Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 54

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

PUSAT PENDIDIKAN ADMINISTRASI

COVER
RENCANA AKSI PERUBAHAN
OPTIMALISASI PENYIDIKAN TINDAK PIDANA
KEIMIGRASIAN PADA SUBDIREKTORAT PENYIDIKAN
KEIMIGRASIAN JAKARTA SELATAN

Oleh:
KETUT SATRIA WIDASMARA, A.Md.Im, S.H., M.H.
NOSIS: 20230807030419

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI


PUSAT PENDIDIKAN ADMINISTRASI POLRI
BANDUNG
2023

_____________________________________________________________
PESERTA PELATIHAN KEPEMIMPINAN PENGAWAS ANGKATAN XII
T.A. 2023
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
PUSAT PENDIDIKAN ADMINISTRASI

LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PERSETUJUAN

RENCANA AKSI PERUBAHAN (RAP)

OPTIMALISASI PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KEIMIGRASIAN


PADA SUBDIREKTORAT PENYIDIKAN KEIMIGRASIAN
JAKARTA SELATAN

Peserta Pelatihan:

KETUT SATRIA WIDASMARA, A.Md.Im, S.H., M.H.


NOSIS: 20230807030419

Telah disetujui pada tanggal: 26 September 2023


di Pusdik Administrasi Lemdiklat Polri Bandung

COACH MENTOR

NOLIK DWI ATMONO, S.E., M.E. HAJAR ASWAD, A.Md.Im, S.Sos, M.Si.
PEMBINA NIP. 19781128 200801 1 001 PEMBINA NIP. 19800819 200002 1 001
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
PUSAT PENDIDIKAN ADMINISTRASI

PENJELASAN COACH TENTANG KEMAMPUAN PESERTA

Nama Peserta Pelatihan : KETUT SATRIA WIDASMARA, A.Md.Im, S.H., M.H.


Nosis : 20230807030419

Saya menilai peserta Sangat Mampu / Mampu / Kurang mampu / Tidak Mampu
melaksanakan Perencanaan Aksi Perubahan, dengan penjelasan sebagai
berikut:
1. Memiliki rumusan masalah yang dilengkapi dengan data dan teknik analisis isu
yang baik.
2. Memiliki inovasi berupa “Optimalisasi Penyidikan Tindak Pidana
Keimigrasian pada Subdirektorat Penyidikan Keimigrasian Jakarta
Selatan”.
3. Memiliki tahapan rencana dan pengendalian mutu yang baik.
4. Memiliki kejelasan peta/identifikasi sumberdaya organisasi yang baik.
5. Memiliki rencana strategi pengembangan kompetensi dalam pelaksanaan Aksi
Perubahan.

Bandung, 26 September 2023

COACH

NOLIK DWI ATMONO, S.E., M.E.


PEMBINA NIP. 19781128 200801 1 001

iii
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
PUSAT PENDIDIKAN ADMINISTRASI

PENJELASAN MENTOR TENTANG KEMAMPUAN PESERTA

Nama Peserta Pelatihan : KETUT SATRIA WIDASMARA, A.Md.Im, S.H., M.H.


Nosis : 20230807030419

Saya menilai peserta Sangat Mampu / Mampu / Kurang Mampu / Tidak Mampu
melaksanakakan Perencanaan Aksi Perubahan, dengan penjelasan sebagai
berikut:
1. Rumusan masalah sesuai dengan kondisi saat ini di Satker.
2. Mampu melihat dan memanfaatkan peluang yang ada serta memperdayakan
sumber daya yang tersedia.

Bandung, 26 September 2023

MENTOR

HAJAR ASWAD, A.Md.Im, S.Sos, M.Si.


PEMBINA NIP. 19800819 200002 1 001

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi


Wasa/Tuhan Yang Maha Esa atas Asung Kertha Wara NugrahanNya,
sehingga Action Leader dapat menyusun Rencana Aksi Perubahan dalam
rangka mengikuti Pelatihan Kepemimpinan Pengawas (PKP) Kumham
Angkatan XIII T.A. 2023 yang diselenggarakan oleh Pusdikmin Lemdiklat Polri
Bandung dengan judul: “OPTIMALISASI PENYIDIKAN TINDAK PIDANA
KEIMIGRASIAN PADA SUBDIREKTORAT PENYIDIKAN KEIMIGRASIAN
JAKARTA SELATAN”.
Penyelesaian penyusunan Rencana Aksi Perubahan ini terlaksana
berkat dukungan dan partisipasi serta motivasi baik langsung maupun tidak
langsung dari semua pihak yang sudah membantu Action Leader. Oleh karena
itu, dengan penuh ketulusan Action Leader mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Hajar Aswad, A.Md.Im, S.Sos, M.Si. sebagai Mentor yang
membantu Action Leader dalam penyusunan Rencana Aksi Perubahan
ini;
2. Bapak Nolik Dwi Atmono, S.E., M.E., sebagai Coach, yang telah banyak
membantu Action Leader untuk menyelesaikan Rencana Aksi Perubahan
ini;
3. Pimpinan, staf, dan karyawan Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri
Pusat Pendidikan Administrasi 2023 sebagai pelaksana Pendidikan dan
Pelatihan Angkatan XIII, sehingga Action Leader dapat ikut serta dalam
pelaksanaanya.
4. Bapak/Ibu Pejabat Fungsional dan Pelaksana di lingkungan Direktorat
Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian, Direktorat Jenderal Imigrasi
atas segala dukungannya selama menyelesaiakan Pelatihan
Kepemimpinan Pengawas;
5. Rekan-rekan peserta Pelatihan Kepemimpinan Pengawas Angkatan XIII
T.A. 2023 atas bantuan saran dan dukungannya selama Action Leader
mengikuti pendidikan dan pelatihan;

v
6. Semua pihak yang telah membantu Action Leader menyelesaikan
Rencana Aksi Perubahan ini.
Besar harapan Action Leader dengan Rencana Aksi Perubahan ini
selanjutnya dapat ditindaklanjuti dengan Aksi Perubahan pada Subdirektorat
Penyidikan Keimigrasian, Direktorat Pengawasan dan Penindakan
Keimigrasian, Direktorat Jenderal Imigrasi sehingga dapat mendukung
terciptanya pelayanan prima dan penegakan hukum yang optimal. Namun
Action Leader menyadari bahwa dalam penyusunan Rencana Aksi Perubahan
ini jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan, waktu, dan
materi yang dimiliki Action Leader dalam menuangkan gagasan, sehingga
Action Leader sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Akhir kata semoga Rencana Aksi Perubahan yang sangat sederhana
ini dapat bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan serta rekan- rekan kerja
di lingkungan Direktorat Jenderal Imigrasi khususnya Subdirektorat
Penyidikan Keimigrasian.

Bandung, 26 September 2023

ACTION LEADER

KETUT SATRIA WIDASMARA, A.Md.Im, S.H., M.H.


NOSIS. 20230807030419

vi
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................ i

LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................. ii

PENJELASAN COACH TENTANG KEMAMPUAN PESERTA ...................... iii

PENJELASAN MENTOR TENTANG KEMAMPUAN PESERTA ................... iv

KATA PENGANTAR ....................................................................................... v

DAFTAR ISI .................................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix

I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1

Latar Belakang .............................................................................. 1

Tujuan ......................................................................................... 17

Nilai Tambah Bagi Organisasi ..................................................... 18

Kemanfaatan Aksi Perubahan .................................................... 19

Ruang Lingkup ............................................................................ 20

II. INOVASI DAN OUTPUT RENCANA AKSI .......................................... 21

III. TATA KELOLA SUMBER DAYA ......................................................... 22

IV. STAKEHOLDER .................................................................................. 26

V. PENTAHAPAN RENCANA AKSI......................................................... 35

VI. MANAJEMEN RISIKO ......................................................................... 38

VII. RENCANA STRATEGI PENGEMBANGAN KOMPETENSI DALAM


AKSI PERUBAHAN ............................................................................. 39

VIII. PENUTUP ........................................................................................... 44

IX. DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 45

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Struktur organisasi Direktorat Jenderal Imigrasi …..…… 5


Gambar 1.2. Struktur organisasi Direktorat Pengawasan dan
Penindakan Keimigrasian ………………………………… 6
Gambar 1.3. Tampilan halaman beranda Aplikasi Nyidakim ………… 10
Gambar 1.4. Tampilan gagal menyimpan dokumen pada beranda
Aplikasi Nyidakim …………………………………………. 10
Gambar 1.5. Tampilan pilihan jenis kasus Aplikasi Nyidakim ………… 11
Gambar 1.6. Gugatan praperadilan terhadap Kantor Imigrasi ............. 12
Gambar 1.7. Tampilan surat masuk Aplikasi Sumaker ........................ 13
Gambar 1.8. Tampilan rekapitulasi laporan penanganan perkara
tindak pidana Keimigrasian ............................................ 13
Gambar 3.1. Struktur organisasi tata kelola sumber daya Aksi
Perubahan …………………………………………………. 22
Gambar 4.1. Peta jaringan ………………………………………………. 31
Gambar 4.2. Kuadran Stakeholder ……………………………………... 33

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Perbandingan kondisi ....................................................... 15


