Professional Documents
Culture Documents
1 SM
1 SM
1 SM
257
Chairul Muslim : Pengembangan Lahan Sawah (sawah Bukaan Baru) …
ruang di Indonesia belum memiliki kebijakan yang konsisten, dan cenderung tumpang
tindih (secara vertikal maupun horizontal). Untuk mengatasi hal tersebut salah satu
solusinya adalah adanya kolaborasi semua pihak, baik pemerintah, swasta, peneliti,
petani, maupun pelaku industri pangan dalam memperkuat ketahanan pangan nasional
258
Chairul Muslim : Pengembangan Lahan Sawah (sawah Bukaan Baru) …
11,4 juta ton beras jika konversi lahan sawah terutama di Jawa, ketahanan pangan bakal
berjalan secepat 190.000 ha/ tahun dan mengalami rongrongan serius.
pencetakan sawah mencapai 100.000 ha/ tahun. Selama ini sekitar 56–60% produksi
Lahan sawah merupakan penghasil utama padi kita masih bertumpu pada sawah-sawah
beras. Sebagai gambaran, pada tahun 2003 dari yang subur di Jawa. Dengan dukungan irigasi
total luas panen sekitar 11,5 juta ha dengan teknis,sawah di Jawa memiliki produktivitas
produksi padi sebesar 52,1 juta ton; 49,3 juta yang tinggi (51,87 kuintal/ha) ketimbang sawah
ton padi (94,7%) diantaranya dihasilkan dari di luar Jawa (39,43 kuintal/ha), sehingga
lahan sawah dengan luas panen 10,4 juta ha dan menghasilkan surplus beras.Selama ini,
sisanya 2,8 juta ton (5,3%) dari lahan kering pencetakan sawah baru yang dilakukan
dengan luas panen 1,1 juta ha. pemerintah rata-rata hanya 37.000–45.000
Konversi lahan sawah umumnya terjadi ha/tahun. Jika konversi lahan tak terkendali,
pada lahan sawah produktif ke lahan non- surplus beras tidak akan terjadi.
pertanian (pemukiman, perkotaan dan Pulau Jawa semakin sulit diandalkan
infrastruktur, serta kawasan industri). Menurut sebagai pemasok pangan nasional, karena: (1)
Martin Sihombing (2012) bahwa konversi alih fungsi lahan yang terus berlangsung; (2)
lahan ke nonpertanian mencapai 110.000 ha per pemenuhan kebutuhan di Jawa sendiri; dan (3)
tahun (periode 1992-2002). Sebagian besar menurunnya kecukupan air untuk pertanaman
lahan sawah yang mengalami alih fungsi lahan padi. Menurut Las et al. ( 2000), pada tahun
sekitar 90% terjadi di Jawa (Jawa Barat, 2000 Pulau Jawa surplus padi 4 juta ton, namun
Jojakarta dan Jawa Timur) yang diperkirakan pada tahun 2010 surplus padi diperkirakan
60% dari produksi padi nasional (Suprapto, hanya sebesar 0,26 juta ton. Sementara di luar
2000). lahan sawah yang terkonversi tersebut Pulau Jawa, permintaan pangan juga terus
pada mulanya beririgasi teknis atau setengah meningkat. Dengan menurunnya laju
teknis dengan produktivitas tinggi peningkatan produksi padi, maka dalam jangka
(Sumaryanto, 2001). Khudori (2012) panjang produksi padi diperkirakan tidak akan
mengemukakan juga bahwa dalam Rentang mampu memenuhi permintaan, apabila
2007–2010, di Jawa saja laju konversi rata-rata konversi tetap berlanjut dan perluasan lahan
200.000 ha per tahun berupa Lahan sawah pertanian tidak direalisasikan. (Tabel 1.)
beririgasi teknis, nonteknis dan lahan kering. Sehingga Dalam jangka panjang
Di Jawa pada 2007 masih 4,1 juta perluasan areal lahan sawah mutlak perlu
ha,tapi kini hanya tinggal 3,5 juta ha. Lahan dilaksanakan secara terkendali dan bijaksana,
pertanian terancam punah.Tanpa usaha terutama untuk mengganti lahan sawah
mencegah (moratorium) konversi lahan, produktif yang dikonversi.
