Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

MAKALAH

”AGAMA DAN POLITIK”


Dosen pengampu : Fuad Noor Zeha S.Fil.I M.Phil

Disusun oleh :
 M. Nafi balya ulinnuha (S22036)
 Nadia putri triangga dewi (S22042)
 Adzana admuhuriya F N A (S22011)
 Hana nur aini (S22028)
 Maissy aulia anggraini (S22037)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada
bapak Fuad Noor Zeha S.Fil.I M.Phil selaku dosen pengampu dalam mata kuliah Agama
yang telah membimbing kami dalam menyusun makalah ini.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Surakarta, 13 Oktober 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i


DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii
BAB I (PENDAHULUAN)
1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................................. 1
1.2 RUMUSAN MASALAH................................................................................................ 1
1.3 TUJUAN PENULISAN.................................................................................................. 1

BAB II (PEMBAHASAN)
2.1 DEFINISI ........................................................................................................................ 2
A. Pengertian Agama ........................................................................................................... 2
B. Pengertian Politik ............................................................................................................ 2

2.2 HUBUNGAN ANTAR AGAMA DAN POLITIK......................................................... 2


A. Politik dalam Islam ......................................................................................................... 3
B. Teologi politik dalam kristen .......................................................................................... 4
C. Pendekatan Agama Buddha dalam politik ..................................................................... 4
D. Politik Dan Agama Hindu .............................................................................................. 4

BAB III (PENUTUP)


