Askep Keputusasaan

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 25

ASUHAN KEPERAWATAN KEPUTUSASAAN

OLEH :
KELOMPOK 2

1. KURNIATI
2. IZAM AWILDA
3. ABDUL AZIZ
4. KIA RISTI TANIA WULAN
5. ELSI RIZKI SAPUTRI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


(STIKES) MATARAM
TAHUN AJARAN 20222/2023

1
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada penyusun sehingga akhirnya penyusun dapat menyelesaikan
makalah Keperawatan Jiwa tepat pada waktunya.
Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penyusun menyampaikan rasa hormat dan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah memberikan bantuan
dan dorongan kepada penyusun dalam menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 5
C. Manfaat 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi 6
2. Rentang Respon 6
3. Etiologi 7
4. Proses Terjadinya Masalah 8
5. Manisfestasi Klinis 8
6. Penatalaksanaan 11
7. SPTK pada klien dan keluarga klien dengan keputusasaan 12
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian 17
b. Analisa Data 19
c. Implementasi 21
d. Evaluasi 22
BAB IV PENUTUP
1. Kesimpulan 23
2. Saran 23
DAFTAR PUSTAKA 24

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keputusasaan merupakan pernyataan subjektif dimana individu memandang adanya
keterbatasan, tidak ada jalan ataupun pilihan yang bisa dipilih, serta tidak mampu menyelesaikan
masalahnya secara mandiri. dengan tanda-tanda antara lain pola tidur yang tidak efektif, tidak
berekspresif, penurunan kontak mata, nafsu makan berkurang, tidak berinisiatif, respon stimulus
yang diakibatan stres kronis, menjaga jarak dengan lawan bicara, kepasifan, mengangkat bahu
sebagai respon bicara. mengungkapkan "tidak bisa", serta sering mengeluh (Herdman. (2018).
Menurut: Beck et al (1974) putus asa merupakan keinginan negatif serta
ketidakberdayaan. berdasarkan hasil yang negatif dapat dikelompokan dilihat dalan: 3 dimensi
yaitu dimensi kognitif, dimensi afektif dan dimensi motivasi. Dimensi emosional meliputi
pandangan negatif tentang masa depan, diantaranya kurangnya harapan, antusiasme, atau
kepercayaan. Dimensi motivasi berfokus pada pikiran serta perasaan negatif tentang kemampuan
individu dalam mengubah ataupun meningkatkan kebahagiaan dimasa depan.
Dampak masalah psikososial keputusasaan yang dikemukakan oleh Khan et al. (2019)
dalam hasil penelitianya menyebutkan sebanyak 87% penderita diabetes mengalami depresi.
Gangguan depresi bisa terjadi pada berbagai macam usia. Riskesdas, (2018) menunjukkan hasil
bahwa masalah depresi bisa terjadi pada usia remaja yakni 15 sampai 24 tahun dengan pravelensi
6,2%. Pola pravelensi depresi terus mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya usia.
Pravelensi tertinggi terjadi pada umur 75 tahun keatas 8,9%, usia 65-74 tahun sekitar 8,0% serta
55- 64 tahun sekitar 6,5%. Hal ini dapat berpengaruh pada pola pikir individu yang tidak efektiif
misalnya nafsu makan menurun, merokok, serta berkurangnya keaktifitasan fisik (Ismail, (2009).
Sebagai tenaga kesehatan, perawat perlu memberikan perhatian penuh terhadap
kondisi kliennya, meliputi kondisi fisiologis, spiritualitas. sosialitas, budaya serta sosio-
psikologis. Perawat berkewajiban untuk memberi asuhan keperawatan psikososial pada penderita
diabetes. Hal tersebut berupaya sebagai pengurangan terjadinya risiko komplikasi pada penderita
diabetes. Strategi komunikasi dan promosi kesehatan pada penderita diabetes diterapkan sesuai
dengan problem psikososial yang dialami oleh klien yang menderita keputusasaan (Julyari,

4
2016). Sehingga perawat perlu berperan dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa pada
penderita keputusasam terhadap masyarakat ataupun komunitas (Keliat, 2011).
Keputusasaan menjadi salah satu masalah psikososial keperawatan yang menarik
karena sering menyebabkan memburuknya keadaan fisik klien dengan presentase yang masih
sedikit di Jawa Tengah, oleh karena itu penulis berniat untuk memberikan penggambaran
mengenai masalah keperawatan psikososial keputusasaan. Bendasarkan uraian di atas penulis
menyimpulkan bahwa keputusasaan adalah masalah psikososial yang umum terjadi terhadap
penderita diabetes melitus.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana askep klien dengan keputusasaan ?
C. Manfaat
Untuk mengetahui askep klien dengan keputusasaan

