Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Jurnal Kesehatan Indonesia (The Indonesian Journal of Health), Volume XII, Nomor 3, Juli 2023

Implementasi Quality Control (QC) Penggunaaan Alat Point Of Care Testing (POCT) Di
Puskesmas Cempaka Kota Banjarmasin

Implementation of Quality Control (QC) Utilization of Point Of Care Testing (POCT) Tools at
Cempaka Health Center in Banjarmasin City

Yuliana Salman1*, Muhammad Ilham Farihi1, Yudi Yahya1


1
Program Studi Analis Kesehatan, Politeknik Unggulan Kalimantan
*Korespondensi : salmanyuliana86@gmail.com

Abstract
Clinical Laboratory is a health laboratory that carries out clinical specimen examination to
obtain information about individual health, especially to support diagnose disease, and restore
health, therefore quality control (QC) must be applied, especially in utilization of POCT tools.
This research approach uses a qualitative approach with data collection methods through
interviews, observation and documentation. The object of this research was the Cempaka
Public Health Center based on recommendations and permits from the Banjarmasin City
Health Office with the research respondents being the Head of the Clinical Laboratory, the
Laboratory Quality Assurance Team and the Laboratory Assistant. The variable of this
research was the implementation of QC using the POCT tools tool at the pre-analytical,
analytical and post-analytic stages. Based on the results of interviews, observations and
documentation, data was obtained that the Head of the Puskesmas formed an Internal Audit
Team to carry out monitoring and evaluation every 6 months, but the last activity was carried
out in 2019. Aspects audited in Monitoring Evaluation Indicators of the clinical is about SOP
(Standard Operational Procedure) for the implementation of examinations in the laboratory
using the FMEA (Failure, Mode, Effect Analysis) method. The implementation of Quality
Control in the pre-analytical, analytical and post-analytic stages is in accordance with the
applicable policies and SOPs. Monitoring and Evaluation of Clinical Quality Indicators should
be carried out regularly and continuously so that the results of the examination obtained are
guaranteed quality and can be used for determining the right diagnosis.

Keywords : Implementation of QC, Public health Center, POCT tools

Pendahuluan menindaklanjuti dan mendokumentasikan


Laboratorium Klinik adalah pengendalian mutu untuk setiap pemeriksaan
laboratorium kesehatan yang melaksanakan laboratorium (2).
pelayanan pemeriksaan spesimen klinik Pada tahun 1960-an muncul tren baru
untuk mendapatkan informasi tentang dalam pemeriksaan laboratorik klinis menjadi
kesehatan perorangan terutama untuk praktis dan otomatis, yaitu alat Point Of Care
menunjang upaya diagnosis penyakit, dan Testing (POCT). Perkembangan teknologi
memulihkan kesehatan (1). Sebagai fasilitas menghasilkan produk alat pemeriksaan yang
kesehatan tingkat pertama, pelaksanaan mudah digunakan dan cepat terutama untuk
laboratorium harus menjamin hasil pemeriksaan laboratorik di unit gawat darurat
pemeriksaan yang dapat dipercaya, salah (3).
satu upaya yang harus dilakukan adalah POCT menurut College of American
dengan melakukan Quality Control (QC) Pathologist adalah pemeriksaan yang
untuk menjamin hasil pemeriksaan yang baik dilakukan di luar lokasi laboratorium,
dan dapat dipercaya (kendali mutu). menggunakan peralatan yang dapat dibawa
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 dekat dengan pasien untuk mendapatkan
Tahun 2015 Tentang Akreditasi Puskesmas, hasil segera. Teknik pengambilan spesimen
Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri pada dasarnya sama dengan pemeriksaan
Dokter, dan Tempat Praktik Mandiri Dokter laboratoium yang lain. Namun, perlu
Gigi Bab VIII poin 8.1.7 menjelaskan bahwa diperhatikan persiapan pra analitik yang
laboratorium harus melakukan, terkadang tidak diawasi secara baik karena