3.1 KESIMPULAN ............................................................................................................. 5
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 6
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Debat agama adalah topik yang sangat menarik. Bahkan satu hal tanpa menyebut agama
tampak wajar, tetapi begitu agama disebutkan, banyak orang ingin memperdebatkannya. Hal
yang sama berlaku dalam politik. Bagaimana Dibandingkan dengan politik tanpa agama,
politik yang memasukkan agama memiliki lebih banyak positif dan kontra.
mengkaji hubungan antara politik dan agama. Bagaimana politik dan agama bisa hidup
berdampingan? karena istilah "agama" sering disalahartikan hanya untuk merujuk pada
sistem peribadatan antara makhluk dengan Tuhan Yang Maha Esa. Agama yang berbeda
dapat menggunakan definisi ini. Politik harus meningkatkan kesadaran beragama agar tidak
teralihkan dari tujuan mulianya untuk memajukan umat, dan agama dapat membantu
memperbaiki politik ketika menyimpang dari tujuan itu.
B. Rumusan Masalah
1. Apa artinya politik dan agama hidup berdampingan?
2. Bagaimana iklim politik Indonesia dalam kaitannya dengan agama?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami hubungan antara politik dan agama?
2. Untuk memahami bagaimana politik dan agama Indonesia berinteraksi?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
A. Pengertian Agama
Sepanjang semua budaya mencakup mentalitas dan pola perilaku yang dapat
dikategorikan religius, maka agama merupakan komponen kehidupan sosial manusia yang
dimiliki bersama oleh semua orang (religius). Sebagian besar dari apa yang disebut sebagai
agama ditemukan di suprastruktur; itu terdiri dari jenis simbol, gambar, kepercayaan, dan
nilai tertentu yang digunakan orang untuk menjelaskan keberadaan mereka (Sanderson,
Stephen K., 2011:517).
Dalam kehidupan nyata, agama berfungsi sebagai identitas unik yang membantu seseorang
menonjol dari keramaian. Mengenai apa yang dimaksud dengan agama, ada banyak sudut
pandang. R. H. Thouless memilih tiga definisi, yang masing-masing berfokus pada bagian
berbeda dari keyakinan agama pribadi seseorang.
Agama bertujuan untuk menemukan pelipur lara atau kekuatan yang lebih tinggi dari
manusia, khususnya kekuatan yang diyakini ada.
B. Pengertian Politik
Politik adalah produksi dan distribusi kekuasaan dalam masyarakat, yang meliputi proses
pengambilan keputusan, khususnya di negara. Pemahaman ini merupakan upaya untuk
mengintegrasikan beragam definisi pemahaman komunitas ilmu politik tentang hakikat
politik. Seni dan ilmu memperoleh kekuasaan, baik secara legal maupun ilegal, dikenal
sebagai politik. Selain itu, politik dapat dilihat dari berbagai sudut, antara lain:
a. Politik adalah upaya yang dilakukan warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama
(menurut teori klasik Aristoteles)
b. Politik adalah persoalan yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara;
dan
c. Politik adalah proses menciptakan dan memberlakukan kebijakan publik. Ini adalah
kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan dalam
masyarakat.
2..2 Hubungan Agama dan Politik
Sebagian besar masyarakat Indonesia percaya bahwa nilai-nilai agama juga harus menjadi
landasan kehidupan politik. Berbeda dengan politik Barat yang secara jelas membedakan
antara politik dan agama, pandangan ini sangat berbeda. Agama dan politik harus dijaga agar
benar-benar berbeda satu sama lain. Menurut teori ini, para pemimpin agama harus
menjauhkan diri dari partisipasi dalam politik yang sebenarnya.
A. Politik dalam Islam
Mustahil untuk mempelajari komunitas Islam Indonesia secara terpisah dari faktor
negara atau politik. Islam memiliki dampak politik yang signifikan, seperti yang telah
ditunjukkan oleh sejarah. Ada dua penjelasan mengapa ini terjadi. Pertama, umat Islam
merupakan mayoritas penduduk di Indonesia. Kedua, ada keyakinan di kalangan umat Islam
sendiri bahwa politik dan Islam tidak dapat dipisahkan. Deliar Noer adalah seorang individu
yang meyakini bahwa Islam merupakan satu agama yang serba lengkap, yang tidak
memisahkan kehidupan rohani dan jasmani.
Penugasan ini menunjukkan bagaimana negara mulai tegas menerapkan pemikiran sistemik.
Pengarahan dan dukungan komunitas agama formal, seperti yang menganut Islam, Kristen
Protestan, Katolik, Hindu, dan Budha, juga menjadi tanggung jawab utama (Muhammadiyah
dalam Kebingungan Politik. Penerbit Media Pressindo. hlm. 53).
Sistem kepercayaan kepada Tuhan dengan teks-teks suci, para nabi, dan ajaran ditetapkan
oleh pemerintah sebagai agama dalam definisi resminya, yang diterima oleh pemerintah.
Setidaknya ada tiga hal yang dilakukan pemerintah terkait kebijakan agama ini. Pertama,
mendorong mereka yang sudah religius di segala bidang; kedua, mendorong mereka yang
berada di komunitas keagamaan yang belum beragama; Ketiga, pemerintah ikut serta dalam
perselisihan antaragama baik sebagai pemain maupun sebagai wasit.
Ada tiga skenario politik agama yang bisa terjadi: Pertama, negara dan agama berbeda satu
sama lain. Ajaran agama hanya berlaku untuk keluarga dan masyarakat luas di mana masjid,
gereja, kuil, dan tempat ibadah lainnya berada. Dalam organisasi keagamaan itu, segala
