Professional Documents
Culture Documents
LP KDP Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit
LP KDP Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit
OLEH
SRI FITRIYANI
NIM :
231030230589
PEMBIMBING :
TAHUN 2023
LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP PADA PASIEN DENGAN
OLEH :
SRI FITRIYANI
NIM :
231030230589
TAHUN 2023
BAB I
TINJAUAN TEORI
B. Etiologi
Resiko ketidakseimbangan elektrolit dapat terjadi karena beberapa
kondisi klinis seperti gagal ginjal, anoreksia nervosa, diabetes melitus,
penyakit chron, gastrointestinal, pankreatitis, cedera kepala, kanker, trauma
multiple, luka bakar dan anemia sel sabit (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2016).
Kehilangan cairan dan elektrolit merupakan salah satu akibat dari diare.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic dan
gangguan sekresi di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit
meningkat kemudian terjadi diare. Penyakit saluran pencernaan seperti
gastroenteritis akan menyebabkan kehilangan cairan, kalium dan ion-ion
klorida (Pranta, 2013).
C. Tanda dan Gejala
1. Kelelahan
2. Kram otot dan kejang
3. Mual
4. Pusing
5. Pingsan
6. Muntah
7. Mulut kering
8. Denyut jantung lambat
9. Palpitasi
10. Tekanan darah naik
11. Kurangnya koordinasi
12. Sembelit
13. Kekakuan sendi
14. Rasa haus
15. Suhu naik (demam)
16. Anoreksia
17. Berat badan naik
D. Fisiologi
Cairan dan subtansi yang ada didalamnya berpindah dari cairan
interstinal masuk kedalam sel. Pembuluh darah kapiler dan membrane sel
yang merupakan dalam cairan tubuh ikut berpindah. Metode perpindahan dari
cairan dan elektrolit tubuh dengan beberapa cara yaitu :
1. Difusi
Merupakan proses dimana partikel yang terdapat didalam cairan bergerak
dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sampai terjadi keseimbangan.
Cairan dan elektrolit di difusikan menembus membrane sel. Kecepatan
difusi dipengaruhi oleh ukuran molekul, konsentrasi larutan dan
temperature.
2. Osmosis
Merupakan bergeraknya pelarut bersih seperti air, melalui membrane semi
permiabel dan larutan yang berkonsentrasi lebih rendah ke konsentrasi
yang lebih tinggi yang sifatnya menarik.
3. Transport aktif
Partikel bergerak dari konsentrasi rendah ke lebih tinggi karena adanya
daya aktif dari tubuh seperti pompa jantung.
E. Klasifikasi
1. Cairan Intraseluler
Merupakan cairan yang terdapat di dalam sel 67% dari total air tubuh
manusia terdapat di dalam intrasel mengandung banyak ion kalium,
magnesium dan fostat.
2. Cairan Ekstraseluler
Merupakan cairan yang terdapat diluar sel 33% dari total air tubuh
manusia terdapat diluar sel. Cairan intravaskuler/plasma darah dan cairan
interstinal, mengandung banyak ion natrium, klorida dan bikarbonat serta
terdapat berbagai nutrient.
F. Pathway
1. Haus
2. Kelemahan
3. Peningkatan frekuensi nadi
4. Peningkatan suhu tubuh
5. Penurunan turgor kulit
(Tarwanto, 2005, Nanda 2015)
1. Edema
2. Penambahan berat badan
3. Efusi pleura
4. Ansietas
Gangguan mekanisme
regulasi
Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat harus
dikendalikan berada di otak. Sedangkan rangsangan haus berasal dari
kondisi dehidrasi intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari
penurunan tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan penurunan
volume darah. Perasaan kering dimulut biasanya terjadi.
1) Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus
urinarius merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam
kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml/24 jam, atau sekitar
30-50 ml/jam pada orang dewasa. Pada orang yang sehat
kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap harinya, bila
aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine akan
menurun sebagai Upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam
tubuh.
2) IWL (Invisible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, melalui kulit dengan
mekanisme difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh
melalui proses ini adalah berkisar 300-400 mL/hari, tapi bila proses
respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat.
3) Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas,
respon ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya
ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh
susunan syaraf simpatis pada kulit.