139
Yuliana Salman, dkk

jauh dari laboratorium pusat dan sering juga sebagai instrumen kunci, teknik
digunakan oleh tenaga dengan latar belakang pengumpulan data dilakukan secara
pendidikan non-laboratorium (4). triangulasi (gabungan), analisa data bersifat
Penjaminan mutu POCT disarankan kualitatif (8). Penelitian ini dilakukan di
dilaksanakan secara resmi oleh orang yang Puskesmas Cempaka Banjarmasin dengan
berkompeten, sebagai pendukung subjek penelitian adalah Kepala
pelaksanaan dan mengurangi resiko Laboratorium Klinik Puskesmas, Tim
kesalahan dalam interpretasi hasil Penjaminan Mutu Laboratorium dan Laboran.
pemeriksaan. Kegiatan penjaminan mutu Variabel dalam dari penelitian ini adalah
(quality assurance) mencakup kegiatan Analisis implementasi Quality Control (QC)
meningkatkan kinerja yang meliputi: pra penggunaan alat Point Of Care Testing
analitik, analitik dan pasca analitik. (5). (POCT) pada tahap pra analitik, analitik dan
Beberapa hal yang harus diperhatikan pasca analitik. Teknik pengumpulan data
dalam pelaksanaan kontrol mutu melalui wawancara dan observasi yang
penggunaan alat POCT yaitu, laksanakan meliputi kegiatan pra analitik, analitik dan
pelatihan penggunaan alat secara pasca analitik (5).
menyeluruh dan terdokumentasi dengan
baik, pembaharuan pelatihan secara berkala Hasil
guna meningkatkan keterampilan pengguna Gambaran Penjaminan Mutu
dan pemeliharaan alat sesuai dengan Laboratorium Klinik Puskesmas Cempaka
rekomendasi manufactur dari alat POCT Berdasarkan hasil observasi dan
tersebut (5). wawancara dengan Penanggungjawab
Alat POCT seringkali digunakan oleh Kefarmasian dan Laboratorium yang juga
perawat atau tenaga kesehatan lain yang tergabung dalam Tim Penjaminan Mutu
tidak mempunyai dasar ilmu pengetahuan Pelayanan Laboratorium di Puskesmas
laboratorium, sehingga mereka tidak Cempaka, diperoleh data bahwa Puskesmas
mengerti pengawasan mutu atas hasil Cempaka telah menerapkan penjaminan
pemeriksaan POCT (3). Berdasarkan hasil mutu sesuai dengan Standar Permenkes
penelitian yang dilakukan oleh Kost GJ No.4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis
menunjukkan bahwa kesalahan dalam Pelayanan Dasar.
menangani penderita 50% disebabkan Sejalan dengan hasil wawancara
karena kesalahan petunjuk (indikasi), 32% dengan Kepala Laboratorium dan Laboran
gagal dalam bertindak karena juga mengatakan bahwa pelaksanaan
ketidaksesuaian dengan hasil pemeriksaan kegiatan audit internal telah dijalankan,
uji dan 55% terjadi kelambatan diagnosis namun selama 2 tahun terakhir tidak berjalan
karena keterlambatan hasil pemeriksaan dengan optimal dikarenakan adanya pandemi
laboratorik (6). covid-19. Kepala Penjaminan Mutu
Hasil pemeriksaan menggunakan mengungkapkan “Pelaksanaan Audit Mutu
POCT dapat mempercepat hasil Internal termasuk di dalamnya Pelayanan
pemeriksaan laboratorik, namun hasil yang Pemeriksaan di Laboratorium sudah ada
salah akan berpengaruh pada kesalahan dilakukan, terakhir di tahun 2019 akhir, nah
penatalaksanaan pasien dan dapat terjadi setelah adanya pandemi konsentrasi kita di
kematian (fatal) (7). Oleh karena itu, perlu Puskesmas ditujukan pada pelayanan
untuk mengetahui implementasi Quality kesehatan yang berkaitan dengan covid-19,
Control penggunaan Alat POCT sebagai vaksin dan lain-lain, jadi tidak sempat lagi
Upaya Jaminan Mutu Hasil Pemeriksaan di melalukan audit internal secara berkala”.
Puskesmas Kota Banjarmasin sehingga Adapun aspek yang di audit pada
penanganan pasien dapat dilakukan dengan Monitoring Evaluasi Indikator Mutu Klinis di
tepat dan cepat. Puskesmas salah satunya adalah tentang
SOP (Standard Operational Procedure)
Metode Penelitian pelaksanaan pemeriksaan di Laboratorium
Jenis penelitian ini menggunakan menggunakan FMEA (Failure, Mode, Effect
pendekatan kualitatif yakni metode penelitian Analysis), yaitu metode yang digunakan
yang digunakan untuk meneliti kondisi obyek untuk mengevaluasi manajemen resiko
yang alamiah, di mana peneliti adalah Pelayanan Pemeriksaan Laboratorium