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Keputusasaan
1. Definisi
Keputusasaan adalah situasi emosional dimana seseorang memandang adanya
keterbatasan atau tidak tersedianya alternatif pemecahan pada masalah yang di hadapi (Tim
Pokja SDKI DPP PPNI. 2016).
Keputusasaan yaitu kondisi subyektif dimana individu melihat keterbatasan atau tidak
adanya alternatif sebagai penyelesaian masalah dan ketidakmampuan memobilisasi energi demi
kepentingannya sendin (Herdman, (2018).
2. Rentang Respon
Respon individu terhadap konsep diri dimulai dari respon adaptif dan maladaptif. Menurut
(Stuart, 2013) rentang respon keputusasaan digambarkan sebagai berikut:

Adaptif Maladaptif

Respon Reaksi Supresi Reaksi Depre


Emosional Berduka Emosi berduka
rumit tertunda

Gambar 1.1 Rentang respon adaptif dan maladaptif (Sumber: Stuart, 2013)

Keterangan:
1. Respons emosional tingkatan perasaann diri mengenai cara berperilaku, bisa diutarakan baik
lisan ataupun tulisan mengenai keadaan diri sendiri.
2. Reaksi berduka perasaan sedih yang mendalam dan sulit maju ketahap berikutnya.
3. Supresi emosi: secara sadar tindakan yang dapat dipilih guna menutupi pikiran, perasaan
ataupun dukungan dengan adanya perasaan marah, kecewa dan kesal.

6
4. Reaksi berduka tertunda upaya untuk menghindari distress hebat yang berkaitan dengan
berduka terkait pada peggambaran dalam penggunaan mekanisme pertahanan penyangkalan dan
supresi yang berlebihaan
5. Depresi suasana hati yang terganggu atau perasaan sedih yang mendalam dan rasa tidak
perduli
3. Etiologi
Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusasaan menurut, Tim Pokja SDKI DPP PPNI
(2016) yaitu:
a. Stoes jangka panjang
b. Penurunan keadaan fisik
c. Hilangnya kepercayaan terhadap nilai-nilai penting
d. Hilangnya kepercayaan pada kekuatan spriritual
e. Pembatasan kegiatan jangka Panjang
f. Pengasingan
Sedangkan faktor yang mempengaruhi keputusasaan menurut Stuart, (2007) yaitu faktor
predisposisi dan faktor presipitasi, faktor predisposisi dalam kurun waktu itu lebih dari enam
bulan, sedangkan presipitasi kurang dari enam bulan:
a. Faktor predisposisi
1) Faktor Genetik: sikap optimisme terhadap masalah akan sulit dikembangkan pada individu
yang terlahir dan besar dalam keluarga yang mempunyai riwayat depresi.
2) Kesehatan Mental: seseorang dengan gangguan kejiwaannterutama pada riwayat depresi yang
ditandai dengan ketidakberdayaan dan pesimisme, akan selalu dibayangi masa depan yang
suram, biasanya sangat sensitif terhadap masalah dan sering merasa putus asa.
3) Kesehatan Jasmani : Individu dengan kondisi fisik yang sehat dan gaya hidup yang baik akan
memiliki kemampuan yang lebih tinggi untuk mengatasi stres dibandingkan orang yang
berpenyakit fisik.
4) Struktur Kepribadian : seseorang dengan konsep negatif dan harga diri yang rendah akan
menimbulkan rasa kepercayaaan diri yang rendah dan tidak obyektif pada tekanan yang
dihadapinya.
b. Faktor presipitasi
1) Faktor kehilangan

7
2) Terus menerus mengalami kegagalan
3) Faktor lingkungan
4) Keluarga atau orang terdekat
5) Status kesehatan (penyakit diderita yang dapat mengancam jiwa)
4. Proses Terjadinya Masalah
Klien dengan depresi biasanya memiliki pandangan negatif pada stressor sejak awal. Klien
beranggapan bahwa masalah ini 100% buruk, dan tidak akan ada hikmah atas semua masalah
yang dihadapinya. Misalnya, ketika seseorang terdiagnosis menderita diabetes mellitus seseorang
akan sulit untuk menerima fonis tersebut. dibalik itu hikmahnya ia akan lebih memperhatikan
pola makan dengan baik. Semua masalah yang muncul hampir dianggap negatif. Dengan
persepsi yang salah hal ini akan memicu klien untuk berperilaku dan berfikir salah. Persepsi
yang pasti muncul adalah "saya sial, saya menderita, saya tidak mampu, tidak ada harapan,
semuanya burak", kondisi ini semakin buruk karena kurangnya sistem pendukung yang memadai
misalnya keluarga, tetangga, teman, terutama iman. Sehingga muncullah fase akumulasi stresor
dan stresor lain yang akan memperburuk situasinya. Klien akan semakin merasakan
ketidakberdayaan dan muncul niat untuk menyakiti diri sendiri bahkan bunuh din, hal ini dapat
memicu kemunculan rasa rendah diri dan menjadi tekanan internal.
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya depresi, antara lain faktor herediter dan
genetik, kepribadian premorbid, fisik, psikobiologis, neurologis, biokimia dalam tubuh,
keseimbangan elektrolit dan sebagainya. Biasanya depresi disebabkan oleh trauma fisik misalnya
pembedahan, penyakit menular, kecelakaan, faktor psikologis seperti kehilangan kasih sayang,
persalinan dan harga diri.
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis keputusasaan menurut (Rochmawati et al., 2020) adalah:
a. Pernyataan subjektif klien mengenai situasi hidup yang terasa hampa dan tiada harapan ("Saya
tidak dapat melakukan sesuatu")
b. Suka mengeluh serta terlihat murung
c. Tidak banyak berbicara, lebih banyak diam atau enggan bicara sama sekali
d. Melihatkan kesedihanan yang mendalam, afek menurun
e. Menjauhkan diri pada lingkungan atau anti sosial
f. Kontak mata menurun

