Tugas 4 Nopriyanti

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 104

ANALISIS ETIKA PENELITIAN DAN ETIKA PENULISAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. M DENGAN GANGGUAN


KARDIOVASKULER HIPERTENSI PADA RUANGAN TUNA
DI RSUD WAKATOBI
Dosen: Andi saifa,S.Kep., Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.Kom

Di susun oleh:

Nopriyanti olii_N21021079

PRODI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2023
ANALISIS ETIKA PENELITIAN DAN ETIKA PENULISAN

A. Etika penelitian
a. Pada penelitian terdapat persetujuan dan halaman pengesahan
b. Terdapat surat pernyataan keaslian tulisan bahwa yang ditulis ini benar benar
karyanya sendiri
c. Terdapat surat izin pengambilan data awal penelitian
d. Terdapat surat keterangan melaksanakaan penelitiaan
e. Terdapat surat keterangan bebas pustaka
B. Etika penulisan
a. Terdapat surat pernyataan keaslian yang dibuat dengan hasil dari karya sendiri
dan bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikran orang lain.
b. Terdapat surat permohonan menjadi responden dan informed consent surat
pernyataan persetujuan
c. Terdapat riwayat identitas penulis
d. Terdapat surat pernyataan keaslian

apat

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. M DENGAN GANGGUAN


KARDIOVASKULER HIPERTENSI PADA RUANGAN TUNA
DI RSUD WAKATOBI
ii
KARYA TULIS ILMIAH

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma


III Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan

HALIADIN
P003200190176

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
2020

iii
iv
v
vi
RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS

1. Nama : Haliadin

2. Tempat, Tanggal Lahir : Mandati, 10 Oktober 1979

3. Jenis Kelamin : Laki-laki

4. Agama : Islam

5. Status Perkawinan : Kawin

6. Suku/Bangsa : Buton/Indonesia

II. JENJANG PENDIDIKAN

1. TKKartini tamat tahun 1986

2. SD 1 Mandati 2 tamat tahun 1992

3. SMP 1 Wangi-wangi tamat tahun 1995

4. SPK PPNI Kendari tamat tahun 1998

5. Poltekkes Kemenkes Kendari 2019 sampai sekarang

vii
MOTTO
“Kesuksesanmu Tak Bisa Di Bandingkan Dengan
Orang Lain, Melainkan Dibandingkan Dengan Dirimu
Sebelumnya”

viii
ABSTRAK
HALIADIN, NIM : P003200190176 “Asuhan Keperawatan Pada Tn. M
Dengan Gangguan Kardiovaskuler Hipertensi Pada Ruangan Tuna Di RSUD
Wakatobi ” Pembimbing ibu Lena Atoy, SST., MPH dan bapak Muslimin, L.,
M. A. Kep., S. Pd., M. Si. Hipertensi didefinisikan sebagai elevasi persistem dari
tekanan darah sistolik pada level 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolik
pada level 90 mmHg atau lebih. Tujuan : Untuk mengetahui asuhan keperawatan
pada Tn. M dengan diagnosa hipertensi. Metode : penelitian dilakukan
menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan asuhan keperawatan. Hasil :
Tn. M mengatakan sakit kepala, mengatakan pusing, merasakan nyeri pada leher,
mengatakan sulit tidur, mengeluh tidak bisa tidur nyenyak. Diagnosa keperawatan
yang di angkat pada kasus Tn. M adalah Nyeri dan Gangguan pola tidur,
Implementasi dilakukan selama 3 hari intervensi yang diberikan pada diagnosa
pertama nyeri akut yaitu manajeman nyeri dan pada diagnosa kedua gangguan pola
tidur yaitu dukungan tidur. Kesimpulan : Pada kasus Tn. M dengan diagnosa
hipertensi masalah keperawatan teratasi dimana Tn. M mengatakan tidak merasa
nyeri dan sudah bisa tidur dan tidak terbangun lagi ketika malam hari.

Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, Hipertensi, dan RSUD Wakatobi

ix
ABSTRACT
HALIADIN, NIM: P003200190176 "Nursing Care for Mr. M With
Cardiovascular Disorders of Hypertension in Tuna Room at Wakatobi Regional
Hospital "Supervising mother Lena Atoy, SST., MPH and Mr. Muslimin, L., M.
A. Kep., S. Pd., M. Si. Hypertension is defined as a persistent elevation of systolic
blood pressure at a level of 140 mmHg or more and diastolic blood pressure at a
level of 90 mmHg or more. Purpose: To find out nursing care in Mr. M with a
diagnosis of hypertension. Method: the study was conducted using the case study
method with nursing care approach. Results: M said that he had a headache, said
he felt dizzy, felt pain in his neck, said that he had difficulty sleeping, complained
that he could not sleep well. Nursing diagnosis raised in the case of Mr. M is Pain
and Sleep Disorders, Implementation is carried out for 3 days of intervention given
in the first diagnosis of acute pain that is pain management and in the second
diagnosis of sleep pattern disorders namely sleep support. Conclusion: In the case
of Mr. M with a diagnosis of hypertension nursing problems resolved where Mr. M
said that he did not feel pain and could sleep and did not wake up at night.

Keywords: Nursing Care, Hypertension, and Wakatobi Regional Hospital

x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas karunia dan hidayahNya sehingga

penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul Asuhan

Keperawatan Pada Tn. M Dengan Gangguan Kardiovaskuler Hipertensi Pada

Ruangan Tuna Di RSUD Wakatobi sebagai salah satu syarat yang untuk

menyelesaikan pendidikan Diploma III di Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari

Jurusan Keperawatan.

Pada penyusunan Karya Tulis Ilmiah penulis banyak mendapat bantuan dari

berbagai pihak, terutama kepada pembimbing ibu Lena Atoy, SST., MPH sebagai

pembimbing I dan Bapak Muslimin, L., M. A. Kep., S. Pd., M. Si sebagai pembimbing

II atas waktu dan kesempatannya untuk memberikan bimbingan dan arahan selama

proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah. Terima kasih yang mendalam juga tidak

lupa penulis sampaikan kepada :

1. Ibu Askrening, SKM, M.Kes., selaku direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes

Kendari.

2. dr. H. Munardin Malibu selaku Direktur RSUD Wakatobi yang telah

memberikan ijin penelitian.

3. Bapak Indriono Hadi, S. Kep., NS., M. Kes selaku Ketua Jurusan keperawatan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari.

4. Bapak Taamu, A. Kep., Spd., M. Kes, ibu Dr. Lilin Rosyanti, S. Kep., Ns., M. Kep dan

ibu Dian Yuniar, SKM., M. Kep sebagai penguji karya tulis ilmiah.

5. Kepala ruangan dan staf ruang perawatan RSUD Wakatobi atas kerjasama yang

diberikan selama penulis melakukan penelitian


6. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari yang

telah memotivasi dan memberikan ilmu pengetahuan selama penulis mengikuti

pendidikan.

7. Teristimewa untuk istriku tercinta yang telah memberikan dukungan dan doa

hingga ucapan terima kasih saja tidak akan pernah cukup untuk menggambarkan

penghargaan saya.

8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun karya tulis ilmiah

ini baik lansung maupun tidak langsung yang penulis tidak bisa sebutkan satu

persatu

Penulis menyadari dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah masih banyak

kekurangan, untuk itu diharapkan saran dan kritik dari pembaca. Untuk

kesempurnaan penulisan. Akhir kata penulis berharap semoga membawa manfaat

bagi pembaca.

Kendari, 10 Juli 2020

Penulisan
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iii
KEASLIAN PENULISAN...................................................................................iv
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. vii
MOTTO .............................................................................................................. viii
ABSTRAK ............................................................................................................ ix
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ...................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi

BAB I. PEDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Tujuan studi kasus................................................................................. 4
C. Manfaat Studi kasus .............................................................................. 5
D. Metode dan teknik studi kasus............................................................... 6
E. Sistematika Penulisan ........................................................................... 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Hipertensi ................................................................................. 9
B. Asuhan Keperawatan Hipertensi .......................................................... 24
BAB III. LAPORAN KASUS
A. Pengkajian ........................................................................................... 46
B. Data fokus............................................................................................. 65
C. Analisa data .......................................................................................... 66
D. Intervensi Keperawatan ....................................................................... 68
E. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan ........................................... 70
BAB IV. PEMBAHASAN
A. Pengkajian.................................................................................................... 76
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................... 77
C. Intervensi Keperawatan........................................................................79
D. Implementasi ........................................................................................79
E. Evaluasi ...............................................................................................83
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................. 85
B. Saran.............................................................................................................. 86
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman

2.1 Batasan Hipertensi ..........................................................................................11


2.2 Batasan Tekanan Darah ..................................................................................12
3.1 Kebutuhan Nutrisi...........................................................................................46
3.2 Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit....................................................................47
3.3 Perhutungan Balance Cairan...........................................................................47
3.4 BAK ...............................................................................................................48
3.5 BAB ................................................................................................................48
3.6 Kebutuhan Istirahat Dan Tidur .......................................................................49
3.7 Kebutuhan Aktifitas .......................................................................................49
3.8 Mandi .............................................................................................................50
3.9 Berpakaian.......................................................................................................50
3.10 Makan ...........................................................................................................51
3.11 Eliminasi ......................................................................................................51
3.12 Kebutuhan Seksual .......................................................................................63
3.13 Data Fokus Hasil Pengkajian Keperawatan .................................................65

x
DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Pernyataan Keaslian Tulisan


2. Surat permintaan menjadi responden
3. Informed Consent
4. Dokumentasi

xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Hipertensi atau yang biasa disebut tekanan darah tinggi merupakan peningkatan tekanan

darah sistolik di atas batas normal yaitu lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih

dari 90 mmHg (Ferri, 2017)

Hipertensi adalah keadaan di mana tekanan darah mengalami peningkatan yang

memberikan gejala berlanjut pada suatu organ target di tubuh. Hal ini dapat menimbulkan

kerusakan yang lebih berat, misalnya stroke (terjadi pada otak dan menyebabkan kematian

yang cukup tinggi), penyakit jantung koroner (terjadi kerusakan pembuluh darah jantung),

dan hipertrofi ventrikel kiri (terjadi pada otot jantung). Hipertensi juga dapat menyebabkan

penyakit gagal ginjal, penyakit pembuluh lain dan penyakit lainnya (Syahrini, 2012).

Hipertensi merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih dari

sama dengan 140 mmHg dan diastolik lebih dari sama dengan 90 mmHg. Hipertensi dapat

diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu hipertensi primer atau esensial yang penyebabnya

tidak diketahui dan hipertensi sekunder yang dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit

endokrin, penyakit jantung, dan gangguan anak ginjal. Hipertensi seringkali tidak

menimbulkan gejala, sementara tekanan darah yang terus-menerus tinggi dalam jangka

waktu lama dapat menimbulkan komplikasi. Oleh karena itu, hipertensi perlu dideteksi dini

yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara berkala. Tekanan darah tinggi dapat

disebabkan oleh berbagai macam faktor, salah satunya adalah stres. Stres merupakan suatu

1
respon nonspesifik dari tubuh terhadap setiap tekanan atau tuntutan yang mungkin muncul,

baik dari kondisi yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan (Sadock, 2013).

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi dalam dua golongan, yaitu hipertensi primer

dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer adalah suatu kondisi yang jauh lebih sering dan

meliputi 95% dari hipertensi. Hipertensi ini disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu beberapa

faktor yang efek-efek kombinasinya menyebabkan hipertensi. Hipertensi sekunder, yang

meliputi 5% dari hipertensi. Disebabkan oleh suatu kelainan spesifik pada salah satu organ

atau sistem tubuh (Noviyanti, 2015).

Hipertensi merupakan faktor risiko utama penyakit – penyakit kardiovaskular yang

menyebabkan kematian nomor tiga terbanyak didunia dan merupakan penyebab kematian

tertinggi di Indonesia setelah stroke dan tuberkolosis, yaitu mencapai 6,8% dari populasi

kematian di Indonesia. Prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 25,8% dari populasi

pada usia 18 tahun keatas. Fenomena ini disebabkan karena perubahan gaya hidup

masyarakat secara global, seperti semakin mudahnya mendapatkan makanan siap saji

membuat konsumsi segar dan serat berkurang, kemudian konsumsi garam, lemak, gula,

dan kalori, yang terus meningkat sehingga berperan besar dalam meningkatkan angka

kejadian hipertensi (KemenKes RI, 2014).

World Health Organization (WHO) menunjukkan sekitar 1,13 Miliar orang di dunia

menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis hipertensi. Jumlah

penyandang hipertensi terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan bahwa sekitar 25%

dari populasi orang dewasa di dunia mengalami hipertensi, dan akan cenderung meningkat

2
29% pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang terkena hipertensi, dan diperkirakan

setiap tahunnya 10,44 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya. Dari 972

juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di Negara maju dan 639 sisanya berada dinegara

berkembang, termasuk Indonesia (WHO, 2015).

Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan Riskesdas 2018 sebesar

34,1%, angka kejadian tertinggi terdapat di Kalimantan Selatan sebesar

(44,1%), sedangkan angka kejadian terendah terdapat di Papua sebesar (22,2%)

(Riskesdas, 2018). Hipertensi juga menempati peringkat ke 2 dari 10 penyakit terbanyak

pada pasien rawat jalan dirumah sakit di Indonesia. Penderitanya lebih banyak wanita

(30%) dan pria (29%) sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terjadi terutama dinegara

berkembang (Triyanto, 2014).

Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara angka kejadian Hipertensi di Sulawesi

Tenggara pada tahun 2017 berjumlah 11.265 kasus, 2018 berjumlah 22.517 kasuk dan

meningkat pada tahun pada tahun 2019 berjumlah 37.036 kasus. Hal ini menunjukan

masih tingginya kasus hipertensi yang terjadi di Sulawesi Tenggara (Dinkes Sultra,

2019). Berdasarkan survey pendahuluan yang di lakukan peneliti di RSUD Wakatobi,

Angka kejadian Hipertensi di RSUD Wakatobi pada tahun 2017 di dapatkan angka

kejadian Hipertensi sebanyak kasus (Data RSUD Wakatobi, 2019).

Tingkat kesadaran akan kesehatan di Indonesia masih sangat rendah dimana jumlah

pasien yang tidak menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi dan yang tidak minum obat

dengan patuh kemungkinan lebih besar. Perubahan tersebut disebabkan meningkatnya ilmu

3
kesehatan dan pengobatan serta pengaruh sosial ekonomi di masyarakat yang berdampak

pada budaya dan gaya hidup masyarakat.

Sebagaimana di ketahui wakatobi adalah daerah maritim dimana mata pencaharian

sebagian besar adalah nelayan, dan sebagian besar masyarakat wakatobi mengkonsumsi

makanan yang memicu tekanan darah tinggi misalnya kerang-kerang laut yang

menyebabkan terkena hipertensi, dimana seseorang tidak menunjukkan gejala apapun dan

merasa dirinya sehat padahal tekanan darahnya sudah jauh di atas normal. Lalu kejadian ini

berlangsung bertahuntahun sampai akhirnya penderita mengalami kondisi kronis atau

bahkan terkena penyakit komplikasi jantung, stroke, ginjal yang rusak.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. M Dengan Gangguan

Kardiovaskuler Hipertensi Pada Ruangan Tuna Di RSUD Wakatobi Tahun 2020”.

B. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Mampu menerapkan asuhan keperawatan medikal bedah dengan

menggunakan pendekatan proses keperawatan yang komprehensif pada Tn. M

Dengan Diagnosa Hipertensi Di RSUD Wakatobi Tahun 2020.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian keperawatan medikal bedah pada Tn. M

Dengan Diagnosa Hipertensi Di RSUD Wakatobi Tahun 2020.

4
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan medikal bedah pada Tn. M Dengan

Diagnosa Hipertensi Di RSUD Wakatobi Tahun 2020.

c. Penulis mampu menyusun rencana keperawatan medikal bedah pada Tn. M Dengan

Diagnosa Hipertensi Di RSUD Wakatobi Tahun 2020.

d. Penulis mampu melakukan implementasi keperawatan medikal bedah pada Tn. M Dengan

Diagnosa Hipertensi Di RSUD Wakatobi Tahun 2020.

e. Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan keperawatan medikal bedah pada Tn. M

Dengan Diagnosa Hipertensi Di RSUD Wakatobi Tahun 2020.

C. Manfaat Studi Kasus

a. Manfaat Bagi Penulis

Dapat di jadikan sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu dalam menerapkan asuhan

keperawatan medikal bedah sehingga dapat mengembangkan dan menambah wawasan

penulis.

b. Manfaat Praktis

a) Bagi Masyarakat / Klien

Menambah pengetahuan dan keterampilan klien/keluarga dalam upaya pencegahan,

perawatan serta pemanfaatan fasilitas kesehatan dalam merawat anggota keluarga yang

menderita hipertensi.

b) Bagi Institusi Pendidikan

5
Sebagai referensi tambahan guna meningkatkan informasi / pengetahuan sebagai referensi

perpustakan Poltekkes Kemenkes Kendari yang bisa di gunakan oleh mahasiswa sebagai

bahan bacaan dan dasar untuk studi kasus selanjutnya.

c) Bagi RSUD Wakatobi

Dapat memberikan sumbangan pikiran dalam meningkatkan “Asuhan Keperawatan

Medikal Bedah dengan kasus Hipertensi di Wilayah Kerja RSUD Wakatobi.

d. Metode Dan Teknik Penelitian


a. Tempat Dan Waktu Pelaksanaan Studi Kasus

Studi kasus ini di lakukan di Wilayah kerja RSUD Wakatobi pada tanggal 4 s/d 7 Januari

2020.

b. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada studi kasus pada Tn. M Dengan Diagnosa Hipertensi Di

RSUD Wakatobi Tahun 2020.

dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Studi Kepustakaan

Yaitu mempelajari literature - literatur yang berhubungan dengan karya

tulis ini.

2. Studi Kasus

Menggunakan pendekatan proses keperawatan medikal bedah yang meliputi pengkajian,

analisa data, penerapan diagnosa keperawatan, penyusunan rencana tindakan keperawatan,

6
penerapan rencana tindakan keperawatan dan evaluasi asuhan keperawatan keluarga. Untuk

melengkapi data / informasi dalam pengkajian menggunakan beberapa

cara antara lain :

a) Observasi

Mengadakan pengamatan langsung pada klien dengan cara melakukan

pemeriksaan yang berkaitan dengan perkembangan dan keadaan klien.

b) Wawancara

Mengadakan wawancara dengan klien, dengan mengadakan pengamatan

langsung

c) Pemeriksaan Fisik

Melakukan pemeriksaan terhadap klien melalui : Inspeksi, palpasi, perkusi dan

auskultasi.

d) Studi Dokumentasi

Penulis memperoleh data dan medical record hasil pemeriksaan di

RSUD Wakatobi.

e) Metode Diskusi

Diskusi dengan tenaga kesehatan yang terkait yaitu perawat yang bertugas di

ruang perawatan

E. SistematikaPenulisan

Sistematika penulisan karya tulis ini dibagi dalam 5 (lima) BAB yaitu :

7
BAB I : PENDAHULUAN

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

BAB III : LAPORAN KASUS

BAB IV : PEMBAHASAN

BAB V : PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Askep Hipertensi

1. Pengertian

Tekanan darah tinggi atau dikenal dengan istilah hipertensi didefinisikan sebagai

elevasi persistem dari tekanan darah sistolik (TDS) pada level 140 mmHg atau lebih dan

tekanan darah diastolik (TDD) pada level 90 mmHg atau lebih (Black & Hawks, 2014).

Hipertensi Pulmonal Primer (HPP) atau hipertensi pulmonal idiopatik adalah

suatu penyakit atau sindroma yang kompleks, memerlukan pendekatan multidisiplin

dan jarang didapat, namun bersifat progresif karena adanya peningkatan resistensi

vascular pulmonal, yang lebih lanjut menyebabkan menurunnya fungsi ventrikel kanan

oleh karena peningkatan afterload ventrikel kanan. Hipertensi sekunder adalah

kenaikan tekanan darah yang terjadi akibat proses dasar yang dapat diidentifikasi

(Lemone, 2016).

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah suatu

kondisi yang menggambarkan terjadinya peningkatan tekanan darah dimana tekanan sistolik

lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg pada beberapa kali

pengukuran.

9
2. Etiologi

Hipertensi tidak dapat memiliki sebab yang diketahui (essensial, idiopatik

atau primer) atau berkaitan dengan penyakit lain (sekunder). Berdasarkan

penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu:

a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak di ketahui penyebabnya,

disebut juga hipertensi ideopatik. Terdapat sekitar95% kasus. Banyak faktor

yang pempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan

saraf simpatis, sistem renin- angiotensis, efek dalam ekskresi Na, peningkatan

Na dan Ca intraselular, dan faktor-faktor yang meningkatan resiko, seperti

obesitas, alkohol, merokok, serta polistemia.

b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus.

Penyebab spesifiknya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal,

hipertensi vaskuler renal, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan

lain-lain.

3. Epidemologi

Hipertensi dibedakan menjadi hipertensi primer atau hipertensi yang

diketahui penyebabnya dan hipertensi sekunder yang tidak diketahui

penyebabnya. Menurut Boedi Darmojo, sebanyak 1,8% sampai dengan 28,6%

orang usia dari 20 tahun sudah mengalami hipertensi (Hariyanto & Sulistyowati,

2015). Hipertensi merupakan penyakit multifaktor. Secara prinsip terjadi akibat

10
peningkatan curah jantung atau akibat peningkatan resistensi vaskuler karena

efek vasokonstriksi yang melebihi efek vasodilatasi.

Peningkatan vasokonstriksi dapat disebabkan karena efek alpha adrenergik,

ktivasi berlebihan dari sistem RAS atau karena peningkatan sensivitas arteriol

perifer terhadap mekanisme vasokonstriksi normal. Pengaturan tonus pembuluh

darah (relaksasi dan konstriksi) dilakukan melalui keseimbangan dua kelompok

vasoaktif yaitu agen vasokonstriksi dan agen vasodilatasi. Ada banyak golongan

obat antihipertensi yang beredar saat ini oleh karena itu penting kiranya

memahami farmakoterapi obat antihipertensi agar dapat memilih obat yang tepat

(Syamsudin, 2011).

4. Klasifikasi

Menurut WHO (2013), batas normal tekanan darah adalah tekanan darah

sistolik kurang dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik kurang dari 80

mmHg. Seseorang yang dikatakan hipertensi bila tekanan darah sistolik lebih dari

140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Berdasarkan The Joint

National Commite VIII (2014) tekanan darah dapat diklasifikasikan berdasarkan

usia dan penyakit tertentu. Diantaranya adalah :

Tabel 2.1. Batasan Hipertensi Berdasarkan The Joint National Commite VIII Tahun 2014
Batasan tekanan Kategori

Usia ≥60 tahun tanpa penyakit diabetes dan cronic


kidney disease
≥140/90 mmHg Usia 19-59 tahun tanpa penyakit penyerta
≥140/90 mmHg Usia ≥18 tahun dengan penyakit ginjal

11
≥140/90 mmHg Usia ≥18 tahun dengan penyakit diabetes
Sumber : The Joint National Commite VIII (2014).

American Heart Association (2017) menggolongkan hasil pengukuran

tekanan darah menjadi:

Tabel 2.2 Batasan Tekanan Darah


Kategori tekanan darah Sistolik Diastolik
Normal <120 mmHg < 80 mmHg
Prehipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg
Hipertensi stage 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Hipertensi stage 2 ≥ 160 mmHg ≥ 100 mmHg
Hipertensi stage 3 (keadaan gawat) ≥ 180mmHg ≥ 110 mmHg
Sumber: American Heart Assosiation (2014).

Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya yaitu hipertensi primer dan

hipertensi sekunder. Hipertensi primer adalah peningkatan tekanan darah yang

tidak diketahui penyebabnya. Dari 90% kasus hipertensi merupakan hipertensi

primer. Beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan

berkembangnya hipertensi primer adalah genetik, jenis kelamin, usia, diet, berat

badan, gaya hidup. Hipertensi sekunder adalah peningkatan tekanan darah karena

suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan

tiroid. Dari 10% kasus hipertensi merupakan hipertensi sekunder. Faktor

pencetus munculnya hipertensi sekunder antara lain: penggunaan kontrasepsi

oral, kehamilan, peningkatan volume intravaskular, luka bakar dan stres

(Udjianti, 2010).

12
5. Patofisiologi Hipertensi

Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output (curah

jantung) dengan total tahanan prifer. Cardiac output (curah jantung) diperoleh

dari perkalian antara stroke volume dengan heart rate (denyut jantug). Pengaturan

tahanan perifer dipertahankan oleh sistem saraf otonom dan sirkulasi hormon.

Empat sistem kontrol yang berperan dalam mempertahankan tekanan darah

antara lain sistem baroreseptor arteri, pengaturan volume cairan tubuh, sistem

renin angiotensin dan autoregulasi vaskular (Udjianti, 2010). Mekanisme yang

mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di vasomotor, pada

medulla diotak. Pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut

ke bawah korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia

simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam

bentuk implus yang bergerak kebawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia

simpatis. Titik neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan

merangsang serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan

dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah (Padila,

2013). Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi

respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriksi. Individu dengan

hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan

jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Padila, 2013). Meski etiologi hipertensi

masih belum jelas, banyak faktor diduga memegang peranan dalam genesis

hiepertensi seperti yang sudah dijelaskan dan faktor psikis, sistem saraf, ginjal,

13
jantung pembuluh darah, kortikosteroid, katekolamin, angiotensin, sodium, dan

air (Syamsudin, 2011). Sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah

sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan

tambahan aktivitas vasokontriksi.

Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi.


Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat

respon vasokonstriktor pembuluh darah (Padila, 2015).

Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran keginjal,

menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I

yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang

pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini

menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan

peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cendrung mencetuskan

keadaan hipertensi (Padila, 2015).

6. Tanda dan Gejala Hipertensi

Tanda dan gejala yang biasa ditimbulkan pada penderita hipertensi menurut

Nurarif dan Kusuma (2013) adalah :

a. Tidak ada gejala Tekanan darah yang tinggi namun penderita tidak merasakan

perubahan kondisi tubuh, seringkali hal ini mengakibatkan banyak penderita

hipertensi mengabaikan kondisinya karna memang gejala yang tidak

dirasakan.

14
b. Gejala yang lazim Gejala yang lazim menyertai hipertensi adalah nyeri kepala

dan kelelahan. Beberapa pasien memerlukan pertolongan medis karena

mereka mengeluh skit kepala, pusing, lemas, kelelahan, sesak nafas, gelisah,

mual, muntah, epistaksis, kesadaran menurun. Hipertensi yang menaun dan

tergolong hipertensi berat biasanya akan menimbulkan keluhan yang sangan

nampak yaitu : sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, nafas

pendek (terengah-engah), gelisah, pandangan mata kabur dan berkunang-

kunang, emosional, telinga berdengung, sulit tidur, tengkuk terasa berat, nyeri

kepala bagian belakang dan didada, otot lemah, terjadi pembengkakan pada

kaki dan pergelangan kaki, keringat berlebih, denyut jantung yang kuat, cepat

atau tidak teratur, impotensi, perdarahan di urine, bahkan mimisan (Martuti,

2009).

7. Faktor - Faktor Risiko Hipertensi

Faktor-faktor resiko hipertensi yang tidak dapat diubah dan yang dapat

diubah oleh penderita hipertensi menurut Black & Hawks (2014) adalah sebagai

berikut :

a. Faktor-faktor resiko yang tidak dapatdiubah

1) Riwayat keluarga

Hipertensi di anggap poligenik dan multi factorial yaitu, pada

seseorang dengan riwayat keluarga, beberapa gen berinteraksi dengan yang

lainnya dan juga lingkungan yang dapat menyebabkan tekanan darah naik

15
dari waktu ke waktu. Klien dengan orang tua yang memiliki hipertensi

berada pada risiko hipertensi yang lebih tinggi pada usia muda.

2) Usia

Hipertensi primer biasanya muncul antara usia 30-50 tahun.

Peristiwa hipertensi meningkat dengan usia 50-60 % klien yang berumur

lebih dari 60 tahun memiliki tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg.

Diantara orang dewasa, pembacaan tekanan darah sistolik lebih dari pada

tekanan darah diastolic karena merupakan predictor yang lebihbaik untuk

kemungkinan kejadian dimasa depan seperti penyakit jantung koroner,

stroke, gagal jantung, dan penyakit ginjal.

3) Jenis kelamin

Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita

sampai kira-kira usia 55 tahun. Resiko pada pria dan wanita hamper sama

antara usia 55 sampai 74 tahun, wanita beresiko lebih besar.

4) Etnis

Peningkatan pravelensi hipertensi diantara orang berkulit hitam

tidaklah jelas, akan tetapi penigkatannya di kaitkan dengan kadar rennin

yang lebih rendah, sensitivitas yang lebih besar terhadap vasopressin,

tinginya asupan garam, dan tinggi stress lingkungan.

b. Faktor - faktor resiko yang dapat di ubah

1) Diabetes mellitus

16
Hipertensi telah terbukti terjadi lebih dua kali lipat pada klien

diabetes mellitus karena diabetes mempercepat atero sklerosis dan

menyebabkan hipertensi karena kerusakan pada pembuluh darah besar.

2) Stress

Stress meningkat resistensi vaskuler perifer dan curah jantung serta

menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Stress adalah permasalahan persepsi,

interpretasi orang terhadap kejadian yang menciptakan banyak stressor dan

respon stress.

3) Obesitas

Obesitas terutama pada tubuh bagian atas, dengan meningkatnya

jumlah lemak disekitar diafragma, pinggang dan perut, dihubungkan

dengan pengembangan hipertensi. Kombinasi obesitas dengan faktorfaktor

lain dapat ditandai dengan sindrom metabolis, yang juga meningkatkan

resiko hipertensi.

4) Nutrisi

Kelebihan mengosumsi garam bias menjadi pencetus hipertensi pada

individu. Diet tinggi garam menyebabkan pelepasan hormone natriuretik

yang berlebihan, yang mungkin secara tidak langsung menigkatkan

tekanan darah. Muatan natrium juga menstimulasi mekanisme vase oresor

didalam system saraf pusat. Penelitan juga menunjukkan bahwa asupan

17
diet rendah kalsim, kalium, dan magnesium dapat berkontribusi dalam

pengembangan hipertensi.

5) Penyalahgunaan obat

Merokok sigaret, mengosumsi banyak alcohol, dan beberapa

penggunaan obat terlarang merupakan faktor-faktor resiko hipertensi. Pada

dosis tertentu nikotin dalam rokok sigaret serta obat seperti kokain dapat

menyebabkan naiknya tekanan darah secara langsung.

8. Komplikasi Hipertensi

Menurut (Triyanto, 2014) komplikasi hipertensi dapat menyebabkan

sebaga berikut :

a. Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekananan tinggi diotak, atau akibat

embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi.

Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang

memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah

ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak

mengalami arterosklerosis dapat menjadi lemah, sehingga meningkatkan

kemungkinan terbentukya aneurisma. Gejala tekena struke adalah sakit kepala

secara tiba-tiba, seperti orang binggung atau bertingkah laku seperti orang

mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakan (misalnya

wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara jelas) serta

tidak sadarkan diri secara mendadak.

18
b. Infrak miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis tidak

dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk

trombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut.

Hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen

miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung

yang menyebabkan infrak. Demikian juga hipertropi ventrikel dapat

menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel

sehingga terjadi distritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko

pembentukan bekuan.

c. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi

pada kapiler-kapiler ginjal. Glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus, darah

akan mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat

berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membran

glomerolus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid

plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering di jumpai pada hipertensi

kronik.

d. Ketidak mampuan jantung dalam memompa darah yang kembalinya

kejantung dengan cepat dengan mengakibatkan caitan terkumpul diparu, kaki

dan jaringan lain sering disebut edema. Cairan didalam paru-paru

menyebabkan sesak napas, timbunan cairan ditungkai menyebabkan kaki

bengkak atau sering dikatakan edema. Ensefolopati dapat terjadi terutama

19
pada hipertensi maligna (hipertensi yang cepat). Tekanan yang tinggi pada

kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan

kedalam ruangan intertisium diseluruh susunan saraf pusat.

Neuronneuron disekitarnya kolap dan terjadi koma. Sedangkan menurut

Menurut (Ahmad, 2011) Hipertensi dapat diketahui dengan mengukur tekanan

darah secara teratur. Penderita hipeertensi, apabila tidak ditangani dengan

baik, akan mempunyai resiko besar untuk meninggal karena komplikasi

kardovaskular seperti stoke, serangan jantung, gagal jantung, dan gagal ginjal,

target kerusakan akibat hipertensi antara lain :

1) Otak :Menyebabkan stroke

2) Mata :Menyebabkan retinopati hipertensi dan dapat menimbulkan

kebutaan.

3) Jantung :Menyebabkan penyakit jantung koroner (termasuk infark

jantung).

4) Ginjal :Menyebabkan penyakit ginjal kronik, gagal ginjal terminal 9.

Penatalaksanaan Hipertensi

Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah

terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan

mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Efektivitas setiap

program ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi, biaya perawatan dan

kualitas hidup sehubungan dengan terapi (Brunner & Suddart, 2015).

20
a. Terapi non fama kologis

Wijaya & Putri (2013), menjelaskan bahwa penatalaksanaan non

farmakologis terdiri dari berbagai macam cara modifikasi gaya hidup sangat

penting dalam mencegah tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan hipertensi

dengan non farmakologis terdiri dari berbagai macam cara modifikasi gaya

hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu :

1) Mempertahankan berat badan ideal

Mengatasi obesitas juga dapat dilakukan dengan melakukan diet rendah

kolesterol namun kaya dengan serat dan protein, dan jika berhasil

menurunkan berat badan 2,5 – 5 kg maka tekanan darah diastolik dapat

diturunkan sebanyak 5 mmHg.

2) Kurangi asupan natrium

Pengurangan konsumsi garam menjadi ½ sendok teh/hari dapat

menurunkan tekanan sistolik sebanyak 5 mmHg dan tekanan diastolic

sebanyak 2,5 mmHg.

3) Batasi konsumsi alkohol

Konsumsi alkohol harus di batasi karena konsumsi alcohol berlebihan

dapat meningkatkan tekanan darah. Para peminum berat mempunyai

resiko mengalami hipertensi empat kali lebih besar dari pada mereka yang

tidak meminum berakohol.

4) Diet yang mengandung kalium dan kalsium

21
Pertahankan asupandiet potassium ( >90 mmol (3500 mg)/hari) dengan

cara konsumsi diet tinggi buah dan sayur seperti : pisang, alpukat, papaya,

jeruk, apel, kacang – kangan, kentang dan diet rendah lemak dengan cara

mengurangi asupan lemak jenuh dan lemat total. Kalium dapat

menurunkan tekanan darah dengan meningkatkan jumlah natrium yang

terbuang bersama urin. Dengan mengonsumsi buah – buahan sebanyak 3

- 5 kali dalam sehari, seseorang bisa mencapai asupan potassium yamg

cukup.

5) Menghindari merokok
Merokok memang tidak berhubungan secara langsung dengan timbulnya

hipertensi, tetapi merokok dapat menimbulkan resiko komplikasi pada

pasien hipertensi seperti penyakit jantung dan stroke, maka perlu di

hindari rokok karena dapat memperberat hipertensi.

6) Penurunan Stress

Stress memang tidak menyebabkan hipertensi yang menetap namun jika

episode stress sering terjadi dapat menyebabkan kenaikan sementara

yang sangat tinggi.

7) Terapi pijat

Pada prinsipnya pijat yang dikukan pada penderita hipertensi adalah

untuk memperlancar aliran energy dalam tubuh sehingga gangguan

hipertensi dan komplikasinya dapat diminalisir, ketika semua jalur energi

22
tidak terhalang oleh ketegangan otot dan hambatan lain maka risiko

hipertensi dapatditekan.

b. Terapi farmakologis

Penatalaksanaan farmakologis menurut Saferi & Mariza (2013)

merupakan penanganan menggunakan obat-obatan, antara lain :

1) Diuretik (Hidroklorotiazid)

Diuretik bekerja dengan cara megeluarkan cairan berlebih dalam tubuh

sehingga daya pompa jantung menjadi lebih ringan.

2) Penghambat simpatetik (Metildopa, Klonidin danReserpin)

Obat-obatan jenis penghambat simpatetik berfungsi untuk menghambat aktifitas saraf


simpatis.

3) Betabloker (Metoprolol, propanolol danatenolol)

Fungsi dari obat jenis betabloker adalah untuk menurunkan daya pompa

jantung, dengan kontraindikasi pada penderita yangmengalami gangguan

pernafasan seperti asmabronkhial.

4) Vasodilator (Prasosin, Hidralisin)

Vasodilator bekerja secara langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi

otot polos pembuluh darah.

5) Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor(Captopril)

Fungsi utama adalah untuk menghambat pembentukan zat angiotensin II

dengan efek samping penderita hipertensi akan mengalami batuk kering,

pusing, sakit kepala dan lemas.

23
6) Penghambat angiotensin II (Valsartan)

Daya pompa jantung akan lebih ringan ketika jenis obat-obat penghambat

reseptor angiotensin II di berikan karena akan menghalangi penempelan

zat angiotensin II pada resptor.

7) Angiotensin kalsium (Diltiasem dan Verapamil) Kontraksi jantung

(kontraktilitas) akan terhambat.

B. Asuhan Keperawatan Hipertensi

1. Pengkajian

a. Biodata

1) Identitas klien (nama lengkap, jenis kelamin, umur/tanggal lahir, status

perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan,

tanggal masuk rumah sakit

2) Identitas penanggung (Nama lengkap, jenis kelamin, pekerjaan, hubungan

dengan klien, alamat)

b. Riwayat keluhan

Dalam kebanyakan kasus, keluhan yang sering di alami pengidap

hipertensi akan mengalami sakit kepala, terutama di pagi hari, mual dan

muntah, kebingungan, pandangan menjadi kabur (masalah penglihatan),

mimisan, nyeri dada, telinga berdengung, kelelahan, irama jantung yang tidak

teratur, kecemasan, tremor otot.

