Professional Documents
Culture Documents
MAKALAH PARBUD Kelompok 1
MAKALAH PARBUD Kelompok 1
MAKALAH PARBUD Kelompok 1
BUDAYA DI INDONESIA
Puji serta syukur senantiasa kita limpahkan kepada Allah Yang Maha Esa, karena berkat
rizki dan karunianya kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah tentang “Optimalisasi
Museum Sebagai Objek Wisata Kesejarahan dan Budaya di Indonesia” dengan baik dan lancar
dalam proses penyusunan makalah tersebut.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Humaidi, S.Pd., M.Hum, selaku
Dosen pengampu dalam mata kuliah Pariwisata Sejarah dan Budaya Program Studi Pendidikan
Sejarah, Universitas Negeri Jakarta. Telah membantu kami dalam merencanakan dan menyusun
pembuatan makalah agar menjadi lebih baik dan tidak terjebak dalam kekeliruan pengetahuan.
Namun, kami juga tetap merasa terdapat banyak kekurangan pada makalah yang telah kami
susun ini, diperlukan kritik dan saran yang membangun agar penulis dapat memperbaiki hal
tersebut dikemudian hari.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
Cover
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
BAB II PEMBAHASAN 7
3.1 KESIMPULAN 8
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai negara yang meliliki nilai-nilai historis yang banyak, Indonesia menjadi salah satu
pusat peninggalan berbagai benda, budaya dan dokumen-dokumen arsip sejarah di dunia. Karena
hal itu Indonesia memliki banyak sekali museum-museum yang tersebar diberbagai wilayah
sebagai suatu wadah atau lembaga yang melakukan upaya konservasi terhadap berbagai koleksi
benda-benda peninggalan berbagai peristiwa masa lampau, selain itu juga museum melakukan
pameran terhadap koleksinya tersebut kepada masyarakat.
Namun, potensi yang besar ini masih belum mampu dioptimalkan dengan baik oleh
pemerintah di Indonesia, karena masih sangat minimnya minat masyarakat terutama generasi
muda untuk lebih sering menyempatkan waktu berkunjung ke museum dibandingkan dengan
hanya bersantai-sanatai di Coffes Shop atau tempat perbelanjaan dan hiburan modern semata.
Sebagai contoh kita dapat melihat laporan kunjungan museum Perjoengan yang berada di Kota
Bogor, tingkat kunjungan pengunjung relative rendah, hanya 10 pengunjung perbulan. Contoh
lainnya seperti tingkat kunjungan berbagai museum di DKI Jakara yang fluktuatif dan tidak
setara karena berbagai faktor dan kondisi yang mengakibatkan hal ini terus terjadi. Pada tulisan
makalah ini, penulis akan menyampaikan beberapa kondisi wisata museum dan gagasan penulis
agar dapat menuntaskan permasalahan pelik yang terjadi dalam pengelolaan museum di
Indonesia.
Dalam penulisan makalah ini, penulis setidaknya menentukan rumusan masalah agar dapat
membatasi ruang penelitian, agar diharapkan penelitian dapat memberikan hasil yang mendalam:
Pada penyusunan makalah ini, tentu penulis memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai
agar menjadi sebagai karya yang dapat berguna bagi setiap masyarakat dan perkembangan ilmu
pengetahuan sendiri, berikut adalah tujuan penulis :
PEMBAHASAN
Dari pemahaman pengertian diatas tentang Museum, kita dapat menganalisis fungsi dan
peran museum itu sendiri. Museum pun sudah memiliki fungsi-fungsi yang telah disepakati
dalam konferensi museum internasional, sebagai berikut : (1) Pengumpulan dan pengamanan
warisan alam dan budaya, (2) Dokumentasi dan penelitian ilmiah, (3) Konservasi dan preservasi,
(4) Penyebaran dan pemerataan ilmu pengetahuan untuk umum, (5) Pengenalan dan penghayatan
kesenian, (6) Pengenalan kebudayaan antardaerah dan antarbangsa, (7) Visualisasi alam dan
budaya, (8) Cermin pertumbuhan kehidupan umat manusia, dan (9) Pembangkit rasa takwa dan
bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Fungsi-fungsi ini harus dapat diterapkan pada seluruh
museum yang ada di dunia melalui visi dan misi tiap-tiap museum termasuk bagi museum yang
berada di Indonesia.
