Professional Documents
Culture Documents
7964 23028 1 SM
7964 23028 1 SM
……………………………………………………………………………………………………………
Abstract: Humans are always in dialogue with symbols and signs. The presence of a symbol and a sign always assumes
the existence of the object being marked. Verses or signs must have meanings that are sometimes much more complex,
therefore capturing the meaning of a sign is not enough just to know it but to be aware and understand. The problem of
understanding becomes important, misunderstanding is fatal because it will result in wrong attitude, wrong life, and
wrong way of presenting one's existence. This understanding awareness needs to be brought to realize and understand
various symbols and signs, including texts and symbols related to religion. The fundamental question that needs attention
in this regard is how generations living in different times and places are able to capture ideas correctly and completely
from previous generations whose encounters are only represented by symbols and texts. If the effort to find the idea is only
by reading the text, it is feared that the expression of meaning will not succeed completely because aspects of space and
time are neglected. Religious texts and symbols cannot speak for themselves, so they need correct and correct reading,
interpretation and understanding. Religious people need to become intelligent readers who are able to comprehensively
understand contextualist religious teachings without neglecting any aspects, without being trapped in partial, fragmented
or even a-historical, extremist understandings, and losing their essence context. Therefore, interaction with religious texts
is not enough with the ability to read and know the text, but must understand and capture the context and the message as
a whole, so that interpretation and understanding of religion is able to display religious behavior that is reflective, intact,
wise and beautiful.
Abstrak: Manusia senantiasa berdialog dengan simbol dan tanda. Kehadiran sebuah simbol dan tanda selalu
mengasumsikan adanya objek yang ditandai. Ayat atau tanda pasti menyimpan makna yang terkadang jauh
lebih kompleks, oleh karena itu menangkap makna sebuah tanda tidak cukup hanya dengan mengetahuinya
melainkan harus dengan menyadari dan memahami. Problem memahami menjadi penting, salah memahami
berakibat fatal karena akan berakibat salah bersikap, salah menjalani hidup, dan salah bagaimana
menampilkan eksistensi diri. Kesadaran memahami ini perlu dibawa untuk menyadari dan memahami
berbagai simbol dan tanda, termasuk teks dan simbol yang terkait dengan agama. Pertanyaan mendasar yang
perlu diperhatikan terkait hal ini adalah bagaimana generasi yang hidup di zaman dan tempat yang berbeda
mampu menangkap gagasan secara benar dan utuh dari generasi terdahulu yang perjumpaannya hanya
diwakili oleh simbol dan teks. Jika upaya menemukan gagasan itu hanya dengan membaca teks saja,
dikhawatirkan pengungkapan makna tidak akan berhasil utuh karena aspek-aspek ruang dan waktu yang
terabaikan. Teks dan simbol agama tidak mungkin berbicara sendiri, maka ia perlu pembacaan, penafsiran dan
pemahaman yang benar dan tepat. Umat beragama perlu menjadi pembaca cerdas yang mampu memahami
secara komprehensif kontekstualis ajaran-ajaran agama tanpa ada aspek yang terabaikan, tanpa terjebak dalam
pemahaman yang parsial, terkotak-terkotak atau bahkan a-historis, ekstrimis, dan kehilangan konteks
esensinya. Oleh karena itu interaksi dengan teks keagamaan tidaklah cukup dengan kecakapan membaca dan
mengetahui teks saja melainkan harus dengan memahami dan menangkap konteks serta pesannya secara utuh,
sehingga penafsiran dan pemahaman agama mampu menampilkan perilaku beragama yang reflektif, utuh,
bijak dan indah.
15 | J u r n a l M a n t h i q
M. Samsul Ma’arif: Memahami Teks Keagamaan
16 | J u r n a l M a n t h i q
Jurnal Manthiq: Vol VII Edisi I 2022
bahasa arab dan dewasa ini kita temukan memiliki fokus intens terhadap problem
dalam bentuk teks yang bisa kita baca dan memahami ini diantaranya adalah
pelajari, demikian juga dengan hadis dan hermeneutika.
teks-teks lain.
Alqur‟an turun kurang lebih 15 Hermeneutika dan Teks
abad yang lalu, dijaga diabadikan serta Hermeneutika berasal dari bahasa
ditulis dalam bahasa Arab, begitu juga Yunani “hermeneuin” yang berarti
hadis dan teks-teks yang ditulis oleh para menafsirkan. Kata ini erat kaitannya
ulama dalam rangka mengungkap makna dengan nama salah seorang dewa Yunani,
ayat-ayat Alqur‟an dan upaya memahami Hermes. Hermes dianggap sebagai utusan
hadis berikut sebagai upaya menemukan para dewa di langit untuk menyampaikan
ajaran-ajaran agama. Ketika teks klasik pesan kepada manusia di dunia.
