Professional Documents
Culture Documents
SAP Terapi Bermain Profesi Ners
SAP Terapi Bermain Profesi Ners
PEMBIMBING AKADEMIK :
Halimah, M.Kep., Ns., Sp.Kep.An.
Ernawati, S.Kp., Ns., M.Kep
Monalisa, Ns., M.Kep
PEMBIMBING LAPANGAN:
Ns. Musniwati, S.Kep
Ns. Ummi khadijah, S.Kep
Ns. Yanti Febria Andriani, S.Kep
Ns. Yesika Yusna, M.Kep
Ns. Diana Eva Sari, M.Kep
Ns. Yulfareni, S.Kep
Ns. Wurningsih, S.Kep
Disusun Oleh :
Widya Parida PO71202230025
Marwiyah PO71202230032
Siti Aisyah PO71202230063
Putri Balqis PO71202230069
Rd.M.Habul .H.A. PO71202230070
Shafara Nabila PO71202230071
Lusi Fransiska PO71202230072
Zilma Febri .Y. PO71202230073
Ratu Aisah .A. PO712022300800
A. Latar Belakang
Hospitalisasi adalah keadaan yang menyebabkan seseorang harus tinggal
dirumah sakit untuk mendapatkan perawatan dan pengobatan.
Hospitalisasi merupakan salah satu penyebab stres bagi anak, terutama
disebabkan oleh perpisahan dari lingkungan, dan orang tua. Anak yang
sedang sakit hampir selalu memperlihatkan sikap yang sangat mudah
tersinggung, mudah cemas, marah-marah, agresif, penakut, curiga dan sensitif.
Anak usia sekolah adalah istilah yang merujuk kepada anak-anak yang
telah mencapai usia sekolah, yaitu rentang usia sekitar 6 hingga 12 tahun. Anak
usia sekolah yang menjalani perawatan di rumah sakit adalah kelompok yang
rentan dan memiliki kebutuhan khusus dalam menghadapi tantangan fisik,
emosional, dan perkembangan. Pada usia ini, anak seringkali mengalami situasi
yang menakutkan dan stres, misalnya seperti perawatan medis, pemisahan dari
keluarga, dan lingkungan yang asing. Hospitalisasi pada usia ini dapat
memengaruhi perkembangan mereka secara signifikan dan memunculkan
berbagai masalah emosional, termasuk kecemasan, ketidaknyamanan, dan trauma.
Pada usia ini, anak-anak sedang mengalami perkembangan penting dalam
berbagai aspek kehidupan mereka, termasuk perkembangan fisik, emosional,
sosial, dan kognitif. Anak usia sekolah akan mulai memperoleh keterampilan
dasar membaca, menulis, dan berhitung, serta mengembangkan keterampilan
sosial seperti berinteraksi dengan teman-teman sebaya mereka.
Salah satu akibat anak yang mengalami hospitalisasi adalah kecemasan.
Kecemasan yaitu suatu respon emosional terhadap penilaian sesuatu
yang dianggap membahayakan, dimana cemas sangat berkaitan dangan perasaan
ketidakpastian dan ketidakberdayaan. Kecemasan anak usia sekolah saat
menjalani hospitalisasi adalah kecemasan akan kerusakan tubuh. Beberapa
prosedur atau tidakan yang dilakukan selama hospitalisasi baik yang
menimbulkan nyeri maupun tidak dan menimbulkan stressor yang berupa
takut dan cemas jika tubuhnya terluka. Selain itu, peran orang tua yang baik juga
dapat mengurangi dampak hospitalisasi pada anak.
Salah satu intervensi keperawatan anak untuk membantu mengurangi
kecemasan anak sekolah selama menjalani hospitalisasi adalah terapi bermain.
Bermain dapat membebaskan anak dari tekanan dan stress akibat situasi
lingkungan. Saat bermain, anak dapat mengekspresikan emosi dan melepaskan
dorongan yang tidak dapat diterima dalam bersosialisasi. Anak-anak bisa
berekspresi dan mengungkapkan lebih banyak tentang dirinya dalam bermain,
mengkomunikasikan beberapa kebutuhan, rasa takut, dan keinginan yang tidak
dapat mereka ekspresikan dengan ketrampilan bahasa mereka yang
terbatas, sehingga bermain merupakan cara koping yang efektif untuk
mengurangi kecemasan.
Kebutuhan bermain anak usia sekolah penting untuk dipenuhi karena
pada periode ini merupakan periode kritis dalam perkembangan konsep diri anak,
sehingga kegagalan perkembangan tahap ini akan mengganggu konsep diri
anak dikemudian hari. Salah satu bentuk terapi bermain yang dapat diterapkan
pada anak usia sekolah yang sedang menjalani hospitalisasi yaitu terapi bermain
kolase.
