Laporan Kelompok Kecil RT 10

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 107

LAPORAN KEGIATAN KEBIDANAN BERBASIS KOMUNITAS

CONTINUITY OF CARE DI RT.10 KELURAHAN PENYENGAT

RENDAH KECAMATAN TELANAIPURA KOTA JAMBI

PEMBIMBING LAPANGAN :

ENNY SUSILAWATI, M.KEB

DISUSUN OLEH :

DINI SUSILA FITRI ( PO71242210064 )

NADIANINGSIH ( PO71242210040 )

NURHASANAH ( PO71242210055 )

RISKA WINIARTI ( PO71242210042 )

TIFFANY ( PO71242210053 )

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI

JURUSAN KEBIDANAN PRODI

PROFESI BIDAN

TAHUN 2022
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN KEGIATAN ASUHAN KEBIDANAN BERBASIS KOMUNITAS DALAM KONTEK


CONTINUITY OF CARE DI RT.10 KELURAHAN PENYENGAT RENDAH KECAMATAN
TELANAIPURA KOTA JAMBI

Laporan Kelompok Mata Kuliah Praktik Asuhan Kebidanan Berbasis Komunitas Dalam

Kontek Continuty of Care Di RT.10 Kelurahan Penyengat Rendah Kecamatan

Telanai Pura Kota Jambi ini telah disetujui Tanggal

Februari 2022

Mengesahkan,

Pembimbing Akademik

Enny Susilawati, M. Keb

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kelompok praktik mata kuliah Asuhan
Kebidanan Berbasis Komunitas Dalam Kontek Continuity Of Care yang berjudul "Laporan Kegiatan
Asuhan Kebidanan Berbasis Komunitas Continuity Of Care Di RT.10 Kelurahan Penyengat Rendah
Kecamatan Telanai Pura Kota Jambi". Sholawat dan salam tak lupa penulis panjatkan kepada junjungan
kami Nabi Muhammad SAW. Adapun penyusunan laporan ini diajukan untuk melengkapi tugas praktik
asuhan kebidanan Berbasis Komunitas Dalam Kontek Continuity of Care

Dalam penyusunan laporan kelompok ini penulis banyak mengalami hambatan dan kesulitan akan
tetapi atas bimbingan serta arahan dari para pembimbing dan dukungan dari berbagai pihak sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan kelompok ini dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada:

1. Bapak Rusmimpong, S.Pd, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Jambi.

2. Ibu Suryani, S.Pd, MPH selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Jambi.

3. Ibu Lia Artika Sari, M.Keb selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi Bidan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Jambi.

4. Ibu Enny Susilawati, M.Keb selaku Koordinator mata kuliah Asuhan Kebidanan Berbasis Komunitas
Dalam Kontek Continuity Of Care dan Pembimbing Akademik.

5. Abdul Aris Ramadhani, S.STP, ME selaku Lurah Di Kelurahan Penyengat Rendah Kota Jambi.

6. Bapak Gofar selaku Ketua RT 10 kelurahan Penyengat Rendah.

7. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Prodi Pendidikan Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes jambi

Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga laporan Asuhan
Kebidanan Berbasis Komunitas Continuity of Care ini dapat berguna bagi semua pihak.

Jambi,

Februari 2022

3
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan................................................................................................... i
Kata Pengantar........................................................................................................... ii
Daftar Isi...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................... 4
C. Tujuan............................................................................................................. 4
D. Manfaat........................................................................................................... 5
E. Ruang Lingkup................................................................................................ 5
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Asuhan Kebidanan Komunitas....................................................................... 7
1. Pengertian, tujuan, sasaran kebidanan komunitas..................................... 7
2. Kebidanan komunitas PRA....................................................................... 8
B. Perawatan Kesehatan Masyarakat................................................................... 15
1. Pengertian PHC........................................................................................... 15
2. Konsep teori perilaku.................................................................................. 15
3. PSM/PKMD................................................................................................ 15
4. Lingkungan dan rumah sakit....................................................................... 16
C. Asuhan Kebidanan.......................................................................................... 20
1. Antenatal care............................................................................................. 20
2. Pertolongan persalinan................................................................................ 32
3. Neonatus, bayi, balita, dan anak pra sekolah.............................................. 50
4. Pelayanan masa nifas.................................................................................. 61
5. Program Keluarga Berencana..................................................................... 67

4
BAB III HASIL PRAKTIK KERJA LAPANGAN

A. Gambaran Umum Wilayah............................................................................... 72


1. Letak dan Batas Wilayah............................................................................ 72
2. Fasilitas Kesehatan..................................................................................... 72
B. Hasil Pendataan................................................................................................ 73
1. Tabulasi Data.............................................................................................. 74
2. Analisis Data............................................................................................... 74
3. Rumusan Masalah....................................................................................... 81
4. POA............................................................................................................ 82
5. Pelaksanaan................................................................................................ 84
6. Evaluasi...................................................................................................... 84

BAB IV PEMBAHASAN

A. Derajat Kesehatan............................................................................................. 91
B. Lingkungan Kesehatan..................................................................................... 93
C. Perilaku Kesehatan........................................................................................... 93
D. Upaya Kesehatan.............................................................................................. 96
E. Pemberdayaan Perempuan................................................................................ 97

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan....................................................................................................... 102
B. Saran................................................................................................................. 102

DAFTAR PUSTAKA

5
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia perkembangan kebidanan tidak begitu pesat, hal ini dapat dilihat dari

dimulainya pelayanan kebidanan pada tahun 1853 sampai saat ini perkembangan relavanan belum

dapat mencapai tingkat yang professional. Pelayanan kebidanan yang diberikan lebih banyak

diujukan pada kesehatan ibu dan anak, baik kesehatan fisik maupun psikologis ibu dan anak ini

berada didalam suatu keluarga yang ada didalam pada suatu masyarakat. Bidan sebagai pelaksana

utama yang memberikan pelayanan kebidanan. Diharapkan mampu memberikan pelayanan yang

bermutu dan terjangkau oleh masyarakat Bidan juga tinggal didalam suatu masyarakat di komunitas

tertentu oleh karena itu dalam memberikan pelayanan tidak hanya memandang ibu dan anak sebagai

individu tetapi juga mempertimhangkan factor lingkungan dimana ibu tinggal. Lingkungan ini dapat

berupa social. politik, dan keadaan ekonomi. Disini terlihat jelas bahwa kebidanan komunitas sangat

diperlukan, agar bidan dapat mengenal kehidupan social dari ibu dan anak yang dapat menpengaruhi

status kesehatannya (Hirfa, 2017).

Kelahiran dan kehamilan merupakan suatu hal fisiologis, namun jika tidak dikelola dengan

baik akan menjadi patologis (Miratu dkk, 2015). Continuity of care dalam kcbidanan merupakan

serangkaian kegiatan pelayanan berkesinambungan mulai dari kebamilan persalinan, nifas, bayi baru

lahir, serta pelayanan keluarga berencana (Homer et all 2014).

Perempuan merupakan makhluk yang diciptakan dengan berbagai kelebihan pctga banyak

topik yang diangkat dengan latar belakang perempuan. Kelebihanan perempuan tecakup dalam peran

yang dilalkukannya di kehidupan sehari-hari akan terjadi beberapa masalah yang timbul akibat petan

perempuan. Pembahasan perempuan dengan sejuta problematika melahirkan pemikiran beberapa


1

ahli yang kan teon-teori sosial mengenai sisi perempuan seperti feminisme (gender) dengan beberapa

paradigma (Fagih, 2012:80-98).

Sejak kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, perempuan menjadi tumpuan bagi

pembangunan bangsa ini. Pahlawan yang membela Indonesia pada masa kolonialisme dan

imperialisme tidak hanya terlahir dari kaum lakilaki saja. Peran perempuan sebagai pahlawan

pembela tanah air pun tidak dapat dipungkiri lagi kebenarannya. Hal tersebut membuat banyak ahli

sosial mengadopsi teori-teori perubahan sosial dari abad ke-18 yang menyatakan bahwa perempuan

dapat menjadi aktor pembawa kelangsungan pembangunan bangsa. Tenaga wanita cakap dan wanita

ideal dibutuhkan secara mutlak di era pembangunan, yaitu wanita yang dapat menjalankan peranan

rangkapnya (peran ganda) (Aswiyati, 2016: 2).

Perempuan saat ini memiliki peran yang cukup beragam, mulai pendidik sampai karir. Tidak

dapat dipungkiri, saat ini perempuan banyak yang berperan sebagai laki-laki yang memberikan

nafkah keluarga. Dunia kerja yang selama ini selalu dianggap milik laki-laki sebagai dunia publik

mulai mendapat "penghuni" baru yang namanya perempuan yang selama ini selalu diasumsikan

"menghuni" dunia domestik, dunia "rumahan" (Astuti 2011:114). Pendapatan pas-pasan yang

dihasilkan oleh kepala keluarga (suami), mendorong para perempuan untuk berperan aktif dalam

membantu pendapatan ekonomi keluarga. Persoalan yang dihadapi perempuan dari golongan

berpenghasilan rendah pada khususnya, timbul karena ada kaitannya dengan status sebagai

perempuan, sehingga perlu mendapatkan

perhatian dalam rangka meningkatkan partisipasi perempuan melalui proses pembangunan sosial

ekonomi (Sajogyo dan Pudjiwati 2007:78).

Menutut Elizabeth 2007 dalam jurnal Adil dan Goso dengan judul “Peran Perempuan Kepala

Keluarga Dalam Program Pemberdayaan Masyarakat Dan Pengaruhnya Terhadap Kontribusi


1

Perekonomian Keluarga" Pemberdayaan (emnpowerment) wanita adalah bentuk usaha penguatan

terhadap ketidak berdayaan mereka agar mampu menolong diri sendiri, mandiri, serta

mengembangkan self reliancenya. Pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment) berasal dari

kata 'power' (kekuasaan atau keberdayaan). Ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep

mengenai kekuasaan, pemberdayaan bukanhanya meliputi penguatan individu anggota masyarakat,

tetapi juga pranata-pranatanya.Pemberdayaan ditujukan untuk memperkuat kekuasaan masyarakat

khususnya kelompok. memiliki ketidakberdayaan, baik karena kondisi internal (misalnya persepsi

lemah yang mereka sendiri).

Pemberdayaan perempuan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari penyelenggaraan

negara yang menyeluruh untuk membangun tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara, serta mewujudkan kemajuan di segala bidang. Kondisi geografis dan kemiskinan menjadi

persoalan tersendiri bagi perempuan untuk dapat mengakses berbagai kebutuhan mereka, terlebih

untuk berpartisipasi dalam kegiatan- kegiatan publik. Khususnya perempuan lebih terfokus pada

pemenuhan kebutuhan pokok dari pada terlibat di suatu organisasi.

Kelurahan Penyengat Rendah merupakan salah satu dari bagian dari Kecamatan Telanaipura,

yang dikepalai oleh Lurah dan dibantu sekretaris Lurah. Kelurahan Penyengat Rendah terdiri dari 22

RT, dan merupakan kelurahan yang ditunjuk Sebagai Kelurahan Bersinar (Bersih dari Narkoba) oleh

Walikota Jambi serta menjadi Kampung KB oleh BKKBN Propinsi Jambi. Masyarakatnya

didominasi oleh penduduk Jambi Asli dan beberapa penduduk pendatang. Fasilitas kesehatan yang

ada yaitu 1 buah Puskesmas Pembantu, 5 Posyandu dan kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR)

serta 1 Posyandu Remaja. Dari sisi pemberdayaan perempuan, berdasarkan survei tahun 2018 hingga

2020 masih ada beberapa aspek yang kurang yaitu aspek kesejahteraan dan aspek partisipasi.
1

RT 10 merupakan kelompok masyarakat yang aktif dan sering melaksanakan kegiatan

masyarakat, diketuai oleh seorang ketua RT dan dibantu oleh sekretaris RT. Kegiatan pemberdayaan

belum sepenuhnya terlaksana di RT 10 ini.