dibaca dan dipelajari oleh generasi Hermeneutika menurut sejarahnya1 telah
berikutnya yang hidup berselang tempat digunakan di dalam penelitian teks-teks
dan waktu, maka jika upaya menemukan kuno yang otoritatif, misalnya kitab suci,
makna itu hanya dengan membaca kemudian diterapkan di dalam teologi
teksnya saja, dikhawatirkan dan direfleksikan secara filosofis, sampai
pengungkapan makna tidak akan berhasil akhirnya menjadi metode dalam ilmu-
utuh karena aspek-aspek ruang dan ilmu sosial. Kemudian sejauh
waktu yang terabaikan. Terabaikannya hermeneutika merupakan penafsiran teks,
aspek ruang dan waktu serta makna yang ia juga digunakan di dalam berbagai
tidak utuh tentu sangat disayangkan, bidang lain, seperti ilmu sejarah, hukum,
karena justru akan menampilkan wajah sastra dan sebagainya.2 Kemudian
agama dengan “bermasalah”, tidak utuh Terminologi hermeneutika bisa
dan kering. diterjemahkan ke dalam tiga pengertian3;
Teks dan simbol agama tidak
mungkin berbicara sendiri, maka ia perlu
pembacaan, penafsiran dan pemahaman 1
Secara periodik hermeneutika dapat
yang benar oleh pembaca. Selain itu jarak dibedakan dalam tiga fase: klasik, pertengahan dan
antara masa kelahiran teks dan masa modern. hemeneutika sebagai aktifitas penafsiran
penafsiran amatlah panjang, untuk itu (memaknai sesuatu) telah ada sejak zaman yunani
diperlukan cara yang tepat untuk kuno yang diambil dari kata Hermes yang
dipercaya sebagai utusan para dewa untuk
memahaminya. Upaya memahami
menjelaskan pesan-pesan langit. Hermeneutika
tersebut diharapkan bisa mendidik umat pertengahan dimulai sejak hermeneutika digunakan
Islam menjadi pembaca cerdas yang sebagai penafsiran terhadap Bible yang
mampu memahami secara komprehensif menggunakan empat level pemaknaan baik secara
kontekstualis ajaran-ajaran agama tanpa literal, alegoris, moral dan eskatologis anagogis
ada aspek yang terabaikan. (spiritual), pada masa inilah hermeneutika
mengalami peralihan dari mitologi ke teologi. Dan
hermeneutika modern merupakan peralihan dari
Pembahasan teologi ke filsafat, dan pada fase inilah
Upaya memahami sebuah makna hermeneutika menjadi satu disiplin ilmu. Peran
merupakan diskursus penting dalam Schleiermacher pada fase ini ditempatkan sebagai
perkembangan intelektualitas manusia, tokoh sentral yang dianggap sangat menentukan
dan menjadi pengantar bagi pemikir setelahnya.
karena tanpa memahami manusia akan Nina Nurrohmah, Hermeneutika Schleiermacher
cenderung gagal menangkap pesan dan dan signifikansinya dalam penafsiran al-Qur’an,
makna yang mendalam serta kompleks http : // www . pkscirebon . com /2012 /04 /untuk-
dari sebuah simbol dan tanda, begitupun kolom- qiyadah. html
2
simbol dan tanda terkait agama. Moh. Dahlan, Abdullah Ahmad an-Na’im
Epistemologi Hukum Islam (Yogyakarta: Pustaka
Memahami simbol, tanda dan teks telah
Pelajar,2009),hlm. 20
dikonsepsikan berbeda-beda oleh para 3
F. Budi Hardiman, Hermeneutik ; Apa
tokoh ahli, dan disipilin kajian yang itu? dalam basis, XL, no 3, 1990, dikutip
17 | J u r n a l M a n t h i q
M. Samsul Ma’arif: Memahami Teks Keagamaan
1). Pengungkapan pikiran dalam kata- sistematics dan politics lalu dikatakan
kata, penerjemahan dan tindakan sebagai sistematika laporan dan trias politika.4
penafsir, 2). Usaha mengalihkan dari Hermeneutika pada awalnya
suatu bahasa asing yang maknanya gelap merujuk pada teori dan praktik
tidak diketahui ke dalam bahasa lain yang penafsiran, dan merupakan sebuah
bisa dimengerti oleh si pembaca. Dan 3). kecakapan yang diperoleh seseorang
Pemindahan ungkapan pikiran yang dengan belajar bagaimana menggunakan
kurang jelas, diubah menjadi bentuk instrumen sejarah, filologi,
ungkapan yang lebih jelas. manuskriptologi dan sebagainya.
