Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

P-ISSN 2301-4180

Societa XI – 2: 117 – 123, Des 2022 E-ISSN 2549-8509

ANALISIS TINGKAT DAYA SAING EKSPOR KARET


DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

ANALYSIS OF RUBBER EXPORT COMPETITIVENESS


LEVEL IN SOUTH SUMATRA PROVINCE

Syahri Ramadhan1) , Innike Abdillah Fahmi1*)


1Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Palembang
Jalan Jenderal A. Yani13 Ulu Palembang
*e-mail korespondensi: fahmi.innike@gmail.com

ABSTRACT
This research was conducted to determine the export competitiveness of rubber commodities in
South Sumatra Province and also to find out what factors significantly influence the volume of
rubber exports in South Sumatra Province. This research was conducted in July - December 2021.
The research method used was survey. The data collection method used in this study uses
secondary data that has been provided by authorized institutions such as BPS for South Sumatra
rubber export data, Plantation Service for rubber production data, TradeMap for world rubber export
data, and the Trade Office related to this research. The data processing method used was
descriptive analysis with a quantitative approach, then to calculate the level of competitiveness of
rubber exports using the RCA, ISP and Multiple Linear Regression formulas. The results show that
the level of competitiveness of rubber exports in South Sumatra Province has an average RCA
value of 512, 621 with this large number it can be stated that South Sumatran rubber has a
comparative advantage, and with an average ISP value of 0.993, it shows that Sumatran rubber
commodity The South tends to be a rubber exporter. Meanwhile, the factors that significantly
influence the volume of rubber exports in South Sumatra are the RCA values.

Keywords: Competitiveness, Rubber Exports

ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui daya saing ekspor komoditi karet di Provinsi
Sumatera Selatan dang juga untuk mengetahu faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi secara
signifikan terhadap volume ekspor karet di Provinsi Sumatera Selatan. Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan Juli - Desember 2021. Metode penelitian yang digunakan adalah Survey. Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang telah
disediakan oleh lembaga yamg berwenang seperti BPS untuk data ekspor karet Sumatera Selatan,
Dinas Perkebunan untuk data produksi karet, TradeMap untuk data ekspor karet dunia, dan Dinas
Perdagangan yang terkait dengan penelitian ini. Metode pengolahan data yang digunakan anlisis
deskriptif dengan pendekatan secara kuantitatif, selanjutnya untuk menghitung tingkat daya saing
ekspor karet dgunakan rumus RCA, ISP dan Regresi Linier Berganda. Hasil penelitian menunjukan
bahwa tingkat daya saing ekspor karet di Provinsi Sumatera Selatan memiliki nilai rata-rata RCA
sebesar 512, 621 dengan besar angka tersebut dapat dinyatakan bahwa karet Sumatera Selatan
memiliki keunggulan komparatif, dan dengan nila rata-rata ISP sebesar 0,993 menunjukan komoditi
karet Sumatera Selatan cenderung sebagai pengekspor karet. Sementara itu untuk faktor-faktor
yang mempengaruhi secara signifikan terhadap volume ekspor karet di Sumatera Selatan adalah
nilai RCA.

Kata Kunci: Daya Saing, Ekspor Karet

PENDAHULUAN melaksanakan pertukaran barang dan jasa dalam


Perkembangan ekonomi dan globalisasi konteks perdagangan internasional. Pada
membuat suatu negara saling ketergantungan dan umumnya negara-negara sedang berkembang
membutuhkan satu sama lain dalam memenuhi mengandalkan kelancaran arus pendapatan
kebutuhan dan memasarkan produk unggul devisa dan kegiatan ekonominya yang berasal dari
negaranya, dalam hal ini negara-negara dunia ekspor. Dalam zaman modern seperti sekarang ini

