Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 24

Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 3, 1 (Juni 2018): 67-90

Website: journal.uinsgd.ac.id/index.php/jw
ISSN 2502-3489 (online) ISSN 2527-3213 (print)

KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA


KELUARGA SUKU DAYAK NGAJU DI PALANGKARAYA

Normuslim
IAIN Palangka Raya
Jl. G. Obos, Menteng, Jekan Raya, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Indonesia
E-mail: nor_muslim65@yahoo.com
_________________________

Abstract
In the family of Dayak Ngaju ethnic group, their family members consist of the different religious adherent.
Nevertheless, they live in harmony and peace to one another when in one roof without religious-based conflict. This
research explores the dynamics of factors that facilitated the harmonious religious tolerance in this ethnic group.
This research employs qualitative study with in-depth interview and observation to collecting data. In-depth
interview and observation was conducted to families belong to Dayak Ngaju ethnic. The result of the research shows
that three classifications attached to the characteristic of religious differences among their family members. 1)
religious harmony is accommodate after serious conflict that leads to 'tolerant' attitude; 2) religious harmony is
facilitated after medium conflict that leads to 'acceptance' attitude; 3) religious harmony is possible and maintained
by all members of the family for they respect each other that leads to 'cooperation' attitude. This religious tolerance
in the Dayak Ngaju family is possible because of three factors namely: the philosophy of huma betang, blood and
family connection and the Kaharingan tradition as local wisdom.
Keywords:
Family; Dayak; religious tolerance.
__________________________

Abstrak
Dalam keluarga suku Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah, termasuk yang tinggal di kota Palangka Raya, dapat
dijumpai perbedaan keyakinan yang dianut oleh anggota keluarga. Mereka dapat hidup rukun, harmonis,
berdampingan secara damai, bahkan sebagiannya hidup atau tinggal bersama dalam satu rumah. Kajian ini berusaha
meneliti tentang dinamika dan faktor-faktor pendorong terciptanya kerukunan antar umat beragama dalam keluarga
suku Dayak Ngaju dikota Palangka Raya. Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang bersifat
kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara mendalam dan observasi terhadap 10
keluarga suku Dayak Ngaju. Hasil penelitian menemukan tiga klasifikasi sikap cultural aktif keluarga dalam
menyikapi perbedaan agama pada para anggotanya dari tingkatan terendah ke tinggi: pertama, kerukunan tercipta
setelah sempat terjadi konflik yang sangat mendalam, sehingga mereka berada pada tingkatan “toleransi”; kedua,
kerukunan mulai dapat tercipta setelah sempat terjadi sedikit konflik, sehingga mereka berada pada tingkatan “saling
menerima”; ketiga, kerukunan antar umat beragama dalam keluarga tercipta dengan baik sehingga para anggotanya
berada pada tingkatan “kerjasama”. Terciptanya kerukunan antar umat beragama dalam keluarga suku Dayak Ngaju
di kota Palangka Raya, disebabkan oleh tiga faktor, yaitu adanya filosofi huma betang, adanya rasa kekerabatan, dan
ikatan pertalian darah, yang ketiganya merupakan nilai-nilai budaya Kaharingan sebagai kearifan lokal suku Dayak.

Kata kunci:
Keluarga; Dayak; kerukunan antar umat beragama.
__________________________
DOI: 10.15575/jw.v3i1.1268
Received: March 2017; Accepted: August 2018; Published: August 2018
Normuslim Kerukunan Antar Umat BeragamaKeluarga Suku Dayak
Ngaju di Palangka Raya

A. PENDAHULUAN Artinya, ada pasangan suami isteri yang


Palangka Raya sebagai ibukota provinsi sebelum menikah sudah berbeda agama, tetap
Kalimantan Tengah yang dihuni oleh pada keyakinan masing-masing, kemudian
masyarakat dengan beragam suku dan agama menikah dengan menggunakan hukum adat
sesungguhnya cukup rawan terhadap konflik Dayak, tidak menggunakan hukum agama,
berlatar belakang suku dan agama. Penduduk atau ada di antara anggota keluarga ada yang
yang mendiami Palangka Raya antara lain keluar dari agama yang dianut keluarganya
terdiri suku Dayak, Banjar, Jawa, Madura, kemudian pindah ke agama lain mengikuti
Batak, Bugis, Bali, Sunda, Betawi dan agama isteri atau suaminya. Sebagian kecil
Minang. Suku Dayak yang hidup di Palangka lainnya berpindah agama karena faktor keya-
Raya, terdiri dari sub suku Dayak Ngaju, kinan, artinya memilih agama tertentu karena
Dayak Bakumpai, Dayak Maanyan dan Dayak didasari oleh keyakinan terhadap agama yang
Lawangan. Demikian pula dilihat dari agama baru dianut. Jika pada suku lain ada anggota
yang dianut, penduduk Palangka Raya terdiri keluarganya yang pindah agama mendapat
dari penganut agama Islam, Kristen Protestan, sanksi pengucilan dari keluarga dan dimusuhi,
Katolik, Buddha dan Hindu termasuk di tetapi pada suku Dayak pengucilan tersebut
dalamnya kepercayaan Kaharingan.1 hampir tidak pernah terjadi, bahkan mereka
Konflik antar umat beragama khususnya tetap dapat hidup rukun meskipun berbeda
yang bersifat fisik hingga saat ini belum keyakinan (agama).
pernah terjadi di Palangka Raya, terutama Kenyataan ini umumnya hanya terjadi
konflik antar umat beragama di kalangan suku dalam keluarga suku Dayak Ngaju, Dayak
Dayak. Hal ini mungkin disebabkan antara Maanyan dan Dayak Lawangan yang sesung-
lain karena dalam keluarga suku Dayak guhnya tersebar hampir di seluruh wilayah
umumnya (kecuali suku Dayak Bakumpai Kalimantan Tengah. Dalam satu keluarga baik
yang 100 % beragama Islam) ada yang terdiri dalam pengertian extended family (keluarga
dari penganut berbagai agama. Kedua orang besar) maupun nuclear family (keluarga inti)
tua (ayah dan ibu) menganut agama Hindu bisa terdapat dua hingga empat macam agama
Kaharingan, anak-anaknya ada yang menganut yang dianut oleh anggota keluarga. Mereka
agama Islam, Kristen Protestan dan Katolik, dapat rukun meskipun berbeda agama, bahkan
bahkan ada suami isteri yang memiliki perbe- mereka bisa tinggal dalam satu rumah dengan
daaan agama. damai dan harmonis.
Perbedaan agama dalam satu keluarga ini Hal ini merupakan suatu fenomena yang
sebagian besar disebabkan oleh perkawinan. cukup menarik untuk diteliti, bagaimana
kerukunan antar umat beragama terjadi dan
faktor apa saja yang menyebabkan suku
1
Kaharingan pada awalnya merupakan kepercayaan
Dayak Ngaju di Palangka Raya dapat hidup
lokal (aliran kepercayaan) yang kemudian dimasukkan rukun meskipun berbeda agama? Atas dasar
ke dalam bagian agama Hindu berdasarkan hasil rapat masalah tersebut, penelitian ini bertujuan
Pengurus Parisada Hindu Dharma Pusat di Denpasar untuk mendeskripsikan tentang dinamika
tanggal 9 Januari 1980 dengan berita pemberitahuan kerukunan antar umat beragama dalam ke-
tertulis oleh Direktur Urusan Agama Hindu dan Buddha
Departemen Agama RI Nomor: H.II/10/1980 tanggal 12
luarga tersebut dan menemukan faktor-faktor
Januari 1980 tentang Penggabungan/ Integrasi Umat penyebab terciptanya kerukunan antar umat
Kaharingan dengan Umat Hindu dan secara formal beragama keluarga suku Dayak Ngaju di
disebut agama Hindu. Surat Direktur Urusan Agama Palangka Raya.
Hindu dan Buddha tersebut kemudian ditindaklanjuti Penelitian ini adalah penelitian lapangan
oleh Surat Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan
Masyarakat Hindu dan Buddha Nomor: H/37/SK/1980
(field research) yang bersifat kualitatif, dalam
tentang Pengukuhan Majelis Besar Agama Hindu arti bahwa peneliti "mengumpulkan data yang
Kaharingan di Palangka Raya yang sebelumnya badan berupa cerita-cerita dari para peserta dan
keagamaan ini bernama Majelis Besar Alim Ulama diungkapkan apa adanya sesuai dengan baha-
Kaharingan Indonesia.

68 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 3, 1 (Juni 2018): 67-90
Normuslim Kerukunan Antar Umat BeragamaKeluarga Suku Dayak
Ngaju di Palangka Raya

sa dan pandangan para peserta."2 Teknik bahan masukan dalam memahami dinamika
pengumpulan data dilakukan dengan teknik kehidupan beragama dalam masyarakat yang
wawancara mendalam dan observasi terhadap majemuk, selanjutnya dapat dijadikan bahan
10 keluarga suku Dayak Ngaju yang pertimbangan dalam merumuskan berbagai
bermukim di dua kecamatan dari lima keca- kebijakan dan strategi ke depan berupa peren-
matan yang ada di wilayah kota Palangka canaan strategi tentang pola pembinaan keru-
Raya, yaitu kecamatan Jekan Raya dan keca- kunan antar umat beragama di Palangka Raya
matan Pahandut yang berada di pusat kota dan Kalimantan Tengah serta daerah lain di
dengan jumlah penduduk paling banyak. Indonesia dalam suasana kemajemukan, se-
Penelitian ini (lebih tepatnya masa pengum- hingga kerukunan antar umat beragama yang
pulan data) dilakukan sejak bulan Mei sampai sehat, dinamis dan realistik secara empirik
dengan September 2016. benar-benar tercipta hingga masyarakat
Analisis data dilakukan selama proses bawah.
penelitian dilaksanakan, sampai kepada pena-
rikan kesimpulan dengan menggunakan empat B. HASIL DAN PEMBAHASAN
langkah analisis data, yaitu koleksi data, 1. Konsep Kerukunan antar Umat
reduksi data, penyajian data dan pemaparan Beragama
kesimpulan. 3 Istilah kerukunan antar umat beragama
Penelitian ini penting dilakukan, mengingat pertama kali diperkenalkan oleh Menteri
bahwa kerukunan umat beragama merupakan Agama KH. M. Dachlan dengan istilah “keru-
salah satu modal untuk melaksanakan pem- kunan beragama” dalam pidato yang disam-
bangunan di segala bidang kehidupan, dan paikannya pada Musyawarah antar Agama
juga mengingat bahwa penduduk Palangka tanggal 30 Nopember 1967 di Jakarta yang
Raya adalah masyarakat yang memiliki antara lain menyebutkan:
keragaman agama yang juga pernah menga- Adanya kerukunan antara golongan beraga-
lami konflik, meskipun hanya konflik antar ma adalah merupakan syarat mutlak bagi
suku tertentu. Kajian terhadap keluarga suku terwujudnya stabilitas politik dan ekonomi
Dayak Ngaju ini didasarkan pada pertim- yang menjadi program Kabinet AMPERA.
bangan bahwa kerukunan antar umat Oleh karena itu, kami mengharapkan sungguh
beragama dalam keluarga pluralitas agama di adanya kerja sama antara pemerintah dan
kalangan suku Dayak umumnya terdapat pada masyarakat beragama untuk menciptakan
suku Dayak tersebut. iklim kerukunan beragama ini, sehingga tuntu-
Secara teoritis hasil penelitian ini dapat tan hati nurani rakyat dan cita-cita kita bersa-
memperkaya pengembangan ilmu-ilmu sosial ma ingin mewujudkan masyarakat yang adil
keagamaan dan antropologi. Secara praktis dan makmur yang dilindungi Tuhan Yang
hasil penelitian ini bermanfaat bagi Pemerin- Maha Esa itu benar-benar dapat terwujud.4
tah Daerah kota Palangka Raya, Pemerintah Secara etimologi, kata “kerukunan” berasal
Daerah provinsi Kalimantan Tengah dan dari kata dasar “rukun”, berasal dari bahasa
beberapa lembaga atau instansi yang terkait Arab, yaitu “ruknun”, jamaknya “arkan” yang
dengan masalah kehidupan umat beragama berarti asas atau dasar. Dalam Kamus Besar
serta daerah-daerah lain yang rawan terjadi Bahasa Indonesia, arti rukun sebagai kata
konflik antara umat beragama untuk dijadikan benda (nomina) adalah (1) sesuatu yang harus
dipenuhi untuk sahnya pekerjaan; (2) asas,

2
Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif (Malang:
4
UMM Press, 2004), 14. Tim Puslitbang Kehidupan Beragama, Kompilasi
3
Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, Kebijakan dan Peraturan Perundang-Undangan
Analisis Data Kualitatif, trans. oleh Cecep Rohendi Kerukunan Umat Beragama, edisi Kesepuluh (Jakarta:
Rohidi (Jakarta: UI-Press, 1992), 112. Puslitbang Kehidupan Keagamaan Departemen Agama
RI, 2018), 4-5.

Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 3, 1 (Juni 2018): 67-90 69
Normuslim Kerukunan Antar Umat BeragamaKeluarga Suku Dayak
Ngaju di Palangka Raya

berarti dasar, sendi. Sebagai kata sifat diakui bahwa toleransi juga ada batasnya,
(ajektif), rukun berarti (1) baik dan damai, artinya sesuatu atau sikap dan perbuatan orang
tidak bertentangan; (2) bersatu hati, bersepa- lain yang tidak disukai diletakkan pada batas-
kat. Rukun juga diartikan perkumpulan yang batas tertentu. Kedua, sikap saling menerima
berdasar tolong menolong dan persahabatan. adalah usaha untuk saling memahami dalam
Sedangkan kerukunan berarti perihal hidup kehidupan sosial sambil tetap memperta-
rukun, rasa rukun, kesepakatan.5 Kata “rukun” hankan identitas masing-masing, termasuk
atau “kerukunan” menggambarkan keadaan identitas agama. Ketiga, kerjasama adalah
yang majemuk, beragam atau berbeda-beda kerelaan dan kemampuan masing-masing
yang memiliki hubungan satu sama lainnya. pihak yang berbeda untuk saling membangun
Menurut Mujiburrahman, kemajemukan kerjasama untuk mencapai kepentingan
ibarat pisau bermata dua, di satu sisi kemaje- bersama.7
mukan menimbulkan keindahan karena kera- Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa
gamannya, juga mendorong adanya gerak, kerukunan antar umat beragama pada ting-
dinamika dan perubahan karena masing- katan “toleransi”, di dalamnya masih ada
masing orang dan kelompok berpeluang untuk perasaan kurang atau tidak suka terhadap
menampilkan keunikan dan keindahannya. pihak lain yang berbeda keyakinan, namun
Namun di sisi lain, kemajemukan dapat pula berusaha untuk menerimanya dengan tidak
menjadi pangkal dari petaka dan kehancuran. menganggu, melarang atau menindas orang
Konflik-konflik yang terjadi di masyarakat lain untuk melaksanakan keyakinannya, mes-
tidak jarang berpangkal pada masalah kipun penerimaan tersebut ada batasnya.
perbedaan yang dalam bentuk ekstrimnya Kerukunan antar umat beragama pada ting-
adalah timbulnya pertengkaran bahkan kekera- katan “saling menerima” adalah masing-
san fisik dan harta benda.6 Kemajemukan masing pihak menerima dan mengakui dengan
adalah fakta kehidupan yang tidak bisa penuh kesadaran eksistensi keyakinan pihak
disangkal, oleh karena itu titik tolak lain sebagai sebuah realitas sosial dengan tetap
kerukunan bukanlah usaha menghilangkan mempertahankan identitas atau keyakinan
atau meniadakan, tetapi usaha untuk meneri- masing-masing. Sedangkan kerukunan antar
manya dengan penuh kesadaran. umat beragama pada tingkatan “kerjasama”
Selanjutnya menurut Mujiburrahman, keru- adalah adanya kerjasama yang dibangun oleh
kunan harus ditopang sekurang-kurangnya masing-masing pihak yang berbeda keyakinan
oleh dua hal, yaitu sikap kultural yang positif untuk mencapai kepentingan bersama, kerja-
terhadap kemajemukan, dan kondisi struktural sama tersebut tidak hanya menyangkut
yang mendukung sikap positif tersebut. Sikap kebutuhan sehari-hari, tetapi juga menyangkut
kultural yang positif terhadap kemajemukan kerjasama dalam hal memfasilitasi pelaksa-
memiliki tiga tingkatan, dari tingkatan yang naan ibadah masing-masing pihak yang
terendah sampai tertinggi, yaitu toleransi, berbeda keyakinan. Berdasarkan konsepsi
sikap saling menerima, dan kerjasama. teoritik mengenai klasifikasi sikap kultural
Pertama, toleransi adalah sikap menahan diri yang ditawarkan oleh Mujiburrahman diatas,
untuk tidak melarang, mengganggu dan dinamika kerukunan antar umat beragama
menindas orang lain atau kelompok lain dalam keluarga Suku Dayak Ngaju di Palang-
karena alasan-alasan tertentu, meskipun harus ka Raya akan dianalisis dan dideskripsikan.
Secara terminologi jika dikaitkan dengan
agama, kerukunan antar umat beragama
5
adalah kesediaan dan kemampuan untuk
Tim penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Jakarta: Depdiknas dan Balai Pustaka, 2005), 966.
6
Mujiburrahman, Basis Kultural dan Struktural
Kerukunan“ Makalah Musyawarah FKUB Kalsel dan 7
Mujiburrahman, Basis Kultural dan Struktural
Musyawarah Umat Beragama dengan Pemerintah” Kerukunan“ Makalah Musyawarah FKUB Kalsel dan
(Banjarmasin, 2009), 1. Musyawarah Umat Beragama dengan Pemerintah.”

70 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 3, 1 (Juni 2018): 67-90
Normuslim Kerukunan Antar Umat BeragamaKeluarga Suku Dayak
Ngaju di Palangka Raya

menerima adanya perbedaan keyakinan de- menimbulkan kerukunan antar pemeluk


ngan orang atau kelompok lain dan membiar- agama, antara lain dengan melakukan kegiatan
kan orang lain mengamalkan ajaran agama sosial kemanusiaan, dialog, diskusi dan mu-
yang diyakininya.8 Dalam terminologi peme- syawarah.
rintah, konsep kerukunan hidup umat bera- Dalam kerukunan antar umat beragama, ada
gama mencakup tiga kerukunan, yaitu keruku- perbedaan sikap dan pandangan dari penganut
nan intern umat beragama, kerukunan antar agama yang satu terhadap golongan lainnya.
umat beragama, dan kerukunan antara umat Ada beberapa konsep dan teori tentang sikap
beragama dengan pemerintah yang ketiganya dan pandangan keberagamaan dalam masya-
disebut dengan istilah “Trilogi Kerukunan”.9 rakat pluralis yang dikemukakan oleh para
Sedangkan dalam Pasal 1 angka (1) peneliti studi agama-agama. John Cobb, salah
Peraturan Bersama Menteri Agama dan Men- seorang teolog Kristen dalam sebuah seminar
teri Dalam Negeri No. 9 dan 8 Tahun 2006 di lembaga Pusat Kajian Islam dan Hubungan
tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Kristen-Islam di Hartford Seminary (Duncan
daerah/Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliha- Black Macdonald Center for Muslim-Chris-
raan Kerukunan Umat Beragama dan Pendi- tian Relations) mengemukakan teori yang
rian Rumah Ibadah dinyatakan sebagai disebutnya dengan istilah “teologi trans-
berikut: formatif”. Menurut Cobb, di hampir semua
Kerukunan umat beragama adalah keadaan agama terdapat tiga pandangan teologis dalam
hubungan sesama umat beragama yang dilan- berinteraksi dengan golongan lain, yaitu sikap
dasi toleransi, saling pengertian, saling meng- eksklusif, inklusif dan pluralis. Teologi trans-
hormati, menghargai kesetaraan dalam penga- formatif merupakan pengembangan teologi
malan ajaran agamanya dan kerja sama dalam pluralis bahkan direkomendasikan Cobb seba-
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan gai pengganti teologi pluralis. Seorang Kristen
bernegara di dalam Negara Kesatuan Republik yang berteologi transformatif, tidak berarti ia
Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang- kurang beriman kepada Yesus. 11
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Pertama, sikap keberagamaan eksklusif
Tahun 1945.10 adalah sikap umat beragama yang sama sekali
Kerukunan antar umat beragama adalah tidak menghargai atau mengakui keyakinan
suatu kondisi sosial dimana semua penganut atau agama orang lain, menganggap bahwa ha-
agama dapat hidup bersama-sama berdampi- nya agama yang diyakininyalah sebagai satu-
ngan secara damai tanpa mengurangi hak satunya agama yang benar, sedangkan agama
dasar masing-masing untuk melaksanakan orang lain semuanya salah. Sikap eksklusif
kewajiban agamanya. Kerukunan memiliki menolak kerja sama antar pemeluk agama
dua makna, yaitu makna pasif dan makna yang berbeda, tidak ada toleransi, sehingga
aktif. Kerukunan dalam makna pasif berarti sikap ini menutup rapat ruang bagi terciptanya
menjaga agar antar pemeluk agama dapat kerukunan antar umat beragama.
hidup rukun, damai. Sedangkan kerukunan Kedua, sikap keberagamaan inklusif adalah
dalam makna aktif berarti melakukan praktek sikap umat beragama yang mengakui dan
atau usaha nyata yang dapat menciptakan atau menghargai keyakinan atau agama orang lain
yang berbeda dengan dirinya, bahkan me-
nganggap di dalam ajaran agama lain masih
8
Tim Puslitbang Kehidupan Beragama, Kompilasi terdapat kebenaran dan kebaikan sebagaimana
Kebijakan dan Peraturan Perundang-Undangan kebenaran dan kebaikan ajaran agama yang
Kerukunan Umat Beragama, edisi Kesepuluh. dianutnya. Sikap ini memberikan apresiasi
9
Alamsyah Ratu Perwiranegara, Pembinaan
Kerukunan Hidup Umat Beragama (Jakarta:
bagi penganut agama lain untuk memper-
Departemen Agama, 1982), 12.
10
Tim Puslitbang Kehidupan Beragama, Kompilasi
11
Kebijakan dan Peraturan Perundang-Undangan Alwi Shihab, Islam Inklusif (Bandung: Mizan,
Kerukunan Umat Beragama, edisi Kesepuluh. 1999), 82-85.

Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 3, 1 (Juni 2018): 67-90 71
Normuslim Kerukunan Antar Umat BeragamaKeluarga Suku Dayak
Ngaju di Palangka Raya

tahankan dan melaksanakan ajaran agamanya, under our universal canopy and in our own
tanpa memandang negatif agama orang lain. terms. A third response is that of the plura-
Sikap inklusif memberikan ruang yang cukup list: truth is not the exclusive or inclusive
luas bagi terciptanya kerukunan antar umat possession of any one tradition or commu-
beragama. nity.13
Ketiga, sikap keberagamaan pluralis adalah Artinya:
sikap umat beragama yang berpandangan Pertama, adalah respon eksklusif yang
bahwa setiap agama memiliki kebenaran dan menyatakan komunitas kami, tradisi kami,
kebaikan yang sama, sehingga hampir tidak pemahaman kami terhadap realita, perte-
ada batas antara satu agama dengan agama muan kami dengan Tuhan, adalah satu-
lain. Sikap pluralis tidak mengklaim kebena- satunya kebenaran, tidak termasuk yang
ran (truth claim) hanya ada pada agama yang lainnya. Kedua, respon inklusif yang
dianutnya, tetapi juga ada pada agama-agama menyatakan jelas terdapat banyak komu-
lain. Sikap ini juga membuka ruang bagi nitas dan tradisi serta kebenaran, tapi cara
terciptanya kerukunan antar umat beragama, kami dalam melihat adalah puncak dari
bahkan lebih luas dari ruang yang diberikan yang lainnya, superior dibandingkan yang
oleh sikap inklusif, karena memandang semua lainnya, atau paling tidak cukup luas untuk
agama sama-sama mengajarkan kebenaran dan mencakup yang lainnya di bawah kanopi
kebaikan. universal dan di dalam istilah-istilah kami.
Pandangan lain justru menyatakan terdapat Dan respon ketiga adalah pluralis yang
empat sikap beragama (termasuk tiga menyatakan kebenaran tidak eksklusif atau
pandangan di atas) yang dikemukakan oleh inklusif milik dari tradisi atau komunitas
Roger Boase: (1) agama adalah cara untuk apapun.
merespon perbedaan, (2) semua agama salah Beberapa perbedaan sikap dan pandangan
dan secara fundamental keliru, (3) salah satu ini seringkali menjadi faktor penyebab rukun
agama benar dan yang lain salah, (4) satu dan tidaknya hubungan dalam komunitas antar
agama benar dan yang lainnya benar secara umat beragama. Meski demikian, terkait
parsial.12 Pandangan pertama adalah sikap dengan sikap atau pandangan pluralis, Roger
pluralis, pandangan kedua adalah sikap atheis, Boase menyatakan bahwa keberagaman dari
pandangan ketiga adalah sikap eksklusif dan komunitas, tradisi dan pemahaman terhadap
pandangan keempat adalah sikap inklusif. kebenaran dan pandangan terhadap Tuhan
Pada uraian berikutnya Roger Boase hanya bukanlah sebuah penghalang untuk diatasi,
menjelaskan tiga pandangan atau sikap melainkan sebuah kesempatan untuk berko-
beragama saja, yaitu eksklusif, inklusif dan mitmen dan berdialog satu sama lain. Hal ini
pluralis yaitu sebagai berikut: bukan berarti kita menyerah terhadap komit-
First, there is the exclusivist response: our men kita sendiri, melainkan membuka komit-
own community, our tradition, our under- men tersebut menjadi hubungan memberi-
standing of reality, our encounter with menerima pemahaman.14
God, is the one and only truth, excluding Di sisi yang lain, faktor-faktor penyebab
all athers. Second, there is the inclusivist kerukunan antar umat beragama tidak hanya
response: there are, indeed, many commu- dipengaruhi oleh perbedaan sikap kultural dan
nities, traditions, and truths, but our own pandangan teologis para penganut agama ter-
way of seeing things is the culminations oh hadap golongan lainnya, namun juga dipe-
the others, superior to the others, or at ngaruhi oleh beberapa faktor sosiologis dan
least wide enough to include the others

13
Roger Boase, Islam and Global Dialogue
12
Roger Boase, Islam and Global Dialogue Religious Pluralism and the Pursuit of Peace.
14
Religious Pluralism and the Pursuit of Peace (England: Roger Boase, Islam and Global Dialogue
Ashgate Publishing Limited, 2005). Religious Pluralism and the Pursuit of Peace.

