Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 18

KEJANG DEMAM

KELOMPOK 1
ABDUL AZIZ
(021.01.3765)

DIANA AFRILIA
(021.01.3849)

ANGGOTA EKI PUTRISARI R.


(021.01.3783)

LULU FITRIATUL N.
(021.01.3801)

PUTRI AINA'UL M.
(021.01.3819)
PENGERTIAN

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang


terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu mencapai
>38C). Kejang demam dapat terjadi karena proses
intrakranial maupun ekstrakranial. Kejang demam
terjadi pada 2-4% populasi anak berumur 6 bulan
sampai dengan 5 tahun
ETIOLOGI

Faktor-faktor Gangguan
prenatal Demam sirkulasi
Malformasi otak Gangguan Penyakit
kongenital metabolisme degeneratif
Faktor genetika Trauma susunan saraf
Penyakit Neoplasma, Respon alergi atau
infeksi(ensefalitis, toksin keadaan imun
meningitis) yang abnormal
PATOFISIOLOGI

Pada keadaan demam kenaikan suhu 1°C akan mengakibatkan kenaikan


metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat
20%. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah
keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat
terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya
lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya
sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel
sekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang.
KLASIFIKASI

1. Kejang Demam Sederhana


Dikeluarga penderita tidak ada riwayat epilepsi, Sebelumnya tidak ada
riwayat cedera otak oleh penyakit apapun, Serangan kejang demam yang
pertama terjadi antara usia 6 bulan– 6 tahun, Lamanya kejang berlangsung
< 20 menit, Kejang tidak bersifat tonik atau klonik, Tidak didapatkan
gangguan atau abnormalitas pasca kejang, Sebelumnya juga tidak
didapatkan abnormalitas neurologi atau abnormalitas perkembangan,
Kejang tidak berulang dalam waktu singkat, Tanpa gerakan focal dan
berulang dalam 24 jam
KLASIFIKASI

2. Kejang Demam Kompleks


Terdapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang
parsial simpleks. Dapat mencangkup otomatisme atau gerakan otomatik,
mengecap-ecapkan bibir, mengunyah, gerakan mencongkel yang berulang-
ulang pada tangan, dan gerakan tangan lainnya. Dapat tanpa otomatisme
tatapan terpaku.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1 Elektro encephalograft (EEG)

2 Pemeriksaan cairan cerebrospinal

3 Pemeriksaan Darah

4 Skull Ray

5 Transiluminasi
KONSEP ASKEP KEJANG DEMAM

A. Pengkajian Keperawatan
Anamnesa :
Aktivitas atau Istirahat: Keletihan dan kelemahan umum, Keterbatasan dalam beraktivitas,
bekerja, dan lain-lain
Sirkulasi :
1. Iktal : Hipertensi, peningkatan nadi sinosis
2. Posiktal : Tanda-tanda vital normal atau depresi dengan penurunan nadi dan
pernafasan
Intergritas Ego : Stressor eksternal atau internal yang berhubungan dengan keadaan atau
penanganan, Perubahan dalam berhubungan
Eliminasi : Inkontinensia epirodik, Makanan atau cairan, Sensitivitas terhadap makanan,
mual atau muntah yang berhubungan dengan aktivitas kejang
Neurosensori : Riwayat sakit kepala, aktivitas kejang berulang, pingsan, pusing, riwayat
trauma kepala, anoreksia, infeksi serebal, Adanya area (rasangan visual, auditoris, area
halusinasi), Posiktal (Kelamaan, nyeriotot, area paratise atau paralisis)
Kenyamanan : Sakit kepala, nyeri otot, (punggung pada periode posiktal), Nyeri abnormal
proksimal selama fase iktal
Pernafasan : Fase iktal (Gigi menyetup, sinosis,pernafasan menurun cepat peningkatan
sekresimulus), Fase posektal (Apnea)
Keamanan : Riwayat terjatuh, Adanya alergi
Interaksi Sosial : Masalah dalam hubungan interpersonal dalam keluarga lingkungan
sosialnya
Pemeriksaan Fisik
Aktivitas : Perubahan tonus otot atau kekuatan otot, Gerakan involanter atau kontraksi
otot atau sekelompok otot
Integritas Ego : Pelebaran rentang respon emosional
Eleminasi : Iktal (penurunan tekanan kandung kemih dan tonus spinter), Posiktal (otot
relaksasi yang mengakibatkan inkonmesia)
Makanan atau cairan : Kerusakan jaringan lunak(cedera selama kejang), Hyperplasia ginginal
Neurosensori (karakteristik kejang)
1. Fase prodomal : Adanya perubahan pada reaksi emosi atau respon efektifitas yang tidak
menentu yang mengarah pada fase area.
2. Kejang umum : Tonik – klonik (kekakuan dan postur menjejak, mengenag peningkatan
keadaan, pupil dilatasi, inkontineusia urine)
3. Fosiktal : pasien tertidur selama 30 menit sampai beberapa jam, lemah kalau mental
dan anesia
4. Absen (patitmal) : periode gangguan kesadaran dan atau makanan
5. Kejang parsial : Jaksomia atau motorik fokal (sering didahului dengan aura, berakhir 15
menit tidak ada penurunan kesadaran gerakan bersifat konvulsif)
Kenyamanan : Sikap atau tingkah laku yang berhati-hati, Perubahan pada tonus otot,
Tingkah laku distraksi atau gelisah
Keamanan : Trauma pada jaringan lunak, Penurunan kekuatanatau tonus otot secara
menyeluruh
KONSEP ASKEP KEJANG DEMAM

