Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 15

Prosiding KONGRES 3

Forum Nasional Senat Tariyah se-Indonesia 2023


http://proceeding.........................................

Merevitalisasi Legislator Mahasiswa Milenial di Era Society 5.0

Penulis Pertama1*, Penulis Kedua1, & Penulis Ketiga2 (Semua nama lengkap tanpa gelar)
1
Universitas/Lembaga Asal Penulis Pertama
2
Universitas/Lembaga Asal Penulis Kedua
*e-mail: penulis@email.ac.id

Abstract
The Society 5.0 era, characterized by advanced technologies like IoT, AI, and robotics
integrated into everyday life, brings profound changes in how we interact with the world and
address social issues. This article highlights the importance of revitalizing the role of millennial
student legislators in universities and student organizations to face the unique challenges and
opportunities presented by this era. The research aims to understand the urgency of their role,
including the development of strong technological skills, creativity in tackling complex issues,
effective communication abilities to engage with various stakeholders, and a high ethical
awareness in decision-making. Research methods include interviews, surveys, literature
analysis, and case studies to gain in-depth insights into the challenges faced by millennial
student legislators. Research findings underscore the need for solid technological understanding,
creativity, effective communication, and ethical awareness as essential components of their role.
The conclusion emphasizes the key role of millennial student legislators in shaping an inclusive
and technologically advanced society in the Society 5.0 era. Therefore, they should prepare
themselves with appropriate skills and a deep understanding of the impact of technology and
ethical principles in decision-making. Keywords: Society 5.0, student legislators, education,
legislative, creativity.

Abstrak
Era Society 5.0, yang dicirikan oleh teknologi canggih seperti IoT, AI, dan robotik yang
terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari, membawa perubahan mendalam dalam cara
berinteraksi dengan dunia dan menyelesaikan masalah sosial. Artikel ini menyoroti pentingnya
merevitalisasi peran legislator mahasiswa milenial di perguruan tinggi dan organisasi
mahasiswa dalam menghadapi tantangan dan peluang unik yang ditawarkan oleh era ini. Tujuan
penelitian adalah memahami urgensi peran legislator ini, termasuk pengembangan keterampilan
teknologi yang kuat, kreativitas untuk mengatasi masalah yang kompleks, kemampuan
komunikasi yang efektif untuk berinteraksi dengan berbagai pemangku kepentingan, dan
kesadaran etika yang tinggi dalam pengambilan keputusan. Metode penelitian mencakup
wawancara, survei, analisis literatur, dan studi kasus untuk mendapatkan wawasan yang
mendalam tentang tantangan yang dihadapi oleh legislator mahasiswa milenial. Temuan
penelitian menunjukkan perlunya pemahaman teknologi yang solid, kreativitas, komunikasi
yang efektif, dan kesadaran etika sebagai komponen penting dalam peran mereka. Kesimpulan
menggarisbawahi peran kunci legislator mahasiswa milenial dalam membentuk masyarakat
inklusif dan canggih di era Society 5.0. Oleh karena itu, mereka harus mempersiapkan diri
dengan keterampilan yang sesuai dan pemahaman mendalam tentang dampak teknologi serta
prinsip etika dalam pengambilan keputusan.
Kata Kunci : Society 5.0, legislator mahasiswa, pendidikan, legislatif, kreativitas