140
Yuliana Salman, dkk

dengan hasil berupa besaran nilai FMEA. Berdasarkan hasil observasi di


Berdasarkan hasil Monitoring Evaluasi lapangan, kegiatan implementasi QC
Indikator Mutu Klinis untuk indikator berupa penggunaaan Alat Point Of Care Testing
pengulangan pengambilan sampel darah dan (POCT) pada tahap pra analitik ditunjukkan
kegalalan pengambilan sampel darah pada tabel 2 berikut ini.
diperoleh kesimpulan telah mencapai standar Tabel 2 Kegiatan pra analitik alat POCT
yang ditetapkan di Puskesmas. Kegiatan Ya Tidak Keterangan
Dalam upaya penjaminan mutu Penguatan Dilakukan setiap
tanda pengenal akan mengambil
pelayanan pemeriksaan laboratorium, Kepala penderita √ dan memeriksa
Penanggungjawab Kefarmasian dan (konfirmasi sampel
Laboratorium bertanggungjawab terhadap identitas)
kualifikasi tenaga laboratorium dan Kualitas sampel Sampel diambil
ketersediaan sarana dan prasarana √ sesaat sebelum
diperiksa
pendukung implementasi QC penggunaaan Teknik Melaksanakan
alat Point Of Care Testing (POCT). Tenaga phlebotomy pengambilan

laboratorium di Puskesmas Cempaka Kota darah sesuai
Banjarmasin berjumlah 4 orang dengan 3 prosedur
orang berkualifikasi D3 Analis Kesehatan dan Sampel darah Sampel yang
kapiler/vena digunakan
1 orang memiliki kualifikasi Pendidikan √
adalah sampel
jenjang Magister. darah vena

Alat POCT di Puskesmas Cempaka Berdasarkan hasil observasi terhadap


Banjarmasin kegiatan pemjaminan mutu pra analitik
Berdasarkan hasil wawancara dengan terlihat bahwa tenaga laboratorium
Kepala Labroratorium tentang system melakukan tahap pra analitik sesuai dengan
pengadaan alat POCT diperoleh dari SOP yang berlaku. Laboran selalu
anggaran daerah melalui pengajuan proposal memastikan identitas responden yang diuji
pengadaan alat kesehatan sesuai kebutuhan dengan melihat label pada botol sampel
pelayanan pemeriksaan, meskipun tidak sebelum dan sesudah melakukan
semua alat yang diajukan disetujui oleh pemeriksaan dan saat akan mencatat hasil
DinKes Kota Banjarmasin. pemeriksaan. Sebelum pengambilan
Berdasarkan hasil observasi di sampel, laboran juga memperhatikan
Puskesmas Cempaka Banjarmasin, kesiapan pasien yang akan diperiksa
beberapa alat POCT yang digunakan tersaji Hasil wawancara dan observasi
pada tabel 1. dengan Kepala Penanggungjawab
Tabel 1 Alat POCT di Puskesmas Cempaka Kefarmasian dan Laboratorium menuturkan
Banjarmasin berdasarkan hasil Monitoring Evaluasi
Nama alat Jenis Keterangan Indikator Mutu Klinis tahun 2019 dengan
alat
Virocheck POCT Antigen HbSAg
indikator pengulangan pengambilan sampel
HBsAg HbSAg serum plasma dan kegagalan pengambilan sampel
menggunakan card diperoleh persentase masing 2,68% dan
cassette 0,35% dengan kesimpulan memenuhi
Accu check POCT kadar Mengukur kadar standar yang ditetapkan Puskesmas yaitu
gula darah gula darah, sampel
darah vena dengan
sebanyak 5% dan 1 %.
jenis POCT strip
Wondfo POCT Mengukur IgG dan Implementasi QC tahap Analitik
Dengue Dengue IgM dengan serum Berdasarkan hasil observasi, kegiatan
plasma test cassete implementasi QC penggunaaan Alat Point Of
Virocheck HIV POCT HIV Mengukur anti HIV
1/2 dengan sampel
Care Testing (POCT) pada tahap analitik
serum plasma ditunjukkan pada tabel 3 berikut ini
menggunakan test Tabel 3 Kegiatan analitik alat POCT
cassete Kegiatan Ya Tidak Keterangan
Penanganan Sesuai dengan SOP dan
Implementasi QC tahap Pra Analitik alat √ Petunjuk penggunaan
alat