Tabel 1.2. Analisis isu berdasarkan kriteria APKL ............................. 16
Tabel 1.3. Analisis isu menggunakan USG ....................................... 16
Tabel 3.1. Tata kelola Sumber Daya Manusia ................................... 22
Tabel 3.2. Rencana anggaran RAP ................................................... 25
Tabel 4.1. Identifikasi stakeholder ..................................................... 26
Tabel 4.2. Identitas stakeholder ........................................................ 27
Tabel 5.1. Millestones ....................................................................... 35
Tabel 6.1. Manajemen risiko ............................................................. 38
Tabel 7.1. Formulir penilaian peserta ................................................ 39
Tabel 7.2. Formulir penilaian mentor ................................................. 40
Tabel 7.3. Rekap nilai akhir sikap perilaku peserta ............................ 42
Tabel 7.4. Rencana strategi pengembangan kompetensi ................. 43

ix
1

I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
1. Gambaran Umum
Keimigrasian di Indonesia merupakan bagian dari perwujudan
pelaksanaan penegakan kedaulatan atas Wilayah Indonesia dalam
rangka menjaga ketertiban kehidupan berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Menurut Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, Keimigrasian
adalah ihwal lalu lintas orang yang masuk atau keluar Wilayah
Indonesia serta pengawasannya dalam rangka menjaga tegaknya
kedaulatan negara. Selanjutnya dalam Pasal 1 angka 3 Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian dijelaskan bahwa
Fungsi Keimigrasian adalah bagian dari urusan pemerintahan negara
dalam memberikan pelayanan Keimigrasian, penegakan hukum,
keamanan negara, dan fasilitator pembangunan kesejahteraan
masyarakat. Dalam Fungsi Keimigrasian tersebut, fungsi keamanan
dan penegakan hukum adalah satu kesatuan bagian tak terpisahkan.
Penegakan hukum harus dilaksanakan terus menerus secara
sistematis dan konsekuen untuk menumbuhkan keamanan negara
secara menyeluruh dan memeilihara dari berbagai indikasi ancaman.
Dalam upaya menciptakan penegakan hukum dan keamanan negara
hanya dapat dilakukan dengan maksimal sejalan dengan adanya
faktor lain seperti politik dan ekonomi yang berkesinambungan,
sehingga pada fungsi imigrasi selanjutnya yakni fasilitator
pembangunan masyarakat turut tak terpisahkan.
Untuk meminimalisir dampak negatif yang timbul akibat dinamika
mobilitas manusia baik Warga Negara Indonesia maupun Orang Asing
yang keluar, masuk, dan tinggal di Wilayah Indonesia, Keimigrasian
mempunyai peranan yang besar. Hal ini dapat dilakukan melalui
penetapan politik hukum Keimigrasian yang bersifat selektif (selective
policy). Hal tersebut membuat institusi imigrasi memiliki landasan
operasional dalam menolak atau mengizinkan Orang Asing, baik dari
segi masuknya, keberadaannya, maupun kegiatannya di Indonesia.
2

Berdasarkan politik hukum keimigrasian yang bersifat selektif,


ditetapkan bahwa hanya Orang Asing yang dapat memberikan
manfaat bagi kesejahteraan rakyat, bangsa, dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia serta tidak membahayakan keamanan dan
ketertiban serta tidak bermusuhan baik terhadap rakyat, maupun
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945 yang diizinkan masuk atau keluar
Wilayah Indonesia. Dengan demikian, peran penting aspek
Keimigrasian dalam tatanan kehidupan kenegaraan akan dapat
terlihat dalam pengaturan keluar masuk orang dari dan ke dalam
Wilayah Indonesia dan pemberian izin tinggal serta pengawasan
terhadap Orang Asing selama berada di Wilayah Indonesia.
Penegakan hukum Keimigrasian memerlukan tindak lanjut
melalui suatu penindakan jika terdapat suatu penyimpangan. Dalam
pelaksanaannya, penegakan hukum keimigrasian dilakukan secara
administratif maupun Pro Justitia. Fungsi penegakan hukum yang
bersifat administratif secara operasional meliputi penolakan
pemberian izin masuk, pencantuman dalam daftar Pencegahan atau
Penangkalan, hingga Pendeportasian sebagaimana tertuang dalam
Pasal 75 Undang-Undnag Nomor 6 tahun 2011 tentang Keimigrasian.
Sedangkan fungsi penegakan hukum yang bersifat Pro Justitia
berkaitan pelaksanaan penyidikan tindak pidana Keimigrasian yang
dimulai dari pemanggilan, penangkapan, penahanan, pemeriksaan,
penggeledahan, dan penyitaan hingga pemberkasan perkara, dan
diakhiri dengan pengajuan berkas perkara serta penyerahan
tersangka dan barang bukti ke penuntut umum.
Tindak pidana Keimigrasian tertuang dalam Ketentuan Pidana
BAB XI Undang-Undang Nomor 6 tahun 2011 tentang Keimigrasian
dalam Pasal 113 hingga Pasal 136. Tindak pidana Keimigrasian
termasuk dalam tindak pidana khusus dimana dalam hal ini memiliki
hukum formal dan hukum materiil yang berbeda dibanding hukum
pidana umum, sebagai contoh adalah adanya pidana minimum
khusus. Terjadinya tindak pidana Keimigrasian berkenaan dalam
3

berbagai aspek bidang Keimigrasian misalnya pembuatan dan


pemalsuan surat perjalanan yang seharusnya dikeluarkan oleh
pejabat yang berwenang dari suatu negara, membutuhkan bentuk
penegakan hukum mulai dari pengawasan terhadap Orang Asing
maupun Warga Negara Indonesia yang masuk atau ke luar wilayah
serta keberadaannya di Wilayah Indonesia.
Pro Justitia atau Penyidikan adalah serangkaian tindakan
penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-
undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti
itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna
menemukan tersangkanya, sedangkan Penyidikan Keimigrasian
adalah Penyidikan terhadap Tindak Pidana Keimigrasian. Dalam
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, yang
diberi wewenang untuk melakukan penyidikan keimigrasian adalah
Penyidik Pegawai Negeri Sipil Keimigrasian (PPNS Keimigrasian).
Kewenangan PPNS Keimigrasian tertuang dalam Pasal 106 Undang-
Undang Nomor 6 tahun 2011 tentang Keimigrasian. Dalam
melakasanakan penyidikan PPNS Keimigrasian menangani kasus
dimulainya penyidikan, pemberkasan, hingga penyerahan berkas
perkara dan barang bukti serta tersangka langsung kepada Penuntut
Umum.
Peran dan tugas seorang PPNS Keimigrasian sangatlah
strategis di dalam kerangka hukum Indonesia mengingat penyidik
merupakan gerbang utama di mulainya tugas pencarian kebenaran
formil dan materiil. Pada prinsipnya ruang lingkup kewenangan
penyidikan sangat luas, kewenangan yang besar ini mencerminkan
bahwa proses penyidikan bukanlah proses yang sederhana. Dalam
pelaksanaannya mutlak dituntut penerapan prinsip kehati-hatian,
kecermatan, ketelitian, dan ketegasan dalam menangani setiap
permasalahan. Jangan sampai terjadi kesalahan prosedural, yang
berpotensi menyebabkan pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia
dalam upaya penegakan hukum yang dilaksanakan seorang PPNS
Keimigrasian. Dilihat dari sisi lain dalam hal penanganan suatu
4

perkara tindak pidana Keimigrasian, PPNS Keimigrasian menjadi


ujung tombak penegakan hukum. Oleh karena itu PPNS Keimigrasian
harus miliki kompetensi yang mumpuni dan mengedepankan
profesionalitas dalam penyidikan.

2. Struktur Organisasi
Action Leader saat ini bertugas sebagai Analis Keimigrasian
Muda dengan tugas tambahan sebagai Subkoordinator Penyidikan
Wilayah II pada Kelompok Substansi Penyidikan Keimigrasian
(Subdirektorat Penyidikan Keimigrasian), Direktorat Pengawasan dan
Penindakan Keimigrasian, Direktorat Jenderal Imigrasi. Direktorat
Jenderal Imigrasi adalah unsur pelaksana tugas dan fungsi
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia di bidang Keimigrasian.
Berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2021 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Direktorat
Jenderal Imigrasi terdiri atas:
a. Sekretariat Direktorat Jenderal;
b. Direktorat Lalu Lintas Keimigrasian;
c. Direktorat Izin Tinggal Keimigrasian;
d. Direktorat Intelijen Keimigrasian;
e. Direktorat Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian;
f. Direktorat Kerja Sama Keimigrasian; dan
g. Direktorat Sistem dan Teknologi Informasi Keimigrasian.
Selanjutnya susunan organisasi Sekretariat Direktorat Jenderal
Imigrasi terdiri atas:
a. Bagian Program dan Pelaporan;
b. Bagian Kepegawaian;
c. Bagian Keuangan;
d. Bagian Umum; dan
e. Kelompok Jabatan Fungsional.
5

Gambar 1.1. Struktur organisasi Direktorat Jenderal Imigrasi

Susunan organisasi Direktorat Pengawasan dan Penindakan


Keimigrasian terdiri atas Subbagian Tata Usaha dan Kelompok
Jabatan Fungsional. Berdasarkan pengelompokan uraian fungsinya,
Direktorat Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian dibagi menjadi
4 (empat) kelompok substansi sebagai berikut:
a. kelompok substansi pengawasan keimigrasian;
b. kelompok substansi penyidikan keimigrasian;
c. kelompok substansi pencegahan dan penangkalan; dan
d. kelompok substansi detensi imigrasi dan deportasi.
Kelompok Substansi Penyidikan Keimigrasian atau
Subdirektorat Penyidikan Keimigrasian dipimpin oleh seorang
Koordintor yang dibantu oleh 3 (tiga) Subkoordinator, yaitu:
a. Subkoordinator Penyidikan Wilayah I;
b. Subkoordinator Penyidikan Wilayah II; dan
c. Subkoordinator Penyidik Pegawai Negeri Sipil.
6

Gambar 1.2. Struktur organisasi Direktorat Pengawasan dan


Penindakan Keimigrasian

3. Tugas Pokok dan Fungsi


Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2023 tentang
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Direktorat Jenderal
Imigrasi mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan di bidang keimigrasian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan
tugas, Direktorat Jenderal Imigrasi menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan di bidang pelayanan dan fasilitas
keimigrasian, penegakan hukum dan keamanan keimigrasian,
kerja sama keimigrasian, perlintasan negara, dan teknologi
informasi keimigrasian;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang pelayanan dan fasilitas
keimigrasian, penegakan hukum dan keamanan keimigrasian,
kerja sama keimigrasian, perlintasan negara, dan teknologi
informasi keimigrasian;
c. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pelayanan
dan fasilitas keimigrasian, penegakan hukum dan keamanan
keimigrasian, kerja sama keimigrasian, perlintasan negara, dan
teknologi informasi keimigrasian;
d. pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang
pelayanan dan fasilitas keimigrasian, penegakan hukum dan
keamanan keimigrasian, kerja sarna keimigrasian, perlintasan
negara, dan teknologi informasi keimigrasian;
7

e. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal; dan


f. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Direktorat Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian
berdasarkan Pasal 231 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2021 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemberian bimbingan teknis dan supervisi,
serta pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang
pengawasan keimigrasian, penyidikan keimigrasian, dan pemberian
tindakan administratif keimigrasian, serta kepatuhan internal
keimigrasian sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Imigrasi. Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat
Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian menyelenggarakan
fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang
pengawasan keimigrasian, penyidikan keimigrasian, dan
pemberian tindakan administratif keimigrasian, serta kepatuhan
internal keimigrasian;
b. penyiapan bahan penyusunan standardisasi di bidang
pengawasan keimigrasian, penyidikan keimigrasian, dan
pemberian tindakan administratif keimigrasian, serta kepatuhan
internal keimigrasian;
c. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di bidang
pengawasan keimigrasian, penyidikan keimigrasian, dan
pemberian tindakan administratif keimigrasian, serta kepatuhan
internal keimigrasian;
d. pelaksanaan kebijakan teknis di bidang pengawasan
keimigrasian, penyidikan keimigrasian, dan pemberian tindakan
administratif keimigrasian, serta kepatuhan internal keimigrasian;
8

e. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pengawasan


keimigrasian, penyidikan keimigrasian, dan pemberian tindakan
administratif keimigrasian, serta kepatuhan internal keimigrasian;
dan
f. pelaksanaan urusan ketatausahaan dan kerumahtanggan
Direktorat Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian.
Berdasarkan Pasal 61 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2021 tentang Uraian
Fungsi Organisasi Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama dan Tugas
Koordinator Jabatan Fungsional di Lingkungan Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia, Direktorat Pengawasan dan Penindakan
Keimigrasian menyelenggarakan uraian fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pelaksanaan
evaluasi dan pelaporan di bidang pengawasan keimigrasian;
b. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pelaksanaan
evaluasi dan pelaporan di bidang penyidikan keimigrasian;
c. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pelaksanaan
evaluasi dan pelaporan di bidang pencegahan dan penangkalan;
dan
d. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pelaksanaan
evaluasi dan pelaporan di bidang detensi imigrasi dan deportasi.
Subkoordinator adalah pejabat fungsional Ahli Muda yang
diberikan tugas dan fungsi koordinasi serta pengelolaan kegiatan
sesuai bidang tugasnya dalam suatu satuan kerja sebagaimana diatur
peraturan perundang-undangan tentang organisasi dan tata kerja
instansi. Subkoordinator bertugas membantu Koordinator dalam
menjalankan tugas dan fungsinya, dengan demikian, Action Leader
memiliki tugas dan fungsi membantu Koordinator Penyidikan
Keimigrasian yaitu penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan
9

kebijakan, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta


pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang penyidikan
keimigrasian.

4. Masalah Aktual
a. Kondisi saat ini
Berdasarkan pengamatan Action Leader dalam melaksanakan
tugas pokok dan fungsi sebagai sebagai Subkoordinator
Penyidikan Wilayah II, ditemukan beberapa permasalahan
sebagai berikut:
(1) Belum optimalnya Aplikasi Penyidikan dan Penindakan
Keimigrasian (Nyidakim)
Aplikasi Penyidikan dan Penindakan Keimigrasian atau
biasa yang dikenal dengan sebutan Aplikasi Nyidakim
merupakan aplikasi berbasis internet atau web yang hanya
dapat diakses melalui komputer pada kantor imigrasi atau
Direktorat Jenderal Imigrasi. Aplikasi Nyidakim ini menjadi
salah satu sarana penunjang dalam melakukan pelayanan
keimigrasian pada masing-masing kantor imigrasi. Aplikasi
ini dibangun dalam rangka untuk mendukung dan
mempermudah kinerja dari pegawai dalam melakukan
pengurusan terhadap admistrasi pada bidang intelijen dan
penindakan keimigrasian, seperti halnya dalam pembuatan
Laporan Kejadian, Berita Acara Pemeriksaan, Berita Acara
Pendapat, serta Keputusan Kasus.
10

Gambar 1.3. Tampilan halaman beranda Aplikasi


Nyidakim

Permasalahan yang ada saat ini adalah Aplikasi Nyidakim


yang digunakan oleh Kantor Imigrasi maupun Direktorat
Jenderal Imigrasi sering terjadi gagal koneksi, terkendala
saat mengunggah/upload dokumen, dan tidak terdeteksinya
saat periksa Biometric Matching System (BMS) dalam
melakukan pembuatan laporan kejadian.

Gambar 1.4. Tampilan gagal menyimpan dokumen pada


beranda Aplikasi Nyidakim
11

Gambar 1.5. Tampilan pilihan jenis kasus Aplikasi


Nyidakim

Selain itu fitur yang ada saaat ini belum memenuhi


kebutuhan PPNS Keimigrasian dalam pelaksanaan
penyidikan tindak pidana Keimigrasian seperti belum adanya
fitur penggeledahan, penyitaan, penangkapan, dan
penahanan. Akibatnya banyak petugas Kantor Imigrasi dan
Direktorat Jenderal Imigrasi lebih memilih untuk
mengerjakan secara manual daripada menggunakan
aplikasi tersebut.
(2) Belum optimalnya pelaksanaan proses penyidikan
tindak pidana Keimigrasian
Tugas penyidikan yang dilakukan oleh PPNS bukanlah hal
yang mudah. Pelaksanaan penyidikan membutuhkan
tanggung jawab yang sangat besar, karena penyidikan
merupakan tahap awal dari rangkaian proses penyelesaian
perkara pidana yang artinya akan berpengaruh bagi tahap
proses peradilan selanjutnya. PPNS dituntut bekerja
profesional, cermat, dan cepat dalam mengatasi persoalan-
persoalan yang dihadapi masyarakat seiring dengan
terjadinya pelanggaran terhadap undang-undang. Selain itu
penyidik harus selalu mempertahankan dan meningkatkan
kompetensinya seiring dengan perkembangan modus-
modus baru dalam tindak pidana agar tidak melakukan
12

kesalahan dalam melakukan penyidikan. Dalam rangka


memaksimalkan penydidikan tindak pidana Keimigrasian,
PPNS Keimigrasian telah dibekali dengan dengan Peraturan
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 39 Tahun
2021 tentang Tata Cara Penyidikan Tindak Pidana
Keimigrasian dan Standar Operasional Prosedur
Administrasi Pemerintahan (SOP-AP). Namun demikian
masih ditemui beberapa kesalahan yang dilakukan PPNS
Keimigrasian dalam penyusunan administrasi dan
pelaksanaan penyidikan tindak pidana keimigrasian, bahkan
ada yang diperaperadilankan.

Gambar 1.6. Gugatan praperadilan terhadap Kantor


Imigrasi

Pada tahun 2023 tercatat ada 2 (dua) Kantor Imigrasi yang


mendapatkan gugatan praperadilan terkait penetapan
tersangka dan penangkapan tersangka. Salah satu
penyebab adanya gugatan praperadilan tersebut adalah
kurangnya administrasi penyidikan yang dibuat dan tidak
lengkapnya prosedur yang dijalankan oleh PPNS
Keimigrasian.
13

(3) Belum optimalnya pelaporan perkembangan


penanganan perkara tindak pidana Keimigrasian
Pada saat ini pada Direktorat Jenderal Imigrasi dalam hal
pelaporan perkembangan penanganan perkara tindak
pidana Keimigrasian masih dilakukan secara manual melalui
surat. Meskipun surat dikirimkan secara elektonik melalui
aplikasi Sumaker (Surat Masuk dan Keluar) Kementerian
Hukum dan HAM RI, petugas masih perlu mencari dan
merekap secara manual setiap perkembangan penyidikan
yang dilakukan oleh Kantor Imigrasi.

Gambar 1.7. Tampilan surat masuk Aplikasi Sumaker

Gambar 1.8. Tampilan rekapitulasi laporan penanganan


perkara tindak pidana Keimigrasian
14

Selain itu, dengan sistem yang masih manual tersebut,


Pimpinan mengalami kesulitan untuk memantau
perkembangan sebuah perkara. Pimpinan harus bertanya
dahulu kepada petugas atau penyidik yang menangani
kasus, dengan demikian diperlukan waktu yang cukup lama.
Akibatnya apabila terjadi penyimpangan atau kekeliruan
dalam penyidikan tidak dapat langsung ditindaklanjuti oleh
Pimpinan.
b. Kondisi yang diharapkan
Kondisi yang diharapkan adalah sebagai berikut:
(1) Terwujudnya aplikasi penyidikan dan penindakan
Keimigrasian yang handal, mumpuni, dan optimal
Dengan adanya aplikasi penyidikan dan penindakan
Keimigrasian yang optimal diharapkan dapat
memaksimalkan proses pelaksanaan penyidikan dan
penindakan Keimigrasian sehingga pelaksanaan penegakan
hukum Keimigrasian berjalan efektif dan efisien.
(2) Tersedianya pedoman operasional tentang penyidikan
tindak pidana Keimigrasian untuk PPNS Keimigrasian
Dengan adanya pedoman operasional yang sistematis dan
terstruktur tentang penyidikan untuk PPNS Keimigrasian
diharapkan dapat meminimalisir kesalahan dalam
pelaksanaan proses penyidikan tindak pidana Keimigrasian,
sehingga pelaksanaan penyidikan menjadi optimal.
(3) Terdigitalisasinya pelaporan perkembangan
penanganan perkara tindak pidana Keimigrasian
Dengan adanya aplikasi atau website pelaporan
perkembangan penanganan perkara tindak pidana
Keimigrasian secara digital, diharapkan perkembangan
penanganan perkara dapat terpantau dengan cepat dan
apabila terdapat kesalahan dapat langsung ditindaklanjuti.
15

Tabel 1.1. Perbandingan kondisi


No. Kondisi Saat Ini Kondisi Yang Diharapkan
1 Belum optimalnya Aplikasi Terwujudnya aplikasi
Penyidikan dan Penindakan penyidikan dan penindakan
Keimigrasian (Nyidakim) Keimigrasian yang handal,
mumpuni, dan optimal
2 Belum optimalnya Tersedianya pedoman
pelaksanaan proses operasional tentang penyidikan
penyidikan tindak pidana tindak pidana Keimigrasian
Keimigrasian untuk PPNS Keimigrasian
3 Belum optimalnya Terdigitalisasinya pelaporan
pelaporan perkembangan perkembangan penanganan
penanganan perkara tindak perkara tindak pidana
pidana Keimigrasian Keimigrasian

5. Rumusan Masalah
Berdasarkan isu aktual yang telah teridentifikasi, selanjutnya
dilakukan proses pemilihan isu dengan analisis kriteria Aktual,
Problematik, Kekhalayakan, dan Kelayakan (APKL). Teknik APKL
yang dibuat adalah teknik yang digunakan untuk menentukan
kelayakan suatu masalah dengan memperhatikan empat faktor, yaitu:
a. Aktual (A), yaitu isu tersebut masih dibicarakan atau belum
terselesaikan hingga masa sekarang;
b. Problematik (P), yaitu isu yang menyimpang dari harapan standar,
ketentuan yang menimbulkan kegelisahan yang perlu segera
dicari penyebab dan pemecahannya;
c. Kekhalayakan (K), yaitu isu yang diangkat secara langsung
menyangkut hajat hidup orang banyak dan bukan hanya untuk
kepentingan seseorang atau sekelompok kecil orang;
d. Layak (L), yaitu isu yang masuk akal (logis), pantas, realistis dan
dapat dibahas sesuai dengan tugas, hak, wewenang dan
tanggung jawab hingga akhirnya diangkat menjadi isu yang
prioritas.
16