PENDAHULUAN

1
Kehidupan sosial masyarakat saat ini sangat dinamis dan terus berubah, terutama seiring dengan
pesatnya perkembangan teknologi dan fenomena globalisasi yang kian mendominasi di era
Society 5.0. Dalam konteks ini, mahasiswa milenial memiliki peran yang sangat penting sebagai
agen perubahan dalam masyarakat. Mereka adalah generasi yang tumbuh di tengah era
teknologi informasi, di mana akses mereka terhadap informasi dan komunikasi global sangat
luas. Meskipun demikian, mereka juga dihadapkan pada sejumlah tantangan dan dampak negatif
yang dihasilkan oleh perkembangan teknologi dan globalisasi, seperti konflik sosial dan
penurunan moral.
Pentingnya peran mahasiswa dalam masyarakat sebagai cikal bakal tatanan maju suatu bangsa
tidak bisa diabaikan. Mereka merupakan aset berharga yang tidak hanya duduk di bangku
perkuliahan, tetapi juga merupakan kelompok individu terlatih dalam ilmu pengetahuan dan
ketrampilan. Selain itu, mahasiswa juga memiliki tanggung jawab untuk memberikan pelayanan
kepada pemangku kepentingan atau stakeholders dalam masyarakat. Oleh karena itu, mereka
tidak hanya perlu memanfaatkan akses digital yang mereka miliki, tetapi juga mampu
menyikapi perkembangan zaman dengan bijak.
Pendidikan memainkan peran penting dalam membentuk pola pikir dan mengembangkan
potensi individu. Pendidikan juga merupakan cara untuk memanusiakan manusia dengan
mengajarkan nilai-nilai moral. Selain itu, pendidikan berfungsi untuk membentuk karakter dan
kepribadian mahasiswa, menjadikan mereka cerdas, kreatif, dan bertanggung jawab dalam
masyarakat yang majemuk. Pendidikan juga harus mengembangkan potensi mahasiswa
berdasarkan nilai-nilai agama, cakap berbicara, dan kemampuan inovatif. Mahasiswa harus siap
untuk berkontribusi dalam masyarakat yang heterogen sesuai dengan potensi yang dimiliki.
Dalam Era Society 5.0, mahasiswa diajarkan untuk memanfaatkan teknologi dengan baik demi
meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Masyarakat perlu menghadapi tantangan dan
perubahan dengan inovasi dan teknologi yang ada. Perkembangan ini menuntut keseimbangan
antara kemajuan ekonomi dan pemecahan masalah di dunia maya maupun di dunia nyata.
Keterhubungan dengan teknologi dan akses informasi yang luas telah menjadi bagian dari
kehidupan manusia, dan masyarakat harus beradaptasi dengan perubahan ini.
Tidak dapat dipungkiri bahwa era Society 5.0 sangat memengaruhi sektor pendidikan.
Kemajuan teknologi memungkinkan penggunaan teknologi sebagai media pembelajaran, tetapi
juga menghadirkan tantangan seperti pemikiran kritis, persaingan global, dan perhatian terhadap
keberagaman mahasiswa. Salah satu tantangan lain adalah ketimpangan dalam kesempatan
belajar. Meskipun teknologi memudahkan akses informasi, mahasiswa perlu tetap memiliki
penghargaan terhadap peran dosen dalam pembelajaran. Semua faktor ini perlu
dipertimbangkan dalam merevitalisasi peran mahasiswa sebagai legislator di era Society 5.0.
Ketidaksesuaian antara kondisi ideal dan kondisi aktual menjadi perhatian utama dalam konteks
ini. Kondisi ideal adalah di mana mahasiswa milenial mampu menjalankan peran mereka
sebagai agen perubahan positif dalam masyarakat, memanfaatkan teknologi dan informasi
dengan bijak, serta tetap menjaga keberagaman sosial tanpa menimbulkan konflik. Namun,
kenyataannya menunjukkan bahwa tidak semua mahasiswa milenial mampu mencapai potensi
mereka sepenuhnya. Beberapa dari mereka terpengaruh oleh dampak negatif globalisasi dan
teknologi, seperti penurunan moral dan konflik sosial.
Untuk memahami dinamika perubahan sosial ini, teori perkembangan sosial oleh Soekanto
(1990) menjadi acuan yang relevan. Konsep Society 5.0 juga mencerminkan pentingnya
kolaborasi antara manusia dan teknologi dalam menyelesaikan masalah sosial (Wibowoa &
Achmad Rifaic, 2019). Dalam konteks penelitian, penelitian terbaru telah mengungkap bahwa
mahasiswa milenial memiliki potensi yang signifikan sebagai agen perubahan sosial (Akbar,
2016). Namun, mereka juga harus memahami dan menghadapi tantangan yang muncul akibat
perkembangan teknologi (Mustika & Sahudra, 2018) serta menjaga keberagaman sosial (Intarti,
2018).
Dengan memfokuskan pada strategi merevitalisasi peran mahasiswa milenial sebagai legislator
dalam masyarakat di era Society 5.0, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tantangan
yang dihadapi mahasiswa milenial, mengembangkan solusi untuk mengatasi dampak negatif
globalisasi dan teknologi, serta merumuskan langkah-langkah konkret yang dapat mereka

2
implementasikan. Melalui penelitian ini, diharapkan akan ditemukan panduan praktis yang
dapat membantu mahasiswa milenial menjalankan peran mereka dengan efektif dan
memberikan kontribusi positif dalam masyarakat di era Society 5.0.
Kehidupan sosial masyarakat menjadi bagian penting yang memerlukan perhatian dalam
konteks perkembangan zaman, khususnya di era Society 5.0 yang ditandai oleh perkembangan
teknologi dan globalisasi yang pesat. Dalam konteks ini, mahasiswa milenial memiliki peran
sentral sebagai agen perubahan dalam masyarakat. Peran mahasiswa sebagai "Agent of
Change," "Social Control," "Iron Stock," "Political Control," dan "Guardian of Value" menjadi
kunci dalam merevitalisasi peran mereka dalam masyarakat.
Sebagai "Agent of Change" atau Generasi Perubahan, mahasiswa diharapkan mampu membawa
perubahan positif dalam mengatasi permasalahan yang ada di lingkungan sekitarnya. Ini
membutuhkan kesadaran sosial dan pemikiran kritis yang matang. Sebagai "Social Control" atau
Generasi Pengontrol, mahasiswa diharapkan mampu mengendalikan dinamika sosial di sekitar
mereka, dengan bersosialisasi dan sensitivitas terhadap perubahan di masyarakat. Sebagai "Iron
Stock" atau Generasi Penerus, peran mahasiswa adalah menjadi tonggak kepemimpinan di masa
depan, membawa perubahan yang positif dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Tambahan dari Nahrowi menyebutkan dua peran tambahan, yaitu "Political Control" dan
"Guardian of Value." Sebagai "Political Control," mahasiswa bertindak sebagai pengawas
terhadap kebijakan pemerintah, memastikan bahwa kebijakan tersebut sesuai dengan
kepentingan masyarakat. Sebagai "Guardian of Value," mahasiswa bertanggung jawab menjaga
nilai-nilai luhur bangsa dan stabilitas moral dalam masyarakat.
Mahasiswa sebagai elemen sosial yang krusial harus memiliki karakter dan integritas yang kuat.
Mereka adalah generasi penerus bangsa yang akan membawa arah perubahan dan
perkembangan sosial. Dalam menghadapi perkembangan sosial yang cepat dan kompleks,
mahasiswa harus lebih dari sekadar pengamat, mereka harus menjadi pelaku dalam masyarakat.
Kemampuan berpikir kritis, kreatif, serta kedisiplinan dalam memanfaatkan sumber daya alam
adalah hal yang sangat penting dalam membentuk karakter mahasiswa yang berkualitas.
Dalam konteks Merevitalisasi Legislator Mahasiswa Milenial di Era Society 5.0, tujuan utama
adalah untuk mengevaluasi sejauh mana peran mahasiswa dalam mengubah lingkungan sosial
masyarakat. Mahasiswa yang memiliki karakter positif dan kompetensi yang baik akan mampu
bersaing di tingkat nasional dan internasional, membawa kontribusi yang signifikan dalam
menghadapi berbagai tantangan sosial dan teknologi di era ini.

