin Islam untuk
memobilisasi rakyat—sehingga leluasa berpolitik—untuk mengadakan kegiatan
keagamaan (indoktrinasi) dan kegiatan sosial. Sementara sebelumnya, pada saat
Belanda berkuasa, kegiatan politik kaum agamawan tidak diperbolehkan.
Kebijakan Jepang ini bisa dipahami sebagai alasan politik untuk memecah belah
bangsa Indonesia. Gerakan Islam semakin tumbuh dan pengikutnya banyak dan
patut diperhitungkan. Maka di saat yang sama, Jepang juga menebarkan
propagandanya agar para pemimpin Islam leluasa menarik anggotanya ke
kelomponya. Sehingga tak jarang terjadi benturan dengan pemrintah daerah. Dan
5
M. Saifullah Rohman, Kandungan Nilai-Nilai Syariat Islam Dalam Pancasila, Millah, Vol. 13,
No 1, 2013, hlm 215.
6
MH. Budi Santoso, Darul Islam: Pemberontakan Di Jawa Barat, Dunia Pustaka Jaya, 2018,
2018, hlm 11-12.
pada akhirnya terpecahlah kelompk-kelompok lokal ini. Inilah perwujudan
politik jepang paling nyata. Tetapi lama-kelamaan masyarakat muslim kecewa,
lantaran apa yang mereka kerjasamakan dengan Jepang tidak sesuai dengan apa
yang selayaknya mereka terima. Sehingga gejolak untuk melakukan revolusi
sosial seringkali terjadi.7
Kartoswirjo menahan diri untuk tidak memproklamirkan NII (Negara Islam
Indonesia)/DI selama setahun. Selama itu ia merasa semakin menjadi raja di
Jawa Barat. Ia menganggap menjadi pemimpin gerilya anti Belanda di sana. Pada
7 Agustus 1949 NII secara resmi diproklamasikan di desa Cisampang. Sebagai
sebuah negara yang berasaskan Islam, Kartoswirjo dan kawan-kawan
membentuk konstitusi yang ia sebut dengan Kanun Azazy. Pemerintahannya
disebut dengan republik. Pemimpinnya disebut dengan Imam (Dewan Imamah).
Dan membentuk dewan penasihat atau dewan fatwa yang bertugas memberi
nasehat pada pemerintahan. NII terus bertahan, dan bahkan meluaskan
kekuatannya pada beberapa tahun setelah pembentukannya pada akhir-akhir
1950-an, bahkan mencapai puncak kekuatannya pada akhir-akhir 1957-an.
Pasukannya ketika itu mencapai 13.129 dengan senjata api sekitar 3000- an. Pada
waktu itu tak ada seorang prajurit Republik Indonesia yang berani massuk ke
wilayah Darul Islam yang dinyatakan secara de facto. Di Tasikmalaya mereka
hampir menguasai 1/5 dari penduduknya. Dan mereka melakukan serangan
melalui tembakan, baik dari dalam maupun di luar kota baik di Tasikmalaya
sendiri maupun di Garut. Dari laporan tiap tiga bulannya, korban yang terbunuh
arena serangan itu berjumlah ratusan orang, ribuan rumah terbakar, ada juga
korban perampokan yang jumlahnya ribuan juga. Brutal. Motif penyerangannya,
Suatu desa diserang karena dicurigai terlibat konspirasi dengan tentara Republik.
Atau dengan alasan lain, yaitu merampok penduduk desa dengan legitimasi harta
rampasan perang atau ghanimah sebagaimana dahulu terjadi di dunia Islam sejak
zaman nabi. Maka pada saat itulah NII atau DI menjadi ancaman yang sangat

