Professional Documents
Culture Documents
Implementasi Quality Control (QC) Penggunaaan Alat Point of Care Testing (POCT) Di Puskesmas Cempaka Kota Banjarmasin
Implementasi Quality Control (QC) Penggunaaan Alat Point of Care Testing (POCT) Di Puskesmas Cempaka Kota Banjarmasin
Implementasi Quality Control (QC) Penggunaaan Alat Point Of Care Testing (POCT) Di
Puskesmas Cempaka Kota Banjarmasin
Implementation of Quality Control (QC) Utilization of Point Of Care Testing (POCT) Tools at
Cempaka Health Center in Banjarmasin City
Abstract
Clinical Laboratory is a health laboratory that carries out clinical specimen examination to
obtain information about individual health, especially to support diagnose disease, and restore
health, therefore quality control (QC) must be applied, especially in utilization of POCT tools.
This research approach uses a qualitative approach with data collection methods through
interviews, observation and documentation. The object of this research was the Cempaka
Public Health Center based on recommendations and permits from the Banjarmasin City
Health Office with the research respondents being the Head of the Clinical Laboratory, the
Laboratory Quality Assurance Team and the Laboratory Assistant. The variable of this
research was the implementation of QC using the POCT tools tool at the pre-analytical,
analytical and post-analytic stages. Based on the results of interviews, observations and
documentation, data was obtained that the Head of the Puskesmas formed an Internal Audit
Team to carry out monitoring and evaluation every 6 months, but the last activity was carried
out in 2019. Aspects audited in Monitoring Evaluation Indicators of the clinical is about SOP
(Standard Operational Procedure) for the implementation of examinations in the laboratory
using the FMEA (Failure, Mode, Effect Analysis) method. The implementation of Quality
Control in the pre-analytical, analytical and post-analytic stages is in accordance with the
applicable policies and SOPs. Monitoring and Evaluation of Clinical Quality Indicators should
be carried out regularly and continuously so that the results of the examination obtained are
guaranteed quality and can be used for determining the right diagnosis.
139
Yuliana Salman, dkk
jauh dari laboratorium pusat dan sering juga sebagai instrumen kunci, teknik
digunakan oleh tenaga dengan latar belakang pengumpulan data dilakukan secara
pendidikan non-laboratorium (4). triangulasi (gabungan), analisa data bersifat
Penjaminan mutu POCT disarankan kualitatif (8). Penelitian ini dilakukan di
dilaksanakan secara resmi oleh orang yang Puskesmas Cempaka Banjarmasin dengan
berkompeten, sebagai pendukung subjek penelitian adalah Kepala
pelaksanaan dan mengurangi resiko Laboratorium Klinik Puskesmas, Tim
kesalahan dalam interpretasi hasil Penjaminan Mutu Laboratorium dan Laboran.
pemeriksaan. Kegiatan penjaminan mutu Variabel dalam dari penelitian ini adalah
(quality assurance) mencakup kegiatan Analisis implementasi Quality Control (QC)
meningkatkan kinerja yang meliputi: pra penggunaan alat Point Of Care Testing
analitik, analitik dan pasca analitik. (5). (POCT) pada tahap pra analitik, analitik dan
Beberapa hal yang harus diperhatikan pasca analitik. Teknik pengumpulan data
dalam pelaksanaan kontrol mutu melalui wawancara dan observasi yang
penggunaan alat POCT yaitu, laksanakan meliputi kegiatan pra analitik, analitik dan
pelatihan penggunaan alat secara pasca analitik (5).
menyeluruh dan terdokumentasi dengan
baik, pembaharuan pelatihan secara berkala Hasil
guna meningkatkan keterampilan pengguna Gambaran Penjaminan Mutu
dan pemeliharaan alat sesuai dengan Laboratorium Klinik Puskesmas Cempaka
rekomendasi manufactur dari alat POCT Berdasarkan hasil observasi dan
tersebut (5). wawancara dengan Penanggungjawab
Alat POCT seringkali digunakan oleh Kefarmasian dan Laboratorium yang juga
perawat atau tenaga kesehatan lain yang tergabung dalam Tim Penjaminan Mutu
tidak mempunyai dasar ilmu pengetahuan Pelayanan Laboratorium di Puskesmas
laboratorium, sehingga mereka tidak Cempaka, diperoleh data bahwa Puskesmas
mengerti pengawasan mutu atas hasil Cempaka telah menerapkan penjaminan
pemeriksaan POCT (3). Berdasarkan hasil mutu sesuai dengan Standar Permenkes
penelitian yang dilakukan oleh Kost GJ No.4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis
menunjukkan bahwa kesalahan dalam Pelayanan Dasar.