117
P-ISSN 2301-4180
Societa XI – 2: 117 – 123, Des 2022 E-ISSN 2549-8509

hampir semua negara mengikuti proses menjadikan sektor pertanian sebagai basis
pembangunan yang menggantungkan diri pada perekonomiannya. Walaupun sumbangan sektor
ekspor sebagai penggerak pertumbuhan pertanian dalam sektor perekonomian diukur
ekonominya (Tambunan, 2004). berdasarkan proporsi nilai tambahnya dalam
Perdagangan internasional merupakan salah bentuk PDB (Pendapatan Domestik Bruto) atau
satu cara yang diperlukan bagi suatu negara untuk pendapatan nasional yang tahun demi tahun kian
mencapai tujuan pembangunan nasionalnya. mengecil, hal ini bukanlah berarti nilai dan
Dengan didukung kemajuan teknologi dan perananya semakin tidak bermakana. Peranan
aksesbilitas transportasi yang semakin maju sektor ini dalam menyerap tenaga kerja tetap
dewasa ini, membuat perpindahan barang atau menjadi yang terpenting. Karena mayoritas
jasa oleh setiap negara di dunia menjadi lebih penduduk Indonesia yang sebagian besar tinggal
cepat dan efisen. Arus informasi telah di daerah pedesaan, hingga kini masih tergantung
memungkinkan setiap negara lebih mengenal dan mata pencahariannya pada sektor pertanian.
memahami negara lain. Dalam bidang ekonomi, (Dumairy, 1997)
setiap bangsa akan lebih mudah mengetahui dari Dari kelima subsektor pertanian yang ada,
mana barang-barang dapat diperoleh untuk Subsektor perkebunan merupakan salah satu
memenuhi berbagai kebutuhannya dan sebaliknya mata pencaharian bagi masyarakat Indonesia dan
kemana memasarkan produk-produk unggulannya juga mempunyai prospek masa depan yang sangat
(Astuti dan Fatmawati, 2013). menguntungkan bagi devisa negara. Yang
Sektor pertanian memiliki peranan dalam dibarengi dengan tersedianya lahan yang sangat
perekonomian Indonesia. Hal ini dibuktikan dari luas dan potensial serta didukung oleh iklim
diikutsertakan sektor pertanian dalam perhitungan Indonesia. (Mulyadi, 2002).
pendapatan nasional. Sektor pertanian dalam Daya saing ekspor dapat diidentifikasikan
konsep perhitungan pendapatan nasional tersebut dengan nilai produktivitas dimana tingkat output
merupakan akumulasi dari setiap subsektor yang yang dihasilkan untuk setiap unit input yang
terkait yaitu tanaman bahan makanan (tanaman digunakan (Ustriaji, 2016). Setidaknya ada 12 pilar
pangan), tanaman perkebunan, peternakan dan yang digunakan untuk mengukur daya saing global
hasil-hasil lainnya, kehutanan, serta perikanan yang menjadi penentu pertumbuhan jangka
(Hasnudi dan Iskandar, 2005). Perkebunan panjang dan faktor esensial dalam pertumbuhan
merupakan salah satu subsektor pertanian yang ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Adapun
mengalami pertumbuhan yang paling konsisten, pilar-pilar yang menjadi kekuatan dari tingkat daya
baik ditinjau dari arealnya maupun produksinya saing global seperti institusi, infrastruktur,
dan mempunyai peranan sangat penting bagi lingkungan, makroekonomi, kesehatan dan
Indonesia. Hal ini karena selain sebagai sumber pendidikan dasar, pendidikan yang lebih tinggi dan
lapangan kerja juga sebagai penghasil devisa pelatihan, efisiensi pasar barang, efisiensi pasar
negara yang cukup besar. Peranan ini di masa tenaga kerja, perkembangan pasar uang, kesiapan
mendatang akan semakin meningkat mengingat teknologi, ukuran pasar, kecanggihan bisnis serta
semakin berkurangnya produksi minyak dan gas inovasi.
bumi yang selama ini menjadi penghasil devisa Untuk meningkatkan daya saing suatu
utama. Semakin menyusutnya sumber devisa wilayah, perlu dilakukan identifikasi dan analisis
yang berasal dari minyak dan gas, maka potensi wilayah tersebut, terutama berbasis
pemerintah mengharapkan agar subsektor keunggulan lokal. Hal ini disebabkan karena setiap
perkebunan dapat lebih berperan dalam wilayah mempunyai potensi lokal yang spesifik
meningkatkan ekspor non migas (Media yang dapat membantu pengembangan
Perkebunan, 2008). ekonominya. Setiap wilayah juga dapat menarik
Indonesia memiliki potensi besar untuk kegiatan bisnis, kehadiran pekerja dan lembaga
meningkatkan perolehan ekspor berbagai komoditi yang menunjang dari potensi lokal tersebut
pertanian di satu sisi, dan menekan impor, (Fauzian, 2013).
terutama komoditi-komoditi pertanian yang dapat Kinerja ekspor komoditas pertanian
dibudidayakan di dalam negeri. Keberhasilan menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik
dalam perdagangan internasional suatu negara khususnya hasil perkebunan. Salah satu
dapat dilihat dari daya saingnya, daya saing ini komoditas yang selama ini menjadi andalan ekspor
merupakan suatu konsep umum yang digunakan di adalah karet. Karet merupakan salah satu komoditi
dalam ekonomi, yang merujuk kepada komitmen perkebunan penting, baik sebagai sumber
terhadap persaingan pasar terhadap pendapatan, kesempatan kerja dan devisa,
keberhasilannya dalam persaingan internasional. pendorong pertumbuhan ekonomi sentra-sentra
Daya saing telah menjadi kunci bagi perusahaan, baru di wilayah sekitar perkebunan karet maupun
negara, maupun wilayah untuk bisa berhasil dalam pelestarian lingkungan dan sumberdaya hayati.
partisipasinya dalam globalisasi dan perdagangan (Kementerian Perindustrian, 2013).
bebas dunia (Amir, 2003). Sementara itu, dengan semakin ketatnya
Indonesia sebagai negara berkembang persaingan produsen karet dan mulai