24
c. Riwayat kesehatan masa lalu kondisi kesehatan yang dapat

berhubungan dengan hipertensi misalnya penyakit ginjal,

hiperkolesterol, dll

d. Riwayat keluarga/genogram

1) Genogram

2) Riwayat kesehatan anggota keluarga (apakah ada anggota keluarga yang

menderita penyakit serupa, apakah ada keluarga yang mempunyai penyakit

menular atau temurun.

e. Pemeriksaan fisik

1) Tanda tanda vital (tekanan darah, pernapasan, nadi, suhu badan

2) Berat badan dan tinggi badan

3) Berat badan, tinggi badan, IMT (IMT normal atau berat badan ideal

berada di kisaran 18,5-24,9, Seseorang mengalami obesitas jika IMT-nya

sama dengan atau di atas 30, Saat IMT seseorang menyentuh angka

2529,9, maka dia dikategorikan mengalami kelebihan berat badan, Jika

seseorang memiliki IMT di bawah angka 18,5, maka orang tersebut

memiliki berat badan di bawah normal).

4) Kepala (bentuk kepala,keadaan kulit kepala, nyeri kepala/pusing,

distribusi rambut, rambut mudah tercabut, alopesia, lain lain.

25
5) Mata (kesimetrisan, edema, ptosis, sklera, inspeksi konjungtiva, ukuran

pupil, ketajaman penglihatan, pergerakan bola mata, lapang pandang,

diplopia, photohobia, nistagmus, refleks kornea, nyeri)

6) Telinga (kesimetrisan, sekret, serumen, ketajaman pendengaran, telinga

berdenging/tinnitus, nyeri)

7) Hidung (kesimetrisan, perdarahan, sekresi, fungsi penciuman, nyeri)

8) Mulut (fungsi bicara, kelembaban bibir, posisi ovula, mukosa, keadaan

tonsil, stomatitis, warna lidah, tremor pada lidah, kebersihan lidah, bau

mulut, kelengkapan gigi, kebersihan gigi, karies, suara parau, kesulitan

menelan, kemampuan mengunyah, funsi mengecap.

9) Leher (mobilitas leher, pembesaran kelenjar tiroid, pembesaran kelenjar

limfe, peningkatan tekanan vena jugular, trakhaea)

10) Thoraks

a) Paru paru (bentuk dada, pengembangan dada, retraksi dinding dada,

tanda jejas, taktil fremitus, massa, dispneu, ortopneu, perkusi thoraks,

suara nafas, suara nafas tambahan, nyeri dada.

b) Jantung (iktus kordis, ukuran jantung, nyeri dada, palpitasi, bunyi

jantung/suara nafas tambahan)

11) Abdomen (warna kulit, distensi abdomen, ostomi,tanda jejas,

peristaltik, perkusi abdomen, massa, nyeri tekan)

26
12) Payudara (kesimetrisan, keadaan putting susu, pengeluaran dari putting

susu, massa, nyeri, lesi)

13) Genetalia (keadaan meatus uretra eksterna, lesi pada genital, scrotum,

pembesaran prostat, pendarahan)

14) Pengkajian sistem saraf (tingkat kesadaran, koordinasi, memori, orientasi,

konfusi, keseimbangan, kelumpuhan, gangguan sensasi, kejang kejang,

reflex tendon (biseps, triseps, lutut, achiles),refleks patologis (babinski),

tanda meningeal (kaku kuduk/kernig sign,

brudzinski I, brudzinski II)

15) Anus dan perianal (hemorrhoid, lesi perianal, nyeri)

16) Ekstremitas (warna kulit, purpura/ekimosis, atropi, hipertropi, lesi,

pigmentasi, luka, deformitas sendi, deformitas tulang, tremor, varises,

edema, turgor kulit, kelembaban kulit, capillary refilling time (crt),

pergerakan, kekakuan sendi, kekuatan otot, tonusotot, kekuatan sendi,

nyeri, diaphoresis)

f. Pengkajian Kebutuhan Dasar

1) Aktivitas/ Istirahat

Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.

Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.

2) Sirkulasi

27
Gejala : Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/

katup dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi.

Tanda : Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis,

tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis,kulit pucat,

sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisiankapiler mungkin

lambat/ bertunda.

3) Integritas Ego

Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple

(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.

Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue perhatian,

tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan

pola bicara.

4) Eliminasi

Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat

penyakit ginjal pada masa yang lalu).

5) Makanan/cairan

Gejala : Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam,

lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir ini

(meningkat/turun) Riwayat penggunaan diuretic.

Tanda : Berat badan normal atau obesitas, adanya edema, glikosuria.

6) Neurosensori

28
Gejala : Keluhan pening pening /pusing, berdenyu, sakit kepala,

subojksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara

spontansetelah beberapa jam) Gangguan penglihatan (diplobia,

penglihatan kabur,epistakis).

Tanda : Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi

bicara,efek, proses piker, penurunan kekuatan genggaman tangan.

7) Nyeri/ ketidaknyaman

Gejala : Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung), sakit

kepala.

8) Pernafasan

Gejala : Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea, ortopnea,

dispnea, batuk dengan / tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.

Tanda : Distress pernafasan / penggunaan otot aksesori pernafasan bunyi

nafas tambahan (krakties / mengi), sianosis.

9) Keamanan

Gejala : Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.

g. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium dan Studi diagnostik

29
h. Tindakan medik/pengobatan

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ditegakkan pada berdasarkan (Standar

diagnosis keperawatan indonesia (SDKI). Masalah keperawatan utama pada

Hipertensi adalah:

1) Nyeri

2) Gangguan pola tidur

3. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan. Setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam dengan Standar Luaran

Keperawatan Indonesia (SLKI) :

a. Tingkat Nyeri Dengan kriteria hasil :

1) Kemampuan menuntaskan aktivitas

2) Keluhan nyeri

3) Meringis

4) Sikap protektif

5) Gelisah

6) Kesulitan tidur

7) Menarik diri

8) Berfokus pada diri sendiri

30
9) Diaforesis

10) Perasaan depresi (tertekan)

11) Perasaan takut mengalami cedera berulang

12) Anoreksia

13) Perineum terasa tertekan

14) Uterus teraba membulat

15) Ketegangan otot

16) Pupil dilatasi

17) Muntah

18) Mual

19) Frekuensi nadi 20) Pola nafas

21) Tekanan darah

22) Proses berpikir

23) Fokus

24) Fungsi berkemih

25) Perilaku

26) Nafsu makan

27) Pola tidur

31
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia ( SIKI ) : Manajeman Nyeri

Observasi

1) Indentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas


nyeri

2) Identifikasi skala nyeri

3) Identifikasi respon nyeri non verbal

4) Identifikasi faktor yang memperberat atau memperingan nyeri

5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri

6) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri

7) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup

8) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah di berikan

9) Monitor efek samping penggunaan analgetik

Terapeutik

10) Berikan teknik nonfarmakologis umtuk mengurangi rasa nyeri (mis.

TENS, hipnosis, akupresur, terapy music, biofeedback, terapi pijat,

aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres air hangat/dingin,

terapy bermain)

11) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,

pencahayaan, kebisingan)

12) Fasilitasi istirahat dan tidur

32
13) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi

meredakan nyeri

Edukasi

14) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

15) Jelaskan strategi meredakan nyeri

16) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

17) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat

18) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

19) Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu

b. Pola Tidur, Dengan kriteria hasil :

1) Keluhan sulit tidur

2) Keluhan sering terjaga

3) Keluhan tidak puas tidur

4) Keluhan pola tidur berubah

5) Keluhan istirahat tidak cukup

Standar Intervensi Keperawatan Indonesia ( SIKI ) : Dukungan tidur

Observasi

1) Identifikasi pola aktivitas dan tidur

2) Identifikasi faktor pengganggu tidur (Fisik dan/atau psikologis)

33
3) Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur (Mis : Kopi,

teh, alkohol, makan mendekati waktu tidur, minum banyak air sebelum

tidur)

4) Identifikasi obat tidur yang sering dikonsumsi

Terapeutik

5) Modifikasi lingkungan (Mis. pencahayaan, kebisingan, suhu, matras, dan

tempat tidur)

6) Batasi waktu tidur siang, Jika perlu

7) Fasilitasi menghilangkan strest sebelum tidur

8) Tetapkan jadwal tidur rutin

9) Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (Mis, pijat,

pengaturan posisi, terapi, akupresur)

10) Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau tindakan untuk menunjang

siklus tidur-terjaga

Edukasi

11) Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit

12) Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur

13) Anjurkan menghindari makanan/minuman yang mengganggu tidur

14) Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung supresor

terhadap tidur REM

34
15) Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur

(Mis, psikologis, gaya hidup, sering berubah shift bekerja

16) Ajarkan relaksasi otot autogenic atau cara nonfarmakologi lainnya 4.

Implementasi

Menurut Kozier, Erb, Berman, & Snyder (2010), implementasi

keperawatan merupakan sebuah fase dimana perawat melaksanakan rencana atau

intervensi yang sudah di laksanakan sebelumnya. Implementasi terdiri atas

melakukan dan mendokumentasikan yang merupakan tindakan khusus yang di

gunakan untuk melaksanakan intervensi. Implementasi keperawatan

membutuhkan fleksibilitas dan kreativitas perawat. Sebelum melakukan suatu

tindakan, perawat harus mengetahui alasan mengapa tindakan tersebut di

lakukan.

Beberapa hal yang harus di perhatikan di antaranya tindakan keperawatan

yang di lakukan harus sesuai dengan tindakan yang sudah di rencanakan, di

lakukan dengan cara yang tepat, aman, serta sesuai dengan kondisi klien, selalu

di evaluasi mengenai keefektifan dan selalu mendokumentasikan menurut urutan

waktu. Aktivitas yang di lakukan pada tahap implementasi di mulai dari

pengkajian lanjutan, membuat prioritas, menghitung alokasi tenaga, memulai

intervensi keperawatan, dan mendokumentasikan tindakan dan respon klien

terhadap tindakan yang telah di lakukan (Debora,2012)

35
5. Evaluasi

Evaluasi keperawatan merupakan tindakan akhir dalam proses

keperawatan. Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil. Evaluasi

terdiri dari evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama program

berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif di lakukan setelah program selesai dan

mendapatkan informasi efektivitas pengambilan keputusan. Evaluasi asuhan

keperawatan di dokumentasikan dalam bentuk SOAP (subyektif, obyektif,

assessment, planing). Adapun komponen SOAP yaitu S (subyektif) di mana

perawat menemukan keluhan klien yang masih di rasakan setelah di lakukan

tindakan. O (obyektif) adalah data yang berdasarkan hasil pengukuran atau

observasi klien secara langsung dan dirasakan setelah selesai tindakan

keperawatan. A (assesment) adalah interpretasi dari data subyektif dan obyektif.

P (planning) adalah perencanaan keperawatan yang akan di lanjutkan di hentikan,

di modifikasi atau di tambah dengan rencana kegiatan yang sudah di tentukan

sebelumnya (Dinarti dan Mulyanti, Y. 2017).

36
BAB III LAPORAN KASUS

B. Pengkajian

a. Biodata

a. Identitas Klien
1) Nama Lengkap : Tn. M

2) Jenis Kelamin : Laki-laki

3) Umur/Tanggal Lahir : 80 tahun

4) Status Perkawinan : Menikah

5) Agama : Islam

6) Suku Bangsa : Buton / Indonesia

7) Pendidikan : SMA

8) Pekerjaan : Petani

9) pendapatan :-
10) Tanggal Masuk Rumah Sakit : 3 Januari 2020

b. Identitas Penanggung

1) Nama Lengkap : Tn. S

2) Jenis Kelamin : Laki – laki

3) Pekerjaan : Petani

4) Hubungan dengan klien : Anak

5) Alamat : Desa kapota

37
2. Riwayat keluhan

a. Keluhan Utama : Klien mengatakan sakit kepala dan merasa pusing

b. Riwayat Keluhan

1) Penyebab/Faktor pencetus : Hipertensi

2) Sifat keluhan : Menetap

3) Lokasi dan penyebaran : kepala dan leher

4) Skala keluhan : 4(1-10)

5) Mulai dan lamanya :Klien mengatakan keluhan yang di rasakan

sejak 2 hari yang lalu

6) Hal hal yang meringkan /memperberat : Klien mengatakan pusing ketika

beraktifitas

3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

a. Apakah pernah menderita penyakit yang sama : Tidak

b. Bila pernah dirawat di RS, sakit apa : Tidak pernah

c. Pernah mengalami pembedahan : Tidak pernah

d. Riwayat Alergi : Tidak ada riwayat alergi

e. Kebiasaan ketergantungan : Tidak ada kebiasaan

4. Riwayat Keluarga/Genogram

a. Buat Genogram (Terlampir)

38
Ket :

: Laki – laki

: Perempuan

: Meninggal

: Hubungan Pernikahan

: Tinggal Serumah

: Garis Keturunan

: Klien

b. Riwayat kesehatan anggota keluarga

1) Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit serupa :


Tidak ada

2) Apakah ada keluarga yang mempunyai penyakit menular atau


temurun :

Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama

5. Pemeriksaan Fisik

a. Tanda tanda vital

39
Tekanan darah : 150/90 mmHg

Pernapasan : 20x/menit

Nadi : 90x/menit

Suhu badan : 36,6oC


b. Berat badan dan tinggi badan

Berat badan : 77 Kg

Tinggi badan: 170 Cm

IMT : 26,64 kg/m2

c. Kepala
1) Bentuk Kepala : Bulat, tidak ada masa

2) Keadaan kulit Kepala : Nampak bersih tidak ada luka dan ketombe

3) Nyeri kepala/Pusing : Klien merasa nyeri dan pusing

4) Distribusi Rambut : Lebat, distribusi merata

5) Rambut mudah tercabut : Tidak mudah tercabut

6) Alopesia : Tidak ada alopesia


: Tidak ada
7) Lain lain

d. Mata

1) Kesimetrisan : Simetris kiri dan kanan

2) Edema Kelopak mata : Tidak ada edema

3) Ptosis : Tidak ada ptosis

4) Sklera : Anikterik (normal)

5) Konjungtiva : Merah muda (normal)

40
6) Ukuran pupil : Isokor 3,7 mm
7) Ketajaman penglihatan : Visus mata 6/6

8) Pergerakan bola mata : Baik,dapat digerakkan ke 8 arah

9) Lapang pandang : Baik,dapat menjangkau lateral (sudut mata)

10) Diplopia :Tidak ada diplopia

11) Photohobia : Tidak ada

12) Nistagmus : Tidak ada

13) Refleks kornea : Berkedip normal ketika diberi rangsangan


: Tidak ada nyeri tekan
14) Nyeri

e. Telinga

1) Kesimetrisan : Simetris Kiri dan Kanan

2) Sekret : Tidak ada secret

3) Serumen : Tidak ada serumen


4) Ketajaman Pendengaran : Baik (tes arloji)

5) Tinnitus : Tidak ada tinnitus

6) Nyeri : Tidak Ada nyeri

f. Hidung

1) Kesimetrisan : Simetris Kiri dan Kanan

2) Perdarahan : Tidak ada perdarahan luar

3) Sekresi : Tidak ada secret

4) Fungsi penciuman : Baik (tes pembauan)

5) Nyeri : Tidak ada nyeri


g. Mulut

41
1) Fungsi bicara : Baik tidak ada hambatan

2) Kelembaban bibir : Agak kering

3) Posisi ovula : Normal,berada diantara tonsil

4) Mukosa : Tidak ada lesi dan peradangan

5) Keadaan tonsil : Baik, tidak ada pembesaran dan peradangan

6) Stomatitis : Tidak Ada

7) Warna lidah : Merah muda

8) Tremor pada lidah : Tidak ada tremor

9) Kebersihan lidah : Bersih

10) Bau Mulut : Sedikit Bau

11) Kelengkapan Gigi : Lengkap

12) Kebersihan gigi : Baik

13) Karies : Tidak ada

14) Suara parau : Tidak ada

15) Kesulitan menelan : Tidak


16) Kemampuan mengunyah : Baik

17) Funsi mengecap : Baik dapat membedakan Rasa

h. Leher

1) Mobilitas leher : Tidak ada kaku kuduk

2) Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran

3) Pembesaran Kelenjar Limfe : Tidak Ada pembesaran

4) Pelebaran vena jugularis : Normal (3 cm)

42
5) Trakhaea : Normal tidak ada nyeri dan peradangan

i. Thoraks

1) Paru paru

c) Bentuk dada : Normal Chest

d) Pengembangan dada : Simetris Kiri dan Kanan

e) Retraksi dinding dada : Tidak ada


f) Tanda Jejas : Tidak ada

g) Taktil fremitus : Teraba kiri dan kanan

h) Massa : Tidak teraba massa

i) Dispneu : Tidak ada

j) Ortopneu : Tidak ada

k) Perkusi thoraks : Sonor

l) Suara nafas : Normal


m)Bunyi nafas tambahan: Tidak ada
n) Nyeri dada : Tidak ada

2) Jantung

a) Iktus kordis : Normal

b) Ukuran jantung : Normal tidak ada pembesaran

c) Nyeri dada : Tidak ada nyeri dada

d) Palpitasi : Tidak ada palpitasi

e) Bunyi Jantung : Normal, tidak ada bunyi tambahan


j. Abdomen

1) Warna Kulit : Sawo Matang

43
2) Distensi Abdomen : Tidak ada distensi abdomen

3) Ostomi : Tidak ada

4) Tanda Jejas : Tidak Ada

5) Peristaltik : 18x/Menit

6) Perkusi Abdomen : Timpani

7) Massa : Tidak ada


: Tidak Ada
8) Nyeri Tekan

k. Payudara

1) Kesimetrisan : Tidak di lakukan pengkajian

2) Keadaan Putting susu :-


3) Pengeluaran Dari Putting susu : -

4) Massa :-

5) Nyeri : 6) Lesi :-

l. Genetalia
Pria
1) Keadaan meatus Uretra Eksterna: Normal
2) Lesi pada genital : Tidak ada
3) Scrotum : Tidak ada
4) Pembesaran prostat : Tidak Ada
5) Pendarahan : Tidak ada perdarahan luar
m.Pengkajian Sistem Saraf

1) Tingkat Kesadaran : Composmentis

2) Koordinasi : Baik

3) Memori : Dapat mengingat dengan baik

44
4) Orientasi : Baik, Pasien respon terhadap pertanyaan

5) Konfusi : Tidak ada konfusi

6) Keseimbangan : Kurang baik

7) Kelumpuhan : Tidak ada

8) Gangguan sensasi : Tidak ada


: Tidak ada
9) Kejang kejang

10) Reflex tendon

a) Biseps : Fleksi lengan pada sendi siku

b) Triseps : Ekstensi lengan bawah pada sendi siku

c) Lutut : Ekstensi tungkai bawah


: Plantar fleksi
d) Achiles

11) Refleks Patologis

a) Babinski : Fleksi ibu jari dan pemekaran pada jari-jari


12) Tanda Meningeal

a) Kaku Kuduk/Kernig sign : Tidak ada kaku kuduk

b) Brudzinski I : Fleksi ke dua tungkai

c) Brudzinski II : Tidak ada kelumpuhan

n. Anus dan Perianal

1) Hemorrhoid : Tidak ada

2) Lesi Perianal : Tidak ada

45
: Tidak ada
3) Nyeri

o. Ekstremitas

1) Warna kulit : Sawo Matang

2) Purpura/ekimosis : Tidak ada

3) Atropi : Tidak ada pengecilan otot

4) Hipertropi : Tidak ada

5) Lesi : Tidak ada

6) Pigmentasi : Tidak ada

7) Luka : Tidak ada

8) Deformitas Sendi : Tidak ada

9) Deformitas Tulang : Tidak ada

10) Tremor : Tidak mengalami tremor

11) Varises : Tidak ada varises

12) Edema : Tidak terdapat edema

13) Turgor Kulit : Normal tidak ada tanda dehidrasi

14) Kelembaban Kulit : Lembab


15) Capillary Refilling Time (CRT): 2 detik (normal)

5 5

5 5
16) Pergerakan : Normal tidak ada kekakuan

17) Kekakuan Sendi : Tidak ada

46
18) Kekuatan Otot : Baik
19) Tonus Otot : Normal

20) Kekuatan Sendi : Normal

21) Nyeri : Tidak Ada nyeri


: Normal (melalui kelenjar keringat)
22) Diaphoresis

6. Pengkajian Kebutuhan Dasar

a. Kebutuhan Oksigenasi

1) Batuk : Tidak ada batuk


2) Kemampuan mengeluarkan sputum :-

3) Karakteristik sputum :-

4) Dyspnea : Tidak ada

5) Ortopnea : Tidak ada

6) Alat bantu pernafasan : Tidak ada

b. Kebutuhan nutrisi
Tabel 3.1 Kebutuhan nutrisi
Keterangan Sebelum Sakit Setelah Sakit
Frekuensi makan sehari 3x sehari 3x sehari
Waktu makan Pagi, siang, malam Pagi, siang, malam
Porsi makan yang dihabiskan 1 porsi (habis) 1 porsi (tak habis)
Penggunaan alat bantu makan Tidak Tidak
Makanan pantang /yang tidak Tidak ada Tidak ada
disukai
Makanan yang disukai Semua suka Semua suka
Pembatasan makanan Tidak ada Tidak ada
Jenis makanan yang dibatasi Tidak ada Tidak ada
Komsumsi makanan berserat Sayur sesuai Sayur sesuai
kebutuhan kebutuhan
Nafsu makan Baik Kurang

47
Mual Tidak Tidak ada
Hipersalivasi Tidak Tidak ada
Sensasi asam pada mulut Tidak Tidak ada
Muntah Tidak ada Tidak ada
Perasaan cepat kenyang setelah Tidak ada Ada
makan
Perasaan kembung Tidak ada Tidak ada
Lain-lain Tidak ada Tidak ada
c. Kebutuhan cairan dan elektrolit
Tabel 3.2 Kebutuhan cairan dan elektrolit
Keterangan Sebelum Sakit Setelah Sakit
Frekuensi minum sehari 7-8 gelas 5-6 gelas
Jumlah minum yang dikonsumsi 1200cc 900cc
setiap hari
Jenis minuman yang tidak disukai Susu Susu
Jenis minuman yang di sukai Air mineral Air mineral
Perasaan haus Tidak ada Tidak ada
Kelemahan Tidak ada Ya
Program pembatasan cairan Tidak ada Ada
Lain-lain
Perhitungan balance cairan
Tabel 3.3 Perhitungan balance cairan
Keterangan Sebelum sakit Setelah sakit
Intake Cairan
Minum 1700cc

Makan 90cc

Cairan intavena Tidak ada 500cc


Obat cair Tidak ada 500cc
Total 3210 cc

Output Cairan

Sensibel water loss (SWL)

BAK 1700cc

48
BAB 150cc

Cairan stoma Tidak ada

Drainase Tidak ada

Insensible water loss (IWL) IWL : 15 CC X


77/24
= 48,145
Pernafasan 150cc

Kulit

Peningkatan suhu tubuh Tidak ada Tidak ada


Lain lain Tidak ada Tidak ada
Total output 2,048 CC

Input-output 1114 cc
d. Kebutuhan eliminasi
Buang air kecil
Tabel 3.4 BAK
Keterangan Sebelum Sakit Setelah Sakit
Frekuensi BAK 3x/ Hari 1x/ hari
Pancaran Kuat Lemah
Jumlah <_ 1500-1700 <_ 1500 cc
cc
Warna Bening Kuning
Dysuria Tidak ada Tidak ada
Nokturia Tidak ada Tidak ada
Perasaan penuh pada Iya Tidak ada
kandung kemih
Perasaan setelah BAK Lega

Kesulitan memulai Tidak ada


berkemih
Dorongan berkemih Ada Tidak ada
Inkontinensia urine Tidak ada Tidak ada
Total produksi urine <_ 1700 cc <-1500
Lain-lain Tidak ada Tidak ada

49
Buang air besar (BAB)
Tabel 3.5 BAB
Keterangan Sebelum Sakit Setelah Sakit
Frekuensi 1x 1x
Konsistensi Lunak Lunak
Bau Bau Bau
Warna Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan
Flatulans Normal Normal
Nyeri saat defekasi Tidak ada Tidak ada
Sensasi penuh pada rectal Tidak Tidak
Dorongan kuat untuk Ya Ya
defekasi
Kemampuan menahan Ya Ya
defekasi
Mengejan yang kuat saat Ya Ya
defekasi
Laim-lain
e. Kebutuhan istirahat tidur
Tabel 3.6 Kebutuhan istirahat tidur
Keterangan Sebelum sakit Setelah sakit
Jumlah jam tidur siang 2-3 jam 1 jam
Jumlah jam tidur malam 7 jam 5 jam
Kebiasaan konsumsi obat Tidak ada Tidak ada
tidur/stimulant/penenang
Kegiatan pengantar tidur Tidak ada Tidak ada
Perasaan waktu bangun tidur

Kesulitan memulai tidur Tidak ada Tidak ada


Mudah terbangun Tidak ada Ya
Penyebab gangguan tidur Tidak ada Sesak nafas
Perasaan mengantuk Ya Ya
Lain-lain
f. Kebutuhan aktivitas
Tabel 3.7 Kebutuhan aktifitas
Keterangan Sebelum Sakit Setelah Sakit

50
Kegiatan rutin Bersawah Duduk dan
istirahat
Waktu senggang Berkendara Duduk, baring
Kemampuan berjalan Baik Baik
Kemampuan merubah posisi Baik Baik
saat berbaring
Kemampuan berubah posisi : Baik Baik
berbaring ke duduk
Kemampuan mempertahankan Baik Baik
posisi duduk
Kemampuan berubah posisi : Baik Baik
duduk ke berdiri
Kemampuanmempertahankan Baik Baik
posisi berdiri
Kemampuan berjalan Baik Baik
Kemampuan alat bantudalam Tidak ada Tidak ada
pergerakan
Despnea setelah beraktivitas Tidak Ya
Ketidaknyamanan setelah
beraktivitas
Pergerakan lambat Tidak Ya
g. Kebutuhan perawatan diri