Kita (publik) perlu memahami tipe atau klasifikasi museum. Ambrose dan Paine (2006)
mengklasifikasikan museum dari berbagai sudut pandang yang mencakup museum dilihat dari
jenis atau klasifikasi koleksi, museum dilihat dari siapa yang mengelola atau menjalankan
museum tersebut, museum ditinjau dari cakupan atau lokasi museum tersebut, museum ditinjau
dari siapa audiens (audience) atau diperuntukkan untuk siapa museum tersebut, serta klasifikasi
museum dilihat dari cara koleksi museum dipamerkan atau tata pameran museum.
Dari defenisi di atas, dapat dipahami bahwa istilah pengunjung lebih tepat digunakan
ketika wisatawan yang datang berkunjung ke museum. Wisatawan yang datang ke destinasi
wisata dan berkunjung ke museum serta masyarakat yang berkunjung ke museum dikategorikan
sebagai pengunjung (visitor) museum. Terdapat pula kategori wisatawan yang senang dengan
alam atau menikmati keindahan dan segala aktifitas yang berkaitan dengan alam ketika mereka
berada di destinasi wisata. Mereka yang mencintai alam ini mungkin saja berpotensi untuk
mengunjungi museum selain melakukan eksplorasi alam. Mason (2003) mengelompokkan tiga
jenis motivasi wisatawan dalam melakukan perjalanan yakni motivasi untuk bersenang-senang
(pleasure), motivasi yang sifatnya profesional (misalnya mengikuti pertemuan, bisnis, dll), serta
motivasi lainnya (misalnya, untuk studi, alasan kesehatan, dll.) Motivasi pleasure memiliki
banyak tujuan misalnya, melihat budaya masyarakat dan alam di suatu destinasi. Pada dasarnya,
wisatawan yang datang ke suatu destinasi dapat menjadi pengunjung museum atau sangat
berpotensi untuk mengunjungi museum. Karena itu, pariwisata dan museum adalah dua hal yang
tak dapat dipisahkan satu sama lain.
Dalam konteks ini, museum termasuk kedalam wisata berbasis sejarah dan budaya.
Seperti yang telah disinggung diatas bahwa negara Indonesia merupakan salah satu negara yang
memiliki sumber-sumber peninggalan sejarah yang banyak dan variatif. Akan tetapi, hal itu tidak
berdampak terhadap peningkatan ketertarikan generasi muda untuk mempelajari hal tersebut,
bahkan setelah banyaknya museum-museum yang dibuat oleh pemerintah sebagai upaya untuk
mengkonservasi dan pengenalan warisan budaya bangsa kepada masyarakat.
Kita tentu melihat banyak, kasus-kasus pelik yang terjadi pada museum-museum di
Indonesia. Seperti yang dilansir pada Pikiran Rakyat.com, menjelaskan kondisi salah satu
museum di Kota Bogor yaitu Museum Perjoengan yang tidak dikelola dengan baik sehingga
mengakibatkan banyak sekali koleksi-koleksi museum yang tidak terurus dan cenderung rusak,
selain itu juga tidak adanya inovasi dalam bentuk penyajian benda-benda sejarah menjadikan
tingkat kunjungan sangat rendah yaitu hanya sekitar 10 orang pengunjung perbulannya. Kondisi
serupa juga dapat kita lihat pada museum di DKI Jakarta, meski memang pengelolaan museum
di DKI Jakarta lebih jauh dari pada Kota Bogor, namun berdasarkan laporan Badan Pusat
Statistik DKI Jakarta pada tahun 2018-2019 terjadi angka kunjungan museum yang tidak merata
pada setiap museumnya seperti misalnya museum fatahilla yang berada di Kota Tua lebih
banyak di kunjungi oleh wisatawan dibandingkan dengan museum bahari yang berada jauh di
wilayah Jakarta Utara.
