Proposal Penelitian

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 73

PENGARUH PELAKSANAAN LAYANAN PENEMPATAN DAN

PENYALURAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE


TERHADAP PENENTUAN BAKAT DAN MINAT
SISWA KELAS XI SMA NEGERI 4
PADANG SIDEMPUAN

Skripsi

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Pendidikan

Oleh

Sri Puspita Sari Siregar


NPM. 1901090029

Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Padang Sidempuan
2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim.
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah Swt. atas ridanya saya
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Adapun judul skripsi yang saya
ajukan adalah “Pengaruh Pelaksanaan Layanan Penempatan dan Penyaluran
Berbasis Multiple Intelligence Terhadap Penentuan Bakat dan Minat Siswa
Kelas XI SMA Negeri 4 Padang Sidempuan”
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan. Tidak dapat
disangkal bahwa butuh usaha yang keras dalam penyelesaian pengerjaan skripsi
ini. Namun, skripsi ini tidak akan selesai tanpa orang-orang di sekeliling saya
yang mendukung dan membantu. Terima kasih saya sampaikan kepada:

1. Bapak Muhammad Darwis, M.Pd Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah


Tapanuli Selatan
2. Ibu Eli Marlina Harahap, SS., M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan.
3. Ibu Nor Mita Ika Saputri, M.Psi selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan sekaligus dosen
pembimbing
4. Ibu Vitria Larseman Dela, M.Pd selaku dosen pembimbing
5. Segenap Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah mendidik
dan memberikan ilmu selama kuliah dan seluruh staf yang selalu sabar
melayani segala administrasi selama proses penelitian ini.
6. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu persatu.

i
Semoga segala kebaikan dan pertolongan semuanya mendapat berkah
dari Allah Swt. dan akhirnya saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kata sempurna, karena keterbatasan ilmu yang saya miliki. Untuk itu saya
dengan kerendahan hati mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya
membangun dari semua pihak demi membangun laporan penelitian ini.

Padang Sidempuan, Februari 2023

Peneliti

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................
DAFTAR TABEL.......................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.............................................1
B. Identifikasi Masalah...................................................6
C. Batasan Masalah.........................................................6
D. Rumusan Masalah......................................................7
E. Tujuan Penelitian........................................................7
F. Manfaat Penelitian......................................................8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori.........................................................10
1. Bakat.............................................................10
1.1 Pengertian Bakat..............................10
1.2 Jenis-Jenis Bakat..............................11
1.3 Karakteristik Bakat...........................12
1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Perkembangan Bakat......................................................14
2. Minat............................................................16
2.1 Pengertian Minat..............................16
2.2 Karakteristik Minat..........................18
2.3 Faktor yang Mempengaruhi
Terbentuknya Minat.......................................................19
2.4 Aspek-Aspek Minat..........................22
3. Layanan Penempatan dan Penyaluran..........25
3.1 Pengertian Layanan Penempatan dan
Penyaluran......................................................................25

iii
3.2 Fungsi Layanan Penempatan dan
Penyaluran......................................................................26
3.3 Tujuan Layanan Penempatan dan
Penyaluran......................................................................28
3.4 Pelaksanaan Layanan Penempatan dan
Penyaluran......................................................................29
4. Konsep Dasar Multiple Intelligence.............33
B. Kajian Penelitian yang Relevan...............................42
C. Kerangka Berpikir....................................................45
D. Hipotesis...................................................................47
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian..................................48
B. Jenis Penelitian.........................................................48
C. Populasi dan Sampel................................................50
D. Definisi Operasional.................................................53
E. Teknik Pengumpulan Data.......................................54
F. Teknik Analisis Data................................................57
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................

iv
DAFTAR TABEL

3.1 Populasi Penelitian.......................................................................................51


3.2 Sampel Penelitian.........................................................................................52
3.3 Kisi-Kisi Angket..........................................................................................56
3.4 Skor Penilaian..............................................................................................61

v
vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah merupakan lembaga formal yang secara khusus di

bentuk untuk menyelenggarakan pendidikan bagi warga masyarakat.

Arah pembentukan lembaga ini yaitu memberikan kemudahan

pencapaian perkembangan yang optimal terhadap peserta didik. Banyak

kesamaan antara kondisi Sekolah Menengah Pertama dengan Sekolah

Menengah Atas. Namun demikian terdapat perbedaan yang mencolok

dalam hal-hal yang justru amat mempengaruhi intensitas bimbingan

pada tingkat ini. Maka dari itu, banyak siswa yang tidak bisa beradaptasi

dengan lingkungan Sekolah Menengah Atas sehingga masih banyak

siswa tidak mampu memecahkan masalah yang berakibat terhadap

terganggunya proses belajar mengajar.

Peserta didik adalah individu yang berada pada masa yang sulit

ketika menghadapi masalah penyesuaian diri dan pengambilan

keputusan tentang apa yang harus dilakukan untuk menghadapi

tantangan zaman yang semakin komplek sehingga mereka memerlukan

bimbingan secara tepat guna pencapaian perkembangan diri mereka.

1
Mengenali bakat diri sendiri terkadang memang sangat sulit

dilakukan karena bakat alami seseorang terkadang menjadi tidak terlihat

karena satu atau dua faktor yang seringkali terjadi. Seseorang memiliki

kemampuan akal, pikiran untuk melakukan sesuatu hal yang

dikehendaki dengan keterampilan. Tidak semua orang memiliki bakat

yang sama bahkan dua anak kembar sekalipun memiliki kecenderungan

di anugerahi bakat yang berbeda.

Sejalan dengan hal di atas, menurut Sunarto Hartono (2002)

bakat dapat diartikan sebagai kemampuan bawaan yang merupakan

potensi (potential ability) yang masih perlu dikembangkan dan di latih.

Selanjutnya menurut Mohammad Ali dan Mohammad Asrori (2014)

bakat (aptitude) mengandung makna kemampuan bawaan yang

merupakan potensi (potential ability) yang masih perlu pengembangan

dan latihan lebih lanjut. Berdasarkan penjelasan di atas dapat

disimpulkan bahwa bakat adalah kemampuan dalam diri seseorang yang

sudah dimiliki sejak lahir dimana kemampuan tersebut dapat digunakan

untuk mempelajari sesuatu dengan cepat dan dengan hasil yang baik.

Abdul Rahman Shaleh & Muhbib Abdul Wahab (2004)

menyebutkan bahwa minat adalah suatu kecenderungan untuk

memberikan perhatian dan bertindak terhadap orang, aktivitas atau

situasi yang menjadi objek dari minat tersebut disertai perasaan senang.

Sedangkan menurut Harun Iskandar (2010) minat adalah perasaan yang

menyatakan bahwa satu aktivitas, pekerjaan atau objek itu berharga atau

2
berarti bagi individu. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan secara

umum pengertian minat adalah dorongan atau keinginan dalam diri

seseorang pada objek tertentu. Misalnya, minat terhadap pelajaran,

olahraga, atau hobi. Jadi minat merupakan salah satu faktor yang turut

mempengaruhi tampilnya bakat. Seringkali seseorang berminat terhadap

satu objek karena dianggapnya akan memberikan sesuatu yang berharga

kelak kemudian hari atau bagi masa depannya. Tetapi tidak jarang pula

bahwa apa yang diminati juga merupakan bakat yang ada pada dirinya.

Pentingnya bakat maupun minat dalam diri siswa menyebabkan

perlu adanya upaya untuk memberikan layanan bimbingan dan

konseling. Menurut Sukardi (2008) dalam bimbingan dan konseling

terdapat 10 layanan di antaranya layanan orientasi, layanan informasi,

layanan pembelajaran, layanan penempatan dan penyaluran, layanan

penguasaan konten, layanan konseling perorangan, layanan bimbingan

kelompok, layanan konseling kelompok, layanan konsultasi, dan

layanan mediasi. Dalam penelitian ini jenis layanan yang diberikan

peneliti adalah layanan penempatan dan penyaluran karena sudah jelas

bahwa fungsi layanan penempatan dan penyaluran adalah untuk

membantu siswa dalam menyesuaikan potensi dan bakat yang

dimilikinya agar tidak terjadi ketidaksesuaian.

Winkel (2014) menyebutkan bahwa layanan penempatan dan

penyaluran adalah usaha-usaha membantu peserta didik untuk

mengatasi permasalahan peserta didik mengenai minat. Sedangkan

3
menurut Prayitno (2004) layanan penempatan dan penyaluran adalah

suatu kegiatan bimbingan yang dilakukan untuk membantu individu

atau kelompok yang mengalami masalah mismatch (ketidaksesuaian

antara potensi dengan usaha pengembangan) dan penempatan individu

pada lingkungan yang cocok bagi dirinya serta pemberian kesempatan

kepada individu untuk berkembang secara optimal. Jadi layanan

penempatan dan penyaluran merupakan sebuah layanan di dalam

bimbingan dan konseling yang dimana kegiatan ini diharapkan dapat

membantu siswa dalam menciptakan bakat dan menyalurkan potensi

yang ada di dalam diri mereka. Layanan penempatan dan penyaluran

menawarkan bantuan kepada siswa untuk dapat mengembangkan

potensi dan bakat mereka sehingga tidak ada kesalahan.

Didampingi dengan metode multiple intelligence yang melihat

kecerdasan itu tidak hanya kecerdasan verbal dan logika saja tentunya

akan lebih membantu siswa dan siswi lebih percaya diri dengan apa

yang ada pada dirinya. Teori multiple intelligence melihat anak sebagai

individu yang unik. Pendidik akan melihat bahwa ada berbagai variasi

dalam belajar dimana setiap variasi menimbulkan konsekuensi dalam

cara pandang dan evaluasinya sendiri.

Menurut Santrock (2007) inteligensi adalah keahlian

memecahkan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi dan belajar

dari pengalaman hidup sehari-hari. Jadi, arti kata multiple intelligence

secara sempit itu memiliki arti kecerdasan jamak. Selanjutnya Gardner

4
(2011) menjelaskan bahwa indikator multiple intelligence terdiri dari

delapan jenis kecerdasan, antara lain kecerdasan verbal linguistik,

kecerdasan logis matematik, kecerdasan visual spasial, kecerdasan

berirama musik, kecerdasan jasmaniah kinestetik, kecerdasan

interpersonal, kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan naturalistik

Fakta yang penulis dapatkan di lapangan adalah masih banyak

peserta didik yang tidak bisa menempatkan diri mereka di keadaan yang

sesuai keinginan mereka. Misalnya beberapa anak yang hobi menari dan

bernyanyi tidak mendapat dukungan dari sekolah untuk menempatkan

kemampuan yang mereka miliki. Pihak sekolah lebih mengutamakan

ekstrakulikuler seperti pramuka tanpa pernah melakukan pengukuran

bakat dan minat terhadap siswa. Beberapa siswa juga tidak termasuk

dalam ekstrakulikuler apapun karna tidak mengetahui bakat yang ada

pada dirinya. Hal ini dapat di lihat dari tingkah kenakalan dan

penurunan prestasi yang di alami siswa. Mereka juga merasa tidak

memiliki minat ataupun bakat yang menjurus dengan jurusan yang

mereka ambil. Masalah-masalah tersebut disebabkan oleh kegagalan

penyaluran bakat dan minat yang mereka miliki. Jika masalah di atas

terus menerus terjadi, maka akan menjadikan stigma buruk di kalangan

generasi muda khususnya siswa siswi Sekolah Menengah Atas.