B. Batasan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka permasalahan dalam laporan ini adalah masih

rendahnya pemberdayaan perempuan dan perlu dilakukan Asuhan kebidanan berbasis komunitas

dalam konteks continuity of care di RT. 10 Kelurahan Penyengat Rendah.

C. Tuiuan

1. Tujuan Umum

Mampu melakukan Pemberdayaan Perempuan dan asuhan kebidanan berbasis komunitas dalam

konteks continuity of care di RT.I0 Kelurahan Penyengat Rendah.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melaksanakan pengumpulan data dasar pada keluarga binaan di RT.10

b. Kelurahan Penyengat Rendah Mampu melakukan Analisis data pada keluarga binaan di

RT.10 Kelurahan

c. Penyengat Rendah. Mampu menentukan prioritas masalah dalam pemberian asuhan

kebidanan

komunitas RT. 10 Kelurahan Penyengat Rendah.

d. Mampu menyusun perencanaan kegiatan pada keluarga binaan di RT.10 Kelurahan

Penyengat Rendah.

e. Mampu melaksanaan inplementasi kegiatan pada keluarga binaan di RT.10

f. Kelurahan Penyengat Rendah Mampu memberikan evaluasi dan tindak lanjut dari asuhan

yang telah dilakukan pada keluarga binaan di RT.10 Kelurahan Penyengat Rendah.
1

D. Manfaat

1. Bagi Lahan Praktik

Sebagai acuan dalam meningkatkan mutu pelayanan asuhan kebidanan berbasis

komunitas dalam konteks continuity of care di RT.10 Kelurahan Penyengat Rendah

2. Bagi Institusi Pendidilkan

Sebagai bahan masukan untuk menghasilkan lulusasn bidan yang professional dan

mandiri serta sebagai penambahan bahan kepustakaan yang dapat dijadikan studi banding

untuk penelitian studi kasus selanjutnya

3. Bagi Penulis lain

Dapat meningkatkan pola pikir ilmiah dalam memberikan asuhan kebidanan berbasis

komunitas dalam konteks continuity of care dan sebagai bahan masukan atau informasi untuk

peneliti agar mampu mengaplikasikan seluruh teori ilmu yang telah didapat selama perkuliahan

dan praktik lapangan.

E. Ruang Lingkup

Kegiatan praktik asuhan kebidanan berbasis komunitas dalam konteks continuity of care

ini dibatasi hanya pada 45 kk di RT 10 dan masing-masing mahasiswa membina 9 kk selama 4

minggu praktik. Tahapan yang dilakukan meliputi pendataan, analisis data, prioritas masalah,

penyusunan perencanaan kegiatan (POA) dan pelaksanaan asuhan Penilaian aspek pemberdayaan

meliputi aspek kesejahteraan, akses, kesadaran kritis, partisipasi dan kontrol. Intervensi yang

dilakukan adalah dengan intervensi keluarga binaan serta intervensi kelompok masyarakat dengan

menekankan pada kegiatan aspek kesejahteraan dengan mengajarkan ibu ibu di RT 10 tentang

tekhnik membuat berbagai bentuk kerajian dari 3 bahan yaitu ketas koran, lem yang terbuat dari
1

tepung sagu dan lem fox. Kelompok Juga bekerjasama dengan LSM Koalisi Perempuan Indonesia

Cabang Jambi, Pihak Kelurahan, PKK dan Tokoh Masyarakat


1

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Asuhan Kebidanan Komunitas

1. Pengertian, tujuan, sasaran kebidanan komunitas

a. Pengertian

Definisi bidan menurut International Contederation 0f Midwives (1CM) yang dianut dan

diadopsi oleh seluruh organisasi bidan di seluruh dunia, dan diakui oleh WHO dan Federation

of lnternational Gynecologist Obstetrition (FIGO), Definisi tersebut secara berkala di review

dalam pertemuan Internasional (Kongres ICM). Definisi terakhir disusun melalui konggres

ICM ke 27. pada bulan Juli tahun 2005 di Brisbane Australia ditetapkan sebagai berikut: Bidan

adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di negaranya,

telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar (register) dan

atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik bidan. (Hirfa, 2017).

Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung-jawab dan akuntabel, yang

bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama

masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, mnemimpin persalinan atas tanggung jawab

sendiri dan memberikan asuhan kenada bavi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya

pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan2 anak, dan akses

bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawat-daruratan.

Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya

kepada perempuan. tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini harus mencakup
1

pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatan

perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan anak. Bidan dapat praktik

diberbagai tatanan pelayanan, termasuk di rumah, masyarakat, Rumah Sakit, klinik atau unit

kesehatan lainnya (Hirfa, 2017).

2. Kebidanan komunitas PRA

a. Pengertian PRA (PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL)

Participatory Rular Appraisal (PRA) adalah penilaian/pengkajian/penelitian keadaan desa

secara partisipatit, Maka dari itu, metode PRA adalah cara yang digunakan dalam melakukan

pengkajian/penilaian/penelitian untuk memahami keadaan atau kondisi desa/wilayah/lokalitas

tertentu dengan melibatkan partispasi masyarakat. PRA dikembangkan oleh Robert Chambers,

b. Prinsip-Prinsip Pra

1. Prinsip mengutamakan yang terabaikan (keberpihakan). Mengutamakan masyarakat yang

terabaikan agar memperoleh kesempatan untuk memiliki peran dan mendapat man faat dalam

kegiatan program pembangunan. Keberpilhakan ini lebih pada upaya untuk mencapai

keseimbangan perlakuan terhadap berbagai golongan yang terdapat di suatu masyarakat,

mengutamakan golongan paling miskin agar kehidupannya meningkat.

2. Prinsip pemberdayaan (penguatan) masyarakat. Peningkatan kemampuan masyarakat,

kemampuan itu ditingkatkan dalam proses pengkajan keadaan, pengambilan keputusan dan

penentuan kebijakan, sampai pada pemberian penilaian dan koreksi kepada kegiatan yang

berlangsung
1

3. Prinsip masyarakat sebagai pelaku dan orang luar sebagai lasilitator. Menempatkan masyarakat

sebagai pusat dari kegiatan pembangunan. Urang luar juga harus menyadarn peranannya

sebagar fasilitator.

4. Prinsip saling belajar dan menghargai perbedaan. Salah satu prinsip dasarnya adalah pengakuan

akan pengalaman dan pengetahuan tradisional masyarakat.

5. Prinsip infomal. Kegiatan PRA diselenggarakan dalam suasana yang bersifat luwes, terbuka, idak

memaksa dan iniomal. Situasi ini akan menimbalkan hubungan akrab, karena orng luar akan

berproses masuk sebaya angyota masyarakat, bukan sehagar unu asing yangg oleh masyarakat

harus disambut secara resmi

6. Prinsip riangulasi. Prinsip ini lebih berhubungan dengan peroleh. Adakalanya informasi yang

dikemukakan oleh individu sudah kemungkinan tidak dibenarkan menurut kelompok. Ada

kemungkin Juga infomasi yang diberikan kelompok tidak cocok dengan realitas Oleh sebab itu

prinsip triangulasi merupakan tindakan untuk mengali sumber infomasi. Dalam masyarakat

nelayan misalnya kalau Juraga mengemukakan informasi maka tingkat subycktivitasnya Juga

tinggi mana kala berkenaan dengan kepentingan para juragan itu. DemiKian Juga dengan

kelompok yang lain. Karena sumber informasi tu banyak maka kebenaran inlormasi itu perlu

dicari melalui berbagai pihak dengancara cross check.

7. Prinsip mengoptimalkan hastl, Prinsip mengoptimalkan atau memperolen hasil infomasi yang

tepat guna menurut metode PRA adalah – Lebih baik kita tidak talhu apa yang tidak perlu kita

ketahui" (ketahui secukupnya saja), - Lebih baik kita "tidak tahu apakah informasi itu bisa disebut

benar seratus persen, tetap diperkirakan bahwa informasi itu cenderung mendekati kebenaran"

(daripada kita tahu sama sekali).


1

8. Prinsip orientasi praktis. Artinya bahwa program program yang dikembangkan dengan metode

PRA ini lebih berorientasi pada pemecahan masalah secara praktis. Misalnya saja apa yang

menjadi masalah kesehatan ibu dan anak di desa, potensi (kemampuan manusia atau kelompok

untuk mengerakkan perubahan) apa yang dimiliki, tersedianya potensi pendukung lain atau tidak,

yang kemungkinan berada pada kelompok lain atau daerah lain, ada tidaknya sumber yang

dimiliki, dan program-program yang dirancang memecahkan kebutuhan banyak pihak.

9. Keberlanjutan: Dalam kehidupan masyarakat masalah akan berkembang terus, artinya selama

manusia itu ada maka masalah tidak pernah akan clesas 0leh karenanya program yang dirancang

oleh masyarakat untuk cmecahkan penoalan mercka adalah berkesanambungan dan kemungkinan

antisipasi munculnya masalalh dikenmadian hari.

10. Belajar dari kesnlahan, Dalam PRA kesalahan itu wajar manusiawi, oleh sebab itu perencanaan

program jangan terlalu sulit sehingga masyaralkat tdnk mampu memenuhinya. Dalam menyusun

kegiatan bukan Juga nat yung bersilat coba coba akan tetapi telah mempertimbangkan banyak hal

termasuk tentang kesalahan.

11. Terbuka: Dalam PRA Sangat memungkinkan ketidak sempurnaan oleh sebab itu keterbukaan atas

tangEpan orang lain terhadap kegiatan PRA ini sangat positil sebab disadari bahwa di setiap

metode tidak pernah ada yang berlangsung dengan sempurna.

C. Struktur Program

Karena tujuan penerapan metode PRA adalah pengembangan program bersama masyarakat,

penerapannya perlu Senantiasa mengacu pada siklus pengembangan program. Gambaran umum siklus

tersebut secara ringkas adalah sebagai berikut

1. Pengenalan masalah/kebutuhan dan potensi, dengan maksud untuk menggali informasi tentang

keberadaan lingkungan dan masyarakat Secara umum.


1

2. Penumusan mnasalah dan penetapan prioritas guna memperolen rumusa atas dasar masalah dan

potensi setempat.

3. ldentifikasi alternatif pemecahan masalah atau pengembangan gagasanguna membahas berbagai

kemungkinan pemecahan masalah melalui turun rembug masyarakat.

4. Pemilihan altermatif pemecahan yang paling tepat sesual dengan KCanpuan masyarakat dan

sumber daya yang tersedia dalam kaitannya dengan swadaya.

5. Perecanaan penerapan gagasan dengan pemecahan masalan teseout Secara konkrit agar

implementasinya dapat secara mudan dl pantau

6. Perencanaan kegiatan guna mendapatkan masu penyempurmaannya di tingkat yang lebih besar dan

pengorganisesian masyarakat sesaai dengan sepuruna dan tingkat perkembangan masyarakat.

D. Permasalahan PRA

Oleb karenanya beberapa saian yang umbul akibat merebakny penggunaan metode PRA adalah:

1. Permintaan melampaur Kemalnpun akibaat metode ini dilatihkan dalam forum yang formal tanpa

cukup Kesempatan untuk menghayati dan mendalami prinsip yang mendasarinya.

2. Kehilangan tujuan dan kedangkalan hasil akibat penerapan yang serampangan di lapangan tanpa

tujuan yang jelas.

3. Kembali menyuluh akibat petugas tidak siap untuk memfasilitasi partisipasi masyarakat.

4. Menjadi penganut fanatik karena tidak munculnya improvisasi dan variasi petugas untuk menggali

lebih dalam permasalahan di masy arakat.

5. Mengatasnamakan PRA untuk kegiatan yang sepotong-potong di luar konteks program

pengembangan masyarakat.