METODE
Metode Penelitian adalah Literatur review yang merupakan suatu kajian ilmiah yang berfokus
pada satu topik tertentu. Literatur review akan memberikan gambaran mengenai perkembangan
suatu topik tertentu (Agus Cahyono, dkk: 2019). Sementara itu (Hijran & Dini, 2019)
mengemukakan bahwa Pengumpulan Literature review digunakan beberapa tahapan
diantaranya pencarian artikel berdasarkan topic garis besar, pengelompokkan artikel
berdasarkan relevansi dengan topik.
Literatur review akan memungkinkan seorang peneliti untuk melakukan identifikasi atas suatu
teori atau metode, mengembangkan suatu teori atau metode, mengidentifikasi kesenjangan yang
terjadi antara suatu teori dengan relevansi di lapangan/terhadap suatu hasil penelitian
(Rowley&Slack,2004; Bettany-Saltikov, 2012).
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi pustaka atau library
research. Metode ini merupakan pendekatan teoritis yang berfokus pada pengumpulan informasi
dari berbagai sumber literatur, artikel jurnal, prosiding, dan referensi yang relevan dengan topik
penelitian. Dalam proses ini, langkah-langkah yang diambil mengacu pada teori George dalam
Hasanuddin dkk.
Langkah pertama dalam metode ini adalah memilih topik umum yang menjadi fokus penelitian,
yaitu "Merevitalisasi Legislator Mahasiswa Milenial di Era Society 5.0." Kemudian, langkah
kedua melibatkan imaginasi untuk merumuskan gagasan-gagasan terkait topik tersebut.

3
Langkah ketiga adalah menekankan pada satu atau lebih permasalahan yang akan menjadi hasil
dari penyatuan gagasan yang berkaitan dengan topik yang dibahas.
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari artikel
prosiding dan artikel jurnal nasional yang membahas tentang era Society 5.0, hakikat
pendidikan, serta peran mahasiswa dalam masyarakat. Data-data ini relevan dengan topik
pembahasan penelitian.
Secara keseluruhan, prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan mencari,
membaca, dan menganalisis berbagai sumber literatur dan referensi yang relevan dengan topik
penelitian. Metode studi pustaka ini memungkinkan untuk menyusun kerangka konseptual dan
teoritis yang kuat dalam rangka merevitalisasi peran mahasiswa milenial sebagai legislator di
era Society 5.0.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Era Society 5.0 dan Revolusi Industri 4.0 telah mengubah dinamika kehidupan sosial, ekonomi,
dan politik secara signifikan. Dalam konteks ini, peran mahasiswa sebagai legislator sangat
penting untuk menghadapi tantangan masa depan. Untuk mencapai sinergitas yang lebih kuat
dalam menghadapi era Society 5.0 dan menciptakan generasi emas berdaya saing global,
revitalisasi legislator mahasiswa perlu ditekankan dengan fokus pada dua aspek utama: legislatif
dan pendidikan.
1. Peran Legislator Mahasiswa (Legislative Role)
Agent of Change (Agen Perubahan)
Dalam era Society 5.0, mahasiswa harus melihat diri mereka sebagai agen perubahan yang
berfokus pada pembentukan moral, akhlak, dan etika dalam masyarakat. Ini bisa dicapai melalui
kegiatan pengabdian yang mendorong kesadaran akan peran mahasiswa dalam mengembangkan
teknologi dan media sosial sebagai alat untuk menciptakan perubahan positif.
Social Control (Kontrol Sosial)
Mahasiswa harus bersikap kritis terhadap kebijakan pemerintah yang mungkin merugikan
masyarakat. Mereka harus memiliki kesadaran akan pentingnya kontrol sosial dalam masyarakat
dan mampu menganalisis kebijakan pemerintah untuk mengutamakan kepentingan masyarakat
umum.
Political Control (Kontrol Politik)
Sebagai bagian dari kontrol sosial, mahasiswa juga memiliki peran dalam memberikan wawasan
dan pemahaman kepada masyarakat tentang kebijakan publik dan politik. Ini membantu
menciptakan kesadaran politik yang lebih tinggi di antara rakyat dan memastikan bahwa
keputusan pemerintah selalu mengutamakan kepentingan masyarakat.
2. Peran Mahasiswa dalam Pendidikan (Educational Role)
Iron Stock (Generasi Penerus)
Mahasiswa harus dipersiapkan untuk menjadi generasi penerus yang tangguh. Mereka harus
diberikan pendidikan yang berfokus pada pengembangan kemampuan dan akhlak mulia. Ini
akan memastikan bahwa mereka dapat menggantikan generasi sebelumnya dengan kemampuan
yang lebih baik.
Moral Force (Gerakan Moral)
Mahasiswa harus dianggap sebagai teladan dalam masyarakat. Oleh karena itu, nilai-nilai moral
harus menjadi inti dari pendidikan mereka. Ini membantu mereka beradaptasi dengan nilai dan
moral yang ada dalam masyarakat, sehingga mereka diterima dengan baik dalam kehidupan
bermasyarakat.
Guardian of Value (Penjaga Nilai-Nilai Luhur)
Mahasiswa sebagai komunitas akademis pencari kebenaran dan berlogika ilmiah harus
dipersiapkan untuk mengambil peran sebagai penjaga nilai-nilai luhur. Pendidikan mereka harus
mendorong pemahaman tentang pentingnya kajian akademis dalam menilai aspek-aspek
fenomena sosial. Ini akan membantu dalam membentuk kebijakan pemerintah yang
mengutamakan keadilan dan kesejahteraan sosial.
Dengan merevitalisasi peran legislator mahasiswa dan pendidikan yang lebih mendalam, kita
dapat menciptakan sinergitas yang kuat dalam menghadapi tantangan era Society 5.0.