Sedangkan dalam kenyataan nya, peserta didik mau tidak mau mereka

akan menghadapi dunia kerja setelah mereka lulus sekolah dan yang jadi

5
permasalahan banyak di antara peserta didik yang tidak tahu orientasi

karir yang baik yang sesuai dengan bakat dan minat mereka.

Dari alasan itulah layanan penempatan dan penyaluran berbasis

multiple intelligences diberikan kepada peserta didik dengan tujuan agar

mereka memperoleh tempat yang sesuai untuk mengembangkan bakat

dan minat secara maksimal. Khususnya untuk peserta didik yang duduk

di bangku Sekolah Menengah Atas layanan ini sangat penting dimana

layanan tersebut dilakukan dengan prosedur yang baik yang akan

mengantarkan peserta didik untuk penjurusan yang tepat dan hal

tersebut akan sangat berpengaruh pada pemilihan karir di masa yang

akan datang.

Bertitik tolak dari penjelasan di atas maka penulis merasa

tertarik melakukan penelitian tentang pengaruh pelaksanaan layanan

penempatan dan penyaluran berbasis multiple intelligence terhadap

penentuan bakat siswa.

B. Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Masih banyak siswa yang tidak bisa menempatkan diri mereka di

keadaan yang sesuai keinginan mereka

2. Siswa merasa tidak memiliki minat dan bakat yang menjurus dengan

jurusan yang mereka ambil

6
3. Siswa belum menemukan cara untuk mengembangkan bakat dan

minatnya

4. Belum ada pengukuran bakat minat yang dilaksanakan di sekolah

C. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah pengaruh

pelaksanaan layanan penempatan dan penyaluran berbasis multiple

intelligence terhadap penentuan bakat dan minat siswa.

D. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah apakah layanan penempatan dan penyaluran berbasis multiple

intelligence berpengaruh dalam penentuan bakat dan minat siswa SMA

Negeri 4 Padang Sidempuan?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada

pengaruh layanan penempatan dan penyaluran berbasis multiple

intelligence dalam penentuan bakat dan minat siswa SMA Negeri 4

Padang Sidempuan.

7
F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan bagi upaya pengembangan wawasan keilmuan bidang

bimbingan dan konseling, khususnya dalam layanan penempatan

dan penyaluran

2. Manfaat Praktis

a. Untuk Sekolah

Sebagai bahan untuk memotivasi para guru dalam meningkatkan

kualitas proses bimbingan di sekolah, khususnya kepada guru

bimbingan dan konseling

b. Untuk Guru Bimbingan dan Konseling

Sebagai bahan untuk membantu meningkatkan kualitas dalam proses

belajar mengajar

c. Untuk Siswa

Sebagai kontribusi bagi mereka untuk memecahkan masalah dan

menentukan bakat dan minat secara tepat

d. Untuk Peneliti

Dapat menambah pengalaman, keterampilan serta wawasan dalam

bidang atau jurusan yang di ambil

8
e. Untuk Pembaca

Sebagai bahan bacaan untuk kajian ilmu di bidang yang relevan dan

bahan masukan untuk di jadikan sumber referensi dalam hal

melakukan penelitian di bidang yang sama

f. Untuk Program Studi

Sebagai sumbangan pemikiran bagi pengembangan bahan ajar di

program studi Bimbingan dan Konseling Universitas

Muhammadiyah Tapanuli Selatan

g. Untuk Universitas

Sebagai bahan masukan bagi universitas untuk memperbaiki

praktik-praktik pembelajaran agar dosen menjadi lebih kreatif,

efektif dan efisien sehingga kualitas pembelajaran dan hasil belajar

mahasiswa meningkat.

9
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Bakat

1.1 Pengertian Bakat

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata bakat

diartikan sebagai kepandaian, sifat pembawaan yang dibawa sejak lahir.

Menurut Andin Sefrina (2013) bakat berarti kemampuan alami

seseorang yang luar biasa akan sesuatu hal atau kemampuan seseorang

yang di atas rata-rata kemampuan orang lain akan sesuatu hal.

Mohammad Ali dan Mohammad Asrori (2014) berpendapat

bakat (aptitude) mengandung makna kemampuan bawaan yang

merupakan potensi (potential ability) yang masih perlu pengembangan

dan latihan lebih lanjut. Karena sifatnya yang masih bersifat potensial

atau masih laten, bakat merupakan potensi yang masih memerlukan

ikhtiar pengembangan dan pelatihan secara serius dan sistematis agar

dapat terwujud.

Selanjutnya menurut Sunarto Hartono (2002) bakat dapat

diartikan sebagai kemampuan bawaan yang merupakan potensi

(potential ability) yang masih perlu dikembangkan dan di latih.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bakat adalah

10
kemampuan dalam diri seseorang yang sudah dimiliki sejak lahir

dimana kemampuan tersebut dapat digunakan untuk mempelajari

sesuatu dengan cepat dan dengan hasil yang baik.

1.2 Jenis-Jenis Bakat

Sobur (2020) mengklasfikasikan jenis-jenis bakat baik yang masih

berupa potensi maupun yang sudah terwujud menjadi 5 bidang, yaitu:

a) Bakat akademis khusus, misalnya bakat untuk memahami

konsep yang berkaitan dengan logika bahasa (verbal), angka-

angka (numeric), dan sejenisnya.

b) Bakat kreatif dan produktif, yaitu bakat dalam hal menciptakan

sesuatu yang baru, misalnya menghasilkan program komputer

terbaru, arsitektur, dan sejenisnya.

c) Bakat seni, misalnya mampu mengaransemen musik yang di

gemari banyak orang, menciptakan lagu dalam waktu singkat,

melukis dengan indah dalam waktu yang relatif singkat.

d) Bakat psikomotorik, antara lain sepak bola dan bulu tangkis.

e) Bakat sosial, antara lain mahir melakukan negosiasi,

menawarkan suatu produk, berkomunikasi dalam organisasi, dan

mahir dalam kepemimpinan

Sedangkan menurut Menurut Andi Sri Suriati Amal (2010) dalam

bukunya As’adi Muhammad terdapat 5 jenis bakat, yaitu:

a) Bakat kinetik fisik (bodily kinetic)

b) Bakat bahasa (linguistic)

11
c) Bakat logika dan matematika (logical mathematical)

d) Bakat musikalitas (musical)

e) Bakat pemahaman alam (naturalist intelligence).

Pendapat lain mengenai jenis-jenis bakat juga di jelaskan oleh Ma’mur

(2012) yaitu:

a) Bakat alam, merupakan bakat yang individu miliki sejak lahir

b) Bakat turunan, merupakan bakat yang individu miliki dari

turunan orang tua atau keluarga

c) Bakat kebiasaan, merupakan bakat yang timbul berkat adanya

kebiasaan yang dilakukan secara terus-menerus dan berulang-

ulang sehingga tanpa disadari membuat kemampuan individu

tersebut terasah

1.3 Karakteristik Bakat

Renzulli (2003) hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa yang

menentukan bakat seseorang pada pokoknya merujuk pada 3 ciri-ciri,

yaitu:

a) Kemampuan di atas rata-rata, bukan berarti bahwa kemampuan itu

harus unggul. Yang dimaksud disini yaitu kemampuan itu harus

cukup diimbangi dengan kreativitas dan tanggung jawab tugas.

Selain itu, kemampuan umum yaitu bidang-bidang kemampuan

umum yang biasanya di ukur dengan tes intelegensi, tes prestasi, tes

bakat, atau tes kemampuan mental.

12
b) Kreativitas, ialah kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan

baru dan dapat menerapkannya dalam pemecahan masalah.

Kreativitas ini meliputi, ciri-ciri aptitude sebagai contohnya

kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan keaslian (orisinalitas)

dalam pemikiran maupun ciri-ciri (non aptitude), misalnya rasa

ingin tahu, senang mengajukan pertanyaan, dan selalu ingin mencari

pengalaman yang baru.

c) Tanggung jawab atau pengikatan diri terhadap tugas, menunjuk pada

semangat dan motivasi untuk mengerjakan dan menyelesaikan suatu

tugas, suatu pengikatan diri yang berasal dari dalam.

Sedangkan menurut Seagoe dalam Sunardi (2008) bahwa ciri-ciri

tertentu dari anak berbakat seperti:

a) Kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat mengarah ke sikap ragu-

ragu (skeptis) dan sikap kritis baik terhadap diri maupun lingkungan.

b) Kemampuan kreatif dan minat untuk melakukan hal-hal baru

c) Perilaku ulet dan terarah pada tujuan yang sering tampak pada anak

berbakat ke arah keinginan untuk memaksakan atau

mempertahankan pendapatnya.

d) Kepekaan dari anak berbakat dapat membuatnya mudah tersinggung

atau peka terhadap kritik orang lain.

e) Semangat yang tinggi

13
f) Dengan kemampuan dan minatnya yang beragam, anak berbakat

membutuhkan keluwesan dan dukungan untuk dapat menjajaki dan

mengembangkan minat-minatnya.

g) Keinginan anak untuk mandiri dalam belajar dan bekerja.

Pendapat lain diungkapkan oleh Dr. H. Amka, dkk dalam

“Identifikasi Anak Berbakat/Gifted di Sekolah Inklusi” (2021)

karakteristik anak berbakat antara lain:

a) Memiliki rasa kepribadian yang dikembangkan, demikian pula rasa

pertanggung jawaban pada kelompok kepemimpinan.

b) Menyukai dan lebih banyak meluangkan kesempatan untuk

menambah ilmu pengetahuan dan membaca buku/majalah fiktif,

inovatif dan kreatif.

c) Meluangkan kesempatan mengembangkan sikap pribadi dan

ekspresi diri.

d) Memiliki cara berpikir yang sangat kritis.

e) Memiliki perkembangan intelek dan kecakapan yang baik sehingga

tugas dan kerja berat tidak terlalu mengganggu.

1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bakat

Menurut Asri Awaliyah (2021) terdapat 2 faktor yang

mempengaruhi perkembangan bakat pada anak yaitu diri individu dan

lingkungan individu.

1. Diri indivdiu, misalnya anak itu tidak atau kurang berminat untuk

mengembangkan bakat-bakat yang ia miliki, atau kurang termotivasi

14
untuk mencapai prestasi yang tinggi, atau mungkin pula mempunyai

kesulitan atau masalah pribadi sehingga ia mengalami hambatan

dalam pengembangan diri dan berprestasi sesuai dengan bakatnya.