118
P-ISSN 2301-4180
Societa XI – 2: 117 – 123, Des 2022 E-ISSN 2549-8509

dilaksanakannya kebijakan Asean Economic merupakan salah satu komoditas ekspor non
community (AEC) pada tahun 2015 mengharuskan migas yang memberikan kontribusi yang signifikan
komoditas yang diekspor Indonesia, terutama (Gideon, 2017). Potensi karet alam yang melimpah
karet alam yang merupakan salah satu komoditas merupakan suatu sumber daya yang potensial
ekspor andalan Indonesia harus memiliki daya untuk dikembangkan. Karet alam dapat diolah
saing dan keunggulan komparatif dengan negara menjadi barang-barang untuk menunjang aktivitas
pengekspor lainnya terutama Thailand dan masyarakat. Hasil olahan karet tersebut dapat
Malaysia sehingga dapat bertahan di pasar digunakan baik secara langsung atau melalui
internasional dan menghasilkan devisa bagi proses industri lebih lanjut agar nilai tambah dari
negara (Syahpurta, 2014). produk tersebut meningkat (Rakhmadina, 2011).
Provinsi Sumatera Selatan merupakan salah Keberhasilan perkebunan karet selain dilihat
satu daerah yang memiliki potensi di bidang dari produksi dan produktivitasnya, dapat dilihat
pertanian yang cukup tinggi. Topografinya yang juga dari pendapatan yang diterima oleh petani
bervariasi mulai dari datar, landai, berombak, tersebut. Sementara besarnya pendapatan sendiri
berbukit, hingga bergunung menjadi tempat yang ditentukan oleh jumlah produksi dan harga jual
sesuai untuk pertumbuhan berbagai jenis tanaman yang diterima petani. Besar kecilnya harga ini akan
seperti tanaman pangan, perkebunan, dan menentukan tingkat kesejahteraan dan kegairahan
holtikultura. Provinsi Sumatera Selatan petani dalam berkebun. Keadaan harga karet
menghasilkan beberapa jenis komoditi di ekspor ekspor di Provinsi Sumatera Selatan sampai
kebeberapa negara. dengan tulisan ini di buat mengalami fluktuasi
Dapat dillihat bahwa komoditi penyumbang harga yang cukup signifikan.
ekspor pertanian di Provinsi Sumatera Selatan dan Tabel 1. Perkembangan Volume Ekspor dan Nilai
untuk yang terbesar adalah berasal dari komoditi Ekspor Karet Sumatera Selatan Tahun
karet dan selain itu ada juga kelapa sawit sebagai 2016 – 2020
penyumbang ekspor pertanian terbesar di Volume Ekspor Nilai
Tahun
Sumatera Selatan. (Kg) Ekspor (US$)
Penetapan kelima komoditi tersebut sebagai 2016 998.632.117 1.295.597.103
unggulan didasarkan pada kemampuan bersaing 2017 1.217.817.825 2.063.980.229
dengan komoditi yang sama dari daerah lain 2018 1.078.419.957 1.511.833.358
bahkan dari luar negeri baik terhadap 2019 922,364.804 1.299.462.204
