04 PPK Anestesi Blok Syaraf Tepi

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 5

PANDUAN PRAKTEK KLINIS (PPK)

BLOK SYARAF TEPI

No. Dokumen No.Revisi Halaman


00 1/2
RUMAH SAKIT SPO/RSNS/PPK/004
UMUM
NURUSSYIFA

Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh


PANDUAN 16 Agustus 2022
PRAKTEK Direktur RSU Nurussyifa
KLINIS

dr. Titi Wulandari


1. Pengertian (definisi ) Anestesia blok saraf tepi adalah pemberian obat anestesia pada saraf
tertentu di suatu bagian tubuh untuk menghilangkan sensasi nyeri
dari daerah tertentu pada tubuh
Melaksanakan tindakan anestesia blok saraf tepi dengan aman serta
2. Tujuan menghindari terjadinya resiko dan komplikasi
Pembedahan di daerah Bahu Pembedahan
di daerah Ekstremitas Atas
3. Indikasi Pembedahan di daerah Ekstremitas Bawah
a. Absolut
4. Kontra Indikasi - Pasien Menolak
- Infeksi kulit di daerah injeksi
b. Relatif
- Gangguan faal koagulasi
- Gangguan sensoris dan motorik
D. PROSEDUR 1. Dokter Anestesi melaksanakan pengkajian/ Asesment pra anestesi
untuk menilai kesiapan pasien sebelum dilakukan tindakan
anestesi
2. Puasa pre anestesi
a. Puasa pre anestesi pada tindakan elektif/ terencana. Puasa
(tidak makan dan minum) dilakukan sebelum tindakan dengan

1
lama waktu minimal :
1. Cairan jernih : 2 jam
2. Air Susu Ibu : 4 jam
3. Makan : 6 jam
b. Puasa pre anestesia pada tindakan darurat/ cito . Puasa (tidak
makan dan minum) dilakukan sebelum tindakan anestesia
dengan lama waktu yang dimulai sejak diputuskan akan
dilakuakn tindakan anestesia
3. Premedikasi /pemberian obat sebelum anestesia bisa diberikan
atau tidak sesuai kondisi pasien. Obat yang dapat diberikan yaitu :
a. Golongan Benzoadiazepin ;
1). Midazolam : 1 – 2,5 mg intravena
b. Golongan Antihistamin :
1). Diphenydramine : 12,5 – 50 mg intravena
2). Dexametasone : 4 mg intravena
c. Golongan Antiemetik :
1) Ondansetron : 4 mg intravena
2) Metoklopramid : 10 mg intravena
d. Golongan H2- Antagonis
1). Ranitidin : 50 mg intravena
4. Pengkajian / Asesmen Pra induksi Dokter anestesi
melakukan pengkajian sesaat sebelum melaksanakan
tindakan anestesi , meliputi pengkajian tanda – tanda vital
pasien, kesadaran pasien, riwayat anestesi pasien, kondisi
jalan nafas pasien , kondisi jantung pasien, ASA dan
Rencana tindakan serta alternatif anestesi
5. Tindakan Anestesi
a. Monitoring
1) Monitoring oleh dokter yang sudah dilatih ilmu
anestesiologi.
2) Monitoring fisik pasien :
a) Oksigenasi dengan oksimeter (pulse oymetri)
b) Ventilasi di evakuasi terus menerus dengan pemeriksaan
klinis :
i. Pergerakan dinding dada dan atau
ii. Pergerakan Reservoir breathing bag dan atau
iii. Auskultasi suara paru
c) Sirkulasi sistematik di evaluasi dengan :

2
i. Pemeriksaan elektrokardiografi bila diperlukan
sesuai kondisi pasien
ii. Pemeriksaan tekanan darah dan denyut
jantung maksimal setiap 5 menit
d) Suhu dievaluasi bila dicurigai atau diindikasikan
terjadi perubahan suhu tubuh
3) Alat monitoring tambahan :
Alat monitoring atau evaluasi tambahan dapat dipasangkan
pada pasien sesuai kondisi pasien dan atau keadaan
hemodiamik pasien, baik pasien yang invasif maupun non
invasif
b. Pelaksanaan tindakan
1) Persiapan Alat
a) Duk Steril
b) Kasa Steril
c) Sarung tangan steril
d) Povidone Iodine
e) Alkohol 70%
f) Spuit
g) Jarum blok
h) Bila diperlukan dapat disediakan : stimulator saraf dan
atau USG
i) Bila diperl;ukan dapat disediakan set jarum dan
kateter epidural
2) Persiapan Pasien
Pasien posisi menyesuaikan letak saraf yang akan dilakukan
injeksi obat anestesi
3) Pesiapan Obat
Obat yang dapat digunakan :
a) Bupivacaine 0,5% Isobarik /plain Dosis : 50-100
mg, dapat diberikan sesuai dengan respon pasien
b) Ropivacaine 0,75% Isobarik/plain Dosis : 112,5 –
187,5 mg dapat diberikan sesuai dengan respon
pasien
c) Lidocain 2% Dosis : 4 – 6 mg/kgBB
d) Epinefrin
Digunakan sebagai obat tambahan/adjuvant yang
dicampur pada bupivacain atau ropivacain. Dengan Dosis

3
: 2,5 – 5 mcg/Ml. Dosis dapat disesuiakan dengan respon
pasien

4) Tindakan anestesi blok saraf tepi


a) Pasien diposisikan pada meja operasi
b) Petugas mencuci tangan dan memakai sarung tanag steril
c) Ambil obat anestesi menggunakan spuit
d) Lokasi injeksi didesinfeksi dengan povidone iodine
diikuti alkohol 70%
e) Menusukan jarum blok pada lokasi yang diinginkan
f) Lakukan pemeriksaan bila jarum blok telah berada pada
posisi yang diinginkan, dengan pemeriksaan fisik dan atau
menggunakan USG dan atau stimulator saraf
g) Fiksasi jarum dengan tangan yang lain
h) Injeksi obat anestesi dengan menggunakan spuit melalui
jarum blok
i) Bila menggunakan kateter, maka setelah jarum epidural
dipastikan posisinya dengan USG, kateter dimasukan
melalui jarum epidural, kemudian setelah jarum epidural
dilepas, tempat injeksi di tutup dengan kasa steril. Kateter
epidural difiksasi ke kulit pasien dengan plester, dan obat
anestesia dimasukan melalui kateter
j) Lokasi bekas injeksi ditutup dengan kassa steril atau plester.
k) Pasien diposisikan kembali setelah tindakan sesuai dengan
kebutuhan pembedahan.
5) Obat Tambahan Lain.
Obat tambahan selain yang disebutkan diatas dapat diberikan
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi fisik pasien.
6. Proses Pemulihan
Proses pemulihan dari anestesi regional dievaluasi dari tanda –
tanda vital pasien di ruang pemulihan, frekwensi monitoring
tanda tanda vital pasien pasien post anastesi dilakukan minimal
tiap 10 menit, pasien di kembalikan ke unit rawat inap sesuai
kriteria discharge Bromage Score
7. Periode Perawatan
Bila tindakan anestesi spinal dimaksudkan sebagai analgetik
secara terus menerus di ruang rawat inap, maka pengawasan
pasien selanjutnya dapat dilakukan secara periodik oleh perawat

4
ruangan yang ditempati pasien meliputi :keeadaan umum pasien,
tekanan darah, nadi,frekuensi nafas pasien

8. Kompetensi Dokter Spesialis Anestesi

9. Indikator Medis Terjadi kehilangan kemampuan sensorik pada bagian tubuh yang
menjadi target pembiusan
10. Tingkat Evidence Level II Grade B Kepustakaan 1
Level V Grade D Kepustakaan 2,3,4,5,6
Level III Grade B Kepustakaan 4,
Mampu kelola di RS Keluarga Sehat
11. Kepustakaan 1. Pedoman Nasional Pelayanan kedokteran Anastesiologi dan
terapi intensif
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 251 Tahun 2015.
2. Basics of Anesthesia/Ronald D. Miller, Manuel C. Pardo Jr. –
6th ed. P. 184
3. ASA House of Delegates. Standards For Basics Anesthetic
Monitoring. https://wwwasahq.org/For-Members/Standards-
Guidelines-and-Statements.aspx

You might also like