Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

ISSN: 2302-920X

Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud


Vol 18.2 Pebruari 2017: 436-442

Tutur Medang Kemulan: Analisis Struktur dan Fungsi

I Wayan Agus Wirawan1*, I Wayan Suardiana2, Putu Sutama3


123Prodi Sastra Bali Fakultas Ilmu Budaya Unud
1[e-mail: e-mail:aguswirawan108@gmail.com] 2[e-mail: i.suardiana@yahoo.co.id] 3[e-mail:
sutama_udayana@yahoo.com]
*Corresponding Author

Abstract

This research investigate about Tutur Medang Kemulan. Tutur Medang Kemulan laden with tutur
knowledge, which was in its manuscript consist of many advices and important information for Balinese
people. The objective of this research was to describe the structure and the function which exist in Tutur
Medang Kemulan. The theory of this research was structural theory according to Teeuw, and function
theory by Ratna and Damono.
The method of this research was divide into 3 steps such as, in data preparing used literature study
method, which supported by reading tecnique, translating and noted. In data analysis step, the method
which was used is qualitative method which was supported by analytic descripive technique, and in data
anaysis present step used informal method, which was supported by deductive and inductive technique.
The result which was gain by this present study is the form structure consist by: kind of language and
language style. Content structure consist by: main part, middle part, and last part. Besides that there are
also had the function of Tutur Medang Kemulan such as, the function in education or knowledge level is
the knowledge function about Sang Watugunung story, knowledge function about self-control, knowledge
function about philosophy, and as a function of Balinese regulation social settings.
Keyword : tutur, structure, function
1. Pendahuluan

Keberadaan kesusastraan Bali Tradisional (klasik) di masyarakat lebih popular dari pada
kesusastraan Bali Anyar (modern), yang sangat berpengaruh pada hal ini adalah kecenderungan
masyarakat Bali dalam mempergunakan kesusastraan Bali Tradisional dimana masyarakat Bali
sangat tidak bisa dilepaskan oleh kehidupan beragama mereka dan adat istiadat yang merupakan
sebuah gabungan faktor yang membentuk kebudayaan Bali sendiri ISSN: 2302-920X Jurnal Humanis,
Fakultas Ilmu Budaya Unud Vol 18.2 Pebruari 2017: 436-442
437
Tutur Medang Kemulan merupakan salah satu dari sekian banyak lontar tutur yang memuat tentang
ajaran Siwa. Dilihat dari bahasa yang digunakan dan teks – teks sloka yang ada di dalamnya, maka
tampaklah bahwa lontar Medang Kemulan termasuk lontar tua, tetapi lebih muda dibandingkan
dengan lontar – lontar yang memuat ajaran Siwa yang lainnya seperti; Tattwa Jnana, Buana Kosa,
Ganapati Tattwa, dan Wraspati Tattwa. Tutur Medang kemulan menguraikan tentang percakapan
Sang Hyang Dharma Siddhi dengan Sang Hyang Siddhi Mantra, tentang asal muasal aksara semua,
tentang Catur Dasa Manu dan pemerintahannya, tentang keberadaan kitab – kitab sastra serta
pengarangnya, begitu juga tentang Catur Wariga yang dikaitkan dengan kelahiran Sang Watugunung.
2. Pokok Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut.
a. Bagaimanakah struktur yang membangun Tutur Medang Kemulan?
b. Bagaimanakah fungsi dari Tutur Medang Kemulan dalam kehidupan sosial masyarakat Bali?

3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini terdapat dua tujuan diantaranya tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dalam
penelitian ini yakni untuk dapat memberikan masukan-masukan dan sumbangan bagi perkembangan
ilmu pengetahuan terutama dalam bidang ilmu sastra, serta berusaha menggali dan menyebarluaskan
nilai-nilai budaya yang terkandung dalam naskah-naskah lontar. Sedangkan, tujuan khusus dalam
penelitian ini yakni (1). untuk mendeskripsikan struktur Tutur Medang Kemulan, (2). untuk
mendeskripsikan fungsi Tutur Medang Kemulan dalam kehidupan sosial masyarakat Bali.
4. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini metode dan teknik yang digunakan, yaitu (1) tahap penyediaan data, (2) tahap
pengolahan data, dan (3) tahap penyajian hasil analisis ISSN: 2302-920X Jurnal Humanis, Fakultas
Ilmu Budaya Unud Vol 18.2 Pebruari 2017: 436-442
438
data.Pada tahap penyediaan data dipergunakan metode simak.Teknik yang digunakan dalam
penelitian ini, yaitu (1) teknik pencatatan, dan (2) teknik terjemahan. Pada tahap pengolahan data,
metode yang digunakan, yaitu metode kualitatif dan ditunjang dengan deskriptif analitik. Pada tahap
penyajian hasil analisis data digunakan metode informal, yang dibantu dengan teknik deduktif dan
induktif.
5. Hasil dan Pembahasan
5.1 Analisis Struktur Tutur Medang Kemulan
a) Bentuk Teks Tutur Medang Kemulan

