Professional Documents
Culture Documents
Naskah Publikasi Dani
Naskah Publikasi Dani
Naskah Publikasi Dani
NASKAH PUBLIKASI
Disusun oleh:
M.RAHMADANI
201310201103
1
HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT
TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE
OPERASI DI RAWAT INAP RS PKU
MUHAMMADIYAH GAMPING
NASKAH PUBLIKASI
Disusun oleh:
M.RAHMADANI
201310201099
Kata kunci : pre operasi, komukasi terapeutik, tingkat kecemasan, unit rawat inap
Kepustakaan : 24 buku, 4 karya ilmiah, 2 sekripsi
Jumlah halaman : xi, 79 halaman, 2 tabel, 2 gambar, 9 lampiran
4
perkataan, perbuatan, atau ekspresi yang setelah dilakukan operasi, 3 pasien
memfasilitasi penyembuhan klien merasakan biasa saja dengan cara
(Suryani, 2005). Kehadiran perawat secara komunikasi terapuetik yang telah
psikologis terdiri dari dimensi respon dan diberikan perawat dan 1 pasien sama
dimensi tindakkan, kedua komponen sekali tidak menghiraukan hal ini
tersebut sebagai salah satu dasar penilaian kemungkinan dikarenakan rasa cemas
apakah perawat telah membentuk yang sangat dirasakan oleh pasien tersebut.
hubungan terapeutik yang baik untuk Hasil wawancara mengenai komunikasi
mengatasi masalah pasien khususnya terapeutik menunjukkan 3 pasien merasa
kecemasan menghadapi operasi (Stuart & puas dan lebih nyaman ketika perawat
Sundeen 2007). memberikan konseling dan arahan
Hasil studi pendahuluan di RS PKU mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
Muhammadiyah Gamping, Sleman, penyakit yang dideritanya dan langkah-
Yogyakarta pada tanggal 2 Maret 2017 langkah apa saja yang akan dilakukan oleh
diperoleh data jumlah pasien rawat inap dokter sebelum dan saat operasi.
rata-rata tiap bulan sebanyak 200 pasien. Sedangkan, 5 pasien tetap merasa cemas
Hasil observasi di ruang Al Kautsar dan dan tidak berkurang sedkitipun meski
ruang Ar Royyan melalui wawancara sudah ditenangkan oleh perawat, dokter
dengan pasien yang akan melakukan maupun keluarga pasien.
operasi menunjukkan bahwa 8 pasien Dari uraian permasalahan diatas
tersebut mengalami kecemasan bahkan ada peneliti tertarik untuk melakukan
yang takut ketika diberi informasi dari penelitian tentang hubungan komunikasi
perawat dan dokter bahwa akan dilakukan terapeutik perawat dengan tingkat
operasi. Setelah dilakukan komunikasi kecemasan pasien pre operasi di unit rawat
terapeutik perawat secara intens ternyata inap RS PKU Muhammadiyah Gamping,
dari 8 pasien tersebut 5 pasien diantaranya Sleman, Yogyakarta.
tetap mengalami kecemasan dan takut,
sedangkan 2 pasien lebih merasa siap METODE PENELITIAN
menghadapi operasi bahkan 1 pasien Penelitian ini merupakan penelitian
memohon pada dokter untuk disegerakan kuantitatif dengan menggunakan metode
dilakukan operasi karena pasien sudah deskriptif korelasi dengan pendekatan cros
tidak tahan lagi menghadapi rasa sakit sectional. Pengambilan data menggunakan
yang dideritanya. Hasil wawancara juga kuesioner. Populasi penelitian ini sebanyak
menunjukkan bahwa dari 8 pasien, 4 47 pasien dengan menggunakan accidental
pasien menyatakan cara komunikasi sampling. Analisis data menggunakan uji
terapeutik yang diberikan oleh perawat korelasi Kendall Tau.
sudah baik, dan jelas dalam memberikan
informasi mengenai tindakan sebelum dan
5
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan,
Pekerjaan, dan Lama Hari Rawat
Karakteristik Frekuensi Persentase (%)
Umur
Dewasa awal (21-40 tahun) 22 66,7
Setengah baya (41-60 tahun) 11 33,3
Jenis kelamin
Laki-laki 14 42,4
Perempuan 19 57,6
Pendidikan
SD 3 9,1
SMP 8 24,2
SMA 16 48,5
Perguruan Tinggi 6 18,2
Pekerjaan
Ibu rumah tangga (tidak bekerja) 11 33,3
Karyawan swasta 13 39,4
Wiraswasta 6 18,2
PNS 3 9,1
Lama hari rawat
1 hari 3 9,1
2 hari 13 39,4
3 hari 14 42,4
4 hari 3 9,1
Sumber : Data primer tahun 2017.