pemasarannya yang berkesinambungan 2020 912.657.715 1.192.069.515
(sustainable) maupun kemampuannya Sumber: Dinas Perdagangan Provinsi Sumatera
memberikan keuntungan kepada pengelolanya Selatan, 2021.
(Hasnudi dan Iskandar, 2005).
Menurut (Tasmalinda, 2017) dalam Tabel 1. dapat dilihat bahwa untuk jumlah
SindoNews bahwa penyokong komoditas karet yang diekspor dari Provinsi Sumatera
Sumatera Selatan sebagai wilayah perkebunan Selatan mengalami penurunan dari 2016-2020 dan
karet terbesar di Indonesia adalah hasil karet itu adapun negara tujuan dari ekspor karet sumatera
sendiri. Karet sebagai komoditas perkebunan selatan mulai dari india, china, vietnam, belgia,
menjadi primadona ekspor karet di Sumsel jepang, korea selatan, dan amerika serikat,
melebihi CPO atau minyak sawit dan batu bara. kemudian untuk nilainya juga mengalami
Adapun pada tabel dibawah ini terdapat jumlah penurunan karena mengikuti jumlah karet yang
produksi karet di Provinsi Sumatera Selatan dari diekspor setiap tahunnya.
tahun 2017-2019 Turunnya harga karet juga diakibatkan oleh
Karet (Hevea brasiliensis) merupakan permintaan karet Republik Rakyat Cina menurun
komoditas yang sangat penting peranannya di karena Cina memiliki pemasok karet baru yang
Sumatera Selatan. Selain sebagai sumber berasal dari Jepang pada tahun 2014, tentunya
lapangan kerja, komoditas karet ini juga Cina memilih harga yang lebih murah karena lebih
memberikan kontribusi yang signifikan sebagai dekat kualitas pemasok karet baru dihasilkan tinggi
salah satu sumber devisa non-migas dan sebagai dibandingkan Indonesia yang harganya lebih
sumber pendapatn bagi petani karet. Karet mahal dan mutu karet yang dihasilkan rendah.
merupakan tanaman perkebunan yang telah Dengan adanya penurunan harga karet
memasyarakat di Indonesia. Karet menjadi sangat Internasional ini, maka sangat mempengaruhi
dekat dengan petani karena sifatnya yang mudah harga karet didalam negeri. Padahal pada tahun
dalam budidaya dan pengolahan serta 2007 salah satu Negara tujuan ekspor potensial
memberikan nilai ekonomi secara langsung bagi karet alam Indonesia adalah Negara Cina.
petani dan memilik peranan bagi ekonomi di Indonesia melakukan ekspor ke Cina sebanyak
Sumatera Selatan. 14,2 persen dari total ekspor karet alam Indonesia.
Karet merupakan salah satu komoditi Peningkatan volume ekspor baru karet alam
perkebunan yang memegang peranan penting Indonesia (Setyawan, 2005).
sebagai penghasil devisa negara karena Negara dengan penghasil karet yaitu
119
P-ISSN 2301-4180
Societa XI – 2: 117 – 123, Des 2022 E-ISSN 2549-8509