8
g. Mengangkat bahu pertanda masa bodoh
h. Terlihat sering blue mood (murung)
i. Selera makan menurun atau menghilang
j. Pola tidur terganggu
k. Keterlibatan saat perawatan menurun
L . Sikap pasif saat menerima perawatan
m. Menurunnya perhatian dan keterlibatan pada orang lain yang dianggap bermakna
Manifestasi klinis lain juga dikekemukakan oleh Carpenito-Moyet,(2009) dalam Sutedjo,
(2016) antara lain:
a. Karakteristik utama (Mayor)
Mengungkapkan sikap apatis yang mendalam, luar biasa,dan bertahan dalam menanggapi
kondisi yang dianggap tidak mungkin, seperti pernyataan "Masa depanku tampak gelap bagiku".
1) Fisiologis
a) Menurunya respon terhadap rangsangan
b) Kekurangan energi
c) Peningkatan jumlah tidur
2. Emosional
Klien dengan gangguan keputusasaan biasanya merasa :
a) Mereka tidak memiliki kesempatan dan tidak ada alas an untuk percaya hari depan
b) Ketidakmampuan mencari kemakmuran, keberuntungan atau nikmat tuhan
c) Kurangnya makna dan tujuan hidup
d) Perasaan kehilangan dan kekurangan
e) Kosong atau kehilangan aktivitas
f) Demoralisasi
g) Tidak berdaya
h) Tidak kompeten atau terjebak
Klien dengan gangguan ini akan menunjukkan:
a) Kepasifan dan kurangnya keterlibatan dalam perawatan
b) Kemampuan verbal yang menurun
c) Afek yang menurun
d) Kurangnya ambisi, inisiatif, dan minat

9
e) Kompleksnya sikap menyerah
f) Ketidakmampuan untuk mencapai apapun
g) Kurangnya kehidupan tanggung jawab atas keputusan dan kehidupan
i) Perilaku mengisolasi diri
k) Komentar negatif mengenai sekarang dan masa depan
l). Kelelahan
3) Kognitif
a) Fokus pada masa lalu dan masa depan, bukan fokus pada saat ini dan sekarang
b) Berkurangnya fleksibelitas dalam proses berfikir
c) Kekakun (misalnya pemikiran semua atau tidak sama sekali)
d) Kurangnya imajinasi dan kemampuan berharap
e) Ketidakmampuan dalam mengidentifiksi atau mencapai tujuan dan sasaran yang diinginkan
f) Ketidakmampuan untuk merencanakan,mengatur,membuat keputusan,atau memecahkan
masalah
g) Putus asa
h) Ketidakmampuan dalam mengidentifikasi sumber harapan
i) Bunuh diri
b. Karakteristik tambahan (minor)
Karakter yang meliputi aspek fisiologis dan emosional ini kemungkinan muncul pada klien
dengan keputusasaan:
1). Fisiologis : Anoreksia,penurunan berat badan
2). Emosional
Klien merasa :
a).Merasa ada benjolan ditenggorokan,tegang
b). Merasa kecawa
c). Dibanjiri oleh ketidak mampuan (saya hanya”tidak bisa”)
d). Merasa bahwa mereka berada: diujung talinya
e). Kehilangan kepuasan dari peran dan hubungan
f). Rentan dan mudah diserang