141
Yuliana Salman, dkk

Teknik Teknik analisis dilakukan sesuai dengan SOP dan petunjuk


analisis yang √ dilakukan sesuai SOP alat. Penanganan terhadap hasil abnormal
tepat dan petunjuk alat
Perawatan Alat diletakkan ditempat
juga dilakukan sesuai SOP yang berlaku dan
√ pencatatan hasil pemeriksaan
alat yang sesuai
Kalibrasi alat Kalibrasi alat dilakukan didokumentasikan melalui formulir hasil
untuk alat POCT gula pemeriksaan dengan mengecek kembali
darah (accu check) oleh identitas dan kondisi pasien. Hal ini
vendor, sedangkan alat
√ menunjukkan bahwa adanya prosedur
POCT lainnya mengacu
pada sensitifitas dan konfirmasi dan diskusi ketika ada hasil yang
spesifikasi alat serta abnormal. Selain mekanisme konfirmasi,
masa kadaluarsa produk juga dilakukan prosedur dengan melakukan
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pemeriksaan menggunakan alat yang
kegiatan tahap analitik di Puskesmas berbeda dengan tingkat ketelitian yang lebih
Cempaka Banjarmasin, diperoleh data bahwa tinggi.
pelaksanaan tahap analitik telah sesuai
dengan SOP yang ditetapkan. Pembahasan
Berdasarkarkan hasil observasi dan Gambaran Penjaminan Mutu
wawancara dengan Laboran diperoleh data Laboratorium Klinik Puskesmas Cempaka
bahwa dari 4 alat POCT (Tabel 1) yang Mutu laboratorium klinik meliputi mutu
digunakan di Laboratorium, hanya 1 alat hasil pemeriksaan dan mutu layanan.
yang memerlukan kalibrasi, yaitu Accu Check Laboratorium klinik sebagai bagian dari
(alat POCT gula darah) yang dikalibrasi oleh pelayanan kesehatan mempunyai arti penting
vendor secara berkala. Sedangkan 3 alat dalam diagnostik. Data hasil pemeriksaan
lainnya tidak dikalibrasi secara rutin dan laboratorium merupakan informasi yang
pengendalian mutu fungsi alat/reagen dilihat penting digunakan untuk menegakkan
berdasarkan masa kadaluarsa yang tertera diagnosis oleh klinisi berdasarkan anamnase
pada kemasan. “Kita ada kalibrasi alat tes dan riwayat penyakit pasien. Hasil
gula darah accu check, biasanya vendor yang pemeriksaan yang dikeluarkan oleh
datang sorangan kesini mengecek alat. Kalo laboratorium harus memenuhi standar mutu,
alat lainnya kadeda kalibrasi yang tes HIV, tes agar dapat dipercaya dan memuaskan
DBD dan hepatitis tu, kami patokannya masa pelanggan dengan memperhatikan aspek-
kadaluarsa tes kit yang ada dikemasan”. aspek teknis seperti ketepatan (accuracy)
dan ketelitian (precision) yang tinggi, serta
Implementasi QC tahap Pasca Analitik didokumentasikan dengan baik sehingga
Hasil observasi kegiatan implementasi QC dapat dipertahankan secara ilmiah (9).
penggunaaan Alat Point Of Care Testing Berdasarkan hasil observasi dan
(POCT) tahap pasca analitik tersaji pada wawancara dengan Penanggungjawab
tabel 4 Kefarmasian dan Laboratorium yang juga
Tabel 4 Kegiatan pasca analitik alat POCT tergabung dalam Tim Penjaminan Mutu
Kegiatan Ya Tidak Keterangan Pelayanan Laboratorium di Puskesmas
Interpretasi Interpretasi dilakukan
hasil √ sesuai dengan SOP
Cempaka, diperoleh data bahwa penjaminan
dan petunjuk alat mutu sesuai dengan Standar Permenkes
Perhatian Penanganan No.4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis
terhadap terhadap hasil Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan
hasil √ abnormal dilakukan Minimal Bidang Kesehatan pasal 3 ayat (1)
abnormal sesuai SOP yang
berlaku yaitu Pemerintah Daerah wajib memenuhi
Pencatatan/ Hasil pemeriksaan mutu pelayanan setiap jenis pelayanan dasar
dokumentasi