72 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 3, 1 (Juni 2018): 67-90
Normuslim Kerukunan Antar Umat BeragamaKeluarga Suku Dayak
Ngaju di Palangka Raya

antropologis yang melingkupinya. Oleh gejala yang sangat tipikal dari relasi antar
karena itu, untuk menjawab permasalahan manusia baik antar individu maupun antar
kerukunan antar umat beragama dalam kelompok.
keluarga suku Dayak Ngaju juga perlu meli- Dalam konteks ini Paul B. Horton dan
batkan teori-teori ilmu sosial. Ada beberapa Chester L. Hunt menyatakan bahwa para teori-
teori sosial yang akan digunakan untuk tisi konflik memandang suatu masyarakat itu
menganalisis faktor-faktor penyebab keruku- dapat menjadi satu karena terikat bersama oleh
nan tersebut, yaitu: struktural fungsional, teori kekuatan-kekuatan kelompok atau kelas yang
konflik dan interaksionisme simbolik. dominan dalam masyarakat.17 Fungsionalis
Teori struktural fungsional dipelopori oleh memusatkan perhatian pada kohesi yang dicip-
Auguste Comte dan Herbert Spencer yang takan oleh nilai bersama masyarakat, teori
kemudian dikembangkan oleh Emile Dur- konflik menekankan pada peran kekuasaan
kheim dan Talcott Parsons, yaitu teori sosial dalam mempertahankan ketertiban dalam
yang dipengaruhi oleh filsafat fenomenologi masyarakat.18 Jika kalangan fungsionalis meli-
yang menekankan adanya intensionalitas, hat hukum atau undang-undang sebagai sarana
dimana eksistensi subyek dan obyek memiliki untuk meningkatkan integrasi sosial, maka
saling ketergantungan, keduanya mempunyai para penganut teori konflik melihat undang-
relasi inter subyektivitas yang menekankan undang itu merupakan cara yang digunakan
pada adanya keteraturan, sehingga teori ini untuk menegakkan dan memperkukuh suatu
menggunakan konsep fungsi, disfungsi dan ketentuan yang menguntungkan kelompok
keseimbangan (equilibrium). Bertolak dari tertentu di atas pengorbanan kelompok lain-
suatu definisi yang menyatakan bahwa fungsi nya.19 Dengan demikian, jika teori konflik ini
(function) adalah kumpulan kegiatan yang dijadikan landasan untuk menilai kerukunan
ditujukan ke arah pemenuhan kebutuhan antar umat beragama, maka kerukunan yang
tertentu atau kebutuhan sistem, Parsons yakin tercipta sesungguhnya bukan karena adanya
bahwa ada empat fungsi penting yang nilai, norma atau moral yang dianut oleh
diperlukan semua sistem agar bisa tetap setiap pemeluk agama sebagai aturan atau
bertahan, yaitu adaptation, goal attainment, undang-undang yang menjadi sarana integrasi
integration dan latency. Secara bersama-sama sosial, tetapi kerukunan tersebut tercipta
keempat imperatif fungsional ini dikenal karena adanya pemaksaan dari struktur yang
sebagai skema AGIL.15 berada di atasnya.
Sedangkan teori konflik, Alo Liliweri Teori Interaksionisme Simbolik. Herbert
mendefinisikan konflik sebagai bentuk Blumer adalah orang yang pertama kali
pertentangan yang dihasilkan oleh individu menggunakan istilah interaksionisme simbolik
atau kelompok, karena mereka yang terlibat pada tahun 1937. Bagi Blumer, makna bukan-
memiliki perbedaan sikap, kepercayaan, nilai lah emanasi makeup sesuatu yang intrinsik,
atau kebutuhan.16 Atas dasar pengertian juga makna tidak muncul dari elemen-elemen
tersebut, maka konflik dapat terjadi pada siapa psikologis antar orang. Makna tentang sesuatu
saja yang memiliki perbedaan, baik perbedaan bagi seseorang muncul dari bagaimana cara
suku bangsa, ras, budaya, agama, golongan orang-orang lain memaknai hal tersebut.
maupun kepentingan, sehingga dengan demi- Makna merupakan produk sosial yang terben-
kian konflik termasuk konflik intraetnik atau
antaretnik bersifat alamiah yang merupakan
17
I.B. Wirawan, Teori-Teori Sosial dalam Tiga
Paradigma Fakta Sosial, Definisi Sosial & Perilaku
15
George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosial (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012),
Sosiologi Modern, terj. Alimandan, edisi VI, cet. ke-5 60.
18
(Jakarta: Kencana, 2008), 121. George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori,
16
Alo Liliweri, Prasangka dan Konflik (Yogyakarta: 153
19
LKiS, 2009), 249. I.B. Wirawan, Teori-Teori, 61.

Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 3, 1 (Juni 2018): 67-90 73
Normuslim Kerukunan Antar Umat BeragamaKeluarga Suku Dayak
Ngaju di Palangka Raya

tuk melalui aktivitas-aktivitas orang yang adanya hubungan yang baik antar pemeluk
berinteraksi. Individu dalam hal ini tidaklah agama yang berbeda keyakinan, tidak saling
pasif, tetapi dapat memengaruhi individu lain, mencela, membenci apalagi memusuhi, saling
bahkan kelompok sosial.20 menghormati dan saling menghargai, tidak
Kemudian menurut Blumer, premis atau memperdebatkan kebenaran atau nilai-nilai
asumsi interaksionisme simbolik adalah seba- agama masing-masing. Meskipun memiliki
gai berikut: 1) manusia bertindak terhadap pemahaman yang benar tentang makna keru-
sesuatu atas dasar makna yang dimiliki benda- kunan antar umat beragama, namun tingkat
benda itu bagi mereka; 2) makna-makna itu kualitas kerukunan antara satu keluarga
merupakan hasil dari interaksi sosial dalam dengan keluarga lainnya di kalangan suku
masyarakat manusia; 3) makna-makna dimo- Dayak Ngaju pluralitas agama ternyata ada
difikasi dan ditangani melalui suatu proses yang berbeda.
penafsiran yang digunakan oleh setiap Dalam keluarga AS yang asalnya hanya
individu dalam keterlibatannya dengan tanda- terdapat satu agama yang dianut, kemudian
tanda yang dihadapinya.21 Ian Graib mengang- menjadi dua agama setelah salah seorang
gap bahwa asumsi Blumer di atas berhu- anaknya berpindah agama ke Kristen Protestan
bungan dengan ketiga bagian dari Mind, Self menjelang menikah dengan suaminya yang
and Society dari George Herbert Mead. Titik beragama Kristen Protestan, pada awalnya
tolak pemikiran Mead adalah diskusi memang terjadi konflik yang cukup dalam
mengenai ciri-ciri terpenting yang memisah- antara AS sekeluarga yang beragama Islam
kan manusia dari binatang. Seperti banyak dengan anak perempuannya (MM) yang
pemikir lainnya, Mead membicarakan tentang berpindah agama. Konflik tersebut bukan saja
bahasa atau “simbol signifikan”. Binatang ada dalam batin, tetapi juga dalam bentuk
terlibat dalam kontak gerak-gerik. Kalau ucapan dan tindakan berupa kekerasan fisik,
seekor anjing menggonggong pada anjing lain bahkan anaknya diminta bercerai dengan
dan anjing yang lain tersebut mundur, artinya suaminya agar ia bisa kembali menganut
anjing yang satu agresif, sementara anjing agama Islam. Hal ini menunjukkan bahwa
yang lain takut.22 Simbol signifikan adalah dalam keluarga Bapak AS sejak kepindahan
suatu makna yang dimengerti bersama yang agama anak perempuannya (MM), sama sekali
dikembangkan melalui interaksi sosial. tidak ada kerukunan antara anggota keluarga
Interaksi sosial menghasilkan makna-makna yang menganut agama Islam dengan anggota
dan makna-makna tersebut membentuk dunia keluarga yang menganut agama Kristen.
manusia. Namun seiring dengan berjalannya waktu,
konflik tersebut kemudian mulai mereda
2. Dinamika Kerukunan Antar Umat bahkan hubungan dan komunikasi antara
Beragama Keluarga Suku Dayak Ngaju anggota keluarga yang muslim dengan MM,
di Palangka Raya suami dan dua orang anaknya yang beragama
Hampir semua responden penelitian Kristen kembali menjadi harmonis. Hal ini
memiliki pemahaman yang sama tentang terbukti bahwa pada saat liburan, MM beserta
makna kerukunan antar umat beragama, yaitu suami dan anak-anaknya yang tinggal di salah
satu desa di kabupaten Gunung Mas, sering
datang ke Palangka Raya menemui keluarga
20
Sindung Haryanto, Spektrum Teori Sosial dari besarnya yang beragama Islam dan menginap
Klasik Hingga Postmodern (Yogyakarta: Ar-Ruzz di rumah orangtuanya, tanpa mempersoalkan
Media, 2012), 68-69.
21
lagi masalah keyakinan masing-masing.23
Herbert Blumer, Symbolic Interactionism:
Perspectives and Method (New York: Prentice Hall,
1966), 121.
22 23
Ian Craib, Teori-Teori Sosial Modern: dari AS (Lelaki Islam), wawancara oleh Nor Muslim
Parsons sampai Habermas, trans. oleh Paul S. Baut dalam bahasa Banjar, Palangkaraya, Sabtu, 12 Januari
(Jakarta: CV. Rajawali, 1986), 112. 2013. Di waktu berbeda, MM (Perempuan Islam

74 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 3, 1 (Juni 2018): 67-90
Normuslim Kerukunan Antar Umat BeragamaKeluarga Suku Dayak
Ngaju di Palangka Raya

Dari uraian diatas menurut analisis peneliti, nakan salat meskipun tidak setiap waktu,
kerukunan yang belakangan tercipta dalam tanpa ada perasaan sungkan atau tidak enak
keluarga AS antara anggota keluarga muslim satu sama lain. Pada saat bulan Ramadhan, SK
dengan anggota keluarga yang beragama setiap hari membantu menyiapkan makan
Kristen Protestan adalah kerukunan yang sahur dan buka puasa untuk anak dan
awalnya dipaksakan setelah terjadi konflik menantunya yang muslim. Hari Idul Fitri dan
yang cukup dalam dan berbagai upaya Idul Adha selalu dirayakan setiap tahun di
mengembalikan keyakinan anaknya ke agama rumah tersebut, demikian pula hari raya Natal
Islam ternyata gagal dilakukan. Namun seiring dan kebaktian dilaksanakan setiap tahun yang
dengan berjalannya waktu, dengan seringnya dihadiri oleh seluruh anggota keluarga besar-
MM beserta keluarga datang dan menginap di nya. Lebih daripada itu, ketulusan hati dan
rumah orangtuanya, kehadiran cucu di tengah keikutsertaan SK dan anggota keluarga yang
keluarga, serta ada pemikiran keluarga yang beragama Kristen Protestan mengantar dan
muslim bahwa bagaimanapun MM dan mendampingi anak-anaknya menikah secara
anaknya sesungguhnya adalah bagian dari Islam di Kantor Urusan Agama setempat,
keluarga yang mempunyai pertalian darah, menggambarkan betapa kerukunan antar
maka kerukunan sejati akhirnya dapat anggota keluarga yang berbeda agama dalam
terwujud dalam keluarga beda agama, selama keluarga SK terjalin sangat baik dan harmonis,
masing-masing pihak tidak lagi mengungkit- demikian pula pada saat acara makan bersama,
ungkit masalah keyakinan. Bertolak pada jenis makanan, minuman dan alat-alat makan
tingkatan kerukunan yang dikemukakan oleh minum dibedakan antara anggota keluarga
Mujiburrahman, maka kerukunan antar umat yang beragama Kristen Protestan dengan yang
beragama dalam keluarga AS termasuk dalam beragama Islam.24
tingkatan pertama, yaitu toleransi. Dari uraian di atas tergambar bahwa
Berbeda dengan keluarga AS, kerukunan kerukunan antar anggota keluarga yang ber-
antar anggota keluarga yang berbeda beda agama dalam keluarga SK adalah
keyakinan, yaitu antara yang menganut agama kerukunan yang benar-benar hakiki, bukan
Kristen Protestan dengan yang menganut saja kerukunan yang tampak di permukaan,
agama Islam dalam keluarga SK sama sekali tetapi kerukunan yang lahir dari dalam hati.
tidak mengalami perubahan sedikitpun sejak Kerukunan yang tercipta dalam keluarga ini
dua orang anaknya berpindah menganut berada pada tingkatan ketiga, yaitu “kerja-
agama Islam, meskipun salah seorang dianta- sama”.
ranya kembali menganut agama Kristen Pro- Agak sedikit berbeda dengan kerukunan
testan setelah bercerai dengan suaminya yang beragama dari keluarga AS dan SK diatas,
muslim. Hubungan dan komunikasi antar kerukunan antar umat beragama dalam keluar-
anggota keluarga tetap harmonis, bahkan SK ga YL pada awalnya, yaitu sejak YL menguta-
setelah ditinggal wafat oleh suaminya, menga- rakan maksudnya untuk menganut agama
jak anak, menantu dan cucunya yang muslim Islam, kerukunan tersebut sempat sedikit
tinggal serumah dengannya. Di rumah pening- terusik karena kekurangsetujuan orangtua dan
galan suaminya tersebut, anggota keluarga saudara-saudara kandungnya yang seluruhnya
yang berbeda keyakinan bebas melakukan beragama Kristen Protestan. Namun kekurang-
ibadah agama masing-masing bahkan pelaksa- setujuan tersebut hanya sebatas perasaan
naannya difasilitasi oleh anggota keluarga lain dalam hati dan ucapan, tidak terwujud dalam
yang berbeda agama. Di rumah tersebut anak bentuk tindakan, buktinya mereka sama sekali
dan menantunya yang muslim bebas melaksa- tidak menghalang-halangi keputusan Ibu YL

24
konversi ke Kristen Protestan), wawancara oleh Nor SK (Perempuan Kristen Protestan), wawancara
Muslim dalam bahasa Banjar, Palangkaraya, Selasa, 12 oleh Nor Muslim dalam bahasa Dayak Ngaju, Palangka
Maret 2013. Raya, Kamis, 24 Januari 2013.

Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 3, 1 (Juni 2018): 67-90 75
Normuslim Kerukunan Antar Umat BeragamaKeluarga Suku Dayak
Ngaju di Palangka Raya

menganut agama Islam dan kemudian meni- keluarga dan harus menyembelih dan
kah dengan seorang pria muslim. Setelah itu memakan babi, ternyata di saat ada anggota
hubungan dan komunikasi YL beserta suami keluarga yang beragama Islam terlibat dalam
dan anak-anaknya tetap terjalin baik dengan upacara tersebut, penyembelihan babi justru
anggota keluarga yang beragama Kristen ditiadakan dan diganti dengan penyembelihan
Protestan. Anggota keluarganya selalu bisa beberapa puluh ekor ayam.26
bertemu dan berkumpul pada saat merayakan Dari uraian di atas tergambar pula bahwa
Lebaran, akikah, selamatan atau Natalan dan kerukunan antar anggota keluarga yang berbe-
kebaktian serta acara perkawinan anggota da agama dalam keluarga Y, adalah kerukunan
keluarga.25 yang sejati, tidak hanya tampak di permukaan,
Dari uraian di atas tergambar bahwa tetapi lahir dari perasaan yang mendalam.
meskipun awalnya terdapat perbedaan panda- Kerukunan dalam keluarga ini juga berada
ngan tentang agama yang dianut oleh YL, pada tingkatan ketiga, yaitu “kerjasama”.
namun hal tersebut tidak sampai membuat Kerukunan yang lebih hakiki antar anggota
retaknya hubungan keluarga, kerukunan terse- keluarga yang berbeda agama terdapat dalam
but tetap terjaga hingga sekarang. Kerukunan keluarga ML, padahal dalam keluarganya
dalam keluarga YL berada pada tingkatan terdapat empat macam agama yang dianut,
kedua, yaitu “saling menerima”. yaitu Kaharingan, Kristen Protestan, Islam dan
Gambaran kerukunan antar anggota Hindu. Kerukunan yang esensinya adalah
keluarga yang berbeda agama dalam keluarga saling menghargai, saling menghormati, saling
YL juga terjadi pada keluarga Y, hubungan bertoleransi dan saling membantu, antara lain
dan komunikasi tetap terjalin dengan baik tampak pada kemampuan hidup bersama
antara dirinya, suami, anak-anak dan saudara dalam satu rumah antara ML dan suaminya
perempuan seayahnya yang beragama Islam dengan anak, menantu dan cucu yang beraga-
(YS) dengan keluarga yang beragama Kristen ma Kristen Protestan, kesediaan ML mengiku-
Protestan, baik sebelum ia berpindah agama ti upacara Tiwah, mengikuti upacara pernika-
maupun saat dan setelah ia berpindah keyaki- han anaknya di gereja (FA dan MS), kesediaan
nan menganut agama Islam hingga saat ini. anaknya yang beragama Kristen Protestan
Saling mengunjungi dan menghadiri upacara (FA) membantu menyiapkan makan sahur dan
keagamaan masing-masing sudah biasa mere- berbuka puasa di bulan Ramadhan, kesediaan
ka lakukan meskipun hanya hadir pada saat FA untuk tidak melakukan kebaktian Natal di
acara makan-makan, bukan pada upacara rumah ML, tetapi cukup dilakukan di gereja.
ritualnya. Penghargaan anggota keluarga yang Bahkan dua orang cucunya (anak dari FA)
beragama Kristen Protestan terhadap anggota sering mengikuti kakek neneknya melaksana-
keluarga yang beragama Islam tampak antara kan salat berjamaah di rumah tanpa ada lara-
lain pada saat keluarga yang beragama Islam ngan dari kedua orangtuanya. Demikian pula
makan bersama di rumah keluarga yang bera- saling mengunjungi pada saat hari Lebaran
gama Kristen Protestan, yaitu dengan menye- dan Natal, sudah biasa dilakukan antar
diakan makanan yang tidak diharamkan anggota keluarga ML yang berbeda agama.27
menurut ajaran Islam, alat-alat makan dan Kerukunan dalam keluarga ML adalah keruku-
minum serta tempat makan dibedakan antara nan pada tingkatan ketiga, yaitu “kerjasama”.
yang muslim dengan yang non muslim.
Bahkan pada saat dilaksanakan upacara adat
Dayak Ngaju Pakaja Minantu yang menurut
tradisi harus dihadiri oleh seluruh anggota 26
Y (Perempuan Islam), wawancara oleh Nor
Muslim dalam bahasa Dayak Ngaju, Palangka Raya,
Kamis, 24 Januari 2013.
25 27
YL (Perempuan Kristen konversi ke Islam), ML (Perempuan Islam) dan FA (Perempuan
wawancara oleh Nor Muslim dalam bahasa Banjar, Kristen Protestan), wawancara oleh Nor Muslim dalam
Palangka Raya, Minggu, 3 Pebruari 2013. bahasa Banjar, Palangka Raya, Jum’at, 3 Mei 2013.

76 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 3, 1 (Juni 2018): 67-90
Normuslim Kerukunan Antar Umat BeragamaKeluarga Suku Dayak
Ngaju di Palangka Raya

Sebagaimana keluarga suku Dayak Ngaju ketika kedua orang anaknya R dan HD
lain yang memiliki pluralitas agama, keruku- berpindah agama dari Islam ke Kristen dan
nan antar anggota keluarga yang berbeda kemudian R akan pindah lagi ke agama
agama dalam keluarga AM juga terjalin Katolik, RW selaku orangtua sama sekali
dengan baik, tanpa pernah terjadi konflik. 28 tidak melarang, tidak mempermasalahkannya.
Hal tersebut tampak antara lain pada saat Penghormatan terhadap pelaksanaan ajaran
merayakan Lebaran, Natal dan kebaktian, agama masing-masing tampak pada saat RW
demikian pula gambaran kerukunan antar menikah secara Islam yang dihadiri oleh
umat beragama dalam keluarga MN.29 seluruh keluarga yang beragama Kristen di
Demikian pula kerukunan yang terjadi da- Kantor Urusan Agama, membantu menyiap-
lam keluarga MJ, meskipun antar saudara kan makanan ketika perayaan Natal, tidak
jarang bertemu karena perbedaan tempat menyediakan makanan atau minuman yang
tinggal, namun di saat ada kesempatan diharamkan oleh ajaran Islam, tidak me-
bertemu, keharmonisan dan keakraban antar laksanakan ibadah puasa di rumah keluarga
saudara, keponakan yang berbeda keyakinan, yang beragama Kristen meskipun tinggal seru-
tetap terjalin dengan baik yang tampak pada mah, tetapi dilaksanakan di rumah keluarga
aktivitas saling mengunjungi bukan hanya yang muslim. Hal ini dilakukan RW karena
pada saat merayakan Idul Fitri atau Natal, tidak ingin membebani keluarga yang beraga-
tetapi juga lebih sering di luar momen ma Kristen, sebab jika ia berpuasa di rumah
tersebut, memfasilitasi pelaksanaan ibadah FD yang beragama Kristen, tentu merekapun
untuk yang muslim, dan yang muslim selalu tidak bebas makan dan minum di siang hari
membawa oleh-oleh untuk keluarga yang non pada saat ada anggota keluarga yang melaksa-
muslim. Selain itu kerukunan yang hakiki juga nakan ibadah puasa.31
tampak dalam lingkungan keluarga kakaknya, Sementara itu kerukunan antar anggota
yaitu WI yang tinggal satu rumah dengan keluarga beda agama yang terjadi dalam ke-
anak-anak dan cucu-cucunya yang sebagian luarga MA tampak pada saat akan melakukan
beragama Islam dan sebagian beragama perpindahan agama dengan tidak munculnya
Kristen Protestan.30 konflik, pada acara-acara perkawinan, kema-
Kerukunan antar umat beragama dalam tian, saling mengunjungi saat Natal atau
keluarga RW dan keluarga MA hampir sama Lebaran, membedakan makanan dan minuman
dengan gambaran kerukunan dalam keluarga beserta alat dan tempatnya bagi anggota
ML, AM, MN dan MJ, terutama banyak keluarga yang muslim jika acara tersebut dise-
kemiripan dengan kerukunan dalam keluarga lenggarakan oleh anggota keluarga yang non
ML. Saat RW menyampaikan keinginannya muslim, juga menyediakan fasilitas untuk
untuk menikah dengan seorang pria muslim melaksanakan salat bagi anggota keluarga
dan keputusan untuk memeluk agama Islam yang muslim oleh anggota keluarga yang non
kepada keluarganya yang beragama Kristen, muslim saat yang muslim menginap di
semuanya dapat menyetujui, demikian pula rumahnya.32 Kerukunan antar umat beragama
yang tercipta dalam keluarga AM, MN, MJ,
RW dan MA juga berada pada tingkatan
28
AM (Lelaki Islam), wawancara oleh Nor Muslim
ketiga, yaitu “kerjasama”.
dalam bahasa Banjar, Palangka Raya, Sabtu, 25 Mei
2013.
29
MN (Lelaki Kristen Protestan), wawancara oleh
31
Nor Muslim dalam bahasa Dayak Ngaju, Palangka RW (Perempuan Kristen Protestan konversi ke
Raya, Kamis, 24 Januari 2013. Islam) dan FD (Kristen Protestan), wawancara oleh Nor
30
MJ (Lelaki Islam), wawancara oleh Nor Muslim Muslim dalam bahasa Banjar, Palangka Raya, Senin, 31
dalam bahasa Banjar, Palangka Raya, Selasa, 23 Juli Maret 2014.
32
2013. Juga, WI (Kristen Protestan), wawancara oleh MA (Kristen Protestan), wawancara oleh Nor
Nor Muslim dalam bahasa Dayak Ngaju, Palangka Muslim dalam bahasa Dayak Ngaju, Palangka Raya,
Raya, Sabtu, 30 Agustus 2014. Kamis, 3 April 2014.

Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 3, 1 (Juni 2018): 67-90 77
Normuslim Kerukunan Antar Umat BeragamaKeluarga Suku Dayak
Ngaju di Palangka Raya

Dari sepuluh keluarga diatas, kualifikasi menyatakan diri berpindah agama dari Islam
atau tingkat kerukunannya dapat diidentifikasi ke Kristen Protestan karena ingin melang-
sebagai berikut: 1) Muncul konflik lahir dan sungkan perkawinan dengan pria non muslim
batin karena faktor teologis, kemudian rukun adalah murni disebabkan oleh faktor agama
sebagaimana terjadi pada keluarga AS, sehing- atau keyakinan. Keyakinan keluarga yang
ga kualitas kerukunannya berada pada tingka- menganut agama Islam bahwa Islam merupa-
tan pertama, yaitu toleransi, 2) Sedikit konflik kan satu-satunya agama yang benar, agama
batin karena faktor teologis dan tetap rukun yang diterima di sisi Allah yang mereka terima
sebagaimana terjadi pada keluarga YL, kuali- secara turun temurun melalui pendidikan dan
tas kerukunannya berada pada tingkatan juga lingkungan masyarakat tempat tinggal
kedua, yaitu saling menerima, 3) Tidak pernah yang mayoritas muslim adalah faktor utama
terjadi konflik dan tetap rukun sebagaimana yang menyebabkan terjadinya konflik ketika
terjadi pada keluarga SK, Y, ML, AM, MN, ada anggota keluarga keluar dari Islam dan
MJ, RW dan keluarga MA, kualitas memilih agama lain. Di sini tergambar bahwa
kerukunannya berada pada tingkatan ketiga, keluarga AS yang menganut agama Islam
yaitu “kerjasama”. memiliki sikap beragama yang eksklusif.
Mereka yang muslim tidak mengakui adanya
3. Faktor Penyebab Terciptanya kebenaran pada agama selain Islam. Sedang-
Kerukunan Antar Umat Beragama kan anggota keluarga yang berpindah dari
Keluarga Suku Dayak Ngaju di Islam ke Kristen Protestan (MM) justru
Palangka Raya sesungguhnya masih meyakini Islam dan sama
Faktor-faktor yang melatar belakangi sekali tidak meyakini agama Kristen yang
terciptanya kerukunan antar anggota keluarga sedang dianutnya, bahkan ada keinginan suatu
yang berbeda agama di kalangan suku Dayak saat di waktu yang tepat akan kembali menga-
Ngaju Palangka Raya pada sepuluh keluarga nut agama Islam bersama anak-anaknya. Hal
sebagaimana uraian di bawah ini. ini dapat dimaklumi karena MM sejak kecil
Keluarga AS adalah keluarga yang cukup hidup dalam lingkungan keluarga yang cukup
kuat memegang keyakinan agama meskipun taat dalam menjalankan ajaran agama Islam,
tidak termasuk dalam kategori tokoh agama, dididik dengan pendidikan agama yang
dibesarkan dan dididik di lingkungan keluarga memadai bahkan pernah menempuh pendi-
yang sudah terbiasa menjalankan ajaran Islam, dikan di Madrasah Aliyah sejak kelas satu
bukan saja oleh kedua orangtuanya, tetapi juga hingga tamat. Selama menjadi penganut
oleh pamannya yang memiliki profesi Kristen, MM tidak pernah mempelajari ajaran
sampingan sebagai guru mengaji di kampung- Kristen dan sangat jarang mengikuti kebak-
nya dan kakek neneknya yang sejak kecil tian, sehingga dari aspek keyakinan, MM
menganut agama Islam. Mereka sudah terbiasa sama sekali tidak memiliki permusuhan dan
hidup di lingkungan masyarakat yang mayori- kebencian kepada keluarganya yang muslim.33
tas beragama Islam. Sebagai orang Dayak, ada Di sisi lain, adanya perasaan kekerabatan
nilai-nilai budaya yang diterima dari orangtua (oloh itah) dan ikatan darah (hereditas)
dan diwariskan kembali kepada anak-anak dengan anggota keluarga yang berbeda agama
tentang pentingnya menjaga hubungan baik juga akhirnya bisa membuat konflik menjadi
antar anggota keluarga tertutama yang memili- reda bahkan bisa menciptakan kerukunan
ki pertalian darah, saling membantu, bekerja kembali. Di samping itu filosofi hidup Huma
sama, menghormati dan menghargai satu sama Betang yang mengajarkan hidup
lain yang oleh orang Dayak dikenal dengan
filosofi Huma Betang. Dari fakta-fakta yang
dijelaskan oleh AS dan MM sebelumnya, 33
MM (Perempuan Islam konversi ke Kristen
tergambar bahwa konflik keluarga yang Protestan), wawancara oleh Nor Muslim dalam bahasa
pernah terjadi sebelumnya di saat MM Banjar, Palangka Raya, Selasa, 12 Maret 2013.