4) Feces
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL/hari, yang
diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar
(kolon)
3. Transport Aktif
Yaitu proses pengangkutan yang digunakan oleh molekul untuk berpindah
melintasi membrane sel melewati gradien konsentrasinya (gerakan partikel
dari konsentrasi 1 ke konsentrasi lain tanpa memandang tingkatannya.
4. Osmosis
Yaitu perpindahan cairan melintasi membran semipermiabel dari area
berkonsentrasi menuju area yang berkonsentrasi tinggi. Osmosis dapat
melewati semua membran bila konsentrasi yang terlarut keduanya
berubah.
J. Regulasi elektrolit
1. Kation, terdiri dari :
a. Sodium (Na) :+
1) Kation berlebih di ruang ekstraseluler.
2) Sodium penyeimbang cairan di ruang eesktraseluler.
3) Sodium adalah komunikasi antara nerves dan musculus.
4) Membantu proses keseimbangan asam-basa dengan menukar ion
hidrigen pada ion sodium di tubulus ginjal : ion hydrogen di
eksresikan.
5) Sumber : snack, kue, rempah-rempah dan daging panggang
b. Potassium (K) :+
1) Kation berlebih di ruang intraseluler.
2) Menjaga keseimbangan kalium di ruang intrasel.
3) Mengatur kontrasi (polarissasi dan repolarisasi) dari muscle dan
nerves.
4) Sumber : Pisang, alpokad, jeruk, tomat dan kismis.
c. Calcium (Ca) :++
1) Membentuk garam bersama dengan fosfat, carbonat, fluoride di
dalam tulang dan gigi untuk membuatnya keras dan kuat.
2) Meningkatkan fungsi syaraf dan muscle.
3) Meningkatkan efektifitas proses pembekuan darah dengan
prosespengaktifan protrombin dan trombin.
4) Sumber : susu dengan kalsium tinggi, ikan dengan tulang,
sayuran,dll.
b. Bicarbonat (HCO3-) :
1) Bagian dari bicarbonat buffer system.
2) Bereaksi dengan asam kuat untuk membentuk asam karbonat dan
suasana garam untuk menurunkan PH.
3) Regulasi bikarbonat dilakukan oleh ginjal.
c. Fosfat (H2PO4- dan HPO42-) :
1) Bagian dari fosfat buffer system.
2) Berfungsi untuk menjadi energi pad metabolisme sel.
3) Bersama denganion kalsium meningkatkan kekuatan dan kekerasan
tulang.
4) Masuk dalam struktur genetik yaitu : DNA dan RNA
Etiologi
Hipovolemia ini terjadi dapat disebabkan karena :
a. Penurunan masukkan.
b. Kehilangan cairan yang abnormal melalui : kulit, gastro intestinal,
ginjal abnormal, dll.
c. Perdarahan
Patofisiologi:
Manifestasi klinis
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan
hipovolemia antara lain : pusing, kelemahan, keletihan, sinkope,
anoreksia, mual, muntah, haus, kekacauan mental, konstipasi, oliguria.
Tergantung jenis kehilangan cairan hipovolemia dapat disertai ketidak
seimbangan asam basa, osmolar/elektrolit. Penipisan (CES) berat dapat
menimbulkan syok hipovolemik. Mekanisme kompensasi tubuh pada
kondisi hipolemia adalah dapat berupa peningkatan rangsang sistem
syaraf simpatis (peningkatan frekwensi jantung, inotropik (kontraksi
jantung) dan tahanan vaskuler), rasa haus, pelepasan hormon antideuritik
(ADH), dan pelepasan aldosteron. Kondisi hipovolemia yang lama
menimbulkan gagal ginjal akut.
Komplikasi
L. Tindakan Keperawatan
1. Pemberian cairan dan elektrolit per oral
a. Penambahan intake cairan dapat diberikan peroral pada pasien -
pasien tertentu, misalnya pasien dengan dehidrasi ringan atau
DHF stadium I.
b. Penambahan inteke cairan biasanya di atas 3000cc/hari.
c. Pemberian elektrolit peroral biasanya melalui makanan dan
minuman.