Masalah lain juga, tidak adanya sinergi antara dunia pendidikan dengan Dirjen
Kebudyaan sebagai upaya peningkatan kunjungan museum sebagai pusat pendidikan. Karena
kita masih melihat minimnya angka kunjungan sekolah-sekolah atau lembaga pendidikan
terhadap museum-museum yang ada di Indonesia. Mungkin hal ini dilakukan tapi hanya oleh
beberapa tenaga pendidikan yang mengajar sejarah atau pendidikan kewarganegaraan yang itu
pun masih terbatas waktunya. Pada akhirnya, generasi muda di Indonesia masih tetap
memberikan stigma buruk terhadap museum karena dianggap kuno dan ketinggala zaman .
2.3 Potensi Wisata Museum dan Budaya
Museum adalah salah satu daya tarik wisata budaya. Artefak atau benda warisan budaya
yang menjadi koleksi dan bahan pameran dari suatu museum sering menjadi daya tarik wisata, di
dalam museum ini terdapat beberapa koleksi atau ethnic dari daerah-daerah yang mempunyai
peninggalan-peninggalan bersejarah. Dalam konteks ini koleksi museum sesungguhnya
mencerminkan pluralisme budaya atau multikultur. museum sebagai salah satu daya tarik wisata
yang sekaligus juga dapat menjadi sarana ideologi multikuturalisme. Multikulturalisme adalah
suatu paham yang mengapresiasi atau menghormati suatu perbedaan budaya yang ada Museum
juga pada awalnya adalah tempat para aristokrat di Eropa untuk menyimpan benda-benda yang
ekslusif dan langka yang dilandasi oleh pemikiran Renaisance dan Pencerahan pada abad ke 18.
Selanjutnya muncul gagasan baru untuk memungsikan museum sebagai media pendidikan dan
pencerahan bagi publik agar mereka lebih beradab dan melaksanakan kehidupan sosial yang
lebih baik
Di Indonesia, perhatian akan eksistensi museum telah menunjukkan hasil yang positif. Di
berbagai wilayah di Indonesia, telah dibuka berbagai jenis museum serta kegiatan yang
diperuntukkan untuk melibatkan masyarakat berkunjung ke museum 1 ketika penulis berkunjung
ke salah satu Museum di Kec Ambarawa Kabupaten Semarang Jawa, dalam museum tersebut
terdapat Antrean yang cukup Panjang untuk memasuki Museum tersebut, harus mengikuti
antrian terlebih dahulu kemudian membayar, dan kemudian tidak membutuhkan waktu sedikit
untuk meng-explorasi isi meseum tersebut yang sangat bersejarah, yaitu di museum Kereta Api
Ambarawa, museum kereta Api Ambarawa setidaknya merubah cara pandang masyarakat
mengenai Perkereta apian di Indonesia dan juga museum bukan lah tempat yang membosankan,
bahkan di dalam museum tersebutpun Pengunjung bisa merasakan keliling ke beberapa daerah
setempat menggunakan kereta Uap, pengunjung bisa merasakan menaiki kereta jaman
colonial.museum telah menjadi daya Tarik bagi masyarakat untuk berwisata.
Di balik sisi positif yang di sajikan museum untuk public terdapat beberapa pemerintah
daerah dan kelompok masyarakat kurang memperhatikan dan merawat tempat museum tersebur
sehingga menimbulkan paradigma yang Negatif, seperti contoh, penulis pernah berkunjung salah
satu tempat di Tasikmalaya, yaitu salah satu tempat atau peninggalan bapak koperasi kita Moh.
1
Museum dalam Persfektif Pariwisata dan Pendidikan “Ilham Junaedi”
Hatta, yang mana kondisinya sangat memprihatinkan atap yang sudah bolong dan monument-
monumen yang tidak terawat. Tugas kita sebagai mahasiswa khususnya mahasiswa pendidikan
Sejarah sebagai bagian dari anggota masyarakat juga memberikan pemahaman kepada
masyarakat mengenai arti,, manfaat dan tujuan pendiriian atau pengelolaan Museum,
kenyataanya masih banyak masyarakat ketika berwisata itu lebih mencari tempat-tempat yang
sedang hits,Instagramable dan lainya, padahal wisata museum ini sangat penting bagi
pengetahuan sejarah kehidupan bangsa. Museum sendiri mengajarkan kepada kita untuk
memaham dan mengapresiasi budaya daerah Selain itu, museum juga merupakan wahana untuk
mengajarkan kepada manusia di dunia bahwa mereka adalah bersaudara sebagai kakak-adik.