1. Mandi
Tabel 3.8 Mandi
Keterangan Sebelum Sakit Setelah Sakit
Motivasi dalam perawatan Baik dan di lakukan Baik/ di
diri mandiri, mencuci rambut pertahankan
dan kebersihan kuku
Frekuensi mandi 2x sehari 1x sehari
Kebersihan kulit Terawat dengan baik Terawat
Frekuensi mencuci rambut 2x/hari 1x/ hari
Kebersihan rambut Baik Baik
Frekuensi memotong kuku 1x/ mingggu 1x/ minggu
Kebersihan kuku Baik Baik
Kemampuan mengakses Baik/ mandiri Baik/ mandiri
kamar mandi

51
Kemampuan mengambil Baik/ mandiri Baik/ mandiri
perlengkapan mandi
Kemampuan Baik/ mandiri Baik/ mandiri
membasuhtubuh saat mandi
Kemampuan mengeringkan Baik/ mandiri Baik/ mandiri
tubuh saat mandi
2. Berpakaian
Tabel 3.9 Berpakaian
keterangan Sebelum sakit Setelah sakit
Motivasi dalam perawatan Baik Baik
diri menganti pakaian
Kebersihan pakaian Terjaga Terjaga
Frekuensi mengganti Baik/ mandiri Baik/ mandiri
pakaian
Kemampuan memilih dan Baik/ mandiri Baik/ mandiri
menggambil pakaian
Kemampuan mengenakan Mampu Mampu
pakaian pada bagian tubuh
atas
Kemampuan menggunakan Mampu/mandiri Mampu/mandiri
pakaian pada bagian tubuh
bawah
Kemampuan melepaskan Baik/ mandiri Baik/ mandiri
pakaian pada bagian tubuh
atas
Kemampuan melepaskan Baik/ mandiri Baik/ mandiri
pakaian pada bagian tubuh
bawah
Kemampuan mengancing Baik/ mandiri Baik/ mandiri
atau menggunakan resleting
Lain-lain
3. Makan
Tabel 3.10 Makan
Keterangan Sebelum Sakit Setelah Sakit
Motivasi dalam perawatan Baik Baik
diri makan

52
Kemampuan memasukkan Baik/mampu Baik/mampu
makanan ke mulut
Kemampuan mengunyah Baik/mampu Baik/ mampu
Kemampuan memegang Baik/ mandiri Baik/ mandiri
peralatan makan
Lain-lain
4. Eliminasi
Tabel 3.11 Eliminasi
Keterangan Sebelum Sakit Setelah Sakit
Motivasi dalam perawatan Baik Baik
diri eliminasi BAB dan
BAK
Kemampuan maniulasi Baik/ mampu Baik mampu
pakaian untuk eliminasi mengkondisikan mengkondisikan
Kemampuan mencapai toilet Mampu Mampu
Kemampuan naik ke toilet Mampu Mampu
Kemampuan menyiram Mampu Mampu
toilet
Lain-lain
h. Kebutuhan keamanan
1) Riwayat paparan terhadap kontaminan : Tidak ada

2) Riwayat perdarahan : Tidak ada perdarahan

3) Riwayat pemeriksaan dengan media kontras : Rontgen

4) Pemasangan kateter IV dalam waktu lama : Tidak pernah


5) Penggunaan larutan IV yang mengiritasi : Tidak pernah

6) Pengguanaan larutan IV dengan aliran yang cepat : Tidak pernah

7) Pemasangan kateter urine dalam waktu lama : Tidak pernah

8) Imobilitas : Tidak
9) Luka pada kulit / jaringan : Tidak ada

10) Benda asing pada luka : Tidak ada

53
11) Riwayat jatuh : Tidak pernah

12) Penyebab jatuh : Tidak ada

13) Kelemahan umum : setelah beraktivas berat

14) Lain-lain : tidak ada


i. Kebutuhan kenyamanan :

1) Keluhan nyeri : Nyeri, lokasi : kepala hingga leher


2) Pencetus nyeri : Hipertensi

3) Upaya yang meringankan nyeri : Berbaring

4) Karakteristik nyeri : Tertusuk- tusuk

5) Intensitas nyeri : Skala 4

6) Durasi nyeri : Terus menerus

7) Dampak nyeri terhadap aktivitas : Menghambat aktivitas

8) Lain – lain : Tidak ada


j. Kebutuhan seksualitas
Tabel 3.12 Kebutuhan seksualitas
Keterangan Sebelum Sakit Setelah Sakit

Perubahan aktivitas - -
seksual
Gangguan kepuasan - -
seksualitas
Penurunan hasrat seksual - -

Gangguan yang - -
mempengaruhi hubungan
seksual
Dyspareunia - -

Lain-lain - -
k. Kebutuhan psikososial

54
1) Persepsi terhadap penyakit : cemas dan takut

2) Harapan klien terhadap kesehatannya : agar kembali sehat

3) Pengaruh penyakit terhadap pekerjaan : aktivitas pekerjaan terganggu

4) Pola interaksi dengan orang terdekat : baik

5) Sejauh mana keterlibatan orang terdekat bila klien menghadapi masalah :

dukungan penuh,tetap berada disamping klien

6) Pola pemecahan klien yang digunakan bila mempunyai masalah : terbuka

pada keluarga

7) Hubungan dengan orang lain : baik

8) Hubungan klien dengan tenaga kesehatan / keperawatan selama dirawat :

baik, sangat koperatif

9) Organisasi kemasyarakatan yang diikut : Tidak ada, sebagai apa : tidak

ada

10) Lain-lain : tidak ada

l. Kebutuhan spiritual

1) Kemampuan menjalankan ibadah : tetap sholat

2) Hambatan mengikuti ritual keagamaan : tidak ada

3) Perasaan yang dialami terkait aktivitas keagamaan : tidak ada

4) Lain-lain : tidak ada

55
7. Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium : -

b. Studi diagnostic :-

8. Tindakan medik/pengobatan

- IVFD NAcl8Tpm

- Inj. Ceftriaxone 1gr/12 Jam/ IV

- Amlodiphine 1x10 mg/24 Jam/ Oral

- Irbesartan 1x150 mg/24 Jam/Oral

- Pct tab 500 mg /8 Jam/Oral B. DATA FOKUS Klien yang sakit : Tn.

Table 3.13 Data Fokus Hasil Pengkajian Keperawatan Keluarga


Data Subjektif Data Objektif
1. Klien sakit kepala 1. Klien terlihat memegang kepala
2. Klien mengatakan pusing 2. Klien tampak meringis
3. Klien merasalan nyeri pada leher. 3. Klien tampak keringat menahan
4. Klien mengatakan sulit tidur sakit
5. Klien mengeluh tidak bisa tidur 4. Klien tampak lesu
nyenyak 5. Klien tampak menguap
6. Skala nyeri 4 7. TTV:
TD : 150/90 mmHg,
N : 88x/m,
RR : 20x/m,
SB : 36.6oC.
C. Analisa Data
Tabel 3.14 Analisa Data Diagnosa Keperawatan Keluarga
No. Data Etiologi Masalah

56
1 DS : Pola hidup tidak sehat Nyeri
- Klien mengatakan sakit
kepala
- Klien mengatakan pusing Aterosklerosis
- Klien merasalan nyeri pada
leher.
DO : Penyempitan
- Klien terlihat memegang pembuluh darah
kepala
- Klien tampak meringis
Aliran darah
- Klien tampak keringat
terganggu
menahan sakit - Skala nyeri
4
- TTV: Peningkatan beban
TD : 150/90 mmHg, jantung
N : 90x/m,
RR : 20x/m,
SB : 36.6oC.
Peningkatan tekanan
darah

Peningkatan tekanan

vaskuler serebral

Sakit kepala

57
2 DS : Peningkatan tekanan Gangguan
- Klien mengatakan sulit tidur darah pola tidur
- Klien mengeluh tidak bisa
tidur nyenyak
DO : Gangguan sirkulasi
- Klien tampak lesu
- Klien tampak gelisah
Resistensi pembuluh
darah otak

Nyeri kepala

Gangguan pola tidur

58
D. Intervensi Keperawatan

Tabel 3.15 Intervensi Keperawatan


No. Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI
(Standar Luaran Keperawatan (Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia) Indonesia)
1. Nyeri akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
Ditandai dengan : Setelah dilakukan tindakan asuhan Observasi
DS : keperawatan selama 3 x 24 jam - Identifikasi nyeri yang komprehensif
- Klien mengatakan sakit masalah nyeri akut dapat teratasi (P,Q,R,S,T)
kepala dengan kriteria hasil : - Terapeutik
- Klien mengatakan pusing Keluhan nyeri - Berikan teknik non farmakologis
- Klien merasakan nyeri pada - Tekanan darah untuk mengurangi rasa nyeri (
leher. Therapy nafas dalam)
DO : - Kontrol lingkungan yang
- Klien terlihat memegang memperberat rasa nyeri ( Mis. Suhu
kepala - Klien tampak ruangan, pencahayaan, kebisingan)
meringis Kolaborasi
- Klien tampak keringat - Kolaborasi pemberian analgetik, Jika
menahan sakit - Skala nyeri 4 perlu
- TTV:
TD : 150/90 mmHg,
N : 90x/m,
RR : 20x/m,
SB : 36.6oC.

59
2. Gangguan pola tidur Pola tidur Dukungan tidur
Ditandai dengan : Setelah dilakukan tindakan asuhan Observasi
DS : keperawatan selama 3 x 24 jam - Identifikasi pola aktifitas dan tidur
- Klien mengatakan sulit tidur masalah intoleransi aktivitas dapat Terapeutik
- Klien mengeluh tidak bisa tidur teratasi dengan kriteria hasil : - Modifikasi lingkungan (Mis.
nyenyak - Keluhan sulit tidur Pencahayaan, kebisingan, suhu,
DO : - Keluhan tidak puas tidur matras, dan tempat tidur)
- Klien tampak lesu - Tetapkan jadwal tidur rutin
- Klien tampak gelisah Edukasi
- Jelaskan pentingnya tidur cukup
selama sakit
E. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan

No Diagnosa Hari /
Jam Implementasi Evaluasi
. Keperawatan Tanggal

60
1. Nyeri 4 08.30 - Mengidentifikasi nyeri yang S : - Klien mengatakan nyeri
Ditandai dengan : Januari komprehensif (P,Q,R,S,T) dikepala dan leher
DS : 2020 Hasil : O : - Klien nampak meringis
- Klien P : Hipertensi dan memegang daerah
mengatakan sakit Q : Nyeri seperti tertekan benda nyeri
kepala beratR : Kepala dan leher S : Skala -Skala nyeri 4
- Klien mengatakan nyeri 4. A : Masalah nyeri belum
pusing teratasi
- Klien merasakan 08.40 - T : Hilang timbul
Memberikan teknik non farmakologis P : Intervensi di lanjut dengan:
nyeri pada leher. untuk mengurangi rasa nyeri ( Therapy - Kontrol lingkungan
DO : nafas dalam) Hasil : - Therapy nafas dalam
- Klien terlihat Klien diajarkan teknik nafas dalam, - Therapy amlodipine di
berikan bila nyeri timbul
Tabel 3.16 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan

Hari Ke I

61
memegang kepala 08.50 - ketika nyeri timbul.
- Klien tampak Mengontrol lingkungan yang
meringis memperberat rasa nyeri ( Mis. Suhu
- Klien tampak ruangan, pencahayaan, kebisingan)
keringat menahan Hasil :
sakit - Suhu ruangan di atur, pencahayaan di
Skala atur dan kebisingan di kurangi guna
08.55 -
nyeri 4 meningkatkan kenyamanan klien.
- TTV: Kolaborasi pemberian analgetik
TD : 150/90 Hasil :
mmHg, Pemberian Amlodipine ketika nyeri
N : 90x/m, timbul
RR : 20x/m, SB
: 36.6oC.