259
Chairul Muslim : Pengembangan Lahan Sawah (sawah Bukaan Baru) …
Luas dan Sebaran Lahan Sawah Bukaan luas. Sutomo (2004) menyatakan bahwa selama
Baru periode 1999-2002 terjadi penambahan lahan
sawah di Indonesia seluas 139.302 ha, yakni
Lahan sawah bukaan baru adalah lahan sawah
terdapat di Jawa seluas 18.024 ha dan luar Jawa
yang dikonversi dari lahan kering dengan
seluas 121.278 ha.
lapisan tapak bajak belum terbentuk (Didi Ardi
Rencana pencetakan sawah baru
dan Wiwik Hartatik, 2004). Lapisan tapak
menurut Bapenas (2010) bahwa Perluasan
bajak adalah lapisan yang terbentuk di bawah
areal pertanian merupakan salah satu
lapisan olah dan terbentuk sebagai akibat
bentuk perubahan penggunaan sumberdaya
adanya proses-proses oksidasi dan reduksi yang
lahan (land‐use change) dari bukan lahan
bergantian serta pelarutan atau pencucian
pertanian menjadi lahan pertanian.
(eluviasi) bahan-bahan kimia besi dan mangan
Target yang dicapai selama periode
yang kemudian diendapkan pada horizon
2010 – 2014 adalah 2 juta hektar.
dibawahnya (iluviasi).
Angka ini mencakup lahan pertanian pangan da
Luas dan sebaran lahan sawah bukaan
n non pangan, tetapi tidak termasuk perluasan a
baru dalam kurun waktu 10 tahun terakhir
reapertanian dari investasi swasta.
(periode 1995-2005) tampaknya tidak terlalu
Rencana 2007
No Provinsi Jumlah Luas
kabupaten
1 NAD 3 300
2 Sumatera Utara 1 350
3 Sumatera Barat 4 400
4 Riau 5 500
5 Kepulauan Riau 1 100
6 Bangka Belitung 2 125
7 Jambi 3 300
8 Bengkulu 2 160
9 Sumatera Selatan 4 850
10 Lampung 1 100
11 Kalimantan Barat 8 1126
12 Kalimantan Tengah 4 615
13 Kalimantan Selatan 6 2274
14 Kalimantan Timur 5 1880
15 Sulawesi Utara 2 100
16 Sulawesi Tengah 8 2200
17 Sulawesi Selatan 4 600
18 Sulawesi Tenggara 8 1100
19 Gorontalo 2 400
20 Sulawesi Barat 4 1000
21 Nusa Tenggara Timur 2 190
22 Nusa Tenggara Barat 1 26
23 Papua 10 1450
24 Papua Barat 3 650
25 Maluku 3 900
26 Maluku Utara 3 750
Jumlah 99 18446
Sumber: Direktorat Perluasan Areal (2007)
260
Chairul Muslim : Pengembangan Lahan Sawah (sawah Bukaan Baru) …
Rincian target perluasan menurut peruntukan Sawah bukaan baru yang berasal dari
adalah sebagai berikut: Mollisols relatif cepat membentuk lapisan
Pencetakan sawah : 250 000 hektar tapak bajak dan sebaliknya yang berasal dari
Pembukaan lahan kering : 400 000 hektar Oxisols atau Ultisols dengan agregat mantap,
Perluasan areal hortikultura : 400 000 hektar akan sulit membentuk lapisan tapak bajak.