10
Klien juga mempertunjukan adanya :
a) Kontak mata yang buruk
b) Motivasi yang menurun
c) Mendesah
d) Regresi
e) Depresi
f) Pengunduran diri
6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan keperawatan menurut Carpenito, (2013) yaitu:
1) Tunjukkan empati dan dorong klien untuk mengungkapkan keraguan,ketakutan dan
kekhawatirannya
2) Tentukan apakah ada resiko bunuh diri
3) Dorong klien untuk mengungkapkan alasan bagaimana dan mengapa harapan menjadikan hal
penting pada kehidupanya
4) Ajarkan penanganan untuk mengatasi aspek putus asa dan cara memisahkannya dari aspek
harapan
5) Identifikasi serta arahkan kemampuan pada diri sendiri (kemandirian, otonomi, kognitif,
rasionalitas, fleksibilitas,spiritualitas)
6) Bantuu pasien untuk menentukan sumber harapan (seperti hubungan interpersonal,
kepercayaan, hal-hal yang ingin dipenuhi)
7) Buatlah lingkungan yang memfasilitasi spiritualitas
8) Dolong pasien untuk menetapkan tujuan jangka panjaang serta jangka pendek yang sesuai
dengan kenyataan.
9) Ajarkan pasien bagaimana cara mengidentifikasi pengalaman yang menyenangkan (seperti
membaca buku yang disukai berjalan atau refresing,dan melukis)
10) Identifikasi serta arahkan sumber daya diluar diri seseorang (keluarga tim medis,komunitas
pendukung,keyakinan dan otoritas)
11) Tingkatkan kesadaran pada klien untuk menyadarkan bahwa dirinya dicintai serta dirinya
sangat penting bagi orang lain
12) Identifikasi sistem pendukung kepercayaan (nilai kematian dan sakarut maut atau menjelang
ajal)

11
13) Terapkan perujukan sesuai indikasi (seperti konsultasi,pemuka agama)
b. Penatalaksaan medis
1). Psikofarma
Terapi melalui obat-obatan sehingga bisa mengurang masalah keputusasaan
2) Psikoterapi
Terapi jiwa yang perlu diterapkan jika yang menderita sudah diberi terapi psikofarma serta
sudah memenuhi tahapan dimana kembalinya kemampuan untuk menilai realita.
3) Terapi psikososial
Bertujuan agar klien bisa lagi beradaptasi serta penanganan diri secara mandiri. Dalam
tahap ini penderita disarankan untuk tetap mengonsumsi obat-obatan psikofarma.
4) Terapi psikoreligius
Terapi psikoreligius sangat berpengaruh pada penderita komitmen keagamaan mempunyai
hubungan yang bermanfaat dibidang klinis.
5) Rehabilitasi
Dilakukan bertujuan untuk mempersiapkan menempatkan lagi dalam keluarga serta
masyarakat. Pada umumnya dilakukan selama 3-6 bulan. Dan dilakukan evaluasi secara berkala
minimal dua kali, sebelum klien mengikuti program rehabilitasi serta saat klien akan kembali
keluarga.
7.Tindakan keperawatan SPTK pada klien dan keluarga klien dengan keputusasaan
1. Mendengar aktif
Adalah konsentrasi aktif dan persepsi terhadap pesan orang lain yang menggunakan semua
indra. Menurut Ellis (1994) mendengarkan orang lain dengan penuh perhatian akan
menunjukkan pada orang lain bahwa apa yang dikatakannya adalah penting dan dia adalah orang
yang penting. Mendengarkan juga menunjukkan pesan "Anda bernilai untuk saya" dan "Saya
tertarik pada Anda".
2. Mendengar pasif
Adalah kegiatan mendengar dengan kegiatan nonverbal untuk klien. Misalnya, dengan
kontak mata, menganggukkan kepala dan juga keikutsertaan secara verbal, misalnya "uh huuh",
"mmhumm", "yah".

12
3. Penerimaan
Adalah mendukung dan menerima informasi dengan tingkah laku yang menunjukkan
ketertarikan dan tidak menilai. Penerimaan bukan berarti persetujuan. Menunjukkan penerimaan
berarti kesediaan mendengar tanpa menunjukkan keraguan atau ketidaksetujuan. Dikarenakan
hal tersebut, perawat harus sadar terhadap ekspresi non verbal. Perawat perlu menghindari
memutar mata ke atas, menggeleng-gelengkan kepala, memandang dengan muka masam pada
saat berinteraksi dengan klien.Beberapa cara untuk menunjukkan penerimaan (Potter & Perry,
1993):
a. Mendengar tanpa memotong pembicaraan.
b. Menyediakan umpan balik yang menunjukkan pengertian.
c. Yakin bahwa tanda nonverbal sesuai dengan verbal
d. Hindari mendebat, mengekspresikan keraguan atau usaha untuk mengubah pikiran klien.
4 Klarifikasi
Klarifikasi sama dengan validasi, yaitu menanyakan pada klien apa yang tidak dimengerti
perawat terhadap situasi yang ada.
5. Focusing
Adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan untuk membatasi arca diskusi sehingga
percakapan menjadi lebih spesifik dan dimengerti.
6. Observasi
Observasi merupakan kegiatan mengamati klien, kegiatan ini dilakukan sedemikian rupa
sehingga klien tidak menjadi malu atau marah.
7. Menawarkan informasi
Menyediakan tambahan informasi dengan tujuan untuk mendapatkan respon lebih lanjut.
Keuntungan dari teknik ini adalah akan memfasilitasi komunikasi, mendorong pendidikan
kesehatan, dan memfasilitasi klien untuk mengambil keputusan. Perawat sebaiknya menghindari
pemberian nasehat pada saat pemberian informasi.
8. Diam (memelihara ketenangan)
Diam dilakukan dengan tujuan untuk mengorganisir pemikiran, memproses informasi,
menunjukkan bahwa perawat bersedia untuk menunggu respon.