62
2. Gangguan pola tidur 4 09.00 - Mengidentifikasi pola aktifitas dan S : Klien mengatakan sulit
Ditandai dengan : Januari tidur tidur
DS : 2020 Hasil : O : Klien tampak lesu dan
- Klien mengatakan - Tidak bisa tidur siang gelisah
sulit tidur - Tidur malam jam 23.00 wita – 04.00 A : Masalah gangguan pola
- Klien mengeluh wita dan sering terbangun di malam tidur belum teratasi
tidak bisa tidur hari P : Intervensi di lanjut dengan :
nyenyak 09.10 -
Mengidentifikasi faktor pengganggu - Pola aktifitas dan tidur di
DO : tidur tingkatkan
- Klien tampak lesu Hasil : - Modifikasi lingkungan di
- Klien tampak Hipertensi (Tekanan darah : pertahankan
gelisah 09.20 - 150/90mmHg)
Memodifikasi lingkungan (Mis.
Pencahayaan, kebisingan, suhu, matras,
dan tempat tidur)
Hasil :
09.30 - - Pencahayaan di atur
- Kebisingan di kurangi
- Suhu, matras dan tempat tidur di
sesuaikan dengan kenyamanan klien.
Jelaskan pentingnya tidur cukup
selama sakit
Hasil :
Klien mengerti dan memahami
pentingnya tidur cukup untuk
mempercepat proses penyembuhan
Hari Ke II

63
No. Diagnosa Hari /
Jam Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tanggal
1. Nyeri 5 08.30 - Mengidentifikasi nyeri yang S : - Klien mengatakan masih
Ditandai dengan : Januari komprehensif (P,Q,R,S,T) merasa nyeri
DS : 2020 Hasil : O : - Skala nyeri 2
- Klien P : Hipertensi A : Masalah nyeri belum
mengatakan sakit Q : Nyeri seperti tertekan benda teratasi
kepala beratR : Kepala dan leher S : Skala P : Intervensi di lanjut dengan:
- Klien mengatakan nyeri 2. - Kontrol lingkungan di
pusing T : Hilang timbul tetap pertahankan
- Klien merasakan 08.40 - Memberikan teknik non farmakologis
- Therapy nafas dalam tetap
nyeri pada leher. untuk mengurangi rasa nyeri ( Therapy di pertahankan
DO : nafas dalam) Hasil : - Therapy amlodipine tetap
- Klien terlihat Teknik nafas dalam, ketika nyeri timbul di pertahankan bila nyeri
memegang kepala tetap di pertahankan. timbul
- Klien tampak
08.50 - Mengontrol lingkungan yang

64
meringis memperberat rasa nyeri ( Mis. Suhu
- Klien tampak ruangan, pencahayaan, kebisingan)
keringat menahan Hasil :
sakit - Suhu ruangan di atur, pencahayaan di
Skala atur dan kebisingan di kurangi guna
nyeri 4 meningkatkan kenyamanan klien tetap
- TTV: dipertahankan.
TD : 150/90 Kolaborasi pemberian analgetik
mmHg, Hasil :
N : 90x/m, Pemberian Amlodipine ketika nyeri
RR : 20x/m, SB timbul tetap di pertahankan
: 36.6oC. 08.55 -

65
2. Gangguan pola tidur 5 09.00 - Mengidentifikasi pola aktifitas dan S : klien mengatakan masih
Ditandai dengan : Januari tidur sulit tidur
DS : 2020 Hasil : O : klien nampak gelisan
- Klien mengatakan - Tidur siang jam 13.00 wita – 13.30 A : Masalah gangguan pola
sulit tidur wita tidur belum teratasi
- Klien mengeluh
- Tidur malam jam 22.00 wita – 04.30 P : Intervensi di lanjut dengan :
tidak bisa tidur - Pola aktifitas tidur tetap di
09.10 - wita
nyenyak tingkatkan
Mengidentifikasi faktor pengganggu
DO : - Modifikasi lingkungan
tidur
- Klien tampak lesu tetap di pertahankan
Hasil :
- Klien tampak
Hipertensi (Tekanan darah :
gelisah 09.20 - 140/90mmHg)
Memodifikasi lingkungan (Mis.
Pencahayaan, kebisingan, suhu, matras,
dan tempat tidur) Hasil :
Pencahayaan di atur, kebisingan di
kurangi. suhu, matras dan tempat tidur
di sesuaikan dengan kenyamanan klien tetap
di pertahankan
Hari Ke III
No. Diagnosa Hari /
Jam Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tanggal

66
1. Nyeri 6 08.30 - Mengidentifikasi nyeri yang S : - Klien mengatakan tidak
Ditandai dengan : januari komprehensif (P,Q,R,S,T) merasa nyeri
DS : 2020 Hasil : O : - Klien tampak baik
- Klien P : Hipertensi -Skala nyeri 0
mengatakan sakit Q : Nyeri seperti tertekan benda A : Masalah nyeri teratasi P :
kepala beratR : Kepala dan leher S : Skala Intervensi di lanjut dengan:
- Klien mengatakan nyeri 0. - Kontrol lingkungan di
pusing T : Hilang timbul tetap pertahankan
- Klien merasakan 08.40 - Memberikan teknik non farmakologis
- Therapy amlodipine di
nyeri pada leher. untuk mengurangi rasa nyeri ( Therapy hentikan
DO : nafas dalam) Hasil :
- Klien terlihat Klien dapat melakukan dengan mandiri
memegang kepala ketika nyeri timbul.
- Klien tampak 08.50 - Mengontrol lingkungan yang
meringis memperberat rasa nyeri ( Mis. Suhu
- Klien tampak ruangan, pencahayaan, kebisingan)
keringat menahan Hasil :
sakit - Disesuaikan dengan mood pasien.
Skala 08.55 - Kolaborasi pemberian analgetik
nyeri 4 Hasil :
- TTV: Pemberian Amlodipine dihentikan
TD : 150/90
mmHg,

N : 90x/m,
RR : 20x/m,
SB : 36.6oC.

67
2. Gangguan pola tidur 6 09.00 - Mengidentifikasi pola aktifitas dan S : Klien mengatakan sudah
Ditandai dengan : Januari tidur bisa tidur dan tidak
DS : 2020 Hasil : terbangun lagi ketika
- Klien mengatakan - Tidur siang jam13.00 wita – 15.00 malam hari
sulit tidur wita O : Klien nampak membaik
- Klien mengeluh A : Masalah gangguan pola
- Tidur malam jam 21.00 wita – 06.00
tidak bisa tidur tidur teratasi
09.10 - wita
nyenyak P : Intervensi di lanjut dengan :
Mengidentifikasi faktor pengganggu
DO : - Pola aktifitas dan tidur di
tidur
- Klien tampak lesu pertahankan
Hasil :
- Klien tampak - Modifikasi lingkungan di
Hipertensi (Tekanan darah :
gelisah 09.20 - 120/90mmHg) sesuaikan dengan mood
Memodifikasi lingkungan (Mis. klien
Pencahayaan, kebisingan, suhu, matras,
dan tempat tidur) Hasil :
Modifikasi lingkungan di sesuaikan
dengan mood klien

68
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengkajian

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan

untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat

mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan

keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Dermawan, 2014)

Sesuai dengan teori yang dijabarkan diatas penulis melakukan pengkajian pada

Tn. M dengan menggunakan format pengkajian keperawatan medikal bedah,

metode wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik untuk menambah data yang

diperlukan. Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 3 Januari 2020 Tn. M

mengatakan sering sakit kepala dan merasa puing, merasakan nyeri pada leher

dengan skala nyeri 4 (sedang).

Saat dilakukan pemeriksaan tekanan darah didapatkan hasil 150/90 mmHg,

Nadi 90x/menit, Suhu 36,6oC dan Pernapasan 20 x/menit. Keluhan yang

disampaikan tersebut sesuai dengan tanda dan gejala hipertensi menurut Wijaya &

Putri, (2013) namun tidak semua gejala muncul dalam kasus Tn. M adalah tanda

dan gejalah hipertensi. Tanda dan gejala hipertensi yaitu Sakit kepala, kelelahan ,

mual, muntah, sesak nafas, gelisah, pandangan menjadi kabur yang terjadi karena

adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal. Kadang penderita hipertensi

65
berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi

pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang

memerlukan penanganan segera. (Padila, 2015). Gejala yang timbul selain dari

peningkatan darah yang tinggi, dapat pula ditemukan ditemukan perubahan pada

retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan ), penyempitan pembuluh

darah, dan pada kasus berat edema pupil ( edema pada diskus optikus ) (Brunner &

Suddart, 2015).

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang mengambarkan respon

manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi aktual/potensial) dari individu

atau kelompok perawat secara legal mengidentifikasi dan perawat dapat

memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan atau untuk

mengurangi, menyingkirkan atau mencegah perubahan (Rohma dan Walid, 2012).

Penulisan diagnosa keperawatan mengacu pada P-E-S (Problem + etiologi +

simptom) dimana untuk problem (P) dapat digunakan tipologi dari SDKI.Pada

perumusan diagnosa yang didapatkan dari analisa data berdasarkan data subjektif

dan objektif diagnosa yang muncul dan ditemukan pada tinjauan teori dengan kasus

mengenai masalah hipertensi terdapat sedikit perbedaan. Diagnosa yang dijumpai

dalam kasus Tn. M dengan hipertensi yaitu :

1. Nyeri

66
Diagnosa keperawatan ini diangkat oleh penulis sebab berdasarkan hasil

pengkajian diperoleh data secara subjektif Tn. M mengatakan sakit kepala, Klien

mengatakan pusing, Klien merasakan nyeri pada leher, secara objektif Tn. M

terlihat memegang kepala, tampak meringis, tampak keringat menahan sakit,

Skala nyeri 4, Tanda – Tanda Vital Tekanan darah 150/90 mmHg, Nadi 90x/m,

Respirasi 20x/m,Suhu Badan 36.6oC.

Berdasarkan data tersebut maka penulis mengangkat masalah keperawatan

nyeri akut sebab berdasarkan teori SDKI (2017), menyatakan bahwa batasan

karakteristik untuk mengangkat masalah keperawatan nyeri akut yaitu terdapat

salah satu tanda atau data seperti apabila terdapat salah satu tanda atau data

seperti mengeluh nyeri.

2. Gangguan pola tidur

Diagnosa keperawatan ini diangkat oleh penulis sebab berdasarkan hasil

pengkajian diperoleh data secara subjektif Tn. M mengatakan mengatakan sulit

tidur, dan mengeluh tidak bisa tidur nyenyak, secara objektif klien kelihatan lesu,

dan klien tampak gelisah.

Berdasarkan data tersebut maka penulis mengangkat masalah keperawatan

gangguan pola tidur sebab berdasarkan teori SDKI (2017), menyatakan bahwa

batasan karakteristik untuk mengangkat masalah keperawatan Gangguan pola

67
tidur yaitu terdapat salah satu tanda atau data seperti apabila terdapat salah satu

tanda atau data seperti mengeluh lelah dan perasaan lemas.

C. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan di buat berdasarkan pengkajian, diagnosis

keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan, dengan merumuskan tujuan,

mengidentifikasi strategi intervensi alternative dan sumber, serta menentukan

prioritas, intervensi tidak bersifat rutin, acak, atau standar, tetapi dirancang bagi

klien. Penyusunan intervensi disesuaikan dengan teori asuhan keperawatan yang

ada.

Intervensi dari diagnosa pertama nyeri disusun sesuai dengan SDKI yaitu

Identifikasi nyeri yang komprehensif (P,Q,R,S,T), Berikan teknik non farmakologis

untuk mengurangi rasa nyeri ( Therapy nafas dalam), Kontrol lingkungan yang

memperberat rasa nyeri ( Mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan), Kolaborasi

pemberian analgetik, Jika perlu.

Intervensi diagnosa kedua gangguan pola tidur, Penyusunan intervensi

disesuaikan dengan SDKI (teaching:disease procces) dan fungsi perawatan

kesehatan, intervensi yang diberikan yaitu Identifikasi pola aktifitas dan tidur,

Modifikasi lingkungan (Mis. Pencahayaan, kebisingan, suhu, matras, dan tempat

tidur), Tetapkan jadwal tidur rutin, Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit.

68
D. Implementasi Keperawatan

1. Nyeri

Implementasi keperawatan dibuat berdasarkan intervensi keperawatan

medikal bedah yang telah disusun. Implementasi dari diagnosa pertama yaitu

Identifikasi nyeri yang komprehensif (P,Q,R,S,T), Berikan teknik non

farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri ( Therapy nafas dalam), Kontrol

lingkungan yang memperberat rasa nyeri ( Mis. Suhu ruangan, pencahayaan,

kebisingan), Kolaborasi pemberian analgetik, Jika perlu.

Implementasi hari I yang didapat pada Tn. M tanggal 4 Januari 2020 adalah

Mengidentifikasi nyeri yang komprehensif (P,Q,R,S,T) dengan hasil P :

Hipertensi, Q : Nyeri seperti tertekan benda berat, R : Kepala dan leher, S : Skala

nyeri 4, T : Hilang timbul, Memberikan teknik non farmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri ( Therapy nafas dalam) dengan hasil Klien diajarkan

teknik nafas dalam, ketika nyeri timbul, Mengontrol lingkungan yang

memperberat rasa nyeri ( Mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan) dengan

hasil Suhu ruangan di atur, pencahayaan di atur dan kebisingan di kurangi guna

meningkatkan kenyamanan klien, Kolaborasi pemberian analgetik dengan hasil

Pemberian Amlodipine ketika nyeri timbul.

