Professional Documents
Culture Documents
Artikel MTs
Artikel MTs
QUR’AN HADITS
Abstract
The research aims to describe forming the religious character of students through learning the Al-
Qur'an Hadith. The results showed: planning includes curriculum, syllabus, learning
implementation plans, structuring the learning environment, subject matter, learning methods and
strategies. All educators and school principals participated in it. Implementation with varied
learning methods and strategies, fun and accepted by students. Its implementation includes
exemplary, habituation, supervision, reward/punishment and consistency. Assessment is carried
out continuously during the learning process and the final assessment is carried out once a week.
The formation of religious character is in accordance with the learning objectives of the Al-Qur'an
Hadith. It can be seen from the orderly attitude, politeness, mutual respect, the habit of saying
greetings and sorry, congregational prayers, dhikr, prayers, discipline in praying before and after
learning, reading the Qur'an every time you enter class. Inhibiting factors are internal factors,
including laziness and lack of confidence. External factors, namely the surrounding environment
and the association of students. The solution is to provide motivation to students who experience
problems.
Keywords: one or more word(s) or phrase(s), that it’s important, spesific, or representative for the
article
<1 spasi>
Abstrak
Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan membentuk karakter religius peserta didik melalui
pembelajaran Al-Qur’an Hadits. Hasil penelitian menunjukkan: perencanaan meliputi kurikulum,
silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, penataan lingkungan belajar, materi pelajaran,
metode dan strategi pembelajaran. Seluruh pendidik dan kepala sekolah ikut serta di dalamnya.
Pelaksanaan dengan metode dan strategi pembelajaran bervariasi, menyenangkan dan diterima
peserta didik. Pelaksanaannya meliputi keteladanan, pembiasaan, pengawasan,
reward/hukuman dan konsisten. Penilaian dilakukan secara terus menerus selama proses
pembelajaran dan penilaian akhir dilakukan seminggu sekali. Pembentukan karakter religius
sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran Al-Qur’an Hadist. Telihat dari sikap tertib, sopan
santun, saling menghormati, terbiasa mengucapkan salam dan maaf, sholat berjama’ah, dzikir,
sholawat, disiplin berdo’a sebelum dan sesudah pembelajaran, membaca Al-Qur’an setiap masuk
kelas. Faktor penghambat adalah faktor internal, meliputi rasa malas dan kurang percaya diri.
Faktor eksternal yaitu lingkungan sekitar dan pergaulan peserta didik. Solusinya adalah dengan
pemberian motivasi kepada peserta didik yang mengalami masalah.
PENDAHULUAN
Bangsa Indonesia berada dalam keadaan krisis moral akibat derasnya pengaruh
globalisasi. Dari kota-kota besar hingga ke daerah-daerah terpencil sudah
Luthfi Akmal, dkk.| 1
Membentuk Karakter Religius Peserta Didik Melalui Pembelajaran Al-Qur’an Hadits ⊥ 2
METODE
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif.
Objek penelitian adalah MTs DDI Al-Furqan Kota Parepare. Sumber data dibagi menjadi
dua bagian, yaitu data primer dan data sekunder. Pada pengumpulan data primer,
peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu metode wawancara,
observasi, dokumentasi. Teknik analisis data penelitian ini meliputi reduksi data (data
reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan (conclution).
Adapun langkah-langkah pengecekan keabsahan data yang dilakukan adalah
perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi dan pengecekan
sejawat. Pada prosedur penelitian meliputi tahap persiapan penelitian, tahap pengadaan
studi pendahuluan, dan tahap mengumpulkan data.
1
H Imansyah, “Membentuk Karakter Religius Siswa Melalui Pembelajaran Al-Qur’an Hadits Di MTs
Negeri 2 Hulu Sungai Tengah,” Jurnal Sagacious 7, no. 1 (2020): 9–18,
https://rumahjurnal.net/sagacious/article/view/969%0Ahttps://rumahjurnal.net/sagacious/article/view/969/619.