Dalam mengalisis suatu wacana, perlu diketahui dahulu jenis wacana yang dihadapi agar proses
pengkajian, pendekatan, dan teknik-teknik analisisnya tidak keliru. Dengan dasar pertimbangan
tersebut (Mulyana, 2005 : 47) mengklasifikasikan wacana berdasarkan Berdasarkan bentuk, terdiri
dari wacana naratif, wacana procedural, wacana ekspositori, wacana Hortatori, wacana Dramatik,
wacana Epistoleri dan wacana Seremonial. Medang Kemulan dapat digolongken ke dalam wacana
Ekspositori karena isi dari Medang Kemulan bersifat menjelaskan sesuatu secara informative. Hal
tersebut diperkuat dengan salah satu bagian isi Medang Kemulan yang berisi suatu penjelasan
mengenai keberadaan pustaka – pustaka suci beserta siapakah yang menciptakan masing – masing
pustaka suci tersebut. Sang Hyang Dharmasiddhi memberikan penjelasan mengenai pencipta masing
– masing pustaka suci tersebut seperti tampak dalam kutipan berikut :
Muwah sumawur sira Sang Hyang Siddhyajnana; “ingke manih mami atana, syapa kang magawe
pustaka kang sawiji – wiji, ah wiwistarakena juga de sira”. Manga ling Sang Hyang Dharmasiddhi.
Sumawur Sang Hyang Siddhimantra; “Om, Kunang kang agawe Brahmanda Purana,
Wahyadhyadmika, Weda Catur, Jitaksara, Sang Hyang Tatwajnana ta sira anggawe. Kunang
Astadasa Parwa, Asta Dasa Pandita, sira anggawe. Hana Ekawakya Bhinedasruti, Ingaranan
Ekawakya, nga., duk king atita tekeng gami, matra wwang sojar ing manu, manu swaraning wwang
jana tekeng gami, ika manu Ekawakya ngaran, padha wruh ring anuju rasa tunggal.
Kunang bhiniseka angreng – ngreng, swara ika sruti ngaran. Kang agawe sloka sruti, hana pandita
uttama, wruh ring sesining rat kabeh, muwah Bhur Bhuwah Swah, sakeng angening wahananya,
wruh ring luwang – luwanging Bhur Bhuwah Swah, luwangning lintang tranggana sitangsu lawan
ISSN: 2302-920X Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud Vol 18.2 Pebruari 2017: 436-442
439
aditya, wruh sira saking adnyana wahana, ya tika sira maka ngaran Bhagawan Dwipayana, sira
magawe saucaping sloka sruti, ring bhano sastra kabeh. Mangkana caritanya dangu”. Mangka ling
Sang Hyang Siddhimantra.
b) Struktur Isi Tutur Medang Kemulan

Struktur atau sering juga disebut komposisi atau susunan unsur cerita sebuah teks dapat dibagi ke
dalam tiga bagian utama, yaitu (1) bagian awal atau exordium, (2) Isi atau confirmation, (3) akhir
atau peroration (Luxemburg, dkk, 1984: 101).
1. Bagian Awal (Exordium)

Bagian ini merupakan awal sebuah teks. Pada bagian awal berisi tentang Doa awal sebelum
menuturkan isi dari Teks Tutur Medang Kemulan, dapat dilihat dalam kutipan berikut:
“Om Awighnamastu” Kṣamasvamāṃ siddhar midhyaṃ, Samitaṇyaṃ siddhyaṃ mantraṃ, Varaṇaṃ
jīvaṃ akṣaraṃ, Sarva purānaṃ ghaṇithaṃ. Paṇḍitaḥ veda paragaṃ, Sarva vyatraṃ gaṇatikaṃ,
Sarva vedaḥ tu paṇḍitaḥ, Varaṇaṃ jāti tattvajnāṃ.
2. Bagian Tengah/Isi (Confirmation atau Argumentation)

Dalam Teks Tutur Medang kemulan isi atau confirmation diawali dengan penjelasan tentang asal
mula aksara dan pemerintahan Sang Hyang Catur Dasa Manu, dilanjutkan dengan keberadaan kitab-
kitab sastra serta pengarangnya, dan Catur Wariga yang dikaitkan dengan kelahiran Sang
Watugunung.
3. Bagian Akhir (Peroratio)