didokumentasikan pada Standar Pelayanan Minimal (SPM)
hasil melalui formulir hasil bidang Kesehatan dan ayat (2) yaitu Mutu
pemeriksaan
pelayanan setiap jenis pelayanan dasar pada
Dokumentasi Identitas pasien dicek
penderita √ kembali SPM sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
kesesuaiannya ditetapkan dalam standar teknis yang terdiri
atas: (a) Standar jumlah dan kualitas barang
Berdasarkan data pada tabel 4 dan / atau jasa; (b) standar jumlah dan
menunjukkan bahwa interpretasi hasil kualitas personel/sumber daya manusia

142
Yuliana Salman, dkk

kesehatan; dan (c) petunjuk teknis atau tata mempunyai alur penerapan sistem
cara pemenuhan standar (10). penjaminan mutu berdasarkan observasi dan
Dalam menjalankan sistem penjaminan wawancara, yang tersaji pada gambar 4.2
mutu pelayanan, Puskesmas Cempaka

Penjaminan Mutu
Kepala Puskesmas
Puksesmas

Monev Indikator Tim Audit Mutu


Mutu Klinis Internal

Pra Analitik
1. Penerimaan
Pelayanan Pemeriksaan sampel
Laboratorium 2. Persiapan
pasien
3. Persiapan alat
dan reagen

Pelaksanaan Manajemen
Resiko Analitik
SOP
(FMEA) 1. Pengambilan
specimen
2. Pemeriksaan

Pasca Analitik
1. Pencatatan hasil
2. Penyerahan hasil

Gambar 1. Alur Sistem Penjaminan Mutu Laboratorium

Kepala Penanggungjawab Alat POCT di Puskesmas Cempaka


Kefarmasian dan Laboratorium Banjarmasin
bertanggungjawab terhadap ketersediaan Peralatan POCT merupakan alat-alat
sarana dan prasarana pendukung yang mudah dibawa, dioperasikan dan
implementasi QC penggunaaan alat Point diperlihara serta dapat dilakukan oleh
Of Care Testing (POCT) di Puskesmas tenaga kesehatan dengan keterampilan
Cempaka Kota Banjarmasin. Dalam sederhana tetapi dapat memberikan hasil
penelitiannya, Wicaksono (11) mengatakan hampir sesuai dengan laboratorium dengan
bahwa ketiadaan SOP untuk menentukan tenaga laboratorium berketerampilan tinggi.
spesifikasi kualitas, serta ketiadaan SOP Meskipun alat POCT diperuntukan untuk
mengenai jenis dan level bahan kontrol pemeriksaan yang dilakukan di luar
yang digunakan, serta penangan kejadian laboratorium dan dilakukan di dekat pasien,
Out-of-Control dapat menjadi indikasi namun saat ini alat POCT juga digunakan di
bahwa laboratorium masih belum sadar laboratorium kesehatan sebagai salah satu
akan pentingnya menjaga kualitas hasil alat pemeriksaan awal dengan tujuan
laboratorium dengan melakukan QC. mempercepat hasil pemeriksaan agar dapat
ditindaklanjuti dengan cepat dan tepat.
Sasaran utama dalam penggunaan POCT

143
Yuliana Salman, dkk

adalah masyarakat yang berada di meliputi deteksi antibodi HIV-1, HIV-2


perbatasan, jauh dari pelayanan kesehatan, dan subtipe O dalam darah, serum,
maupun dalam keadaan (7). plasma oleh protein immunodominant.
Berdasarkan tabel 1, alat POCT yang Adanya antibodi positif dapat dibaca
digunakan di Puskesmas Cempaka dengan terbentuknya garis kemerahan
Banjarmasin menggunakan metode card pada membrane (region T). Garis
test cassette dan strip test dengan prinsip kontrol tambahan diletakkan pada
imunokromatografi. Prinsip dari membran (region C) untuk memeriksa
pemeriksaan imunokromatografi adalah reaktivitas kit. HIV 1 / 2 Antibodi Rapid
apabila terdapat antibodi tertentu pada Test mempunyai sensitifitas > 99,9%
serum atau plasma akan bereaksi dengan dan spesifisitas > 99,9% (15).
antigen spesifik yang diuji terkonjugasi pada
daerah tes, sehingga membentuk garis Implementasi QC tahap Pra Analitik
berwarna merah yang menandakan adanya Penanggungjawab laboratorium klinik
reaksi antigen – antibodi secara kompleks. harus menjamin bahwa pemeriksaan yang
Sampel yang digunakan dalam pengujian dilakukan valid dan dapat digunakan oleh
menggunakan alat POCT biasanya berupa klinisi dalam mengambil keputusan. Hasil
Whole blood (darah lengkap), serum atau pemeriksaan yang bermutu dapat tercapai
plasma. jika setiap tahap pemeriksaan laboratorium
1. Virocheck HBsAg dikendalikan dan dikontrol (16,17). Salah
Virocheck HBsAg merupakan alat tes satu tahapan pengendalian untuk
cepat imunokromatografi untuk pemantapan mutu internal adalah tahap pra
mendeteksi antigen permukaan virus analitik (Tabel 2).
hepatitis B (HBsAg). Alat ini memiliki Berdasarkan hasil observasi terlihat
sensitifitas 100% dan spesifisitas 100% bahwa tenaga laboratorium melakukan
karena menggunakan antibody spesifik tahap pra analitik sesuai dengan SOP yang
terhadap HBsAg yang dilapiskan pada berlaku. Hal tersebut sesuai dengan
membran (12). ketentuan Good Laboratory Practice yang
2. Accu check menyebutkan bahwa pemberian identitas
Accu Chek Guide adalah alat cek kadar pasien dan atau specimen merupakan hal
gula darah yang simple dan efisien. yang penting, baik pada saat pengisian
Kadar gula darah di dalam tubuh dapat surat pengantar hingga pengisian wadah
menunjukkan kondisi kesehatan specimen (18).
seseorang (13). Sebelum pengambilan sampel,
3. Wondfo Dengue laboran juga memperhatikan kesiapan
Wondfo Dengue NS 1 adalah alat pasien yang akan diperiksa. Untuk
pemeriksaan nonstruktural 1 antigen pemeriksaan tertentu pasien harus puasa
yang mendeteksi bagian tubuh virus selama 8-12 jam sebelum diambil darah dan
dengue. Pemeriksaan ini efektif pengambilan sampel dilakukan pada pagi
dilakukan saat pasien mengalami hari. Hal ini sesuai dengan WHO (18)
demam hari ke-0 sampai hari ke -4. bahwa pengambilan specimen sebaiknya
Sampel dapat berupa serum, plasma dilakukan pagi hari antara pukul 07.00 –
maupun whole blood dengan spesifitas 09.00 terutama untuk pemeriksaan kimia
100% dan sensifitas 99% serta hasil klinik, hematologi dan imunologi, karena
dapat ditunggu 5 - 15 menit. Perawatan umumnya nilai normal ditetapkan pada
alat dengan cara menyimpan alat pada keadaan basal.
suhu 2 oC - 30 oC. Alat ini Berdasarkan hasil Monitoring
menggunakan metode card test Evaluasi Indikator Mutu Klinis tahun 2019 di
cassette (14). Puskesmas Cempaka dengan indikator
4. Virocheck HIV ½ adalah alat rapid pengulangan pengambilan sampel dan
test/tes cepat Tes cepat kualitatif untuk kegagalan pengambilan sampel diperoleh
deteksi antibodi spesifik terhadap virus persentase masing 2,68% dan 0,35%
HIV tipe 1 dan HIV tipe 2 dalam darah, dengan kesimpulan memenuhi standar
serum, atau plasma manusia dengan yang ditetapkan Puskesmas yaitu sebanyak
metode immunokromatografi ini 5% dan 1 %. Hal itu sesuai dengan teori