6
Sleman, Yogyakarta perilaku merokok disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Kecemasan Pasien
Tabel 5. Hasil Uji Kendall Tau Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat dengan
Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Di Unit Rawat Inap RS PKU
Muhammadiyah Gamping, Sleman, Yogyakarta
Pengujian Nilai sig.
Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat
Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre 0,441 0,002
Operasi Di Unit Rawat Inap
7
Muhammadiyah Gamping, Sleman, teknik komunikasi untuk mencari
Yogyakarta. konfirmasi, meminimalkan perbedaan, dan
meningkatkan keintiman, sementara kaum
PEMBAHASAN laki-laki lebih menunjukkan independensi
1. Komunikasi Terapeutik Perawat dan status kelompoknya (Nurjannah,
Hasil penelitian di RS PKU 2007).
Muhammadiyah Gamping, Sleman, Menurut Dariyo (2007) usia dewasa
Yogyakarta., menunjukkan bahwa dari 33 muda merupakan usia paling produktif,
responden yang diambil diketahui, bahkan puncak karir bisa dicapai diusia
sebagian besar responden merupakan dewasa muda akhir yaitu sekitar usia 40.
menyatakan bahwa komunikasi terapeautik Pada rentang usia tersebut seseorang
perawat kategori baik (60,6%). Hasil biasanya dianggap telah cukup matang,
penelitian ini sesuai dengan Arbani (2015) bijaksana dan secara psikososial kerap kali
yang menunjukkan komunikasi teraupetik dianggap lebih mampu menyelesaikan
perawat pada pasien pre operasi di RS tugas-tugas social dan lebih bertanggung
PKU Muhammadiyah Sukoharjo dominan jawab terhadap pekerjaannya
kategori baik yaitu sebesar 66,7%. Faktor karakteristik lain yang
Komunikasi terapeutik merupakan berpengaruh terhadap komunikasi
bentuk pelaksanaan dari hubungan terapeutik adalah pendidikan perawat.
terapeutik yang baik antara perawat Kounenou, et al (2011) menyatakan bahwa
dengan pasien. Dalam komunikasi perawat dengan tingkat pendidikan tinggi
terapeutik diharapkan perawat dapat hadir akan menunjukkan aspek kemampuan
secara fisik maupun psikologis. Hubungan konseling yang lebih baik dalam
terapeutik perawat-pasien adalah berkomunikasi selama berinteraksi dengan
hubungan kerja sama yang ditandai tukar- klien.
menukar prilaku, perasaan, pikiran, dan Komuniksi terapeutik juga
pengalaman dalam membina hubungan dipengaruhi masa kerja perawat. Menurut
yang erat yang terapeutik (Stuart & Suryani (2005) makin lama seseorang
Sundeen 2007). Kehadiran perawat secara bekerja semakin banyak pengalaman yang
psikologis terdiri dari dimensi respon dan dimilikinya sehingga akan semakin baik
dimensi tindakkan, kedua komponen komunikasinya
tersebut sebagai salah satu dasar penilaian 2. Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi
apakah perawat telah membentuk Hasil penelitian di RS PKU
hubungan terapeutik yang baik untuk Muhammadiyah Gamping, Sleman,
mengatasi masalah pasien khususnya Yogyakarta., menunjukkan bahwa dari 33
kecemasan menghadapi operasi (Stuart & responden yang diambil diketahui,
Sundeen 2007). sebagian besar responden merupakan
Banyaknya perawat yang pasien dengan tingkat kecemasan pasien
menyatakan komunikasi terapeutik pre operasi kategori tidak cemas, yaitu
perawat dalam kategori baik disebabkan (45,5%). Menurut Hawari (2013)
manajemen di RS PKU Muhammadiyah mekanisme terjadinya cemas yaitu psiko-
Gamping, Sleman, Yogyakarta selalu neuro-imunologi atau psiko-neuro-
memberikan arahan dan juga kadang endrokrinolog. Akan tetapi tidak semua
pelatihan kepada perawat mengenai orang yang mengalami stressor psikososial
bagaimana cara berkomunikasi yang baik akan mengalami gangguan cemas hal ini
kepada para pasien. tergantung pada struktur perkembangan
Komunikasi terapeutik perawat kepribadian diri sesorang.