6. Terpatok waktu akibat program yang berorientasi pada target (teknis, administratil).
1

7. Kerutinan yang dapat membuat kegiatan tidak hidup lagt sehingga terjebak dalam pekerjaan yang

rutin dan membosarnkan.

E. Beberapa teknik penerapan PRA antara lain:

1. Penelusuran Alur Sejarah

2. Penelusuran Kebutuhan Pembangunan

3. Analisis Mata Pencaharian

4. Penyusunan Rencana Kegiatan

5. 5 Focus Group Discussion

6. Penetaan, dll

1. Strategi Pemberdayaan Perempuan

Kesadaran mengenai peran perempuan mulai berkembang yang diwujudkan dalam pendekatan

program perempuan dalam pembangunan. Hal ini didasarkan pada satu pemikiran mengenai perlunya

kemandirian bagi kaum perempuan, supaya pembangunan dapat dirasakan oleh semua pihak. Karena

perempuan merupakan sumber daya manusia yang sangat berharga sehingga posisinya di ikut sertakan

dalam pembangunan.

Tujuan dari pendekatan ini adalah menekankan pada sisi produktivitas tenaga kerja perempuan,

khususnya terkait dengan pemberdayaan perempuan, sedangkan sasarannya adalah kalangan

perempuan dewasa. Untuk meningkatkan akses perempuan agar supaya bisa meningkatkan

pemberdayaan. Adapun strategi yang dijalankan untuk meningkatkan pemberdayaan perempuan,

seperti melalui kegiatan-kegiatan keterampilan yang diantaranya menjahit, menyulam, bordir dan lain

sebagainya.

Pemberdayaan menjadi strategi penting dalam meningkatkan peran perempuan dalam

meningkatkan potensi diri agar lebih mampu mandiri dan berkarya. Pemberdayaan dapat dilakukan
1

melalui pembinaan dan mengasah keterampialan perempuan khususnya dalam penelitian ini yaitu

dibidang Home Industry.

2. Pendekatan Pemberdayaan Perempuan di Bidang Ekonomi melalui Home Industry

Dalam hal peningkatan ekonomi perempuan di Indonesia khususnya di daerah perdesaan,

perempuan memiliki keterbatasan dalam menjalankan aktivitasnya, keterbatasan tersebut seperti

rendahnya pendidikan, keterampilan, sedikitnya kesempatan kerja, dan juga hambatan ideologis

perempuan yang terkait rumah tangga. Selain itu perempuan juga dihadapkan pada kendala tertentu

yang dikenal dengan istilah "tripple burden of women", yaitu perempuan harus melakukan produksi

dan fungsi sosial secara bersamaan di masyarakat. Hal tersebut menyebabkan kesempatan perempuan

untuk memanfaatkan peluang ekonomi yang ada menjadi sangat terbatas.

Tujuan dari program pemberdayaan perempuan adalah

a. Meningkatkan kemampuan kaum perempuan untuk melibatkan di dalam program pembangunan,

sebagai partisipasi aktif (objek) ex tidak sekedar menjadi objek pembagunan seperti yang terjadi.

b. Meningkatkan kemampuan kaum perempuan dalam kepemimpinan untuk meningkatkan posisi

tawar-menawar dan keterlibatan dalam setiap pembangunan baik sebagai perencana, pelaksana,

maup melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan.

c. Meningkatkan kemampuan kaum perempuan dalam mengelola usa skala rumah tangga, industri

kecil maupun industri besar un menunjang peningkatan kebutuhan rumah tangga, maupun un

membuka peluang kerja produktif dan mandiri.

d. Meningkatkan peran dan fungsi organisasi perempuan di tingkat lo sebagai wadah pemberdayaan

kaum perempuan agar dapat terl secara aktif dalam program pembangunan pada wilayah tem

tinggalnya.
1

Pemberdayaan perempuan lebih banyak ditekankan di bidang ekonomi untuk

meningkatkan kemampuan dalam mengelola us khususnya dalam hal ini adalah usaha home

industry. Ada lima yang penting yang perlu diperhatikan dalam upaya pengembangan kemamp

berwirausaha bagi perempuan yaitu:

a. Membantu dan mendorong kaum perempuan untuk membangun mengembangkan pengetahuan serta

kompetensi diri mereka, me berbagai program pelatihan.

b. Membantu kaum perempuan dalam strategi usaha dan pema produk.

c. Memberikan pemahaman terhadap regulasi dan peraturan pemasaran terkait dengan legalitas dunia

usaha.

d. Mendorong dan membantu kaum perempuan untuk mampu menggunakan teknologi informasi dan

komunikasi secara optimal.

e. Membuat Usaha Mikro (Jaringan Usaha Mikro Perempuan atau Forum (Pelatihan Usaha). Terkait

dengan pemberdayaan perempuan dalam home industry, hal yang perlu dilakukan adalah penciptaan

iklim yang kondusif, dapat dilakukan dengan :

1. Mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki.

2. Menciptakan aksebilitas terhadap berbagai peluang yang menjadikannya semakin berdaya.

3. Tindakan perlindungan terhadap potensi sebagai bukti keberpihakan untuk mencegah dan

membatasi persaingan yang tidak seimbang dan cenderung eksploitasi terhadap yang lemah oleh

yang kuat.
1

B. Perawatan Kesehatan Masyarakat

1. Pengertian PHC

Primary Health Care (PHC) diperkenalkan oleh WHO dengan tujuan untuk meningkatkan

akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. Di Indonesia PHC memiliki

tiga strategi utama, yaitu kerjasama multisektoral, partisipasi masyarakat dan penerapan teknologi

yang sesuai dengan kebutuhan dan pelaksanaan dimasyarakat. Primary Health Care (PHC) adalah

pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan

sosial yang dapat diterima secara umum baik oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat

melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan biaya yang dapat terjangkau oleh masyarakat

dan negara untuk memelihara setiap tingkat perkembangan mereka dalam semangat untuk hidup

mandiri (self reliance) dan menentukan nasib sendiri ( self determination).

2. Konsep teori perilaku

Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan

dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan (Dewi &

Wawan, 2016). Perilaku kesehatan adalah semua aktifitas atau kegiatan seseorang baik yang

diamati (opservable) maupun tidak dapat diamati (unobservable) yang berkaitan dengan

pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (Notoatmodjo, 2014).

3. PSM/PKMD

PSM Adalah proses dimana individu, keluarga dan lembaga masyarakat termasuk swasta:

a.Mengambil tanggung jawab atas kesehatan diri, keluarga, dan masyarakat.

b. Mengembangkan kemampuan untuk menyehatkan diri keluarga dan masyarakat.

c. Menjadi pelaku perintis kesehatan dan pemimpin yang menggerakkan kesehatan masyarakat

dibidang klesehatan berdasarkan atas kemandirian dan kebersamaan.


1

PKMD adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang dilaksanakan atas dasar otong royong

dan swadaya dalam rangka menolong diri sendiri dalam memecahkan masalah untuk memenuhi

kebutuhannya dibidang kesehatan dan dibidang lain yang erkaitan agar mampu mencapai

kehidupan sehat sejahtera.

4. Kesehatan lingkungan dan rumah sakit.

a. Konsep keluarga

Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan

atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu sama lain (Setiadi, 2018).

Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,

perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu sama lain

(Harmoko, 2018).

b. Kesehatan lingkungan

Kesehatan lingkungan adalah upaya perlindungan, pengelolaan dan memodifikasi

lingkungan yang diarahkan menuju keseimbangan ekologi pada tingkat kesejahteraan manusia

yang semakin meningkat.

c. Rumah sakit

1) Pengertian

Rumah sakit adalah suatu organisasi kompleks yang menggunakan Perpaduan peralatan

ilmiah yang rumit dan khusus, yang difungsikan oleh kelompok tenaga terlatih dan

terdidik dalam menghadapi masalah-masalah yang berkaitan dengan pengetahuan medik

modern untuk tujuan pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik.

Pengertian Rumah sakit menurut WHO (1957) diberikan batasan yaitu "suatu bagian yang

menyeluruh lengkap kepada masyarakat baik kuratif maupun rehabilitative dimana output
1

layanannya menjangkau pelayanan keluarga dan lingkungan rumah sakit juga merupakan

pusat pelatihan tenaga kesehatan serta untuk penelitian biososial".

Pengertian Rumah sakit menurut 983/Menkes/per/II/1992 yaitu"sarana Kesehatan kesehatan

upaya dalam menyelanggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk

pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian." (Hand Book of Instutionl Parmacy Pratice).

2) Fungsi Rumah Sakit

Berdasarkan keputusan Mentri Kesehatan RI No.983/Menkes/per/II 1992 "tugas rumah

sakit adalah melaksanakan upaya kesehatan serta berdaya guna dan berhasil guna dengan

mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang di laksanakan secara serasi dan

terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan".

Fungsi Penelitian :

 Melaksanakan pelayanan media tambahan, pelayanan penunjang

 Melaksanakan pelayanan kedokteran kehakiman.

 Melaksanakan pelayanan medis khusus

 Melaksanakan pelayanan rujukan kesehatan,

 Melaksanakan pelayanan kedokteran gigi.

 Melaksanakan pelayanan penyuluhan kesehatan.

 Melaksanakan pelayanan rawat jalan atau rawat darurat dan rawat tinggal (Observasi)

 Melaksanakan pelayanan rawat inap.

 Melaksanakan pelayanan pendidikan para medis.

 Membantu pendidikan tenaga medis umum.

 Membantu pendidikan tenaga medis spesialis.

 Membantu penelitian dan pengembangan kesehatan.


1

Berdasarkan kemampuan yang dimiliki, rumah sakit di Indonesia dibedakan menjadi :

a) Rumah Sakit Tipe-A

Rumah sakit tipe-A adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran

spesialis dan subspesialis luas. Oleh pemerintah, RS tipe-A ini telah ditetapkan sebagai tempat

pelayanan rujukan tertinggi (Top Refetral Hospital).

b) Rumah Sakit Tipe-B

Rumah sakit tipe-B adalah RS yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis luas

dan subspesialis terbatas. Direncanakan RS tipe-B didirikan disetiap ibukota Propinsi

(Provincial Hospital) yang menampung pelayanan rujukan RS Kabupaten.

c) Rumah Sakit Tipe-C Rumah Sakit Tipe-C adalah RS yang mampu memberikan pelayanan

kedokteran spesialis terbatas. Pada saat ini ada empat macam pelayanan spesialis yang

disediakan yaitu pelayanan penyakit dalam, pelayanan bedah, pelayanan kesehatan anak serta

pelayanan kebidanan dan kandungan.

d) Rumah Sakit Tipe-D

Rumah sakit tipe-D adalah RS yang bersifat transisi karena pada suatu saat akan

ditingkatkan menjadi RS tipe-C. Pada saat ini kemampuan RS tipe-D hanyalah memberikan

pelayanan kedokteran kedokteran gigi. umum dan

e) Rumah Sakit Tipe-E

Rumah sakit tipe-E adalah RS khusus (special hospital) yang menyelenggarakan hanya

satu macam pelayanan kedokteran saja (Azwar, 1996). Jenjang-jenjang rumah sakit ini serta

berbagai sarana pelayanan kedokteran lainnya saling berhungan dalam satu sistem rujukan,

disamping tipe-tipe rumah sakit di atas kepemilikan bentuk rumah sakitpun berbeda,

diantaranya:
1

- Perjan

Perjan atau perusahaan jawatan adalah bentuk pemilikan jenis lain dari perusahaan negara,

disamping dari pendapatannya sendiri perjan yang disubsidi oleh pemerintah. Adapun ciri-ciri

perjan adalah sebagai berikut (Ranupandojo 1990):

• Melayani kepentingan umum

• Tunduk pada hukum public

• Memperoleh fasilitas-fasilitas dari negara

• Pegawai berstatus sebagai pegawai negeri

• Pengawasan dilakukan baik secara hirarki dan fungsional

- Yayasan

Yayasan adalah suatu lembaga yang didirikan oleh masyarakat untuk tujuan yang sosial

(Sukimo, 2004).