Bagian akhir teks disebut dengan peroration. Bagian akhir dari Teks Tutur Medang Kemulan
menyatakan Teks Tutur Medang Kemulan selesai di tulis oleh pengawi atau pengarang, dapat dilihat
pada kutipan berikut:
Iti Tutur Mĕdang Kemulan Samāpṭa
5.2 Analisis Fungsi Tututr Medang Kemulan
a. Fungsi Pendidikan

Tutur Medang Kemulan sebagai sebuah naskah tutur dapat dijadikan sebagai salah satu benteng
pendidikan moral dengan sifatnya yang universal meskipun tidak terlepas dari agama dan adat
istiadat. Hal ini dikarenakan dalam Tutur Medang Kemulan banyak dibahas mengenai pendidikan
moral ataupun pengetahuan dalam ISSN: 2302-920X Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud Vol
18.2 Pebruari 2017: 436-442
440
membentuk moral itu sendiri serta beberapa fungsi pengetahuan lainnya dalam membentuk moral,
yaitu sebagai berikut:
1. Fungsi Pengetahuan Tentang Kisah Sang Watugunung

Dalam Tutur Medang Kemulan dijelaskan bagaimana wariga itu tercipta erat kaitannya dengan
kelahiran Sang Watugunung. Kelahiran Sang Watugunung yang merupakan anak dari Bhagawan
Kulagiri yang memiliki dua istri yaitu Diah Sintakasih yang merupakan putri dari Bhagawan
Gadiswara dan Diah Sanjiwartya yang merupakan putri Dang Hyang Pasupati. Sang Watugunung
yang besar menjadi raja di daerah Emalaya hingga dalam 27 hari dapat menguasai 27 kerajaan
lainnya dan atas saran raja bawahannya Sang Watugunung menyerang kerajaan Kundadwipa yaitu
tempat kedua ibunya memerintah hingga setelah dikalahkan kedua ratu tersebut dijadikan istri oleh
Sang Watugunung yang merupakan ibunya sendiri. Karena kejadian ini terjadi guncangan yang hebat
di bumi hingga sampai dikutuklah Sang Watugunung oleh Dewa Siwa atas perbuatannya yang
memeperistri ibunya sendiri seperti dalam ketipan Tutur Medang Kemulan Sebagai berikut:
“Oh mogha kita Watugunung, ambĕkĕna bañcana, tar yogya ulah ta, tan surud ambĕk poraka,
mogha ta parātra de Sang Hyang Narāyaṇa, muwah sahananing pratakjana kabeh tan dadi ngamet
babu tĕmĕn, babu sodaran, tumin tĕmĕn, kawaluan, babu dimisan, kaponakan ring nyama, rĕrama
ring misan, suta sodaran mwang putu, ika tan yogya ingalap ginawe swami. Sahananing wong
mangkana, wĕnang danṇḍa linĕbok ring udadi mahājro, pinanganing iwak agung. Kunang jiwanya
tan amangguh siddha yajña, linĕbok ring Cambragohmuka, gĕla – gĕla de Kingkarabala, tĕkeng
pañyadmanya tan amangguh citta rahayu, mogha hina salawasnya urip”. Mangka sapanya Sang
Hyang Tripuruṣa. Ri wus mangkana sinangtang rāt.
2. Fungsi Pengetahuan Tentang Pengendalian Diri

Pengendalian diri adalah kemampuan seseorang untuk tidak melakukan yang tidak baik dan tidak
patut dilakukan. Di dalam teks Tutur Medang Kemulan terdapat ajaran yang menekankan dalam
pengendalian diri yang dapat dilihat dalam kutipan Tutur Medang kemulan sebagai berikut:
Muwah pidhartaning Tri Kāya Pariśuddha, uñcarana, pagĕh ing dharmabrata. Pidhartaning
Rājanīti, pagĕh ing mangkunĕgara. Pidhartan ganal adĕmit, angucaping wwang māmbĕk
apunggung. Akṣara Samuścayakṛti, Ādigama, Tretāgama, pidhartanya Dewa daṇḍa, angĕñcani dudu
abĕnĕr prĕtakjana kabeh. ISSN: 2302-920X Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud Vol 18.2
Pebruari 2017: 436-442
441
3. Fungsi Pengetahuan Tentang Filsafat

Kata tattwa merupakan istilah filsafat yang didasarkan atas tujuan yang hendak dicapai, yakni
kebenaran sejati yang hakiki dan tertinggi (Sudharta, 1985: 4). Filsafat adalah ilmu yang berusaha
mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran (Poedjwijatna, 1980:
10). Dalam Tutur Medang Kemulan terdapat tattwa yang merupakan dasar dari semua tattwa, yang
dapat dilihat dalam kutipan berikut:
Mwang pidhartan Tattwajñāna, angĕwĕtwang trang ya ambĕking wwang, ika maka kānana tri ning
ambĕk, Drĕdaṣyu, Caṇṭya, Poraka. Pidhartan Gana Alit, ambĕk apunggung ngaran, duk ika sima
pakĕñca. Pidhartan akṣara Samuścaya Pitutur, angucaping solah wwang kabeh. Mangka tattwanya
ling ira Sang Hyang Siddhimantra. Bhaṭāra Brahmā agwe Akṣara Tattwajṇāna.
b. Fungsi Pengatur Pranata Sosial Masyarakat Bali

