Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 12

MEMBENTUK KARAKTER RELIGIUS PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARAN AL-

QUR’AN HADITS

Luthfi Akmal1), Muzakkir2)


1
Pendidikan Agama Islam
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare.
2
Program Doktor Pendidikan Agama Islam,
Dosen Fakultas Tarbiyah – Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare.
Email: m.luthfiakmal@iainpare.ac.id

Abstract
The research aims to describe forming the religious character of students through learning the Al-
Qur'an Hadith. The results showed: planning includes curriculum, syllabus, learning
implementation plans, structuring the learning environment, subject matter, learning methods and
strategies. All educators and school principals participated in it. Implementation with varied
learning methods and strategies, fun and accepted by students. Its implementation includes
exemplary, habituation, supervision, reward/punishment and consistency. Assessment is carried
out continuously during the learning process and the final assessment is carried out once a week.
The formation of religious character is in accordance with the learning objectives of the Al-Qur'an
Hadith. It can be seen from the orderly attitude, politeness, mutual respect, the habit of saying
greetings and sorry, congregational prayers, dhikr, prayers, discipline in praying before and after
learning, reading the Qur'an every time you enter class. Inhibiting factors are internal factors,
including laziness and lack of confidence. External factors, namely the surrounding environment
and the association of students. The solution is to provide motivation to students who experience
problems.

Keywords: one or more word(s) or phrase(s), that it’s important, spesific, or representative for the
article
<1 spasi>
Abstrak
Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan membentuk karakter religius peserta didik melalui
pembelajaran Al-Qur’an Hadits. Hasil penelitian menunjukkan: perencanaan meliputi kurikulum,
silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, penataan lingkungan belajar, materi pelajaran,
metode dan strategi pembelajaran. Seluruh pendidik dan kepala sekolah ikut serta di dalamnya.
Pelaksanaan dengan metode dan strategi pembelajaran bervariasi, menyenangkan dan diterima
peserta didik. Pelaksanaannya meliputi keteladanan, pembiasaan, pengawasan,
reward/hukuman dan konsisten. Penilaian dilakukan secara terus menerus selama proses
pembelajaran dan penilaian akhir dilakukan seminggu sekali. Pembentukan karakter religius
sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran Al-Qur’an Hadist. Telihat dari sikap tertib, sopan
santun, saling menghormati, terbiasa mengucapkan salam dan maaf, sholat berjama’ah, dzikir,
sholawat, disiplin berdo’a sebelum dan sesudah pembelajaran, membaca Al-Qur’an setiap masuk
kelas. Faktor penghambat adalah faktor internal, meliputi rasa malas dan kurang percaya diri.
Faktor eksternal yaitu lingkungan sekitar dan pergaulan peserta didik. Solusinya adalah dengan
pemberian motivasi kepada peserta didik yang mengalami masalah.

Kata kunci: Character, Religious, Al-Qur'an, Hadith, Education

PENDAHULUAN
Bangsa Indonesia berada dalam keadaan krisis moral akibat derasnya pengaruh
globalisasi. Dari kota-kota besar hingga ke daerah-daerah terpencil sudah
Luthfi Akmal, dkk.| 1
Membentuk Karakter Religius Peserta Didik Melalui Pembelajaran Al-Qur’an Hadits ⊥ 2

terkontaminasi. Perkembangan informasi dan teknologi di era globalisasi begitu cepat,