7
Ghofar Asnanto, Gerakan Darul Islam: Catatan Kecil dari Pengalaman Sejarah, Siasat, hlm. 60
berat bagi Republik. Selain itu pendudk desa yang ditengarai berkonspirasi
dengan tentara republik, mereka diculik dan dipaksa masuk NII. Namun yang
demikian bukan berarti tentara Republik tidak cukup sukses dalam menumpas
NII, mereka juga mengejar pasukan NII dan menangkap pemimpinnya, bahkan
dibunuh. Yang menyebabkan tentara Republik juga berhasil melakukan
penangkapan ini karena ada faktor internal yang menyebabkan Darul Islam
terpecah. Hal itu dari faktor perebutan kekuasaan di kalangan ulul amri:
perebutan kekuasaan imam dan wakil imam (naibul imam). Atau juga adanya
ketidakpuasan pembagian harta rampasan perang yang mereka sebut dengan
ghanimah. Tentara Republik mencapai puncak kesuksesannya ketika mereka
berhasil menangkap dan membunuh pemimpin NII ada waktu yang bersamaan
yaitu pada juli 1951. Itulah kesuksesan terbesar tentara RI.8

C. Posisi Islam Dalam Pembentukan Dasar Negara Indonesia

Semasa pergerakan menuju kemerdekaan negara Indonesia, dalam


pelaksanaan perumusan dasar negara yang penuh drama perdebatan dan
pertentangan dalam merumuskannya. Piagam Jakarta terpilih menjadi pembuka
jalan dalam mengawal tolak ukur ideologi dasar negara Indonesia. Besarnya
andil umat Islam yang begitu mendominasi mengakibatkan wacana utama Islam
sebagai dasar negara. Akan tetapi wacana tersebut tidak berjalan mulus,9 sebab
adanya polemik antara golongan nasionalis dan islamis. Golongan nasionalis,
mereka menginginkan agama pisah dari negara, pertentangan yang terjadi antara
dua golongan ini tidak hanya terjadi pada saat sebelum atau menjelang
kemerdekaan saja, akan tetapi stelah kemerdekaan juga, dimana sebelum
kemerdekaan terjadi polemik antara Natsir dan soekarno. Sementara menjelang
kemerdekaan, terjadi perdebatan antara golongan Islamis dan nasionalis terkait
bentuk negara yang akan dirumskan dalam UUD 1945. Polemik berlanjut disaat
8
Ibid. hlm 65.
9
https://www.baktinusa.id/kontribusi-umat-islam-di-indonesia-dalam-pembentukan-dasar-
negara-dengan-prinsip-toleransi/, diakses pada 11 maret 2023, pukul 21.45
indonesia telah mencapai kemerdaan, yang terjadi dalam konstituente dan
amandemen UUD 1945 dimasa reformasi.10

Memang tidak dapat dipungkiri bahwa bahwa para tokoh-tokoh pendiri


negara (fonding fathers), menganggap agama islam berperan penting dalam
membangun kesadaran nasional dan membentuk negara indonesia. Sebagian
besar dari mereka memandang ketuhanan sebagai hal yang fudemental dan
penting bagi negara. Akan tetapi mereka berbeda pandangan mengenai hubungan
agama dan negara. Inilah yang menyebabjan Kesatuan mereka terbelah menjadi
2 (dua) kelompok kekuatan politik utama yaitu “golongan nasionalis” dan
“golongan Islamis”. Golongan nasionalais berpandangan bahwa negara
hendaknya “netral” terhadap agama, sedangkan golongan Islamis berpandangan
bahwa negara tidak dapat dipisahkan dari agama.11

Terlepas dari berbagai polemik diatas agama Islam dalam konstruksi yang
didasrkan pada Pancasila dan UUD 1945, melalui prinsip ketuhanan Yang Maha
Esa memposisikan agama Islam sebagai unsur yang penting karena agama Islam
menjadi sumber nilai hukum yang positif dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Dalam menempatkan hubungan antara agama Islam dan Pancasila
sebagai ideologi tidak menyamakan dan tidak menyajarkan keduanya, karena
Pancasila bukan agama serta tidak dapat menggantikan agama. Namun nilai-nilai
universal yang terkandung dalam Pancasila selaras dengan prinsip-prinsip dasar
syari'at Islam, sehingga Pancasila tidak bertentangan dengan agama Islam, serta
tidak boleh dipertentangkan dengan agama islam.12