4
Mahasiswa akan menjadi kekuatan positif yang dapat membentuk masyarakat yang lebih baik
dan menciptakan generasi emas yang memiliki daya saing global, baik dalam konteks legislatif
maupun pendidikan.

Hasil

Hasil penelitian mengenai komponen kecakapan intelektual dalam konteks


merevitalisasi legislator mahasiswa demi mewujudkan sinergitas dalam menghadapi tantangan
era Society 5.0 menuju generasi emas berdaya saing global tentang legislatif dan pendidikan:

Tabel 1. Komponen Kecakapan Intelektual


No. Unsur Kecakapan Indikator Hasil Penelitian
Intelektual

1 Mengidentifikasi  Membedakan Mahasiswa


 Mengkelompokkan/mengklasifikasi legislator mampu
 Menentukan bahwa sesuatu itu asli mengidentifikasi
permasalahan
legislasi yang
relevan dengan
Society 5.0,
membedakan
antara isu-isu
utama,
mengelompokkan
permasalahan
serupa, dan
menentukan solusi
yang inovatif.
2 Mendeskripsikan  Proses Mahasiswa
 Lembaga legislator dapat
 Fungsi mendeskripsikan
 Alat secara rinci proses
 Tujuan legislasi, lembaga
 Kualitas legislatif, fungsi
dan alat yang
digunakan dalam
proses legislasi,
serta tujuan
legislatif yang
berfokus pada
penciptaan
generasi emas
berdaya saing
global.
3 Menafsirkan/Menjelaskan  Sebab-sebab terjadinya suatu Mahasiswa
peristiwa legislator mampu
 Makna dan pentingnya persitiwa atau menafsirkan
ide sebab-sebab
 Alasan bertindak terjadinya

5
perubahan
legislatif yang
berkaitan dengan
pendidikan dan
Society 5.0,
menjelaskan
makna serta
pentingnya ide-ide
legislasi, dan
merumuskan
alasan bertindak
yang mendukung
perubahan
tersebut.
4 Menguraikan/Menganalisis  Unsur-unsur atau komponen ide Mahasiswa
gagasan, proses politik, institusi- legislator
institusi melakukan analisis
 Konsekuensi dari ide, proses politik, mendalam
institusi-institusi terhadap unsur-
 Memilih mana yang merupakan cara unsur dalam ide
dengan tujuan legislasi, proses
 Memilih mana yang merupakan fakta politik, dan
dan pendapat institusi-institusi
 Memilih mana yang merupakan terkait, serta
tanggungjawab pribadi mampu
 Memilih mana yang merupakan menguraikan
tanggungjawab publik konsekuensi dari
perubahan
legislasi. Mereka
juga dapat
membedakan
antara fakta dan
pendapat, serta
mengidentifikasi
tanggungjawab
pribadi dan publik
dalam
implementasi
legislasi.
5 Mengklarifikasi/Menjelaskan  Sebab-sebab terjadinya suatu Mahasiswa
peristiwa legislator mampu
 Makna dan pentingnya peristiwa atau mengklarifikasi
ide gagasan sebab-sebab
 Alasan bertindak perubahan
legislatif yang
relevan,
menjelaskan
makna dan
pentingnya
perubahan tersebut
dalam konteks
Society 5.0, dan
merinci alasan

6
bertindak yang
mendukung
perubahan
legislasi.
6 Mengevaluasi Pendapat  Kelebihan dan kelemahan pendapat Mahasiswa
 Menciptakan pendapat baru legislator
melakukan
evaluasi terhadap
pendapat-pendapat
yang ada,
mengidentifikasi
kelebihan dan
kelemahan, serta
mampu
menciptakan
pendapat baru
yang inovatif
dalam rangka
memperkuat
legislasi yang
mendukung
generasi emas
berdaya saing
global.
7 Mengambil Pendapat  Dari hasil seleksi berbagai posisi Mahasiswa
 Membuat pilihan baru legislator dapat
mengambil
pendapat dari
berbagai sumber
dan posisi yang
berbeda, serta
mampu membuat
pilihan baru yang
didasarkan pada
analisis mendalam
dan pertimbangan
yang matang.
8 Mempertahankan Pendapat  Mengemukakan pendapat Mahasiswa
berdasarkan asumsi atau posisi yang legislator mampu
dipertahankan mengemukakan
 Merespon posisi yang tidak pendapat
disepakati berdasarkan
asumsi atau posisi
yang mereka
pertahankan, dan
juga dapat
merespon dengan
baik terhadap
posisi yang tidak
disepakati dengan
argumen yang
kuat.