Luthfi Akmal, dkk.| 3
Membentuk Karakter Religius Peserta Didik Melalui Pembelajaran Al-Qur’an Hadits ⊥ 4
dan negara. Melalui kegiatan pendidikan yang diikuti atau ditekuni, diharapkan berubah
kemampuan seseorang dari kemampuan yang bersifat potensial menjadi kemampuan
nyata yang diperlukan dalam meningkatkan taraf hidup lahir dan bathin. Pendidikan
membawa perubahan-perubahan dalam diri orang yang menekuninya, seperti
peningkatan pengetahuan, kemampuan, ketrampilan serta adanya perubahan sikap dan
perilaku, sehingga terdapat perbedaan yang jelas antara kemampuan orang yang tidak
berpendidikan dengan yang berpendidikan.
Untuk lebih memperjelas, ada baiknya kita simak sebuah moto yang dipakai oleh
Kementerian Pendidikan Nasional, yang berasal dari buah pemikiran seorang tokoh
pendidikan nasional bangsa kita, Ki Hajar Dewantara, berbunyi "Ing ngarso sung tulodo,
ing madyo mangun karso, tut wuri handayani", yang artinya "Di depan menjadi teladan,
di tengah (bersama anak) membina anak dan memberi semangat, dan di belakang
memberi dorongan (motivasi)".2
2. Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja untuk
mengembangkan karakter yang baik (good character) berlandaskan kebaikan-kebaikan
inti (core virtues) yang secara objektif baik bagi individu maupun masyarakat.
Pendidikan karakter yang dijelaskan dari pihak Kementrian Pendidikan Amerika Serikat
adalah istilah insklusif yang merangkul semua aspek bagaimana sekolah, lembaga-
lembaga sosial terkait, dan orang tua dapat mendukung pengembangan karakter positif
anak-anak dan orang dewasa. Materi karakter meliputi kualitas emosional, intelektual,
dan moral dari seseorang atau sekelompok seperti demonstrasi dari kualitas-
kualitasnya dalam perilaku prososial.3
Penulis berpendapat bahwa pendidikan karakter melingkupi tidak hanya lingkungan
sekolah saja. Ruang lingkup pendidikan karakter selain di sekolah adalah di keluarga,
masyarakat, instansi pemerintah maupun swasta, serta ruang lingkup di luar negeri.
Oleh karena itu, pendidikan karakter merupakan tanggung jawab suatu bangsa pula.
Kementrian Pendidikan Nasional pada tahun 2010 telah merilis tentang nilai-nilai
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Ada 18 nilai karakter yang harus ditanamkan
dalam pendidikan di sekolah dasar. Nilai-nilai karakter itu adalah religius, jujur,
toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat
kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai,
gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
Nilai-nilai karakter adalah pengembangan pribadi peserta didik tentang pola
keyakinan yang terdapat dalam sistem keyakinan suatu masyarakat tentang hal baik
yang harus di lakukan dan hal buruk yang harus di hindari. Sedangkan seseorang
dikatakan berkarakter atau berwatak apabila telah berhasil menyerap nilai keyakinan
2
Abdul Rahmat, “Pengantar Pendidikan Teori, Konsep, Dan Aplikasi,” Journal of Chemical
Information and Modeling, no. 9 (2013): 1689–1699,
https://id.id1lib.org/book/18179945/48cd87.
3
Bayu Purbha Sakti, “Indikator Pengembangan Karakter Siswa Sekolah Dasar,” Magistra Unwidha
Klaten 30, no. 101 (2017): 1, http://journal.unwidha.ac.id/index.php/MAGISTRA/article/view/1/0%0Ahttps://
osf.io/preprints/inarxiv/pucw9/.