sehingga penyebarannya di lingkungan masyarakat tentang budaya luar begitu mudah
diterima oleh banyak orang, dari orang dewasa hingga anak-anak. Hal tersebut dapat
membawa dampak negatif bagi karakter anak dalam kehidupan sehari-hari. Karakter
generasi muda sekarang ini banyak mengalami kelunturan yang dahsyat. Berbagai
peristiwa yang merendahkan harkat dan martabat manusia berkembang di masyarakat
bahkan dalam dunia pendidikan yang dilakukan oleh peserta didik, seperti hancurnya
nilai-nilai keislaman, merebaknya kasus bullying, dan meningkatnya kasus amoral.
Berkaitan dengan hal ini, capaian hasil pendidikan masih belum memenuhi tujuan
pendidikan Islam yang diharapkan. Pembelajaran di kelas juga belum mampu
membentuk pribadi lulusan yang mencerminkan karakter muslim yang bernilai.
Pendidikan karakter merupakan bagian dari pendidikan nilai (values education) yang
ditanamkan sejak bangku sekolah. Sebab nantinya sekolah tidak hanya bertanggung
jawab dalam mencetak peserta didik yang unggul dalam ilmu penggetahuan dan
teknologi tetapi juga memiliki pribadi yang berkarakter dan berkepribadian
sebagaimana dituntut dalam tujuan pendidikan nasional. Sebagai bangsa yang
penduduknya mayoritas beragama Islam, kitab suci Al-Qur’an menjadi inspirasi dalam
membangun karakter bangsa.
Pendidikan tidak hanya mentransfer pengetahuan pada anak didik, namun juga
membentukan karakter mereka. Terdapat tiga misi utama pendidikan meliputi transfer
of knowledge, transfer of culture, dan Transfer of Value. Oleh karenanya, pendidikan
disebut sebagai proses transfer nilai dalam membentuk kepribadian dari berbagai aspek
yang diliputinya. Adapun pengajaran diartikan sebagai pengalihan pengetahuan dan
keterampilan untuk mendapatkan keahlian khusus yang ada dalam ruangannya yang
sempit tetapi sangat mendalam. Pendidikan karakter merupakan jalur yang tepat untuk
menerapkan character building, agar menjadi generasi yang berilmu pengetahuan tinggi
berbekal iman dan taqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki akhlak mulia, cakap,
kreatif, mandiri, serta menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Pendidikan sebagai salah satu terobosan yang terpenting pada krisis karakter saat
ini. Dalam hal ini, peran pendidik dalam pendidikan tidak sekedar dituntut mengajar
dibidang ilmu, tetapi juga dibidang keagamaan yang mencerminkan sikap religius, budi
pekerti luhur dan akhlak mulia. Sehingga para peserta didik dapat memahami nilai
agama dengan benar, memiliki akhlak mulia serta menjunjung tinggi karakter religius.
Pendidik memiliki peran yang sangat penting dalam mengajar ilmu pengetahuan
tentang agama serta dalam membina kepribadian peserta didik. Terkait hal ini, pendidik
bukan sekedar memberi pelajaran tentang teori tapi juga perlu membentuk karakter
peserta didik, mencontoh karakter Nabi Muhammad SAW. Selaras dengan firman Allah
pada Q.S. Al-Qalam ayat 4 “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang
agung”.
Efektifitas pembelajaran diperoleh dengan membuat rancangan proses
pembelajaran secara mendetail dan seefisien mungkin. Persiapannya akan memberikan
dukungan untuk mengoptimalkan pembelajaran di kelas dari awal hingga akhir.
Pendidik dituntut untuk menguasai prinsip pembelajaran, memilih dan menggunakan
2
media dan metode strategi atau pendekatan pembelajaran, serta terampil dalam menilai
hasil belajar peserta didik.1
Secara spesifik penelitian ini akan mendeskripsikan bagaimana membentuk
karakter religius peserta didik melalui pembelajaran Al-Qur’an Hadist dengan
menjabarkan proses pembentukan kepribadian peserta didik dalam lingkungan
pendidikan sehingga mampu membawanya menjadi insan yang berkarakter Islami.

METODE
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif.
Objek penelitian adalah MTs DDI Al-Furqan Kota Parepare. Sumber data dibagi menjadi
dua bagian, yaitu data primer dan data sekunder. Pada pengumpulan data primer,
peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu metode wawancara,
observasi, dokumentasi. Teknik analisis data penelitian ini meliputi reduksi data (data
reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan (conclution).
Adapun langkah-langkah pengecekan keabsahan data yang dilakukan adalah
perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi dan pengecekan
sejawat. Pada prosedur penelitian meliputi tahap persiapan penelitian, tahap pengadaan
studi pendahuluan, dan tahap mengumpulkan data.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Pendidikan
Pendidikan dinyatakan secara langsung mendorong perubahan kemampuan
seseorang. Pentingnya pendidikan adalah secara langsung mendorong terjadinya
perubahan kualitas kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor, selanjutnya
peningkatan dalam ketiga macam kawasan tersebut tidak sekedar untuk meningkatkan
belaka, tetapi suatu peningkatan yang hasilnya dapat dipergunakan untuk lebih
meningkatkan taraf hidupnya sebagai pribadi, pekerja/profesional, warga masyarakat
dan warga negara dan makhluk Tuhan. Pendidikan diyakini banyak orang sebagai
proses yang dinamis dalam melahirkan kemampuan manusia. Manusia memiliki potensi
untuk tumbuh dan berkembang sebagai suatu kekuatan yang dinamis dan dapat
mempercepat perkembangannya. Dengan pendidikan manusia dapat memiliki dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa menimbulkan kerusakan bagi
kehidupan manusia.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa pendidikan membawa pengaruh
yang sangat besar terhadap pengembangan hidup setiap individu dan masyarakat
melalui peningkatan kemampuan intelektual kemampuan-kemampuan emosi dalam
menghadapi berbagai hal, serta kemampuan-kemampuan motorik dalam menggiatkan
dan mengkoordinasikan gerakan individu. Pendidikan sangat penting bagi seseorang
dalam kehidupan maupun dalam memacu peningkatan kualitas kehidupan masyarakat.
Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari proses kehidupan, baik berkaitan dengan
kehidupan seseorang, kehidupan keluarga, masyarakat maupun kehidupan suatu bangsa