7
Sumber: diolah dari Center For Civic Education (1994). National Standard for Civics and
Goverment

Hasil penelitian mengenai komponen kecakapan partisipasi dalam konteks merevitalisasi


legislator mahasiswa demi mewujudkan sinergitas dalam menghadapi tantangan era Society 5.0
menuju generasi emas berdaya saing global tentang legislatif dan pendidikan:

Tabel 2. Komponen Kecakapan Partisipasi


No. Unsur Kecakapan Indikator Hasil Penelitian
Keterampilan
1 Berkomunikasi atau  Bertanya, Menjawab Mahasiswa legislator berhasil
berinteraksi yang  Berdiskusi dengan Sopan Santun berkomunikasi dengan baik
kaitannya dengan  Menjelaskan Artikulasi dalam konteks permasalahan
Permasalah Publik Kepentingan publik, dengan kemampuan
 Membentuk Koalisi, Negoisasi, bertanya, menjawab, dan
Kompromi berdiskusi secara sopan.
 Mengelola Konflik secara Damai Mereka juga mampu
 Mencari Konsensus menjelaskan artikulasi
kepentingan dengan jelas,
membentuk koalisi, melakukan
negosiasi, dan mencapai
kompromi yang memadai.
Kemampuan mengelola
konflik secara damai dan
mencari konsensus juga terlihat
dalam partisipasi mereka.
2 Memonitor yang  Memakai berbagai sumber Mahasiswa legislator aktif
berkaitan dengan informasi seperti TV, Surat Kabar, dalam memonitor
Permasalahan Perpustakaan dan lain-lain untuk permasalahan politik yang
Politik dalam mengetahui persoalan-persoalan terkait dengan penanganan
penanganan publik permasalahan publik. Mereka
Permalahan Publik  Upaya mendapatkan informasi menggunakan berbagai sumber
tentang persoalan publik dari informasi seperti media massa,
kelompok-kelompok kepentingan, perpustakaan, dan lain-lain
pejabat pemerintahan, lembaga- untuk mendapatkan
lembaga pemerintah pemahaman yang mendalam
tentang isu-isu tersebut. Selain
itu, mereka juga berusaha
mendapatkan informasi dari
kelompok kepentingan, pejabat
pemerintahan, dan lembaga-
lembaga pemerintah.
3 Mempengaruhi  Melaksanakan simulasi yang Mahasiswa legislator aktif
proses politik, berkaitan dengan kampanye, dalam mempengaruhi proses
pemerintah secara pelaksanaan pemilu dan kemudian politik dan pemerintah baik
formal dan informal dengar pendapat dengan secara formal maupun
DPRD/DPR informal. Mereka melakukan
 Memberikan Pilihan dalam simulasi yang berkaitan dengan
pelaksanaan Pemilihan Umum kampanye dan pemilu, serta

8
 Membuat Petisi berinteraksi dengan anggota
 Melaksanakan Pembicaraan DPRD/DPR untuk
kesaksian di depan lembaga publik mendengarkan pendapat.
 Bergabung dalam lembaga advokasi Selain itu, mereka memberikan
untuk memperjuangkan tujuan pilihan dalam pelaksanaan
bersama atau dengan pihak lain pemilihan umum, membuat
petisi, memberikan kesaksian
di depan lembaga publik, dan
bergabung dalam lembaga
advokasi untuk
memperjuangkan tujuan
bersama atau dengan pihak
lain.

Pembahasan
Pentingnya kompetensi kewarganegaraan bagi mahasiswa sebagai tulang punggung
bangsa. Terdapat tiga kompetensi kewarganegaraan yang dibutuhkan, yaitu Pengetahuan
Kewarganegaraan (Civic Knowledge), Kecakapan Kewarganegaraan (Civic Skills), dan Watak
Kewarganegaraan (Civic Disposition). Oleh sebab itu, mahasiswa perlu memiliki
pengetahuan yang baik tentang kewarganegaraan kemudian perlu memiliki kecakapan
secara intelektual dan interaktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga pada
akhirnya hasil belajar yang berupa pengetahuan dan keterampilan akan membentuk watak
atau karakter yang membentuk sikap dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari yang
mencerminkan kewarganegaraan yang baik, menunjukan sikap tolerasi dalam beragama,
kejujuran, keadilan, demokrasi, menghargai dan menghormati Hak Asasi Manusia, serta
mempunyai semangat kebangsaan dan rasa solidaritas yang tinggi. Dengan terjalinya
kompetensi kewarganegaraan tersebut, diharapkan dapat mewujudkan Mahasiswa yang
terlibat aktif dalam suatu tatanan negara.
1. Pengetahuan Kewarganegaraan (Civic Knowledge)
Civic knowledge, atau pengetahuan kewarganegaraan, memiliki peran yang sangat
penting dalam pendidikan Mahasiswa untuk membentuk warga negara yang cerdas dan
berkarakter sesuai dengan nilai-nilai kebangsaan Indonesia, seperti Pancasila dan Undang-
Undang 1945. Civic knowledge ini mencakup pemahaman tentang hak dan kewajiban sebagai
warga negara serta berbagai aspek politik, hukum, dan moral yang terkait.
Mengacu pada penelitian Mulyono (2017), civic knowledge mengembangkan
kemampuan akademik dan ilmiah dalam berbagai konsep politik, hukum, dan moral.
Mahasiswa harus menguasai kompetensi ini agar dapat membentuk daya kritis, kepedulian,
persatuan, dan integritas yang diperlukan dalam berperan aktif dalam masyarakat. Selain itu,
Belladonna dan Anggraena (2019) menekankan pentingnya civic knowledge dalam memahami
kebangsaan dan kewarganegaraan.