2. Lingkungan individu, misalnya orangtuanya kurang mampu untuk

menyediakan kesempatan dan sarana pendidikan yang ia butuhkan,

atau ekonominya cukup tinggi tetapi kurang memberi perhatian

terhadap pendidikan individu.

Sejalan dengan teori di atas, Mohammad Ali (2021) juga

mengemukakan terdapat dua faktor yang mempengaruhi perkembangan

bakat peserta didik, yaitu:

1. Faktor internal

Faktor ini merupakan dorongan perkembangan bakat dalam diri

seorang peserta didik atau motivasi dalam diri untuk

mengembangkan bakatnya demi mencapai prestasi yang unggul.

Faktor internal meliputi minat, motif berprestasi, keberanian

mengambil resiko, keuletan, dan kegigihan dalam mengatasi segala

kesulitan yang timbul

2. Faktor eksternal

Faktor ini merupakan faktor yang berasal dari lingkungan peserta

didik contohnya seperti lingkungan sekolah. Melalui sekolah peserta

didik dapat meningkatkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan,

pengembangan sikap, pengembangan bakat, dan nilai-nilai dalam

rangka membentuk dan mengembangkan diri peserta didik. Dalam

15
lingkungan sekolah, guru memiliki peran besar dalam upaya

pengembangan bakat, oleh karena itu guru disebut fasilitator dan

motivator. Selain itu, dukungan dan dorongan dari teman serta

sarana dan prasarana yang lengkap menjadi daya dukung peserta

didik dalam mengembangkan bakatknya.

Sedangkan Sunarto Hartono (2008) mengungkapkan bahwa

beberapa faktor yang mempengaruhi suatu bakat dapat berkembang

yaitu faktor anak itu sendiri dan faktor lingkungan. Dari penjelasan di

atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa hakikat dalam pengembangan

bakat adalah kemauan dan kemampuan peserta didik itu sendiri. Di

samping itu bimbingan dari orangtua dan lingkungan sekitar juga

berpengaruh dalam pengembangan bakat peserta didik.

2. Minat

2.1 Pengertian Minat

Muhibin Syah (2010) berpendapat bahwa minat (interest) berarti

kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar

terhadap sesuatu. Pendapat mengenai minat juga di ungkapkan oleh

Slameto (2010) bahwa minat adalah rasa suka dan rasa ketertarikan pada

suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh.

Andi Maprare (2009) minat adalah suatu perangkat mental yang

terdiri dari suatu campuran dari perasaan, harapan, pendirian, prasangka,

rasa takut atau kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada

16
suatu pikiran tertentu. Sedangkan menurut Hurlock (2004) minat

merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan

sesuatu yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Sedangkan

menurut Widyastuti, dkk (2004) minat adalah keinginan yang di dorong

oleh suatu keinginan setelah melihat, mengamati, dan membandingkan

serta mempertimbangkan dengan kebutuhan yang di inginkannya.

Menurut Rast, Harmin dan Simon dalam Mulyati (2004) bahwa minat

mempunyai hal-hal pokok yang di antaranya sebagai berikut:

1. Adanya suatu perasaan senang dalam diri yang memberikan

perhatian pada suatu objek tertentu.

2. Adanya ketertarikan juga terhadap objek tertentu.

3. Adanya aktivitas atas objek tertentu.

4. Memiliki kecenderungan untuk memiliki sifat lebih aktif

5. Objek aktivitas tersebut di pandang fungsional dalam kehidupan

6. Kecenderungan memiliki sifat mengarahkan dan juga

mempengaruhi tingkah laku individu.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan secara umum

pengertian minat adalah dorongan atau keinginan dalam diri seseorang

pada objek tertentu. Misalnya, minat terhadap pelajaran, olahraga, atau

hobi. Minat bersifat pribadi (individual). Artinya, setiap orang memiliki

minat yang bisa saja berbeda dengan minat orang lain. Minat berkaitan

erat dengan motivasi seseorang, sesuatu yang di pelajari dan apa yang di

lihat serta di gemari. Minat juga dapat berubah-ubah tergantung pada

17
kebutuhan, pengalaman, dan mode yang sedang trend bukan bawaan

sejak lahir. Artinya, sesuatu yang sebelumnya tidak diminati, dapat

berubah menjadi sesuatu yang diminati karena adanya masukan-

masukan tertentu atau wawasan baru dan pola pemikiran yang baru.

2.2 Karakteristik Minat

Dari beberapa pengertian minat, diketahui minat memiliki

karakteristik tertentu yang membedakan dengan pengertian lain seperti

motivasi dan dorongan emosional lainnya. Menurut Crow & Crow

dalam Hurlock (2010) karakteristik minat antara lain:

a. Perhatian terhadap objek yang diminati secara sadar dan spontan,

wajar tanpa paksaan.

b. Perasaan senang terhadap objek yang menarik perhatian

c. Konsistensi terhadap objek yang diminati selama objek tersebut

efektif bagi dirinya

d. Pencarian objek yang di minati

e. Pengalaman yang di dapat selama perkembangan individu dan

bersifat bawaan

Sedangkan menurut Yudrik Jahja (2001) minat mempunyai sifat dan

karakter khusus sebagai berikut:

a. Minat bersifat pribadi (individu), ada perbedan antara minat

seseorang dengan orang lain.

b. Minat menimbulkan efek diskriminatif.

18
c. Erat hubungannya dengan motivasi, mempengaruhi, dan dipengaruhi

oleh motivasi.

d. Minat merupakan sesuatu yang dipelajari, bukan bawaan lahir dan

dapat berubah tergantung pada kebutuhan, pengalaman dan mode.

Pendapat lain diungkapkan oleh Elizabeth Hurlock (2014) menyebutkan

ciri-ciri atau karakteristik minat antara lain:

a. Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental.

b. Minat tergantung pada kegiatan belajar

c. Minat tergantung pada kesempatan belajar

d. Perkembangan minat mungkin terbatas

e. Minat dipengaruhi budaya

f. Minat berbobot emosional

g. Minat berbobot egosentris

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Minat

Crow & Crow dalam Hurlock (2010) menyatakan banyak hal yang

mempengaruhi minat, baik dari individu maupun masyarakat, faktor-

faktor tersebut yaitu:

1) Faktor Dorongan

Faktor dorongan ini merupakan faktor yang paling dekat dengan diri

kita, yang mana pada faktor tersebut memang muncul atau hadir dari

dalam diri kita sendiri. Faktor tersebut dianggap paling penting

disebabkan karena tanpa adanya faktor ini, minat itu seperti apapun

tidak akan pernah muncul ataupun juga diwujudkan. Contohnya

19
pada saat kita ingin menghilangkan kegalauan maka kita akan

melakukan kegiatan seperti bermain gitar dan bernyanyi lagu yang

senang. Hal tersebut muncul dari diri sendiri.

2. Faktor Motif Sosial

Faktor motif sosial ini juga menjadi faktor selanjutnya yang dapat

mempengaruhi minat, faktor tersebut merupakan faktor untuk

melakukan suatu aktivitas supaya dapat diterima serta juga diakui

oleh lingkungannya. Minat tersebut semacam kompromi pihak

individu dengan lingkungan sosialnya. Contohnya seperti minat

pada belajar musik karena ingin menjadi pemain musik profesional.

3. Faktor Emosional

Faktor emosional ini sangat berhubungannya erat sekali dengan

emosi, karena faktor ini termasuk yang kompleks dengan menyertai

seseorang yang berhubungan dengan objek dan juga minatnya.

Kesuksesan seseorang tersebut berada pada aktivitas karena

aktivitasnya tersebutlah yang menimbulkan perasaan suka ataupun

puas, sedangkan apabila kegagalan yang menghampiri maka akan

mengurangi minat seseorang terhadap kegiatan atau aktivitas yang

bersangkutan.

20
Pendapat lain dijelaskan oleh Slameto (2015) beberapa faktor yang

mempengaruhi minat yaitu:

A. Faktor Internal

1) Faktor Jasmaniah, meliputi:

1. Faktor kesehatan

2. Faktor cacat tubuh

2) Faktor Psikologi

1. Intelegensi

2. Perhatian

3. Bakat

4. Kematangan

5. Kesiapan

B. Faktor Eksternal

1) Faktor keluarga

2) Faktor sekolah

Sedangkan menurut Rifa’i dan Anni (2012) faktor-faktor yang

memberikan kontribusi terhadap proses dan hasil belajar adalah kondisi

internal dan eksternal siswa. Kondisi internal mencakup kondisi fisik,

seperti kesehatan organ tubuh, kondisi psikis, seperti kemampuan

intelektual, emosional, dan kondisi sosial seperti kemampuan

bersosialisasi dengan lingkungan. Oleh karena itu, kesempurnaan dan

kualitas kondisi internal yang dimiliki oleh siswa akan berpengaruh

terhadap kesiapan, proses, dan hasil belajar. Sama kompleksnya pada

21
kondisi internal adalah kondisi eksternal yang ada di lingkungan siswa.

Beberapa faktor eksternal seperti variasi dan tingkat kesulitan materi

belajar (stimulus) yang dipelajari (direspon), tempat belajar, iklim,

suasana lingkungan, dan budaya belajar masyarakat akan memengaruhi

kesiapan, minat, proses, dan hasil belajar.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

minat terbentuk oleh adanya unsur-unsur rasa tertarik, perhatian,

harapan, bakat, kesadaran individu, pengalaman, kepribadian,

lingkungan, aktivitas, alat/fasilitas dan perasaan senang yang membuat

individu ada kecenderungan untuk berhubungan lebih aktif lagi terhadap

objek yang menjadi pusat perhatiannya.

2.4 Aspek - Aspek Minat

Adapun aspek – aspek minat menurut Hurlock (2004) yaitu aspek

kognitif dan aspek afektif. Berikut dijelaskan di bawah ini.

1. Aspek Kognitif

Aspek kognitif minat didasarkan pada konsep yang

dikembangkan anak mengenai bidang yang berkaitan dengan minat.

Misalnya aspek kognitif dari minat anak terhadap sekolah. Seorang anak

yang menganggap sekolah sebagai tempat mereka dapat belajar tentang

hal-hal baru yang bisa menimbulkan rasa ingin tahu mereka.

22
Menurut Hurlock (2004) mengukur aspek kognitif dapat dilihat dari:

a. Kebutuhan akan informasi

Anak yang berminat terhadap sesuatu akan menggali sebanyak

mungkin informasi yang berkaitan dengan apa yang di minatinya.

b. Rasa Ingin Tahu

Besarnya rasa ingin tahu seseorang terhadap sesuatu dapat

menentukan tingkat ketertarikan seseorang terhadap sesuatu.