D. Piagam Jakarta, Islam dan Pancasila Sebuah Landasan Ideologi

10
Sadzali, Ahmad. "Hubungan agama dan negara di Indonesia: polemik dan implikasinya dalam
pembentukan dan perubahan konstitusi." Undang: Jurnal Hukum, Vol.3, No.2 Tahun 2020, Hlm 372
11
Sukirno, Sukirno. "Posisi Agama dalam Konstruksi Negara Republik Indonesia Berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945." Jurnal Hukum Caraka Justitia, Vol.1, No.2, Tahun 2021, Hlm 100
12
Ibid, Hlm 114
Isi piagam Jakarta (jakarta charter)
Piagam Jakarta ialah arsip historis hasil dari kompormi silang pihak Islam
dengan pihak kebangsaan atau golongan nasionalis yang tercipta dalam sidang
BPUPKI. Piagam Jakarta dikenakan untuk menjembatani perbedaan umat
beragama yang timbul di Indonesa. Piagam Jakarta atau biasa disebut Jakarta
Charter mempunyai semacam konsep yang disusun pada Rapat panitia sembilan
atau sembilan tokoh pada 22 Juni 1945. Naskah yang disusun dalam Piagam
Jakarta ialah semacam ringkasan dasar negera. 13
Berikut ini Rumusan Dasar Negera dalam Piagam Jakarta:
1) Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari‟at Islam bagi para
pemeluk-pemeluknya.
2) Kemanusian yang adil dan beradab.
3) Persatuan Indonesia.
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijksanaan dalam
pemusayawaratan perwakilan.
5) Ksosial bagi seluruh rakyat Indonesia.14

Para Founding fathers Republik ini, terutama Panitia Sembilan yang


berhasil merumuskan satu gentlement agreement yang sangat luhur disepakati
pada tanggal 22 Juni 1945. Dan hendaknya dipahami dan disadari oleh setiap
muslim, bahwa Negara ini lahir “berdasarkan Ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan syari‟at Islam bagi para pemeluk-pemeluknya” yang tercantum
pada pembukaan Piagam Jakarta. Namun para wakil-wakil Katolik dan
Protestan yang menyatakan bahwa bagian kalimat tersebut tidak mengikat
mereka, tapi hanya mengenai rakyat yang beragama., namun mereka
memandangnya sebagai bentuk diskriminasi terhadap mereka golongan
minoritas. Maka kemudian Hatta menemui beberapa pemimpin Islam untuk
membicarakan hal tersebut, diantaranya Ki Bagus Hadikusuma, Wahid Hasjim,

13
https://katadata.co.id/agung/berita/639ca17f6d069/mengenal-rumusan-dasar-negara-menurut-
piagam-jakarta, diakses pada 12 maret 2023, pukul 18.00
14
Kamaluddin, Imam. "TINJAUAN SADD DZARI’AH TERHADAP PENGHAPUSAN TUJUH
KALIMAT DALAM PIAGAM JAKARTA." Journal of Indonesian Comperative of Syari'ah Law Vol.4, No.1
Tahun 2021, Hlm.158
Kasman Singodimedjo, dan Teungku Muhammad Hasan. Dan dalam pertemuan
yang berlangsung pada tanggal 18 Agustus 1945 ini Hatta menjelaskan kepada
pihak Islam perihal apa yang disampaikan oleh golongan Protestan dan Katolik.
Dalam sidang pertemuannya Hatta mengusulkan 4 perubahan di dalam UUD
1945:

1) Kata “Mukaddimah” diganti dengan kata “Pembukaan”


2) Dalam Preambul (Piagam Jakarta), anak kalimat “berdasarkan kepada
ketuhanan dengan menjalankan syari‟t Islam bagi pemeluk-pemeluknya”
diubah menjadi berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa”.
3) Pasal 6 ayat 1 “presiden ialah orang Indonesia yang asli dan beragama
Islam” kata-kata “beragama Islam” dicoret.
4) Sejalan dengan perubahan yang kedua di atas, maka pasal 29 ayat 1 menjadi
“Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” sebagai pengganti
“Negara berdasarkan atas ketuhanan dengan kewajiban menjalanan syari‟at
Islam bagi pemeluk-pemeluknya”.15

Sebenarnya penetapan tujuh kata di atas, merupakan sebuah tuntutan dari


kelompok Islam terhadap bangsa sebagai jaminan ibadah yang baik dan tenang.
Tidak dapat dipungkiri bahwa agama Islam-lah yang tercatat dalam sejarah
menjadi solusi bagi perselisihan yang terjadi.17 Penerapan syari‟at Islam yang
tercermin di dalam tujuh kata tersebut merupakan perjuangan bagi seluruh umat
Islam di Indonesia.16