9
Pendidikan karakter juga memiliki peran yang strategis, seperti yang diungkapkan oleh
Hartini (2020). Pendidikan karakter harus dimulai dari sekolah, keluarga, dan masyarakat,
sehingga dapat membantu membangun karakter Indonesia sebagai negara multikultural. Dalam
proses pembelajaran, pendidikan kewarganegaraan harus dilaksanakan dengan efisien agar
mahasiswa dapat berpartisipasi dalam masyarakat dan memberikan kontribusi positif.
Indonesia memprioritaskan pendidikan sebagai salah satu tujuan nasional, sebagaimana
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Ini sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045 yang
menekankan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan berkualitas perlu dimulai
sejak dini dengan melengkapi kapasitas siswa dalam berbagai aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Pendidikan saat ini juga harus mendorong pengembangan soft skills melalui
ekstrakurikuler di sekolah.
Selain peningkatan wawasan, pendidikan karakter juga harus ditekankan. Pendidikan
karakter bukan hanya pelengkap pengembangan kapasitas SDM, tetapi juga hal yang sangat
penting dalam membentuk sikap dan moral yang baik pada setiap siswa.
Pemerintah memiliki peran besar dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045,
terutama dalam pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia. Dengan populasi yang
cenderung produktif pada tahun 2045, perhatian pada pendidikan anak usia dini menjadi urgensi
tinggi.
Pentingnya pemahaman tentang hak dan kewajiban warga negara juga ditekankan. Hak
warga negara mencakup berbagai otoritas yang harus digunakan sesuai dengan undang-undang,
sementara kewajiban mencakup tanggung jawab sebagai warga negara, termasuk dalam upaya
pertahanan dan keamanan negara.
Pendidikan kewarganegaraan memiliki tujuan yang sangat penting, yaitu membentuk
generasi yang berpikir kritis, berwawasan, kreatif, dan cerdas dalam menyikapi persoalan
kewarganegaraan. Output dari pendidikan kewarganegaraan akan membentuk mahasiswa yang
memiliki karakter kuat, mencintai tanah air, dan berkepribadian Indonesia, serta mampu
berperan positif dalam masyarakat. Dengan begitu, civic knowledge dan pendidikan karakter
menjadi pondasi penting dalam pembentukan warga negara yang baik dan terdidik.
2. Kecakapan Kewarganegaraan (Civic Skills)
Kecakapan kewarganegaraan memegang peran penting dalam menjadikan Civic
Knowledge yang dimiliki oleh mahasiswa menjadi sesuatu yang bermanfaat dan relevan dalam
menghadapi permasalahan berbangsa dan bernegara. Kecakapan kewarganegaraan terdiri dari
dua aspek utama: kecakapan intelektual dan kecakapan partisipasi.
Kecakapan intelektual mencakup kemampuan mahasiswa untuk berpikir kritis dan
berwawasan luas terkait dengan isu-isu kewarganegaraan. Mahasiswa perlu mampu
mengidentifikasi, mendeskripsikan, menafsirkan, menguraikan, mengklarifikasi, dan

10
mengevaluasi berbagai persoalan publik. Selanjutnya, mereka harus dapat mengambil keputusan
individu atau kelompok berdasarkan pemahaman yang mendalam tentang isu-isu tersebut.
Kecakapan ini membantu mahasiswa untuk memahami, merespons, dan berkontribusi dalam
permasalahan kewarganegaraan dengan cara yang konstruktif dan berdasarkan argumen yang
kuat.
Adapun kompetensi dasar dari kecakapan intelektual mencakup kemampuan mahasiswa
dalam menyampaikan pemikiran mereka secara lisan atau tertulis dengan baik dalam bahasa
Indonesia yang benar. Mereka juga harus mampu menganalisis masalah-masalah sosial dan
kemasyarakatan secara kritis serta dapat mengambil keputusan baik secara individu maupun
dalam kelompok.
Kecakapan partisipasi, di sisi lain, mencakup berbagai bentuk peran serta masyarakat
dalam menjalankan aktivitas yang berkontribusi pada pembangunan bangsa dan negara.
Partisipasi ini mencakup perencanaan dan pelaksanaan berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan
pembangunan nasional. Dalam sebuah demokrasi, partisipasi warga negara sangat penting untuk
menentukan kualitas demokrasi. Mahasiswa perlu memiliki kemampuan untuk berpartisipasi
dalam berbagai bentuk dan aspek kehidupan politik dan masyarakat.
Kecakapan partisipasi dapat dilihat dalam berbagai tindakan, seperti memberikan saran,
memberikan jasa, atau menyumbangkan materi dalam lingkup masyarakat yang demokratis. Ini
juga mencakup kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain, berkomunikasi dengan baik,
serta bekerja sama dalam kelompok. Mahasiswa harus mampu membangun relasi yang positif,
menangani konflik dengan damai dan jujur, serta memonitor pelaksanaan kebijakan publik.
Kesimpulannya, kecakapan kewarganegaraan, baik dalam aspek intelektual maupun
partisipasi, sangat penting dalam membentuk mahasiswa yang cerdas dan berkarakter sebagai
warga negara yang baik dan berkontribusi positif dalam masyarakat. Mahasiswa perlu
menguasai kedua aspek ini agar dapat berperan aktif dalam memahami, mengkritisi, dan
mempengaruhi isu-isu kewarganegaraan, serta berpartisipasi secara efektif dalam berbagai
kegiatan yang mendukung pembangunan bangsa dan negara.
3. Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition)
Watak kewarganegaraan adalah karakter atau sifat yang harus dimiliki oleh setiap
mahasiswa untuk mendukung efektivitas partisipasi politik dan kelancaran sistem politik yang
sesuai dengan Konstitusi. Tujuan utama dari watak kewarganegaraan adalah mengembangkan
karakter individu sebagai warga negara yang baik, baik dalam aspek pribadi (privat) seperti
bertanggung jawab secara moral, disiplin diri, dan penghormatan terhadap martabat manusia,
maupun dalam aspek publik seperti berpikir kritis, kemampuan mendengar, bernegosiasi, dan
berkompromi.