Indonesia, Malaysia, dan Thailand bukan lagi yang filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada
terbesar. Namun saat ini negara seperti Brazil, populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data
Cina, Vietnam. Beberapa negara latin dan Afrika menggunakan instrumen penelitian, analisis data
telah memiliki cadangan karet untuk ekspor bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk
sehingga menyebabkan perdagangan karet menguji hipotesis yang telah ditetapkan”
mengalami persaingan yang ketat. Apalagi Penelitian ini menggunakan tipe penelitian
Tiongkok telah menurunkan nilai impor karetnya deskriptif. Menurut Sugiyono (2011) penelitian
dari Indonesia karena telah memiliki basis produksi deskriptif adalah metode yang berfungsi untuk
sendiri. Penyebab selanjutnya adalah permintaan mendeskripsikan atau memberi gambaran
karet alam yang semakin menurun karena telah terhadap obyek yang diteliti melalui data atau
tergerus oleh karet sintesis (buatan). Disamping itu sampel yang telah terkumpul sebagaimana
ada beberapa alasan lainnya yaitu kualitas karet adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat
Indonesia yang kalah saing dengan karet negara kesimpulan yang umum.
lain atau lainnya. Faktor tersebut menyebabkan Metode pengumpulan data dalam penelitian
karet Indonesia tidak laku di pasar global. Apalagi ini dengan cara: (1) Observasi (observation)
hingga kini, Indonesia belum bisa meningkatkan adalah metode pengumpulan data dimana
kualitas karet yang dihasilkan yang sesuai dengan penyelidik mengadakan pengamatan secara
standar pasar global (Budiman, 2012). lamgsung (tanpa alat) terhadap suatu benda,
Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah karet kondisi atau situasi, proses atau perilaku (Bungin,
Sumatera Selatan memiliki daya saing di tingkat 2003). Berdasarkan dari pengumpulan data
pasar ekspor dan apakah Provinsi Sumatera sekunder, data yang dikumpulkan berupa data
Selatan cenderung menjadi eksportir atau importir. produksi karet, luas lahan dan ekspor karet yang
Oleh karena itu, diperlukan analisis tingkat daya diperoleh secara tidak langsung dari sumber
saing ekspor karet Provinsi Sumatera Selatan. bacaan dan lembaga atau instasnsi yang berkaitan
Tujuan penelitian untuk mengetahui daya saing dengan produksi karet di dapat dari Dinas
ekspor karet di Provinsi Sumatera Selatan Perkebunan, nilai ekspor dan volune ekspor karet
terhadap pasar internasiona dan untuk Sumatera Selatan didapatkan dari BPS, nilai tukar
mengetahuai apa saja faktor-faktor yang rupiah didapatkan dari Bank Indonesia, dan nilai
berpengaruh terhadap volume ekspor karet ekspor karet dunia dari TradeMap.
Provinsi Sumater Selatan secara signifikan. Metode pengolahan data adalah suatu proses
dalam memperoleh data ringkasan atau angka
METODE PENELITIAN ringkasan dengan menggunakan cara-cara atau
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan rumus-rumus tertentu Hasan (2006). Pengolahan
Juni-Desember 2021 di Kota Palembang Provinsi data bertujuan untuk memperoleh penyajian data
Sumatera Selatan. Dipilihnya lokasi ini secara dan kesimpulan yang baik, data yang diperoleh
sengaja dengan pertimbangan bahwa di Provinsi dari penelitian masih mentah, belum dapat
Sumatera Selatan yang dimana kegiatan ekspor memberikan informasi, maka diperlukan
karet Suamtera Selatan yang diamati agar mampu pengolahan data.
bersaing dengan provinsi Sumatera Utara, Riau Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam
dan Jambi dalam kegiatan ekspor karet. pengolahan data, yaitu: editing, coding dan
Metode penelitian yang digunakan tabulating.
menggunakan Studi Kasus Menurut Nazir (2004) a. Editing, merupakan pengecekan atau
tujuan dari studi kasus adalah untuk memberikan pengoreksian data yang telah terkumpul,
gambaran secara mendetail tentang latar tujuannya untuk menghilangkan kesalahan-
belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang kesalahan yang terdapat pada pencatatan
khas dari kasus, ataupun status dari individu, yang dilapangan dan bersifat koreksi.
kemudian dari sifat-sifat khas di atas akan b. Coding, merupakan pemberian kode-kode
dijadikan suatu hal yang bersifat umum. pada tiap-tiap data yang termasuk dalam katagori
Tergantung dari tujuannya, ruang lingkup dari studi yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam
dapat mencakup keseluruhan siklus dari individu, bentuk angka atau huruf yang memberikan
kelompok, atau lembaga dengan penekanan petunjuk atau identitas pada suatu informasi atau
terhadap faktor-faktor kasus tertentu ataupun data yang akan dianalisis.
meliputi keseluruhan faktor-faktor kasus tertentu, c. Tabulating, merupakan kegiatan yang
ataupun keseluruhan faktor-faktor dan fenomena. dilakukan dengan cara menghitung data dari
Penelitian kuantitatif merupakan salah satu jawaban kuisioner responden yang sudah diberi
jenis penelitian yang spesifikasinya adalah kode, kemudian dimasukkan ke dalam tabel.
sistematis, terencana dan terstruktur dengan jelas Tabulating dilakukan setelah jawaban kuisioner
sejak awal hingga pembuatan desain diberi kode, kemudian peneliti menghitung data
penelitiannya. Metode penelitian kuantitatif, dan memasukkan ke dalam tabel.
sebagaimana dikemukakan oleh Sugiyono (2011) Untuk mengukur tingkat daya saing dalam
yaitu: “Metode penelitian yang berlandaskan pada penelitian ini digunakan 2 indeks yaitu: Revealed