Tabel 1.2. Analisis isu berdasarkan kriteria APKL


Faktor
No. Isu Total Rangking
A P K L
Belum optimalnya Aplikasi
Penyidikan dan
1 4 3 4 5 16 2
Penindakan Keimigrasian
(Nyidakim)
Belum optimalnya
pelaksanaan proses
2 5 4 4 5 18 1
penyidikan tindak pidana
Keimigrasian
Belum optimalnya
pelaporan perkembangan
3 3 3 4 4 14 3
penanganan perkara tindak
pidana Keimigrasian

Selanjutnya untuk menentukan prioritas isu yang harus


diselesaikan, maka Action Leader melakukan identifikasi dengan
Metode Urgency, Seriousnmess, Growth (USG). USG adalah salah
satu metode skoring untuk menyusun urutan prioritas isu yang harus
diselesaikan. Pada tahap ini masing masing masalah dinilai tingkat
risiko dan dampaknya. Bila telah didapatkan jumlah skor maka dapat
menentukan prioritas masalah. Langkah skoring dengan
menggunakan USG adalah memnuat daftar masalah, membuat table
matriks prioritas masalah dengan bobot skoring 1 – 5 dan nilai yang
tertinggi sebagai prioritas masalah. Hasil analisis berdasarkan
Urgency, Seriousness, Growth (USG) dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 1.3. Analisis isu menggunakan USG
Kriteria
No. Isu Total Rangking
U S G
Belum optimalnya Aplikasi
1 Penyidikan dan Penindakan 4 4 5 13 2
Keimigrasian (Nyidakim)
Belum optimalnya
pelaksanaan proses
2 5 4 5 14 1
penyidikan tindak pidana
Keimigrasian
17

Belum optimalnya pelaporan


perkembangan penanganan
3 5 4 3 12 3
perkara tindak pidana
Keimigrasian

Berdasarkan Tabel 1.3 di atas, diperoleh masalah utama yang


mempunyai tingkat urgensi (Urgency), keseriuasan (Seriousness) dan
pertumbuhan (Growth) yang besar adalah “Belum optimalnya
pelaksanaan proses penyidikan tindak pidana Keimigrasian”.
Berkaitan dengan hal tersebut maka Action Leader membuat
Rencana Aksi Perubahan berjudul “Optimalisasi Penyidikan Tindak
Pidana Keimigrasian pada Subdirektorat Penyidikan
Keimigrasian Jakarta Selatan”.

Tujuan
Tujuan Rencana Aksi Perubahan ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan pada tahap off campus (60 hari)
a. Tersusunnya Pedoman Operasional Penyidikan Tindak Pidana
Keimigrasian;
b. Tersosialisasikannya Pedoman Operasional Penyidikan Tindak
Pidana Keimigrasian di Subdirektorat Penyidikan Keimigrasian;
a. Terimplementasikannya Pedoman Operasional Penyidikan
Tindak Pidana Keimigrasian di Subdirektorat Penyidikan
Keimigrasian;
b. Terlaksananya monitoring dan evaluasi implementasi Pedoman
Operasional Penyidikan Tindak Pidana Keimigrasian di
Subdirektorat Penyidikan Keimigrasian;
c. Optimalnya pelaksanaan penyidikan tindak pidana Keimigrasian
pada Subdirektorat Penyidikan Keimigrasian dengan tidak
terjadinya kesalahan administrasi dan prosedur;
d. Tersusunnya Laporan Penyidikan Tindak Pidana Keimigrasian
Semester II T.A. 2023.
18

2. Tujuan pada tahap pasca pelatihan


a. Tersosialisasikannya Pedoman Operasional Penyidikan Tindak
Pidana Keimigrasian di semua Kantor Imigrasi di Indonesia;
b. Terimplementasikannya Pedoman Operasional Penyidikan
Tindak Pidana Keimigrasian di semua Kantor Imigrasi yang
sedang melaksanakan penyidikan;
c. Terwujudnya revisi Pedoman Operasional Penyidikan Tindak
Pidana Keimigrasian sesuai dengan perkembangan kebijakan
terbaru;
d. Tersusunnya Laporan Penyidikan Tindak Pidana Keimigrasian
secara berkala dan berkelanjutan.

Nilai Tambah Bagi Organisasi


Dengan adanya panduan operasional tentang penyidikan tindak pidana
Keimigrasian, PPNS Keimigrasian memiliki panduan yang sistematis dan
terstruktur dalam pelaksanaan penyidikan tindak pidana Keimigrasian
sehingga dapat meminimalisis kesalahan dan memastikan bahwa
penyidikan dilakukan dengan profesional, adil, dan sesuai dengan hukum.
Dengan demikian Aksi Perubahan ini akan menpunyai nilai tambah bagi
organisasi, di antaranya:
a. Meningkatkan serapan anggaran penyidikan Keimigrasian pada Divisi
Keimigrasian dan Kantor Imigrasi. Sampai saat ini banyak Divisi
Keimigrasian dan Kantor Imigrasi yang belum melaksanakan
penyidikan, sementara setiap tahun setiap Divisi Keimigrasian dan
Kantor Imigrasi minimal diberi anggaran 1 (satu) kali penyidikan tindak
pidana Keimigrasian (Rp 32.475.000,00). Dengan adanya Aksi
Perubahan ini diharapkan meningkatkan jumalah penyidikan tindak
pidana Keimigrasian sehingga Capaian Kinerja Pelaksanaan
Anggaran dapat terlaksana dengan maksimal;
b. Akan meningkatkan indeks penegakan hukum Keimigrasian berupa
penyidikan tindak pidana Keimigrasian. Pada tahun 2022 penyidikan
tindak pidana Keimigrasian memperoleh indeks 3,63 (skala 1-5)
dengan responden internal dan 3,64 (skala 1-5) dengan responden
19

eksternal, dengan Aksi Perubahan ini diharapkan meningkat menjadi


3,8 pada tahun 2023 dan 2024;
c. Dapat menghemat anggaran pendampingan penyidikan. Direktorat
Pengawasan dan penindakan Keimigrasian saat ini memiliki anggaran
untuk melakukan proses penyidikan pada Unit Pelaksana Teknis yang
mengalami masalah atau hambatan dalam melakukan penyidikan
sejumlah Rp 117.312.000,00. Dengan adanya Aksi Perubahan ini
diharapkan dapat meminimalisir kendala yang terjadi dalam proses
penyidikan sehingga Unit Pelaksana Teknis dapat menanganinya
secara mandiri.

Kemanfaatan Aksi Perubahan


Reformasi Birokrasi Tematik dalah framework yang digunakan untuk
mengurai dan menyelesaikan masalah (bottleneck) tata kelola yang terkait
dengan isu/program prioritas pemerintah (Presiden) agar manfaatnya
segera dirasakan langsung oleh masyarakat. Ada empat fokus RB
Tematik yang ditetapkan saat ini yaitu:
a. Pengentasan kemiskinan;
b. peningkatan investasi;
c. digitalisasi administrasi pemerintah;
d. percepatan prioritas aktual presiden terkait penggunaan Produk
Dalam Negeri (PDN).
Peningkatan Investasi dilakukan dengan mendorong kemudahan
pelayanan perizinan dan menciptakan iklim investasi yang semakin
kondusif. Seiring dengan kebijakan pemerintah dalam memacu
pertumbuhan ekonomi dengan upaya menarik investor asing untuk masuk
ke Indonesia, maka peluang untuk terjadinya penyelewengan dalam
keberadaan dan kegiatan Warga Negara Asing pun berbanding linear.
Dalam hal ini PPNS Keimigrasian memiliki peran bukan hanya sebagai
penegak hukum Keimigrasian di Indonesia melainkan juga sebagai
fasilitator pembangunan dengan menjaga iklim investasi untuk tetap
sesuai dalam koridor aturan yang berlaku di Indonesia.
20

Adapun manfaat Rencana Aksi Perubahan terhadap stakeholder internal


dan eksternal adalah, sebagai berikut:
1. Manfaat Internal
a. Meminimalisir kesalahan dalam proses penyidikan tindak pidana
Keimigrasian;
b. Meminimalisir adanya gugatan praperadilan;
c. Pelaksanaan penyidikan tindak pidana Keimigrasian menjadi lebih
optimal;
d. Membantu meningkatkan indeks penegakan hukum Keimigrasian.
2. Manfaat Eksternal
a. Menambah pengetahuan dan kemampuan PPNS Keimigrasian;
b. Mempermudah PPNS Keimigrasian dalam melaksanakan proses
penyidikan;
c. Menciptakan tertib administrasi dalam penyusunan administrasi
penyidikan tindak pidana Keimigrasian;
d. Masyarakat memperoleh informasi memahami secara baik hal-hal
yang berkaitan dengan operasional kerja PPNS Keimigrasian;
e. Masyarakat memperoleh kepastian hukum.

Ruang Lingkup
Aksi Perubahan yang akan dilaksanakan merupakan salah satu
bentuk gerakan perubahan guna mendukung kinerja Direktorat Jenderal
Imigrasi dalam meningkatkan kualitas penegakan hukum Keimigrasian.
Program Aksi Perubahan ini diwujudkan melalui inovasi pembuatan
Pedoman Operasional Penyidikan Tindak Pidana Keimigrasian. Ruang
lingkup Rancangan Aksi Perubahan ini berfokus pada seluruh kegiatan
yang berhubungan dengan penyusunan Pedoman Operasional
Penyidikan Tindak Pidana Keimigrasian.
21

II. INOVASI DAN OUTPUT RENCANA AKSI


A. Inovasi
Inovasi Aksi Perubahan yang dilakukan Action Leader adalah Optimalisasi
Penyidikan Tindak Pidana Keimigrasian pada Subdirektorat Penyidikan
Keimigrasian Jakarta Selatan.