2. Pemberian therapy intravena
a. Pemberian terapy intravena merupakan metode yang efektif untuk
memenuhi cairan extrasel secara langsung.
b. Tujuan terapy intravena :
1) Memenuhi kebutuhan cairan pada pasien yang tidak mampu
mengkonsumsi cairan peroral secara adekuat.
2) Memberikan masukan-masukan elektrolit untuk menjaga
keseimbangan elektrolit.
c. Jenis cairan intravena yang biasa digunakan :
1) Larutan nutrient, berisi beberapa jenis karbohidrat dan air,
misalnya dextrosa dan glukosa. Yang digunakan yaitu 5%
dextrosain water (DSW), amigen, dan aminovel.
2) Larutan elektrolit, antara lain larutan salin baik isotonik,
hypotonik, maupun hypertonik yang banyak digunakan yaitu
normal saline (isotonik) : NaCL 0,9%.
3) Cairan asam basa, contohnya sodium laktate dan sodium
bicarbonat.
4) Blood volume expanders, berfungsi untuk meningkatkan volume
pembuluh darah atau plasma. Cara kerjanya adalah
meningkatkan tekanan osmotik darah.
3. Tindakan keperawatan pada pasien yang terpasang infus
a. Mempertahankan infus intravena terhadap daerah pemasangan
infus dan memberikan pendidikan kesehatan pada pasien.
b. Memenuhi rasa nyaman dan membantu aktivitas pasien misalnya
dalam pemenuhan personal hygiene dan membantu mobilitas.
c. Observasi komplikasi yang mungkin terjadi, misalnya :
1) Infiltrat : masukkannya cairan ke sub kutan
Gejala : bengkak, dingin, nyeri, tetesan infus lambat.
2) Phlebitis : trauma mekanik pada vena atau iritasi bahan kimia.
Gejala: nyeri, panas, kemerahan pada vena tempat
pemasangan.
3) Kelebihan inteke cairan : akibat tetesan infus yang terlalu
cepat.
ASUHAN KEPERAWATAN
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hypovolemia
Definisi : penurunan cairan intravaskuler, intertisial dan intraseluler
Penyebab :
1) Kehilangan cairan aktif
2) Kegagalan mekanisme regulasi
3) Peningkatan permeabilitas kapiler
4) Kekurangan intake cairan
5) Evaporasi
b. Hypervolemia
Definisi : peningkatan volume cairan intravaskuler, interstisial dan
intraseluler
Penyebab :
1) Gangguan mekanisme regulasi
2) Kelebihan asupan cairan
3) Kelebihan asupan natrium
4) Gangguan aliran balik vena
5) Efek agen farmakologis (misalnya : kortikostiroid, chlorpropamide,
tolbutamide, vincristine, tryptilinesbarmazefine)
I.03101
Pemantauan Cairan
Tindakan
Observasi
- Monitor frekuensi
dan kekuatan nadi
- Monitor frekuensi
napas
- Monitor tekanan
darah
- Monitor berat badan
- Monitor waktu
pengisian kapiler
- Monitor elastisitas
atau turgor kulit
- Monitor jumlah,
warna, dan berat
jenis urin
- Monitor kadar
albumin dan protein
total
- Monitor hasil
pemeriksaan serum
(mis: osmolaritas
serum, hematokrit,
natrium, kalium,
dan BUN)
- Monitor intake dan
output cairan
- Identifikasi tanda-
tanda hypovolemia
(mis: frekuensi nadi
meningkat, nadi
teraba lemah,
tekanan darah
menurun, tekanan
nadi menyempit,
turgor kulit
menurun, membran
mukosa kering,
volume urin
menurun,
hematokrit
meningkat, hasil,
lemah, konsentrasi
urin meningkat,
berat badan
menurun dalam
waktu singkat)
- Identifikasi tanda-
tanda hypervolemia
(mis: dispnea,
edema perifer,
edema anasarca,
JVP meningkat,
CVP meningkat,
refleks hepato
jugular positif, berat
badan menurun
dalam waktu
singkat)
- Identifikasi faktor
risiko
ketidakseimbagnan
cairan (mis:
prosedur
pembedahan mayor,
trauma/perdarahan,
luka bakar,
apheresis, obstruksi
intestinal,
peradangan
pancreas, penyakit
ginjal dan kelenjar,
disfungsi intestinal)
Terapeutik
Edukasi
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia