Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 8

Nama : Liwang Ulama Utama

NIM : 2022312029P
Mata Kuliah : Teknologi Pengolahan Air
Dosen Pengampu : Reno Fitriyanti, S.T., M.Si.

Sumber Bacaan : Buku “Teknologi Proses Pengolahan Air untuk Mahasiswa dan Praktisi
Industri” oleh Suprihatin dan Ono Suparno. IPB Press.

Rangkuman BAB 2. Kontaminan dan Standar Mutu Air

3.1 Pendahuluan

Air murni memiliki rumus kimia H 2O. Istilah air umumnya dimaksudkan bukan
untuk H2O murni, tetapi air dengan berbagai kandungannya. Air merupakan bahan
pelarut yang baik, sehingga air banyak mengandung berbagai jenis bahan, baik
dalam bentuk terlarut, tersuspensi, atau koloid. Air memiliki banyak fungsi, baik dalam
aktivitas sehari-hari maupun dalam aktivitas ekonomi atau industri karena sifatnya
tersebut.
Selama proses sirkulasi, air dapat mengalami kontaminasi. Tingkat kotaminasi
tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, terutama faktor manusia. Oleh karena itu,
terdapat perbedaan jenis dan intensitas kontaminasi antara daerah pedesaan (daerah
pertanian) dan daerah perkotaan (daerah industri dan perdagangan). Di daerah
pedesaan, kontaminan berasal dari aktivitas tempat tinggal, pertanian, atau
peternakan, dan tanaman, sedangkan di daerah perkotaan sumber kontaminan dapat
berasal dari aktivitas perumahan, perdagangan, industri, dan transportasi.

3.2 Sumber Air Baku


3.2.1 Air Tanah
Air tanah memasok sebagian besar kebutuhan air domestik umat manusia,
termasuk di negara-negara maju seperi Amerika Serikat, sebagian besar penduduknya
mengambil air bersih dari air tanah. Air tanah dapat digunakan untuk berbagai tujuan
dengan pengolahan yang minimal. Air tanah umumnya relatif jernih akibat efek
penyaringan pori-pori tanah.
Air tanah tidak dapat dilihat dengan mudah oleh manusia. Hal ini menyebabkan
air tanah kurang diperhatikan. Laju penggunaan/ pengambilan air tanah dibatasi oleh
laju infiltrasi air di dalam tanah. Polutan dapat/tidak dapat dipisahkan dari air karena
“efek filtrasi” tanah bergantung pada tipe tanah dan tipe polutan (terlarut/tesuspensi).
Air tanah umumnya tidak keruh (tidak mengandung bahan-bahan tersuspensi),
sehingga di dalam pengolahannya tidak memerlukan tahapan koagulasi/flokulasi. Air
tanah umumnya juga tidak terkontaminasi oleh bakteri patogen, sehingga tahapan proses
disinfeksi tidak menjadi kritikal. Namun air tanah biasanya bersifat sadah dan
mengandung Fe dan Mn dalam konsentrasi tinggi, sehingga dalam proses pengolahannya
memerlukan tahapan pelunakan atau penyisihan logam Fe dan Mn, misalnya dengan cara
aerasi. Kadar logam semakin meningkat jika nilai pH air semakin rendah karena
kelarutan logam- logam meningkat dengan menurunnya nilai pH air.
Air tanah selama ini telah digunakan untuk memenuhi kebutuhan berbagai
kegiatan, seperti perumahan dan industri. Namun di beberapa daerah penggunaan air
sudah melampui daya dukungnya, sehingga mengalami berbagai masalah seperti
penurunan permukaan air, permukaan tanah, dan intrusi. Beberapa wilayah air tanah
juga telah mengalami pencemaran oleh Eschericia coli dan logam berat dari pemukiman,
pembuangan sampah atau limbah industri.

Gambar 3.4 Proses pembentukan kesadahan air akibat air hujan


Sumber: Davis dan Cornwell (1991)

3.2.2 Air Permukaan


Air hujan yang tidak terserap masuk ke dalam tanah menguap ke atmosfer atau
mengalir ke badan air sebagai air permukaan. Air permukaan meliputi air sungai, air
waduk, dan danau. Air permukaan selama ini merupakan sumber air baku utama untuk
keperluan domestik. Air tanah mudah tercemar oleh kegiatan pertanian, peternakan,
pemukiman, dan industri, sehingga air menjadi keruh dan kadang-kadang berbau.
Akibat dari pencemaran tersebut, air permukaan membutuhkan pengolahan yang
ekstensif dan membutuhkan biaya lebih tinggi dibandingkan dengan pengolahan air
tanah.
Termasuk kategori air permukaan adalah air payau, air laut, dan air gambut,
tetapi air ini memiliki karakteristik yang khas dan membutuhkan pengolahan secara
khusus. Air payau atau air laut memiliki salinitas tinggi. Meskipun salinitas air payau
atau air laut bervariasi bergantung pada lokasi, tetapi secara umum air payau
memiliki salinitas sekitar 3.000 ppm, sedangkan air laut memiliki tingkat salinitas
jauh lebih tinggi yaitu sekitar 30.000 ppm. Air minum umumnya memiliki salinitas
sekitar 300 ppm (Chapman 1997).

3.2.3 Air Hujan


Air hujan berasal dari penguapan air pemukaan. Air hujan sebagian besar
menguap balik ke atmosfer atau mengalir langsung ke sungai, sebagian lagi ke dalam
tanah menuju air tanah. Air hujan bersifat asam, mengandung partikel/ debu dan
polutan lain dari emisi. Karakteristik air hujan sangat dipengaruhi oleh kondisi
pencemaran udara setempat. Air hujan berpotensi digunakan untuk daerah dataran
tinggi atau daerah langka air permukaan dan air tanah.
Pencemaran air tidak hanya terjadi pada saat air berada di dalam atau di
permukaan tanah, tetapi juga dapat terjadi pada saat air berada di udara (atmosfer).
Pada saat air di udara, air bereaksi dengan karbon dioksida dan membentuk asam
karbonat, sehingga air hujan bersifat asam, sesuai dengan persamaan reaksi:
CO2(g)  CO2 + H2O  H2CO3  H+ + HCO3-  2H+ + CO32-
Titik kesetimbangan pH air hujan bersih adalah sekitar pH 5,6. Nilai pH air
hujan dapat mencapai 3,0 dan dapat berpengaruh negatif pada bangunan- bangunan
dan produktivitas pertanian.
Perhatian pada hujan asam diberikan pada pengaruhnya terhadap kehidupan
akuatik, kerusakan pada tanaman dan hutan (produkstivitas tanaman), serta
kerusakan pada bahan bangunan atau properti. Nilai pH yang rendah berpengaruh
langsung pada ikan melalui gangguan pada siklus reproduksi atau pengaruh tidak
langsung melalui pelarutan logam-logam yang bersifat toksik. Nilai pH yang sangat
rendah juga dapat memengaruhi produktivitas hasil pertanian, perikanan, dan
peternakan.
Parameter penting mutu air hujan mencakup pH, konduktivitas, TDS, kesadahan,
kalsium, magnesium, klorida, dan natrium (DST 2006). WHO merekomendasikan
nilai parameter tersebut untuk air minum berturut- turut: 7–8,5, 500, 100, 75, 30, dan
200 mg/l. WHO tidak mencantumkan persyaratan parameter natrium untuk air
minum.

3.2.4 Air Limbah


Setelah digunakan untuk keperluan domestik atau industri, air dibuang sebagai
air limbah. Bergantung pada jenis penggunaan air tersebut, air yang telah digunakan
tersebut terkontaminasi oleh berbagai bahan polutan, seperti karbohidrat, lemak,
protein, lignin, sabun, detergen sintentis, serta berbagai bahan alami dan bahan-
bahan kimia sintetis. Polutan-polutan tersebut berada di dalam air dalam bentuk
tersuspensi (suspended solids/SS) atau terlarut (dissolved solids/DS), dan berasal
terutama dari dapur, kamar mandi, toilet/WC, laundry, dan pembersihan lantai.
Karakteristik air limbah domestik bervariasi dari waktu ke waktu, dari kota ke kota,
dan dari negara satu ke negara lainnya, bergantung pada struktur komunitas,
kebiasaan hidup masyarakat, jenis aktivitas, tingkat ekonomi, dan kesadaran
lingkungan. Tabel 3.2 menunjukkan tipikal karakteristik air limbah domestik. Air
limbah domestik umumnya banyak mangandung unsur hara (nitrogen dan fosfor) dan
bahan-bahan organik (BOD5, COD, dan TOC) yang mudah terdegrasi secara
biologis (Henry dan Heinke 1996).
Air limbah domestik juga mengandung berbagai macam bahan anorganik, baik
yang berasal dari sumber domestik maupun kegiatan komersial dan proses industri,
termasuk sejumlah elemen yang berpotensi toksik seperti arsen, kadmiun, krom,
tembaga, air raksa, dan seng.

Tabel Karakteristik dan beban air limbah domestik


Parameter

TKN
BOD5 SS DS COD TOC P1 P2 NO2-N
(Norg+NH4-N)

Konsentrasi
190 225 450 320 135 4 10 40 0
(mg/l)
Per kapita (g/hari) 76 90 180 128 54 1,6 4 16 0

Melalui proses pengolahan secara fisik, kimia, biologis atau kombinasinya,


polutan-polutan dalam air limbah tersebut dapat diendapkan, didegradasi atau
disisihkan dari air, hingga air mencapai tingkat mutu tertentu dan dapat digunakan
lagi untuk berbagai keperluan. Mutu air hasil olahan sangat bergantung pada
karakteristik air limbah dan tingkat pengolahan yang diterapkan.

Tabel sumber air baku dan karakteristiknya


Sumber Air Baku
Karakteristik
Air tanah Air tanah tidak mudah tercemar seperti air permukaan. Akan
tetapi begitu tercemar sulit untuk ditangani dan memerlukan
waktu yang sangat lama untuk remediasinya. Air tanah umumnya
dapat digunakan dengan pengolahan minimial akibat efek
penyaringan pori-pori tanah. Penggunaan dibatasi oleh laju
infiltrasi. Air tanah berada di dalam lapisan tanah, sehingga
tidak tampak dan kurang mendapat perhatian. Air tanah dapat
terkontaminasi oleh bahan kimia organik sintetis. Bahan ini
umumnya dalam konsentrasi sangat rendah, tidak terdeteksi dari
warna, rasa, dan bau, tetapi berisiko tinggi terhadap kesehatan
karena bersifat toksik dan karsinogenik. Air tanah tidak
mengandung padatan tersuspensi, sehingga tidak keruh dan
tidak memerlukan tahapan pengolahan dengan
koagulasi/flokulasi. Air tanah umunya bebas dari bakteri
patogen, sehingga tahapan proses disinfeksi tidak menjadi
tahapan yang kritikal. Air tanah sering bersifat sadah dan
mengandung Fe dan Mn dalam konsentrasi tinggi, sehingga air
tanah biasanya memerlukan tahapan pengolahan pelunakan dan
aerasi untuk mengendapkan mineral tersebut. Sumber pencemar
air tanah meliputi limbah industri, penimbunan sampah (land
fill), pertambangan, pertanian, pemukiman, dan intrusi air laut.
Air permukaan Air permukaan merupakan air hujan yang tidak terserap masuk
ke dalam tanah atau tidak kembali menguap ke atmosfer. Air
permukaan meliputi air sungai, air waduk, dan danau. Air
permukaan merupakan sumber air baku utama untuk keperluan
domestik. Air permukaan bersifat mudah tercemar, air menjadi
keruh, dan berbau, sehingga memerlukan perlindungan khusus
(pengendalian pencemaran). Jika digunakan sebagai sumber air
bersih atau air minum, air permukaan tercemar memerlukan
pengolahan yang intensif. Jenis kontaminan air permukaan
meliputi mikroalga, organisme patogen, bahan organik, unsur
hara/nutrien (N dan P), bahan organik sintetik toksik, bahan
anorganik, sedimen, bahan radioaktif, minyak/oli, dan panas.
Sumber pencemaran air permukaan meliputi limbah industri,
limbah domestik, air hujan (limpasan air hujan), limbah
pertanian, erosi tanah, dan limbah rumah sakit.
Air hujan Air hujan berasal dari penguapan air pemukaan (laut, danau,
rawa, sungai). Air hujan bersifat asam, mengandung
partikel/debu, dan polutan lain dari emisi. Karakteristik air
hujan sangat dipengaruhi oleh kondisi pencemaran udara
setempat. Air hujan berpotensi untuk digunakan, terutama
untuk daerah dataran tinggi atau daerah langka air permukaan
dan air tanah.
Air payau atau air laut Air payau atau air laut memiliki salinitas tinggi. Meskipun
salinitas air payau atau air laut bervariasi bergantung pada
lokasi, tetapi secara umum air payau memiliki salinitas sekitar
3.000 ppm, sedangkan air laut memiliki tingkat salinitas jauh
lebih tinggi yaitu sekitar 30.000 ppm. Air asin tersedia dalam
jumlah yang hampir tidak terbatas, tetapi biaya pengolahannya
sangat tinggi (2–5 kali lebih tinggi daripada pengolahan air
tawar). Untuk menyisihkan garam terlarut dalam air laut
umumnya digunakan desalinasi (distilasi, dialisis, dan reverse
osmosis/RO); banyak dilakukan di negara timur tengah. RO
memiliki prospek untuk desalinasi karena kebutuhan energinya
relatif lebih rendah.
Air gambut Air gambut merupakan air permukaan dari tanah gambut. Ciri
mencolok air gambut adalah warna merah kecokelatan,
kandungan bahan organik tinggi, dan keasaman tinggi (pH
rendah ~2–5). Air gambut sering menjadi satu-satunya sumber
air masyarakat di daerah lahan gambut. Jenis pencemar air
gambut adalah logam-logam terlarut, bahan organik alami
(fenol), warna, dan pH.

Air limbah Setelah digunakan untuk keperluan domestik atau industri, air
dibuang sebagai air limbah. Bergantung pada jenis penggunaan
air tersebut, air yang telah digunakan tersebut terkontaminasi
oleh berbagai bahan polutan, seperti karbohidrat, lemak,
protein, lignin, sambun, detergen sintetis, serta berbagai bahan
alami dan bahan kimia sintetis. Polutan- polutan tersebut
berada di dalam air dalam bentuk tersuspensi (suspended
solids/SS) atau terlarut (dissolved solids/DS) dan berasal dari
dapur, kamar mandi, toilet/WC, laundry, dan pembersihan
lantai. Karakteristik air limbah domestik bervariasi dari waktu
ke waktu, dari kota ke kota, dan dari negara satu ke negara
lainnya, bergantung pada struktur komunitas, kebiasaan hidup
masyarakat, jenis aktivitas, tingkat ekonomi dan kesadaran
lingkungan.

3.3 Manajemen Mutu Air


Mutu air hasil olahan dipengaruhi oleh mutu air baku yang diproses. Berbagai
aktivitas telah teridentifikasi menyebabkan pencemaran sumber air baku. Oleh
karena itu, pengelolaan mutu air tidak terlepas dari pengelolaan kegiatan manusia
guna mengendalikan masuknya bahan pencemar ke dalam badan air (air tanah, air
danau, air dan sungai).
Untuk mengetahui seberapa banyak kontaminan dapat ditoleransi oleh
kemampuan asimilasi alamiah di badan air, diperlukan pengetahuan tentang jenis
kontaminan yang masuk ke badan air dan bagaimana kontaminan tersebut
memengaruhi mutu air. Selain itu diperlukan juga pengetahuan tentang karakter fisik
daerah dan iklim daerah tersebut. Suatu daerah yang berbukit-bukit akan memiliki
kemampuan asimilasi berbeda dengan daerah dataran rendah. Demikian juga
kemampuan asimilasi danau berbeda dengan kemampuan asimilasi sungai yang
memiliki turbulensi air cukup tinggi.
Pengelolaan mutu air sungai.
Pengelolaan mutu air dipengaruhi oleh jenis badan air dan jenis kontaminan
yang masuk ke dalamnya. Tujuan manajemen mutu air adalah mengendalikan
pembuangan bahan pencemar dari berbagai sumber ke dalam air, sehingga mutu air
tidak terganggu. Untuk mengelola mutu air, jumlah polutan yang masuk ke dalam
sistem badan air harus diukur, dampak polutan pada mutu air diprediksi, termasuk
kondisi mutu air apabila tidak dilakukan intervensi manusia untuk mengelolanya.
Dalam pengelolaan mutu air, tingkat mutu air yang masih diterima untuk
penggunaan tertentu harus ditetapkan.
Titik awal untuk pengelolaan mutu air sungai adalah mengukur konsentrasi
oksigen terlarut (dissolved oxygen/DO) karena parameter ini menentukan kehidupan
perairan dan menunjukkan tingkat pencemaran sungai oleh bahan organik. Nilai DO
standar perlu ditetapkan, yaitu nilai DO tertentu yang dapat melindungi sebagian
besar spesies sensitif. Jika nilai DO air sungai lebih tinggi daripada DO standar,
berarti aliran sungai tersebut dapat mengasimilasi limbah tersebut dengan laju yang
memadai. Sebaliknya jika DO lebih rendah dari DO standar, usaha-usaha tertentu
diperlukan untuk pengelolaan limbah yang masuk ke sungai secara lebih efektif.
Pengelolaan Mutu Air Danau
Jenis polutan air sungai juga dapat mencemari air danau jika polutan tersebut dibuang
ke danau. Ada beberapa danau yang tercemar oleh limbah industri, tetapi sebagian besar
jenis pencemar utama air danau adalah fosfor, sehingga jenis pencemar tersebut menjadi
perhatian secara khusus karena pengaruhnya pada kejadian eutrofikasi.
Eutrofikasi adalah suatu proses alami di danau yang terjadi secara bertahap akibat
pemasukan dan siklus nutrien, terutama fosfor. Proses ini dapat mengakibatkan danau
menjadi lebih cepat mengalami pendangkalan. Waktu siklus proses tersebut bergantung pada
ukuran danau, laju sedimentasi, dan laju nutrien masuk ke dalam danau. Pada beberapa
danau, proses eutrofikasi berlangsung sangat lambat, tetapi pada pula beberapa danau proses
eutrofikasi berlangsung sangat cepat terutama jika laju nutrien masuk ke dalam sistem danau
sangat tinggi.
Pengelolaan Air Tanah
Air tanah tidak mudah tercemar, akan tetapi begitu air tanah tercemar sulit
untuk ditangani dan memerlukan waktu yang sangat lama untuk remediasinya.
Sumber pencemaran air tanah antara lain limbah industri, tempat penimbunan
sampah (land fill dan open dumping), areal pertambangan, pemukiman, intrusi air
asin, kegiatan pertanian dan peternakan. Air tanah dapat terkontaminasi oleh bahan
kimia organik sintetis. Kontaminan ini dikenal sebagai bahan yang bersifat toksik
dan karsinogenik. Kontaminan ini tidak mudah dideteksi melalui warna, rasa dan bau
air, sehingga sangat berisiko terhadap kesehatan, meskipun konsentrasinya sangat
rendah. Stategi pengelolaan air tanah diarahkan untuk meminimisasi sumber- sumber
pencemaran air tanah sebagaimana disebutkan di atas. Di wilayah tertentu, usaha
untuk memulihkan kondisi air tanah perlu dilakukan, baik memulihkan dari aspek
kuantitas (groundwater recharging) maupun dari aspek mutu (remediasi air tanah
tercemar). Remediasi air tanah tercemar dapat dilakukan secara fisik, kimia, maupun
biologis.
Pengelolaan Sumber Daya Air secara Terintegrasi.
Kontaminasi air dapat berpengaruh negatif pada kesehatan, daya tahan, dan
produktivitas manusia. Masalah kontaminasi air oleh berbagai jenis bahan sebagaimana
dijelakan di atas tidak berdiri sendiri, melainkan terdapat interaksi dengan komponen
lingkungan lainnya, yaitu komponen lingkungan air, tanah, dan udara.

Tabel Keterkaitan antara pencemaran air tawar dan komponen lingkungan lainnya
Jalan/Kaitan

Isu Udara Air Air Air Air


pada pada pada pada pada
Air Tana Air Kran Makanan Air di Pesisir
h
Patogen x x xxx xxx xxx
Bahan organik 0 x x na xxx
Eutrofikasi x x 0 0 xxx
Pencemaran nitrat 0 0 xx xxx xxx
Salinisasi 0 xxx x 0 na
Elemen kelumit xx xx xx xxx xxx
Mikropolutan organik xx xx xxx xxx xxx
Asidifikasi xxx xx xx 0 na
Padatan tersuspensi 0 na x na xx

Keterangan:
xxx : Pengaruh atau gangguan parah

xx : Pengaruh atau gangguan penting


x : Beberapa pengaruh atau gangguan
0 : Tidak ada efek atau gangguan
na : Tidak relevan

You might also like