Semakin besar ketertarikan seseorang untuk tahu dan memperoleh

pengetahuan maka semakin besar pula minat mereka dalam

keingintahuan suatu hal

2. Aspek Afektif

Menurut Hurlock (2004) Aspek Afektif minat berkembang dari

pengalaman pribadi yang berasal dari sikap yang penting seperti orang

tua, guru, dan teman sebaya terhadap kegiatan yang berkaitan dengan

minat tersebut.

a. Pengalaman dari sikap orang tua

Sikap orang tua yang memperharikan dan mendukung keinginan

anak dalam satu hal dan semakin besar perhatian serta dukungan

orang tua maka anak akan semakin senang dan besar minatnya

begitupun sebaliknya.

b. Pengalaman dari sikap guru

23
Guru yang merupakan orang tua ketika berada di sekolah juga

sangat menentukan besarnya minat siswa. Hubungan baik siswa dan

guru tanpa mengurangi rasa hormat siswa ke guru sangat

menentukan pola pikir siswa.

c. Pengalaman teman sebaya

Anak selalu mencari lingkungan yang sesuai dengan dirinya. Dalam

hal ini anak akan menghubungkan diri dengan teman sebayanya, itu

menjadi pengalaman yang mempengaruhi pola pikirnya.

Sedangkan menurut Pintrich dan Schunk (2007) aspek-aspek minat

adalah sebagai berikut:

a. Sikap umum terhadap aktivitas (general attitude toward the activity),

yaitu perasaan suka tidak suka, setuju tidak setuju dengan aktivitas,

umumnya terhadap sikap positif atau menyukai aktivitas.

b. Kesadaran spesifik untuk menyukai aktivitas (specivic conciused for

or living the activity), yaitu memutuskan untuk menyukai suatu aktivitas

atau objek.

c. Merasa senang dengan aktivitas (enjoyment of the activity), yaitu

individu merasa senang dengan segala hal yang berhubungan dengan

aktivitas yang diminatinya.

d. Aktivitas tersebut mempunyai arti atau penting bagi individu

(personal importence or significance of the activity to the individual).

e. Berpartisipasi dalam aktivitas (reported choise of or participant in

the activity) yaitu individu memilih atau berpartisipasi dalam aktivitas

24
Pendapat lain diungkapkan oleh Djamarah (2008) bahwa minat dapat

memiliki aspek, yaitu:

1) Pernyataan lebih menyukai sesuatu daripada lainnya

2) Partisipasi aktif dalam suatu kegiatan

3) Memberikan perhatian yang lebih besar terhadap sesuatu yang

diminatinya tanpa menghiraukan yang lain (fokus).

Dari beberapa aspek tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

semakin besar keinginan seseorang untuk memperoleh apa yang

diinginkannya akan semakin besar pula minatnya dan semakin besar

perhatian serta dukungan orang tua, maka anak akan semakin senang

dan semakin besar minatnya.

3. Layanan Penempatan dan Penyaluran

3.1 Pengertian Layanan Penempatan dan Penyaluran

Menurut Suhertina (2014) layanan penempatan dan penyaluran

yaitu bimbingan dan konseling yang membantu peserta didik

memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat di dalam kelas,

kelompok belajar, peminatan/lintas minat/pendalaman minat, program

latihan, magang dan kegiatan ekstrakurikuler, secara terarah, objektif

dan bijak. Sedangkan menurut Winkel (2014) layanan penempatan dan

penyaluran adalah usaha-usaha membantu peserta didik untuk

mengatasi permasalahan peserta didik mengenai minat.

25
Pendapat lain diungkapkan oleh Dewa Ketut (2008) bahwa

layanan penempatan dan penyaluran adalah layanan bimbingan yang

memungkinkan peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran

yang tepat (misalnya peempatan/penyaluran di dalam kelas, kelompok

belajar, jurusan, atau program studi, program pilihan, magang, kegiatan

kurikuler/ektrakurikuler) sesuai dengan potensi, bakat dan minat serta

kondisi pribadinya. Sedangkan menurut Prayitno (2004) layanan

penempatan dan penyaluran adalah suatu kegiatan bimbingan yang

dilakukan untuk membantu individu atau kelompok yang mengalami

masalah mismatch (ketidaksesuaian antara potensi dengan usaha

pengembangan) dan penempatan individu pada lingkungan yang cocok

bagi dirinya serta pemberian kesempatan kepada individu untuk

berkembang secara optimal.

Senada dengan pendapat di atas, Purwoko (2008) menjelaskan

bahwa layanan penempatan dan penyaluran adalah serangkaian kegiatan

bantuan yang diberikan kepada siswa agar siswa dapat menempatkan

dan menyalurkan segala potensinya pada kondisi yang sesuai. Pendapat

yang sama juga di kemukakan oleh Mulyadi (2003) yang menjelaskan

bahwa layanan penempatan dan penyaluran merupakan layanan

bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien)

memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat sesuai dengan

potensi, bakat, dan minat serta kondisi pribadinya.

26
Dari definisi di atas, maka dapat dipahami bahwa layanan

penempatan dan penyaluran adalah usaha-usaha yang dapat membantu

peserta didik merencanakan masa depannya serta memberikan

penempatan dan penyaluran yang tepat sesuai dengan potensi, bakat,

minat, dan kondisi dirinya sehingga peserta didik mampu berkembang

bebas dan bijaksana dalam mengambil keputusan dan pilihan karirnya.

3.2 Fungsi Layanan Penempatan dan Penyaluran

Tohirin (2013) merujuk kepada fungsi-fungsi bimbingan dan

konseling yang mencerminkan tujuan secara lebih khusus, fungsi

layanan penempatan dan penyaluran sebagai berikut:

a. Fungsi pemahaman

Terpahaminya kondisi individu dan lingkungan yang ada dan yang

dikehendaki. Agar siswa memahami potensi dan kondisi dirinya sendiri

serta kondisi lingkungannya.

b. Fungsi pencegahan

Mencegah masalah jika potensi individu sesuai dengan lingkungan

untuk pengembangan potensinya. Fungsi ini untuk untuk mencegah

semakin parahnya masalah, hambatan, dan kerugian yang dialami siswa.

Dengan kata lain mencegah berlarut-larutnya masalah yang dialami

siswa.

c. Fungsi pengentasan

Menyelesaikan masalah melalui upaya penempatan pada lingkungan

yang sesuai dengan kebutuhan individu. Mengangkat siswa dari kondisi

27
yang tidak baik kepada kondisi yang lebih baik. Fungsi ini berkaitan

dengan fungsi pencegahan dimana layanan ini berupaya mengatasi

masalah siswa dengan menempatkannya pada kondisi yang sesuai

dengan kebutuhannya.

d. Fungsi pengembangan dan pemeliharaan

Potensi individu menjadi terkembangkan dan terpeliharanya dari hal-hal

yang menghambat dan merugikan.

f. Fungsi advokasi Menghindari individu dari keteraniayaan diri dan

hak-haknya

Sedangkan menurut Prayitno (2013) mengemukakan fungsi layanan

penempatan dan penyaluran adalah sebagai berikut:

a) Fungsi pemahaman

b) Fungsi pencegahan

c) Fungsi pengentasan

d) Fungsi pengembangan dan Pemeliharaan

e) Fungsi advokasi.

Pendapat lain dijelaskan oleh Syamsu Yusuf (2006) berdasarkan

fungsi dari layanan penempatan penyaluran yitu fungsi pemahaman,

pemeliharaan dan pengembangan, siswa diharapkan dapat lebih

memahami, memelihara dan mengembangkan pengetahuannya

mengenai penjurusan kelas sehingga siswa dapat meningkatkan

pengetahuannya, sehingga dengan pemberian layanan penempatan dan

28
penyaluran siswa dapat meningkatkan kemampuannya untuk

merencanakan pemilihan jurusan dan sekolah yang lebih tinggi lagi

nantinya.

3.3 Tujuan Layanan Penempatan dan Penyaluran

Menurut Winkel (2014) layanan penempatan dan penyaluran

bertujuan supaya peserta didik bisa menempatkan diri dalam program

studi akademik dan lingkup kegiatan non akademik yang menunjang

perkembangannya serta semakin merealisasikan rencana masa depan.

Sedangkan Tohirin (2013) menyatakan tujuan layanan

penempatan dan penyaluran agar siswa bisa menempatkan diri dalam

program studi akademik dan lingkup kegiatan non akademik yang

menunjang perkembangannya serta semakin merealisasikan rencana

masa depan.

Pendapat lain dijelaskan oleh Prayitno (2004) tujuan layanan

penempatan dan penyaluran adalah sebagai berikut

a. Tujuan Umum

Tujuan umum dari layanan penempatan dan penyaluran adalah

diperolehnya tempat yang sesuai bagi individu untuk pengembangan

potensi dirinya. Kesesuaian terhadap tempat dalam pengembangan diri

seperti pada lingkungan sekolah, organisasi, pekerjaan, dan juga

pendidikan lanjut.

b. Tujuan Khusus

29
Tujuan khusus dari layanan penempatan dan penyaluran lebih spesifik

untuk membantu peserta didik mencapai kematangan dalam

mengembangkan penguasaan ilmu, teknologi, dan seni sesuai dengan

program kurikulum dan persiapan karir atau melanjutkan pendidikan

tinggi, serta berperan dalam kehidupan masyarakat yang luas.

3.4 Pelaksanaan layanan penempatan dan penyaluran

Menurut Prayitno (2004) layanan penempatan dan penyaluran

perlu diselenggarakan secara terencana dan tertib mengikuti prosedur

dan langkah-langkah sistematis strategis. Langkah pengkajian kondisi

merupakan dasar arah penempatan dan penyaluran adalah sebagai

berikut:

a. Perencanaan, mencakup:

1. Indentifikasi kondisi yang menunjukkan adanya permasalahan

pada siswa tertentu

2. Menetapkan siswa yang akan menjadi sasaran layanan

3. Menyiapkan prosedur, langkah-langkah dan perangkat serta

fasilitas layanan,

4. Menyiapkan kelengkapan administrasi

b. Pelaksanaan, mencakup:

30
1. Melakukan analisis terhadap berbagai kondisi yang terkait

dengan permasalahan siswa prosedur dan langkah-langkah yang

telah ditetapkan

2. Malakukan layanan penempatan dan penyaluran

c. Evaluasi, mencangkup:

1. Menetapkan materi evaluasi

2. Menyusun instrument evaluasi

3. Mengaplikasikan instrument evaluasi

4. Mengolah hasil aplikasi instrumentasi

d. Analisis hasil evaluasi mencangkup:

1. Menetapkan norma atau standar evaluasi

2. Melakukanan alisis

3. Menfasirkan hasil analisis

e. Tindak lanjut, mencangkup:

1. Mengindenfasikan masalah yang perlu ditindaklanjuti

2. Menetapkan jenis dan arah tindak lanjut

3. Mengkomunikasikan rencana tindak lanjut kepada siswa dan

kepada pihak-pihak lain yang terkait apabalia diperlukan

4. Melaksanakan rencana tindak lanjut

f. Laporan, meliputi:

1. Manyusun laporan layanan penempatan dan penyaluran

2. Menyampaikan laporan kepada pihak-pihak yang terkait

31
3. Mendokumentasikan laporan sebelum penempatan dan

penyaluran dilaksanakan

Sedangkan menurut Tohirin (2008) Prosedur dan langkah-langkah

layanan penempatan dan penyaluran adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan yang mencukup:

1. Identifikasi kondisi yang menunjukkan adanya permasalahan

pada diri siswa tertentu.