B. Output
Adapun output rencana aksi ini adalah, sebagai berikut:
1. Terbentuknya Tim Efektif dengan Surat Keputusan dari Direktur
Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian;
2. Tersusunnya Pedoman Operasional Penyidikan Tindak Pidana
Keimigrasian;
3. Terlegalisasinya Pedoman Operasional Penyidikan Tindak Pidana
Keimigrasian dengan Surat Keputusan Direktur Pengawasan dan
Penindakan Keimigrasian;
4. Diusulkannya pengembangan Pedoman Operasional Penyidikan
Tindak Pidana Keimigrasian dalam Rencana Kerja Direktorat
Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian;
5. Terwujudnya Surat Pernyataan Komitmen keberlanjutan penggunaan
Pedoman Operasional Penyidikan Tindak Pidana Keimigrasian pada
Subdirektorat Penyidikan Keimigrasian;
6. Laporan Penyidikan Tindak Pidana Keimigrasian Semester II T.A.
2023.
22

III. TATA KELOLA SUMBER DAYA


A. Pengorganisasian SDM
Tim Efektif dalam Aksi Perubahan adalah penentu keberhasilan Aksi
Perubahan yang akan membantu Action Leader dan bekerja sama dalam
mewujudkan setiap kegiatan Aksi Perubahan yang akan dilakukan oleh
Tim Efektif. Adapun daftar susunan Tim Efektif sebagai berikut:
Tabel 3.1. Tata kelola Sumber Daya Manusia

NO. NAMA JABATAN DALAM TIM EFEKTIF


Saffar Muhammad Godam,
1 Sponsor
S.H., M.H.
Hajar Aswad, A.Md.Im,
2 Mentor
S.Sos, M.Si.
Ketut Satria Widasmara,
3 Action Leader
A.Md.Im, S.H., M.H.
4 Ukky January Linzki Ketua Tim Pokja Administrasi
5 Budi Ismardi Umasugi Anggota Tim Pokja Administrasi
6 Hendrick Alif Arsyandy Anggota Tim Pokja Administrasi
7 Dony Lusindra Ketua Tim Pokja Penyusun
8 Fajar Yulianto Anggota Tim Pokja Penyusun
9 Syakirun Ni’am Mubarok Anggota Tim Pokja Penyusun
10 Abd Hannan Ketua Tim Pokja Sosialisasi
11 Andri Siagian Anggota Tim Pokja Sosialisasi

SPONSOR
DIREKTUR PENGAWASAN DAN
PENINDAKAN KEIMIGRASIAN

MENTOR
KOORDINATOR PENYIDIKAN
KEIMIGRASIAN

ACTION LEADER
COACH SUBKOORDINATOR PENYIDIKAN
WILAYAH II

TIM EFEKTIF

TIM POKJA ADMINISTRASI TIM POKJA PENYUSUN TIM POKJA SOSIALISASI

Gambar 3.1. Struktur organisasi tata kelola sumber daya Aksi


Perubahan
23

Deskripsi tugas/fungsi dari setiap unit dalam tata Kelola aksi ini dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Sponsor: Saffar Muhammad Godam, S.H., M.H. (Direktur
Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian) memiliki fungsi:
a. Memberikan legitimasi dan dukungan Rencana Aksi Perubahan;
b. Menfasilitasi dalam menyelesaikan masalah yang timbul selama
proses pelaksanaan Aksi Perubahan.
2. Mentor: Hajar Aswad, A.Md.Im, S.Sos, M.Si. (Koordinator
Penyidikan Keimigrasian) memiliki tugas:
a. Memberikan otorisasi kepada Action Leader untuk menyusun
Rencana Aksi Perubahan;
b. Mempelajari dan mendalami Rencana Aksi Perubahan yang
dilakukan;
c. Memberikan masukan penyempurnaan terhadap Rencana Aksi
Perubahan;
d. Memastikan Rencana Aksi Perubahan membantu peningkatan
kinerja organisasi;
e. Menyetujui Rencana Aksi Perubahan;
f. Bertindak sebagai pembimbing dan pengawas Action Leader
berdasarkan sikap profesionalisme;
g. Memberikan dukungan penuh kepada Action Leader dalam
mengimplementasikan Aksi Perubahan;
h. Memberikan dukungan kepada Action Leader dalam
mendayagunakan seluruh potensi sumber daya yang diperlukan
dalam melakukan implementasi Aksi Perubahan;
i. Memberikan bimbingan kepada Action Leader dalam mengatasi
kendala yang muncul selama proses implementasi berlangsung
dan berperan sebagai inspirator bagi Action Leader.
3. Coach: Nolik Dwi Atmono, S.E., M.E. memiliki fungsi:
a. Memberikan metodologi, arahan secara teoritis, membuat
perencanaan serta pelaporan, mengarahkan tim untuk lebih
bersinergi dalam pelaksanaan Aksi Perubahan;
b. Menjadi konselor selama proses menyusun Aksi Perubahan;
24

c. Memastikan kemampuan Action Leader dalam menyusun


Rencana Aksi Perubahan dan telah menetapkan area perubahan
yang akan menjadi Aksi Perubahan.
4. Action Leader: Ketut Satria Widasmara, A.Md.Im, S.H., M.H.
memiliki tugas:
a. Mengelola Tim Efektif agar rencana aksi dapat terlaksana dan
mendapatkan hasil yang diharapkan;
b. Berinisiatif melakukan diskusi secara aktif dengan Mentor dan
Coach tentang persiapan, konsep penyelenggaraan, dan
pelaporan Aksi Perubahan;
c. Membangun kerja sama dan jejaring dengan seluruh stakeholder;
d. Mengarahkan, mengatur, dan memotivasi tim;
e. Memimpin, mendelegasikan, mengarahkan penyelenggaraan
Aksi Perubahan sesuai kapasitas tim;
f. Mengelola tim agar perubahan dapat terlaksana dan
mendapatkan hasil;
g. Mengkoordinir agar seluruh Tim Efektif dapat bekerja sama dan
memberikan hasil terhadap Rencana Aksi Perubahan.
5. Tim Efektif Pokja Administrasi memiliki tugas membantu
menyiapkan kelengkapan yang berhubungan dengan administrasi,
menyiapkan rapat, mengumpulkan hasil rapat, dan membantu dalam
menyempurnakan laporan implementasi Aksi Perubahan.
6. Tim Efektif Pokja Penyusun memiliki tugas membantu Action Leader
merancang, mengembangkan, dan menyusun materi pedoman
operasional yang komprehensif dan efektif.
7. Tim Efektif Pokja Sosialisasi memiliki tugas memberikan dukungan
pada tahapan implementasi Aksi Perubahan, membantu untuk
melaksanakan sosialisasi, membantu menyebarkan dan mengompulir
kuesioner dan testimoni serta memberikan feedback terhadap
kemajuan laporan implementasi.
25

B. Pengelolaan Anggaran
Anggaran pelaksanaan Aksi Perubahan ini masih dilakukan secara
mandiri, belum didukung DIPA namun akan diajukan pengembangannya
pada anggaran tahun yang akan datang:
Tabel 3.2. Rencana anggaran RAP
PERHITUNGAN
PROGRAM/KEGIATAN/KRO/
KODE HARGA JUMLAH
RO/KOMPONEN/ SUBKOMP/ DETIL VOLUME
SATUAN BIAYA
Penyusunan Pedoman
Operasional Penyidikan Tindak 5,580,000
Pidana Keimigrasian
521211 Belanja Bahan 3,780,000
(KPPN.139-Jakarta V)
- Snack Rapat Biasa [10 ORG x 1
40.0 OK 22,000 880,000
KALI x 4 KEG]
- Spanduk 1.0 PKT 200,000 200,000
- Pencetakan Pedoman
3.0 PKT 400,000 1,200,000
Operasional [3 MDL x 1 PKT]
- Penggandaan, Penjilidan, dan
1.0 PKT 1,000,000 1,000,000
Pelaporan [1 PKT x 1 KEG]
- ATK [1 PKT x 1 KEG] 1.0 PKT 500,000 500,000
522151 Belanja Jasa Profesi 1,800,000
(KPPN.139-Jakarta V)
- Narasumber Eksternal Eselon
2.0 OJ 900,000 1,800,000
III/Pakar [1 ORG x 2 JAM]

C. Sarana dan Prasarana


Untuk mendukung pelaksanaan Rencana Aksi Perubahan diperlukan
sarana dan prasarana yang dapat mempermudah proses pelaksanaan
Rencana Aksi Perubahan. Sarana dan prasarana yang digunakan dalam
Rencana Aksi Perubahan ini antara lain aula/ruang rapat, laptop,
komputer, printer, jaringan internet, proyektor, dan smartphone.
26

IV. STAKEHOLDER
Stakeholder yang terlibat dalam Aksi Perubahan terbagi menjadi dua yakni
internal dan eksternal. Kedua jenis stakeholder tersebut dapat
mendukung, netral, dan menolak.

A. Identifikasi Stakeholder
Tabel 4.1. Identifikasi stakeholder
IDENTIFIKASI
NO. DUKUNGAN PENGARUH NILAI
STAKEHOLDER
A Stakeholder Internal
1 Direktur Pengawasan dan
Penindakan Keimigrasian
selaku Sponsor berperan
memberi legitimasi, dukungan,
Promoters Sangat
dan menfasilitasi dalam 9
+ Tinggi
menyelesaikan masalah yang
timbul selama proses
pelaksanaan Rencana Aksi
Perubahan
2 Koordinator Penyidikan
Keimigrasian selaku Mentor
berperan memberi arahan,
dukungan, persetujuan, dan
Promoters Sangat
bimbingannya secara langsung 9
+ Tinggi
kepada Action Leader atas
setiap kegiatan yang diperlukan
dalam rangka menyukseskan
Rencana Aksi Perubahan
3 Kepala Subbagian Tata Usaha
Direktorat Pengawasan dan
Penindakan Keimigrasian
Latens Tinggi 7
memiliki peranan dalam
+
membantu kesuksesan
Rencana Aksi Perubahan
4 Subkoordinator Penyidikan
Wilayah I memiliki peranan
Defenders Sedang 5
dalam membantu kesuksesan
+
Rencana Aksi Perubahan
5 Subkoordinator Penyidik
Pegawai Negeri Sipil memiliki
peranan dalam membantu Defenders Sedang 5
kesuksesan Rencana Aksi +
Perubahan
6 Staff Pelaksana ASN memiliki
peranan dalam membantu Defenders Sedang 4
kesuksesan Rencana Aksi +
Perubahan
27

B Stakeholder Eksternal
7 PPNS Keimigrasian memiliki
peranan dalam membantu
Apathetics Rendah 2
kesuksesan Rencana Aksi
+/-
Perubahan
8 Bagian Kepegawaian memiliki
peranan dalam Membantu
Apathetics Rendah 2
kesuksesan Rencana Aksi
+/-
Perubahan
9 Masyarakat memiliki peranan
dalam Membantu kesuksesan Apathetics Rendah 2
Rencana Aksi Perubahan +/-

B. Identitas Stakeholder
Berdasarkan keterlibatan stakeholder internal dan eksternal di atas
selanjutnya Action Leader membuat tabel identifikasi stakeholder, sebagai
berikut:
Tabel 4.2. Identitas stakeholder
IDENTIFIKASI STAKEHOLDER
Jenis Kelompok
Stakeholder Stakeholder
Tim Efektif

Primer

Sekunder

Utama

Promoter

Latens

Defender

Apathetics
Strategi
No. Stakeholder
Komunikasi

Internal
Direktur Pengawasan dan (+)
1 √ Canalizing/KP
Penindakan Keimigrasian 9
Koordinator Penyidikan (+)
2 √ Canalizing/KP
Keimigrasian 9
Kepala Subbagian Tata (+)
3 √ Informatif/KP
Usaha Dit. Wasdakim 7
Subkoordinator Penyidikan (+)
4 √ Informatif/KP
Wilayah I 5
(+)
5 Subkoordinator PPNS √ Informatif/KS
5
(+)
6 Staf pelaksana PNS √ √ Informatif/KI
4
Ekseternal
(+)
7 PPNS Keimigrasian √ Persuasif
2
(+)
8 Bagian Kepegawaian √ Persuasif
2
(+)
9 Masyarakat √ Persuasif
2
28

Keterangan:
Jenis Stakeholders
a) Primer : Stakeholders yang menerima dampak secara
langsung;
b) Sekunder : Stakeholders yang tidak menerima dampak langsung;
c) Utama : Stakeholders yang bisa mempengaruhi pihak lain dan
mereka yang punya kepentingan dengan hasil upaya.

Kelompok Stakeholders
a) Promoters : kepentingan tinggi, kekuatan tinggi;
b) Defenders : kepentingan tinggi, kekuatan rendah;
c) Latents : kepentingan rendah, kekuatan tinggi;
d) Apathetics : kepentingan rendah, kekuatan rendah.

Pemetaan posisi dari setiap Stakeholder:


a) Positif (+) : Cukup Mendukung/ Mendukung/ Sangat
mendukung;
b) Negatif (-) : Menentang;
c) Positif/Negatif (+/-) : Netral.

Penetapan pengaruh Stakeholder, maka besar pengaruh, maka


semakin tinggi towernya:
a) Rendah : 1 – 2 (apathetic);
b) Sedang : 3 – 5 (defender);
c) Tinggi : 6 – 8 (laten);
d) Sangat tinggi : 9 ≤ (promoter).

Untuk memaksimalkan tercapainya tujuan Aksi Perubahanan maka


Action Leader akan menerapkan beberapa strategi komunikasi dan
teknik komunikasi dalam menjalin hubungan dengan stakeholder,
sebagai berikut:
29

a) Strategi dalam menjalin hubungan dengan Stakeholder


Terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan dalam strategi
komunikasi, di antaranya:
(1) Repetition (pengulangan)
Mempengaruhi masyarakat dengan mengulangi pesan kepada
stakeholder dengan teknik repetition. Dimana Action Leader
memberikan informasi kepada stakeholder tentang penggunaan
inovasi secara teratur sehingga stakeholder tertarik untuk
menggunakannya karena mereka tahu dan merasakan
manfaatnya. (Selalu promosi terkait penggunaan inovasi).
(2) Canalizing
Teknik kanalisasi adalah memahami dan mempelajari pengaruh
kelompok terhadap individu atau pemangku kepentingan. Untuk
memastikan keberhasilan implementasi perubahan, pemangku
kepentingan harus memastikan bahwa inovasi ini sudah sesuai
dengan nilai-nilai dan standar pemangku kepentingan dengan
melakukan analisis kebutuhan dengan tepat. (Melakukan analisis
kebutuhan stakeholder agar inovasi tepat sasaran).
(3) Informatif
Untuk menyampaikan inovasi yang akan kita lakukan, para
pemimpin aksi dapat mengadakan pertemuan secara langsung
atau menggunakan media online. Ini memungkinkan para
pemimpin aksi untuk menyampaikan tentang fakta, data, dan
pendapat. Ini memungkinkan para stakeholder untuk bertanya
langsung dan memahami maksud dan tujuan perubahan, serta
memahami keuntungan yang akan dirasakan jika perubahan
berjalan dengan baik. (Sosialisasi langsung maupun secara
daring. Action Leader membuat WA group khusus Tim Efektif).
(4) Persuasif
Persuasif berarti membujuk orang lain. Dalam situasi ini,
pemangku kepentingan dihalangi baik pikiran maupun
perasaannya. Strategi ini digunakan untuk membuat pemangku
kepentingan ingin berpartisipasi secara aktif dalam pelaksanaan
30

Aksi Perubahan dan memberikan dukungan sepenuhnya untuk


mencapai hasil yang optimal. Untuk mencapai hal ini, pendekatan
komunikasi formal maupun informal digunakan. Ini akan membuat
orang yakin untuk mendukung pemimpin aksi. (Kampanye Aksi
Perubahan).
(5) Edukatif
Salah satu cara untuk memberikan pengaruh dari pernyataan
umum yang dilontarkan adalah dengan menggunakan teknik
edukatif; ini dapat dimanifestasikan dalam bentuk pesan yang
mengandung pendapat, fakta, dan pengalaman. Untuk memberi
tahu stakeholder tentang pentingnya inovasi, Action Leaders
harus memberi tahu mereka bagaimana menggunakannya.
Sumber pendidikan yang mendukung Aksi Perubahan termasuk
buku, internet, dan web binnar, dan hasilnya didistribusikan
kepada pihak berwenang.
(6) Koersif
Teknik koersif memaksa stakeholder. Teknik koersif ini biasanya
ditunjukkan dalam bentuk peraturan dan perintah. Ini dilakukan
dengan membuat aturan yang memaksa inovasi untuk terus
digunakan. (Dapat dibuatkan surat perintah dan keputusan
penggunaan inovasi).
b) Teknik komunikasi dalam menjalin hubungan dengan
Stakeholder
(1) Promotors Stakeholders adalah Key Player/KP
Komunikasi langsung, harus dapat merespons pertanyaan secara
langsung, harus dimonitor secara terus menerus; komunikasi
yang memungkinkan stakeholders dapat bertanya kapanpun dan
dapat menyediakan jawaban; memahami masalah yang timbul
dan dapat memberi respon dengan cepat.
(2) Defendents Stakeholders adalah Keep Informed/KI
Susun Strategi komunikasi bersama dengan stakeholders ini
(When, What Means, Why, Who); gunakan software manajemen
31

yang memberikan laporan; laporkan status proyek ringkas dan


rinci.
(3) Latent Stakeholders adalah Keep Satisfied/KS
Stakeholder dalam kategori ini bisa jadi pengaruh yang kuat, tetapi
karena mereka berpotensi memiliki kepentingan rendah, anda
perlu menemukan saluran digital yang sesuai untuk menargetkan
pesan mereka.
(4) Apethetics Stakeholders adalah Minimal Effort/ME
Mengelola hubungan pasif, tidak perlu mencari mereka, tetap
sopan dan bersikap sewajarnya ketika bertemu. Gunakan metode
push communication – tidak ada interaksi kecuali diminta.

C. Peta Jejaring
Dalam merencanakan Aksi Perubahan, perlu mengenal terlebih dahulu
siapa saja stakeholder yang berkepentingan terhadap perubahan, oleh
karena itu perlu dibuat suatu peta jaringan atau net map yang bertujuan
memetakan stakeholder yang terkait dengan perubahan tersebut. Apabila
dipetakan dalam net map, maka Stakeholder yang terlibat dalam Aksi
Perubahan ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Direktur Pengawasan dan
Penindakan Keimigrasian
STAKEHOLDER (SPONSOR) STAKEHOLDER
EKSTERNAL + (9) INTERNAL

Koordinator Kasubbag Tata Usaha


Penyidikan Keimigrasian Dit. Wasdakim
(MENTOR) + (7)
PPNS Keimigrasian + (9)
+/- (2)
Subkoordinator
Penyidikan Wilayah I
+ (5)

Bagian Kepegawaian ACTION


+/- (2) LEADER
Subkoordinator PPNS
+ (5)

Masyarakat
+/- (2)
Staf pelaksana PNS
+ (4)

TIM EFEKTIF

Gambar 4.1. Peta jaringan


32

Keterangan:
+ : Mendukung
+/- : Netral
- : Tidak mendukung
: Perintah
: Laporan
: Koordinasi
: Sosialisasi

Keterangan deskripsi:
(1) Action Leader melaporkan dan berkonsultasi kepada Mentor
tentang kegiatan Rencana Aksi Perubahan yang akan dilaksanakan
meliputi Rencana Aksi Perubahan, pembentukan Tim Efektif,
keterlibatan stakeholder internal dan eksternal, serta hal-hal lain
yang diperlukan dalam kegiatan Rencana Aksi Perubahan tersebut.
(2) Mentor melaporkan kepada Sponsor (pimpinan) tentang kegiatan
Rencana Aksi Perubahan yang akan dilaksanakan oleh Action
Leader.
(3) Sponsor kepada Action Leader melalui Mentor memberikan
persetujuan surat perintah/surat keputusan tentang pembentukan
Tim Efektif (team work) yang telah ditandatangani oleh
Pimpinan/Sponsor.
(4) Action Leader dan Tim Efektif melakukan Rencana Aksi Perubahan,
identifikasi keterlibatan stakeholder internal dan eksternal, serta hal-
hal lain yang diperlukan dalam kegiatan Rencana Aksi Perubahan.
(5) Action Leader berkoordinasi dengan stakeholder internal dan
eksternal tentang pelaksanaan Rencana Aksi Perubahan.
(6) Action Leader berkoordinasi dengan Tim Efektif.
(7) Action Leader mensosialisasikan hasil Rencana Aksi Perubahan
kepada stakeholder internal dan eksternal.
(8) Action Leader melaporkan kepada Mentor dan Coach mengenai
hasil kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan Rencana Aksi
Perubahan.
33

D. Kuadran Stakeholder
Seluruh stakeholder tersebut apabila dipetakan dalam kuadran analis
stakeholders, maka akan tampak seperti pada gambar berikut:

LATENTS PROMOTER
(Pengaruh tinggi, kepentingan rendah) (Pengaruh tinggi, kepentingan tinggi)
- Direktur Pengawasan dan Penindakan
Keimigrasian
Kasubbag Tata Usaha pada Direktorat
Pengawasan dan Penindakan - Koordinator
Keimigrasian Penyidikan Keimigrasian