Terapi bermain kolase merupakan salah satu bentuk terapi ekspresif yang
menarik perhatian pada anak usia sekolah yang sedang menjalani hospitalisasi
Terapi bermain kolase akan melibatkan anak-anak dalam proses menciptakan
karya seni dengan menggabungkan berbagai bahan seperti potongan kertas,
gambar, kain, tali, dan materi lainnya. Permainan ini merupakan bentuk terapi
yang kreatif dan ekspresif yang telah terbukti memberikan manfaat yang
signifikan bagi anak-anak dalam berbagai aspek perkembangan mereka.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
terapi bermain yang berjudul “Terapi Bermain Kolase pada Anak Usia Sekolah
yang Menjalani Hospitalisasi di Ruang Perawatan Anak RSUD Raden Mattaher”.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan terapi bermain pada anak usia sekolah yang menjalani
hospitalisasi di Ruang Perawatan Anak RSUD Raden Mattaher, diharapkan
kemampuan motorik dan kreativitas anak dapat terstimulasi dengan baik
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan perkembangan kognitif pada anak
b. Meningkatkan keseimbangan motoric halus pada anak
c. Menigkatkan kreativitas anak
d. Mengurangi kecemasan pada anak
e. Meningkatkan kemampuan berinteraksi dan bersosialisasi anak
C. Sasaran
1. Peserta : Anak usia sekolah, dengan usia >6 tahun
2. Target : 4 orang
D. Materi
Terlampir
E. Metode
1. Bermain bersama
2. Demonstrasi
F. Media
1. Pensil warna
2. Potongan Origami
3. Kertas Bergambar
4. Lem Kertas
G. Pembagian Kelompok
No. Tugas Anggota
1. Leader
2. Co Leader
3. Observer
4. Fasilitator
1. Leader
a) Mengatur jalannya permainan mulai dari pembukaan sampai selesai.
b) Mengarahkan permainan.
c) Memandu proses permainan.
2. Co Leader
a) Membantu koordinasi seluruh kegiatan
b) Membantu memimpin jalannya terapi bermain dari awal hingga
berakhirnya terapi
c) Menambahkan informasi yang belum disampaikan oleh leader dan
juga melakukan persiapan baik alat maupun bahan serta tempat
dilakukannya terapi bermain.
3. Observer
a) Mengawasi jalannya permainan.
b) Mencatat proses permainan disesuaikan dengan rencana.
c) Mencatat situasi penghambat dan pendukung proses bermain.
d) Menyusun laporan dan menilai hasil permainan dibantu dengan
Leader dan fasilitator.
4. Fasilitator
a) Memfasilitasi anak untuk bermain.
b) Membimbing anak bermain.
c) Memperhatikan respon anak saat bermain.
d) Mengajak anak untuk bersosialisasi dengan temannya.
I. Kegiatan
1. Perkenalan
Kelompok perawat memperkenalkan identitas diri masing-masing
dipimpin oleh leader. Leader menjelaskan peraturan kegiatan dalam
kelompok.
2. Kerja
Klien mengikuti instruksi yang diberikan leader sesuai dengan apa yang
di inginkan dan memfasilitasi anak dalam berkereasi
3. Evaluasi
Setelah mengikuti kegiatan klien dipersilahkan untuk mengemukakan
perasaan dan pendapatnya tentang kegiatan.
4. Terminasi
Leader menjelaskan kembali tujuan dan manfaat kegiatan, klien
menyebutkan kembali tujuan dan manfaat kegiatan.
J. Strategi Pelaksanaan
No Terapis Waktu Subjek Terapis
K. Evaluasi
Kriteria evaluasi adalah sebagai berikut:
1. Evaluasi struktur
a. Pembuatan SAP dan persiapan media flashcard dilakukan 3 hari
sebelumnya
b. Persiapan tempat yang akan digunakan
c. Pengorganisasian penyelenggara terapi bermain dilakukan sebelum
dan saat kegiatan dilaksanakan
d. Peserta yang datang minimal 5 orang anak.
2. Evaluasi proses
a. Peserta mendengarkan dan memperhatikan kegiatan
b. Peserta dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
c. Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
d. Pengorganisasian berjalan sesuai dengan tugas masing-masing
3. Evaluasi hasil
a. Kegiatan dimulai dengan tepat waktu
b. Peserta dapat mengikuti kegiatan dengan baik
c. Peserta merasa senang
d. Peserta tidak takut lagi dengan perawat
Setting Tempat:
Keterangan:
: Dokumentasi : Observer
: Klien
: Leader
: Fasilitator
: Co-Leader
LAMPIRAN 1 Materi
A. Anak Usia Sekolah
Menurut definisi WHO (World Health Organization) Anak Usia Sekolah
yaitu golongan anak yang berusia antara 7-15 tahun. Sedangkan di Indonesia
lazimnya anak yang berusia 6-12 tahun (KEMENKES, 2008). Masa usia
sekolah sering disebut sebagai masa intelektual. Pada tahap perkembangan
usia anak sekolah dasar 6-12 tahun dan pada masa anak ini secara relatif lebih
mudah dididik dari pada masa sebelum dan sesudahnya.