2. Menetapkan siswa yang akan menjadi sasaran layanan.

3. Menyiapkan prosedur, langkah-langkah dan perangkat serta

fasilitas layanan.

4. Menyiapkan kelengkapan administrasi.

b. Pelaksanaan yang mencakup:

1. Melakukan analisis terhadap berbagai kondisi yang terkait dengan

permasalahan siswa sesuai dengan prosedur dan langkah-

langkah yang telah ditetapkan.

2. Melaksanakan layanan penempatan dan penyaluran.

c. Evaluasi yang mencakup:

1. Menetapkan materi evaluasi.

2. Menetapkan prosedur evaluasi.

3. Menyusun instrumen evaluasi.

4. Mengaplikasikan instrumen evaluasi.

5. Mengolah hasil aplikasi instrumentasi.

d. Analisis hasil evaluasi yang mencakup:

32
1. Menetapkan standar evaluasi.

2. Melakukan analisis.

3. Menafsirkan hasil analisis.

e. Tindak lanjut yang mencakup:

1. Mengidentifikasi masalah yang perlu ditindak lanjuti.

2. Menetapkan jenis dan rah tindak lanjut.

3. Mengkomunikasikan rencana tidak lanjut kepada siswa dan

kepada pihak-pihak lain yang terkait apabila diperlukan.

4. Melaksanakan rencana tindak lanjut.

Pendapat lain diungkapkan oleh Hengky (2013) prosedur dari

pelaksanaan layanan penempatan dan penyaluran adalah sebagai

berikut:

1) Melancarkan angket pilihan kegiatan.

2) Menganalisis angket tersebut.

3) Melaksanakan layanan penempatan dan penyaluran sesuai

dengan kegiatan yang diinginkan.

Dari langkah-langkah yang telah disebutkan di atas dapat di

ambil pemahaman bahwa dalam menjalankan layanan penempatan dan

penyaluran ada langkah-langkah serta prosedur yang harus dilakukan

oleh guru bimbingan dan konseling agar tercapainya hasil yang sangat

memuaskan, dan langkah-langkah ini juga akan sangat berguna bagi

seorang guru bimbingan dan konseling untuk memudahkan dalam

proses berjalannya layanan penempatan dan penyaluran.

33
4. Konsep Dasar Multiple Intelligence

Larson (2001) menyatakan bahwa seorang ahli pendidikan lain

dari Harvard University bernama Howard Gardner berpendapat bahwa

tidak ada manusia yang tidak cerdas. Paradigma ini menentang teori

dikotomi cerdas-tidak cerdas. Gardner juga menentang anggapan

“cerdas” dari sisi IQ (intelectual quotion), yang menurutnya hanya

mengacu pada tiga jenis kecerdasan, yakni logiko-matematik, linguistik,

dan spasial. Selanjutnya, Howard Gardner kemudian memunculkan

istilah multiple intelligences. Istilah ini kemudian dikembangkan

menjadi teori melalui penelitian yang rumit, melibatkan antropologi,

psikologi kognitif, psikologi perkembangan, psikometri, studi biografi,

fisiologi hewan, dan neuroanatomi. Bagi para pendidik dan

implikasinya bagi pendidikan, teori multiple intelligences melihat anak

sebagai individu yang unik. Pendidik akan melihat bahwa ada berbagai

variasi dalam belajar, dimana setiap variasi menimbulkan konsekuensi

dalam cara pandang dan evaluasinya.

Menurut Surayin (2010) multiple intelligence berasal dari bahasa

Inggris dan terbagi menjadi dua kata, kata pertamanya yaitu dengan kata

“multiple” dan kata yang kedua dengan kata “intelligence”. Multiple

artinya banyak atau jamak, sedangkan kata intelligence artinya

kecerdasan. Kecerdasan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah

kesempurnaan perkembangan akal budi (seperti kepandaian, ketajaman

34
pikiran). Sedangkan menurut Santrock (2007) Inteligensi adalah

keahlian memecahkan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi dan

belajar dari pengalaman hidup sehari- hari. Jadi, arti kata multiple

intelligences secara sempit itu memiliki arti kecerdasan jamak.

Pendapat lain diungkapkan oleh Yaumi (2012) dalam arti

luasnya bahwa kecerdasan jamak atau multiple intelligences adalah

berbagai keterampilan dan bakat yang dimiliki oleh peserta didik untuk

menyelesaikan berbagai persoalan dalam pembelajaran.

Multilpe intelelligence yang telah dikemukakan Gardner diterjemahkan

dalam kata yang berbeda pada beberapa buku.

1. Alder (2001) dalam Andi Ichsan Mahardika (2011)

diterjemahkan sebagai kecerdasan yang berlipat ganda

2. Uno (2009) dalam Andi Ichsan Mahardika (2011) mengartikan

sebagai kecerdasan ganda.

3. Efendi (2005) diterjemahkan sebagai kecerdasan majemuk,

dengan menggunakan serapan diartikan sebagai multi

inteligensi.

Gardner (2003) mengemukakan kecerdasan majemuk (multiple

intelligence) di dasari bahwa orang mempunyai kekuatan memahami

berbeda dan gaya pemahaman yang kontras. Membawa visi alternatif

yang didasarkan pada panganan mengenai pikiran yang berbeda secara

radikal, dan visi menghasilkan pandangan mengenai sekolah yang amat

35
berbeda, sekolah yang terpusat pada individual, yang menerima

pandangan multi dimensi dari kecerdasan.

Menurut Gardner (2003) multiple intelligences memiliki

karakteristik konsep yang berbeda dengan karakteristik konsep

kecerdasan terdahulu. Karakteristik yang dimaksud adalah sebagai

berikut.

1. Semua inteligensi itu berbeda-beda, tetapi semuanya sederajat.

Dalam pengertian ini, tidak ada inteligensi yang lebih baik atau

lebih penting dari inteligensi yang lain.

2. Semua kecerdasan dimiliki manusia dalam kadar yang tidak

persis sama. Semua kecerdasan dapat dieksplorasi, ditumbuhkan,

dan dikembangkan secara optimal.

3. Terdapat banyak indikator kecerdasan dalam tiap-tiap

kecerdasan. Dengan latihan, seseorang dapat membangun

kekuatan kecerdasan yang dimiliki dan menipiskan kelemahan-

kelemahan.

4. Semua kecerdasan yang berbeda-beda tersebut akan saling

bekerja sama untuk mewujudkan aktivitas yang diperbuat

manusia. Satu kegiatan mungkin memerlukan lebih dari satu

kecerdasan, dan satu kecerdasan dapat digunakan dalam

berbagai bidang.

5. Semua jenis kecerdasan tersebut ditemukan di seluruh atau

semua lintas kebudayaan di seluruh dunia dan kelompok usia.

36
6. Tahap-tahap alami dari setiap kecerdasan dimulai dengan

kemampuan membuat pola dasar. Kecerdasan musik, misalnya

ditandai dengan kemampuan membedakan tinggi rendah nada.

Sementara kecerdasan spasial dimulai dengan kemampuan

pengaturan tiga dimensi.

7. Saat seseorang dewasa, kecerdasan diekspresikan melalui

rentang pengejaran profesi dan hobi. Kecerdasan logika-

matematika yang dimulai sebagai kemampuan membuat pola

dasar pada masa balita, berkembang menjadi penguasaan

simbolik pada masa anak-anak, dan akhirnya mencapai

kematangan ekspresi dalam wujud profesi sebagai ahli

matematika, akuntan, atau ilmuwan.

8. Ada kemungkinan seorang anak berada pada kondisi “berisiko”

sehingga apabila mereka tidak memperoleh bantuan khusus,

mereka akan mengalami kegagalan dalam tugas-tugas tertentu

yang melibatkan kecerdasan tersebut.

Menurut Gardner dalam Andi Ichsan Mahardika (2011) tujuh

inteligensi/kecerdasan yang kemudian disebut multi inteligensi. Ketujuh

jenis kecerdasan, yakni:

1. Kecerdasan verbal-linguistik

2. Kecerdasan logis-matematik

3. Kecerdasan visual-spasial

4. Kecerdasan berirama-musik

37
5. Kecerdasan jasmaniah-kinestetik

6. Kecerdasan interpersonal

7. Kecerdasan intrapersonal

Pada pengkajian lebih lanjut menurut Gardner dalam Rose

(2007), menambahkan satu inteligensi yang lain yaitu inteligensi

naturalis. Kedelapan inteligensi tersebut dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1. Kecerdasan Verbal-Linguistik

Kecerdasan verbal-linguistik adalah kemampuan untuk

menggunakan bahasa, termasuk bahasa ibu dan bahasa-bahasa asing,

untuk mengekspresikan apa yang ada di dalam pikiran dan memahami

orang lain. Menggunakan kata merupakan cara utama untuk berpikir dan

menyelesaikan masalah bagi orang yang memiliki kecerdasan ini.

Kecerdasan linguistik disebut juga kecerdasan verbal karena mencakup

kemampuan untuk mengekspresikan diri secara lisan dan tertulis serta

kemampuan untuk menguasai bahasa asing. Mereka menggunakan kata

untuk membujuk, mengajak, membantah, menghibur, atau

membelajarkan orang lain.

2. Kecerdasan Logis-Matematik

Kecerdasan logis-matematik adalah kemampuan yang berkenaan

dengan rangkaian alasan, mengenal pola-pola dan aturan. Kecerdasan

ini menunjuk pada kemampuan untuk mengeksplorasi pola-pola,

kategori-kategori dan hubungan dengan memanipulasi objek atau

38
simbol untuk melakukan percobaan dengan cara yang terkontrol dan

teratur. Kecerdasan matematika disebut juga kecerdasan logis dan

penalaran karena merupakan dasar dalam memecahkan masalah dengan

memahami prinsip-prinsip yang mendasari sistem kausal atau dapat

memanipulasi bilangan, kuantitas, dan operasi. Oleh karena itu, orang

yang kuat dalam kecerdasan ini sangat senang berhitung, bertanya, dan

melakukan eksperimen.

3. Kecerdasan Visual-Spasial

Kecerdasan visual-spasial adalah kemampuan untuk memahami

gambar-gambar dan bentuk. Orang yang memiliki kecerdasan ini

cenderung berpikir dengan gambar dan sangat baik ketika belajar

melalui presentasi visual seperti film, gambar, video, dan demonstrasi

yang menggunakan alat peraga. Mereka juga sangat menyukai aktivitas

menggambar, mengecat, mengukir, dan biasa mengungkapkan diri

mereka melalui aktivitas seni. Mereka juga sangat baik untuk membaca

peta, diagram, dan menyelesaikan teka-teki jigsaw. Kecerdasan visual

disebut juga kecerdasan spasial karena mencakup kemampuan untuk

menggambar bentuk dan ruang suatu objek, kemampuan memikirkan

bentuk sehingga memungkinkan seseorang untuk mengetahui di mana

dia berada, dan kemampuan untuk memotret dunia.