1
H Imansyah, “Membentuk Karakter Religius Siswa Melalui Pembelajaran Al-Qur’an Hadits Di MTs
Negeri 2 Hulu Sungai Tengah,” Jurnal Sagacious 7, no. 1 (2020): 9–18,
https://rumahjurnal.net/sagacious/article/view/969%0Ahttps://rumahjurnal.net/sagacious/article/view/969/619.
Luthfi Akmal, dkk.| 3
Membentuk Karakter Religius Peserta Didik Melalui Pembelajaran Al-Qur’an Hadits ⊥ 4

dan negara. Melalui kegiatan pendidikan yang diikuti atau ditekuni, diharapkan berubah
kemampuan seseorang dari kemampuan yang bersifat potensial menjadi kemampuan
nyata yang diperlukan dalam meningkatkan taraf hidup lahir dan bathin. Pendidikan
membawa perubahan-perubahan dalam diri orang yang menekuninya, seperti
peningkatan pengetahuan, kemampuan, ketrampilan serta adanya perubahan sikap dan
perilaku, sehingga terdapat perbedaan yang jelas antara kemampuan orang yang tidak
berpendidikan dengan yang berpendidikan.
Untuk lebih memperjelas, ada baiknya kita simak sebuah moto yang dipakai oleh
Kementerian Pendidikan Nasional, yang berasal dari buah pemikiran seorang tokoh
pendidikan nasional bangsa kita, Ki Hajar Dewantara, berbunyi "Ing ngarso sung tulodo,
ing madyo mangun karso, tut wuri handayani", yang artinya "Di depan menjadi teladan,
di tengah (bersama anak) membina anak dan memberi semangat, dan di belakang
memberi dorongan (motivasi)".2

2. Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja untuk
mengembangkan karakter yang baik (good character) berlandaskan kebaikan-kebaikan
inti (core virtues) yang secara objektif baik bagi individu maupun masyarakat.
Pendidikan karakter yang dijelaskan dari pihak Kementrian Pendidikan Amerika Serikat
adalah istilah insklusif yang merangkul semua aspek bagaimana sekolah, lembaga-
lembaga sosial terkait, dan orang tua dapat mendukung pengembangan karakter positif
anak-anak dan orang dewasa. Materi karakter meliputi kualitas emosional, intelektual,
dan moral dari seseorang atau sekelompok seperti demonstrasi dari kualitas-
kualitasnya dalam perilaku prososial.3
Penulis berpendapat bahwa pendidikan karakter melingkupi tidak hanya lingkungan
sekolah saja. Ruang lingkup pendidikan karakter selain di sekolah adalah di keluarga,
masyarakat, instansi pemerintah maupun swasta, serta ruang lingkup di luar negeri.
Oleh karena itu, pendidikan karakter merupakan tanggung jawab suatu bangsa pula.
Kementrian Pendidikan Nasional pada tahun 2010 telah merilis tentang nilai-nilai
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Ada 18 nilai karakter yang harus ditanamkan
dalam pendidikan di sekolah dasar. Nilai-nilai karakter itu adalah religius, jujur,
toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat
kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai,
gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
Nilai-nilai karakter adalah pengembangan pribadi peserta didik tentang pola
keyakinan yang terdapat dalam sistem keyakinan suatu masyarakat tentang hal baik
yang harus di lakukan dan hal buruk yang harus di hindari. Sedangkan seseorang
dikatakan berkarakter atau berwatak apabila telah berhasil menyerap nilai keyakinan

2
Abdul Rahmat, “Pengantar Pendidikan Teori, Konsep, Dan Aplikasi,” Journal of Chemical
Information and Modeling, no. 9 (2013): 1689–1699,
https://id.id1lib.org/book/18179945/48cd87.
3
Bayu Purbha Sakti, “Indikator Pengembangan Karakter Siswa Sekolah Dasar,” Magistra Unwidha
Klaten 30, no. 101 (2017): 1, http://journal.unwidha.ac.id/index.php/MAGISTRA/article/view/1/0%0Ahttps://
osf.io/preprints/inarxiv/pucw9/.
4
yang di kehendaki masyarakat serta di gunakan sebagai kekuatan moral dalam
hidupnya. Lickona (1993) berpendapat tentang pengembangan karakter anak yaitu
dengan komponen sebagai berikut: 4
1. Knowing the good (mengetahui yang baik)
2. Desiring the good (menginginkan yang baik)
3. Exampling the good (mencontohkan yang baik)
4. Loving good (menyukai yang baik)
5. Acting the good (melakukan yang baik).
Pendidikan karakter sebenarnya merupakan ide yang sudah lama. Pendidikan
mempunyai dua visi utama yaitu membentuk peserta didik yang memiliki kecerdasan
intelektual serta membentuk peserta didik memiliki karakter yang baik. Pada era Plato,
pendidik sudah menerapkan pendidikan karakter sebagai visi pada sekolah. Pendidikan
karakter diajarkan bersamaan dengan pendidikan intelektual, kesusilaan, dan etika
sopan santun. Dengan adanya hal tersebut mereka mengharapkan terciptanya peserta
didik yang memiliki karakter serta kecerdasan intelektual yang baik.
Kurangnya pemberian pendidikan karakter berdampak pada kemerosotan moral.
Contoh dari kemerosotan moral yang terjadi sekarang ini ialah, seks bebas yang
dianggap lumrah untuk dilakukan, kekerasan semakin marak terjadi di kalangan anak-
anak dan remaja, kebiasaan membully (merundung) kawan, tindak kriminal pencurian,
pemakaian narkoba, pornografi, pemerkosaan, vandalisme, perusakan barang orang
lain. Hal tersebut ialah problematika yang hingga kini tidak bisa diselesaikan secara
komprehensif.
Pendidikan karakter dalam Al-Qur’an memiliki landasan yang tertera pada Q.S An-
Nisa’ ayat 9 yang artinya, “Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang- orang yang
sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa
kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.” Pada Q.S
An-Nisa’ ayat 9, Allah SWT menuntut agar setiap umat tidak meninggalkan generasi
yang lemah, tidak berdaya dan tidak punya kompetensi dalam persaingan hidup. Ayat
tersebut bisa berarti juga memiliki kandungan pesan dari Al-Qur'an bagi semua umat
Islam agar melakukan yang terbaik supaya membuat generasi berikutnya menjadi
generasi yang lebih tangguh dari para pendahulunya.5
Faktor yang paling penting mengembangkan pendidikan karakter ialah dasar yang
digunakan. Makna dari landasan tersebut ialah dasar yang membuat pendidikan
karakter tersebut ada. Agama yang paling sempurna adalah Islam, oleh karena itu semua
hal yang diajarkan Islam mempunyai landasan pemikiran yang jelas, itu juga berlaku
dalam hal ini yaitu pendidikan karakter. Al-Qur’an dan Hadits ialah sumber yang
menjadi dasar dalam pendidikan karakter yang diajarkan Islam.
Akhlak ialah hal utama yang berperan sebagai landasan bagi pendidikan pada
manusia yang bermanfaat dalam bersosialisasi di lingkungan sekitar. Islam memandang
4
Ibid.
5
Yusuf Rendi Wibowo and Nur Hidayat, “Al-Qur’an & Hadits Sebagai Pedoman Pendidikan
Karakter,” Bidayah: Studi Ilmu-Ilmu Keislaman 13, no. 8 (2022): 113–132.
Luthfi Akmal, dkk.| 5
Membentuk Karakter Religius Peserta Didik Melalui Pembelajaran Al-Qur’an Hadits ⊥ 6

akhlak merupakan ketentuan yang tidak boleh di tawar atau bisa disebut bernilai
mutlak. Hal tersebut sesuai dengan fitrah dari manusia yang merupakan khalifah di
bumi, manusia memiliki tugas untuk mengajarkan akhlak yang baik, karena manusia
ialah ciptaan Allah SWT yang derajatnya tertinggi bila dibandingkan dengan makhluk
Allah SWT yang lainnya. Pembeda antara manusia dan makhluk ciptaan Allah yang lain
adalah akhlak, karena dengan tidak adanya akhlak, maka manusia dipastikan kehilangan
predikat sebagai makhluk Allah SWT yang derajatnya tertinggi bila diperbandingkan
terhadap makhluk Allah SWT yang lain. Firman Allah SWT pada surat At-Tin: 4-6 yang
artinya, “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya. Kemudian Kami kembalikan Dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka),
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka
pahala yang tiada putus-putusnya.”
Proses membentuk karakter religius peserta didik dimulai dengan merencanakan
setiap komponen-komponen yang terkait dengan proses pembelajaran Al-Qur’an Hadist
meliputi kurikulum, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, penataan lingkungan
belajar, materi pelajaran, termasuk di dalamnya metode dan strategi pembelajaran
untuk membentuk karakter religius peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Dalam membuat perencanaan seluruh pendidik dan kepala sekolah ikut serta di
dalamnya, hal ini dilakukan agar proses pembentukan karakter peserta didik dapat
berjalan dengan optimal. Secara professional, pendidik masa depan tidak tampil lagi
sebagai pengajar (teacher), seperti fungsinya yang menonjol selama ini, tapi beralih
sebagai pelatih (coach), pembimbing (counselor), dan manajer belajar (learning
manager). Sebagai pelatih, seorang pendidik akan berperan seperti pelatih olahraga. Ia
men- dorong peserta didiknya untuk bekerja keras dan mencapai prestasi setinggi-
tingginya dan membantu peserta didik menghargai nilai belajar dan pengetahuan.
Sebagai pembimbing atau konselor, pendidik akan berperan sebagai sahabat peserta
didik, menjadi teladan dalam pribadi yang mengundang rasa hormat dan keakraban dari
peserta didik. Sebagai manajer belajar, pendidik akan membimbing peserta didiknya
belajar, mengambil prakarsa, dan mengeluarkan ide-ide baik yang dimilikinya. Dengan
ketiga peran pendidik ini, maka diharapkan para peserta didik mampu mengembangkan
potensi diri masing-masing, mengembangkan kreativitas, dan mendorong adanya
penemuan keilmuan dan teknologi yang inovatif sehingga para peserta didik mampu
ber- saing dalam masyarakat global.
dalam membentuk karakter religius maka dalam perencanaannya dibutuhkan
perangkat pelatihan, mencakup silabus, penilaian, penggunaan metode untuk
mempermudah pelakasanaannya. Untuk menerapkan pendidikan karakter, diperlukan
perencanaan dalam setiap kegiatan, terkait dengan tujuan pencapaian pembelajaran. Hal
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan 6, the character education learning should be
done by the teachers from the planning, implementaion, and evaluation. Melalui rencana
pembelajaran, pendidik harus megimplementasikannya ke dalam proses pembelajaran