120
P-ISSN 2301-4180
Societa XI – 2: 117 – 123, Des 2022 E-ISSN 2549-8509

Comparative advantage (RCA), Indeks Nilai rata-rata RCA 512,621 maka dapat
Spesialisasi Perdagangan (ISP). Setiap indeks disimpulkan bahwa karet di Provinsi Sumatera
memiliki fungsi tersendiri yaitu menilai daya saing Selatan dapat dikatan bahwa memiliki keunggulan
dari sisi yang berbeda. Berikut keterangan komparatif yang dilihat nilai RCA nya lebih dari 1.
mengenai indeks-indeks tersebut: Tabel 2. Memperlihatkan bahwa pada tahun 2011-
a. Revealed Comparative Advantage (RCA) 2020, karet hasil produksi Sumatera Selatan
/ memiliki nilai RCA>1 dengan nilai rata-rata
=
/
sebesar 512,62. Nilai RCA tertinggi terjadi pada
Keterangan : tahun 2016 yaitu sebesar 881,78 sedangkan nilai
RCA :Angka Revealed Comparative Advantage RCA terendah pada tahun 2011 sebesar 301,84.
(Indeks) Hal ini menunjukkan bahwa karet ekspor total
Xij : Nilai ekspor karet Sumatera Selatan tahun Sumatera Selatan lebih besar dibandingkan karet
ke-t ekspor total produk dunia. Maka dengan demikian
Xiw : Nilai total ekspor Sumatera Selatan tahun dapat dikatakan bahwa Sumatera Selatan
ke-t mempunyai keunggulan komparatif untuk komoditi
Xj : Nilai ekspor karet di dunia tahun ke-t karet, yang artinya karet hasil produksi Sumatera
Xw : Nilai total ekspor dunia tahun ke-t Selatan berdaya saing kuat di pasar ekspor.
t : 2011-2020 adapun faktor-faktor yang dapat menjadikan karet
Sumatera Selatan memiliki keunggulan komparatif:
b. Indeks Spesialisasi Perdagangan a. Sumber Daya Alam
( )
= Luas areal tanaman perkebuanan karet di
( )
Keterangan: Sumatera Selatan pada tahun 2020 sebesar
ISP : Indeks Spesialisasi Perdagangan 1.258.318 hektar. Areal perkebunan tersebeit
Xia : Nilai Ekspor karet Sumatera Selatan terbagi menjadi beberapa bagian seperti
Mia : Nilai Impor karet Sumatera Selatan perkebunan rakyat, perkebunan besar negara
Nilai indeks ini adalah antara -1 dan +1. dan perkebunan besar swasta. Dri luas areal
tersebut didominasi oleh perkebunan rakyat.
Untuk Menjawab tujuan kedua yaitu faktor- b. Tenaga kerja
faktor yang mempengaruhi volume ekspor karet Mayoritas tenaga kerja diperkebunan karet
maka digunakan Regresi Linier Berganda berasal dari perkebunan rakyat yang mereka
= + + + + kelola sendiri sehingga hasil karet yang
Keterangan: didapatkan dapatkan memiliki kualitas dan
Y : Volume Ekspor mutu yang tinggi.
: Konstanta c. Sumber daya infrastruktur
β1, β2 : Koefisien regresi Sarana dan prasarana lainnya terkait
X1 : Produksi Karet penyediaan pupuk, alat transportasi dan pabrik
X2 : Nilai Tukar Rupiah yang telah disediakan oleh pemerintah daerah
X3 : Indeks RCA ataupun pabrik milik sendiri sehingga karet
e : Unsur gangguan (disturbance) dihasilkan dapat diproduksi sendiri. Dan hasil
karet nya dapat diekpor berupa karet mentah
maupun barang yang telah jadi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Daya Saing Ekspor Karet Di Provinsi Sumatera Dari Tahun 2011-2016 tren indeks RCA yang
Selatan Terhadap Pasar Internasional dimiliki Sumatera Selatan terlihat naik itu di
Hasil data yang telah dikumpulkan dari tahun karenakan produkstivitas karet yang dimiliki
2011-2020 dapat diketahui bahwa nilai RCA dan Sumatera Selatan hampir 70 % di ekspor dan juga
ISP terdapat pada tabel berikut. pabrik produksi karet belum maksimal sehingga
Tabel 2. Nilai RCA dan ISP Karet Produksi karet yang dihasilkan kebanyak di ekspor ke luar
Sumatera Selatan Tahun 2011- 2020 negri adapun penyebab lainnya yaitu nilai tukar
Tahun RCA ISP rupiah terhadap dolar saat itu sedang menguat.
2011 301,846 0,998 Dan dari tahun 2016-2020 tren indeks RCA nya
2012 341,078 0,998 menurun dikarenakan sudah banyak pabrik-pabrik
2013 503,544 0,998 yang dibangun sehingga karet Sumatera Selatan
2014 679,368 0,996 hampir 50% nya diproduksi sendiri dan nilai tukar
2015 723,441 0,997 rupiah terhadap dolar sedang melemah sehingga
2016 881,781 0,998 ekspor karet tidak maksimal.
2017 465,644 0,991 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)
2018 519,359 0,991 tertinggi di Sumatera Selatan terhitung memiliki
2019 367,358 0,994 nilai ISP<1. Dimana Karet yang dihasilkan
2020 342,786 0,969 termasuk dalam golongan komoditi yang memiliki
Rata-Rata 512,621 0,993 daya saing dan Sumatera Selatan cenderung