menangani penderita 50% disebabkan Sejalan dengan hasil wawancara
karena kesalahan petunjuk (indikasi), 32% dengan Kepala Laboratorium dan Laboran
gagal dalam bertindak karena juga mengatakan bahwa pelaksanaan
ketidaksesuaian dengan hasil pemeriksaan kegiatan audit internal telah dijalankan,
uji dan 55% terjadi kelambatan diagnosis namun selama 2 tahun terakhir tidak berjalan
karena keterlambatan hasil pemeriksaan dengan optimal dikarenakan adanya pandemi
laboratorik (6). covid-19. Kepala Penjaminan Mutu
Hasil pemeriksaan menggunakan mengungkapkan “Pelaksanaan Audit Mutu
POCT dapat mempercepat hasil Internal termasuk di dalamnya Pelayanan
pemeriksaan laboratorik, namun hasil yang Pemeriksaan di Laboratorium sudah ada
salah akan berpengaruh pada kesalahan dilakukan, terakhir di tahun 2019 akhir, nah
penatalaksanaan pasien dan dapat terjadi setelah adanya pandemi konsentrasi kita di
kematian (fatal) (7). Oleh karena itu, perlu Puskesmas ditujukan pada pelayanan
untuk mengetahui implementasi Quality kesehatan yang berkaitan dengan covid-19,
Control penggunaan Alat POCT sebagai vaksin dan lain-lain, jadi tidak sempat lagi
Upaya Jaminan Mutu Hasil Pemeriksaan di melalukan audit internal secara berkala”.
Puskesmas Kota Banjarmasin sehingga Adapun aspek yang di audit pada
penanganan pasien dapat dilakukan dengan Monitoring Evaluasi Indikator Mutu Klinis di
tepat dan cepat. Puskesmas salah satunya adalah tentang
SOP (Standard Operational Procedure)
Metode Penelitian pelaksanaan pemeriksaan di Laboratorium
Jenis penelitian ini menggunakan menggunakan FMEA (Failure, Mode, Effect
pendekatan kualitatif yakni metode penelitian Analysis), yaitu metode yang digunakan
yang digunakan untuk meneliti kondisi obyek untuk mengevaluasi manajemen resiko
yang alamiah, di mana peneliti adalah Pelayanan Pemeriksaan Laboratorium
140
Yuliana Salman, dkk
141
Yuliana Salman, dkk
142
Yuliana Salman, dkk
kesehatan; dan (c) petunjuk teknis atau tata mempunyai alur penerapan sistem
cara pemenuhan standar (10). penjaminan mutu berdasarkan observasi dan
Dalam menjalankan sistem penjaminan wawancara, yang tersaji pada gambar 4.2
mutu pelayanan, Puskesmas Cempaka
Penjaminan Mutu
Kepala Puskesmas
Puksesmas
Pra Analitik
1. Penerimaan
Pelayanan Pemeriksaan sampel
Laboratorium 2. Persiapan
pasien
3. Persiapan alat
dan reagen
Pelaksanaan Manajemen
Resiko Analitik
SOP
(FMEA) 1. Pengambilan
specimen
2. Pemeriksaan
Pasca Analitik
1. Pencatatan hasil
2. Penyerahan hasil
143
Yuliana Salman, dkk
144
Yuliana Salman, dkk
yang dikemukakan Siregar (9) bahwa pemeriksaan juga dapat berbahaya bagi
kesalahan yang terjadi pada tahap pra pasien (9). Pada tahap pasca analitik
analitik dapat mencapai 60% - 70% dan kesalahan sering terjadi pada penghitungan
yang terbanyak disebabkan dari specimen hasil (jika masih menghitung cara manual)
tidak memenuhi syarat uji sehingga dapat dan pada saat penulisan hasil (21).
mengakibatkan output pemeriksaan yang
salah. Kesimpulan
Implementasi Quality Control tahap
Implementasi QC tahap Analitik pra analitik, analitik dan pasca analitik telah
Selain tahap pra analitik, tahap sesuai dengan SOP yang berlaku, namun
analitik juga perupakan tahapan kegiatan kegiatan monitoring dan evaluasi perlu
yang perlu pengendalian mutu (Tabel 3). dilakukan secara berkala.
Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara, diperoleh data bahwa Ucapan Terima Kasih
pelaksanaan tahap analitik telah sesuai Dalam kesempatan ini, penulis ingin
dengan SOP yang ditetapkan. Adanya menyampaikan ucapan terima kasih kepada
peluang kesalahan dalam prosedur Politeknik Unggulan yang telah memberikan
pemeriksaan diminimalisir dengan dukungan dana dalam menyelesaikan
menempelkan prosedur kerja di meja penelitian ini.
tempat pemeriksaan sampel. Hal ini sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh Daftar Pustaka
Siregar (9) bahwa tingkat kesalahan tahap 1. Kemenkes. Peraturan Menteri
analitik hanya berkisar 10% - 15% tidak Kesehatan tentang Laboratorium Klinik
sebesar tahap pra analitik. Kegiatan tahap No. 411/Menkes/Per/III/2010.
analitik lebih mudah dikendalikan Kemenkes; Jakarta.2010
dibandingkan tahap pra analitik, karena 2. Kemenkes RI. Peraturan Menteri
semua kegiatannya berada dalam Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015
laboratorium dengan kondisi yang sudah Tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik
terpantau dari segi mutu. Pratama, Tempat Praktek Mandiri
Laboratorium wajib melakukan Dokter, dan Tempat Praktik Mandiri
pemeliharaan dan kalibrasi alat baik secara Dokter Gigi. Jakarta : Kementerian
berkala atau sesuai kebutuhan, agar dalam Kesehatan Republik Indonesia, 2015.
melaksanakan pemeriksaan spesimen 3. Kahar H. Keuntungan Dan Kerugian
pasien tidak mengalami kendala atau Penjaminan Mutu Berdasarkan Uji
gangguan yang berasal dari alat Memastikan Kecermatan (POCT).
laboratorium. Kerusakan alat dapat Indonesian Journal of Clinical
menghambat aktivitas laboratorium, Pathology and Medical Laboratory, Vol.
sehingga dapat mengganggu performa 13, No. 1, Nov. 2006: 38-41
laboratorium yang akan merugikan 4. Arif, M. Dasar – Dasar Flebotomi.
laboratorium itu sendiri. Untuk Lembaga Penerbitan Universitas
mendapatkan mutu yang dipersyaratkan, Hasanudin (LEPHAS). Makassar. 2011
laboratorium harus melakukan uji ketelitian– 5. Martin C.L. Quality Control Issues in
ketepatan (19, 20). Point of Care Testing. Clin Biochem
Rev Vol 29, 2008 pp. 79-82
Implementasi QC tahap Pasca Analitik 6. Kost GJ, Ehrmeyer SS, Chernow B,
Tingkat kesalahan tahap pasca Winkelman JW, Zaloga GP, Dellinger
analitik hanya sekitar 15% - 20%. Walaupun RP and Terry S. The Laboratory.
tingkat kesalahan ini lebih kecil jika Clinical Interface. Point of Care Testing.
dibandingkan kesalahan pada tahap pra Chest, 1999; 15: 1140–1154.
analitik, tetapi tetap memegang peranan 7. Murphy MJ. Point of care testing: no
yang penting. Kesalahan penulisan hasil pain, no gain (editorial). Q J Med , 2001;
pemeriksaan pasien dapat membuat klinisi 94: 571–3.
salah memberikan diagnosis terhadap 8. Sugiyono. Metode Penelitian
pasiennya. Kesalahan dalam Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
menginterpretasikan dan melaporkan hasil Bandung: Alfabeta. 2011
145
Yuliana Salman, dkk
146