13
9. Asertif
Kemampuan dengan cara meyakinkan dan nyaman mengekspresikan pikiran dan perasaan
diri dengan tetap menghargai hak orang lain.
 Komunikasi asertif (Smith, 1992):
a. Mampu menggunakan berbagai strategi komunikasi untuk mengekspresikan pikiran dan
perasaan diri dengan tertentu yang secara terus menerus melindungi hak diri dan orang lain.
b. Memiliki perilaku yang positif mengenai komunikasi dengan jujur/terus terang dan adil.
c. Merasa nyaman dalam mengontrol perasaan negatif. Misalnya: cemas, tegang, malu, atau
takut.
d. Merasa yakin bahwa kita dapat melakukan sendin dengan jalan tetap menghormati diri dan
orang lain.
e. Menjaga hak diri dan orang lain sama pentingnya.
 Tahap-tahap agar menjadi lebih asertif:
a. Menggunakan kata tidak sesuai kebutuhan
b. Mengkomunikasikan maksud dengan jelas
c. Mengembangkan kemampuan mendengar
d. Pengungkapan komunikasi disertai bahasa tubuh yang tepat
e. Meningkatkan kepercayaan diri dan gambaran diri
f. Menerima kritik dengan ramah
g. Belajar terus menerus
10. Menyimpulkan
a. Membawa poin-poin penting dari diskusi untuk meningkatkann pemahaman.
b. Memberi kesempatan untuk mengklarifikasi komunikasi agar sama dengan ide dalam pikiran
(Varcarolis, 1990).
11. Giving recognition (memberi pengakuan penghargaan)
Memberi penghargaan merupakan teknik untuk memberikan pengakuan dan menandakan
kesadaran (Schult & Videbeck, 1998). Misalnya,perawat: "Saya melihat Anda sudah bisa
memakai baju dengan rapi hari ini". "Saya melihat Anda tampak segar dan bersih hari ini".

14
12. Offering self (menawarkan diri)
Adalah menyediakan diri tanpa respon bersyarat atau respon yang diharapkan (Schult
Videbeck, 1998). Misalnya. perawat "Saya akan duduk menemani Anda selama 15 menit."
13. Offering general leads (memberi petunjuk umum)
Mendukung klien untuk meneruskan (Schult & Videbeck, 1998). Misalnya: "Dan
kemudian?" "Teruskan..."
14. Giving broad opening (memberi pertanyaan terbuka)
Memberikan inisiatif pada klien. mendorong klien untuk menyeleksi topik yang akan
dibicarakan. Misalnya: "Darimana Anda akan mulai?","Apa yang Anda pikirkan pagi ini?"
Kegiatan ini akan bernilai apabila klien menunjukkan penerimaan dan nilai dari inisiatif klien,
dan akan menjadi nonterapeutik apabila perawat mendominasi interaksi dan menolak respon
klien.
15. Placing the time in time (menempatkan urutan waktu)
Melakukan klarifikasi antara waktu dan kejadian atau antara satu kejadian dengan kejadian
lain (Schult & Videbeck, 1998). Misalnya: "Hal itu terjadi sebelum atau sesudah?... Apa yang
terjadi sebelumnya?"
16 Encourage description of perception (mendukung deskripsi dari persepsi)
Meminta pada klien mengungkapkan secara verbal apa yang dirasakan atau diterima
(Schult & Videbeck, 1998). Misalnya: "Apa yang terjadi? Ceritakan apa yang Anda alami?"
17. Encourage comparison (mendukung perbandingan)
Menanyakan pada klien mengenai kesamaan atau perbedaan (Schult &Videbeck, 1998).
Misalnya: "Apakah hal ini pernah terjadi sebelumnya? Apakah hal ini mengingatkan Anda pada
sesuatu hal?"
18 Restating (mengulang)
Pengulangan pikiran utama yang diekspresikan klien (Stuart & Sundeen.1995).
Misalnya: "Anda berkata bahwa ibu Anda meninggalkan Anda saat Anda berumur 5 tahun".
Teknik ini bernilai terapeutik karena menunjukkan bahwa perawat mendengar dan melakukan
validasi, mendukung klien dan memberikan perhatian terhadap apa yang baru saja dikatakan
klien. Teknik ini juga bisa digunakan pada saat kita akan klarifikasi. Misalnya: Klien: "Saya
benci tempat ini. Saya tidak betah di sini!" Perawat: "Anda tidak ingin ada di sini?"