121
P-ISSN 2301-4180
Societa XI – 2: 117 – 123, Des 2022 E-ISSN 2549-8509

sebagai pengekspor karet. Sumatera Selatan bebas, berikut ini urutan variabel dari yang
mendapatkan nilai ISP<1, hal ini dapat terjadi signifikan sampai yang tidak signifikan.
karena ekspor karet Sumatera Selatan cenderung Koefisien Regresi Variabel X3 (RCA) sebesar
mengalami peningkatan. Nilai ISP Karet Sumatera 852529,904 artinya nilai koefisien yang dihasilkan
Selatan berfluktuasi namun tetapi nilai nya hampir positif maka berdarsarkan teori Nilai RCA yang
mendekati 1. dimiliki Sumatera Selatan memiliki pengaruh
Hal ini sesuai dengan penelitian Dewi (2015) terhadap Volume Ekspor Karet Sumatera Selatan.
mengenai analisis daya saing karet Sumatera di Meskipun tren nilai RCA dari tahun 2016-2020
pasar internasional. Hasil penelitian tersebut menurun akan tetapi masih memiliki pengaruh
menunjukkan bahwa secara umum komoditi karet terhadap volume ekspor karet di Sumatera
hasil produksi Sumatera Utara masih dikatakan Selatan.
berdaya saing di pasar internasional. Penelitian Turunnya tingkat daya saing karet disebabkan
tersebut menunjukkan bahwa secara umum oleh produktivitas lahan yang masih rendah.
komoditi karet hasil produksi Sumatera Utara Produktivitas lahan perkebunan karet terkait
masih dikatakan berdaya saing di pasar dengan kepemilikan lahan. Sebagian besar lahan
internasional namun lemah secara kompetitif di perkebunan rakyat yaitu sekitar 94 persen dari total
pasar ekspor. lahan perkebunan karet. Sementara sisanya
Perbandingan nilai RCA dan ISP di Provinsi sekitar 5 persen lahan dikelola Perkebunan Besar
Sumatera Selatan dengan Provinsi Sumatera Swasta (PBS) dan 1 persen oleh Perkebunan
Utara sama-sama memiliki keunggulan komparatif Besar Negara (PBN). Tetapi meskipun perkebunan
dan juga cenderung sebagai pengekspor karet. rakyat mendominasi pengelolaan luas lahan
Nilai RCA yang dimiliki sama-sama lebih dari 1 dan perkebunan karet Sumatera Selatan, tingkat
Nilai ISP juga memiliki nilai kurang dari 1 dengan produktivitas perkebunan rakyat masih relatif
nilai rata-rata RCA Sumatera Selatan 512,621 dan rendah dan tertinggal dibandingkan perkebunan
nilai rata-rata RCA Sumatera Utara 4,740 dan nilai karet yang dikelola oleh PBS dan PBN (Trianto,
rata-rata ISP Sumatera Selatan 0,993 dan nilai 2014).
rata-rata ISP Sumatera Utara 0,981. Salah satu langkah meningkatkan
produktivitas adalah melakukan sinergi antara
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Volume perkebunan rakyat dan perkebunan besar melalui
Ekspor Karet Di Provinsi Sumatera Selatan pola plasma. Kemampuan manajerial baik
Tabel 3. Hasil Perhitungan Regresi Dari Faktor- produksi maupun pemasaran dari perkebunan
Faktor Yang Mempengaruhi Volume besar akan mendorong terjadinya peningkatan
Ekspor Karet Di Provinsi Sumatera produktivitas perkebunan rakyat disamping
Selatan. peremajaan lahan yang tidak produktif yang
Variabel Koefisien T Sig. menjadi syarat utama peningkatan produktivitas
Produksi -94,554 lahan (Parhusip, 2008).
-1,007 ,353 Koefisien Regresi Variabel X2 (Nilai Tukar
Karet (X1)
Nilai Tukar -48381,725 Rupiah) sebesar -48381,725 nilai yang dihasilkan
-2,305 ,061 adalah negatif maka akan berpengaruh terhadap
Rupiah (X2)
RCA (X3) 852529,904 5,505 ,002 pertumbuhan ekspor. Nilai tukar rupiah pada saat
Constant 1094838454 5,271 ,002 ini sedang melemah yang mengakibatkan ekspor
R² ,874 karet Sumatera Selatan mengalami penurunan.
Hal ini meyebabkan barang-barang di dalam negri
Tabel 3. Menunjukkan bahwa persamaan lebih mahal daripada barang luar negeri.
regresi sebagai berikut: Secara teori diketahui bahwa negara yang
mengalami inflasi tinggi cenderung nilai mata
Y = 1094838454 – 94,554 X1 – 48381,725 X2 + uangnya terdepresiasi (menurun). Contohnya, jika
852529,904 X3 + e inflasi di Indonesia naik lebih cepat dibandingkan
dengan inflasi di Amerika, maka akan mendorong
Nilai RCA yang yang hanya memiliki harga-harga di Indonesia meningkat lebih cepat
pengaruh secara signifikan terhadap volume dibandingkan dengan harga-harga di Amerika.
ekspor karet di Provinsi Sumatera Selatan. Model Karena harga-harga barang di Indonesia menjadi
regresi linier berganda merupakan suatu lebih mahal relatif terhadap barang Amerika, maka
persamaan yang menggambarkan hubungan permintaan barang Amerika akan semakin
antara dua atau lebih variabel bebas (Produksi meningkat (Mamduh, 2014).
Karet Nilai Tukar Rupaih, dan RCA) dan satu Nopirin (2009) menyatakan bahwa transaksi
variabel terikat (Y). Tujuan dari analisis regresi berjalan meliputi ekspor dan impor barang dana
linier berganda ini untuk mempredksi nilai variabel jasa. Ekspor barang meliputi barang-barang yang
terikat jika yang diketahui hanya variabel bebas dapat dilihat secara fisik, seperti minyak, kayu,
saja. Disamping itu juga untuk mengetahui arah tembaga, tembakau, ekspor jasa seperti angkutan,
hubungan anatara variabel terikat dangan variabel asuransi, turis, bunga, dividen. Ekspor barang-