4
yang di kehendaki masyarakat serta di gunakan sebagai kekuatan moral dalam
hidupnya. Lickona (1993) berpendapat tentang pengembangan karakter anak yaitu
dengan komponen sebagai berikut: 4
1. Knowing the good (mengetahui yang baik)
2. Desiring the good (menginginkan yang baik)
3. Exampling the good (mencontohkan yang baik)
4. Loving good (menyukai yang baik)
5. Acting the good (melakukan yang baik).
Pendidikan karakter sebenarnya merupakan ide yang sudah lama. Pendidikan
mempunyai dua visi utama yaitu membentuk peserta didik yang memiliki kecerdasan
intelektual serta membentuk peserta didik memiliki karakter yang baik. Pada era Plato,
pendidik sudah menerapkan pendidikan karakter sebagai visi pada sekolah. Pendidikan
karakter diajarkan bersamaan dengan pendidikan intelektual, kesusilaan, dan etika
sopan santun. Dengan adanya hal tersebut mereka mengharapkan terciptanya peserta
didik yang memiliki karakter serta kecerdasan intelektual yang baik.
Kurangnya pemberian pendidikan karakter berdampak pada kemerosotan moral.
Contoh dari kemerosotan moral yang terjadi sekarang ini ialah, seks bebas yang
dianggap lumrah untuk dilakukan, kekerasan semakin marak terjadi di kalangan anak-
anak dan remaja, kebiasaan membully (merundung) kawan, tindak kriminal pencurian,
pemakaian narkoba, pornografi, pemerkosaan, vandalisme, perusakan barang orang
lain. Hal tersebut ialah problematika yang hingga kini tidak bisa diselesaikan secara
komprehensif.
Pendidikan karakter dalam Al-Qur’an memiliki landasan yang tertera pada Q.S An-
Nisa’ ayat 9 yang artinya, “Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang- orang yang
sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa
kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.” Pada Q.S
An-Nisa’ ayat 9, Allah SWT menuntut agar setiap umat tidak meninggalkan generasi
yang lemah, tidak berdaya dan tidak punya kompetensi dalam persaingan hidup. Ayat
tersebut bisa berarti juga memiliki kandungan pesan dari Al-Qur'an bagi semua umat
Islam agar melakukan yang terbaik supaya membuat generasi berikutnya menjadi
generasi yang lebih tangguh dari para pendahulunya.5
Faktor yang paling penting mengembangkan pendidikan karakter ialah dasar yang
digunakan. Makna dari landasan tersebut ialah dasar yang membuat pendidikan
karakter tersebut ada. Agama yang paling sempurna adalah Islam, oleh karena itu semua
hal yang diajarkan Islam mempunyai landasan pemikiran yang jelas, itu juga berlaku
dalam hal ini yaitu pendidikan karakter. Al-Qur’an dan Hadits ialah sumber yang
menjadi dasar dalam pendidikan karakter yang diajarkan Islam.
Akhlak ialah hal utama yang berperan sebagai landasan bagi pendidikan pada
manusia yang bermanfaat dalam bersosialisasi di lingkungan sekitar. Islam memandang
4
Ibid.
5
Yusuf Rendi Wibowo and Nur Hidayat, “Al-Qur’an & Hadits Sebagai Pedoman Pendidikan
Karakter,” Bidayah: Studi Ilmu-Ilmu Keislaman 13, no. 8 (2022): 113–132.
Luthfi Akmal, dkk.| 5
Membentuk Karakter Religius Peserta Didik Melalui Pembelajaran Al-Qur’an Hadits ⊥ 6
akhlak merupakan ketentuan yang tidak boleh di tawar atau bisa disebut bernilai
mutlak. Hal tersebut sesuai dengan fitrah dari manusia yang merupakan khalifah di
bumi, manusia memiliki tugas untuk mengajarkan akhlak yang baik, karena manusia
ialah ciptaan Allah SWT yang derajatnya tertinggi bila dibandingkan dengan makhluk
Allah SWT yang lainnya. Pembeda antara manusia dan makhluk ciptaan Allah yang lain
adalah akhlak, karena dengan tidak adanya akhlak, maka manusia dipastikan kehilangan
predikat sebagai makhluk Allah SWT yang derajatnya tertinggi bila diperbandingkan
terhadap makhluk Allah SWT yang lain. Firman Allah SWT pada surat At-Tin: 4-6 yang
artinya, “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya. Kemudian Kami kembalikan Dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka),
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka
pahala yang tiada putus-putusnya.”