6
Julaiha, Siti. (2014). Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran. Dinamika Ilmu. Vol. 14
– No. 2 hlm. 226-238.
6
dengan pendekatan dan metode yang bervariatif, agar berhasil membentuk karakter
peserta didik.
Beberapa metode pembinaan karakter, meliputi:
a. Metode praktik dan tidak praktik. Metode langsung artinya penyampaian
dilaksanakan secara praktik yaitu pemberian materi akhlak mulia dari
sumbernya. Adapun, metode tidak praktik yakni penanaman karakter dengan
mengharap peserta didik dapat mengambil hikmahnya.
b. Melalui mata pelajaran tersendiri dan terintegrasi pada setiap mata pelajaran.
Tersendiri contohnya pendidikan Agama. Adapun terintegrasi yaitu setiap mata
pelajaran yang terdapat nilai karakter diintegrasikan pada proses pembelajaran.
c. Melalui kegiatan-kegiatan di luar mata pelajaran, seperti pada pembiasaan dan
pengembangan diri. Seperti kegiatan ekstrakurikuler pada kegiatan IMTAQ,
tadarus Al-Qur'an, dan lainnya.
d. Melalui metode keteladanan. Metode ini sangat efektif. Di sekolah diperankan
kepala sekolah, pendidik, dan karyawan. Sedangkan di rumah oleh orang tua. Dan
di masyarakat oleh para pemimin masyarakat dari berbagai kalangan.
e. Metode nasihat dan perhatian. Pendidik dan orang tua dituntut untuk
membiasakan memberi nasihat dan perhatian khusus pada para peserta didik
dan anak mereka. Cara ini mampu membangkitkan motivasi mereka agar
berkomitmen dengan aturan dan nilai karakter yang diterapkan.
f. Metode reward dan punishment. Reward bisa dilakukan dengan memberian
hadiah dan punishment dengan memberikan hukuman sebagai efek jera atas
pelanggaran aturan yang berlaku.7
Langkah selanjutnya setelah perencanaan yang matang adalah pelaksanaan
pembelajaran, dimana setiap kegiatan yang dilaksanakan bersama peserta didik selalu
memuat pendidikan karakter religius. Pada proses pembelajaran pendidik sangat
berperan untuk menumbuhkan karakter religius peserta didik. Untuk itu, diperlukan
metode dan strategi pembelajaran yang bervariasi agar menyenangkan dan dapat
diterima oleh peserta didik. Pelaksanaannya meliputi keteladanan, pembiasaan,
pengawasan, reward/hukuman dan konsisten. Pembiasaan dilakukan dari awal hingga
akhir proses pembelajaran ketika berada di dalam kelas ketika dalam pengawasan
pendidik mata pelajaran dan didukung dengan kerjasama seluruh pendidik dan kepala
sekolah. Konsistensi dilakukan terhadap setiap kegiatan pembiasaan serta pemberian
reward/hukuman bagi peserta didik yang melaksanakan ataupun melanggar peraturan
yang telah ditetapkan sebelumnya.
strategi pendidikan karakter di lingkungan sekolah dilakukan melalui, 1) regulasi
mengenai pengintegrasian pembelajaran karakter dalam semua mata pelajaran, 2)
meningkatkan kapasitas sekolah sebagai wahana pendidikan karakter melalui pelatihan
pendidik, 3) penyediaan sumber belajar yang berkaitan dengan upaya pengembangan
karakter peserta didik serta, 4) pemberian penghargaan kepada satuan pendidikan yang
telah berhasil mengembangkan budaya karakter. Sedangkan strategi pendidikan
7
Marzuki. (2015). Pendidikan Karakter Islam. Jakarta: Amzah. Mulyasa,
Luthfi Akmal, dkk.| 7
Membentuk Karakter Religius Peserta Didik Melalui Pembelajaran Al-Qur’an Hadits ⊥ 8