122
P-ISSN 2301-4180
Societa XI – 2: 117 – 123, Des 2022 E-ISSN 2549-8509

barang dan jasa merupakan transaksi kredit, sebab dengan ditunjukan nilai ISP kurang dari 1
transaksi ini menimbulkan hak untuk menerima dengan nilai rata-rata 0,993477
pembayaran. Sedangkan impor barang-barang 2. Faktor yang mempengaruhi volume ekspor
dan jasa merupakan transaksi debet sebab ini karet secara signifikan di Provinsi Sumatera
menimbulkan kewajiban untuk melakukan Selatan adalah nilai RCA.
pembayaran kepada penduduk negara lain.
Surplus dalam transaksi berjalan menunjukkan DAFTAR PUSTAKA
bahwa ekspor lebih besar dari impor, ini berarti
Amir. 2003. Ekspor Impor Teori dan
suatu negara mempunyai akumulasi kekayaan
penerapannya. Jakarta : PPM.
valuta asing, sehingga mempunyai saldo positif.
Astuti., dan Fatmawati. S. (2013). Dasar-dasar
Sebaliknya defisit dalam transaksi berjalan berarti
Ekspor Impor Teori, Praktik dan Prosedur.
impor lebih besar dari ekspor.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN
Koefisien Regresi Variabel X1 (Produksi
Budiman, Haryanto. 2012. Budidaya Karet Unggul
Karet) sebesar -94,554 artinya jika memiliki nilai
Prospek Jitu Investasi Masa Depan.
negatif maka seharusnya berpengaruh terhadap
Pustaka Baru Press. Yogyakarta.
ekpor karet yang juga ikut menurun akan tetapi
Demmatadju, R.K. 2012. Analisis Komoditas
dengan produksi karet yang cenderung stabil dari
Unggulan Regional Sektor Pertanian di
tahun 2016-2020 seharusnya ekspor karet juga
Sulawesi Selatan Tahun 2000 – 2009.
ikut stabil maka dari itu simpulkan bahwa produksi
(diakses tanggal 20 April 2021)
karet di Sumatera Selatan sebagian di produksi
Fauzian, N.R. 2013. Urgensi dan Manfaat Analisis
sendiri dan sebagian nya lagi di ekspor atau dapat
Potensi Wilayah. (diakses tanggal 20 April
dikatakan bahwa sekitar 50% karet Sumatera
2021)
Selatan di ekspor.
Feryanto. 2010. Analisis Daya Saing dan Dampak
Penyebab produksi karet Sumatera Selatan
Kebijakan Pemerintah Terhadap Komoditas
tKurang maksimal adalah karena pengadaan bibit
Susu Sapi Lokal di Jawa Barat. Tesis.
unggul karet yang kurang mencukupi dan
Institut Pertanian Bogor.
cenderung memiliki harga mahal. Bibit unggul
Hasnudi, dan Iskandar S. 2005. Rencaan Strategis
sangat diperlukan untuk menjamin tanaman karet
Pembangunan Perkebunan di Propinsi
dapat tumbuh dan berproduksi dalam waktu yang
Sumatera Utara Tahun 2005-2012. Medan:
lama. Namun Balai Penelitian Sembawa yang
Lecture Papers Fakultas Pertanian
merupakan salah satu penangkar bibit utama
Universitas Sumatera Utara.
Sumatera Selatan hanya menyediakan bibit
Nazaruddin, dan Paimin. B. F. 2000. KARET:
unggulan sebanyak 750.000-2.000.000 klon, hal
Strategi Pemasaran Tahun 2000, Budidaya
tersebut masih kurang mencukupi jika
dan Pengolahan. Jakarta: Penebar
dibandingkan dengan luas perkebunan karet
Swadaya
Sumatera Selatan yang mencapai 13 juta hektar.
Pranoto, Y.S. 2011. Dampak Kebijakan
Belum lagi harga bibit unggulan memiliki harga dua
Pemerintah Terhadap Keuntungan dan
kali lipat lebih mahal dari harga bibit yang tidak
Daya Saing Lada Putih di Provinsi Bangka
unggul (Agustina dkk, 2016).
Belitung. Tesis. Institut Pertanian Bogor.
Penyebab lainnya adalah para petani karet
Salvatore. 2014. Ekonomi Internasional Edisi 9
yang tidak mampu untuk merawat perkebunan
(Buku 1). Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
seperti melakukan peremajaan, akibatnya banyak
456 p.
tanaman karet yang rusak dan tua yang
Setyawan, A.D. Andoko 2005. Petunjuk Lengkap
menyebabkan produksi karet Sumatera Selatan
Budidaya Karet. Agro Media Pustaka.
juga berkurang. Menurut Kepala Bidang Hasil
Tangerang
Pengolahan dan Pemasaran Dinas Perkebunan
Syahputra., Y. Rahmad., S. Taruman., dan J.
Sumatera Selatan, Rudi Arpian mengatakan
Yusri. 2014. Analisis Daya Saing Ekspor
bahwa di tahun 2019 ada kurang lebih 192.000
Karet Alam (Natural Rubber) Indonesia Di
hektar perkebunan karet yang perlu diremajakan
Pasar Internasional. Department of
karena sudah tua dan rusak (Listiyarini, 2019).
Agribusiness Faculty of Agriculture,
University of Riau Jom Faperta.
KESIMPULAN Tambunan, T. 2004. Globalisasi dan Perdagangan
1. Daya saing ekspor karet di Provinsi Sumatera Internasional. Ghalia Indonesia. Bogor.
Selatan sudah memiliki keunggulan komparatif 374p.
dengan ditunjukan perhitungan menggunakan Ustriaji, Farid. 2016 Analisis daya saing komoditi
RCA dan memiliki nilai yang lebih dari 1 maka ekspor unggulan Indonesia di Pasar
dapat dikatakan sudah mampu bersaing Internasional. Jurnal Ekonomi
dipasar internasional dengan nilai rata-rata Pembangunan.
512,62 dan karet Sumatera Selatan lebih
cenderung kearah sebagai eksportir karet

123

You might also like