Islam dan Pancasila Sebagai Dasar Negara RI

15
Kamaluddin, Imam. "TINJAUAN SADD DZARI’AH TERHADAP PENGHAPUSAN TUJUH
KALIMAT DALAM PIAGAM JAKARTA." Journal of Indonesian Comperative of Syari'ah Law Vol.4, No.1
Tahun 2021, Hlm.160
16
Muhammad Mabrur, “penerapan Syari’at Islam: Problematika dan Wacana Solusi”,Al-
hadharah: Ilmu Dakwah, Vol.12, No.24, Tahun 2013, Hlm.96
Islam dan Pancasila bukanlah dua ideologi yang saling berbenturan. Islam
adalah sebuah ajaran yang utuh, yang mengedepankan nilai-nilai Ketuha-nan
sekaligus kemanusiaan dan kemasyarakatan. Khazanah Islam telah diletakkan
sebagai fondasi dalam ideologi Pancasila. Islam bukanlah Pancasila, akan tetapi
nilai-nilai Islam telah masuk ke dalam Pancasila yang hingga kini digunakan
sebagai ideologi bangsa Indonesia. Perdebatan antara golongan Islam dan
golongan Nasionalis harus menya-dari bahwasanya Islam dan Pancasila mampu
menciptakan proses dialogis, sehingga tak perlu lagi dibenturkan dalam dua
ideologi yang saling bertolak belakang sekaligus berhadap-hadapan.
Kemampuan para Bapak Bangsa dalam meletakkan fondasi ideologi bangsa yaitu
Pancasila mulai dengan fondasi tauhid sebagai tiang tengah utama Pancasila
yang mewarnai sila-sila dalam Pancasila mengakhiri benturan tersebut.17
Pancasila merupakan lima sila yang digunakan sebagai landasan dan
pedoman Negara Indonesia, dengan burung Garuda sebagai lambangnya. Setiap
negara pasti mempunyai dasar negara. Dasar negara ialah fundamen atau
pondasi dari bangunan suatu negara. Kuatnya fundamen sebuah negara akan
menguatkan berdirinya negara itu. Sedangkan kerapuhan fundamen suatu
negara yaitu disebabkan oleh lemahnya negara tersebut. Sebagai dasar negara
indonesia, pancasila sering disebut sebagai dasar falsafah negara (filosofische
gronslad dari negara), dan staats fundamentele norm, atau dapat diartikan
sebagai ideologi negara (staatsidee).18

Sebagai dasar negara Pancasila merupakan sebuah landasan dan pedoman


utama bagi masyarakat Indonesia dalam melaksanakan segala kegiatan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pancasila juga menjadi sumber dari
segala sumber hukum di Indonesia yang memiliki nilai nilai khas Negara

17
Fuad, Fokky. "Islam dan ideologi Pancasila, sebuah dialektika." Lex Jurnalica. Vol.9, No.3,
Tahun 2013
18
Handayani, Puji Ayu, and Dinie Anggraeni Dewi. "Implementasi Pancasila Sebagai Dasar
Negara." Jurnal Kewarganegaraan, Vol.5, No.1, Tahun 2021, Hlm.8
Kesatuan Republik Indonesia.19 Dasar formal kedudukan Pancasila sebagai dasar
Negara republic Indonesia adalah pembukaan UUD 1945 alinea ke 4 hal itu
secara yuridis menjelaskan bahwa pancasila sebagai dasar Negara.