144
Yuliana Salman, dkk

yang dikemukakan Siregar (9) bahwa pemeriksaan juga dapat berbahaya bagi
kesalahan yang terjadi pada tahap pra pasien (9). Pada tahap pasca analitik
analitik dapat mencapai 60% - 70% dan kesalahan sering terjadi pada penghitungan
yang terbanyak disebabkan dari specimen hasil (jika masih menghitung cara manual)
tidak memenuhi syarat uji sehingga dapat dan pada saat penulisan hasil (21).
mengakibatkan output pemeriksaan yang
salah. Kesimpulan
Implementasi Quality Control tahap
Implementasi QC tahap Analitik pra analitik, analitik dan pasca analitik telah
Selain tahap pra analitik, tahap sesuai dengan SOP yang berlaku, namun
analitik juga perupakan tahapan kegiatan kegiatan monitoring dan evaluasi perlu
yang perlu pengendalian mutu (Tabel 3). dilakukan secara berkala.
Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara, diperoleh data bahwa Ucapan Terima Kasih
pelaksanaan tahap analitik telah sesuai Dalam kesempatan ini, penulis ingin
dengan SOP yang ditetapkan. Adanya menyampaikan ucapan terima kasih kepada
peluang kesalahan dalam prosedur Politeknik Unggulan yang telah memberikan
pemeriksaan diminimalisir dengan dukungan dana dalam menyelesaikan
menempelkan prosedur kerja di meja penelitian ini.
tempat pemeriksaan sampel. Hal ini sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh Daftar Pustaka
Siregar (9) bahwa tingkat kesalahan tahap 1. Kemenkes. Peraturan Menteri
analitik hanya berkisar 10% - 15% tidak Kesehatan tentang Laboratorium Klinik
sebesar tahap pra analitik. Kegiatan tahap No. 411/Menkes/Per/III/2010.
analitik lebih mudah dikendalikan Kemenkes; Jakarta.2010
dibandingkan tahap pra analitik, karena 2. Kemenkes RI. Peraturan Menteri
semua kegiatannya berada dalam Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015
laboratorium dengan kondisi yang sudah Tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik
terpantau dari segi mutu. Pratama, Tempat Praktek Mandiri
Laboratorium wajib melakukan Dokter, dan Tempat Praktik Mandiri
pemeliharaan dan kalibrasi alat baik secara Dokter Gigi. Jakarta : Kementerian
berkala atau sesuai kebutuhan, agar dalam Kesehatan Republik Indonesia, 2015.
melaksanakan pemeriksaan spesimen 3. Kahar H. Keuntungan Dan Kerugian
pasien tidak mengalami kendala atau Penjaminan Mutu Berdasarkan Uji
gangguan yang berasal dari alat Memastikan Kecermatan (POCT).
laboratorium. Kerusakan alat dapat Indonesian Journal of Clinical
menghambat aktivitas laboratorium, Pathology and Medical Laboratory, Vol.
sehingga dapat mengganggu performa 13, No. 1, Nov. 2006: 38-41
laboratorium yang akan merugikan 4. Arif, M. Dasar – Dasar Flebotomi.
laboratorium itu sendiri. Untuk Lembaga Penerbitan Universitas
mendapatkan mutu yang dipersyaratkan, Hasanudin (LEPHAS). Makassar. 2011
laboratorium harus melakukan uji ketelitian– 5. Martin C.L. Quality Control Issues in
ketepatan (19, 20). Point of Care Testing. Clin Biochem
Rev Vol 29, 2008 pp. 79-82
Implementasi QC tahap Pasca Analitik 6. Kost GJ, Ehrmeyer SS, Chernow B,
Tingkat kesalahan tahap pasca Winkelman JW, Zaloga GP, Dellinger
analitik hanya sekitar 15% - 20%. Walaupun RP and Terry S. The Laboratory.
tingkat kesalahan ini lebih kecil jika Clinical Interface. Point of Care Testing.
dibandingkan kesalahan pada tahap pra Chest, 1999; 15: 1140–1154.
analitik, tetapi tetap memegang peranan 7. Murphy MJ. Point of care testing: no
yang penting. Kesalahan penulisan hasil pain, no gain (editorial). Q J Med , 2001;
pemeriksaan pasien dapat membuat klinisi 94: 571–3.
salah memberikan diagnosis terhadap 8. Sugiyono. Metode Penelitian
pasiennya. Kesalahan dalam Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
menginterpretasikan dan melaporkan hasil Bandung: Alfabeta. 2011