69
Implementasi hari II yang didapat pada Tn. M tanggal 5 januari 2020

adalah Mengidentifikasi nyeri yang komprehensif (P,Q,R,S,T) dengan hasil P :

Hipertensi, Q : Nyeri seperti tertekan benda berat, R : Kepala dan leher, S : Skala

nyeri 2, T : Hilang timbul, Memberikan teknik non farmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri ( Therapy nafas dalam) dengan hasil Teknik nafas dalam,

ketika nyeri timbul tetap di pertahankan, Mengontrol lingkungan yang

memperberat rasa nyeri ( Mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan) dengan

hasil Suhu ruangan di atur, pencahayaan di atur dan kebisingan di kurangi guna

meningkatkan kenyamanan klien tetap dipertahankan, Kolaborasi pemberian

analgetik dengan hasil Pemberian Amlodipine ketika nyeri timbul tetap di

pertahankan

Implementasi hari III yang didapat pada Tn. M tanggal 6 Januari 2020

adalah Mengidentifikasi nyeri yang komprehensif (P,Q,R,S,T) dengan hasil P :

Hipertensi, Q : Nyeri seperti tertekan benda berat, R : Kepala dan leher , S : Skala

nyeri 0, T : Hilang timbul, Memberikan teknik non farmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri ( Therapy nafas dalam) dengan hasil Klien dapat

melakukan dengan mandiri ketika nyeri timbul, Mengontrol lingkungan yang

memperberat rasa nyeri ( Mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan) dengan

70
hasil Disesuaikan dengan mood pasien, Kolaborasi pemberian analgetik dengan

hasil Pemberian Amlodipine dihentikan.

Berdasarkan implementasi yang ada dilapangan dan teori terdapat

kesenjangan karena implementasi dapat dilaksanakan sesuai dengan intervensi.

Implementasi sudah sesuai dengan situasi dan kondisi.

2. Gangguan pola tidur

Implementasi dari diagnosa kedua yaitu intoleransi aktifitas yaitu

Identifikasi pola aktifitas dan tidur, Modifikasi lingkungan (Mis. Pencahayaan,

kebisingan, suhu, matras, dan tempat tidur), Tetapkan jadwal tidur rutin,

Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit.

Implementasi hari I yang didapat pada Tn. M tanggal 4 Januari 2020 adalah

Mengidentifikasi pola aktifitas dan tidur dengan hasil Tidak bisa tidur siang, tidur

malam 23.00 wita – 04.00 wita dan sering terbangun di malam hari,

Mengidentifikasi faktor pengganggu tidur dengan hasil Hipertensi (Tekanan

darah : 150/90mmHg), Memodifikasi lingkungan (Mis. Pencahayaan,

kebisingan, suhu, matras, dan tempat tidur) dengan hasil Pencahayaan di atur,

Kebisingan di kurangi, Suhu, matras dan tempat tidur di sesuaikan dengan

kenyamanan klien, Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit dengan hasil

Klien mengerti dan memahami pentingnya tidur cukup untuk mempercepat

proses penyembuhan.

71
Implementasi hari II yang didapat pada Tn. M tanggal 5 januari 2020

adalah Mengidentifikasi pola aktifitas dan tidur dengan hasil tidur siang jam

13.00 wita – 13.30 wita , tidur malam jam 22.00 wita – 04.30 wita,

Mengidentifikasi faktor pengganggu tidur dengan hasil Hipertensi (Tekanan

darah : 140/90mmHg), Memodifikasi lingkungan (Mis. Pencahayaan,

kebisingan, suhu, matras, dan tempat tidur) dengan hasil Pencahayaan di atur,

kebisingan di kurangi. suhu, matras dan tempat tidur di sesuaikan dengan

kenyamanan klien tetap di pertahankan.

Implementasi hari III yang didapat pada Tn. M tanggal 6 Januari 2020

adalah Mengidentifikasi pola aktifitas dan tidur dengan hasil tidur siang

jam13.00 wita – 15.00 wita, tidur malam jam 21.00 wita – 06.00 wita,

Mengidentifikasi faktor pengganggu tidur dengan hasil Hipertensi (Tekanan

darah : 120/90 mmHg), Memodifikasi lingkungan (Mis. Pencahayaan,

kebisingan, suhu, matras, dan tempat tidur) dengan hasil Modifikasi lingkungan

di sesuaikan dengan mood klien.

Berdasarkan implementasi yang ada dilapangan dan teori terdapat

kesenjangan karena implementasi dapat dilaksanakan sesuai dengan intervensi.

Implementasi sudah sesuai dengan situasi dan kondisi.

72
E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk

menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana

keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan

(Manurung, 2011). Tujuan dan kriteria hasil asuhan keperawatan pada masalah

diagnosa :

1. Nyeri Akut

Pada diagnosa nyeri berhubungan dengan Hipertensi ini teratasi Dimana

dari data subjektif Tn. M mengatakan tidak merasa nyeri, data objektif klien

tampak baik, Skala nyeri 0. Pada diagnosa Nyeri berhubungan dengan

Hipertensi ini teratasi setelah klien di berikan perawatan.

2. Gangguan pola tidur

Pada diagnosa gangguan pola tidur berhubungan dengan Hipertensi ini

teratasi, dimana dari data subjektif Tn. M mengatakan sudah bisa tidur dan tidak

terbangun lagi ketika malam hari, data objektif klien membaik masalah dapat

teratasi setelah di berikan perawatan.

73
BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan Tn. M dengan kasus

Hipertensi di RSUD Wakatobi maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai

berikut:

1. Hasil pengkajian didapatkan kesamaan data dari kasus yang diangkat

dengan teori yang ada, dimana Tn. M mengatakan mengatakan sakit kepala,

mengatakan pusing, merasakan nyeri pada leher dengan skala nyeri 4 (Sedang),

sulit tidur dan sering terbangun di malam hari.

2. Diagnosa yang muncul pada kasus sebanyak 2 diagnosa keperawatan

dengan diagnosa utamanya adalah Nyeri. Diagnosa keperawatan yang

kedua yaitu Gangguan pola tidur.

3. Intervensi keperawatan yang direncanakan tergantung pada masalah

keperawatan yang ditemukan. Intervensi yang dilakukan dirumuskan

berdasarkan diagnosa yang telah ditetapkan yaitu nyeri dan gangguan pola

tidur.

4. Implementasi dilakukan pada tanggal 5 sampai dengan 6 Januari 2020.

5. Pada tahap akhir peneliti melakukkan evaluasi pada tanggal 6 Januari 2020

mengenai tindakan keperawatan yang dilakukan berdasarkan catatan

74
perkembangan. Evaluasi didapatkan dari dua diagnosa keperawatan yang

muncul masalahnya dapat teratasi.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas penulis, memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi Klien diharapkan pengetahuan klien dapat berkembang tidak hanya pada

satu penyakit saja dan keterampilan keluarga dalam upaya pencegahan,

perawatan serta pemanfaatan fasilitas kesehatan dalam merawat anggota

keluarga yang menderita diabetes melitus.

2. Bagi Institusi Pendidikan sebagai referensi tambahan guna meningkatkan

informasi / pengetahuan sebagai referensi perpustakan Poltekkes Kemenkes

Kendari yang bisa di gunakan oleh mahasiswa sebagai bahan bacaan dan dasar

untuk studi kasus selanjutnya.

3. Bagi petugas RSUD Wakatobi khususnya yang perawat yang menangani

program keperawatan medikal bedah dapat memberikan bimbingan kepada klien

secara optimal dan meningkatkan mutu pelayanan di RSUD

Wakatobi.

75
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Nablory. 2011. Cara Mencegah dan Mengobati Asam Urat dan Hipertensi.
Jakarta : Rineka Cipta.

American Heart Association, 2017. High bood pressure clinical practice guideline for
the orevention, detection, evaluation, A report of the Amerika college of
cardiologt. Amerika : J Am Coll Cardiol

Black, J. M. & Hawks, J. H. 2014. Fundamental of nursing : Fundamental keperawatan


buku 3 edisi 7. Singapore : ELSEVIER.

Brunner & Suddarth, 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 2.
Jakarta EGC

Debora,Oda. 2012. Proses Keperawatan Dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta : Salemba


Medika

Darmawan, Deni. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif. Cetakan Kedua. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya

Dinarti dan Mulyanti, Y. 2017. Dokumentasi Keperawatan (1st ed.). Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia

Ferri, F. F. 2017. Ferri's Clinical Advisor 2017: 5 Books in 1. Philadelphia: Elsevier,


Inc.

Hariyanto, A & Sulistyowati, R. (2015). Buku ajar keperawatan medikal bedah 1:


dengan diagnosis NANDA international. Yogyakarta : AR- RUZZ MEDIA.

JNC-8. 2014. The Eight Report of the Joint National Commite. Hypertension
Guidelines : An In-Depth Guide. Am J Manag Care

Kemenkes RI. 2014. Situasi Dan Analisis Lanjut Usia. Jakarta : Infodati, Pusat Data
Dan Informasi Kemenkes RI

Kozier, Dkk. 2010. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Edisi 5. Jakarta : EGC

LeMone, Burke, & Bauldoff. 2016. Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa. Jakarta:
EGC
Noviyanti. 2015. Hipertensi : Kenali,Cegah, dan Obati. Yogyakarta : Notebook Padila.
2015. Asuhan Keperawatan Maternitas II. Yogyakarta : Nuha Medika.

Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2019. Sulawesi Tenggara : Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara : 2019.

Rekam Medik RSUD Wakatobi. 2019. Profil RSUD Wakatobi

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2018. Badan Penelitian Dan Pengembangan


Kesehatan Kementerian Ri Tahun 2018.

Rohmah, Nikmatur, Walid & Saiful. 2012. Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta : Ar – Ruzz Media.

Sadock. 2017. Buku Ajar Psikiatri klinis (Kaplan & Sadock’s Concise Texbook Of
Clinical Psychiatry). Jakarta : EGC

Saferi W, Andra., Mariza P, Yessie. 2013. KMB 2 :Keperawatan Medikal Bedah


(Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep). Yogyakarta : Nuha Medika.

Syahrini. 2012. Faktor – Faktor Risiko Hipertensi Primer Di Puskesmas Tlogsari


Kulon Kota Semarang. (Thesis Ilmiah). Semarang : Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Diponegoro

Syamsudin. 201. Buku Ajar Farmakoterapi Kardiovaskular Dan Renal. Jakarta :


Penerbit Salemba Medika

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
Dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi
Dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi
Dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Triyanto. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara Terpadu.


Yogyakarta : Graha Ilmu
Udjianti, Wajan J. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta : Penerbit Salemba
Medika
Who. 2015. Prevalensi Hipertensi Di Negara Maju. Janewa : Word Healt
Organization

Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika

World Health Organization. A global brief on hypertension: silent killer, global public
health crisis. 2013.
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

KepadaYth:
Bapak/Ibu/Sdr/i CalonResponden
Di
Tempat

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, mahasiswa Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kendari.
Nama : Haliadin
NIM : P003200190176
Jurusan : Keperawatan

Akan mengadakan penelitian dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. M


Dengan Gangguan Kardiovaskuler Hipertensi Pada Ruangan Tuna Di RSUD Wakatobi
Tahun 2020”. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dan tidak akan menimbulkan akibat buruk bagi Bapak/Ibu/Sdr/i sebagai
responden. Kerahasiaan informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan
untuk tujuan penelitian.
Apabila Bapak/Ibu/Sdr/i menyetujui maka dengan ini saya mohon kesediaan
responden untuk menandatangani lembaran persetujuan dan menjawab pertanyaan –

pertanyaan yang saya ajukan dalam lembaran kuesioner.


Atas perhatian Bapak/Ibu/Sdr/i sebagai responden, saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya
Peneliti,
(Haliadin)

INFORMED CONSENT SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Saya yang tersebut di atas menyatakan SETUJU dan BERSEDIA untuk terlibat
dalam penelitian yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. M Dengan Gangguan

Kardiovaskuler Hipertensi Pada Ruangan Tuna Di RSUD Wakatobi Tahun 2020” yang
diselenggarakan oleh Haliadin.
Dalam kegiatan ini, saya telah menyadari, memahami, dan menerima bahwa :
1. Saya diminta untuk memberikan informasi yang sejujur-jujurnya.
2. Identitas dan informasi yang saya memberikan akan DIRAHASIAKAN dan tidak
akan disampaikan secara terbuka kepada umum.
3. Saya menyetujui adanya perekaman selama penelitian berlangsung.
4. Guna menunjang kelancaran penelitian yang akan dilaksanakan, maka segala hal
yang terkait dengan waktu dan tempat akan disapakati bersama.
Dalam menandatangani lembar ini, Saya TIDAK ADA PAKSAAN dari pihak
maupun sehingga saya bersedia untuk mengikuti penelitian.
Kendari, 5 Januari 2020
Mengetahui Peneliti Partisipan

(Haliadin) ( Klien )
DOKUMENTASI

Dokumentasi Asuhan Keperawatan Pada Tn. M Dengan Gangguan Kardiovaskuler


Hipertensi Pada Ruangan Tuna Di RSUD Wakatobi

You might also like