Dalam Tutur Medang Kemulan fungsi pengatur pranata masyarakat khususnya masyarakat Bali
banyak dibahas, selain sebagai pemahaman tentang larangan pernikahan sedarah, Tutur Medang
Kemulan juga mengandung ajaran agama hindu yang tujuannya adalah terwujudnya kehidupan sosial
masyarakat dengan individu yang berbudi pekerti sesuai ajaran kitab sastra agama. Salah satunya
dapat kita lihat pada kutipan berikut:
Kunang pidhartan sojaring manu, Ekaśwara ngaran, ring jagat kabeh, ekaśwaraning wwang.
Pidhartan Aji Akṣara, witning Ekākśara, pañcākṣara. Pidhartan Dyātmika, ika ngawĕtwang japa
mantra kabeh. Muwah pidhartaning Tri Kāya Pariśuddha, uñcarana, pagĕh ing dharmabrata.
Pidhartaning Rājanīti, pagĕh ing mangkunĕgara. Pidhartan ganal adĕmit, angucaping wwang
māmbĕk apunggung. Akṣara Samuścayakṛti, Ādigama, Tretāgama, pidhartanya Dewa daṇḍa,
angĕñcani dudu abĕnĕr prĕtakjana kabeh. Bhagawan Romaharṣaṇa anggawe ika kabeh.
6. Simpulan

Teks Tutur Medang Kemulan dibangun oleh struktur bentuk dan struktur isi. Struktur bentuk terdiri
dari bahasa Teks Tutur Medang Kemulan dan gaya bahasa yang terdapat didalamnya. Struktur isi
Teks Tutur Medang Kemulan dapat dibagi ke dalam tiga bagian utama, yaitu (1) bagian awal atau
exordium, (2) Isi atau confirmation, (3) bagian akhir atau peroration. Bagian awal atau exordium
dalam Teks Tutur Medang Kemulan dijelaskan mengenai pengarang mengawali tulisannya dengan
mengucapkan mantra memohon anugrah dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dilanjutkan dengan
penjelasan mengenai isi dari Teks Tutur Medang Kemulan yang dibagi menjadi ISSN: 2302-920X
Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud Vol 18.2 Pebruari 2017: 436-442
442
beberapa episode yaitu: diawali dengan penjelasan tentang asal mula aksara dan pemerintahan Sang
Hyang Catur Dasa Manu, dilanjutkan dengan keberadaan kitab-kitab sastra serta pengarangnya, dan
Catur Wariga yang dikaitkan dengan kelahiran Sang Watugunung. Bagian akhir atau peroration
akhir dari Teks Tutur Medang Kemulan adalah berupa penggalan kata yang menyatakan Teks Tutur
Medang Kemulan selesai di tulis oleh pengawi atau pengarang. Fungsi yang terdapat dalam teks
Tutur Medang Kemulan dibagi menjadi dua yaitu fungsi pendidikan atau pengetahuan dan fungsi
pengatur pranata sosial masyarakat. Fungsi pendidikan ada tiga yaitu pengetahuan tentang Kisah
Sang Watugunung, pengetahuan tentang Pengendalian Diri, dan pengetahuan tentang Filsafat.
Fungsi pengatur pranata sosial masyarakat Bali, yaitu berfungsi memenuhi keperluan penerangan dan
pendidikan yang dalam hal ini penerangan dan pendidikan seperti apa yang terkandung dalam Tutur
Medang Kemulan, seperti pendidikan tentang tata aturan bagaimana bertingkah laku, pengetahuan
dan penjelasan mengenai bentuk pernikahan dengan kelangsungan kehidupan masyarakat Bali, dan
pendidikan tentang ajaran agama hindu
7. Daftar Pustaka

Luxemburg, Jan Van, dkk.1984. Pengantar Ilmu Sastra (Diindonesiakan oleh Dick Hartono).Jakarta:
PT Gramedia.
Mulyana. 2005. Kajian Wacana. Teori, Metode & Aplikasi Prinsip-prinsip Analisis Wacana.
Yogyakarka : Tiara Wacana.
Poedjwijatna. 1980. Pembimbing ke Arah Alam Filsafat. Jakarta: Pembangunan.
Sudharta, Tjok Rai. 1985. " Catur Paramita" dalam majalah Warta Hindu Dharma. Denpasar:
Parisadha Hindu Dharma

You might also like