Perluasan areal perkebunan rakyat Untuk pembukaan lahan sawah baru
: 585 430 hektar diperlukan beberapa persyaratan teknis
Pengembangan areal hijauan makanan ternak (terutama biofisik) dan non-teknis. Persyaratan
: 351 000 hektar teknis atau biofisik meliputi beberapa
Pengembangan padang penggembalaan parameter, yaitu: (a) topografi: elevasi dan
: 13 570 hektar lereng; (b) Iklim, terutama ketersediaan air; (c)
keadaan tanah: drainase, tekstur, kedalaman
Berdasarkan data dari Direktorat tanah, sifatsifat kimia (KTK, salinitas,
Perluasan Areal (2007), luas lahan sawah alkalinitas, pirit); (d) bahaya banjir; dan (e)
bukan baru pada (Tabel 2). Untuk tahun 2007 penggunaan lahan.
Direktorat Perluasan Areal merencanakan Kriteria untuk lahan sawah tersebut
pencetakan sawah pada 99 wilayah kabupaten sebagian besar mengacu pada Juknis Evaluasi
seluas 18.446 ha. Data ini menunjukkan bahwa Lahan (Djaenudin et al., 2003). Elevasi atau
pencetakan sawah jauh lebih rendah dari ketinggian tempat di atas permukaan laut
alihfungsi lahan sawah ke non-pertanian. dibatasi sampai dengan 700 m dpl. karena
Berbagai kendala dalam perluasan sawah antara berkaitan dengan radiasi matahari. Pada daerah
lain (i) belum tersedianya data penyebaran dataran tinggi dengan elevasi >700 m dpl.,
lahan yang potensial skala operasional radiasi matahari dan suhu udara relatif rendah
(1:25.000-1:50.000); (ii) status kepemilikan proses fotosintesis menjadi lambat, sehingga
lahan baik sebagai tanah adat maupun tanah tanaman padi yang sesuai adalah yang berumur
negara atau kepemilikan lainnya; (iii) panjang.
ketersediaan air irigasi; (iv) jumlah penduduk Faktor iklim atau sumber air
di wilayah potensial, dan sebagainya. merupakan faktor pendukung utama dalam
Menurut data dari PU pada 2004 usaha tani lahan sawah. Persyaratan dalam
terdapat potensi lahan irigasi seluas 360.000 ha pembukaan lahan sawah harus tersedia sumber
yang sudah ada jaringan utama tetapi belum air berupa waduk/dam, bendungan, dan sungai.
menjadi sawah (Direktorat Perluasan Areal, Jika tidak tersedia sumber air tersebut, maka
2006a). Dari data tersebut menunjukkan adanya kondisi iklim khususnya curah hujan
peluang untuk perluasan sawah karena telah disyaratkan tergolong cukup basah yaitu tipe
tersedia sarana irigasinya. agroklimat A atau B menurut kriteria Oldeman
Menurut data dari PU pada 2004 (1980). Hal yang sangat penting adalah Faktor
terdapat potensi lahan irigasi seluas 360.000 ha tanah yang dipertimbangkan sebagai
yang sudah ada jaringan utama tetapi belum karakteristik lahan pada tanah-tanah mineral
menjadi sawah (Direktorat Perluasan Areal, adalah drainase, tekstur tanah, dan kedalaman
2006a). Dari data tersebut menunjukkan adanya tanah. Sedangkan untuk tanah gambut
peluang untuk perluasan sawah karena telah berdasarkan ketebalan dan tingkat
tersedia sarana irigasinya. kematangannya. Demikian pula tanah-tanah
rawa yang mengandung pirit, kedalaman pirit
Kriteria Kesesuaian lahan Sawah harus dipertimbangkan sebagai salah satu
parameter. Demikian juga Faktor salinitas dan
Sawah bukaan baru dapat didefinisikan dari
alkalinitas tanah, baik pada tanahtanah di
dua aspek: (i) Waktu sejak sawah tersebut
daerah pesisir pantai maupun tanah-tanah
dicetak. Biasanya sawah yang dicetak dalam 10
lainnya yang berkadar garam tinggi.
tahun terakhir dikategorikan sebagai sawah
bukaan baru. (ii) Sifat tanah sawah bukaan
baru. Sawah bukaan baru dicirikan oleh belum
terbentuknya lapisan tapak bajak, sehingga
penggunaan airnya relatif boros.
261
Chairul Muslim : Pengembangan Lahan Sawah (sawah Bukaan Baru) …
262
Chairul Muslim : Pengembangan Lahan Sawah (sawah Bukaan Baru) …
tersebut masih rendah, maka untuk jangka semua lahan yang secara agroklimat sesuai
menengah luas yang cukup realistis untuk untuk di jadikan sawah. Namun sebaliknya
didayagunakan menjadi lahan sawah persoalan utamanya adalah pemilihan jenis
diperkirakan hanya sekitar 1 persen atau sekitar komoditas yang sesuai. Dari sudut pandang
80 ribu hektar. (Bappenas, 2010). sosial ekonomi pada umumnya persyaratan
Potensi kedua terbesar adalah di Pulau untuk pengembangan usahatani lahan kering
Sumatera, yang diperkirakan seluas 3,9 juta juga lebih longgar terkecuali untuk uasahatani
hektar kesesuaian lahan cukup potensial untuk hortikultura benilai ekonomi tinggi.
didayagunakan menjadi lahan sawah yang
terdiri atas lahan rawa/pasang surut seluas 1,9 TARGET PENCETAKAN SAWAH BARU
juta hektar dan non rawa 2 juta hektar. (realisasi dan kendala)
Dibandingkan dengan kondisi di Papua, tingkat
ketersediaan infrastruktur dan tenaga kerja di Rencana Kementan tahun 2012 pencetakan
pulau Sumatera pada umumnya lebih baik. sawah baru
Oleh karena itu, persentase luas lahan Kementerian Pertanian berencana pada tahun
yang layak dikategorikan potensial juga lebih 2012 akan membuka lahan pertanian seluas
tinggi dari pada yang ada di Papua. Apabila 100.000 hektare (Ha) di Luar Jawa. Begitu pula
diasumsikan pangsa luas lahan dalam jangka dengan gerakan proberas untuk memanfaatkan
menengah layak dikategorikan potensial lahan sawah milik warga yang kurang
untuk perluasan areal di wilayah pasang produktif”, bahwa proyek pembukaan lahan
surut adalah sebesar 5 persen, sedangkan di baru ini direncanakan akan selesai pada tahun
wilayah non pasang surut adalah sebesar 10 ini dan keseluruhan hamparan sawah baru
persen, maka potensi perluasan areal sawah di tersebut sudah dapat dicetak dan ditanami.
sumatera diperkirakan seluas 295 ribu hektar, Pencetakan sawah baru ini diharapkan akan
yang terdiri atas lahan rawa/pasang surut mampu merealisasikan target surplus produksi
sekitar 95 ribu hektar dan lahan non beras nasional yang mencapai 10 juta ton tahun
rawa/pasang surut sekitar 200 ribu hektar. 2014. Pembukaan lahan ini akan diratakan
Perluasan areal p[ertanian untuk dibeberapa wilayah di luar Pulau Jawa. Hal ini
usahatani sawah tidak semata-mata dari lahan dimaksudkan untuk menjaga kesuburan lahan
yang belum didayagunakan. Secara empiris, di Indonesia. Peningkatan produksi pasti
perluasan areal baku sawah dilakukan dengan berkaitan dengan kesuburan lahan, oleh karena
cara mencetak lahan sawah baru dari itu program ini diintensifkan ke lahan marginal
sebelumnya lahan tidur (tanah terlantar), hutan yang banyak terdapat di luar Pulau Jawa. Untuk
yang dapat dikonversi (APL), dan lahan kering merealisasikan program ini, pemerintah telah
yang sebelumnya berupa lading atau kebun. menyiapkan anggaran dana sebesar Rp 9
Namun sebaliknya perlu diingatkan pula bahwa triliun. Dana ini rencananya digunakan untuk
sebagian dari lahan sawah yang telah ada juga membuka lahan baru di daerah Kalimantan
tidak sedikit yang beralih fungsi menjadi areal Timur, seperti di Kabupaten Paser, Kutai Barat,
pertanian lahan kering, bahkan menjadi lahan Kutai Timur, Bulungan, Berau dan Nunukan.