karakter di lingkungan keluarga dilakukan melalui 1) penetapan religius yang


mendorong orang tua dapat berinteraksi dengan sekolah dan lembaga pendidikan
terkait dengan pembangunan karakter, 2) pemberian pelatihan dan penyuluhan
pendidikan karakter, 3) pemberian penghargaan kepada tokoh ataupun orang tua yang
berkomitmen dalam membangun karakter di lingkungan keluarga, 4) peningkatan
komunikasi sekolah dan lembaga pendidikan terkait dengan orang tua.8
Di sekolah, Pendidikan Al-Quran berfungsi sebagai pengenalan, pembiasaan,
pencegahan, dan penanaman nilai-nilai. Sedangkan ruang lingkup pendidikan Al-Quran
adalah menulis, membaca, dan menghafal ayat-ayat pendek dan ayat-ayat pilihan serta
mencontohkan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Quran sekaligus melatih dan
membiasakan membaca Al-Quran kepada peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk mengetahui hasil akhir dari proses pembelajaran maka diperlukan penilaian dari
pendidik tentang keberhasilan proses pembelajaran Al-Qur’an Hadits. Penilaian
dilakukan secara terus menerus selama proses pembelajaran berlangsung dan penilaian
akhir dilakukan seminggu sekali.
proses penilaian adalah komponen yang tidak dapat dipisah dengan proses
pembelajaran yang bersifat holistik, meliputi seluruh aspek perkembangan peserta
didik, yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan. Pendidik dituntut memiliki
pengetahuan dan keterampilan bermacam-macam tentang metode dan teknik penilaian
berdasarkan tujuan dan proses pembelajaran, serta pengalaman belajar yang sudah
ditetapkan. Dalam kegiatannya, berbagai teknik penilaian digunakan secara terintegrasi
pada kegiatan pembelajaran.9
Proses membentuk karakter religius peserta didik dimulai dengan merencanakan
setiap komponen-komponen yang terkait dengan proses pembelajaran Al-Qur’an Hadist
meliputi kurikulum, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, penataan lingkungan
belajar, materi pelajaran, termasuk di dalamnya metode dan strategi pembelajaran
untuk membentuk karakter religius peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Dalam membuat perencanaan seluruh pendidik dan kepala sekolah ikut serta di
dalamnya, hal ini dilakukan agar proses pembentukan karakter peserta didik dapat
berjalan dengan optimal.

3. Karakter Religius Peserta didik


Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran Al-qur’an Hadist yang dilakukan untuk
membentuk karakter religius peserta didik, digunakan beberapa metode dan strategi
pembelajaran yang bervariasi dan menyenangkan serta dapat diterima oleh peserta
didik. Pembentukan karakter religius melalui keteladanan, pembiasaan, pengawasan,
reward/hukuman dan konsisten dapat dikatakan sudah sesuai dengan tujuan
pembelajaran Al-Qur’an Hadist. Karakter tersebut telihat dari sikap tertib peserta didik,
sopan santun dan saling menghormati, terbiasa mengucapkan salam dan maaf,
8
Wijaya, D. (2017). Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa Untuk Sekolah Dan Perpendidikan
Tinggi. Jakarta: Mitra Wacana Media.
9
Zahro, Ifat Fatimah. (2015). Penilaian Dalam Pembelajaran Anak Usia Dini. Tunas Siliwangi: Jurnal
program studi pendidikan pendidik PAUD STKIP Siliwangi. Vol.1 No.1 Oktober 2015.
http://ejournal.stkipsiliwangi.ac.id/ index.php/tunas-siliwangi/article/view/95
8
melaksanakan sholat berjama’ah, dzikir dan sholawat, disiplin melaksanakan do’a
sebelum dan sesudah pembelajaran serta membaca Al- Qur’an sebelum proses
pembelajaran setiap masuk ke kelas. dengan penggunaan metode teladan, arahan,
pemberian motivasi dan dorongan, kontinuitas (sebuah proses pembiasaan dalam
belajar, bersikap, dan berbuat), nasihat, pengulangan serta penanaman karakter religius
oleh Pendidik BK menggunakan metode bimbingan dan arahan, keteladanan, motivasi,
dan nasihat. Penanaman karakter religius pada peserta didik oleh pendidik dapat dilihat
bahwa peserta didik sudah cukup baik memiliki karakter religius walaupun belum
mencapai hasil yang maksimal. Sikap yang sudah dimiliki peserta didik yaitu beriman
kepada Allah dan rosul-Nya berikut seluruh ajaran-Nya, selalu berdzikir kepada Allah,
selalu bershalawat kepada rasulullah SAW, cerdas emosinya, taat pada hukum allah dan
hukum negara, jujur, adil, amanah dan tabligh, toleran dan menghargai pendapat orang
lain.10
Karakter insan yang didasari oleh nilai agama sebagai pondasi utama akan
melahirkan jiwa karakter yang kuat dan menjadi tunas bangsa yang kuat juga.
Pendidikan karakter dalam Islam memiliki tujuan utama yaitu membentuk pribadi yang
beretika, serta berbudaya dan terwujud dalam kehidupan sehari-hari. Adapun karakter
berkaitan erat dengan penilaian baik-buruknya tingkah laku seseorang, yang disadari
oleh bermacam-macam tolak ukur yang dianut masyarakatnya. Karakter terbentuk
melalui perjalanan hidup seseorang. Oleh karena itu, ia dapat berubah, dapat dibangun
sejalan dengan cara ia menilai pengalaman itu.
Pendidikan karakter akan dapat mempengaruhi akhlak mulia peserta didik, apabila
dilaksanakan dengan prinsip-prinsip tertentu dan berkomitmen yang kuat dari seorang
pendidik, serta lingkungan masyarakat yang mendukung dengan baik. Karena itu,
pendidikan karakter harus dilakukan dengan adanya keterlibatan orang tua, pendidik,
kepala sekolah, masyarakat dan lingkungan yang mendukung.11
Setiap melakukan suatu kegiatan, tentu tidak terlepas dari faktor pendukung dan
penghambat. Adapun yang menjadi faktor penghambat adalah faktor internal yang
meliputi rasa malas dan kurang percaya diri. Serta faktor eksternal yaitu lingkungan
sekitar dan pergaulan peserta didik. Berdasarkan hambatan tersebut maka solusi yang
dilakukan oleh pendidik adalah dengan pemberian motivasi kepada peserta didik yang
mengalami masalah. Pemberian motivasi belajar bertujuan untuk mendorong peserta
didik agar mau melakukan aktivitas sesuai target yang ingin dicapai.
Pembentukan karakter religius peserta didik yang mengalami hambatan dapat dicari
solusinya yaitu dengan melalui pembelajaran Al-Qur’an Hadist, sesuai dengan fungsi
dari mata pelajaran Al-Qur’an dan Hadits pada madrasah menurut Permenag (2008),
sebagai berikut: pertama, pengembangan yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
peserta didik dalam meyakini kebenaran ajaran Islam yang telah mulai dilaksanakan
dalam lingkungan keluarga maupun jenjang pendidikan sebelumnya. Kedua, perbaikan
10
Hadi, Putra Pratomo & Ariyanto, M. Darojat. (2018). Metode Penanaman Karakter Religius Pada
Peserta didik Kelas VIII MTSN Temon Tahun Pelajaran 2017/2018. SUHUF, Vol. 30, No. 1, Mei 2018 : 71-87.
11
Raharjo, Sabar B. (2010). Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Menciptakan Akhlak Mulia. Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan. Vol. 16 – No. 3 hlm. 299-238.
Luthfi Akmal, dkk.| 9
Membentuk Karakter Religius Peserta Didik Melalui Pembelajaran Al-Qur’an Hadits ⊥ 10

yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam keyakinan, pemahaman, dan


pengalaman ajaran islam peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga, pencegahan
yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungan atau budaya lain yang dapat
membahayakan diri peserta didik dan menghambat perkembangannya menujumanusia
Indonesia seutuhnya yang beriman dan bertaqwakepada Allah Swt. Dan keempat,
pembiasaan yaitu menjadikan nilai-nilai al-Qur’an dan Hadits sebagai petunjuk dan
pedoman bagi peserta didik dalam kehidupannya sehari-hari.
Adapun dukungan dengan memotivasi peserta didik terbagi menjadi dua, yaitu
motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang
berasal dari dalam diri pesera didik. Lebih jelasnya, Hater & White, dua aspek motivasi
intrinsik yaitu percoeved competence (mengerti akan kemampuan) dan competence
valuation (penilaian kemampuan). Mengerti akan kemampuan adalah efek yang
mengikuti umpan balik motivasi intrinsik, sebelum atau pada saat hasil pekerjaan dari
sebuah tugas, atau sebagai tingkat dari keyakinan seseorang untuk melakukan
pekerjaan yang baik. Sedangkan penilaian kemampuan adalah derajat tingkat aktifitas
individu yang bekerja secara bagus. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah pendorong
kerja yang bersumber dari luar diri pekerja sebagai individu, berupa suatu kondisi yang
mengharuskan melaksanakan pekerjaan secara maksimal.12
Seseorang yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha
mempelajari dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik.
Dalam hal itu tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun
dalam belajar. Sebaliknya apabila seseorang tidak memiliki motivasi un- tuk belajar,
maka dalam belajar tidak akan lama. Dia mudah tergoda untuk mengerjakan hal yang
lain dan bukan belajar. Itu berarti motivasi sangat mempengaruhi terhadap ketahanan
dan ketekunan belajar.13

PENUTUP
Simpulan
Proses membentuk karakter religius peserta didik dimulai dengan merencanakan setiap
komponen-komponen yang terkait dengan proses pembelajaran Al-Qur’an Hadist meliputi
kurikulum, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, penataan lingkungan belajar, materi
pelajaran, termasuk di dalamnya metode dan strategi pembelajaran untuk membentuk karakter
religius peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dalam membuat perencanaan
seluruh pendidik dan kepala sekolah ikut serta di dalamnya, hal ini dilakukan agar proses
pembentukan karakter peserta didik dapat berjalan dengan optimal.
Setelah perencanaan yang matang maka selanjutnya pelaksanaan pembelajaran, dimana
setiap kegiatan yang dilaksanakan bersama peserta didik selalu memuat pendidikan karakter
religius. Pada proses pembelajaran pendidik sangat berperan untuk menumbuhkan karakter
religius peserta didik. Untuk itu, diperlukan metode dan strategi pembelajaran yang bervariasi
agar menyenangkan dan dapat diterima oleh peserta didik. Pelaksanaannya meliputi
keteladanan, pembiasaan, pengawasan, reward/ hukuman dan konsisten. Pembiasaan