- Pada masa mendatang bukan tidak mungkin rumah sakit akan berbentuk sebuah PT, karena

dengan adanya pergeseran fungsi rumah. sakit dari sosial menjadi ekonomi (Laksono,

2005) PT atau perseroan terbatas adalah suatu kumpulan orang-orang yang diberi hak dan

diakui oleh hukum untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Modal PT terdiri dari saham-

saham yang dapat diperjualbelikan, kekayaan PT terpisah dari pemiliknya. Pemilik PT

adalah para pemegang saham (Ranupandojo, 1990).

C. Asuhan Kebidanan

1. Kehamilan

a. Pengertian

Kehamilan merupakan matarantai yang berkesinambungan dan terdiri dari Ovulasi,

migrasi, spermatozoa dan ovum. Konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantassi) pada
1

uterus, pembentukan plasenta dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterem

(Manuaba, 2010:75).

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahimya janin. Lamanya hamil normal

adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari haid pertama haid terakhir.

Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan pertama dimulai dari hasil konsepsi sampai 3 bulan,

triwulan kedua dimulai dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan

ketujuh sampai 9 bulan (Saifuddin, 2008:89). Kehamilan adalah periode kehamilan yang

dhitung sejak hari pertama haid teakhir (HPHT) hingga dimulainya persalinan sejati, yang

menandai awal priode antepartum (Varney, 2007:492).

Berdasarkan defenisi diatas dapat disimpulkan kehamilan merupakan hasil konsepsi yang

dimulai dari hari pertama haid terakhir hingga terjadinya persalinan. Kehamilan terdiri dari

3 trimester yaitu kehamilan trimester I (dimulai dari 0-12 minggu ), kehamilan trimester II

(dimulai dari 13-24 minggu) dan kehamlan trimester III (dimulai dari 28-40 minggu). Maka

sesuai apa yang akan diteliti, penulis membatasi hanya menjelaskan pada trimester III yaitu

kehamilan yang dimulai dari 28-40 minggu.

b. Perubahan fisik dalam masa kehamilan

Menurut Fraser (2009:184) perubahan fisik dalam kehamilan trimester III yaitu pada

usia kehamilan 30 minggu, fundus dapat dipalpasi dibagian tengah antara umbilikus dan

sifisternum. Pada usia kehamilan 38 minggu, uterus sejajar dengan sifisternum, bayi mulai

masuk/turun kedalam panggul. Payudara penuh dan merasakan nyeri 7 tekan. Serta

keinginan untuk BAK meningkat dari sebelumnya, ibu mungkin menjadi sulit tidur.

Kontraksi Braxton Hicks meningkat. 2) Perubahan Psikologis Dalam Masa Kehamilan


1

Menurut Varney (2007:503) perubahan adaptasi psikologis dalam masa kehamilan

trimester III yaitu pada trimester tiga sering disebut periode penantian dengan penuh

kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai menyadari kehadiran bayinya sebagai makhluk

yang terpisah sehingga ia tidak sabar menanti kehadiran bayi. Ada perasaan was-was

mengingat bayi dapat lahir kapanpun, membuatnya berjaga-jaga dan memperhatikan serta

menunggu tanda dan gejala persalinan muncul.

c. Kebutuhan Dasar Ibu hamil Trimester III

1) Nutrisi

Dalam masa kehamilan, kebutuhan zat-zat meningkat. Hal ini diperlukan untuk

memenuhi kebutuhan tumbuh kembang janin, pemeliharaan kesehatan ibu dan persediaan

laktasi baik untuk ibu maupun janin. Selama kehamilan terjadi peningkatan kalori sekitar

80.000 kilokalori sehingga dibutuhkan penambahan kalori sebanyak 300 kilokalori/hari.

Penambahan kalori ini dihitung melalui protein, lemak, yang ada pada janin, lemak pada

ibu, dan konsumsi 02 ibu selama 9 bulan (Yulaikhah, 2009:49).

2) Higiene Personal Mandi di perlukan untuk menjaga kebersihan atau higiene terutama.

perawatan kulit, karena fungsi ekskresi dan keringat bertambah (Yulaikhah, 2009:49).

3) Pakaian

Pakaian yang dikenakan harus longgar, bersih, dan ada ikatan yang ketat pada

daerah perut. Selain itu wanita dianjurkan mengenakan Bra yang menyokong payudara dan

sepatu dengan hak yang tidak terlalu tinggi karena titik berat wanita hamil berubah.

Dianjurkan pula memeakai pakaian dari bahan katun yang dapat menyerap keringat.

pakaian dalam harus kering dan harus sering diganti (Yulaikhah, 2009:53).
1

4) Eliminasi

Wanita dianjurkan untuk defekasi teratur dengan mengonsumsi makanan yang banyak

mengandung serat seperti sayuran. Selain itu perawatan perinium dan vagina dilakukan

setelah BAK/BAB dengan cara membersihkan dari depan kebelakang (Yulaikhah, 2010:53).

5) Persiapan persalinan dan kelahiran bayi

a) Biaya dan penentuan tempat & penolong persalinan.

b)Anggota keluarga yang dijadikan sebagai pengambilan keputusan jika terjadi suatu

komplikasi yang membutuhkan rujukan.

c) Baju ibu & bayi, serta perlengkapan lainnya.

d) Surat-surat fasilitas kesehatan. (Misalnya AKSES, jaminan kesehatan dari tempat kerja,

kartu sehat, dan lain-lain)

e) Pembagian peran ketika ibu berada di RS (Sulistyawati, 2012:118).

6) Memantau kesejahteraan janin.

Pantau gerakan janin dalam 24 jam minimal 10 kali. Gerakan ini dirasakan oleh ibu sendiri

yang dikenal dengan menghitung "gerakan sepuluh" (Sulistyawati, 2012:118).

7) Senam Hamil

Senam hamil bukan merupakan keharusan. Namun, dengan melakukan senam hamil

akan banyak memberikan manfaat dalam membantu kelancaran proses persalinan antara lain

dapat melatih pernapasan dan relaksasi, menguatkan otot-otot panggul dan perut, serta

melatih cara mengejan yang benar (Salmah;et al, 2006:117). Senam hamil bertujuan

mempersiapkan dan melatih otot-otot sehingga dapat dimanaatkan untuk berfungsi secara

optimal dalam persalinan nomal (Manuaba, 2010:132).


1

d. Asuhan Antenatal Care

1) Pengertian

Asuhan antenatal care merupakan asuhan yang diberikan kepada ibu hamil sejak konfirmasi

konsepsi hingga awal persalinan (Fraser, 2009:246) Menurut Saifuddin (2010:278) ada 6 alasan

penting untuk mendapatkan asuhan antenatal, yaitu :

a) Membangun rasa percaya antara klien dan petugas kesehatan

b) Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang dikandungnya

c) Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya.

d) Mengidentifikasi dan menatalaksana kehamilan resiko tinggi

e) Memberikan pendidikan kesehatan kualitas kehamilan.

f) Menghindarkan gangguan kesehatan selama kehamilan yang membahayakan keselamatan ibu

dan bayinya yang di kandungnya.

2) Tujuan Asuhan Antenatal

Tujuan asuhan antenatal adalah memantau perkembangan kehamilan dalam meningkatkan

kesehatan ibu dan perkembangan janin normal, mengembangkan hubungan kemitraan,

mengevaluasi dampak fisik, psikologis, dan sosiologi kehamilan terhadap ibu dan keluarganya dan

melakukan pendekatan holistic dalammemberikan asuhan kepada ibu yang dapat memenuhi

kebutuhan individualnya(Fraser, 2009:248).

3) Kunjungan Antenatal

Pelayanan antenatal sesuai standar menurut Kemenkes (2010:7) meliputi anamnesis,

pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus, serta

intervensi umum dan khusus (sesuai risiko yang ditemukan dalam pemeriksaan). Dalam

penerapannya terdiri atas :


1

a) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

b) Ukur tekanan darah

c) Nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas)

d) Ukur tinggi fundus uteri

e) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

f) Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan

g) Test laboratorium (rutin dan khusus)

h) Tatalaksana kasus

i) Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)

serta KB pasca persalinan.

4) Pemeriksaan Antenatal

Menurut Saifuddin (2009: 279-280) didalam pemeriksaan antenatal, dilakukan. pencatatan data klien

dan keluarganya serta pemeriksaan fisik dan obstetri dibawah ini:

a) Anamnesa

(1) Data Umum Pribadi

(a) Nama

(b) Usia

(c) Alamat

(d) Pekerjaan Ibu/Suami

(e) Lama menikah

(1) Kebiasaan yang dapat merugikan kesehatan

Keluhan Saat Ini


1

2) Lamanya mengalami gangguan tersebut

a) Hari Pertama Hari Terakhir (HPHT)

Usia Persalinan Dan Taksiran Persalinan ditambah 7 dan bulan dikurang 3)

Riwayat Kehamilan Dan Persalinan (Rumus Nagle: tanggal IPIFT

a) Asuhan antenatal, persalinan, dan nifas kehamilan sebelumnya

b) Cara persalinan

c) Jumlah dan jenis kelamin anak hidup

d) Berat badan lahir

e) Cara pemberian asupan bagi bayi yang dilahirkan

(f) Informasi dan saat persalinan atau keguguran yang terakhir

Riwayat Kehamilan Saat Ini

(a) Identifikasi kehamilan

(b) Identifikasi penyulit (preeklamsi atau hipertensi dalam kehamilan)

(c) Penyakit lain yang diderita

(d) Gerakan bayi dalam kandungan

Riwayat Penyakit Dalam Keluarga

(a) Diabetes mellitus, hipertensi, atau hamil kembar

(b) Kelainan bawaan

Riwayat Penyakit Ibu

(a) Penyakit yang pernah diderita (b) DM, HDK, dan Infeksi saluran kemih

(c) Penyakit jantung

(d) Infeksi virus berbahaya

(e) Alergi obat atau makan tertentu


1

(f) Pernah mendapat transfusi darah dan indikas

(g) Inkompatibilitas rhesus

(h) Paparan sinar X/Rontgen

(8) Riwayat Penyakit yang Memerlukan Tindakan Pembedahan

(a) Dilatasi dan kuretase

(b) Revarasi vagina

(c) Seksio sesarea

(d) Serviks inkompeten

(e) Operasi non-ginekologit

(9) Riwayat Mengikuti Program Keluarga Berencana

(10) Riwayat Imunisasi

(11) Riwayat Menyusui

b) Pemeriksaan fisik

(1) Pemeriksaan fisik umum

(a) Kesehatan umum: kompas mentis, tampak sakit

(b) Pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu dan berat badan

(c) Pemeriksaan lain yang dipandang perlu

(2) Pemeriksaan khusus obstetri.

(a) Inspeksi Tinggi fundus uteri (TFU), keadaan dinding abdomen dan gerak janin yang tampak

(b) Palpasi Menurut Leopold

(c) Perkusi

(d) Auskultasi: Bising usus, denyut jantung janin, gerak janin intrauterine dan hal lain yang

terdengar
1

(4) Pemeriksaan tambahan

(a) Pemeriksaan laboraturium

(b) Ultrasonografi

(c) Tes pemeriksaan air ketuban

(d) Tes pemeriksaan bakteriologis

(5) Tahap pemeriksaan menurut Leopold

Tahap persiapan pemeriksaan Leopold menurut Manuaba (2010:117) adalah sebagai berikut

(a) Ibu tidur terlentang dengan kepala lebih tinggi

(b) Kedudukan tangan pada saat pemeriksaan dapat diatas kepala atau membujur disamping

badan

(c) Kaki ditekukkan sedikit sehingga dinding perut lemas

(d) Bagian perut penderita dibuka seperlunya

(e) Pemeriksa menghadap kemuka penderita saat melakukan pemeriksaan leopold I sampai

III, sedangkan saat melakukan pemeriksaan Leopold IV pemeriksa menghadap ke kaki.