non pertanian. Pemakaian dana tersebut meliputi untuk biaya
pembukaan lahan, pembangunan infrastruktur
Potensi Perluasan Areal Pertanian Lahan seperti jalan sebagai akses menuju dan dari
Kering lahan baru tersebut, dan pemberian insentif
Dari sudut pandang agronomi, persyaratan untu kepada petani.
k perluasan areal pertanian lahan kering relatif
lebih longgar dari pada lahan sawah. Dapat Kendalanya
disimpulkan bahwa hampir semua lahan yang Masalah yang akan muncul yakni dari sisi
secara agroklimat sesuai untuk dijadikan hukum, kelembagaan, maupun ketersediaan
sawah, relatif lebih longgar dari pada lahan data dan informasi. Lahan pertanian hanya
sawah. Pengembangan pertanian lahan kering dapat diwujudkan apabila perencanaan tata
tidak memerlukan fasilitas irigasi sebaik lahan ruang baik secara nasional maupun wilayah
sawah. Dapat disimpulkan bahwa hampir telah disepakati. Namun sampai saat ini, tata
263
Chairul Muslim : Pengembangan Lahan Sawah (sawah Bukaan Baru) …
ruang dan kebijakan tentang tata ruang di adalah dalam dua sampai tiga tahun ke depan
Indonesia belum memiliki kebijakan yang produktivitasnya baru dapat dilihat maksimal,
konsisten, dan cenderung tumpang tindih bisa mencapai empat sampai lima ton per
(secara vertikal maupun horizontal). UU Lahan hektar. Namun untuk lahan sawah yang baru ini
Pertanian Pangan Abadi diaharapkan dapat masih di bawah standar, asumsi untuk
menjadi payung hukum untuk menjamin lahan produktivitas pada kisaran 2,5 ton sampai tiga
yang cukup untuk memproduski pangan ton per hektar. Sedangkan untuk peningkatan
terutama beras yang merupakan pangan pokok Produktivitas padi tidak hanya bergantung pada
masyarakat lahan, tetapi juga ketersediaan air, kesuburan
Kendala lainnya akan dihadapi dalam lahan, dukungan penyuluh, dukungan modal,
menjalankan proyek ini adalah seiring dengan dan sarana produksi. Untuk mengatasi
peningkatan jumlah pemduduk dan pencetakan sawah baru ada beberapa kriteria
perkembangan struktur ekonomi, kebutuhan solusi yang nampaknya dapat mengatasi
lahan untuk kegiatan nonpertanian cenderung permasalahan pencetakan sawah bukaan baru,
terus meningkat. Kecenderungan alih fungsi Jika program ini benar-benar akan
lahan tersebut harus diiringi usaha pencegahan direalisasikan, upaya yang mungkin dapat
konversi atau alih fungsi lahan pertanian dipertimbangkan ialah, pertama lahan yang
menjadi nonpertanian. dibuka bukanlah hutan atau area vital
Hal terpenting dari realisasi program ini konservasi alam namun lahan-lahan marginal
adalah adanya bentuk kerjasama yang baik yang potensial atau lahan rusak yang tidak
antara pemerintah, swasta, BUMN, peneliti, dimanfaatkan lagi, kedua teknik pertanian yang
dan tentunya petani. Petani harus dilibatkan dipakai diusahakan merupakan pertanian
dalam proyek ini agar mereka juga sadar akan organik agar tetap menjaga kesuburan lahan
kebutuhan lahan pertanian abadi. Selain itu, seperti tujuan awalnya, ketiga intensifikasi
program ini dapat meningkatkan pendapatan lahan dengan cara bertanam polikultur atau
petani sehingga akan menyejahterakan dengan kata lain tidak hanya bertanam padi
kehidupan petani dan pertanian akan menjadi karena pertanian monokultur dan terus menerus
soko guru perekonomian Indonesia. Strategi juga dapat merusak lahan, dan keempat peran
untuk melakukan intensifikasi lahan pertanian serta petani harus benar-benar diutamakan agar
dan diversifikasi pangan juga harus gencar program ini bukan justru menyengsarakan
dilaksanakan agar dapat mengurangi konsumsi petani melainkan menyejahterakan petani
beras nasional sehingga Indonesia swasembada Indonesia.
beras dan surplus beras. Hal lain upaya mengatasi pencetakan
Adanya pembukaan sawah baru ini dapat sawah terutama lahan yang berbentuk
dilakukan dengan partisipasi berbagai pihak terasering yang umumnya menggunakan teras
terutama petani. Konversi lahan harus dipantau bangku dengan galengan diyakini dapat
dan dicegah agar program ini tidak sia-sia. Hal mengurangi laju erosi melalui pengurangan
yang paling penting dari semua ini adalah aliran permukaan dan kehilangan unsur hara.
kembali ke tujuan awalnya yakni menjaga Menurut Kurnia dan Suwardjo (1985), teras
kesuburan lahan. Program pertanian yang bangku pada tanah bersolum dalam merupakan
dijalankan tentunya harus menjaga cara terbaik untuk mencegah erosi pada lahan
keberlanjutan ekosistem di lingkungan tersebut. sampai lereng 10%. Pada lahan sawah, erosi
Peningkatan produktivitas tidak semena-mena terjadi pada saat pengolahan tanah. Erosi yang
harus merusak alam dengan cara teknik terjadi paling kecil sebesar 1−4 t/ha/tahun pada
pertanian yang salah. lahan berlereng sampai 8%, sehingga dapat
mengurangi kehilangan lapisan atas tanah dan
Upaya solusi pencetakan Sawah Baru pencucian unsur hara (Sutono et al., 2001).
Teknik konservasi tanah dan cara-cara
Cetak sawah baru sebaiknya tidak menargetkan
pencegahan erosi terbukti dapat mengurangi
produktivitas yang maksimal karena
jumlah hara yang hilang dari dalam tanah.
merupakan lahan baru dibuka, salah satunya
Pencetakan lahan sawah irigasi membutuhkan
kadar keasaman yang masih tinggi sehingga
investasi yang besar. Oleh karena itu, alih
mempengaruhi produktivitas padi. Sisi lain
fungsi lahan sawah perlu dihindarkan. Sekali
264
Chairul Muslim : Pengembangan Lahan Sawah (sawah Bukaan Baru) …
lahan sawah beralih fungsi, hampir dapat pelaku industri pangan dalam memperkuat
dipastikan lahan tersebut tidak akan kembali ketahanan pangan nasional. Tidak efektifnya
lagi menjadi lahan sawah. Oleh karena itu, peraturan yang telah ada dapat diperbaiki
lahan sawah irigasi dan juga lahan sawah dengan:
nonirigasi lainnya perlu ditetapkan sebagai 1. Memperkuat sistem administrasi tanah;
lahan sawah abadi yang dilindungi undang- 2. Meningkatkan koordinasi antar lembaga
undang dengan sanksi hukum yang tegas. terkait
3. Sosialisasi mekanisme implementasi tata
KESIMPULAN DAN SARAN ruang wilayah sampai ke tingkat
masyarakat.
Kesimpulan 4. Selain itu, diperlukan strategi yang tepat
dalam mewujudkan pencetakan lahan
Salah satu misi pembangunan tanaman pangan
sawah baru yakni pertama peningkatan
adalah mempertahankan ketersediaan bahan
insentif berupa pendapatan tambahan bagi
pangan. Untuk dapat menciptakan ketahanan
petani. Kemudian strategi kedua, jangan
pangan dan stabilitas nasional. Target Sukses
under estimate kerugian akibat alih fungsi
Kementerian Pertanian bidang pertanian
lahan sawah, ketiga, diversifikasi pangan
tanaman pangan diantaranya adalah surplus
pengganti beras dan keempat, regulasi
beras. Untuk mendukung program tersebut
untuk melindungi lahan-lahan pertanian
adalah melakukan perluasan dan pengelolaan
produktif.
lahan.