11
Pengetahuan memiliki peran penting dalam kehidupan manusia, tetapi karakter juga
merupakan elemen yang sangat vital. Kita sebagai makhluk sosial perlu memiliki karakter yang
baik dan sesuai dengan norma agar dapat hidup berdampingan dengan orang lain. Stephen
Covey menjelaskan bahwa memiliki banyak pengetahuan tanpa karakter yang kuat dan
berprinsip dapat menjadi lebih berbahaya. Kepintaran tanpa karakter dapat merugikan orang
lain, sehingga penanaman nilai karakter menjadi sangat penting.
Berdasarkan Kemendiknas, ada delapan belas nilai karakter yang perlu dikembangkan
pada warga negara Indonesia. Nilai-nilai ini mencakup aspek religius, jujur, toleransi, disiplin,
kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan,
peduli sosial, dan tanggung jawab. Semua nilai-nilai ini mencerminkan aspek-aspek berbeda
dalam kehidupan individu sebagai warga negara.
Pendidikan karakter menjadi tanggung jawab semua elemen yang terlibat dalam
kehidupan seseorang, termasuk keluarga, sekolah, dan masyarakat. Hal ini menciptakan
lingkungan holistik di mana pendidikan karakter dapat berkembang secara efektif. Pendidikan
karakter juga harus berlandaskan pada nilai-nilai agama, Pancasila, dan budaya bangsa, serta
tujuan Pendidikan Nasional yang mencakup pengembangan potensi manusia yang beriman,
berakhlak mulia, cakap, kreatif, dan bertanggung jawab.
Untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045, kita harus optimis dan aktif dalam
mengembangkan kapasitas ilmu pengetahuan masyarakat melalui pendidikan, sambil
mendorong peningkatan kualitas karakter secara bersamaan. Ini adalah tanggung jawab bersama
antara keluarga, sekolah/perguruan tinggi, dan masyarakat. Dengan upaya yang konsisten,
lahirnya generasi emas Indonesia yang cerdas dan berkarakter bukanlah mimpi yang tidak
mungkin, bahkan bisa tercapai lebih cepat. Dengan demikian, Indonesia dapat menjadi negara
maju dan berdiri sebagai pusat peradaban dunia.

SIMPULAN
Pentingnya Peran Legislator Mahasiswa: Legislator mahasiswa memiliki peran yang
sangat penting dalam mengadvokasi dan mewujudkan perubahan positif di lingkungan
perguruan tinggi. Mereka adalah perwakilan suara mahasiswa yang dapat memperjuangkan hak-
hak dan kepentingan mahasiswa secara efektif. Dalam konteks pembentukan generasi emas
yang berdaya saing global, peran legislator mahasiswa menjadi semakin relevan.
Sinergitas dalam Mewujudkan Tantangan Era Society 5.0: Era Society 5.0 menuntut
kolaborasi antara teknologi dan manusia untuk mencapai solusi atas tantangan global. Dalam
hal ini, legislator mahasiswa harus bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk perguruan
tinggi, pemerintah, dan sektor industri, untuk mengembangkan solusi yang inovatif dan relevan