Tahap pemeriksaan leopold

(a) Leopold I

Tujuan: Untuk menentukan umur kehamilan serta bagian tubuh apa sajayang terdapat

didalam fundus uteri. Cara pelaksanaannya adalah sebagai berikut :

(1) Kedua tangan pada fundus uteri untuk menentukan tinggi fundus uteri, sehingga

perkiraan usia kehamilan dapat disesuaikan dengan tanggal hari terakhir.

(2) Bagian apa yang terletak difundus uteri. Pada letak membujur sungsang, kepala bulat

keras dan melenting pada goyangan; pada letak kepala akan teraba bokong pada
1

fundus; tidak keras tak melenting, dan tidak bulat; pada letak lintang, fundus uteri

tidak diisi oleh bagian-bagian janin.

(b) Leopold II

Tujuan: Untuk menentukan dimana punggung anak dan dimana letak bagian-bagian

kecil. Cara pelaksanaannya adalah sebagai berikut :

(1) Kemudian kedua tangan diturunkan menelusuri tepi uterus untuk menetapkan

bagian apa yang terletak dibagian samping.

(2) Letak membujur dapat ditetapkan punggung anak, yang teraba rata dengan tulang

iga seperti papan cuci.

(3) Pada letak lintang dapat ditetapkan dimana kepala janin.

(c) Leopold III

Tujuan: Untuk mengetahui apa yang ada pada bagian bawah dan bagian bawah sudah

masuk PAP (Pintu Atas Panggul) atau belum. Cara pelaksanaannya adalah sebagai

berikut :

(1) Menetapkan bagian apa yang terdapat di atas simfisis pubis.

(2) Kepala akan teraba bulat dank eras sedangkan bokong teraba tidak keras dan tidak

bulat. Pada letak lintang simfisis pubis akan kosong.

(d) Leovold IV

Tujuan: Untuk menentukan bagian bawah dalam rahim dan seberapa masuknya

bagian tersebut ke dalam PAP. Cara pelaksanaannya adalah sebagai berikut :

(1) Pada pemeriksaan Leopold IV, pemeriksaan menghadap kearah kaki ibu untuk

menetapkan bagian terendah janin yang masuk kepintu atas panggul.


1

(2) Bila bagian terendah masuk PAP telah melampaui lingkaran terbesarnya, maka

tangan yang melakukan pemeriksaan divergen, sedangkan bila lingkaran terbesarnya

belum masuk PAP maka tangan pemeriksa konvergen.

5) Pemeriksaan Antenatal pada Kehamilan Trimester III

a) Setiap dua minggu sekali sampai ada tanda kelahiran

b) Evaluasi data laboratorium untuk melihat hasil pengobatan

c) Diet gizi seimbang (Karbohidrat, protein, mineral, vitamin dan susu)

d) Pemeriksaan ultrasonografi

e) Imunisasi tetanus (skrining)

f) Observasi adanya penyakit yang menyertai kehamilan, komplikasi hamil trimester ketiga

g) Rencana pengobatan

h) Nasehat tentang tanda inpartu, kemana harus dating untuk melahirkan (Manuaba, 2010:114).

Dengan memperhatikan batasan dan tujuan pengawasan antenatal, maka jadwal pemeriksaan adalah :

a) Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid.

b) Pemeriksaan ulang:

(1) Setiap bulan sampai usia kehamilan 6 sampai 7 bulan

(2) Setiap 2 minggu sampai usia kehamilan 8 bulan

(3) Setiap 1 minggu sejak usia kehamilan 8 bulan sampai terjadi persalinan

c) Pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan tertentu (Manuaba, 2010:111).

f. Ketidaknyaman pada Kehamilan Trimester III

Menurut Varney (2007:536-544) ketidaknyamanan pada kehamilan adalah sebagai berikut:

a) Varises
1

Varises dapat diakibatkan oleh gangguan sirkulasi vena dan peningkatan tekanan vena panggul

saat wanita tersebut duduk atau berdiri dan penekanan pada vena kava inferior saat ia

berbaring.

b) Konstipasi

Konstipasi dialami pada trimester kedua atau ketiga akibat penurunan peristaltik yang

disebabkan relaksasi otot polos pada usus besar ketika terjadi peningkatan jumlah progesteron.

c) Nyeri ulu hati

Nyeri ulu hati ketidaknyamanan yang mulai timbul menjelang akhir trimester kedua dan

bertahan hingga trimester ketiga. Penyebab terjadi nyeri ulu hati yaitu:

(1) Relaksasi sfingter jantung pada lambung akibat pengaruh yang ditimbulkan peningkatan

jumlah progesterone

(2) Penurunan motilitas gastrointestinal yang terjadi akibat relaksasi otot halus yang

kemungkinan disebabkan peningkatan jumlah progesterone dan tekanan uterus

(3) Tidak ada ruang fungsional untuk lambung akibat perubahan tempat dan penekanan oleh

uterus yang membesar.

d) Nyeri punggung bawah

Nyeri punggung bawah merupakan nyeri punggung yang terjadi pada area lumbosakral

diakibatkan pergeseran pusat gravitasi wanita tersebut dan postur tubuhnya.

e) Kesemutan

Perubahan pada pusat gravitasi akibat uterus yang membesar dan bertambah berat dapat

menyebabkan wanita mengambil postur dengan posisi bahu terlalu jauh ke belakang dan

kepalanya antefleksi sebagai upaya menyeimbangkan berat bagian depannya dan lengkung

punggungnya.
1

f) Sering berkemih

Frekuensi berkemih pada trimester ketiga paling sering dialami oleh wanita primigravida

setelah lightening terjadi (tekanan langsung pada kandung kemih). g) Insomnia :Insomnia

disebakan oleh kekhawatiran, kecemasan, terlalu gembira menyambut suatu acara untuk

keesokan hari, dan tambahan alasan fisik sebagai penyebab insomnia yaitu ketidaknyamanan

akibat uterus yang membesar, ketidaknyamanan lain selama kehamilan dan pergerakan janin.

g) Dispnea

Faktor-faktor psikologis dapat menyebabkan dispreunia karena pemahaman yang salah dan

khawatiran akan menyakiti jabang bayi meskipun kekhawatiran ini tidak beralasan kecuali

terdapat perdarahan vagina atau pecah ketuban

i) Kram ditungkai bawah

Kram kaki diperkirakan dikarenakan oleh gangguan asupan kalsium atau asupan kalsium yang

tidak adekuat atau ketidakseimbangan rasio kalsium dan fosfor dalam tubuh, dan salah satu

dugaan lainnya adalah bahwa uterus yang membesar member tekanan baik pada pembuluh darh

panggul, sehingga mengganggu sirkulasi.

j) Edema dimata kaki Edema Dependen pada kaki timbul akibat gangguan srkulasi vena dan

peningkatan tekanan vena pada ekstremitas bagian bawah.

g. Tanda-Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III Menurut Kemenkes (2014:18) tanda-tanda

bahaya yang terjadi pada kehamilan trimester ketiga adalah :

1) Berat badan ibu hamil tidak naik

2) Perdarahan pada hamil tua

3) Bengkak kaki, tangan atau wajah disertai sakit kepala sampai kejang

4) Gerakan janin berkurang dan atau tidak ada


1

5) Kelainan letak janin di dalam rahim

6) Ketuban pecah sebelum waktunya

7) Penyakit ibu yang berpengaruh terhadap kehamilan

8) Demam tinggi

2. Persalinan

a. Pengertian

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu.

Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37

minggu) tanpa disertai penyulit (JNPK, 2013:37). Persalinan dan kelahiran normal adalah proses

pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan

dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada

ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2006:140).

Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh

ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan

progresif pada serviks, dan diakhiri dengan plasenta (Varney, 2008:672). Berdasarkan defenisi

diatas dapat disimpulkan persalinan adalah proses pengeluaran janin, yang cukup bulan dan

sesuai normalnya waktu yang ditentukan.

b. Tanda-Tanda Persalinan

Menurut Fraser (2009:672-674) ada beberapa tanda dan gejala menjelang persalinan yaitu :

1) Lightening

Lightening yang mulai dirasakan kira-kira dua minggu sebelum persalinan adalah

penurunan bagian presentasi bayi ke dalam pelvis minor

2) Perubahan serviks
1

Perubahan serviks diduga terjadi akibat peningkatan intensitas kontraksi Braxton hicks.

Serviks menjadi matang selama periode yang berbeda-beda sebelum persalinan.

Kematangan serviks mengindikasikan kesiapannya untuk persalinan

3) Persalinan palsu Persalinan palsu terdiri dari kontraksi uterus yang sangat nyeri, yang

memberi pengaruh signifikan terhadap serviks.

4) Ketuban pecah dini

Pada kondisi normal, ketuban pecah pada akhir kala satu persalinan. Apabila terjadi

sebelum awitan persalinan, kondisi tersebut disebut ketuban pecah dini (KPD).

5) Bloody Show

Bloody show merupakan tanda persalinan yang akan terjadi, biasanya, dalam 24 hingga 48

jam. Akan tetapi, blood show bukan merupakan tanda persalinan yang bermakna jika

pemeriksaan vagina sudah dilakukan 48 jam sebelumnya karena rebas lendir yang

bercampur darah selama waktu tersebut mungkin akibat trauma kecil terhadap atau

perusakan plek lender saat pemeriksaan tersebut dilakukan.

6) Lonjakan energi Banyak wanita mengalami lonjakan energi kurang lebih 24 sampai 48

jam sebelum awitan persalinan. Terjadinya lonjakan energy ini belum dapat dijelaskan

selain bahwa hal tersebut terjadi alamiah.

7) Gangguan Saluran Cerna

Ketika tidak ada penjelasan yang tepat untuk diare, kesulitan mencerna, mual, dan

muntah, diduga hal-hal tersebut merupakan gejala menjelang persalinan walaupun belum

ada penjelasan untuk hal ini.


1

c. Mekanisme Persalinan

Menurut Varney (2008:753-755) mekanisme persalinan adalah gerakan posisi yang

dilakukan janin untuk menyesuaikan diri terhadap pelvis ibu. Gerakan tersebut sebagai

berikut :

1) Engagement terjadi ketika diameter biparetal kepala janin telah melalui pintu atas

panggul

2) Penurunan merupakan hasil dari sejumlah kekuatan, termasuk kontraksi (yang

memperkuat tulang punggung janin, menyebabkan fundus langsung menempel pada

bokong) dan, pada kala dua, dorongan yang dapat dilakukan ibu karena kontraksi otot-

otot abdomennya

3) Fleksi merupakan hal yang sangat penting untuk penurunan lebih lanjut.

4) Rotasi internal menyebabkan diameter anteroposterior kepala janin menjadi sejajar

dengan diameter anteroposterior pelvis ibu

5) Pelahiran kepala berlangsung melalui ekstensi kepala untuk mengeluarkan oksiput

anterior. Dengan demikian, kepala dilahirkan dengan ekstensi, seperti oksiput, sutura

sagital, fontanel anterior, alis, orbit, hidung, mulut, dan dagu secara berurutan muncul

dari perineum

6) Restistusi adalah rotasi kepala 45 derajat baik kearah kanan maupun kiri, bergantung

pada arah dari tempat kepala berotasi keposisi oksiput- anterior

7) Rotasi eksternal terjadi pada saat bahu berotasi 45 derajat, menyebabkan diameter

bisakrominal sejajar dengan diameter anteropoterior pada pintu panggul.

8) Pelahiran bahu dan badan dengan fleksi lateral melalui sumbu carus. Sumbu carus adalah

ujung keluar paling bawah pada lengkung pelvis. Janin dan plasenta harus mengikuti
1

lengkungan ini agar dapat lahir.

d. Tahapan Persalinan

1) Kala I

Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai

pembukaan lengkap. Pada permulaan His, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat

sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida

berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan kurva Friedman,

diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam

(Manuaba, 2010:173).

a) Tanda dan gejala kala satu yaitu ;

(1) Penipisan dan pembukaan serviks

(2) Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2

kali dalam 10 menit)

(3) Cairan lendir bercampur darah melalui vagina (JNPK, 2013:37-38).

b) Kala satu persalinan terdiri dari dua fase yaitu :

(1) Fase Laten sebelum kala satu aktif dan dapat berlangsung 6-8 jam pada ibu

primigravida untuk dilatasi serviks dari 0 cm hingga 3-4 cm (stables 1999) dan

serviks memendek dari 3 cm menjadi kurang dari 0,5 cm.