4. Kecerdasan Berirama-Musik

Kecerdasan berirama-musik adalah kapasitas berpikir tentang

musik seperti mampu mendengar, mengenal, mengingat, dan bahkan

39
memanipulasi pola-pola musik. Orang yang memiliki kecerdasan musik

dianggap memiliki apresiasi yang kuat terhadap musik, dengan mudah

mengingat lagu-lagu dan melodi, mempunyai pemahaman tentang

warna nada dan komposisi, dapat membedakan perbedaan antara pola

nada dan pada umumnya senang terbenam dalam musik. Kemampuan

memainkan instrumen datang dengan alamiah pada diri orang yang

memiliki kecerdasan musik. Kecerdasan musik juga meliputi

kemampuan memersepsi dan memahami, mencipta dan menyanyikan

bentuk-bentuk musikal dan para ahli mengakui bahwa musik

merangsang aktivitas kognitif dalam otak dan mendorong kecerdasan.

5. Kecerdasan Jasmaniah-Kinestetik

Kecerdasan jasmaniah-kinestetik adalah kemampuan untuk

menggunakan seluruh tubuh dalam mengekspresikan ide, perasaan dan

menggunakan tangan untuk menghasilkan atau mentransformasi

sesuatu. Orang yang memiliki kelebihan dalam kecerdasan kinestetik

cenderung mempunyai perasaan yang kuat dan kesadaran mendalam

tentang geraka-gerakan fisik. Mereka mampu berkomunikasi dengan

baik melalui bahasa tubuh dan sikap dalam bentuk fisik lainnya. Mereka

juga mampu melakukan tugas dengan baik setelah melihat orang lain

melakukannya terlebih dahulu, kemudian meniru dan mengikuti

tindakannya. Namun, orang yang memiliki kecerdasan ini sering merasa

tidak tenang ketika duduk dalam waktu yang relatif lama dan bahkan

40
merasa bosan jika segala sesuatu yang dipelajari atau disampaikan tanpa

disertai dengan tindakan yang bersifat demonstratif.

6. Kecerdasan Interpersonal

Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk membaca

tanda dan isyarat sosial, komunikasi verbal dan non-verbal, dan mampu

menyesuaikan gaya komunikasi secara tepat. Orang yang memiliki

kecerdasan interpersonal yang tinggi melakukan negosiasi hubungan

dengan keterampilan dan kemahiran karena orang tersebut mengerti

kebutuhan tentang empati, kasih sayang, pemahaman, ketegasan, dan

ekspresi dari kebutuhan dan keinginan. Orang seperti ini mengetahui

bagaimana pentingnya berkolaborasi dengan orang lain, memimpin

ketika diperlukan, mengikuti jika memang keikutsertaan sangat

diperlukan, bekerja sama dengan orang-orang yang memiliki

keterampilan komunikasi yang berbeda-beda. Kecerdasan interpersonal

berhubungan dengan konsep interaksi dengan orang lain di sekitarnya.

Interaksi yang dimaksud bukan hanya sekedar berhubungan biasa saja

seperti berdiskusi dan membagi suka dan duka, melainkan juga

memahami pikiran, perasaan, dan kemampuan untuk memberikan

empati dan respons.

7. Kecerdasan Intrapersonal

Kecerdasan intrapersonal merupakan kecerdasan yang

bersumber pada pemahaman diri secara menyeluruh guna menghadapi,

merencanakan, dan memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi.

41
Orang yang memiliki kecerdasan ini cenderung memiliki kesadaran diri

yang tinggi di mana mereka mampu memproses tujuan yang jelas

tentang segala sesuatu yang dilakukan sekarang dan masa yang akan

datang. Pada umumnya, mereka memilih untuk bekerja sendiri dalam

menyelesaikan proyek-proyek meskipun kadang-kadang memerlukan

perhatian ekstra. Mereka bukan hanya cenderung untuk selalu

menyendiri dan tidak mau bergaul dengan yang lain, tetapi juga

berhubungan dengan kemampuannya untuk merefleksi diri. Mereka

dapat menghabiskan waktu dalam kehidupan sehari-hari untuk

merefleksi diri memikirkan tujuan dan keberadaan diri mereka. Jika

tidak memiliki tujuan tertentu yang harus dilakukan di luar, seperti pergi

ke sekolah atau kegiatan lain, maka mereka mungkin tidak akan pernah

meninggalkan rumah mereka selama beberapa waktu tertentu.

8. Kecerdasan Naturalistik

Kecerdasan naturalistik adalah kemampuan dalam mengenal dan

mengklasifikasi berbagai spesies termasuk flora dan fauna dalam suatu

lingkungan. Orang yang memiliki kecerdasan naturalistik yang kuat

mempunyai ketertarikan pada dunia luar atau dunia binatang,

ketertarikan ini mulai muncul sejak dini. Mereka menyukai subjek,

cerita-cerita, dan pertunjukan yang berhubungan dengan binatang dan

fenomena alam. Bahkan, mereka menunjukkan minat yang luar biasa

pada mata pelajaran seperti biologi, ilmu hewan (zoology), ilmu

tumbuh-tumbuhan (botany), ilmu tanah (geology), ilmu cuaca

42
(meteorology), ilmu falak (astronomi), dan paleontologi. Kecerdasan

naturalistik disebut juga cerdas alam karena sangat peka terhadap

perubahan dalam lingkungan, sekalipun perubahan tersebut dalam

hitungan menit dan sangat perlahan yang bagi orang lain pada umumnya

sama sekali tidak merasakan. Hal ini terjadi karena tingkat persepsi

sensori yang dimilikinya jauh lebih tinggi dari kebanyakan orang.

Kekuatan perasaan yang berhubungan dengan alam dapat memberi

pemahaman tersendiri dalam mengamati persamaan, perbedaan, dan

perubahan pada alam jauh lebih cepat dibandingkan orang lain pada

umumnya. Oleh karena itu, orang yang cerdas pada alam sangat mudah

untuk mengategori dan membuat katalog terhadap sesuatu.

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Gusti Sya’ban (2018) dengan

judul “Studi Layanan Penempatan dan Penyaluran untuk Pengembangan

Bakat Siswa SMA Negeri 1 Sungai Ambawang” menyimpulkan bahwa

layanan penempatan dan penyaluran untuk pengembangan bakat peserta

didik kelas XI SMA Negeri 1 Sungai Ambawang mencapai skor aktual

1.614 dan ini skor ideal 2700 berarti mencapai 60% berada pada

kategori “sedang”. Respon peserta didik setelah mendapatkan layanan

penempatan dan penyaluran untuk pengembangan bakat peserta didik

kelas XI SMA Negeri 1 Sungai Ambawang Memperoleh persentase

70% Termasuk dalam kategori “tinggi”. Temuan ini menunjukan ketika

43
peserta didik yang menunjukan respon yang meliputi: kognitif, yaitu

respon peserta didik yang menunjukan cara berfikir dalam merespon

layanan penempatan dan penyaluran untuk pengembangan bakat

memperoleh persentase 75% termasuk dalam kategori “tinggi”. Afektif

yaitu respon pererta didik yang menunjukan perasaan setelah

mendapatkan layanan penempatan dan penyaluran untuk pengembangn

bakat memperoleh persentase 71% termasuk dalam kategori “tinggi”.

Psikomotor, yaitu respon peserta didik yang dinilai melalui tindakan

setelah mendapatkan layanan penempatan dan penyaluran memperoleh

persentase 68% termasuk dalam kategori “tinggi”. Menurut penulis

Pengembangan bakat merupakan kemampuan atau potensi yang perlu

dikembangkan dan dilatih, agar terwujud perubahan yang progresif, dan

berkesinambungan. Pengembangan bakat sangat di pengaruhi oleh

keberanian karena dengan keberanian, mampu menghadapi tantangan

dan hambatan baik yang bersifat fisisk, fisikis, kendala-kendala sosial

maupun hal yang lainnya. Latihan, dengan latihan dapat memberikan

pengalaman yang tujuannya tersebut dapat meningkatkan keterampilan,

berpikir dan mengembangkan strategi. Selain itu, dengan latihan secara

terus menerus, bakat yang dipunyai peserta didik lebih matang dan terus

menerus berkembang.

Penelitian yang dilakukan oleh Safira Fakhirah (2021) dengan

judul “Pengaruh Pemberian Layanan Penempatan Dan Penyaluran

Terhadap Pengembangan Bakat Dan Minat Siswa Kelas VII Smp

44
Swasta Muhammadiyah Tebing Tinggi Tahun Ajaran 2020/2021”

menyimpulkan bahwa layanan penempatan dan penyaluran yang

diberikan kepada siswa adalah untuk mencegah terjadinya

ketidaksesuaian antara bakat dan minat siswa serta usaha dalam

mengembangkan bakat dan minat tersebut. Pada dasarnya, setiap siswa

memiliki bakat dan minat serta potensi yang berbeda-beda antara siswa

yang satu dengan siswa lainnya. Berdasarkan hasil analisis penelitian

adanya pengaruh signifikan antara layanan penempatan dan penyaluran

terhadap pengembangan bakat dan minat siswa kelas VII SMP Swasta

Muhammadiyah Tebing Tinggi Tahun Ajaran 2020/2021 sebesar 54,3%

yang berarti “cukup”.

Penelitian yang dilakukan oleh Hardiansyah, Busri Endang dan

Sri Lestari (2016) dengan judul “Analisis Layanan Penempatan Dan

Penyaluran Untuk Pengembangan Bakat Peserta Didik Smp Negeri 20

Pontianak” menyimpulkan bahwa pelaksanaan layanan penempatan dan

penyaluran untuk pengembangan bakat peserta didik SMP Negeri 20

Pontianak memperoleh persentase 57% dengan kategori “sedang”.

Respon peserta didik setelah mendapatkan layanan penempatan dan

penyaluran untuk pengembangan bakat peserta didik kelas IXSMP

Negeri 20 Pontianak memperoleh persentase 70% Termasuk dalam

kategori “tinggi”. Dapat dikatakan bahwa respon peserta didik setelah

mendapatkan layanan penempatan dan penyaluran untuk pengembangan

bakat, seperti respon kognitif, afektif, psikomotorik sudah sangat baik.

45
Menurut peneliti yang dilakukan peneliti dapat diambil kesimpulan

bahwa layanan penempatan dan penyaluran untuk pengembangan bakat

peserta didik SMP Negeri 20 Pontianak mencapai 60% berada dalam

kategori sedang yang artinya layanan penempatan dan penyaluran untuk

pengembangan bakat peserta didik sudah dilaksanakan tapi perlu

ditingkatkan lagi.