12
dengan perubahan zaman. Sinergitas ini penting untuk menghadapi perubahan sosial, ekonomi,
dan teknologi yang cepat.
Mengoptimalkan Peran dalam Pendidikan: Peran legislator mahasiswa dalam perbaikan
sistem pendidikan sangat krusial. Mereka dapat mengadvokasi perubahan kurikulum yang lebih
relevan dengan kebutuhan pasar kerja global. Selain itu, mereka dapat memastikan kualitas
pembelajaran yang tinggi dan memberikan dukungan untuk fasilitas pendidikan yang lebih baik.
Dengan begitu, mahasiswa akan lebih siap menghadapi persaingan global.
Pengembangan Karakter dan Kepemimpinan: Revitalisasi legislator mahasiswa
seharusnya tidak hanya berfokus pada aspek akademik, tetapi juga pada pengembangan karakter
dan kepemimpinan mahasiswa. Soft skills seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi,
kerja tim, dan etika profesional sangat penting dalam persiapan mahasiswa menjadi bagian dari
generasi emas yang berkarakter kuat.
Prospek Pengembangan: Ke depan, peran legislator mahasiswa dapat terus berkembang
dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Mereka dapat menjadi agen
perubahan yang aktif dengan menyuarakan isu-isu penting melalui media sosial dan platform
digital lainnya. Hal ini dapat memperluas pengaruh mereka dan meningkatkan partisipasi
mahasiswa dalam proses pengambilan keputusan.
Aplikasi Hasil Penelitian: Untuk meningkatkan efektivitas peran legislator mahasiswa,
penelitian lebih lanjut dapat dilakukan untuk mengidentifikasi strategi dan praktik terbaik dalam
menghadapi tantangan era Society 5.0. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai panduan
bagi legislator mahasiswa dalam melaksanakan tugas mereka dengan lebih efisien dan efektif.
Dengan revitalisasi legislator mahasiswa yang berfokus pada sinergitas, pendidikan
yang berkualitas, pengembangan karakter, dan penerapan teknologi, kita dapat berharap untuk
melahirkan generasi emas yang siap bersaing secara global dalam menghadapi tantangan masa
depan yang semakin kompleks.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Fikri, M. (2021). Peluang dan tantangan perguruan tinggi menghadapi revolusi digital di era
Society 5.0. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan, 3(3), 350-355. Retrieved from
https://prosiding.unma.ac.id/index.php/semnasfkip/article/view/621
Arkam, R., & Rizki Mustikasari. (2021). Pendidikan anak menurut syaikh muhammad syakir
dan relevansinya dengan tujuan pendidikan di Indonesia. MENTARi, 1(1), 2-8.
Retrieved from https://jurnal.stkippgriponorogo.ac.id/index.php/Mentari/article/view/45
Astini, N. K. (2022). Tantangan implementasi merdeka belajar pada era new normal Covid-19
dan era Society 5.0. LAMPUHYANG, 13(1), 164-180.
https://doi.org/10.47730/jurnallampuhyang.v13i1.298

13
Bettany-Saltikov, J. (2012). How to do a systematic literature review in nursing: a step-by-step
guide. McGraw-Hill Education (UK).
Branson, Magaret S., et al. (1999). Belajar Civic Education dari Amerika. Yogyakarta:
Kerjasama LKIS dan The Asia Foundation.
Cahyono, H. (2019). Peran mahasiswa di masyarakat. De Banten-Bode: Jurnal Pengabdian
Kepada Masyarakat (PKM) Setiabudhi, 1(1), 32-41.
Fadilah, et al. (2021). Pendidikan Karakter. Bojonegoro: CV. Agrapana Media.
Fauzi, R., & Roza, P. (2019). Implementasi Nilai Kebajikan Warga negara (Civic Virtues) di
Institut Teknologi Bandung. Journal Of Moral and Civic Education, 3(2), 92-106.
Hartini, S., Siregar, M., & Arifi, A. (2020). Implementasi Pendidikan Karakter di MTs Negeri
Kabupaten Klaten. Al-Asasiyya: Journal of Basic Education, 4(1), 14-29.
Hasbullah, N., & Dewi, D. A. (2022). Penerapan Nilai-Nilai Pancasila Di Era Globalisasi.
Jurnal Kewarganegaraan, 6(1), 1045-1049.
Jannah, F., & Sulianti, A. (2021). Perspektif Mahasiswa sebagai Agen Of Change melalui
Pendidikan Kewarganegaraan. ASANKA: Journal of Social Science And Education,
2(2), 181-193. https://doi.org/10.21154/asanka.v2i2.3193
Muhamad Hijran, dkk. (2021). Peran Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Dalam
Pengembangan Sistem Ekonomi Kerakyatan Saat Pandemi Covid-19 Menurut Undang-
Undang 1945. Jurnal Profit: Kajian Pendidikan Ekonomi Dan Ilmu Ekonomi, 8(2), 95-
101. ISSN 2620-8504.
Mulyono, B. (2017). Reorientasi civic disposition dalam kurikulum Pendidikan
Kewarganegaraan sebagai upaya membentuk warga negara yang ideal. Jurnal Civics:
Media Kajian Kewarganegaraan, 14(2), 218-225.
Nurohmah, W., & Dewi, D. A. (2022). Penerapan Nilai-Nilai Pancasila Di Era Globalisasi.
Jurnal Kewarganegaraan, 6(1), 1045-1049.
Pangalila, Theodorus. (2017). Peningkatan Civic Disposition Siswa melalui pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (Pkn). Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, 7(1), 91-103.
Reza A. Suntara (2022). Indonesia Emas 2045 Bukan Isapan Jempol Belaka. Babel Pos edisi
Selasa, 22 Maret 2022.
Reza A. Suntara (2022). Warga Negara yang Baik. Babel Pos edisi Kamis, 31 Maret 2022.
Rowley, J., & Slack, F. (2004). Conducting a literature review. Management Research News.
Roza, Prima. (2020). Digital Citizenship: Menyiapkan Generasi Milineal Menjadi Warga
Negara Demokratis di abad Digital. Jurnal Sosioteknologi, 19(2), 190-202.
Sujana, I Putu Windu M. (2019). Civic Virtue Dalam Rangka Mewujudkan Pemilu Harmoni
dan Berkeadilan. Jurnal Media Komunikasi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaaan,
1(2), 63-72.

14
Tanis, H. (2013). Pentingnya pendidikan character building dalam membentuk kepribadian
mahasiswa. Humaniora, 4(2), 1212-1219.
Winataputra, Udin S. (2012). Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Perspektif Pendidikan Untuk
Mencerdaskan Kehidupan Bangsa (Gagasan, Instrumentasi, dan Praksis). Bandung:
Widya Aksara Press.

15

You might also like