78 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 3, 1 (Juni 2018): 67-90
Normuslim Kerukunan Antar Umat BeragamaKeluarga Suku Dayak
Ngaju di Palangka Raya

berdampingan secara damai, saling membantu, hanya caranya yang berbeda antara satu agama
menghormati dan menghargai serta toleran, dengan agama lainnya. Hal ini menggambar-
juga merupakan faktor yang memiliki andil kan bahwa keluarga SK mulai dari kedua
dalam menciptakan kerukunan antar anggota orangtuanya hingga anak-anaknya, memiliki
keluarga berbeda agama dalam keluarga AS sikap beragama yang pluralis, sehingga ber-
setelah sempat terjadi konflik. pindah-pindah agama bagi mereka bukanlah
Hal berbeda terjadi pada keluarga SK, sesuatu yang harus dipersoalkan, yang terpen-
bahwa meskipun dua orang dari dua belas ting harus beragama, apapun agama yang
orang anaknya berpindah agama dari Kristen dianut. Di sisi lain, keluarga SK tampak
Protestan ke Islam, namun hal tersebut sama kurang kuat memegang keyakinan terhadap
sekali tidak menimbulkan konflik atau perpe- agama yang dianut, sehingga tidak ada upaya
cahan keluarga. Kepindahan agama dua orang lebih jauh untuk mendalami ajaran agama
anaknya sama sekali tidak dilarang atau diha- yang dianut, baik Kaharingan, Kristen maupun
langi, justru dipersilahkan oleh SK dan Islam. Kurangnya keyakinan dan pengetahuan
suaminya yang menganut agama Kristen Pro- terhadap agama yang dianut berakibatnya
testan, bahkan ia dan suaminya mendampingi kurangnya pengamalan ajaran agama. Perpin-
secara tulus pernikahan kedua anaknya di dahan atau konversi agama bagi mereka bukan
Kantor Urusan Agama. disebabkan oleh adanya keyakinan terhadap
Terciptanya kerukunan dalam keluarga SK agama yang baru dianut, tetapi lebih disebab-
yang memiliki pluralitas agama disebabkan kan oleh situasi dan kondisi yang dialami pada
oleh beberapa faktor, yaitu ; saat itu. SK pindah agama dari Kaharingan ke
Pertama, latar belakang keyakinan beraga- Kristen karena sejak SD dibaptis secara
ma keluarga. Ayah dan ibunya menikah dalam massal di sekolah oleh seorang Pendeta,
keyakinan yang berbeda, ayahnya menganut sampai saat ini tetap menganut agama Kristen
kepercayaan Kaharingan dan ibunya menganut karena menikah dengan suami yang beragama
agama Kristen Protestan. Hal ini menunjukkan Kristen dan juga saudara-saudaranya yang
bahwa kedua orangtuanya tidak mempersoal- semuanya beragama Kristen34. Salah seorang
kan masalah agama atau keyakinan, demikian anaknya (IR) berpindah agama dari Kristen ke
pula terhadap anak-anaknya, meskipun sejak Islam karena menikah dengan suami yang
lahir ia dan seluruh saudaranya mengikuti beragama Islam. Seorang anaknya yang lain,
keyakinan ayahnya, yaitu Kaharingan, tidak yaitu SN berpindah agama dari Kristen ke
mengikuti keyakinan ibu, karena ibu mereka Islam juga karena menikah dengan suami yang
tidak pernah memperkenalkan ajaran Kristen muslim dan kembali menganut agama Kristen
kepada mereka. Mereka baru mengenal dan setelah suaminya meninggal dunia.35
menganut agama Kristen Protestan setelah Ketiga, SK sejak kecil hingga berusia 10
terjadi Kristenisasi secara massal di sekolah- tahun pernah hidup bersama orangtuanya di
nya. Pelajaran agama Kristen Protestan yang rumah Betang yang di dalamnya tidak lepas
hanya diperoleh di sekolah, tentu saja masih dari aktivitas tolong menolong, bekerja sama,
belum memadai, berakibat pada kurang saling menghargai satu sama lain dan toleran,
mendalamnya keyakinan terhadap agama sehingga tradisi dan filosofi Huma Betang
Kristen Protestan. Dengan demikian keluarga yang nilai-nilainya terus diwariskan kepada
SK tidak bersikap fanatik atau ekstrim
terhadap agama yang mereka anut.
Kedua, adanya keyakinan bahwa semua 34
bentuk sesembahan ditujukan kepada Tuhan SK (Perempuan dulunya penganut Kaharingan
dan sekarang beragama Kristen Protestan), wawancara
yang sama, sehingga semua agama dipandang oleh Nor Muslim dalam bahasa Dayak Ngaju, Palangka
mengajarkan kebaikan agar hidup manusia Raya, Kamis, 24 Januari 2013.
selamat. Tuhan yang disembah atau dituju 35
IR (Perempuan Kristen konversi ke Islam),
oleh semua penganut agama adalah sama, wawancara oleh Nor Muslim dalam bahasa Dayak
Ngaju, Palangka Raya, Kamis, 24 Januari 2013.

Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 3, 1 (Juni 2018): 67-90 79
Normuslim Kerukunan Antar Umat BeragamaKeluarga Suku Dayak
Ngaju di Palangka Raya

generasi berikutnya merupakan faktor yang dan kedua saudarinya yang muslimah mema-
turut menentukan terciptanya kerukunan antar hami dan berupaya menunjukkan aspek fung-
anggota keluarga yang berbeda agama. sional agama Islam dalam kehidupan sosial,
Keempat, ikatan kekerabatan (oloh itah) dalam berinteraksi dengan anggota keluarga
dan pertalian darah (hereditas) dijunjung yang non muslim, tidak menonjolkan aspek
tinggi berada di atas segala perbedaan. Atas ritual. Kemudian nilai-nilai Huma Betang juga
dasar ini pulalah kedua orang anaknya yang turut menentukan dalam menciptakan keru-
beragama Islam senantiasa menjaga hubungan kunan hidup antar anggota keluarga berbeda
baik bahkan harus berbakti kepada orangtua- agama dalam keluarga YL.
nya, sehingga tidak ada alasan untuk mengu- Faktor-faktor penyebab terciptanya keruku-
sik keyakinan orangtuanya. nan dalam keluarga YL juga terdapat dalam
Berbeda dengan dua keluarga di atas, keluarga Y, bahwa kuatnya memegang keya-
kerukunan antar umat beragama pluralitas kinan agama dan sikap beragama yang
agama dalam keluarga YL bukan disebabkan eksklusif namun tidak fanatik ternyata bukan
oleh sikap beragama yang pluralis atau eks- menjadi penghalang bagi terwujudnya keru-
klusif, tetapi kerukunan antar anggota keluar- kunan antara anggota keluarga berbeda agama.
ga berbeda agama dapat tercipta di atas Kekerabatan sesama orang Dayak dan pera-
mendalam dan kuatnya memegang keyakinan saan sedarah atau adanya pertalian keluarga
dan mengamalkan ajaran agama masing- merupakan faktor utama bagi terciptanya
masing yang ditopang oleh sikap beragama kerukunan keluarga pluralitas agama. Selain
yang tidak fanatik. YL memiliki sikap beraga- itu sikap dan perilaku baik berbakti kepada
ma yang eksklusif yang memandang bahwa kedua orangtua dan saling membantu anggota
kebenaran agama hanya terdapat dalam Islam, keluarga lain juga merupakan faktor yang
namun sikap beragama yang eksklusif ini turut menentukan, sehingga dalam pengam-
tidak sampai pada sikap menyalahkan apalagi bilan keputusan-keputusan penting yang
mengusik keyakinan keluarganya yang menyangkut urusan keluarga, justru banyak
beragama Kristen. Demikian pula sikap ang- diserahkan kepada Y yang muslimah.37 Hal ini
gota keluarganya yang beragama Kristen menunjukkan bahwa sebagai seorang musli-
Protestan terhadap agama Islam yang dianut mah, Y memahami dan menunjukkan aspek
YL, tidak pernah menyalahkan. Kekerabatan fungsional agama Islam dalam kehidupan
sesama orang Dayak (oloh itah) dan perasaan sosial, demikian pula anggota keluarganya
adanya pertalian darah antar anggota keluarga yang beragama Kristen Protestan.
(hereditas) merupakan faktor utama yang Selanjutnya kerukunan antar umat
menjadi perekat hubungan kekeluargaan, beragama pluralitas agama dalam keluarga
sehingga satu sama lain dapat saling menjaga ML, faktor penyebab utamanya sama dengan
hubungan baik. Di samping itu, sikap dan keluarga SK, yaitu latar belakang keyakinan
perilaku baik terhadap anggota keluarga lain kakek neneknya yang sejak awal menikah
terutama kepada kedua orangtua yang ditun- sudah memiliki keyakinan berbeda, sehingga
jukkan oleh YL dan saudara-saudara musli- wajar jika kakek dan neneknya tidak pernah
mahnya (LB dan YA), membuat anggota mempersoalkan agama yang dianut anak-
keluarga dan kedua orangtua mereka yang non anaknya. Demikian pula kedua orangtua ML
muslim semakin menyayangi mereka yang yang memiliki keyakinan Kaharingan yang
muslim/muslimah.36 Di sini tampak bahwa YL sesungguhnya bukan agama sebagaimana

wawancara oleh Nor Muslim dalam bahasa Banjar,


36
YL (Perempuan Kristen konversi ke Islam) dan Palangka Raya, Jum’at, 8 Pebruari 2013.
37
LB (Perempuan Islam), wawancara oleh Nor Muslim Y (Perempuan Islam), wawancara oleh Nor
dalam bahasa Banjar, Palangka Raya, Minggu, 3 Muslim dalam bahasa Dayak Ngaju, Palangka Raya,
Pebruari 2013. Serta, YA (Perempuan Islam), Kamis, 24 Januari 2013.

80 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 3, 1 (Juni 2018): 67-90
Normuslim Kerukunan Antar Umat BeragamaKeluarga Suku Dayak
Ngaju di Palangka Raya

agama-agama resmi lainnya yang diakui oleh faktor lain, yaitu budaya kekerabatan dan
pemerintah, tidak mengharuskan anak-anak- perasaan se darah serta filosofi hidup Huma
nya memiliki keyakinan yang sama dengan Betangyang selalu diajarkan orangtua kepada
mereka, anak-anak secara demokratis anak-anak. Ketika anak telah memilih agama
diberikan kebebasan untuk memilih keyakinan tertentu sebagai keyakinan yang berbeda
masing-masing. Hal ini menunjukkan bahwa dengan orangtua, meskipun awalnya orangtua
keluarga ML memiliki sikap beragama yang tidak setuju, namun pilihan tersebut tetap
pluralis, menganggap bahwa semua agama dihargai sebagaimana prinsip demokrasi. Hal
mengajarkan kebaikan dan kebenaran. Hal yang sama juga terjadi pada keluarga MJ.
tersebut tampaknya juga terjadi pada diri ML Kerukunan antar umat beragama dalam
yang secara lahiriah tidak pernah mempersoal- keluarga MN disebabkan oleh adanya sikap
kan kepindahan kedua anak perempuannya ke beragama yang tidak terlalu fanatik atau
agama Kristen Protestan menjelang pernika- ekstrim. Kakek-kakeknya berpindah agama
han mereka, meskipun dalam batinnya kurang dari Kaharingan ke Islam dan Kristen bukan
menyetujui hal tersebut. Apalagi kedua puteri- disebabkan oleh adanya keyakinan terhadap
nya tersebut menikah dengan pria yang agama yang baru dianut (Kristen atau Islam),
sesungguhnya masih memiliki hubungan fami- tetapi hanya semata-mata untuk kepentingan
li dengannya. Di sini tampak bahwa rasa administrasi kependudukan, bagi mereka yang
kekerabatan dan ikatan darah merupakan penting ada agama yang dianut38, sehingga
faktor yang dominan dalam menciptakan keru- dengan demikian keluarga MN memiliki
kunan anggota keluarga berbeda agama. pandangan atau sikap beragama yang pluralis,
Sebagai seorang muslimah, ML selalu menun- meskipun MN sendiri memiliki pandangan
jukkan perilaku baik kepada anggota keluarga agama yang inklusif. Di samping itu filosofi
besarnya meski berbeda agama, demikian Huma Betang yang nilai-nilainya langsung
pula anak-anak perempuannya yang beragama dipraktekkan dan dicontohkan oleh keluarga
Kristen Protestan selalu menunjukkan bakti dalam kehidupan sehari-hari serta eratnya
kepada diri dan suaminya, lebih-lebih anak ikatan kekerabatan antar anggota keluarga
perempuan (FA) yang tinggal serumah de- juga menjadi penyebab terciptanya kerukunan
ngannya. antar umat beragama dalam keluarga.
Kemudian sebagaimana halnya keluarga Sementara itu kerukunan antar anggota
AS, YL dan Y, orangtua AM tergolong keluarga yang berbeda agama dalam keluarga
keluarga yang cukup kuat dan taat memegang RW dan MA, penyebabnya juga adalah
ajaran Kristen Protestan yang tidak mengi- adanya sikap beragama yang tidak ekstrim
nginkan anak-anaknya memiliki keyakinan atau tidak fanatik, sehingga perpindahan
berbeda dengan mereka. Namun setelah agama anggota keluarga sama sekali tidak
mereka mengetahui bahwa kedua orang puteri menimbulkan masalah, apalagi sampai mem-
mereka memeluk agama Islam, ternyata tidak buat hubungan antar anggota keluarga ter-
ada reaksi berarti yang menunjukkan ketidak- ganggu. Di samping itu juga ada pandangan
setujuan, apalagi memusuhi. Kedua orangtua atau sikap beragama yang pluralis yang
mereka tetap menunjukkan sikap baik kepada menganggap bahwa semua agama itu pada
anak-anak yang muslimah, demikian pula hakikatnya menyembah Tuhan yang sama,
anak-anak yang muslimah justru semakin hanya caranya yang berbeda, sehingga bagi
menunjukkan sikap bakti kepada kedua mereka berpindah-pindah agama merupakan
orangtua. Hal ini menunjukkan bahwa keluar- hal biasa yang tidak perlu dipersoalkan.
ga AM memiliki sikap beragama yang Kerukunan tersebut sudah tercipta sebelum
inklusif, kuatnya memegang keyakinan agama
secara ritual bukanlah menjadi faktor penye-
bab terjadinya konflik antar anggota keluarga 38
MN (Lelaki Kristen Protestan), wawancara oleh
berbeda agama. Perekat kerukunan disebabkan Nor Muslim dalam bahasa Dayak Ngaju, Palangka
Raya, Kamis, 24 Januari 2013.

Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 3, 1 (Juni 2018): 67-90 81
Normuslim Kerukunan Antar Umat BeragamaKeluarga Suku Dayak
Ngaju di Palangka Raya

sebagian anggota keluarga berpindah agama, fungsional yang dikembangkan oleh Talcott
dan setelah pindah agamapun hubungan Parsons yang menekankan pada adanya keter-
mereka tidak ada yang berubah. Selain itu tiban dalam kehidupan masyarakat, terjadi
penyebab terjadinya kerukunan adalah karena karena masing-masing anggota keluarga
sering bergotong royong yang sudah menjadi berperan atau memiliki fungsi dalam mencip-
kebiasaan orang Dayak terutama di kampung- takan kerukunan atau keharmonisan sehingga
kampung dalam melaksanakan suatu acara terjadi integrasi sosial dalam keluarga yang
atau hajatan meskipun acara tersebut mengan- berbeda agama.
dung ibadah ritual, sering bertemu dan Bertolak dari teori dan asumsi Parsons
berkumpul akan membuat hubungan kekeluar- tersebut, antar anggota keluarga SK, Y, ML,
gaan semakin erat, lebih-lebih antar sesama AM, MN, MJ, RW dan keluarga MA,
saudara kandung atau yang memiliki pertalian memiliki perasaan saling ketergantungan, ika-
darah. Dalam hal ini filosofi Huma Betang tan kekerabatan atau keterikatan darah antara
tidak diajarkan secara verbal, tetapi langsung satu dengan yang lainnya meskipun berbeda
dipraktekkan dalam kebiasaan hidup bersama agama yang selalu mereka pelihara dalam
dalam satu komunitas atau masyarakat Dayak. rangka menjaga keseimbangan hubungan antar
Dari uraian diatas tergambar bahwa dari anggota keluarga sehingga tercipta kerukunan,
sepuluh keluarga suku Dayak Ngaju pluralitas ditopang oleh suatu sistem filosofi hidup
agama yang menjadi subyek penelitian ini, Huma Betang yang secara nyata dipraktekkan
terdapat satu keluarga yaitu keluarga AS yang sebagai suatu kebiasaan, diwariskan secara
awal kepindahan agama salah seorang anggota turun temurun melalui tradisi, bukan melalui
keluarganya menimbulkan konflik yang cukup verbalitas. Nilai-nilai kebersamaan, demokra-
mendalam, tidak hanya konflik batin karena si, persamaan dan saling menghormati meru-
faktor teologis, tetapi juga konflik lahir dalam pakan sistem nilai yang menjadi perekat
bentuk kekerasan fisik, meskipun kemudian anggota keluarga, dijunjung tinggi di atas
terjadi kerukunan atau keharmonisan hubu- segala perbedaan dan kepentingan.
ngan antar anggota keluarga. Hal yang hampir Kerukunan antar umat beragama dalam
sama terjadi pada keluarga YL, hanya pada delapan keluarga di atas dapat tercipta karena
keluarga YL tidak terjadi konflik fisik, bahkan adanya empat fungsi penting dalam sistem
konflik batin yang sempat muncul di antara sosial sebagaimana dikemukakan oleh Talcott
anggota keluarga yang berbeda agama tidak Parsons dalam teori struktural fungsional,
sampai menimbulkan pertikaian atau permu- yaitu fungsi adaptasi (A=Adaptation), penca-
suhan. Sedangkan pada delapan keluarga paian tujuan (G=Goal attainment ), integrasi
lainnya sama sekali tidak pernah terjadi (I=Integration) dan pemeliharan (L=Laten-
konflik ketika ada perbedaan keyakinan atau cy).39 Masing-masing anggota keluarga pada
agama di antara anggota keluarga. delapan keluarga tersebut saling beradaptasi
Dikaitkan dengan teori-teori sosial, kondisi satu sama lain dengan menggunakan nilai-nilai
yang terjadi pada sepuluh keluarga suku atau norma-norma moral budaya Dayak,
Dayak Ngaju dalam penelitian ini, dapat sehingga terpenuhi rasa aman yang bermula
dianalisis dengan menggunakan ketiga teori pada lingkungan Huma Betang dan kemudian
yang telah diuraikan sebelumnya, yaitu teori menyebar dan meluas ke dalam sistem atau
struktural fungsional, teori konflik dan teori struktur keluarga. Nilai-nilai atau norma moral
interaksionisme simbolik. Kerukunan antar budaya Dayak dimaksud adalah nilai kekera-
umat beragama pada delapan keluarga, yaitu batan (oloh itah), ikatan darah (hereditas)
keluarga SK, Y, ML, AM, MN, MJ, RW dan maupun nilai filosofi Huma Betang. Adaptasi
keluarga MA dan kerukunan antar umat
beragama pada dua keluarga setelah sempat
terjadi konflik, yaitu keluarga AS dan keluarga 39 George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori
YL, dalam pandangan teori struktural Sosiologi Modern, trans. oleh Alimandan (Jakarta:
Kencana, 2008), hlm, 121.

82 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 3, 1 (Juni 2018): 67-90
Normuslim Kerukunan Antar Umat BeragamaKeluarga Suku Dayak
Ngaju di Palangka Raya

atau penyesuaian (adaptation) tersebut keluarga, yaitu keluarga AS dan YL. Dalam
dilakukan oleh masing-masing anggota pandangan teori konflik, kehidupan masyara-
keluarga untuk mencapai suatu tujuan bersama kat selalu ditandai dengan persaingan yang
(goal attainment), yaitu kedamaian dan mengarah pada terjadinya pertentangan,
keharmonisan relasi antar anggota keluarga, meskipun sesungguhnya konflik yang pernah
sehingga antara anggota keluarga yang berbe- terjadi dalam keluarga AS dan YL serta
da agama dapat terintegrasi (integration) delapan keluarga lainnya bukan karena adanya
dalam suatu sistem sosial keluarga dan selan- persaingan, tetapi karena pertentangan atau
jutnya kerukunan, kedamaian serta keharmoni- perbedaan keyakinan/kepercayaan. Konflik
san itu terus dipelihara (latency). Mereka dalam bentuk pertentangan dalam keluarga AS
mempunyai kesepakatan umum atau konsen- dan YL pada akhirnya melahirkan kerukunan
sus (general agreement) dalam bentuk nilai- atau keharmonisan, sebagaimana teori konflik
nilai falsafah Huma Betang dan nilai-nilai menyatakan bahwa apapun keteraturan yang
ikatan kekerabatan (oloh itah) serta perasaan terdapat dalam masyarakat berasal dari
sedarah (hereditas) yang dapat mengatasi pemaksaan terhadap anggotanya oleh mereka
perbedaan agama atau keyakinan di antara yang berada di atas yang menekankan pada
anggota keluarga. Hal yang sama terjadi pada peran kekuasaan dalam mempertahankan
keluarga AS setelah sebelumnya terjadi ketertiban dalam masyarakat.41 Pada kasus
konflik yang sangat mendalam dan juga pada konflik dalam keluarga AS yang sebagian
keluarga YL meskipun konfliknya tidak besar menganut agama Islam dengan seorang
muuncul dalam bentuk kekerasan. anak perempuannya (MM) yang berpindah ke
Namun menurut teori konflik, kerukunan, agama Kristen Protestan, kerukunan atau
ketertiban atau keharmonisan yang terjadi keharmonisan dalam keluarga dapat tercipta
dalam masyarakat, tidak berarti tidak adanya kembali, dalam perspekrif teori konflik bukan
konflik, konflik selalu ada dalam masyarakat, disebabkan oleh adanya konsensus di antara
karena sesungguhnya kerukunan, ketertiban anggota keluarga, tetapi karena adanya
atau keharmonisan yang tercipta dibangun atas pemaksaan (coersion) oleh kelompok yang
dasar pemaksaan oleh sistem atau undang- lebih kuat (dalam hal ini anggota keluarga
undang. Pada sepuluh keluarga di atas pada yang beragama Islam) kepada kelompok yang
dasarnya terjadi konflik, baik tertutup lemah (MM yang beragama Kristen Protestan)
sebagaimana terjadi pada delapan keluarga, atau karena adanya undang-undang, peraturan,
yaitu keluarga SK, Y, ML, AM, MN, MJ, RW nilai atau norma yang menurut perspektif teori
dan keluarga MA, maupun konflik terbuka konflik sesungguhnya adalah sesuatu yang
sebagaimana terjadi pada keluarga AS dan dipaksakan seperti nilai falsafah Huma
YL. Teori konflik sebagaimana definisi yang Betang, nilai falsafah oloh itah, dan nilai
dikemukakan oleh Alo Liliweri menyatakan hereditas (ikatan darah). Ketika pemaksaan
bahwa konflik merupakan bentuk pertenta- dari kelompok atau struktur yang lebih kuat
ngan yang dihasilkan oleh individu atau itu diterima oleh atau tidak adanya perlawanan
kelompok, karena mereka memiliki perbedaan dari kelompok yang lebih lemah, maka itulah
sikap, kepercayaan, nilai atau kebutuhan.40 yang disebut rukun. Demikian pula yang
Perbedaan agama dapat diartikan sebagai terjadi dalam keluarga YL. Keluarganya yang
adanya perbedaan sikap, kepercayaan dan beragama Kristen Protestan merupakan
nilai, sehingga dalam keluarga SK, Y, ML, kelompok yang lebih kuat, sedangkan YL
AM, MN, MJ, RW dan keluarga MA yang beragama islam adalah kelompok yang
sesungguhnya telah terjadi konflik, dan lemah. Hal yang sama dikemukakan oleh
konflik tersebut secara nyata terjadi pada dua Dahrendorf yang menyatakan bahwa teori

40 Liliweri, Prasangka dan Konflik, 249. 41 Ritzer dan Goodman, Teori Sosiologi Modern.

Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 3, 1 (Juni 2018): 67-90 83
Normuslim Kerukunan Antar Umat BeragamaKeluarga Suku Dayak
Ngaju di Palangka Raya

konflik mengkaji konflik-konflik kepentingan non-realistis,45 maka konflik yang terjadi


dan pemaksaan yang mempersatukan masya- dalam keluarga AS dan YL disebut konflik
rakat dalam menghadapi tekanan-tekanan realistis, yaitu konflik yang berasal dari ada-
konflik kepentingan masyarakat.42 Konflik nya tuntutan-tuntutan dari pihak keluarga
yang terjadi dalam keluarga AS dan YL antara supaya tetap pada agama atau keyakinan
anggota keluarga yang muslim dengan yang semula yang tidak dapat dipenuhi oleh anggo-
non muslim setelah salah seorang diantaranya ta keluarga yang berpindah agama. Terkait
berpindah agama, sebagaimana yang dinya- dengan kenyataan tersebut, Dahrendorf
takan Lewis A. Coser,43 memiliki dua fungsi mengaitkan teori konflik dengan teori konsen-
yaitu positif dan negatif. Fungsi negatif sus. Menurutnya konflik dan konsensus adalah
konflik dalam dua keluarga tersebut mengaki- dua fenomena hakiki yang selalu ada dan
batkan perpecahan dan merusak struktur sosial menjadi karakteristik setiap masyarakat. Teori
keluarga terutama dalam keluarga AS hingga konflik mengkaji konflik-konflik kepentingan
terjadi kekerasan fisik. Namun akhirnya dan pemaksaan yang mempersatukan masya-
konflik dalam dua keluarga ini juga memiliki rakat, teori konsensus mengkaji integrasi
fungsi positif yang menyebabkan terjadinya dalam masyarakat. Masyarakat tidak akan ada
penyatuan struktur sosial keluarga karena tanpa kehadiran konflik dan konsensus.46
adanya “katup penyelamat” (savety valve)44 Konflik tidak akan ada tanpa kehadiran
yang dalam keluarga AS katup penyelamat konsensus, dan sebaliknya konsensus tidak
tersebut berbentuk tidak adanya perlawanan akan ada tanpa adanya konflik.
dari MM yang berpindah agama ke Kristen Dengan demikian kerukunan antar anggota
Protestan dan terus menunjukkan sikap baik keluarga AS dan YL setelah sempat terjadi
terhadap keluarga yang muslim. Sedangkan konflik bahkan kerukunan antar umat
dalam keluarga YL, katup penyelamat berben- beragama pada delapan keluarga lainnya yang
tuk saluran komunikasi yang dijalin dengan sama sekali tidak pernah terjadi konflik, dalam
baik sehingga anggota keluarga yang non perspektif teori konflik sesungguhnya tercipta
muslim dapat memahami kepindahan agama karena adanya pemaksaan dari struktur di
YL. Demikian pula pada delapan keluarga atasnya bahwa antar anggota keluarga yang
lainnya, konflik atau pertentangan keyakinan memiliki ikatan darah harus hidup rukun,
tidak muncul ke permukaan, selain adanya meskipun memiliki perbedaan keyakinan.
saluran komunikasi, juga karena adanya katup Demikian pula nilai-nilai falsafah Huma
penyelamat (savety valve) dalam bentuk Betang yang masih dipegang dan dipraktekkan
budaya dan filosofi Huma Betang, budaya dapat dipandang sebagai pemaksaan dari
kekerabatan antar sesama orang Dayak (oloh struktur di atasnya.
itah), perasaan adanya ikatan darah (here- Berdasarkan uraian di atas, hasil penelitian
ditas), serta sikap beragama yang pluralis, terhadap sepuluh keluarga suku Dayak Ngaju
inklusif dan tidak fanatik atau tidak ekstrim. di Palangka Raya ini membuktikan bahwa
Kemudian jika dilihat dari macam atau jenis teori struktural fungsional serta teori konflik,
konflik sebagaimana teori yang dikemukakan menurut pemikiran peneliti memiliki kekuatan
oleh Coser yang membagi konflik dalam dua dan kelemahan sekaligus. Kekuatannya, dalam
macam, yaitu konflik realistis dan konflik masyarakat Dayak ada kerukunan atau kehar-
monisan sejati bisa tercipta tanpa mengandung
atau didahului oleh konflik sebelumnya (jika
konflik diartikan sebagai adanya pertentangan
42 Ralf Dahrendorf, Konflik dan Konflik dalam atau perpecahan), karena masing-masing pihak
Masyarakat Industri, trans. oleh Alimandan (Jakarta:
Rajawali Press, 1986), hlm, 168.
43 Margaret M. Poloma, Sosiologi Komtemporer
(Jakarta: Rajawali Press, 1994), 108. 45 Coser, The Functions of Social Conflict.
46
44 Lewis A. Coser, The Functions of Social Conflict Dahrendorf, Konflik dan Konflik dalam
(New York: The Free Press, 1956), hlm, 41. Masyarakat Industri.