BAB III
19
Safitri, Alvira Oktavia, and Dinie Anggraeni Dewi. "Pancasila Sebagai Dasar Negara Dan
Implementasinya Dalam Berbagai Bidang." EduPsyCouns: Journal of Education, Psychology and
Counseling, Vol.3, No.1, Tahun 2021, Hlm.90
PENUTUP
Kesimpulan
Terjadinya ketidakjelasm dan kekaburan fungsi dan posisi pancasila,
disamping adanya pihak yang Pro dan Kontra terhadap Pancasila, terdapat pula
pendapat atau pihak ketiga, yaitu bersikap fleksibel, yang bisa menerima segala
kebijakan rezim, terutama yang berkaitan dengan persoalan hubungan agama dan
negara yang melahirkan pola simbiotik. Terlepas dari berbagai polemik diatas
agama Islam dalam konstruksi yang didasrkan pada Pancasila dan UUD 1945,
melalui prinsip ketuhanan Yang Maha Esa memposisikan agama Islam sebagai
unsur yang penting karena agama Islam menjadi sumber nilai hukum yang positif
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tidak dapat dipungkiri bahwa agama
Islam-lah yang tercatat dalam sejarah menjadi solusi bagi perselisihan yang
terjadi. Penerapan syari‟at Islam yang tercermin di dalam tujuh kata tersebut
merupakan perjuangan bagi seluruh umat Islam di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Pancasilawati, Abnan. "UPAYA LEGITIMASI SYARI’AT ISLAM DALAM
HUKUM NASIONAL (Dialektika Sejarah UUD 1945 dan Piagam
Jakarta)." Mazahib (2007)
Mhd. Alfahjri Sukri, Islam dan Pancasila dalam Pemikiran Mohammad Natsir,
Jurnal Alfuad, Vol. 3, No. 1, 2019, hlm. 82-83.
Erik Darmawan, Hubungan Agama dan Negara Studi Terhadap Pemikiran
Hidayat Nataatmadja Mengenai Hubungan Islam dan Pancasila. Medina, Vol. 13, No.
2, 2017, hlm. 153.
M. Saifullah Rohman, Kandungan Nilai-Nilai Syariat Islam Dalam Pancasila,
Millah, Vol. 13, No 1, 2013, hlm 215.
MH. Budi Santoso, Darul Islam: Pemberontakan Di Jawa Barat, Dunia
Pustaka Jaya, 2018, 2018, hlm 11-12.
Ghofar Asnanto, Gerakan Darul Islam: Catatan Kecil dari Pengalaman
Sejarah, Siasat, hlm. 60
https://www.baktinusa.id/kontribusi-umat-islam-di-indonesia-dalam-
pembentukan-dasar-negara-dengan-prinsip-toleransi/, diakses pada 11 maret 2023,
pukul 21.45
Sadzali, Ahmad. "Hubungan agama dan negara di Indonesia: polemik dan
implikasinya dalam pembentukan dan perubahan konstitusi." Undang: Jurnal Hukum,
Vol.3, No.2 Tahun 2020, Hlm 372
Sukirno, Sukirno. "Posisi Agama dalam Konstruksi Negara Republik
Indonesia Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945." Jurnal Hukum Caraka Justitia,
Vol.1, No.2, Tahun 2021, Hlm 100
https://katadata.co.id/agung/berita/639ca17f6d069/mengenal-rumusan-dasar-
negara-menurut-piagam-jakarta, diakses pada 12 maret 2023, pukul 18.00
Kamaluddin, Imam. "TINJAUAN SADD DZARI’AH TERHADAP
PENGHAPUSAN TUJUH KALIMAT DALAM PIAGAM JAKARTA." Journal of
Indonesian Comperative of Syari'ah Law Vol.4, No.1 Tahun 2021, Hlm.158-160
Muhammad Mabrur, “penerapan Syari’at Islam: Problematika dan Wacana
Solusi”,Al- hadharah: Ilmu Dakwah, Vol.12, No.24, Tahun 2013, Hlm.96
Fuad, Fokky. "Islam dan ideologi Pancasila, sebuah dialektika." Lex Jurnalica.
Vol.9, No.3, Tahun 2013
Handayani, Puji Ayu, and Dinie Anggraeni Dewi. "Implementasi Pancasila
Sebagai Dasar Negara." Jurnal Kewarganegaraan, Vol.5, No.1, Tahun 2021, Hlm.8
Safitri, Alvira Oktavia, and Dinie Anggraeni Dewi. "Pancasila Sebagai Dasar
Negara Dan Implementasinya Dalam Berbagai Bidang." EduPsyCouns: Journal of
Education, Psychology and Counseling, Vol.3, No.1, Tahun 2021, Hlm.90

You might also like