2. 4 Pengelolaan Museum
Pemahaman akan arti dan defenisi museum banyak diadopsi dari institusi atau lembaga
internasional yang memberikan perhatian khusus pada pengelolaan museum. The International
Council of Museums (ICOM) misalnya, memberikan defenisi museum dengan penekanan pada
berbagai aspek yakni museum sebagai institusi yang non-profit atau lembaga yang bekerja
dengantidak mencari keuntungan, mungkin kita pernah berkunjung ke suatu museum itu ada
yang tarifnya tinggi, standar ada juga yang murah meriah, dari segi pengelolaan juga memang
berbeda sebenarnya ticket yang dikenakan ke pengunung adalah untuk di gunkan sebagai
perawatan koliksi-koloksi museum karena pengelolanya adalah swasta maka tariff nya pun
biasanya tinggi namun untuk museum yang di kelola oleh pemerintah setempat biasanya tidak
lebih dari Rp. 10.000 bahkan geratis karena memang sudah di fasilitasi oleh pemerintah
pengunjung bisa menikmati daya Tarik museum tersebut.
Dilihat dari jenis koleksinya, museum dapat diklasifikasikan ke dalam tipe atau jenis
museum umum, museum arkeologi, museum seni, museum sejarah, museum etnografi, museum
sejarah alam, museum sains, museum geologi, museum industri, dan museum militer. Ketika
pengunjung melihat koleksi museum, mereka dapat saja melihat berbagai jenis koleksi yang
dipamerkan. Jenis koleksi ini akan bervariasi tergantung dari koleksi yang dipamerkan. Jenis
koleksi museum dapat terdiri dari koleksi etnografika (koleksi yang berhubungan dengan benda-
benda budaya atau antropologi), koleksi numismatika (koleksi yang berhubungan dengan mata
uang), koleksi filologika (koleksi yang berhubungan dengan naskah-naskah), koleksi
keramologika (yang berkaitan dengan keramik), koleksi biologika (yang berhubungan dengan
disiplin ilmu biologi), koleksi historika (yang berhubungan dengan sejarah), koleksi heraldika
(yang berhubungan dengan lambang-lambang) . Ditinjau dari segi pengelolanya, museum dapat
dikategorikan sebagai museum pemerintah dan museum swasta. Museum juga dapat dibagi
secaraspesifik khususnya bagi siapa yang mengelola museum tersebut yakni museum yang
dikelola suatu lembaga pendidikan, misalnya universitas, museum mandiri yang dikelola
sekelompok orang atau individu (mandiri), serta museum yang dikelola oleh suatu organisasi
atau perusahaan. Ditinjau dari segi area pelayanan, museum dapat dikelompokkan ke dalam
museum nasional, museum regional (provinsi), museum kota dan museum lokal. Selanjutnya,
ditinjau dari segi audiens (audience), museum dibagi ke dalam tiga bagian yakni museum publik
atau umum (general public museum), museum pendidikan dan museum spesialist (specialist
museum). Museum juga dapat diklasifikasikan ke dalam museum tradisional, ekomuseum atau
open air museum, dan museum interaktif.
KESIMPULAN
Museum sebagai destinasi pariwisata sangat bermanfaat di berbagai sector bidang terutama di
bidang pendidikan, masyarakat, pelajar atau turis asing bisa menikmati keelokan koleksi dan
sejarah dari suatu daerah atau tempat, karena para pengunjung asing atau local ketika ingin
berwisata atau mengetahui suatu tempat pasti akan datang ke museum untuk melihat sejarah dari
daerah tersebut, selain fungsi edukasi kepada masyarakat Museum juga berfungsi sebagai
melestarrikan budaya atau peninggalan beberapa daerah agar anak cucu kita bisa melihat
perkembangan sejarah dunia ini.
Daftar Pustaka
Ambrose, T., & Paine, C. (2006). Museum basics (2nd ed.). New York: Routledge.
Stylianou-Lambert, T. (2011). Gazing from home: cultural tourism and art museums. Annals of
Tourism Research.
Woollard (2004). Caring for the visitor. Running a museum: A practical handbook. ICOM:
Paris.
Butterworth-Heinemann.
Jurnal
Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia “Museum Sebagai daya Tarik wisata : Persfektif
Multikulturalisme” I Wayan Ardika