(2) Kala satu aktif adalah saat ketika serviks mengalami dilatasi yang lebih cepat. Saat

ini dimulai ketika serviks berdilatasi 3-4 cm dan, jika terdapat kontraksi ritmik, kala

satu aktif ini akan selesai jika serviks sudah mengalami dilatasi penuh yaitu 10 cm

(Myles, 2009:430).

Fase aktif di bagi tiga fase yaitu :


1

(a) fase akselerasi : dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm,

(b) fase dilatasi maksimal; dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat

dari 4 cm menjadi 9 cm

(c) fase deselerasi: pembukaan menjadi lambat kembali, dalam waktu 2 jam

pembukaan 9 cm menjadi lengkap Fase- fase tersebut di jumpai pada

primigravida. Pada multigravida pun terjadi demikian, akan tetapi fase laten,

fase aktif dan fase deselarasi terjadi lebih pendek (Sukarni, 2013:213).

(3) Fase transisi adalah fase dimana wanita mengakhiri kala satu persalinan pada saat

hampir memasuki dan sedang mempersiapkan diri untuk kala dua persalinan.

Sejumlah besar tanda dan gejala, termasuk perubahan perilaku, telah diidentifikasi

sebagai petunjuk transisi ini (Varney, 2008:681).

c) Penatalaksanaan Kala I Agar hasil akhir kehamilan optimal maka perlu dibuat suatu

program yang jelas yang memungkinkan pengawasan terus menerus terhadap

kesejahteraan baik ibu maupun janinnya selama persalinan. Pemeriksaan tanda-tanda

vital, pemeriksaan dalam (pembukaan, perlunakan serviks, ketuban dan penurunan),

frekuensi dan durasi kontraksi uterus (his), serta respon denyut jantung janin terhadap

kontraksi, merupakan hal yang perlu diperhatikan (Cunningham; et al, 2009:147)

2) Kala II

Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir

dengan lahirnya bayi. Kala dua juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi

a) Tanda dan gejala kala II

(1) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi

(2) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan/atau vagina
1

(3) Perineum menonjol

(4) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka

(5) Meningkatnya pengeluaran lendir dan darah

Tanda pasti kala dua ditentukan melalui periksa dalam (informasi objek) yang hasilnya

adalah :

(1) Pembukaan serviks telah lengkap, atau

(2) Terlihat bagian kepala bayi pada introitus vagina (JNPK, 2013:75-76).

b) Penatalaksanaan Kala II

Dengan membuka serviks secara lengkap yang menandakan awitan kala dua

persalinan, wanita yang bersangkutan biasanya mulai mengejan, dan dengan turunnya

bagian presentasi, ia mengalami keinginan kuat untuk buang air besar. His dan gaya

ekspulsi yang menyertainya dapat berlangsung 1,5 menit dan kembali setelah fase

istirahat miometrium dalam waktu tidak lebih dari satu menit (Cunningham;et al,

2009:152).

3) Kala III

Kala tiga adalah pemisahan dan keluarnya plasenta dan membran; pada kala tiga

ini, juga dilakukan pengendalian perdarahan, kala ini berlangsung dari lahirnya bayi

sampai plasenta dan membran dikeluarkan (Myles, 2009:431). Kala tiga persalinan dimulai

saat proses kelahiran bayi selesai dan berakhir dengan lahirnya plasenta, kala tiga

persalinan biasanya berlangsung 5-10 menit (Varney, 2008:825).

a) Fisiologi Kala III

Fisiologi persalinan kala III yaitu otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti

penyusutan volume rongga uterus setelah lahimnya bayi. Penyusutan ukuran ini
1

menyebabkan berkurmagnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat

peerlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka

plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas,

plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau kedalam vagina (JNPK, 2013:123).

b) Tanda-Tanda Lepasnya Plasenta

(1) Uterus menjadi globular dan biasanya lebih keras.

(2) Sering terjadi pengeluaran mendadak darah

(3) Uterus meninggi di abdomen karena plasenta, setelah terlepas, turun melalui

segmen bawah uterus dan vagina sehingga massa plasenta mendorong uterus ke

atas

(4) Tali pusat menonjol ke dalam vagina (Cunningham;et al, 2009:157-158).

c) Manajemen Aktif Kala III

Tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus lebih

efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi

kehilangan darah kala III jika dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis.

Keuntungan-keuntungan menajemen aktif kala tiga :

(1) Persalinan kala tiga yang lebih singkat

(2) Mengurangi jumlah kehilangan darah

(3) Mengurangi kejadian retensio plasenta

Manajemen Aktif Kala III terdiri dari tiga langkah utama :

(1) Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit partama setelah bayi lahir

(2) Melakukan penegangan talipusat terkendali

(3) Masase fundus uteri (JNPK, 2013:124-125).


1

d) Penatalaksanaan Kala III

Segera setelah bayi lahir. dilakukan penilaian tinggi fundus uterus dan konsistensinya.

Selama uterus keras dan tidak terjadi perdarahan yang berlebihan, biasanya yang

dilakukan adalah menunggu sampai plasenta lepas. Tidak dilakukan pemijatan; tangan

hanya sering diletakkan diatas fundus, utuk memastikan bahwa organ ini tidak menjadi

atonik dan terisi oleh darah dibelakang plasenta yang sudah terlepas (Cunningham;et al,

2009:157).

4) Kala IV

Kala IV adalah kala segera setelah kelahiran plasenta, sejumlah perubahan maternal

terjadi pada saat stress fisik dan emosional akibat persalinan dan kelahiran mereda ibu

memasuki penyembuhan pascapartum dan bonding (Varney, 2008:835).

a) Asuhan dan pemantauan kala IV

(1) Lakukan rangsangan taktil uterus untuk merangsang uterus berkontraksi lebih kuat

dan baik

(2) Evaluasi tinggi fundus dengan meletakan jari tangan secara melintang dengan

pusat sebagai patokan. Umumnya fundus uteri setinggi atau beberapa jari dibawah

pusat.

(3) Memperkirakan kehilangan darah secara keseluruhan

(4) Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan (laserasi atau episiotomi) perineum

(5) Evaluasi keadaan umum ibu

(6) Dokumentasi semua asuhan dan temuan selama persalinan kala IV dibagian

belakang partograf, segera setelah asuhan diberikan atau setelah penilaian

dilakukan.
1

(7) Memeriksa Kemungkinan Perdarahan dari Perineum Perhatikan dan temukan

penyebab perdarahan dari laserasi atau robekan perineum dan vagina. Laserasi

diklasifikasikan berdasarkan luasnya robekan

(a) Derajat I: terdiri dari mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum.

Tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan dan posisi luka baik

(b) Derajat II: Derajat I ditambah dengan otot perineum. Dijahit menggunakan

teknik jelujur

(c) Derajat III: Derajat II ditambah dengan otot sfingter ani

(d) Derajat IV: Derajat III ditambah dengan dinding depan rektum. Untuk derajat

III dan IV penolong APN tidak dibekali keterampilan untuk reparasi laserasi

perineum derajat III dan IV, segera rujuk (JNPK, 2013:137-138).

b) Penatalaksanaan Kala IV

Selama periode ini uterus perlu sering diperiksa. Perineum juga harus sering diperiksa

untuk mendeteksi perdarahan yang berlebiha. Tekanan darah dan nadi harus dicatat

segera setelah pelahiran bayi dan setiap 15 menit selama satu jam pertama

(Cunningham;et al, 2009:159).

e. Partograf

Partograf adalah alat bantu untuk membuat keputusan klinik, memantau, mengevaluasi dan

menatalaksana persalinan dan kewajiban untuk menggunakannya secara rutin pada setiap

persalinan (Depkes, 2008).

Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala persalinan dan informasi untuk

membuat keputusan klinik. Tujuan utama penggunaan partograf :


1

1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui

pemeriksaan dalam.

2) Mendeteksi apakah persalinan berjalan normal

3) Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik kemajuan

proses persalinan (JNPK, 2013:55).

Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secara seksama, yaitu :

1) Denyut jantung janin dicatat setiap 1/2 jam.

2) Air ketuban, catat dengan lambang-lambang berikut :

U : Selaput ketuban Utuh (belum pecah) J: Selaput ketuban pecah dan air ketuban Jernih

M : Selaput ketuban pecah dan air ketuban bercampur Mekonium

D : Selaput ketuban pecah dan air ketuban bercampur Darah K: Selaput ketuban pecah dan air

ketuban Kering

Penyusupan (Molase) tulang kepala janin, catat dengan lambang- lambang berikut :

0 : Tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dipalpasi

1 : Tulang-tulang kepala janin hanya terpisah

2 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih namun masih bisa dipisahkan

3 : Tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan

3) Pembukaan serviks dinilai setiap 4 jam dan diberi tanda (X)

4) Penurunan bagian terbawah janin Tulisan "Turunnya kepala" dan garis tidak putus dari 0

5) Tertera disisi yang sama dengan angka pembukaan serviks. Berikan tanda "O" yang ditulis pada

garis waktuyang sesuai. 5. Jam: catat jam yang sesungguhnya

6) Waktu : menyatakan berapa jam waktu yang dijalani sesudah pasien diterima
1

7) Kontraksi uterus, catat setiap 30 menit. Lakukan palpasi untuk menghitung banyaknya kontraksi

dalam 10 menit dan lamanya tiap-tiap kontraksi dalam hitungan detik.

a) Beri titik-titik di kotak yang sesui untuk menyatakan kontraksi yang lamanya <20 detik

b) Beri garis-garis di kotak yang sesui untuk menyatakan kontraksi yang lamanya 20-40 detik

c) Isi penuh di kotak yang sesui untuk menyatakan kontraksi yang lamanya >40 detik

8) Nadi dicatat setiap 30 menit

9) Tekanan darah dicatat setiap 4 jam

10) Suhu badan dicatat setiap 2 jam

11) Protein, aseton, dan volume urin dicatat setiap 2 jam (JNPK, 2013:55-63).

f. Psikologsi Ibu Saat Persalinan

Menurut Varney (2007) perubahan psikologis pada kala satu. Beberapa keadaan dapat terjadi pada ibu

dalam persalinan, trauma pada ibu yang pertama kali melahirkan, perubahan-perubahan yang

dimaksud adalah

1) Pengalaman sebelumnya

Fokus wanita adalah pada dirinya sendiri dan fokus pada dirinya sendiri ini timbul ambivalensi

mengenai kehamilan seiring usahanya menghadapi pengalaman yang buruk yang pernah ia alami

sebelumnya, efek kehamilan terhadap kehidupannya kelak, tanggung jawab, yang baru atau

tambahan yang akan di tanggungnya, kecemasan yang berhubungan dengan kemampuannya untuk

menjadi seorang ibu

2) Kesiapan emosi

Tingkat emosi pada ibu bersalin cenderung kurang bias terkendali yang diakibatkan oleh

perubahan perubahan yang terjadi pada dirinya sendiri serta pengaruh dari orang-orang

terdekatnya, ibu bersalin biasanya lebih sensitif terhadap semua hal. Untuk dapat lebih tenang dan
1

terkendali biasanya lebih sering bersosialisasi dengan sesama ibu hamil lainnya untuk saling tukar

pengalaman dan pendapat.

3) Persiapan menghadapi persalinan (fisik, mental,materi dsb)

Biasanya ibu bersalin cenderung mengalami kekhawatiran menghadapi persalinan, antara lain dari

segi materi apakah sudah siap untuk menghadapi kebutuhan dan penambahan tanggung jawab

yang baru dengan adanya calon bayi yang akan lahir. Dari segi fisik dan mental yang berhubungan

dengan risiko keselamatan ibu itu sendiri maupun bayi yang di kandungnya.