APATHETICS
(Pengaruh rendah, kepentingan rendah) DEFENDER
(Pengaruh rendah, kepentingan tinggi)
- PPNS Keimigrasian - Subkoordinator Dik. Wil. I
- Bagian Kepegawaian - Subkoordinator PPNS
- Masyarakat - Staf Pelaksana PNS

Gambar 4.2. Kuadran Stakeholder

Berdasarkan kuadran stakeholder, dapat dijelaskan sebagai berikut:


(1) Promoters yaitu kelompok yang mempunyai kepentingan terhadap
program dan juga kekuatan untuk membantu membuatnya berhasil
atau sebaliknya, dalam Aksi Perubahan ini promoters adalah
Direktur Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian dan Koordinator
Penyidikan Keimigrasian;
(2) Defenders yaitu kelompok yang memiliki kepentingan pribadi dan
dapat menyuarakan dukungan dalam komunitas, tapi kekuatanya
kecil untuk mempengaruhi kegiatan, dalam hal ini yang termasuk
defenders adalah Subkoordinator Penyidikan Wilayah I,
Subkoordinator PPNS, dan Staf Pelaksana ASN;
(3) Latens yaitu kelompok yang tidak memiliki kepentingan khusus
maupun terlibat dalam program, tetapi memiliki kekuatan besar untuk
mempengaruhi program jika mereka menjadi tertarik, yaitu Kepala
34

Subbagian Tata Usaha pada Direktorat Pengawasan dan


Penindakan Keimigrasian;
(4) Aphatetic kelompok yang tidak memiliki kepentingan maupun
kekuatan, bahkan tidak mengetahui adanya program, yang termasuk
kelompok ini adalah PPNS Keimigrasian, Bagian Kepegawaian, dan
masyarakat.
35

V. PENTAHAPAN RENCANA AKSI


Tahapan Rencana Aksi Perubahan secara garis besar dapat dilihat dari
tabel pentahapan aksi terhitung mulai tanggal 03 Oktober 2023 sampai
dengan 02 Desember 2023. Secara garis besar tahapan Aksi Perubahan
berawal dari tahap perencanaan, tahap pengorganisasian, tahap
pelaksanaan, tahap monitoring dan pasca pelatihan. Pentahapan ini perlu
kita lakukan untuk memastikan setiap tahapan kegiatan dapat terpantau
progresnya dan memastikan setiap kegiatan didukung dengan evidence
(bukti) yang kuat sebagai bentuk akuntabilitas kinerja.
Tabel 5.1. Millestones
NO. KEGIATAN WAKTU OUTPUT
I TAHAP OFF CAMPUS (60 HARI)
A Planning (Perencanaan)
1 Menghadap dan Minggu ke-1 Catatan arahan
menjelaskan pada Mentor (03 Oktober dari Mentor
tentang Rencana Aksi 2023)
Perubahan yang akan
dilaksanakan
2 Sosialisasi dan kordinasi Minggu ke-1 Catatan
awal dengan stakeholder (04 Oktober informasi
internal, external terkait 2023) stakeholder
pelaksanan Aksi
Perubahan
B Organizing (Pengorganisasian)
1 Rapat Pembahasan Minggu ke-1 • Undangan
Pembentukan Tim dan (05 Oktober • Daftar Hadir
Pembagian Tugas 2023) • Notulen
• Dokumentasi
2 Penyusunan SK Tim dan Minggu ke-1 Surat
Penandatanganan SK Tim (06 Oktober Keputusan (Sk)
Efektif 2023)
3 Pengumpulan data oleh Minggu ke-2 • Dokumentasi
Tim Efektif dan konsep (09 s.d. 11 • Data
awal Pedoman Oktober 2023)
Operasional Penyidikan
Tindak Pidana
Keimigrasian
C Actuating (Pelaksanaan)
1 Menentukan struktur dan Minggu ke-2 • Notulen
format Pedoman (12 Oktober • Dokumentasi
Operasional Penyidikan 2023)
Tindak Pidana
Keimigrasian
36

2 Menentukan materi Minggu ke-2 • Notulen


Pedoman Operasional (13 Oktober • Dokumentasi
Penyidikan Tindak Pidana 2023)
Keimigrasian
3 Penyusunan Pedoman Minggu ke-3 s.d. • Draf
Operasional Penyidikan Ke-4 Pedoman
Tindak Pidana (16 s.d. 26 Operasional
Keimigrasian Oktober 2023) • Dokumentasi
4 Desain grafis dan Minggu ke-4 s.d. • Draf
multimedia Ke-5 Pedoman
(27 s.d. 30 Operasional
Oktober 2023) • Dokumentasi
5 Review dan revisi Minggu ke-5 • Notulen
(31 Oktober • Dokumentasi
2023)
6 Pengujian internal Minggu ke-5 • Draf
(01 November Pedoman
2023) Operasional
• Notulen
• Dokumentasi
7 Pengesahan Pedoman Minggu ke-5 • Pedoman
Operasional Penyidikan (02 November Operasional
Tindak Pidana 2023) • Dokumentasi
Keimigrasian
8 Persiapan sosialisasi Minggu ke-5 • Materi
Pedoman Operasional (03 November Sosialisasi
Penyidikan Tindak Pidana 2023) • Dokumentasi
Keimigrasian
9 Sosialisasi Pedoman Minggu ke-6 • Dokumentasi
Operasional Penyidikan (06 November • Daftar Hadir
Tindak Pidana 2023)
Keimigrasian pada
Subdirektorat Penyidikan
Keimigrasian
10 Implementasi penggunaan Minggu ke-6 s.d. • Laporan
pedoman Operasional Ke-8 Implementasi
Penyidikan Tindak Pidana (07 s.d. 20 • Dokumentasi
Keimigrasian Subdirektorat November 2023)
Penyidikan Keimigrasian
11 Pengajuan usulan Minggu ke-8 Nota Dinas
pengembangan Pedoman (21 November
Operasional Penyidikan 2023)
Tindak Pidana
Keimigrasian dalam
Rencana Kerja
12 Pembuatan Surat Minggu ke-8 Surat
Pernyataan Komitmen (22 November Pernyataan
keberlanjutan penggunaan 2023) Komitmen
37

Pedoman Operasional
Penyidikan Tindak Pidana
Keimigrasian
D Controling (Pengawasan, Evaluasi, dan Pelaporan)
1 Melakukan monitoring dan Minggu ke-8 Angket/
evaluasi dengan menyusun (23 s.d. 24 kuesioner
angket/kuesioner November 2023)
2 Menyerahkan Minggu ke-9 Dokumentasi
angket/kuesioner kepada (27 s.d. 28
stakeholder November 2023)

3 Merekap hasil kuesioner Minggu ke-9 Laporan Hasil


dari Stakeholder dan (29 November Monitoring dan
mengolah angket/ 2023) Evaluasi
kuesioner
4 Penyusunan Laporan Aksi Minggu ke-9 Laporan Hasil
Perubahan (30 November Aksi Perubahan
s.d. 02
Desember 2023)
II PASCA PELATIHAN
1 Sosialisasi Pedoman Dilaksanakan • Laporan
Operasional Penyidikan dalam periode 1 Kegiatan
Tindak Pidana (satu) sampai 6 • Laporan
Keimigrasian kepada (enam) bulan Penyidikan
semua Kantor Imigrasi di setelah • Dokumentasi
Indonesia selesainya
2 Implementasi Pedoman pelatihan
Operasional Penyidikan (03 Desember
Tindak Pidana 2023 s.d.
Keimigrasian di semua selesai)
Kantor Imigrasi yang
sedang melaksanakan
penyidikan
3 Revisi Pedoman
Operasional Penyidikan
Tindak Pidana
Keimigrasian sesuai
dengan perkembangan
kebijakan terbaru
4 Penyusunan Laporan
Penyidikan Tindak Pidana
Keimigrasian secara
berkala dan berkelanjutan
38

VI. MANAJEMEN RISIKO


Dalam Rencana Aksi Perubahan yang akan dilakukan terdapat risiko yang
muncul, di antaranya yaitu adanya hambatan dan kendala dalam
pelaksanaanya. Oleh karena itu perlu dilakukan pengelolaan atas risiko
yang muncul. Adapun manajemen risiko yang dilakukan dapat diuraikan
pada tabel di bawah ini:
Tabel 6.1. Manajemen risiko
Risiko Yang Strategi
No. Potensi Masalah
Terjadi Mengatasi
1 Adanya program/ Terhambatnya Pengaturan ulang
kegiatan baru yang pelaksanaan Aksi jadwal pelaksanaan
menjadi prioritas Perubahan Aksi Perubahan dan
institusi/lembaga sehingga tidak koordinasi dengan
sesuai stakeholder
jadwal/target
2 Adanya resistensi Terhambatnya Komunikasi yang
dari sebagian pelaksanaan Aksi dilakukan secara
stakeholder Perubahan intensif dan persuasif.
sehingga tidak Permohonan
sesuai jadwal/ dukungan dari
target pimpinan untuk
melakukan
komunikasi dengan
stakeholder
3 Tim Efektif kurang Kegiatan tahapan Mengadakan
pro-aktif dalam Aksi Perubahan pertemuan rutin
pelaksanaan Aksi akan terhambat dengan Tim Efektif
Perubahan karena dan tertunda untuk memberikan
disibukkan dengan pemahaman tentang
tugas pokok di pentingnya Aksi
organisasi Perubahan bagi
instansi dan personil
dalam bertugas
4 Kegiatan Aksi Aksi Perubahan Menggunakan dana
Perubahan tidak menjadi kurang swadaya Action
didukung oleh optimal Leader
anggaran dinas
39