Nasaruddin Baidan dengan Kecakapan dan kemahiran ini secara
mengutip pendapat Webster tipikal dikembangkan untuk memahami
menyampaikan bahwa penggunaan istilah teks-teks yang tidak lepas dari persoalan
hermeneutik dan hermenutika terdapat karena pengaruh waktu, perbedaan
perbedaan yang perlu diperhatikan. Kosa kultural atau karena kebetulan-kebetulan
kata hermeneutic (tanpa huruf „S‟) dengan sejarah.5 Sedangkan ruang garapan
hermeneutics (dengan huruf „S‟) memiliki hermeneutika bisa dikatakan bergerak
perbedaan, term yang pertama dalam tiga horizon, yaitu; pengarang,
(hermeneutic) berkonotasi sifat (adjective) teks, serta pembaca. dan secara prosedural
yang dalam bahasa Indonesia dapat langkah kerja hermeneutika itu
diartikan dengan “ketafsiran” dan menggarap wilayah teks, konteks dan
“ketakwilan” yakni menunjuk pada kontekstualisasi. Pemahaman dengan
keadaan atau sifat yang terdapat dalam mempertimbangkan konteks dan
sebuah penafsiran. Sedangkan term yang pelacakan terhadap apa saja yang
kedua (hermeneutics) adalah kata benda mempengaruhi sebuah pemaknaan dan
(noun) yang mengandung tiga konotasi ; pemahaman sehingga menghasilkan
1) ilmu penafsiran, 2) ilmu untuk keragaman penafsiran adalah fokus
mengetahui maksud yang terkandung hermeneutika.
dalam kata-kata atau ungkapan penulis, Kesadaran tentang pluralitas
dan 3) penafsiran, khususnya menunjuk pemahaman yang disebabkan keragaman
kepada penafsiran kitab suci. Dari konteks telah muncul sejak lama dalam
penjelasan tersebut terdapat istilah yang tradisi intelektual-filosofis. Dan ketika
bermiripan akan tetapi memiliki seseorang berinteraksi dengan sesuatu
perbedaan yaitu hermeneutic dan kemudian menghasilkan suatu
hermeneutics, dengan perbedaan konotasi pemahaman tentangnya, sebenarnya dia
yang cukup besar perlu kiranya untuk tidak akan pernah mendapatkan
memperhatikan dan memahami pengetahuan yang otentik apa adanya
perbedaan itu. Hermeneutics untuk tentang sesuatu itu, melainkan yang dia
menunjuk “Ilmu Tafsir dan seterusnya dapat adalah pemahaman atau
sedangkan hermeneutic untuk menunjuk pengetahuan “menurut atau sebagaimana
“keterangan sifat”. Dengan demikian yang dia tangkap”. Sesuatu yang sama
transliterasi kata itu dalam bahasa dipahami oleh orang yang berbeda
Indonesia menjadi hermeneutiks dan mungkin akan menghasilkan pemahaman
hermeneutik, namun bila dihubungkan yang berbeda juga, bahkan peristiwa yang
dengan kata lain, maka lazim huruf „s‟ itu sama ketika dihayati lagi oleh orang yang
diganti menjadi „a‟ sehingga menjadi sama tetapi dalam waktu yang berbeda
hermeneutika, semisal hermeneutika
Alqur‟an. Sama halnya dengan term
4
sistematika, politika yang berasal dari Nasaruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu
Tafsir, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005). hlm 74
5
Howard, Hermeneutika, Wacana Analitik,
Fahruddin Faiz, Hermeneutika Alqur’an; Tema- Psikososial, dan Ontologis (Bandung: Yayasan
tema Kontroversial,... hlm. 5 Nuansa Cendekia,2000), hlm.14
18 | J u r n a l M a n t h i q
Jurnal Manthiq: Vol VII Edisi I 2022
19 | J u r n a l M a n t h i q
M. Samsul Ma’arif: Memahami Teks Keagamaan
20 | J u r n a l M a n t h i q
Jurnal Manthiq: Vol VII Edisi I 2022
21 | J u r n a l M a n t h i q
M. Samsul Ma’arif: Memahami Teks Keagamaan
16
Abdul Mustaqim, Epistemologi Tafsir
18
Kontemporer, hlm. 32 al-Zahabī, M. H. Al-Tafsīr wa al-
17
Abdul Mustaqim, Epistemologi Tafsir Mufassirūn (Dār al-Kutub
Kontemporer, hlm. 32 alHādiṡah,1962), Vol.2, hlm. 434
22 | J u r n a l M a n t h i q
Jurnal Manthiq: Vol VII Edisi I 2022
23 | J u r n a l M a n t h i q
M. Samsul Ma’arif: Memahami Teks Keagamaan
24 | J u r n a l M a n t h i q
Jurnal Manthiq: Vol VII Edisi I 2022
25 | J u r n a l M a n t h i q
M. Samsul Ma’arif: Memahami Teks Keagamaan
26 | J u r n a l M a n t h i q
Jurnal Manthiq: Vol VII Edisi I 2022
27 | J u r n a l M a n t h i q
M. Samsul Ma’arif: Memahami Teks Keagamaan
28 | J u r n a l M a n t h i q