4) Support system

Peran serta orang-orang terdekat dan di cintai sangat besar pengaruhnya terhadap psikologi ibu

bersalin biasanya sangat akan membutuhkan dorongan dan kasih sayang yang lebih dari seseorang

yang di cintai untuk membantu kelancaran dan jiwa ibu itu sendiri.

g. Lima Benang Merah dalam Asuhan Persalinan dan Kelahiran Bayi Ada lima aspek dasar atau lima

benang merah, yang penting dan saling terkait dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman JNPK

(2013:5-33). Lima benang merah tersebut adalah :

1) Membuat Keputusan Klinik

Membuat keputusan merupakan proses yang menentukan untuk menyelesaikan masalah dan

menentukan asuhan yang diperlukan oleh pasien. Keputusan itu harus akurat, komprehensif dan

aman, baik bagi pasien dan keluarganya maupun petugas kesehatan yang memberikan

pertolongan.

2) Asuhan Sayang Ibu


1

Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan ibu. Salah

satu prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah dengan mengikut sertakan suami dan keluarga selama

proses persalinan

3) Pencegahan Infeksi

Tindakan Pencegahan Infeksi (PI) tidak terpisah dari komponen-komponen lain dalam asuhan

selama persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan

untuk untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan tenaga kesehatan

lainnya dengan mengurangi infeksi karena bakteri, virus dan jamur

4) Pencatatan (Dokumentasi)

Pencatatan adalah bagian terpenting dari proses membuat keputusan klinik karena memungkinkan

penolong persalinan untuk terus menerus memperhatikan asuhan yang diberikan selama proses

persalinan dan kelahiran bayi

5) Rujukan

Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas rujukan atau fasilitas yang memiliki

sarana yang lebih lengkap, diharapkan mampu menyelamatkan jiwa ibu dan bayi baru lahir.

h. Asuhan Persalinan Normal

Menurut JNPK-KR (2013:13-19) prosedur persalinan normal antara lain :

1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua.

a) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi

b) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan/atau vaginanya

c) Perineum tampak menonjol

d) Vulva-vagina dan sfinger ani membuka

e) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah


1

2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul oksitosin &

memasukan alat suntik sekali pakai 2% ml ke dalam wadah partus set

3) Memakai celemek plastic

4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dengan sabun & air mengalir

5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk pemeriksaan

dalam

6) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin dan letakan

kembali kedalam wadah partus set.

7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah yang telah dibasahi oleh air matang

(DTT), dengan gerakan vulva ke perineum

8) Melakukan pemeriksaan dalam-pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban sudah

pecah

9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, membuka

sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.

10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai. pastikan DJJ dalam batas

normal (120-160 x/menit)

11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu untuk

meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada saat ada his,

bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman)

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran

14) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika ibu belum

merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit


1

15) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah

membuka vulva dengan diameter 5-6 cm

16) Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu

17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan

18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm, memasang handuk bersih pada

perut ibu untuk mengeringkan bayi, jika telah lahir dan kain kering dan bersih yang dilipat 1/3

bagian dibawah bokong ibu. Setelah melakukan stenan (perasat untuk melindungi perineum

dengan satu tangan, dibawah kain bersih dan kering, ibu jari pada salah satu sisi perineum dan

4 jari tangan pada sisi yang lain dan tangan kanan pada belakang kepala janin. Tahan balakang

kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi pada saat keluar secara bertahap melewati introitus

dan perineum)

20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin

21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara spontan

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Menganjurkan kepada

ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal

hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal

untuk melahirkan bahu belakang.

23) Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan

dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan

siku sebelah atas.

24) Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan tungkai

bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri diantara kedua
1

lutut janin)

25) Melakukan penilaian selintas :

a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan?

b) Apakah bayi bergerak aktif?

26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian

tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk kain yang kering.

Biarkan bayi diatas perut ibu

27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus

28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik

29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 IU IM (intramuscular) di 1/3

paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).

30) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat

bayi.mendorong isi tali pusat kearah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal

dari klem pertama

31) Dengan 1 tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (dilindungi perut bayi), dan lakukan

pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.

32) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan

kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya

33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi dikepala bayi

34) Memindahkan klem pada tali pusat berjarak 5 -10 cm dari vulva

35) Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, ditepi atas simfisis, mendeteksi. Tangan lain

menegangkan tali pusat untuk


1

36) Setelah uterus berkontraksi, merenangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara tangan kiri

menekan uterus dengan hati-hati kea rah dorso kronial. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40

detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan

mengulangi prosedur

37) Melakukan penegangan dan dorongan dorso kronial hingga plasenta terlepas, minta ibu

meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah

atas, mengikuti poros jalan lahir ( tetap lakukan tekanan dorso kronial)

38) Setelah plasenta tanpak pada vuva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila perlu

(terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk

membantu pengeluaran palasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban

39) Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan menggosok fundus

uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik

(fundus teraba keras)

40) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan

bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukkan kedalam

kantong plastic yang telah tersedia

41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan penjahitan bila laserase

menyebabkan pendarahan

42) Memastikan uterus berkontaksi denganh baik agar tidak jadi perdarahan pervagina

43) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit, kekulit di dada ibu paling sedikit 1 jam

44) Setelah satu jam, lakukan penimbangan atau pengukuran bayi beri tetes mata anti biotic

profilaksis, dan vitamin K1Mg intramuscular di paha kiri anterolateral 45) Setelah 1 jam

pemberian K1 berikan suntikan imunisasi hepatitis B dipaha kanan anterolateral


1

46) Melakukan pemantauan kontraksi dan mencegah pendarahan pervaginam

47) Mengajarkan ibu atau keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi

48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah

49) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama

pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam ke 2 pasca persalinan

50) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernapas dengan baik

51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10

menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi

52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat sampah yang sesuai

53) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Membersihkan sisa cairan ketuban, lendir

dan darah. Bantu ibu memakai pakaian bersih dan kering

54) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu ingin

minum

55) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klirin 0,5%.

56) Membersihkan sarung tangan didalam larutan klorin0,5%. Melepaskan sarung tangan dalam

keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.

57) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir

58) Melengkapi patograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan kala IV.

4. Bayi Baru Lahir Normal

a. Pengertian
1

Bayi Baru Lahir adalah bayi aterm normal yang memiliki berat badan sekitar 3,5 kg,

panjang badan 50 cm dari atas kepala hingga tumit, lingkar kepala oksipital-frontal sekitar 34-35

cm (Myles, 2009:709). Bayi Baru Lahir (BBL) normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37

minggu sampai 42 minggu dan berat badan 2500 gram sampai dengan 4000 gram (Wahyuni,

2011:1).

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui

vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan

berat badan 2500-4000 gram, nilai Apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah;et al, 2013:2).

b. Ciri-ciri Bayi Normal

1) Berat badan 2.500-4000 gram

2) Panjang badan lahir 48-52 cm

3) Lingkar dada 30-38 cm

4) Lingkar kepala 33-35 cm

5) Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira 180x/menit, kemudian menurun sampai 120-110

x/menit

6) Pernafasan pada menit pertama cepat kira-kira 80 kali/menit, kemudian menurun setelah tenang

kira-kira 40 x/menit

7) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subcutan cukup terbentuk dan diliputi vernik

kascosa

8) Rambut lanugo tidak terlihat lagi, rambut kepala biasanya telah sempurna

9) Kuku telah agak panjang dan luak

10) Genetalia labia mayora sudah menutupi labia minora (pada perempuan), testis sudah turun

(pada anak laki-laki).


1

11) Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik

12) Reflek moro sudah baik, bayi ketika terkejut akan memperlihatkan gerakan tangan seperti

memeluk

13) Eliminasi baik, urine dan mekonium akan keluar dalam 48 jam pertama, meconium berwarna

hitam kecoklatan (Wahyuni, 2011:4).

c. Pelayanan Kesehatan Neonatus

Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh

tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai

dengan 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah.

Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus:

1) Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6 48 Jam setelah lahir

2) Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke 3 sampai dengan hari ke 7

setelah lahir

3) Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8 sampai dengan hari ke

28 setelah lahir(Kemenkes, 2010:10).

d. Penanganan bayi baru lahir

Memberikan asuhan segera, aman dan bersih untuk bayi baru lahir merupakan bagian esensial

asuhan bayi baru lahir

1) Pencegahan Infeksi

a) Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan dengan bayi

b) Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan

c) Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem, gunting, penghisap

lendir DeLee dan benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril
1

d) Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk bayi, sudah dalam

keadaan bersih. Demikian pula dengan timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop

(JNPK, 2013:95).

2) Penilaian Bayi Baru Lahir

Penilaian bayi baru lahir dilakukan dengan menggunakan system nilai Apgar. Dalam melakukan

pertolongan persalinan merupakan kewajiban untuk melakukan

a) Pencatatan (jam dan tanggal kelahiran, jenis kelamin bayi, pemeriksaan tentang cacat bawaan)

b) Identifikasi bayi (rawat gabung, identifikasi bayi sangat penting untuk menghindari bayi

tertukar, gelang identitas tidak boleh dilepaskan sampai penyerahan bayi)

c) Pemeriksaan ulang dan konsultasi dengan dokter anak. Pemeriksaan ulang setelah 24 jam

pertama sangat penting dengan pertimbangan pemeriksaan saat lahir belum sempurna

(Manuaba, 2010:205).

3) Pencegahan kehilangan panas

Mencegah terjadinya kehilangan panas bayi baru lahir menurut JNPK (2013:96-99) adalah

a) keringkan bayi dengan seksama

b) Selimuti bayi dengan atau kain bersih dan hangat

c) Selimuti bagian kepala bayi

d) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya

e) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi

f) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat

4) Pembersihan jalan nafas

5) Memotong dan merawat tali pusat


1

6) Mempertahankan suhu tubuh

7) Pemberian ASI

8) Memberi vitamin K

9) Memberi obat tetes/salep mata

10) Memberikan imunisasi Hb0

11) Identifikasi Bayi(Saifuddin, 2006:133-135).

e. IMD (Inisiasi Menyusui Dini)

Protocol evidence based yang baru telah diperbaharui oleh WHO dan UNICEF tentang

asuhan bayi baru lahir untuk menyatakan satu jam pertama menyatakan bahwa bayi harus mendapat

kontak kulit ke kulit dengan ibunya segera setelah lahir selama paling sedikit satu jam. Bayi harus

dibiarkan untuk melakukan inisiasi menyusu dini dan ibunya dapat mengenali bahwa bayinya siap

menyusu serta memberikan kehangatan dan bantuan jika diperlukan. Menunda semuwa prosedur

lainnya yang harus dilakukan kepada bayi baru lahir sampai dengan IMD selesai.

Inisiasi menyusu dini atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri

segera setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini ini dinamakan the best crawl atau

merangkak mencari payudara (Ambarwati; et al, 2010:36-37).

f. Pemeriksaan Pada Bayi Baru Lahir

1) Tujuan pemeriksaan ini adalah

a) Menilai gangguan adaptasi bayi baru lahir

b) Untuk menemukan kolainan seperti cacat bawaan yang perlu tindakan segera

c) Menentukan apakah bayi baru lahir dapat dirawat bersama ibu (rawat gabung) atau tempat

perawatan khusus

2) Pemeriksaan yang dilakukan antara lain


1

a) Pemeriksaan tanda-tanda vital

(1) Suhu/temperature

Sebaiknya mengukur temperatur melalui aksila, karena mengukur temperatur melalui

rektum dapat menyebabkan perforasi pada mukosa. Temperatur normal adalah 36,5-

37,5°C

(2) Pernafasan

Pernafasan biasanya dimulai beberapa detik dari kelahiran, Pernafasan yang normal pada

bayi baru lahir adalah berkisar 30-60 x/menit, pengukuran dilakukan selama 60 detik (1

menit). yang teratur menunjukan suatu kelainan yaitu asfiksia

(3) Nadi

Denyut nadi normal pada bayi baru lahir adalah 120-160 x/menit. Pengukuran juga

dilakukan dengan menghitung selama 60 detik

(4) Kondisi Umum

Yang perlu diperhatikan dalam kondisi umum meliputi:

(a) keadaan umum kesadaran dan keaktifan

(b) kulit pada bayi baru lahir kulit tampak berwarna merah.