Proses membentuk karakter religius peserta didik dimulai dengan merencanakan
setiap komponen-komponen yang terkait dengan proses pembelajaran Al-Qur’an Hadist
meliputi kurikulum, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, penataan lingkungan
belajar, materi pelajaran, termasuk di dalamnya metode dan strategi pembelajaran
untuk membentuk karakter religius peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Dalam membuat perencanaan seluruh pendidik dan kepala sekolah ikut serta di
dalamnya, hal ini dilakukan agar proses pembentukan karakter peserta didik dapat
berjalan dengan optimal. Secara professional, pendidik masa depan tidak tampil lagi
sebagai pengajar (teacher), seperti fungsinya yang menonjol selama ini, tapi beralih
sebagai pelatih (coach), pembimbing (counselor), dan manajer belajar (learning
manager). Sebagai pelatih, seorang pendidik akan berperan seperti pelatih olahraga. Ia
men- dorong peserta didiknya untuk bekerja keras dan mencapai prestasi setinggi-
tingginya dan membantu peserta didik menghargai nilai belajar dan pengetahuan.
Sebagai pembimbing atau konselor, pendidik akan berperan sebagai sahabat peserta
didik, menjadi teladan dalam pribadi yang mengundang rasa hormat dan keakraban dari
peserta didik. Sebagai manajer belajar, pendidik akan membimbing peserta didiknya
belajar, mengambil prakarsa, dan mengeluarkan ide-ide baik yang dimilikinya. Dengan
ketiga peran pendidik ini, maka diharapkan para peserta didik mampu mengembangkan
potensi diri masing-masing, mengembangkan kreativitas, dan mendorong adanya
penemuan keilmuan dan teknologi yang inovatif sehingga para peserta didik mampu
ber- saing dalam masyarakat global.
dalam membentuk karakter religius maka dalam perencanaannya dibutuhkan
perangkat pelatihan, mencakup silabus, penilaian, penggunaan metode untuk
mempermudah pelakasanaannya. Untuk menerapkan pendidikan karakter, diperlukan
perencanaan dalam setiap kegiatan, terkait dengan tujuan pencapaian pembelajaran. Hal
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan 6, the character education learning should be
done by the teachers from the planning, implementaion, and evaluation. Melalui rencana
pembelajaran, pendidik harus megimplementasikannya ke dalam proses pembelajaran
6
Julaiha, Siti. (2014). Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran. Dinamika Ilmu. Vol. 14
– No. 2 hlm. 226-238.
6
dengan pendekatan dan metode yang bervariatif, agar berhasil membentuk karakter
peserta didik.
Beberapa metode pembinaan karakter, meliputi:
a. Metode praktik dan tidak praktik. Metode langsung artinya penyampaian
dilaksanakan secara praktik yaitu pemberian materi akhlak mulia dari
sumbernya. Adapun, metode tidak praktik yakni penanaman karakter dengan
mengharap peserta didik dapat mengambil hikmahnya.
b. Melalui mata pelajaran tersendiri dan terintegrasi pada setiap mata pelajaran.
Tersendiri contohnya pendidikan Agama. Adapun terintegrasi yaitu setiap mata
pelajaran yang terdapat nilai karakter diintegrasikan pada proses pembelajaran.
c. Melalui kegiatan-kegiatan di luar mata pelajaran, seperti pada pembiasaan dan
pengembangan diri. Seperti kegiatan ekstrakurikuler pada kegiatan IMTAQ,
tadarus Al-Qur'an, dan lainnya.
d. Melalui metode keteladanan. Metode ini sangat efektif. Di sekolah diperankan
kepala sekolah, pendidik, dan karyawan. Sedangkan di rumah oleh orang tua. Dan
di masyarakat oleh para pemimin masyarakat dari berbagai kalangan.
e. Metode nasihat dan perhatian. Pendidik dan orang tua dituntut untuk
membiasakan memberi nasihat dan perhatian khusus pada para peserta didik
dan anak mereka. Cara ini mampu membangkitkan motivasi mereka agar
berkomitmen dengan aturan dan nilai karakter yang diterapkan.