sesuatu yang berhubungan dengan agama diselesaikan. Agama adalah agama, dan itu adalah
prinsip esensial. Bahkan, sulit untuk menemukan sebuah organisasi keagamaan di dunia
modern yang sama sekali tidak tercemar oleh konflik-konflik yang tidak religius.
Kedua, dalam arti bahwa agama memberikan corak dominan kepada negara, agama dan
negara saling terkait (integralistik). Agama berfungsi sebagai alat yang ampuh untuk
aktualisasi dalam situasi ini.
Strategi ini dengan cepat memposisikan negara (pemerintah) pada posisi sentral yang tampak
secara bertahap memisahkan diri dari sistem dan bahkan mengendalikannya. Karena sistem
kedudukan negara (pemerintah) menjadi tunduk pada situasi ini dan kehilangan
kemampuannya untuk memerintah negara, negara (pemerintah) menjadi lebih kuat. Karena
dia memegang mayoritas kekuasaan, negara cenderung otoriter. Menurut Sunatullah, KH
Sahal meyakini bahwa politik adalah fakta sejarah yang tak terelakkan dan masyarakat tidak
bisa lepas dari dampak karakter politik sepanjang perjalanan hidupnya.
Sudah menjadi sunnatullah bahwa mungkin setiap kelompok dikuasai, ada yang menguasai,
ada yang memerintah, ada yang diperintah, dan ada yang dipengaruhi.
Tujuan syariat menegakkan agama (din), akal (aql), jiwa (nafs), harta (mal), dan keturunan
harus diselaraskan dengan kekuatan politik (nasl). Pemimpin bisa siapa saja yang memiliki
otoritas dalam suatu budaya, bukan hanya mereka yang menduduki posisi formal dan
struktural. Kepemimpinan politik budaya berfungsi sebagai kekuatan bagi masyarakat yang
dinamis dan memberikan pendidikan politik tentang hak dan tanggung jawab warga negara di
tingkat akar rumput.
Prinsip akomodasi kritis yang menghimbau para ulama untuk mampu menjadikan Islam
sebagai kekuatan integratif terhadap agama, dapat digunakan untuk menjelaskannya dalam
konteks interaksi antara agama dan negara (ulama dan penguasa). Islam harus dianggap
sebagai unsur tambahan bagi agama-agama lain.
B. Teologi Politik Kristen di Indonesia
Dalam warisan Kristen Indonesia, telah lama ada upaya untuk menciptakan teologi politik.
Eksperimen dengan teologi politik telah didokumentasikan dalam sejarah selama era kolonial
sebagai proses yang berkelanjutan. Bahkan bisa dikatakan unik karena inisiatif itu bukan
berasal dari lab intelektual melainkan dari para pemungut cukai, seperti Pattimura yang
melakukan gerakan politik di Maluku dengan menggunakan kekerasan, dan Manullang dan
kawan-kawan di tanah Batak, yang menerapkan teknik peningkatan kesadaran dan
pengorganisasian yang menekankan tema kemandirian dan keuletan. Orang-orang Kristen
telah membentuk kelompok-kelompok masyarakat dan beberapa telah menjadi partai politik
selama periode pembebasan dari kolonialisme sebagai ekspresi teologis operasional.
C. Pendekatan Agama Buddha terhadap politik
Filosofi politik agama Buddha menekankan penggunaan otoritas orang secara etis dan
bertanggung jawab. Sang Buddha mempromosikan perdamaian dan antikekerasan sebagai
prinsip universal. Dia mengklaim bahwa tidak ada yang namanya pertempuran "adil" dan
tidak menyetujui atau tidak menyetujui kehidupan. Ia mendidik, “Mereka yang sukses juga
hidup dalam kesuksesan. Kerugian menguntungkan semua pihak, sedangkan kemenangan
akan menghancurkan”. Sang Buddha mungkin adalah tokoh agama pertama dan satu-satunya
yang secara pribadi memasuki zona pertempuran untuk menghentikan perang agar tidak
dimulai. Dia melakukan ini selain mengajarkan antikekerasan dan perdamaian. Untuk
beroperasi di Sungai Rohini, ia merinci konflik antara Sakya dan Koliya. Selain itu, ia
mendesak Raja Ajatasattu.
D. Politik dan Agama Hindu
Agama Hindu tanpa kasta hanya disebarkan oleh sekelompok kecil pengikut, dan juga kurang
berhasil, karena sistem kasta tidak lagi diakui sebagai prinsip dasar agama Hindu. Kasta
Brahmana berada di puncak hierarki kasta sosial, menurut Hinduisme ortodoks, karena Tuhan
menetapkannya seperti yang diungkapkan dalam kitab suci-Nya. Jelas hari ini bahwa
sejumlah besar umat Hindu terlibat dalam politik. Ini adalah salah satu contoh keterbukaan
sistem kasta. Umat Hindu biasanya menghindari menggabungkan politik dan agama dalam
aktivitas politik mereka. Namun, umat Hindu ini tetap mengikuti ajaran agama mereka ketika
mereka terlibat dalam politik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ada tiga skenario politik agama yang bisa terjadi: Pertama, negara dan agama berbeda satu
sama lain. Hanya keluarga dan komunitas dengan organisasi di masjid, gereja, kuil, dan
tempat ibadah lainnya yang dapat menggunakan ajaran agama sebagai petunjuk dalam
kehidupan sehari-hari mereka. Lembaga keagamaan itu adalah tempat semua persoalan
agama ditangani. Agama adalah agama, dan itu adalah prinsip esensial. Bahkan, sulit untuk
menemukan sebuah organisasi keagamaan di dunia modern yang sama sekali tidak tercemar
oleh konflik-konflik yang tidak religius. Kedua, dalam arti bahwa agama memberikan pola
dominan atas, agama dan negara saling menentukan (integralistik). Ia sepenuhnya berfungsi
sebagai instrumen dalam kerangka agama, terutama aktualisasi agama di sebagian besar
lembaga negara.
DAFTAR PUSTAKA

You might also like