12
Harza, Fakhrian, dkk. (2018). Pengaruh Motivasi Intrinsik, Ekstrinsik dan Komitmen Organisasi
Terhadap Kinerja Karyawan Pada Bank BTN Kantor Cabang Malang. Jurnal Administrasi Bisnis, Vol 22 No. 1.
13
Hamzah. (2009). Teori Motivasi dan Pengukuranya. Jakarta: PT Bumi Aksara.
10
dilakukan dari awal hingga akhir proses pembelajaran ketika berada di dalam kelas ketika
dalam pengawasan pendidik mata pelajaran dan didukung dengan kerjasama seluruh pendidik
dan kepala sekolah. Konsistensi dilakukan terhadap setiap kegiatan pembiasaan serta
pemberian reward/hukuman bagi peserta didik yang melaksanakan ataupun melanggar
peraturan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Untuk mengetahui hasil akhir dari proses pembelajaran maka diperlukan penilaian dari
pendidik tentang keberhasilan proses pembelajaran Al-Qur’an Hadits dalam membentuk
karakter religius peserta didik. Penilaian dilakukan secara terus menerus selama proses
pembelajaran berlangsung dan penilaian akhir dilakukan seminggu sekali. Pembentukan
karakter religius dilaksanakan melalui keteladanan, pembiasaan, pengawasan, reward/
hukuman dan konsisten dapat dikatakan sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran Al-Qur’an
Hadist. Karakter tersebut telihat dari sikap tertib peserta didik, sopan santun dan saling
menghormati, terbiasa mengucapkan salam dan maaf, melaksanakan sholat berjama’ah, dzikir
dan sholawat, disiplin melaksanakan do’a sebelum dan sesudah pembelajaran serta membaca
Al-Qur’an sebelum proses pembelajaran setiap masuk ke kelas.
Adapun yang menjadi faktor penghambat adalah faktor internal yang meliputi rasa
malas dan kurang percaya diri. Serta faktor eksternal yaitu lingkungan sekitar dan pergaulan
peserta didik. Berdasarkan hambatan tersebut maka solusi yang dilakukan oleh pendidik
adalah dengan pemberian motivasi kepada peserta didik yang mengalami masalah. Pemberian
motivasi belajar bertujuan untuk mendorong peserta didik agar mau melakukan aktivitas
sesuai target yang ingin dicapai.

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rahmat, “Pengantar Pendidikan Teori, Konsep, Dan Aplikasi,” Journal of Chemical
Information and Modeling, no. 9 (2013): 1689–1699,
https://id.id1lib.org/book/18179945/48cd87.

Bayu Purbha Sakti, “Indikator Pengembangan Karakter Siswa Sekolah Dasar,” Magistra
Unwidha Klaten 30, no. 101 (2017): 1,
http://journal.unwidha.ac.id/index.php/MAGISTRA/article/view/1/0%0Ahttps://osf.io/
preprints/inarxiv/pucw9/.

Hadi, Putra Pratomo & Ariyanto, M. Darojat. (2018). Metode Penanaman Karakter Religius
Pada Peserta didik Kelas VIII MTSN Temon Tahun Pelajaran 2017/2018. SUHUF, Vol.
30, No. 1, Mei 2018.

Hamzah. (2009). Teori Motivasi dan Pengukuranya. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Harza, Fakhrian, dkk. (2018). Pengaruh Motivasi Intrinsik, Ekstrinsik dan Komitmen
Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada Bank BTN Kantor Cabang Malang. Jurnal
Administrasi Bisnis, Vol 22 No. 1.

Luthfi Akmal, dkk.| 11


Membentuk Karakter Religius Peserta Didik Melalui Pembelajaran Al-Qur’an Hadits ⊥ 12

Imansyah, H. “Membentuk Karakter Religius Siswa Melalui Pembelajaran Al-Qur’an Hadits


Di MTs Negeri 2 Hulu Sungai Tengah.” Jurnal Sagacious 7, no.1(2020):9–18.
https://rumahjurnal.net/sagacious/article/view/969%0Ahttps://rumahjurnal.net/
sagacious/article/view/969/619.

Julaiha, Siti. (2014). Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran. Dinamika Ilmu.
Vol. 14 – No. 2.

Marzuki. (2015). Pendidikan Karakter Islam. Jakarta: Amzah. Mulyasa,

Rahmat, Abdul. “Pengantar Pendidikan Teori, Konsep, Dan Aplikasi.” Journal of Chemical
Information and Modeling, no. 9 (2013): 1689–1699.
https://id.id1lib.org/book/18179945/48cd87.

Sakti, Bayu Purbha. “Indikator Pengembangan Karakter Siswa Sekolah Dasar.” Magistra
Unwidha Klaten 30, no. 101 (2017): 1.
http://journal.unwidha.ac.id/index.php/MAGISTRA/article/view/1/0%0Ahttps://osf.io/
preprints/inarxiv/pucw9/.

Wijaya, D. (2017). Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa Untuk Sekolah Dan
Perpendidikan Tinggi. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Yusuf Rendi Wibowo, and Nur Hidayat. “Al-Qur’an & Hadits Sebagai Pedoman Pendidikan
Karakter.” Bidayah: Studi Ilmu-Ilmu Keislaman 13, no. 8 (2022).

Zahro, Ifat Fatimah. (2015). Penilaian Dalam Pembelajaran Anak Usia Dini. Tunas Siliwangi:
Jurnal program studi pendidikan pendidik PAUD STKIP Siliwangi. Vol.1 No.1 Oktober
2015. http://ejournal.stkipsiliwangi.ac.id/ index.php/tunas-siliwangi/article/view/95

12

You might also like