145
Yuliana Salman, dkk

9. Siregar, MT., Wulan W.S., Setiawan D., diakses 01 Januari 2022.


Nuryati A. Buku Ajar Kendali Mutu https://history.nih.gov/exhibits/thinblueli
Laboratorium Medik. Kemenkes RI, ne/timeline.html
Pusat Pendidikan SDM Kesehatan; 20. Sukorini, U., Nugroho, DK., Rizki, M.,
Jakarta. 2018 Hendriawan, B. Pemantapan Mutu
10. Kemenkes RI. Peraturan Menteri Internal Laboratorium Klinik. Bagian
Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 Patologi Klinik Fakultas Kedokteran
Tentang Standar Teknis Pelayanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Dasar pada Standar pelayanan Minimal 2010.
Bidang Kesehatan. Jakarta : 21. Santoso, Witono. Pemantapan Mutu.
Kementerian Kesehatan Republik Pusat Laboratorium Kesehatan.
Indonesia, 2019. Jakarta.2008
11. Wicaksono, dkk. Analisa Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Pelaksanaan .
Quality Control Di Laboratorium. Jurnal
Riset Kesehatan Poltekkes Depkes
Bandung Volume 11 No 2, 2019 pp.
218-223
12. Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang Jasa. 2022. Brosur Virocheck
HbSAg. Available https://e-
katalog.lkpp.go.id/katalog/produk/detail
/1247019 diakses tanggal 01
November 2022
13. Roche. Accu-Check. Roche.Diabetes
Care, Inc. Available https://www.accu-
chek.com/test-strips/guide-test-
strips/specs, diakses tanggal 15
September 2022
14. Wondfo. Wondfo Combined Diagnostic
Kit. 2020. Available in
https://en.wondfo.com/pt/index28.html
diakses tanggal 15 September 2022
15. Harti AS, Agustin A, Mardiyah S,
Estuningsih E, Kusumawati HN.
Pemeriksaan HIV 1 Dan 2 Metode
Imunokromatografi Rapid Test Sebagai
Screening Test Deteksi Aids. Jurnal
Kesehatan Kusuma Husada. 2014.
16. Kepmenkes No.
298/Menkes/SK/III/2008. Pedoman
Akreditasi laboratorium Kesehatan.
Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia; Jakarta
17. Permenkes RI Nomor
43/Menkes/SK/III/ 2013. Cara
Penyelenggaraan Laboratorium Klinik
Yang Baik. Jakarta
18. WHO. Handbook: Good Laboratory
Pratice quality practices for regulated
non-clinical research and development
2nd edition. 2020
19. National Institutes of Health. The
History of the Pregnancy Test Kit, A
Timeline of Pregnancy Testing, 2014,

146

You might also like