VII. RENCANA STRATEGI PENGEMBANGAN KOMPETENSI DALAM AKSI


PERUBAHAN
Berdasarkan hasil penilaian dari peserta dan mentor terhadap proses
pengembangan kompetensi yang merepresentasikan aspek sikap dan
perilaku pesertapelatihan kepemimpinan mencakup 3 (tiga) komponen
kompetensi, sebagai berikut:
A. Penilaian Peserta
Tabel 7.1. Formulir penilaian peserta
SKOR
Komponen Sub Komponen
1 - 10
1 Mengingatkan rekan kerja atau bawahan untuk
bertindak sesuai dengan nilai, norma, dan etika 8
organisasi dalam segala situasi dan kondisi.
2 Menunjukkan komitmen dan tanggung jawab
8
terhadap penyelesaian tugas yang diembannya.
3 Mengingatkan rekan kerja atau bawahan untuk
melaksanakan tugas dan fungsi mereka sesuai
dengan tenggat waktu yang ada dan mematuhi 9
ketentuan terkait waktu kerja yang berlaku dalam
organisasi.
4 Memberikan informasi yang dapat dipercaya
INTEGRITAS
kepada orang lain/ pihak lain sesuai dengan etika 9
organisasi.
5 Menerapkan norma atau aturan yang berlaku
dalam organisasi secara konsisten dalam setiap 8
situasi dalam lingkup pekerjaannya.
6 Memberikan argumen dengan disertai
pemahaman atas ketentuan yang berlaku di
organisasi dan konsekuensinya dalam 8
mengingatkan atau mengajak rekan kerja/
bawahan dalam penegakan aturan.
JUMLAH 8.33
7 Menyampaikan informasi dengan cukup jelas baik
secara tertulis maupun lisan dalam menunjang 8
kelancaran kerja pada unit/tim yang dipimpinnya.
8 Melakukan koordinasi yang efektif dengan pihak-
pihak relevan di lingkup satuan kerja/organisasi 8
KERJASAMA
dalam rangka menjamin kineja di lingkup unitnya.
9 Aktif menjalin komunikasi dengan pemangku
kepentingan eksternal organisasi dalam rangka
8
menunjang kualitas layanan yang diselenggarakan
organisasi
40

10 Merespon dengan positif adanya perbedaan atau


kemajemukan dalam unit/tim kerja sehingga tetap 8
fokus pada tujuan kerja yang disepakati.
11 Bertanggungjawab terhadap peran atau tugasnya
dalam rangka mencapai sasaran atau tujuan tim 8
yang telah disepakati.
JUMLAH 8.00
12 Aktif mencari informasi kebutuhan pemangku
kepentingan dan memberikan penjelasan
mengenai prosedur standar pelayanan yang 8
berlaku sebagai upaya pemenuhan pelayanan
publik yang efektif dan efisien.
13 Aktif mengembangkan kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan 8
dalam pemberian pelayanan publik.
14 Menggunakan cara yang beragam untuk
MENGELOLA
memastikan bawahan memahami arahan
PERUBAHAN 8
penyelesaian tugas yang sesuai dengan target kerja
yang diberikan dan SOP yang berlaku
15 Mencari metode kerja alternatif yang lebih efektif
untuk menyesaikan pekerjaan terutama ketika 8
menghadapi hambatan
16 Proaktif mencari peluang perbaikan yang perlu
dilakukan untuk meningkatkan kualitas pemberian 8
pelayan publik.
JUMLAH 8.00

B. Penilaian Mentor
Tabel 7.2. Formulir penilaian mentor
SKOR
Komponen Sub Komponen
1 - 10
1 Mengingatkan rekan kerja atau bawahan untuk
bertindak sesuai dengan nilai, norma, dan etika 9
organisasi dalam segala situasi dan kondisi.
2 Menunjukkan komitmen dan tanggung jawab
9
terhadap penyelesaian tugas yang diembannya.
3 Mengingatkan rekan kerja atau bawahan untuk
INTEGRITAS melaksanakan tugas dan fungsi mereka sesuai
dengan tenggat waktu yang ada dan mematuhi 9
ketentuan terkait waktu kerja yang berlaku dalam
organisasi.
4 Memberikan informasi yang dapat dipercaya
kepada orang lain/ pihak lain sesuai dengan etika 9
organisasi.
41

5 Menerapkan norma atau aturan yang berlaku


dalam organisasi secara konsisten dalam setiap 9
situasi dalam lingkup pekerjaannya.
6 Memberikan argumen dengan disertai
pemahaman atas ketentuan yang berlaku di
organisasi dan konsekuensinya dalam 9
mengingatkan atau mengajak rekan kerja/
bawahan dalam penegakan aturan.
JUMLAH 9.00
9 Menyampaikan informasi dengan cukup jelas baik
secara tertulis maupun lisan dalam menunjang 8
kelancaran kerja pada unit/tim yang dipimpinnya.
10 Melakukan koordinasi yang efektif dengan pihak-
pihak relevan di lingkup satuan kerja/organisasi 8
dalam rangka menjamin kineja di lingkup unitnya.
11 Aktif menjalin komunikasi dengan pemangku
kepentingan eksternal organisasi dalam rangka
8
KERJASAMA menunjang kualitas layanan yang diselenggarakan
organisasi
12 Merespon dengan positif adanya perbedaan atau
kemajemukan dalam unit/tim kerja sehingga tetap 8
fokus pada tujuan kerja yang disepakati.
13 Bertanggungjawab terhadap peran atau tugasnya
dalam rangka mencapai sasaran atau tujuan tim 8
yang telah disepakati.
JUMLAH 8.00
14 Aktif mencari informasi kebutuhan pemangku
kepentingan dan memberikan penjelasan
mengenai prosedur standar pelayanan yang 7
berlaku sebagai upaya pemenuhan pelayanan
publik yang efektif dan efisien.
15 Aktif mengembangkan kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan 7
dalam pemberian pelayanan publik.
16 Menggunakan cara yang beragam untuk
MENGELOLA
memastikan bawahan memahami arahan
PERUBAHAN 7
penyelesaian tugas yang sesuai dengan target
kerja yang diberikan dan SOP yang berlaku
17 Mencari metode kerja alternatif yang lebih efektif
untuk menyesaikan pekerjaan terutama ketika 8
menghadapi hambatan
18 Proaktif mencari peluang perbaikan yang perlu
dilakukan untuk meningkatkan kualitas pemberian 8
pelayan publik.
JUMLAH 7.40
42

C. Rekap Nilai Akhir Sikap Perilaku Peserta


Tabel 7.3. Rekap nilai akhir sikap perilaku peserta
Nilai Komponen
Rata-Rata
Sub Sub Sub Komponen Kualifikasi
Total
Komponen Komponen Mengelola Total Sub
Sub
Integritas Kerjasama Perubahan Komponen
Komponen
Peserta 8.33 8.00 8.00 8.11 Baik
Mentor 9.00 8.00 7.40 8.13 Baik
Nilai Rata-Rata
Per Sub 8.80 8.00 7.58 8.13 Baik
Komponen
Kualifikasi Per Sub
Baik Baik Baik Baik
Komponen

Keterangan Kualifikasi Akhir Sikap Perilaku


9-10 Istimewa
8.13
7-8.99 Baik
5-6.99 Cukup Kualifikasi:
3-4.99 Kurang Baik
1-2.99 Sangat Kurang

Berdasarkan penilaian Sikap Perilaku terhadap diri sendiri didapatkan


nilai akhir 8,13 dengan kualifikasi Baik, sehingga rekomendasi
pengembangan diri adalah memperhatikan nilai pada sub komponen pada
Formulir Peserta, Mentor, dan Rekap nilai gabungan, maka rekomendasi
yang diberikan adalah peserta perlu diberikan pengayaan
pengembangan potensi diri dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang
terukur pada saat melaksanakan Aksi Perubahannya. Berdasarkan
rekomendasi tersebut maka Action Leader akan mengikuti
pengembangan potensi diri dengan mengikuti beberapa kegiatan
webinar/bedah buku online/bimtek dengan materi terkait dengan Aksi
Perubahan, sehingga dapat menambah wawasan dan meningkatkan
kompetensi Action Leader pada posisi pemimpin administrator.
43

Rencana strategi yang dilakukan oleh Action Leader dalam rangka


pengembangan kompetensi adalah sebagai berikut:

Tabel 7.4. Rencana strategi pengembangan kompetensi

NO. KEGIATAN WAKTU OUTPUT


1 Mengikuti Minggu ke- Penambahan
seminar/webinar 1 pengetahuan yang dapat
tentang penegakan (bulan diimplementasikan
hukum atau Oktober dalam pelaksanaan Aksi
penyidikan. 2023) Perubahan.

2 Mempelajari dan Minggu ke- Penambahan


melakukan telaah serta 2 pemahaman Action
resume buku ketentuan (12 s.d. 13 Leader mengenai
penyusunan pedoman Oktober materi/literature yang
operasional penyidikan. 2023) digunakan dalam
pelaksanaan Aksi
Perubahan.
3 Melakukan sosialisasi Minggu ke- Tersosialisasinya hasil
hasil seminar dan 3 resume kepada Tim
resume buku ketentuan (16 Efektif dan
penyusunan pedoman Oktober meningkatkan kerja
operasional penyidikan 2023) sama dan pengetahuan
kepada Tim Efektif. Tim Efektif.
4 Melaksanakan uji coba Minggu ke- Penyempurnaan
Pedoman Operasional 5 Pedoman Operasional
Penyidikan Tindak (01 Penyidikan Tindak
Pidana Keimigrasian. November Pidana Keimigrasian.
2023)
5 Melakukan sosialisasi Minggu ke- Tersosialisasinya
inovasi berupa 6 Pedoman Operasional
Pedoman Operasional (06 Penyidikan Tindak
Penyidikan Tindak November Pidana Keimigrasian
Pidana Keimigrasian 2023) kepada stakeholder.
kepada stakeholder.
44

VIII. PENUTUP
Demikian Rencana Aksi Perubahan yang disusun dalam memenuhi
Tugas Pelatihan Kepemimpinan Pengawas Angkatan XII T.A. 2023 yang
berjudul “OPTIMALISASI PENYIDIKAN TINDAK PIDANA
KEIMIGRASIAN PADA SUBDIREKTORAT PENYIDIKAN
KEIMIGRASIAN JAKARTA SELATAN” semoga dapat terlaksana
dengan baik.
Semoga dalam pelaksanaan Aksi Perubahan nantinya diberikan
kemudahan dan kelancaran sehingga dapat diselesaikan tepat waktu dan
dapat bermanfaat bagi kita semua, dan tidak lupa kami ucapkan syukur
kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa atas Asung
Kertha Wara NugrahanNya kami dapat menyelesaikan Rencana Aksi
Perubahan ini.

Bandung, 26 September 2023

ACTION LEADER

KETUT SATRIA WIDASMARA, A.Md.Im, S.H., M.H.


NOSIS. 20230807030419
45

IX. DAFTAR PUSTAKA


Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.

Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2023 tentang Kementerian Hukum


dan Hak Asasi Manusia.

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia


Nomor 41 Tahun 2021 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia


Nomor 42 Tahun 2021 tentang Uraian Fungsi Organisasi Jabatan
Pimpinan Tinggi Pratama dan Tugas Koordinator Jabatan
Fungsional di Lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia.

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Direktorat Jenderal Imigrasi


Tahun 2022.

You might also like