Anak usia sekolah adalah anak yang berusia 6-12 tahun (middle
childhood). Kesehatan bagi anak sekolah tidak terlepas dari pengertian
kesehatan pada umumnya. Anak pada usia ini telah memilih fisik yang lebih
kuat sehingga kebutuhan untuk melakukan aktivitas tampak menonjol.
Penampilannya dan pertumbuhan menjadi mantap pada diri anak tersebut.
Anak sekolah merupakan golongan yang mempunyai karakteristik dengan
mulai mengembangkan kemandirian diri dan menentukan batasan-batasan
norma dilingkungan sekitarnya. Variasi pertumbuhan dan perkembangan suatu
individu baik variasi perkembangan fisik maupun variasi perkembangan
kepribadian. Variasi tersebut diatas dipengaruhi oleh antara lain : pola makan,
aktivitas dan asupan makanan.
B. Definisi Terapi Bermain
Bermain merupakan stimulasi yang tepat bagi anak. bermain dapat
meningkatkan daya pikir anak sehingga anak mendayagunakan aspek
emosional, social, serta fisiknya. Bermain juga dapat meningkatkan
kemampuan fisik, pengalaman dan pengetahuannya, serta berkembangnya
keseimbangan menta anak (Andriana, 2017). Terapi bermain adalah usaha
mengubah tingkah laku yang bermasalah dengan menempatkan anak dalam
situasi bermain (Adriana, 2011).
C. Tujuan Terapi Bermain
Menurut Saputro (2017) terapi bermain sangat penting bagi mental,
emosional, dan kesejahteraan social anak.terapi bermain juga dapat
menciptakan suasana aman bagi anak untuk mengekspresikan diri mereka,
memahami bagaimana sesuatu dapat terjadi, mempelajari aturan social dan
mengatasi masalah mereka serta memberikan kesempatan bagi anak untuk
berekspresi dan mencoba sesuatu yang baru.
D. Fungsi Bermain
Fungsi bermain menurut Adriana (2011) berfungsi untuk merangsang
perkembangan sensorimotor, perkembangan intelektual, sosialisasi,
kreativitas, kesadaran diri, nilai moral dan manfaat terapeutik.
1. Perkembangan sensorimotor: aktivitas sensorimotor adalah komponen
utama bermain pada semua usia. Permainan aktif penting untuk
perkembangan otot dan bermanfaat untuk melepaskan kelebihan energi.
Melalui stimulasi taktil, auditorius, visual dan kinestetik, bayi
memperoleh kesan. Todler dan prasekolah sangat menyukai gerakan
tubuh dan mengeksplorasi segala sesuatu di ruangan.
2. Perkembangan intelektual: melalui eksplorasi dan manipulasi, anak-anak
belajar mengenal warna, bentuk, ukuran, tesktur dan fungsi objek-objek.
Ketersediaan materi permainan dan kualitas keterlibatan orang tua adalah
dua variabel terpenting yang terkait dengan perkembangan kognitif
selama masa bayi dan prasekolah.
3. Sosialisasi: perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan
berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui bermain, anak belajar
membentuk hubungan sosial dan menyelesaikan masalah, belajar pola
perilaku dan sikap yang diterima masyarakat.
4. Kreativitas: anak-anak bereksperimen dan mencoba ide mereka dalam
bermain. Kreativitas terutama merupakan hasil aktivitas tunggal,
meskipun berpikir kreatif sering kali ditingkatkan dalam kelompok. Anak
merasa puas ketika menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
5. Kesadaran diri: melaui bermain, anak akan mengembangkan
kemampuannya dalam mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar
mengenal kemampuan diri dan membandingkannya dengan orang lain.
Kemudian menguji kemampuannya dengan mencoba berbagai peran serta
mempelajari dampak dari perilaku mereka terhadap orang lain.
6. Nilai moral: anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya
terutama dari lingkungan. Melalui aktivitas bermain anak memperoleh
kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat
diterima di lingkungannya. Anak juga akan belajar nilai moral dan etika,
belajar membedakan sesuatu dan bertanggung jawab.
7. Manfaat terapeutik: bermain bersifat terapeutik pad aberbagai usia.
Bermain bersifat terapeutik pada berbagai usia. Bermain memberikan
sarana untuk melepaskan diri dari ketegangann dan stress yang dihadapi
di lingkungan. Dalam bermain, anak dapat mengekspresikan emosi dan
melepaskan impuls yang tidak dapat diterima dalam cara yang dapat
diterima masyarakat. Melalui bermain anak-anak mampu
mengkomunikasikan kebutuhan, rasa takut, kecemasan dan keinginan
mereka kepada pengamat yang tidak dapat mereka ekspresikan.