15
19. Reflecting (refleksi)
Mengembalikan pikiran dan perasaan klien (Schult & Videbeck, 1998). Mengembalikan
ide, perasaan dan pertanyaan kepada klien (Stuart &Sundeen, 1995). Digunakan pada saat klien
menanyakan pada perawat tentang penilaian atau persetujuan. Misalnya: Klien: "Haruskah saya
pulang akhir minggu ini?"Perawat "Menurut Anda, haruskah Anda pulang akhir minggu ini?"
20 Exploring (eksplorasi)
Mempelajari suatu topik lebih mendalam. Misalnya: "Ceritakan tentang apa yang telah
Anda gambarkan tadi”.
21. Presenting reality (menghadirkan realitas kenyataan)
Menyediakan informasi dengan perilaku yang tidak menilai. Misalnya:"Saya tidak
mendengar seorang pun bicara", "Saya adalah yang merawat Anda". "Ini adalah rumah sakit".
22. Voucing doubt (menyelipkan keraguan)
Menyelipkan persepsi perawat mengenai realitas. Misalnya: "Saya melihat bahwa hal itu
sulit untuk dipercaya." Teknik ini digunakan pada saat perawat ingin memberi petunjuk pada
klien mengenai penjelasan lain.

16
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KEPUTUSASAAN

A. Pengertian keputusasaan
Keputusasaan merupakan kondisi subjektif seorang individu memandang Keterbatasan atau
tidak adanya alternative pemecahan masalah dan tidak mampu Memobilisasi energi demi
kepentingannya sendiri (NANDA-I, 2018).
B. Tujuan Asuhan Keperawatan
1. Kognitif, klien mampu:
a. Mengetahui perubahan/penurunan kondisi fisik
b. Mengetahui pengertian, tanda dan gejala, penyebab dan akibat dari keputusasaan
c. Mengetahui cara mengatasi keputusasaan
2. Psikomotor, klien mampu:
a. Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
b. Mengidentifikasi sistem pendukung yang tersedia
c. Melatih hubungan sosial dengan sistem pendukung
d. Melatih kegiatan hidup sehari-hari
3. Afektif, klienmampu:
a. Merasakan manfaat latihan yang dilakukan
b. Merasa optimis dan bahagia

1. Proses Keperawatan
a. Pengkajian
1) Identitas
Identitas terdiri dari nama pasien, umur, alamat dan nama penangguang jawab klien
2) Keluhan utama
3) Factor predisposisi
Menurut Stuart, (2007) antara lain :
a) Faktor Genetik : sikap optimisme terhadap masalah akan sulit dikembangkan pada
individu yang terlahir dan besar dalam keluarga yang mempunyai riwayat depresi.

17
b) Kesehatan Mental: seseorang dengan gangguan kejiwaan terutama pada riwayat depresi
yang ditandai dengan ketidakberdayaan dan pesimisme, akan selalu dibayangi masa
depan yang suram, biasanya sangat sensitif terhadap masalah dan sering merasa putus
asa.
c) Kesehatan Jasmani: Individu dengan kondisi fisik yang sehat dan gaya hidup yang baik
akan memiliki kemampuan yang lebih tinggi untuk mengatasi stres dibandingkan orang
yang berpenyakit fisik.
d) Struktur Kepribadian seseorang dengan konsep negatif dan harga diri yang rendah
menimbulkan rasa kepercayaaan diri yang rendah dan obyektif pada tekanan yang
dihadapinya
4) Fisik
Pemeriksaan fisik TTV meliputi tekanan darah, suhu,pernafasan, nadi, tinggi badan disertai
berat badan.
5) Genogram ISSULA
Genogram mendeskripsikan hubungan pasien pada keluarga yang berisi minimal tiga generasi.
6) Faktor Presipitasi
a) Faktor biologis
Kaji mengenai status imunisasi, nutrisi, dan latihan fisik.
b) Faktor psikologis dan sosiobudaya
-Psikoseksual
tanyakan kepada klien tentang kepuasan fase oral, fase phalik. fase anal, fase laten dan
fase genital.
-Psikososial
Kaji tentang masalah psikososial klien mengenai hal-hal yang berkaitan dengan rasa
percaya. meningkatkan otonomi, merangsang inisiatif, mengembangkan percaya diri,
pembentukan identitas, keintiman dengan orang lain, produktifitas serta kepuasan hidup.
- Kognitif
Kaji mengenai hal-hal yang berkaitan dengan rangsangan sensori pada usia bayi,
mengembangkan berfikir konkrit), dan formal operasional (hubungan sebab-akibat).