f. Metode reward dan punishment. Reward bisa dilakukan dengan memberian
hadiah dan punishment dengan memberikan hukuman sebagai efek jera atas
pelanggaran aturan yang berlaku.7
Langkah selanjutnya setelah perencanaan yang matang adalah pelaksanaan
pembelajaran, dimana setiap kegiatan yang dilaksanakan bersama peserta didik selalu
memuat pendidikan karakter religius. Pada proses pembelajaran pendidik sangat
berperan untuk menumbuhkan karakter religius peserta didik. Untuk itu, diperlukan
metode dan strategi pembelajaran yang bervariasi agar menyenangkan dan dapat
diterima oleh peserta didik. Pelaksanaannya meliputi keteladanan, pembiasaan,
pengawasan, reward/hukuman dan konsisten. Pembiasaan dilakukan dari awal hingga
akhir proses pembelajaran ketika berada di dalam kelas ketika dalam pengawasan
pendidik mata pelajaran dan didukung dengan kerjasama seluruh pendidik dan kepala
sekolah. Konsistensi dilakukan terhadap setiap kegiatan pembiasaan serta pemberian
reward/hukuman bagi peserta didik yang melaksanakan ataupun melanggar peraturan
yang telah ditetapkan sebelumnya.
strategi pendidikan karakter di lingkungan sekolah dilakukan melalui, 1) regulasi
mengenai pengintegrasian pembelajaran karakter dalam semua mata pelajaran, 2)
meningkatkan kapasitas sekolah sebagai wahana pendidikan karakter melalui pelatihan
pendidik, 3) penyediaan sumber belajar yang berkaitan dengan upaya pengembangan
karakter peserta didik serta, 4) pemberian penghargaan kepada satuan pendidikan yang
telah berhasil mengembangkan budaya karakter. Sedangkan strategi pendidikan
7
Marzuki. (2015). Pendidikan Karakter Islam. Jakarta: Amzah. Mulyasa,
Luthfi Akmal, dkk.| 7
Membentuk Karakter Religius Peserta Didik Melalui Pembelajaran Al-Qur’an Hadits ⊥ 8
PENUTUP
Simpulan
Proses membentuk karakter religius peserta didik dimulai dengan merencanakan setiap
komponen-komponen yang terkait dengan proses pembelajaran Al-Qur’an Hadist meliputi
kurikulum, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, penataan lingkungan belajar, materi
pelajaran, termasuk di dalamnya metode dan strategi pembelajaran untuk membentuk karakter
religius peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dalam membuat perencanaan
seluruh pendidik dan kepala sekolah ikut serta di dalamnya, hal ini dilakukan agar proses
pembentukan karakter peserta didik dapat berjalan dengan optimal.
Setelah perencanaan yang matang maka selanjutnya pelaksanaan pembelajaran, dimana
setiap kegiatan yang dilaksanakan bersama peserta didik selalu memuat pendidikan karakter
religius. Pada proses pembelajaran pendidik sangat berperan untuk menumbuhkan karakter
religius peserta didik. Untuk itu, diperlukan metode dan strategi pembelajaran yang bervariasi
agar menyenangkan dan dapat diterima oleh peserta didik. Pelaksanaannya meliputi
keteladanan, pembiasaan, pengawasan, reward/ hukuman dan konsisten. Pembiasaan
12
Harza, Fakhrian, dkk. (2018). Pengaruh Motivasi Intrinsik, Ekstrinsik dan Komitmen Organisasi
Terhadap Kinerja Karyawan Pada Bank BTN Kantor Cabang Malang. Jurnal Administrasi Bisnis, Vol 22 No. 1.
13
Hamzah. (2009). Teori Motivasi dan Pengukuranya. Jakarta: PT Bumi Aksara.