84 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 3, 1 (Juni 2018): 67-90
Normuslim Kerukunan Antar Umat BeragamaKeluarga Suku Dayak
Ngaju di Palangka Raya

dengan penuh kesadaran, tanpa paksaan kakak kandungnya WI yang beragama Kristen
berfungsi membangun kerukunan atau kehar- Protestan. Ketika azan Magrib berkumandang
monisan (teori struktural fungsional). Di sebagai simbol masuknya waktu dan
samping itu ada pula kerukunan yang tercipta panggilan salat bagi umat Islam, keluarga WI
setelah didahului oleh konflik antar anggota langsung mematikan televisi yang sedang
keluarga yang kerukunan tersebut pada menyala, kemudian menyiapkan tempat salat
awalnya dipaksakan (teori konflik). Dari fakta bagi MJ dan isterinya. Pada saat MJ dan isteri-
tersebut dapat dipahami sisi lemahnya kedua nya melakukan salat, isteri WI menggendong
teori tersebut, bahwa tidak semua kerukunan anak MJ yang masih bayi. Perlakuan atau
atau keharmonisan itu tercipta tanpa adanya tindakan keluarga WI yang beragama Kristen
konflik (kelemahan teori struktural fungsional) Protestan sesungguhnya merupakan simbol
dan tidak semua pula kerukunan itu mengan- penghormatan dan penghargaan terhadap
dung atau didahului oleh konflik, serta tidak keluarga MJ setelah simbol pelaksanaan salat
semua kerukunan tercipta karena unsur berkumandang (azan).47 Demikian pula seba-
pemaksaan oleh kelompok yang lebih kuat liknya, di dinding ruang tamu rumah WI
kepada kelompok yang lebih lemah (kelema- terpampang gambar Yesus bersama murid-
han teori konflik). muridnya, dianggap oleh keluarga yang
Selanjutnya dalam pandangan teori muslim sebagai sesuatu yang wajar, tidak
interaksionisme simbolik, kerukunan antar dimaknai secara negatif. Interaksi simbol-
umat beragama yang terjadi pada sepuluh simbol yang memiliki makna tersebut melahir-
keluarga suku Dayak Ngaju di atas, terjadi kan kerukunan dalam keluarga yang berbeda
karena masing-masing pihak yang berbeda agama.
keyakinan/agama dalam satu keluarga mampu Hal yang hampir sama terjadi pada keluarga
menghormati, menghargai, menenggang rasa Y pada saat upacara adat pakaja minantu,
keyakinan pihak lain yang berbeda dengannya, yaitu upacara adat Dayak menyambut kehadi-
setelah yang bersangkutan memahami makna ran menantu yang baru menikah dan diterima
dari simbol-simbol agama yang ditunjukkan sebagai bagian dari anggota baru keluarga.
oleh pihak lain tersebut seperti yang terjadi Sebagai seorang muslimah, Y datang ke tem-
pada keluarga AS, YL, Y, ML, MA, SK dan pat acara dengan menggunakan busana musli-
MJ. Menurut pandangan teori interaksionisme mah (simbol) yang antara lain bermakna tidak
simbolik, dalam melakukan interaksi, perang- boleh mengkonsumsi daging babi dan minu-
kat utama yang digunakan adalah adalah man keras, maka anggota keluarga non
simbol. Melalui simbol, seseorang dapat muslim yang melaksanakan upacara tersebut
melakukan interaksi, baik dengan orang lain sama sekali tidak menyembelih babi dan tidak
maupun dirinya sendiri. Simbol dalam menyediakan baram (minuman keras khas
berinteraksi bisa berupa barang/benda, bahasa Dayak) dalam upacara tersebut. Tidak
maupun isyarat. Mesjid adalah simbol rumah menyembelih babi dan tidak menghidangkan
ibadah bagi umat Islam, gereja adalah simbol baram dalam upacara tersebut merupakan
rumah ibadah bagi umat Kristiani, dan simbol penghormatan dan penghargaan
seterusnya. Demikian pula tulisan Allah dan anggota keluarga yang beragama Kristen
Muhammad dalam huruf Arab, kaligrafi dan Protestan kepada anggota keluarga yang
gambar mesjid yang menempel di tembok beragama Islam. Demikian pula simbol-
rumah adalah simbol bahwa penghuni rumah simbol agama yang ada pada anggota keluarga
tersebut beragama Islam, salib dan gambar lainnya dalam penelitian ini dimaknai dan
Yesus adalah simbol bahwa penghuni rumah
beragama Kristen, dan seterusnya.
Pada keluarga MJ, interaksi simbolik antara
lain terjadi pada saat MJ beserta isteri dan 47
MJ (Lelaki Islam), wawancara oleh Nor Muslim
anaknya yang muslim bertamu ke rumah dalam bahasa Banjar, Palangka Raya, Selasa, 23 Juli
2013.

Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 3, 1 (Juni 2018): 67-90 85
Normuslim Kerukunan Antar Umat BeragamaKeluarga Suku Dayak
Ngaju di Palangka Raya

disikapi dengan simbol pula oleh anggota luar. Mereka menjalani hidup secara tradi-
keluarga lainnya yang berbeda agama. sional, tidak mengenal sentuhan-sentuhan
Uraian di atas dengan jelas menggambar- teknologi modern untuk memenuhi segala
kan bahwa terciptanya kerukunan antar kebutuhan hidupnya, segala kebutuhan harus
anggota keluarga beda agama di kalangan diupayakan sendiri dengan segala keterbatasan
suku Dayak di Palangka Raya disebabkan oleh yang ada. Kebutuhan pokok seperti beras atau
dua faktor, yaitu faktor primer dan faktor singkong, harus ditanam, ikan harus dicari di
sekunder. Faktor primer adalah faktor utama sungai, kebutuhan akan daging harus dicari
yang menyebabkan terciptanya kerukunan dan dengan cara berburu binatang liar seperti babi,
terjadi pada semua keluarga yang dijadikan kijang, menjangan dan burung, sayuran dicari
subyek penelitian, yaitu adanya filosofi hidup di hutan, obat-obatan dibuat sendiri dengan
Huma Betang48 yang dipraktekkan dalam memanfaatkan akar tumbuhan, daun, kulit atau
kehidupan sehari-hari dan kuatnya rasa keke- batang pohon. Demikian pula kebutuhan
rabatan atau ikatan darah (hereditas). Kedua sandang dan papan, semua diolah sendiri
hal ini (filosofi hidup Huma Betang dan dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada
kuatnya rasa kekerabatan dan ikatan darah) di hutan. Di samping itu mereka juga sering
sesungguhnya merupakan adat atau budaya berhadapan dengan binatang-binatang buas di
suku Dayak yang sesungguhnya merupakan hutan seperti macan, beruang, ular dan lain-
nilai-nilai Kaharingan. Artinya adat atau lain serta berhadapan dengan kayau dari
budaya suku Dayak adalah Kaharingan itu komunitas suku Dayak lainnya.
sendiri, keduanya adalah satu, adat adalah Kondisi alam dan kehidupan yang cukup
Kaharingan dan Kaharingan adalah adat. keras tersebut dan rasa senasib sepenang-
Sedangkan faktor sekunder adalah faktor gungan, membuat orang Dayak harus bekerja
penyebab yang turut mendukung terciptanya sama satu sama lain untuk memenuhi kebutu-
kerukunan antar anggota keluarga beda agama han hidup dan mengatasi segala masalah yang
yang terjadi pada sebagian besar keluarga, bisa mengancam kehidupan mereka, sehingga
yaitu sikap beragama yang inklusif ataupun wajar jika kemudian orang-orang Dayak pada
pluralis, serta sikap beragama yang tidak zaman dahulu menganggap penting hidup
ekstrim atau tidak fanatik terhadap agama bersama dalam satu rumah besar dan panjang
yang dianut. yang dapat menampung banyak orang bahkan
Terciptanya kerukunan antar anggota banyak keluarga yang mereka sebut dengan
keluarga pluralitas agama di kalangan suku istilah Huma Betang. Kerukunan hidup antar
Dayak yang disebabkan oleh faktor utama, anggota keluarga dan antar keluarga dalam
dapat dijelaskan sebagai berikut: rumah Betang tidak mungkin bisa terwujud,
jika tidak ada sistem yang mengaturnya yang
a. Filosofi Huma Betang harus ditaati oleh semua penghuni rumah
Orang-orang atau komunitas suku Dayak Betang.
pada awalnya adalah masyarakat yang hidup Meskipun demikian, tidak menutup
di pedalaman, di tepi-tepi sungai, di pegunu- kemungkinan suatu saat nilai-nilai Huma
ngan hutan belantara, jauh dari kota atau dunia Betang itu akan terkikis bahkan hilang di
kalangan suku Dayak yang secara turun temu-
run hidup di perkotaan termasuk di kota
48
Huma Betang adalah sebuah rumah besar dan Palangka Raya, karena nilai-nilai tersebut
panjang dengan sejumlah kamar yang ditempati berhadapan dengan persaingan hidup yang
bersama oleh satu keluarga besar yang melambangkan semakin ketat dan nilai hidup yang umum ada
satu rasa kekerabatan, kebersamaan dan persaudaraan
komunitas masyarakat Dayak melalui kepemimpinan
di perkotaan adalah konsumerisme, hedonis-
kepala suku, yang dikenal dengan istilah Bakas Lewu me, pragmatisme dan egoisme. Saat ini hal
lihat Abubakar HM, “Huma Betang Dan Aktualisasi tersebut sudah mulai dirasakan dalam bidang
Nilai Kearifan Lokal Dalam Budaya Dayak,” Humanika politik dan birokrasi. Di samping itu orang-
1, no. 2 (2016): 259–94.

86 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 3, 1 (Juni 2018): 67-90
Normuslim Kerukunan Antar Umat BeragamaKeluarga Suku Dayak
Ngaju di Palangka Raya

orang Dayak yang hidup di perkotaan tidak Bakabuh (makan dan minum bersama-
lagi hidup dalam rumah Betang, mereka bersama).49
umumnya sudah hidup di tengah komunitas Sedangkan nilai-nilai hidup bermasyarakat
suku-suku lain yang juga memiliki nilai-nilai yang disebut belom bahadat adalah pedoman
hidup sendiri. atau tuntunan bagi orang Dayak dalam menja-
lani kehidupan yang sarat dengan nilai tata
b. Adanya perasaan ikatan kekerabatan krama dan kesopanan, baik terhadap sesama
dan pertalian darah/hereditas manusia maupun terhadap flora dan fauna
Adanya perasaan ikatan kekerabatan dan serta roh-roh gaib.50 Di samping itu, ikatan
pertalian darah ini muncul dari filosofi oloh kekerabatan ini masih terkait dengan nilai-
itah (orang kita) dan nilai-nilai adat Dayak nilai filosofi Huma Betang yang dipraktekkan
yang disebut belom bahadat (hidup berdasar- dalam kehidupan sehari-hari yaitu gotong
kan adat) sebagai bagian atau turunan dari royong dan kebersamaan. Dalam praktek
filosofi Huma Betang. Orang Dayak lain yang gotong royong, timbul rasa kebersamaan, dan
belum dikenal sekalipun akan dianggap dari kebersamaan yang terus menerus
sebagai oloh itah atau bagian dari keluarga dipelihara, muncul perasaan adanya ikatan
jika diketahui asal-usul tempat kelahiran atau persaudaraan, apalagi jika di antara mereka
tempat tinggalnya sama, apakah tinggalnya ada hubungan atau pertalian darah, baik
dahulu sama-sama di Lewu Hai atau sama- vertikal maupun horisontal. Disamping itu
sama di Karak Betang. Jika orang Dayak yang bagi orang Dayak, harkat, martabat atau harga
tidak dikenal saja sudah dianggap sebagai diri keluarga dan suku51 sangat dijunjung
bagian keluarga (oloh itah) asalkan berasal tinggi, dan untuk membela harga diri itu,
dari tempat tinggal atau aliran sungai yang orang Dayak bahkan rela mengorbankan
sama, apalagi jika di antara mereka memiliki nyawanya dengan menggunakan senjata
hubungan pertalian darah, meskipun pada mandau jika ada pihak lain yang dengan
akhirnya menganut agama yang berbeda. Bagi sengaja mengganggu harga diri atau
suku Dayak, ikatan kekerabatan apalagi ada melanggar adat istiadat suku Dayak. Sikap
hubungan darah lebih utama dari pada persaudaraan dan kekeluargaan yang diikat
perbedaan lainnya termasuk perbedaan agama. oleh seperangkat nilai, tata krama dan sikap
Berbeda agama tidak dianggap sebagai sesuatu moral dan spiritual dalam tradisi dan filosofi
yang tabu, tetapi dianggap sebagai hal yang huma betang serta belom bahadat yang
biasa. Orang Dayak yang telah menganut memiliki cakupan nilai yang luas ini, telah
agama tertentu, umumnya memisahkan antara meresap hingga bawah sadar orang Dayak dari
agama dengan adat, mereka masih memegang dulu hingga sekarang52. Seperti tercermin
teguh adat meskipun adat tersebut
bertentangan dengan nilai ajaran agama yang
dianutnya, antara lain mereka masih berkewa-
jiban melaksanakan atau mengikuti upacara 49
Y. Nathan Ilun, Ilustrasi Dan Perwujudan
tiwah kedua orangtuanya yang telah mening- Lambang Batang Garing Dan Dandang Tingang:
gal dunia. Dengan demikian, budaya atau Sebuah Konsepsi Memanusiakan Manusia Dalam
Filsafat Suku Dayak Ngaju, Kalimantan Tengah (Kuala
filosofi oloh itah sebagaimana yang diajarkan Kapuas: t.p., 1990), 34.
oleh adat merupakan faktor yang sangat 50
HM, “Huma Betang Dan Aktualisasi Nilai
menentukan dalam integrasi sosial masyarakat Kearifan Lokal Dalam Budaya Dayak.”
51
Dayak, termasuk di dalamnya kerukunan antar Istilah suku dalam bahasa Dayak Ngaju disebut
umat beragama. Bagi orang Dayak, norma dengan “utus”, sehingga setiap orang Dayak apalagi
menjadi pemimpin di daerahnya, wajib berprinsip
adat yang terindah adalah ikatan persaudaraan, mamangun lewu tuntang manggatang utus (artinya
perdamaian, kerendahan hati, dan pengam- membangun kampung dan mengangkat harkat dan
punan yang diwujudkan dalam suasana pesta martabat suku Dayak).
52
Muhammad dan Abubakar, Falsafah Hidup
Budaya Huma Betang dalam Membangun Kerukunan

Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 3, 1 (Juni 2018): 67-90 87
Normuslim Kerukunan Antar Umat BeragamaKeluarga Suku Dayak
Ngaju di Palangka Raya

dalam tradisi saling membantu dalam keluarga Raya bahkan Kalimantan Tengah secara
yang masih berlangsung hingga saat ini, umum, orang Dayak yang kawin beda agama
sehingga jika ada anggota keluarga lain (suami isteri berbeda agama), maka anak-
mengadakan acara hajatan atau ada yang anaknyapun menganut agama yang beragam,
mengalami kesulitan hidup, maka anggota bahkan bisa berbeda agama dengan kedua
keluarga yang lain dengan tulus membantu orang tuanya, misalnya ayahnya Kaharingan,
dan meringankan beban hidup, meskipun di ibunya Kristen, anaknya ada yang beragama
antaranya ada yang menganut agama berbeda. Kaharingan, ada yang Islam dan ada yang
Tradisi saling membantu, menghargai dan Kristen seperti antara lain terjadi pada
sikap toleran serta integrasi sosial tersebut keluarga SK dan keluarga ML dalam peneli-
tidak hanya terjadi dalam lingkungan keluar- tian ini.
ga, tetapi juga antara satu keluarga dengan Sebaliknya orang Dayak Ngaju yang
keluarga lainnya bahkan lebih luas dalam memiliki sikap beragama yang ekstrim atau
kehidupan bermasyarakat tertutama dalam fanatik (fanatisme) cenderung memandang
masyarakat Dayak. agama hanya pada aspek riual, sehingga
Sedangkan faktor sekunder yang mendu- intoleran terhadap orang lain yang berbeda
kung terciptanya kerukunan antar umat keyakinan dengan dirinya, maka perbedaan
beragama pluralitas agama di kalangan suku agama anggota keluarga akan menimbulkan
Dayak Ngaju adalah adanya sikap beragama konflik, seperti yang terjadi pada keluarga AS
yang tidak ekstrim atau tidak fanatik. Umat dan YL.
beragama yang memiliki sikap tersebut
biasanya memandang agama dari aspek C. SIMPULAN
fungsionalnya, tidak semata-mata dari aspek Dari hasil penelitian dan pembahasan
ritual. Semua agama mengajarkan kebaikan diatas, dapat disimpulkan bahwa secara umum
bagi pemeluknya bukan hanya secara kerukunan antar umat beragamakeluarga suku
individual, tetapi juga kebaikan sosial. Artinya Dayak Ngajudi Palangka Raya memiliki
agama tidak hanya mengajarkan umatnya dinamika yang unik dengan karakteristik
untuk saleh secara individual, tetapi juga saleh tertentu yang tidak dimiliki oleh suku-suku
secara sosial. Sikap beragama yang ekstrim lainnya. Karakteristik tersebut terdapat pada
atau tidak fanatik umumnya inklusif dan faktor-faktor penyebab terciptanya kerukunan.
pluralis dalam beragama. Secara khusus dinamika kerukunan tersebut
Sikap beragama yang demikian (inklusif, dapat dideskripsikan dalam tiga kategori
pluralis dan tidak ekstrim) sesungguhnya bisa sebagai berikut; Pertama, kerukunan antar
terjadi pada semua suku, seseorang yang umat beragama dalam keluarga tercipta
menganggap bahwa dalam agama lain juga dengan baik sehingga para anggotanya berada
terdapat kebenaran dan kebaikan sebagaimana pada tingkatan “kerjasama.” Kedua, keruku-
agama yang dianutnya meskipun tidak pada nan mulai dapat tercipta setelah sempat terjadi
keseluruhan ajaran agama (sikap inklusif), sedikit konflik, sehingga mereka berada pada
biasanya cukup toleran dan dapat hidup rukun tingkatan “saling menerima.” Ketiga, keruku-
terhadap orang lain yang berbeda agama nan tercipta setelah sempat terjadi konflik
dengannya. Sikap beragama yang pluralis bisa yang sangat mendalam, sehingga mereka
menjadikan orang tidak terlalu atau tidak berada pada tingkatan “toleransi”.
mempermasalahkan sama sekali agama yang Kerukunan antar umat beragama keluarga
dianutnya, apalagi agama anggota keluarga suku Dayak Ngaju di Palangka Raya tercipta
yang lain yang berbeda dengan dirinya. Ada disebabkan oleh tiga faktor, yaitu adanya
banyak kasus yang pernah terjadi di Palangka filosofi hidup Huma Betang yang di dalamnya
terdapat nilai-nilai kebersamaan, demokrasi,
persamaan (egaliter), toleransi, tolong meno-
Hidup Umat Beragama di Kota Palangka Raya long dan saling menghormati, kuatnya rasa
Kalimantan Tengah (Malang: Aditya Media, 2010), 65.

88 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 3, 1 (Juni 2018): 67-90
Normuslim Kerukunan Antar Umat BeragamaKeluarga Suku Dayak
Ngaju di Palangka Raya

kekerabatan (oloh itah) yang bersumber dari Liliweri, Alo. Prasangka dan Konflik.
nilai-nilai adat belom bahadat dan pertalian Yogyakarta: LKiS, 2009.
darah (hereditas) serta adanya persepsi atau Muhammad, dan Abubakar. Falsafah Hidup
sikap beragama yang inklusif atau pluralis Budaya Huma Betang dalam Membangun
serta tidak fanatik atau tidak ekstrim dalam Kerukunan Hidup Umat Beragama di Kota
beragama. Faktor pertama (filosofi Huma Palangka Raya Kalimantan Tengah.
Betang) dan faktor kedua (kuatnya rasa Malang: Aditya Media, 2010.
kekerabatan dan pertalian darah) sesungguh- Mujiburrahman. Basis Kultural dan Struktural
nya adalah budaya atau tradisi Kaharingan, Kerukunan“ Makalah Musyawarah FKUB
karena bagi suku Dayak budaya atau tradisi Kalsel dan Musyawarah Umat Beragama
tidak bisa dipisahkan dari Kaharingan itu dengan Pemerintah.” Banjarmasin, 2009.
sendiri. Perwiranegara, Alamsyah Ratu. Pembinaan
Kerukunan Hidup Umat Beragama.
DAFTAR PUSTAKA Jakarta: Departemen Agama, 1982.
B. Miles, Matthew, dan A. Michael Poloma, Margaret M. Sosiologi Komtemporer.
Huberman. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Rajawali Press, 1994.
Diterjemahkan oleh Cecep Rohendi Rohidi. Ritzer, George, dan Douglas J. Goodman.
Jakarta: UI-Press, 1992. Teori Sosiologi Modern. Diterjemahkan
Blumer, Herbert. Symbolic Interactionism: oleh Alimandan. Jakarta: Kencana, 2008.
Perspectives and Method. New York: Shihab, Alwi. Islam Inklusif. Bandung: Mizan,
Prentice Hall, 1966. 1999.
Boase, Roger. Islam and Global Dialogue Tim penyusun. Kamus Besar Bahasa
Religious Pluralism and the Pursuit of Indonesia. Jakarta: Depdiknas dan Balai
Peace. England: Ashgate Publishing Pustaka, 2005.
Limited, 2005. Tim Puslitbang Kehidupan Beragama.
Coser, Lewis A. The Functions of Social Kompilasi Kebijakan dan Peraturan
Conflict. New York: The Free Press, 1956. Perundang-Undangan Kerukunan Umat
Craib, Ian. Teori-Teori Sosial Modern: dari Beragama, edisi Kesepuluh. Jakarta:
Parsons sampai Habermas. Diterjemahkan Puslitbang Kehidupan Keagamaan
oleh Paul S. Baut. Jakarta: CV. Rajawali, Departemen Agama RI, 2018.
1986. Wirawan, I.B. Teori-Teori Sosial dalam Tiga
Dahrendorf, Ralf. Konflik dan Konflik dalam Paradigma Fakta Sosial, Definisi Sosial &
Masyarakat Industri. Diterjemahkan oleh Perilaku Sosial. Jakarta: Kencana Prenada
Alimandan. Jakarta: Rajawali Press, 1986. Media Group, 2012.
Hamidi. Metode Penelitian Kualitatif. Malang:
UMM Press, 2004. WAWANCARA
Haryanto, Sindung. Spektrum Teori Sosial AM (Lelaki Islam). wawancara oleh Nor
dari Klasik Hingga Postmodern. Muslim dalam bahasa Banjar. Palangka
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012. Raya. Sabtu. 25 Mei 2013.
HM, Abubakar. “Huma Betang Dan AS (Lelaki Islam). wawancara oleh Nor
Aktualisasi Nilai Kearifan Lokal Dalam Muslim dalam bahasa Banjar.
Budaya Dayak.” Humanika 1, no. 2 (2016): Palangkaraya. Sabtu. 12 Januari 2013.
259–94. FA (Perempuan Kristen Protestan).
Ilun, Y. Nathan. Ilustrasi Dan Perwujudan wawancara oleh Nor Muslim dalam bahasa
Lambang Batang Garing Dan Dandang Banjar. Palangka Raya. Jum’at. 3 Mei
Tingang: Sebuah Konsepsi Memanusiakan 2013.
Manusia Dalam Filsafat Suku Dayak FD (Kristen Protestan). wawancara oleh Nor
Ngaju, Kalimantan Tengah. Kuala Kapuas: Muslim dalam bahasa Banjar. Palangka
t.p., 1990. Raya. Senin. 31 Maret 2014.

Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 3, 1 (Juni 2018): 67-90 89
Normuslim Kerukunan Antar Umat BeragamaKeluarga Suku Dayak
Ngaju di Palangka Raya

IR (Perempuan Kristen konversi ke Islam). RW (Perempuan Kristen Protestan konversi ke


wawancara oleh Nor Muslim dalam bahasa Islam). wawancara oleh Nor Muslim dalam
Dayak Ngaju. Palangka Raya. Kamis. 24 bahasa Banjar. Palangka Raya. Senin. 31
Januari 2013. Maret 2014.
LB (Perempuan Islam). wawancara oleh Nor SK (Perempuan dulunya penganut Kaharingan
Muslim dalam bahasa Banjar. Palangka dan sekarang beragama Kristen Protestan).
Raya. Minggu. 3 Pebruari 2013. wawancara oleh Nor Muslim dalam bahasa
MA (Kristen Protestan). wawancara oleh Nor Dayak Ngaju. Palangka Raya. Kamis. 24
Muslim dalam bahasa Dayak Ngaju. Januari 2013.
Palangka Raya. Kamis. 3 April 2014. WI (Kristen Protestan). wawancara oleh Nor
MJ (Lelaki Islam). wawancara oleh Nor Muslim dalam bahasa Dayak Ngaju.
Muslim dalam bahasa Banjar. Palangka Palangka Raya. Sabtu. 30 Agustus 2014.
Raya. Selasa. 23 Juli 2013. Y (Perempuan Islam). wawancara oleh Nor
ML (Perempuan Islam). wawancara oleh Nor Muslim dalam bahasa Dayak Ngaju.
Muslim dalam bahasa Banjar. Palangka Palangka Raya. Kamis. 24 Januari 2013.
Raya. Jum’at. 3 Mei 2013. YA (Perempuan Islam). wawancara oleh Nor
MM (Perempuan Islam konversi ke Kristen Muslim dalam bahasa Banjar. Palangka
Protestan). wawancara oleh Nor Muslim Raya. Jum’at. 8 Pebruari 2013.
dalam bahasa Banjar. Palangkaraya. Selasa. YL (Perempuan Kristen konversi ke Islam).
12 Maret 2013. wawancara oleh Nor Muslim dalam bahasa
MN (Lelaki Kristen Protestan). wawancara Banjar. Palangka Raya. Minggu. 3 Pebruari
oleh Nor Muslim dalam bahasa Dayak 2013.
Ngaju. Palangka Raya. Kamis. 24 Januari
2013.

90 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 3, 1 (Juni 2018): 67-90

You might also like