B. Diagnosa Keperawatan
Hipertermi Berhubungan dengan proses penyakit
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan kerusakan sel neuron
otak
Resiko tinggi cedera berhubungan dengan spasme otot ektermitas
Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas tubuh
Kurang pengetahuan keluarga tentang cara penanganan kejang
berhubungan dengan kurangnya informasi.
C. Rencana Keperawatan

Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi

Hipertermia Setelah dilakukan asuhan


Observasi
berhubungan keperawatan selama 2x24
Monitor suhu tubuh
dengan jam diharapkan
Monitor komplikasi akibat hipertemia
proses infeksi Suhu tubuh sudah
Terapeutik
kembali normal
Sediakan lingkungan yang dingin
Menggigil sudah
Basahi dan kipasi permukaan tubuh
tirasakan lagi
Edukasi
Anjurkan tirah baring kolaborasi
Kolaborasi
Pemberian cairan dan elektrolit
intravena,jika perlu
Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi

Gangguan Setelah dilakukan asuhan Monitor TD, nadi, suhu dan RR


perfusi keperawatan selama 2x24 jam Catat adanyapenginkatan TD
jaringan diharapkan Monitor jumlahdan irama jantung
cerebral TD sistole dan diastole Monitor tingkatkesadaran
berhubungan dalam batas normal 80- Monitor GCS
dengan 100/60 mmHg
kerusakan RR normal 20-30 x/menit
neuromuskular Nadi normal 80-90 x/menit
otak Suhu normal 36-37 derajat
celcius
GCS 456
Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi

Resiko tinggi Setelah dilakukan asuhan Sediakan lingkungan yang aman


cedera keperawatan selama 2x24 untuk pasien
berhubungan jam diharapkan Identifikasi kebutuhan dan keamanan
dengan Tidak terjadi kejang pasien
spasme otot Tidak terjadi cedera Menyediakan tempat tidur yang
ekstermitas nyaman dan bersih
Memberikan penerangan yang cukup
Mengontrol lingkungan dari
kebisingan
Edukasi tentang penyakit kepada
keluarga
Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi

Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan Batasi pengunjung


berhubungan keperawatan selama 2x24 Bersihkan lingkungan pasien secara
dengan jam diharapkan benar setiap setelah digunakan
penurunan Bebas dari tanda pasien
imunitas dan gejala infeksi. Cuci tangan sebelum dan sesudah
tubuh Keluarga tahu tanda- merawat pasien, dan ajari cuci
tanda infeksi. tangan yang benar
Angka leukosit Tingkatkan masukkan gizi yang cukup
normal (9000– Anjurkan istirahat
12.000/mm3)
Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi

Kurangnya Setelah dilakukan asuhan Informasi keluarga tentang kejadian


pengetahuan keperawatan selama 2x24 kejang dan dampak masalah, serta
keluarga jam diharapkan beritahukan cara perawatan dan
tentang Keluarga mengerti cara pengobatan yang benar.
penanganan penanganan kejang Informasikan juga tentang bahaya
penderita demam yang dapat terjadi akibat pertolongan
selama kejang Keluarga tanggap dan yang salah.
berhubungan dapat melaksanakan Ajarkan kepada keluarga untuk
dengan peawatan kejang. memantau perkembangan yang
kurangnya Keluarga mengerti terjadi akibat kejang.
informasi.
penyebab tanda yang Kaji kemampuan keluarga terhadap
dapat menimbulkan penanganan kejang.
kejang.
TERIMA KASIH
Presentasi oleh kelompok 1

You might also like