18
-Moral
Nilai moral klien mengenai pengajaran nilai-nilai agama dan norma social budaya,
memberikan hadiah terhadap ketaatan,hubungan terhadap pelanggaran,dan melatih disiplin diri.
7) penilaian pada stressor
Kaji adanya stimulus tumbang,perilaku sosial yang tampak pada klien,persepsi individu
terhadap masalah,serta persepsi keluarga terhadap masalah.
8) sumber koping
Kaji adanya kemampuan personal dalam problem solving skill,semangat,sosial skill,dan
Intelegensia pengetahuan. kaji penetahuan dalam tumbuh kembang sistem
pendukung,koping,pola asuh,konsep diri.dukungan sosial,asset material,dan keyakinan.
9) Kebiasaan
koping yang digunakan Kaji kebiasaan koping yang digunakan seperti berbicara dengan orang
lain, aktivitas konstruktif, menyelesaikan masalah, olah raga, orientasi ego.

b. Analisa data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 Tanda dan Gejala Stres jangka Keputusasaan
Mayor panjang

Subjektif:
1.Mengungkapkan
keputusasaan
2.Mengungkapkan isi
pembicaraan Yang
pesimis "Saya tidak bisa"
3.Kurang dapat
berkonsentrasi
4. Mengungkapkan
bingung
Objektif:
1. Berperilaku pasif

19
2. Kontak mata kurang
3. Perubahan pola tidur
4. Porsi makan tidak habis
5. Kurang bicara
Minor
Subjektif:
1. sulit tidur
2.selera makan menurun
3. mengungkapkan
keraguan-keraguan
4. mengungkapkan
frustasi
Objektif.
1. Afek datar
2. Kurangin isiatif
3. Meninggalkan lawan
bicara
4. Mengangkat bahu
sebagai respons
Pada lawan bicara
5. Perawatan diri kurang
6. Sulit membuat
keputusan

20
c. Implementasi Keperawatan

NO Diagnosa Implementasi keperawatan


keperawatan
1. Keputusasaan Tindakan pada klien
1. Tindakan keperawatan ners
a. Kaji tanda dan gejala keputusasaan
b. Jelaskan proscs terjadinya keputusasaan
c. Diskusikan dengan klien:
1) Kemampuan yangdimiliki
2) Sistem pendukung yang dimiliki
3) Harapan kehidupan
d. Latih hubungan sosia ldengan lingkungan:
1) Bercakap-cakap dengan sistem pendukung
2) Bercakap-cakap dengan lingkungan
e. Latihan melakukan kegiatan sehari-hari:
1) Memenuhi kebutuhan makan
2) Memenuhi kebutuhan istirahat/tidur
3) Merawat diri: kebersihan diri
4) Melakukan kegiatan spiritual
f. Latih membangun harapan yang realistis
1) Diskusikan harapan dan keinginan masa depan
2) Bantu klien membuat rencana mencapai harapan
secara bertahap
g. Berikan motivasi dan pujian atas keberhasilan klien
Tindakan pada keluarga
2. Tindakan keperawatan ners
a. Kaji masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
klien yang mengalami keputusasaan.
b. Jelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, serta
proses terjadinya keputusasaan serta mengambil

21
keputusan dalam merawat klien.
c. Latih keluarga cara merawat dan membimbing klien
mengatasi keputusasaan sesuai dengan asuhan
keperawatan yang telah diberikan.
d. Latih keluarga menciptakan suasana keluarga yang
mendukung mengatasi keputusasaan: suasana yang
positif.
e. Diskusikan tanda dan gejala keputusasaan yang
memerlukan rujukan segera serta menganjurkan follow
up kefasilitas pelayanan kesehatan secara teratur.

d. Evaluasi
1. Penurunan tanda dan gejala keputusasaan.
2. Peningkatan kemampuan klien mengendalikan perasaan keputusasaan.
3. Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat klien dengan keputusasaan.

e. Rencana Tindak Lanjut


1. Rujuk klien dan keluarga kefasilitas praktik mandiri perawat spesialis
Keperawatan jiwa.
2. Rujuk klien dan keluarga ke case manager di fasilitas pelayanan kesehatan primer di
puskesmas, pelayanan kesehatan sekunder, dan tersier di rumah sakit.
3. Rujuk klien dan keluarga ke kelompok pendukung, kader kesehatan jiwa,
Kelompok swa bantu dan fasilitas rehabilitasi psikososial yang tersedia di
masyarakat.