dapat dipengaruhi oleh karakteristik jenis Tingkat kecemasan pasien pre
kelamin, umur, pendidikan, dan lama kerja operasi dipengaruhi oleh faktor umur.
perawat. Kaum perempuan menggunakan Umur pasien dalam penelitian ini sebagian
8
besar berada pada rentang umur dewasa responden yang mendapatkan komunikasi
awal (21-40 tahun) (36,4%). Kecemasan terapeutik kategori baik sebagian besar
sering terjadi pada masa dewasa awal tidak mengalami kecemasan sebanyak 12
(Kaplan & Sadock, 2007). Hal ini orang (36,4%). Responden yang
berkaitan dengan tugas perkembangan mendapatkan komunikasi terapeutik
pada masa dewasa awal yaitu masa kategori cukup sebagian besar mengalami
pencarian jati diri dan transisi menuju kecemasan sedang sebanyak 5 orang
proses pendewasaan dalam segala hal (51,2%). Hasil uji statistic menunjukkan
termasuk karir, sehingga lebih sering adanya hubungan komunikasi terapeutik
terjadi kecemasan (Potter & Perry, 2010). perawat dengan tingkat kecemasan pasien
Penelitian Lutfa (2008) menunjukkan pre operasi di unit rawat inap RS PKU
adanya hubungan usia pasien dengan Muhammadiyah Gamping, Sleman,
kecemasan, semakin bertambahnya usia Yogyakarta. Hasil penelitian ini sesuai
pasien maka ada kecenderungan dengan penelitian Mulyani (2008) yang
kecemasan pasien semakin menurun. menyatakan ada hubungan antara
Faktor karakteristik lain yang komunikasi terapeutik perawat dengan
mempengaruhi kecemasan adalah jenis tingkat kecemasan pasien preoperasi
kelamin pasien yang sebagian besar adalah mayor.
perempuan (57,6%). Perempuan lebih Menurut Tamsuri (2007),
banyak mengalami kecemasan, begitu juga komunikasi terapeutik dapat membantu
dengan frekuensi kecemasan berat, bahkan klien untuk memperjelas beban perasaan
frekuensi kecemasan pada perempuan bisa pikiran serta dapat mengurangi kecemasan
mencapai 2-3 kali lebih sering daripada klien. Pasien pre operasi memerlukan
laki-laki (Kaplan & Sadock, 2007). pendampingan, bantuan, dan motivasi dari
Penelitian yang dilakukan Ratnawati perawat dengan intens dan berkala
(2011) menemukan jenis kelamin/gender sehingga perawat dapat mengetahui
sangat berhubungan terhadap respon keadaan pasien setiap waktu. Hal itu
penyakit, kecemasan, serta penggunaan diperlukan komunikasi perawat yang baik
koping dalam menghadapi masalah untuk menyampaikan suatu keadaan
kesehatan pasien dengan bahasa yang dapat dipahami
Sebagian besar responden oleh pasien serta keluarga, sehingga
berpendidikan SMA (48,5%). Tingkat komunikasi perawat dapat berlangsung
pendidikan yang rendah akan dengan baik dan saling memahami.
menyebabkan seseorang tersebut Hasil penelitian ini didukung teori
mengalami kecemasan, semakin tinggi Stuart (2007) yang menyatakan salah satu
pendidikan akan berpengaruh terhadap faktor eksternal yang mempengaruhi
kemampuan berpikir (Hawari, 2013). kecemasan pasien adalah adanya
Pekerjaan responden sebagian besar komunikasi dan sikap secara terapeutik
adalah karyawan swasta (39,4%). Hal yang di lakukan perawat ketika
tersebut sesuai dengan teori yang berinteraksi kepada pasien, sehingga
menyatakan bahwa kecemasan lebih sering tingkat kecemasan pada setiap pasien akan
terjadi pada kelompok pekerja keras menurun jika komunikasi dan sikap
dengan kesulitan finansial (Kaplan & terapeutik perawat dilaksanakan dengan
Sadock, 2007). baik.