C. Kerangka Berfikir

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa

penyaluran bakat pada siswa harus sesuai dengan minat dan kemampuan

siswa tersebut. Penyaluran bakat pada siswa harus dilakukan secara

tepat dan bijaksana sebab jika tidak hal tersebut akan berpengaruh

terhadap ketidaklancaran proses belajar mengajar. Layanan Penempatan

dan Penyaluran ini memberikan efek yang positif pada siswa untuk

memodifikasi perilakunya sehingga siswa mampu menyalurkan bakat

secara tepat. Didampingi dengan metode multiple intelligence yang

membantu siswa menemukan bakat yang tidak ia sadari ada pada

dirinya, karna metode ini mencoba untuk mengubah pandangan bahwa

kecerdasan seseorang tidak hanya terdiri dari kemampuan logika dan

bahasa saja. Layanan ini sangat tepat diberikan kepada siswa kelas XI

Sekolah Menengah Atas sebab mereka perlu dipersiapkan untuk

memilih jurusan yang dapat mengembangkan minat dan bakat mereka di

tahap pendidikan selanjutnya dan mereka masih bisa mengasah bakat itu

46
hingga sampai kelas XII Sekolah Menengah Atas. Hal tersebut

diberikan juga guna memberikan modal kepada mereka untuk mencari

pekerjaan dan menjalani hidup di masa yang akan datang.

Berdasarkan hal tersebut, penulis mengasumsikan di duga kuat

adanya pengaruh yang signifikan antara layanan penempatan dan

penyaluran berbasis multiple intelligence terhadap penentuan bakat dan

minat siswa di Sekolah Menengah Atas. Hubungan dari kedua variabel

dapat di lihat dalam bagan di bawah ini:

Gambar 1: Kerangka berfikir tentang pengaruh kedua variabel

PENGARUH

LAYANAN
MULTIPLE
PENEMPATAN DAN
INTELLIGENCE
PENYALURAN

PENENTUAN BAKAT
SISWA

D. Hipotesis

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Terdapat pengaruh layanan penempatan dan penyaluran berbasis

multiple intelligence terhadap penentuan bakat dan minat siswa

kelas XI SMA Negeri 4 Padang Sidempuan.

47
2. Tidak terdapat pengaruh layanan penempatan dan penyaluran

berbasis multiple intelligence terhadap penentuan bakat dan minat

siswa kelas XI SMA Negeri 4 Padang Sidempuan

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

48
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 4 Padang Sidempuan

Kecamatan Padang Sidempuan Utara Kota Padang Sidempuan.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam jangka waktu kurang lebih 2 (dua)

bulan sejak dikeluarkannya surat izin penelitian oleh fakultas

keguruan dan ilmu pendidikan

B. Jenis Penilitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode yang relevan

dengan tujuan penelitian yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya

yaitu dengan menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan

metode eksperimen.

Menurut Sugiyono (2019) metode penelitian kuantitatif dapat di

artikan sebagai metode penelitian yang dilandaskan pada filsafat

positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel

tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis

data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji

hipotesis yang telah ditetapkan.

Arikunto (2006) mengemukakan tentang penelitian kuantitatif

yakni pendekatan penelitian yang banyak menggunakan angka-angka,

mulai dari mengumpulkan data, penafsiran terhadap data yang

diperoleh, serta pemaparan hasilnya. Selanjutnya Creswell (2012)

menjelaskan penelitian kuantitatif mewajibkan seorang peneliti untuk

49
menjelaskan bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel yang

lainnya.

Pendapat lain dijelaskan oleh Sugiyono (2012) penelitian

eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan

untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam

kondisi yang terkendalikan. Jonn W Best (2012) menyebutkan bahwa

penelitian eksperimen terdiri dari tiga jenis, yaitu

1. Pra-eksperimen (Pre-experimental)

2. Eksperimen yang benar (True experimental)

3. Eksperimen semu (Quasi-experimental)

Dalam penelitian ini jenis eksperimen yang digunakan oleh

penulis adalah eksperimen semu (quasi-experimental) dengan desain

dua kelompok (between subject design). Menurut Sugiyono (2015)

eksperimen semu merupakan penelitian yang mendekati eksperimen

sungguhan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara langsung

pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain dan menguji hipotesis

hubungan sebab-akibat. Desain eksperimen semu mempunyai kelas

eksperimen dan kelas kontrol, namun kelas kontrol tidak dapat

berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang

mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Menurut Seniati (2005)

between subject design melihat pengaruh variabel bebas terhadap

variabel terikat yang diketahui dari perbedaan skor vt antara kelompok

50
subjek yang diberi perlakuan yang berbeda. Menurut Sugiyono (2015)

penelitian eksperimen semu (quasi-experimental) bertujuan untuk

memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang

dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan

yang tidak memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasikan

semua variabel yang relevan.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono (2019) populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan menurut Morissan (2012)

populasi ialah sebagai suatu kumpulan subjek, variabel, konsep, atau

fenomena. Kita dapat meneliti setiap anggota populasi untuk

mengetahui sifat populasi yang bersangkutan. Selanjutnya menurut

Widiyanto (2010) populasi adalah suatu kelompok atau kumpulan objek

atau objek yang akan digeneralisasikan dari hasil penelitian.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis menarik

kesimpulan populasi adalah seluruh subjek dalam penelitian. Adapun

populasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

51
No Kelas Jumlah
1. XI MIA 1 32
2. XI MIA 2 33
3. XI MIA 3 33
4. XI MIA 4 31
5. XI MIA 5 31
6. XI MIA 6 33
7. XI MIA 7 33
8. XI IIS 1 31
9. XI IIS 2 31
10. XI IIS 3 29
Jumlah 317

Berdasarkan tabel di atas populasi yang di ambil adalah seluruh

siswa kelas XI SMA Negeri 4 Padang Sidempuan yang berjumlah 317

orang.

2. Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2008) sampel adalah suatu bagian dari

keseluruhan serta karakteristik yang dimiliki oleh sebuah populasi.

Sedangkan menurut Arikunto (2006) sampel adalah sebagian atau

sebagai wakil populasi yang akan di teliti. Selanjutnya Nana Sudjana

dan Ibrahim (2004) menerangkan bahwa sampel adalah sebagian dari

populasi yang dapat dijangkau serta memiliki sifat yang sama dengan

populasi yang diambil sampelnya tersebut.

52
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa

sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil dari keseluruhan

obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Adapun

teknik pengambilan sampel yang penulis gunakan ialah cluster random

sampling. Menurut Azwar (2010) cluster random sampling yaitu

melakukan randomisasi terhadap kelompok, bukan terhadap subjek

secara individual. Teknik yang menghendaki adanya kelompok dalam

pengambilan sampel berdasarkan atas kelompok yang ada pada

populasi. Penulis menggunakan cluster random sampling dikarenakan

penelitian eksperimen membutuhkan treatmen sehingga dibutuhkan

sampel tetap untuk itu. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

Tabel 3.2 Sampel Penelitian

KELAS EKSPERIMEN KONTROL

LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI PEREMPUAN


XI MIA 1 2 2 2 2
XI MIA 2 2 2 2 2
XI MIA 3 2 2 2 2
XI MIA 4 2 2 2 2
XI MIA 5 2 2 2 2
XI MIA 6 2 2 2 2
XI MIA 7 2 2 2 2
XI IIS 1 2 2 2 2
XI IIS 2 2 2 2 2
XI IIS 3 2 2 2 2

53
JUMLAH 20 20 20 20

Berdasarkan tabel di atas, sampel dalam penelitian berjumlah 80

orang, yang mana 40 orang dimasukkan dalam kelompok kontrol dan 40

orang dimasukkan dalam kelompok eksperimen.

D. Definisi Operasional

Berdasarkan deskripsi teoritis yang sudah dijabarkan

sebelumnya, penulis menentukan penentuan bakat dan minat sebagai

variabel bebas (variabel Y) dan layanan penempatan dan penyaluran

berbasis multiple intelligence sebagai variabel terikat (variabel X).

Adapun definisi operasional dari masing-masing variabel adalah:

1. Penentuan bakat dan minat merupakan serangkaian cara yang

digunakan untuk menumbuh kembangkan potensi yang dimiliki oleh

seseorang sebagai bawaan sejak lahir, serta kemampuan khusus

yang memungkinkan seseorang memperoleh keuntungan dari hasil

pelatihannya sampai tingkat selanjutnya dan menjadikannya

kemungkinan yang masih harus diwujudkan.

2. Layanan penempatan dan penyaluran berbasis multiple intelligence

yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan peserta didik

memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat sesuai dengan

potensi, bakat, dan minat siswa tersebut serta dengan dukungan

54
teknik multiple intelligence yang mendorong siswa untuk yakin

bahwa setiap siswa memiliki bakat dan potensi.

Dari definisi operasional di atas maka dapat disimpulkan bahwa

layanan penempatan dan penyaluran berbasis multiple intelligence

merupakan suatu kesinambungan yang mampu mendukung berhasilnya

penentuan bakat dan minat peserta didik.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Menurut Darmadi Hamid (2014) metode observasi merupakan

sebagai pencatatan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki.

Dengan demikian peneliti terjun langsung ke lapangan ataupun pada

sebuah lembaga pendidikan dengan mengadakan pengamatan (melihat,

mendengar, dan bertanya) dan pencatatan keadaan yang terjadi pada

lembaga tersebut yang dijadikan objek penelitian.

Adapun jenis observasi yang peneliti gunakan adalah observasi

langsung (direct observation), yaitu cara pengambilan data dengan

pengamatan yang dilakukan tanpa perantara (secara langsung) terhadap

responden yang diteliti. Peneliti melakukan pengamatan atau observasi

untuk mengetahui minat dan bakat peserta didik kelas XI SMA Negeri 4

Padang Sidempuan.

2. Dokumentasi

55
Menurut Darmadi Hamid (2014) dokumen merupakan catatan

peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan gambar

atau karya-karya monumental seseorang. Hasil penelitian dari observasi

dan wawancara dapat lebih kredibel/dapat dipercaya apabila terdapat

dokumen.

Dalam penelitian ini peneliti mendokumentasi data-data sekolah

yang dianggap penting dan sesuai dengan kebutuhan penelitian.

Dokumen yang dikumpulkan yaitu profil sekolah, administrasi sekolah,

Daftar hadir siswa (absensi), data inventaris kelas, RPL serta foto

kegiatan pembelajaran.

3. Instrumen

Sukmadinata (2010) menyatakan bahwa instrumen penelitian

adalah berupa tes yang bersifat mengukur, karena berisi tentang

pertanyaan dan pernyataan yang alternatif jawabannya memiliki standar

jawaban tertentu, benar salah maupun skala jawaban. Sedangkan

menurut Sugiono (2009) instrumen penelitian adalah suatu alat yang

digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.