BAB IV

22
PENUTUP
1.Kesimpulan
Keputusasaan adalah situasi emosional dimana seseorang memandang adanya
keterbatasan atau tidak tersedianya alternatif pemecahan pada masalah yang di hadapi (Tim
Pokja SDKI DPP PPNI. 2016).
Keputusasaan yaitu kondisi subyektif dimana individu melihat keterbatasan atau tidak
adanya alternatif sebagai penyelesaian masalah dan ketidakmampuan memobilisasi energi demi
kepentingannya sendin (Herdman, (2018).
2. Saran
Kami berharap dengan dibuatnya makalah ini dapat bisa bermanfaat bagi pembaca atau
penulis yang membutuh kan refrensi tentang materi yang dibahas penulis membutuhkan keritik
dan saran supaya mampu menjadi lebih baik kedepanya lagi

DAFTAR PUSTAKA

23
Aizid, Rizem. (2015). Melawan Stres dan Depresi. Yogyakarta: Saufa
Asmadi. (2008), Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta: EGC
Beck, A. T., Weissman, A., Lester, D., & Trexler, L. (1974). The measurement of pessimism:
the hopelessness scale. Journal of consulting and clinical psychology, 42(6), 861.
Carpenito-Moyet, L. (2009). Nursing Diagnosis (Aplication to Clinical Practice (Lippincott
Williams & Wilkins (ed.): 13th ed.). AS
Carpenito, LJ. (2012). Diagnosis keperawatan Bukusaku / Lynda juall Carpenitomo vel,
alibolusa Fruiolina Ariani, EduTiar: editor edisibahasa Indonesia, Ekaanisa Mardela fer all-
Edisi 13-Jakarta: EGC
Carpenito, L. J. (2013). Diagnosa Keperawatan: Aplikasi pada Praktek Klinik(Terjemah)
(Edsa 6), ECC.
Chew, B., Mond-sidik. S. & Shariffghazali. S. (2015). Negative effects of diabetes-related
distress on healthrelated quality of life: an evaluation among the adult patients with type 2
diabetes mellitus in three primary healthcare clinics in Malaysia. Health and Quality of Life
Outcomes.
Herdman, T.H. (2018). NANDA International Nursing Diagnoses: definitions and
classification 2018-2020. Jakarta: EGC.
Heru. (2008). Ruqyah Syar'i Berlandaskan Kearifan Lokal. Jakarta: FKUI
Hill, N., dan Ritt, M.J. (2014). Keys to Positive Thinking. Virginia: Published by arrangement
with The Napoleon Hill Foundation 1 College Avenue, Wise
Ismail, Andang. (2009). Education Games Menjadi Cerdas dan Ceria dengan Permainan
Edukatif. Yogyakarta: Pilar Media
Julyarni, F. L. K. UL. (2016). Asuhan keperawatan.... Julyarni, FIK UI, 2016.
Keliat, BA, et al. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CHMN (Basic Course).
Jakarta: EGC
Khan, Z. D., Lutale, J., & Moledina, S. M. (2019). Prevalence of Depression and Associated
Factors among Diabetic Patients in an Outpatient Diabetes Clinic.Psychiatry Journal, 2019, 1-
6

24
Limbert, C. (2004), Prychological wellhieng and satisfaction amongst military personel on
unaccompanied tours: the impact of perceived social support andcoping strategies. Journalof
Military Psychology, 16(1), 37-51
Marsh., D. & Schenk, S. & Cook, A (2012) Familles and Mental Illness. Diadaptasi oleh
National Alliance on Mental Illness/ NAMI. Diakses di www.murtige ore/content/fo
theer/fandi vinfo/familiesweb.htm pada 15 Mei 2021
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Situasi Kesehatim Jiwa Di Indonesia.Diakses pada
Jum 2021
Melalui halaman https://pusdatin.kemkes gnad/resources/download/datin/infodatin/InfoDati
n-Kesehatan-Jiwa.pdf
Rochmawati, D. H., Setyowati, E., Febriana, B., & Susanto, W. (2020) Buku Panduan
Praktikum Keperawatan Jiwa FIK Unissula. Semarang: Unissula Press.
Seligman, Martin E.P. 1991. Learned Optimism: How to Change Your Mind and Your Life.
New York: Knopf
Sheila L. & Videbeck. (2011). Psychiatric Mental Health Nursing. (Fifth Edition). Lippincott
Williams & Wilkins.
Stuart, G. W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa (Edisi 5). EGC.
Stuart, G. W. (2013). Principles and Practice of Psichiatric Nursing (10th ed.).
Sugiyono (2015). Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung: Alfabeta.
Sutedjo. (2016). Keperawatan Jiwa. (Edisi 1). Yogyakarta: Pustaka Baru
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) (Edisi
1). Jakarta: Persatuan Perawat I Indonesia.

25

You might also like