Untuk terlaksananya target surplus
DAFTAR PUSTAKA
beras adalah dengan program pencetakan
sawah baru yang dilakukan pemerintah baru
Agus dan Irawan. 2006. Agricultural land
pada tahap rata-rata hanya 37.000–45.000
conversion as a threat to food security and
ha/tahun, atau secara nasional penambahan
environmental quality. Jurnal Penelitian
lahan sawah di Indonesia seluas 139.302 ha.
dan Pengembangan Pertanian 25(3): 90-
Rencana target yang dicapai selama periode
98.
2010 – 2014 adalah 2 juta ha. Pencetakan
sawah baru ini masih tahap perencanaan di Agus dan Mulyani. 2006 . Judicious use of land
seluruh wilayah seluas 18.446 ha. resources for sustaining Indonesian rice
Potensi pengembangan lahan untuk self sufficiency. Rice Industry, Culture and
sawah bukaan baru adalah sawah rawa, Environment, Book 1. Indonesian Center
tanaman pangan lahan kering dan tanaman for Rice Research, Sukamandi, Indonesia.
perkebunan. Potensi perluasan areal lahan
Agus, F., I. Irawan, H. Suganda, W. Wahyunto,
basah sekitar 24,5 juta hektar, dan potensi
A. Setyanto, and M. Kundarto. 2006.
untuk pencetakan sawah di lahan kering lebih
Environmental multifunctionality of
mudah karena secara agroklimat sesuai untuk
Indonesian agriculture. Jurnal: Paddy
dijadikan sawah, relatif lebih longgar dari pada
Water Environment 4: 181-188.
lahan sawah.
Target rencana tahun 2012 pencetakan Bapenas. 2010. Rencana Kebijakan Strategis
sawah baru seluas 100.000 hektare (Ha) di Luar Perluasan Areal Pertanian Baru.
Jawa.
Center for Soil Research/FAO, 1983.
dan keseluruhan hamparan sawah baru tersebut Reconnaissance Land Resource Surveys,
sudah dapat dicetak dan ditanami, dan 1: 250.000 Scale, Atlas Format
diharapkan akan mampu merealisasikan target
Procedure. AGOF/INS/78/006. Manual 4,
surplus produksi beras nasional yang mencapai Version 1. UNDP/FAO, CSR, Bogor. 106
10 juta ton tahun 2014. p. dalam Hasil Round Table II
Pengendalian Konversi dan
Saran Pengembangan Lahan Pertanian.
Untuk mewujudkan program cetak sawah Direktorat Perluasan Areal, Ditjen Bina
tetntunya ada kolaborasi semua pihak, baik Produksi Tanaman Pangan, Departemen
pemerintah, swasta, peneliti, petani, maupun Pertanian, Jakarta. Dalam Rangka
265
Chairul Muslim : Pengembangan Lahan Sawah (sawah Bukaan Baru) …
266
Chairul Muslim : Pengembangan Lahan Sawah (sawah Bukaan Baru) …
Sutomo, S. 2004. Analisa data konversi dan DAS Kaligarang Dalam F. Agus (Ed.).
prediksi kebutuhan lahan. hlm. 135149. Prosiding Seminar Nasional Multifungsi
Lahan Sawah. Pusat Penelitian dan
Sutono, S., H. Kusnadi, dan M.S. Djunaedi.
Pengembangan Tanah dan Agroklimat,
2001. Pendugaan erosi pada lahan sawah
Bogor. hlm. 79−92.
dan lahan kering Sub DAS Citarik dan
267