10
dilakukan dari awal hingga akhir proses pembelajaran ketika berada di dalam kelas ketika
dalam pengawasan pendidik mata pelajaran dan didukung dengan kerjasama seluruh pendidik
dan kepala sekolah. Konsistensi dilakukan terhadap setiap kegiatan pembiasaan serta
pemberian reward/hukuman bagi peserta didik yang melaksanakan ataupun melanggar
peraturan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Untuk mengetahui hasil akhir dari proses pembelajaran maka diperlukan penilaian dari
pendidik tentang keberhasilan proses pembelajaran Al-Qur’an Hadits dalam membentuk
karakter religius peserta didik. Penilaian dilakukan secara terus menerus selama proses
pembelajaran berlangsung dan penilaian akhir dilakukan seminggu sekali. Pembentukan
karakter religius dilaksanakan melalui keteladanan, pembiasaan, pengawasan, reward/
hukuman dan konsisten dapat dikatakan sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran Al-Qur’an
Hadist. Karakter tersebut telihat dari sikap tertib peserta didik, sopan santun dan saling
menghormati, terbiasa mengucapkan salam dan maaf, melaksanakan sholat berjama’ah, dzikir
dan sholawat, disiplin melaksanakan do’a sebelum dan sesudah pembelajaran serta membaca
Al-Qur’an sebelum proses pembelajaran setiap masuk ke kelas.
Adapun yang menjadi faktor penghambat adalah faktor internal yang meliputi rasa
malas dan kurang percaya diri. Serta faktor eksternal yaitu lingkungan sekitar dan pergaulan
peserta didik. Berdasarkan hambatan tersebut maka solusi yang dilakukan oleh pendidik
adalah dengan pemberian motivasi kepada peserta didik yang mengalami masalah. Pemberian
motivasi belajar bertujuan untuk mendorong peserta didik agar mau melakukan aktivitas
sesuai target yang ingin dicapai.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rahmat, “Pengantar Pendidikan Teori, Konsep, Dan Aplikasi,” Journal of Chemical
Information and Modeling, no. 9 (2013): 1689–1699,
https://id.id1lib.org/book/18179945/48cd87.
Bayu Purbha Sakti, “Indikator Pengembangan Karakter Siswa Sekolah Dasar,” Magistra
Unwidha Klaten 30, no. 101 (2017): 1,
http://journal.unwidha.ac.id/index.php/MAGISTRA/article/view/1/0%0Ahttps://osf.io/
preprints/inarxiv/pucw9/.
Hadi, Putra Pratomo & Ariyanto, M. Darojat. (2018). Metode Penanaman Karakter Religius
Pada Peserta didik Kelas VIII MTSN Temon Tahun Pelajaran 2017/2018. SUHUF, Vol.
30, No. 1, Mei 2018.
Harza, Fakhrian, dkk. (2018). Pengaruh Motivasi Intrinsik, Ekstrinsik dan Komitmen
Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada Bank BTN Kantor Cabang Malang. Jurnal
Administrasi Bisnis, Vol 22 No. 1.
Julaiha, Siti. (2014). Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran. Dinamika Ilmu.
Vol. 14 – No. 2.
Rahmat, Abdul. “Pengantar Pendidikan Teori, Konsep, Dan Aplikasi.” Journal of Chemical
Information and Modeling, no. 9 (2013): 1689–1699.
https://id.id1lib.org/book/18179945/48cd87.
Sakti, Bayu Purbha. “Indikator Pengembangan Karakter Siswa Sekolah Dasar.” Magistra
Unwidha Klaten 30, no. 101 (2017): 1.
http://journal.unwidha.ac.id/index.php/MAGISTRA/article/view/1/0%0Ahttps://osf.io/
preprints/inarxiv/pucw9/.
Wijaya, D. (2017). Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa Untuk Sekolah Dan
Perpendidikan Tinggi. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Yusuf Rendi Wibowo, and Nur Hidayat. “Al-Qur’an & Hadits Sebagai Pedoman Pendidikan
Karakter.” Bidayah: Studi Ilmu-Ilmu Keislaman 13, no. 8 (2022).
Zahro, Ifat Fatimah. (2015). Penilaian Dalam Pembelajaran Anak Usia Dini. Tunas Siliwangi:
Jurnal program studi pendidikan pendidik PAUD STKIP Siliwangi. Vol.1 No.1 Oktober
2015. http://ejournal.stkipsiliwangi.ac.id/ index.php/tunas-siliwangi/article/view/95
12