3. Hubungan Komunikasi Terapeutik Menurut Setyoadi & Kusharyadi
Perawat dengan Tingkat Kecemasan (2011) komunikasi terapeutik merupakan
Pasien Pre Operasi modalitas dasar intervensi utama yang
Hasil penelitian di RS PKU terdiri dari teknik verbal dan nonverbal
Muhammadiyah Gamping, Sleman, yang ditujukan untuk meningkatkan
Yogyakarta., menunjukkan bahwa kesejahteraan pasien. Komunikasi
9
terapeutik diterapkan oleh perawat dengan Kendall tau dengan nilai p – value 0,002 <
maksud dan tujuan mengunragi beban 0,05 dan nilai koefisien korelasi 0,441
perasaan, fikiran, mengubah situsi yang yang artinya tingkat keeratan sedang.
dianggap sebagai situasi yang mengancam SARAN
keselamatan bagi pasien, dan mengurangi Pihak Rumah Sakit PKU
keraguan bagi pasien terhadap tindakan Muhammadiyah Gamping, Sleman,
medis yang akan dihadapi (Nurjannah, Yogyakarta perlu menetapkan standar
2005). pelaksanaan komunikasi terapeutik bagi
4. Keeratan Hubungan Komunikasi perawat dalam melaksanakan asuhan
Terapeutik Perawat dengan Tingkat keperawatan. Perawat hendaknya berusaha
Kecemasan Pasien Pre Operasi untuk meningkatkan pengetahuan dan
Keeratan hubungan antara hubungan kemampuannya berkomunikasi secara
antara komunikasi terapeutik perawat terapeutik dalam melaksanakan asuhan
dengan tingkat kecemasan pasien pre keperawatan dengan banyak membaca
operasi kategori sedang. Hasil penelitian buku tentang teori komunikasi terapeutik
ini sesuai dengan Atmawati (2010) yang dan juga melihat informasi-informasi
menunjukkan adanya keeratan hubungan terbaru dari internet, serta mengikuti
yang sedang antara komunikasi terapeutik berbagai pelatihan. Universitas ‘Aisyiyah
perawat dengan tingkat kecemasan pasien Yogyakarta hendaknya mengajarkan
pre operasi di ruang Bougenvil dan pengetahuan tentang pentingnya
Edelwis RSUD Setjonegoro Wonosobo. komunikasi terapeutik dalam mengurangi
Keeratan hubungan yang sedang tingkat kecemasan pasien pre operasi yang
disebabkan adanya faktor lain yang dapat dapat diterapkan saat mahasiswa
mempengaruhi tingkat kecemasan pasien melakukan praktik keperawatan
pre operasi selain faktor komunikasi komunitas. Peneliti selanjutnya disarankan
terapeutik perawat. Menurut Stuart (2007) untuk menggunakan sampel yang lebih
kecemasan dapat dipengaruhi oleh faktor besar, mengontrol faktor-faktor
sosial budaya dan tipe kepribadian (Stuart, pengganggu seperti sosial budaya, tipe
2007). kepribadian, dan sebagainya.
10
Tahun). Jakarta: PT. Gramedia Widia
Sarana Indonesia. Ratnawati. 2011. Tingkat Kecemasan
Pasien dengan Tindakan
Hawari, D. (2013). Manajemen Stres Hemodialisa. Jurnal Health &
Cemas dan Depresi. Jakarta: Fakultas Sport, Vol. 3, No. 2 : 285-362.
Kedokteran Universitas Indonesia.
Setiowati, S. (2012). Gambaran Tahapan
Kaplan & Saddock. (2007). Sinopsis Komunikasi Terapeutik Perawat
Psikiatri Edisi XIX. Lippincott Terhadap Pasien RSI PKU
Williams and Wilkins: USA. Muhammadiyah Pekajangan
Pekalongan. Skripsi. Stikes
Kounenou, K., Aikaterini, K., & Georgia, Muhammadiyah Pekalongan.
K. (2011). Nurse’s Communication
Skill: exploring their relationship with Setyoadi & Kusharyadi. (2011). Terapi
demographic variables and job Modalitas Keperawatan pada Klien
satisfaction in a Greek Sample. Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba
Procedia-Social and Behavioral Medika.
Sciences. Page 2230-2234.
Smeltzer and Bare, (2009). Buku Ajar
Lutfa, U. (2008). Faktor-Faktor yang Keperawatan Medikal Bedah Brunner
Mempengaruhi Kecemasan Pasien & Suddarth (Edisi 8 Volume 1).
dalam Tindakan Kemoterapi di Jakarta: EGC.
Rumah Sakit Moewardi Surakarta.
Berita Ilmu Keperawatan. ISSN 1997- Struart & Sundeen, (2007). Buku Saku
2607. Vol. 1 No. 4. Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
11