Berdasarkan pengertian instrumen penelitian menurut pendapat

beberapa para ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa instrumen

penelitian merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengumpulkan

data atau informasi yang bermanfaat untuk menjawab permasalahan

penelitian. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan oleh peneliti

adalah angket. Menurut Sugiyono (2017) angket atau kuesioner

56
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawab.

Adapun kisi-kisi angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

Tabel 3.3 Kisi-kisi angket


No Aspek yang di ukur Indikator Nomor
item
1 Linguistik Kemampuan yang ada dalam diri 1, 9, 17, 25,
siswa meliputi kemampuan membaca, 41
menulis dan berkomunikasi dengan
kata-kata atau bahasa.
2 Logis-Matematis Kemampuan yang ada dalam diri 3, 11, 19, 27,
siswa meliputi kemampuan 35, 43, 44, 51,
mengolah angka dan kemahiran 52
menggunakan logika atau akal sehat
3 Visual-Spasial Kemampuan yang ada dalam diri 4, 12, 20, 28,
siswa meliputi kemampuan berpikir 36, 53
menggunakan visual atau gambar dan
membayangkannya dalam pikiran
dalam bentuk dua atau tiga dimensi
4 Musikal Kemampuan yang ada dalam diri 2, 10, 18, 26,
siswa meliputi kemampuan 33, 34, 42, 50
menyanyikan lagu, menggubah
musik, mengapresiasi musik, serta
menjaga ritme
5 Kinestetik Kemapuan yang ada dalam diri siswa 5, 13, 21, 29,
meliputi kemampuan menggunakan 37, 45, 49
tubuh, tangan untuk memecahkan
masalah, menciptakan produk atau
mengemukakan ide dan emosi.
6 Interpersonal Kemampuan yang ada dalam diri 7, 15, 23, 31,
siswa meliputi kemampuan 39, 47, 55
memahami dan bekerja dengan orang
lain, memperlihatkan empati dan

57
perhatian, motivasi dan tujuan orang
lain
7 Intrapersolal Kemampuan yang ada dalam diri 6, 14, 22, 30,
siswa meliputi kemampuan 38, 46, 54
memahami diri sendiri, mengenali
kelebihan dan kekurangan diri,
menganalisis diri, membuat rencana
dan menyusun tujuan yang hendak
dicapai.
8 Naturalis Kemampuan yang ada dalam diri 8, 16, 24, 32,
siswa meliputi kemampuan mengenali 40, 48, 56
bentuk-bentuk alam di sekitar kita;
flora, fauna dan fenomena-fenomena
alam lainnya
Total Item 80 Item

F. Teknik Analisis Data

Sugiyono (2009) mengatakan teknik analisis data merupakan

suatu proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang

diperoleh dari hasil menulis, catatan lapangan dan bahan-bahan lain

sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat di informasikan

kepada orang lain. Sedangkan menurut Lexy J. Moleong (2000) analisis

data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam

pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema

dan dapat dirumuskan hipotesis kerja, seperti yang disarankan oleh data.

Dari pengertian menurut para ahli di atas dapat di tarik

kesimpulan bahwa teknik analisis data merupakan suatu proses

mengolah data menjadi informasi baru. Proses ini dilakukan bertujuan

agar karakteristik data menjadi lebih mudah dimengerti dan berguna

58
sebagai solusi bagi suatu permasalahan, khususnya yang berkaitan

dengan penelitian.

a. Uji Validitas

Menurut Suharsimi Arikunto (2009) validitas adalah

suatu ukuran yang mengajukan tingkat-tingkat kevalidan suatu

instrumen. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas

tinggi begitupun sebaliknya. Dalam menguji validitas item

instrumen dengan menggunakan rumus korelasi product moment

berikut ini.

Keterangan:

rxy : koefisien korelasi antara variable X dan Y.

X : Skor butir

Y : Total skor

∑X : Jumlah skor

∑Y : Jumlah skor total

∑XY : Jumlah skor item

59
∑X² : Jumlah skor kuadrat

∑Y² : Jumlah skor total kuadrat

N : Jumlah subyek

Kriteria klasifikasi indeks validitas:

a. 0,80< rxy<1,00 = Sangat tinggi

b. 0,60< rxy<0,80 = Tinggi

c. 0,40< rxy<0,60 = Sedang

d. 0,20< rxy<0,40 = Rendah

e. 0,00< rxy<0,20 = Sangat rendah

Menurut Sugiono (2014) item yang mempunyai korelasi

positif dengan kriteria (skor total) serta korelasi yang tinggi,

menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang

tinggi pula, syarat minimum untuk di anggap memenuhi syarat

adalah jika r=0,3. Jadi jika korelasi antara butir dengan skor total

kurang dari 0,3 maka butir dalam instrument tersebut dinyatakan

tidak valid

b. Uji Reliabilitas

Menurut Suharsimi dan Arikunto (2006) reliabilitas

adalah suatu instrumen yang dapat di percaya sebagai alat

pengumpul data karena instrumen itu cukup baik. Dalam hal ini

alat ukur itu disebut mempunyai reliabilitas tinggi atau dapat

dipercaya jika alat ukur itu mantap dan stabil, dapat di andalkan,

mampu mengungkapkan data sesuai untuk beberapa kali

60
pemberian kepada responden sehingga hasilnya akurat. Untuk

mengukur reliabilitas menggunakan rumus alpha sebagai

berikut.

Kriteria klasifikasi indeks validitas:

f. 0,80< rxy<1,00 = Sangat tinggi

g. 0,60< rxy<0,80 = Tinggi

h. 0,40< rxy<0,60 = Sedang

i. 0,20< rxy<0,40 = Rendah

j. 0,00< rxy<0,20 = Sangat rendah

Dengan kriteria jika rhitung>rtabel maka soal dikatakan

reliabel dari soal yang telah di validkan. Menurut Sugiono

(2014) kriteria yang digunakan untuk menentukan instrument

berdasarkan pada yaitu apabila koefisien reliabel nya ≥ 0,70

maka cukup tinggi untuk penelitian dasar, peneliti menggunakan

program SPSS versi 23.

61
Setelah data dikumpulkan, penulis menggunakan analisis data

yaitu analisis data statistik. Sebagai tambahan untuk mengetahui kriteria

skor penilaian dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.4 Skor Penilaian

No Interval Interpretensi
1. 80-100 Sangat Baik
2. 70-79 Baik
3. 60-69 Cukup
4. 50-59 Kurang
5. 0-49 Gagal

Dalam penelitian ini, setelah data dari nilai test awal (pretest)

dari kelas eksperimen dan kontrol telah terkumpul selanjutnya data

diolah menggunakan program computer SPSS versi 23. Data dalam

bentuk angka-angka akan di analisis menggunakan metode statistik.

62
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman Shaleh & Muhbib Abdul Wahab. 2004. Psikologi Suatu
Pengantar Dalam Persfektif Islam. Jakarta: Penerbit Kencana

Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori. 2014. Psikologi Remaja:


Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT bumi aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan paraktik.


Jakarta: PT Rineka Cipta

As’adi Muhammad. 2010. Deteksi Bakat & Minat Aanak Sejak Dini.
Yogyakarta: Garailmu

Asri Awaliyah. 2021. Bimbingan Konseling. Pekalongan: PT. Nasya


Expanding Management.

Azwar, Syaifuddin. 2010. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat


Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Djaali. 2013. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Djamarah. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Dr. H. Amka, M. Si, dkk. 2021. Identifikasi Anak Berbakat/Gifted di Sekolah


Inklusi. Sidoarjo: Nizamia Learning Center.

Gardner, Howard. 2003. Multiple intelligences (Kecerdasan Majemuk). Batam:


Interaksara.

63
Hamid, Darmadi. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial.
Bandung: Alfabeta.

Hartono, Sunarto. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta

Hurlock, Elizabeth B. 2016. Child Development. Japan: Mc. Graw Hill.

Iman, khothibul. 2015. Pengembangan Bakat dan Minat. Insania, 2.

Iskandar, Harun. 2010. Tumbuhkan Minat Kembangkan Bakat. St Book.

Khairani, Makmun. 2013. Psikologi Belajar. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Larson, Donna. 2001. Multiple Intelligences: A Perspective in Learning and


Applicability

Moleong, Lexy J. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Mulyadi, A. 2003. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:


Departemen Pendidikan Nasional.

Mulyati. 2004. Psikologi Belajar. Yogyakarta: Andi Publisher

Munandar, Utami. 2010, Anak-Anak Berbakat Pembinaan dan Pendidikannya,


Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Prayitno. 2004. Seri Layanan Konseling L1-L9. Padang: FKIP.

Prayitno. 2017. Konseling Professional yang Berhasil. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada.

Purwoko. 2008. Organisasi dan Managemen Bimbingan Konseling. Surabaya:


Unesa University Press.

Renzulli, J. 2003. The three ring conception of giftedness: A developmental


model for creative productivity. In R. J. Sternberg & J. E. Davidson

64
(Eds.), CONCEPTIONS OF GIFTEDNESS (pp.53-92). New York:
Cambridge University Press.

Rifa’i, Achmad dan Catharina Tri Anni. 2012. Psikologi Pendidikan.


Semarang: Pusat Pengembangan MKU/MKDK-LP3 Universitas Negeri
Semarang

Santrock John, W. 2008. Psikologi Pendidikan (terjemahan). edisi kedua.


Jakarta: Kencana Prenada Group

Schunk, Dale H, Paul R. Pintrich, Judith L. Meece. 2007. Motivation in


Education, Theory, Research, and Applications. Ohio, New Jersey

Sefrina, Andin. 2013. Deteksi Minat Bakat Anak. Yogyakarta: Media Pressindo.

Slameto. 2011. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.


Rineka Cipta

Sobur, Alex. 2013. Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah. Bandung: CV


Pustaka Setia.

Sudjana, Nana dan Ibrahim. 2004. Penelitian dan Penilaian Pendidikan.


Bandung: Sinar Baru.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R & D.


Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suhertina. 2014. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. Pekanbaru: Mutiara


Pesisir Utama.

Sukardi, Dewa Ketut. 2000. Pengantar Program Bimbingan Konseling di


Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Sukmadinata, Nana S. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. cetakan ke-4


Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

65
Sunardi. 2008. Konseling karir anak berbakat. PLB FIP UPI.

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Ed, rev, Cet. 3, Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2011, hlm 166- 167

Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta:


Rajawali Pers.

Tohirin, 2008 Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis


Integrasi), Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Widyastuti, Suryaningrum, dan Juliana. (2004). Pengaruh Motivasi terhadap


Minat Mahasiswa Akuntansi untuk mengikuti Pendidikan Profesi
Akuntansi. Prosiding Simposium Naional Akuntansi VII Bali

Winkel. 2014. Pengantar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama.

Yaumi, Muhammad. 2012. Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences.


Jakarta: PT. Dian Rakyat.

Yudrik Jahja. 2001. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana.

66

You might also like