Observasi warna kulit bayi dalam hubungannya dengan perubahan aktifitas, posisi dan

temperatur (Maryunani;et al, 2008:74).

b) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada bayi dapat dilakukan oleh bidan, perawat atau dokter untuk

menilai status kesehatan bayi dan untuk mengenal/ menemukan kelainan yang perlu
1

mendapatkan tindakan segera (Wahyuni, 2011:39).

(1) Kepala

Dengan memalpasi kubah tengkorak dapat menentukan derajat molase berdasarkan

jumlah tulang yang tumpang tindih pada sutura dan ubun-ubun

(2) Mata

Mata harus diperiksa untuk memastikan bahwa mata benar-benar ada dan lensa mata

jelas. Mata akan dibuka dengan spontan jika bayi digendong, pada posisi tegak lurus.

Jarak antara kedua mata yang normal adalah 3 cm

(3) Telinga

Telinga juga diinsfeksi, untuk memastikan posisinya. Bagian lengkung pina harus

setinggi kantus mata. Kapaten lubang pendengaran luar diperiksa

(4) Hidung

Kapaten jalan napas dapat diperiksa dengan melihat pernapasan bayi dalam kondisi

tenang. Jika satu lubang hidung tersumbat, sumbatan di lubang hidung lainnya

mengakibatkan sianosis disertai kegagalan usaha bernapas melalui mulut

(5) Mulut

Mulut dapat dibuka dengan mudah dengan cara menekan sudut rahang, Ini

memungkinkan inspeksi visual lidah, gusi, dan platum. Platum terletak di tengah. Bidan

menggunakan jari kelingking untuk meraba platum untyk memeriksa adanya celah

didaerah submukosa. Bayi normal akan berespon dengan mengisap jari.

(6) Leher

Bentuk simetris/tidak, adakah pembengkakan dan benjolan, kelainan tiroid

(7) Ekstremitas dan jari


1

Selain memeriksa panjang dan gerakan ekstremitas penting untuk menghitung jari-jari

dan memisahkanya untuk memastikan tidak ada selaput

(8) Dada dan perut

Pengamatan terhadap gerakan pernapasan harus menunjukkan bahwa gerakan dada dan

perut sinkron

(9) Genetalia dan anus

Genetalia harus diperiksa dengan teliti. Jika jenis kelamin sulit untuk ditentukan.

Bergantung pada kebijakan setempat suhu tubuh bayi dapat diambil melalui rectal untuk

mendeteksi adanya pedinginan yang berlebihan dan untuk memastikan kepatenananya.

(10) Punggung

Dengan posisi bayi telungkup, bidan harus menginspeksi dan mamalpasi punggung bayi.

Jika ada pembengkakan, lesung, atau rambut yang melekat dapat menandakan adanya

cacat tulang belakang tersamur.

(11) Pemeriksaan kulit

Verniks caseosa, lanugo, warna, udema, bercak tanda lahir, memar (Myles, 2009:714-

715).

c) Pemeriksaan Refleks

Respons refleks bayi dipicu untuk mengetahui normal tidaknya sistem saraf. Beberapa refleks

pada bayi baru lahir meliputi:

(1) Refleks Rooting: Bayi akan memutar kearah sumber rangsangan dan membuka mulut,

bersiap untuk menyusui jika disentuh di pipi atau tepi mulut.

(2) Refleks Moro: Refleks ini terjadi sebagai respons terhadap rangsangan yang mendadak.

Bayi dipegang telentang, dengan batang tubuh dan kepala ditopang dari bawah.
1

(3) Releks menghisap dan menelan: Refleks ini berkembang dengan baik pada bayi yang

normal dan terkoordinasi dengan pernapasan. Refleks ini sangat penting bagi proses

pemberian makanan dan kecukupan nutrisi.

(4) Refleks menggenggam: Refleks genggaman telapak tangan dapat dilihat dengan

meletakkan pensil atau jari di telapak tangan bayi. (Fraser, 2009:722).

d) Pemeriksaan atropometrik

Pengukuran lingkar kepala, lingkar dada, panjang badan dan berat badan bayi.

(1) Lingkar kepala

Lingkar kepala diukur mulai dari bagian depan kepala (diatas alis/area frontal) dan area

oksipital. Lingkar kepala normalnya 31-35,5 cm.

(2) Lingkar dada

Lingkar dada pada bayi cukup bulan normalnya 30,5-33 cm. Sekitar 2 cm lebih kecil dari

pada lingkar kepala. Pengukuran tepat dilakukan pada garis buah dada. Bila lingkar kepala

<30 cm perlu dicurigai adanya prematur.

(3) Panjang badan

Panjang badan yang diukur dari puncak kepala sampai tumit, pada bayi cukup bulan

normalnya adalah 48-53 cm. Bila panjang badan <45 cm atau >55 cm perlu dicermati

adanya penyimpangan kromosom.

(4) Berat badan

Berat badan pada bayi cukup bulan normalnya 2500-4000 gram (Maryunani;et al,

2008:74).

g. Pemantauan Bayi Baru Lahir


1

Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktifitas bayi normal atau tidak dan

identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong

persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan.

1) Dua jam pertama sesudah lahir

Hal-hal yang dinilai waktu pemantauan bayi pada jam pertama sesudah lahir meliputi:

a) Kemampuan menghisap kuat atau lemah

b) Bayi nampak aktif atau lunglai,

c) Bayi kemerahan atau biru.

2) Sebelum penolong persalinan meninggaikan ibu dan bayinya

Penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap ada tidaknya masalah

kesehatan yang memerlukan tindak lanjut, seperti:

a) Bayi kecil untuk masa kehamilan atau bayi kurang bulan

b) Gangguan pernapasan

c) Hipotermi

d) Infeksi

e) Cacat bawaan dan trauma lahir

(Saifuddin 2006:136)

3) Yang perlu dipantau pada bayi baru lahir :

a) Suhu badan dan lingkungan

b) Tanda-tanda vital

c) Berat badan

d) Mandi dan perawatan kuli

e) Pakaian
1

f) Perawatan tali pusat

4) Pemantauan tanda-tanda vital pada bayi baru lahir

a) Suhu tubuh bayi diukur melalui dubur dan ketiak

b) Pada pernafasan normal, perut dan dada bergerak hampir bersamaan tampa adanya

retraksi, tampa terdengar suara pada waktu inspirasi maupun ekspirasi. Gerak pernapasan

30-60 kali per menit.

c) Nadi dapat dipantau disemua titik nadi perifer

d) Tekanan darah dipantau hanya bila ada indikasi (Saifuddin 2006:138).

h. Imunisasi

1) Pengertian Imunisasi

Imunisasi merupakan cara atau transfer antibiotic secara pasif. Imunisasi berfungsi untuk

meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia

terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi sakit (Wahyuni, 2011:97).

2) Tujuan Imunisasi

Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, dan

menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi), atau bahkan

menghilangkan penyakit tetentu dari dunia (Wahyuni, 2011:97).

i. Tanda-tanda bahaya pada bayi

1) Bayi menjadi lesu, tidak mau makan, atau memperlihatkan perilaku yang luar biasa.

2) Bayi tidak berkemih dalam 24 jam pertama.

3) Tali pusat mulai tidak mengeluarkan bau tidak enak atau pus.

4) Bayi tidak defekasi selama 48 jam

5) Suhu bayi dibawah 36 derajat atau diatas 37 derajat celcius ketika pengukuran suhu
1

6) Bagian putih mata bayi menjadi dan warna kulit tampak kuning, cokelat, atau

7) persik (Varney, 2008:897).

4. Masa Nifas

a. Pengertian

Masa Nifas (puerperium) didefenisikan sebagai periode dengan batasan waktu selama dan tepat

setelah melahirkan (Cunnningham;et al, 2009:339). Masa Nifas/Periode pascapartum adalah masa

dari kelahiran plasenta dan selaput janin (menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya

traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil (Varney, 2008:958).

b. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Menurut Saifuddin (2006:122) tujuan dari pemberian asuhan kebidanan pada masa nifas adalah

sebagai berikut :

1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik

2) Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila

terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya 3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang

perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada

bayinya dan perawatan bayi sehat

3) Memberikan pelayanan keluarga berencana.

c. Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas

1) Mengobservasi hubungan ibu-bayi untuk mengkaji bagaimana ibu berinteraksi dengan

anaknya, dengan mempertimbangkan pengaruh budaya

2) Memberikan dukungan psikososial yang berkaitan dengan menyusui, tidur, dan tempremen

3) Melibatkan pasangan dalam interasi ini untuk membantu menyampaikan dan meringankan

ketegangan yang meningkat yang mungkin ada dalam hubungan pasangan (Myles, 2009:646).
1

d. Perubahan Fisiologi pada Masa Nifas

1) Uterus

Terjadi involusi atau pengerutan uterus yang menyebabkan bekurangnya ukuran, berat dan

perubahan lokasi uterus juga ditandai dengan warna dan jumlah lokhia.

2) Lokhia

Pengeluaran lokia dapat dibagi dalam jumlah dan warnanya menurut Manuaba (2010:201)

yaitu:

a) Lokhia Rubra (kruenta), keluar dari hari ke-1 sampai 3 hari, berwarna merah dan hitam.

b) Lokia sanguinolenta, keluar dari hari ke-3 sampai 7 hari, berwarna putih bercampur merah

c) Lokhia serosa, keluar dari hari ke-7 sampai 14 hari, berwarna kekuningan.

d) Lokhia Alba, keluar setelah hari ke-14, berwarna putih

3) Vagina dan Perinium

Segera setelah persalinan, vagina tetap terbuka lebar,mungkin bisa mengalami trauma saat

melahirkan dan akan kembali hingga 2-3 hari. Akan tetapi, latihan pengencangan otot

perineum akan mengembalikan tonusnya dan memungkinkan wanita secara perlahan

mengencangkan vaginanya (Varney, 2008:960).

e. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas

Pelayanan kesehatan ibu nifas menurut Kemenkes, (2010:9-10) adalah pelayanan

kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga

kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan
1

terhadap ibu nifas dan meningkatkan cakupan KB Pasca Persalinan dengan melakukan kunjungan

nifas minimal sebanyak 3 kali dengan ketentuan waktu.

1) Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam sampai dengan 3 hari setelah persalinan

2) Kunjungan nifas ke dua dalam waktu hari ke-4 sampai dengan hari ke-28 setelah persalinan

3) Kunjungan nifas ke tiga dalam waktu hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 setelah persalinan.

Pelayanan yang diberikan adalah

a) Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu

b) Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus)

c) Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya

d) Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan

e) Pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali, pertama segera setelah

melahirkan, kedua diberikan setelah 24 jam pemberian kapsul vitamin A pertama

f) Pelayanan KB pasca salin adalah pelayanan yang diberikan kepada Ibu yang mulai

menggunakan alat kontrasepsi langsung sesudah melahirkan (sampai dengan 42 hari

sesudah melahirkan).

f. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas

Ada beberapa kebutuhan dasar ibu dalam masa nifas menurut Saifuddin (2006 :127-128), yaitu:

1) Gizi

Ibu menyusui harus:

a) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari

b) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup

c) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari


1

d) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca

bersalin

e) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa meberikan vitamin A kepada bayinya

melalui ASInya.

2) Kebersihan Diri

a) Anjuran kebersihan seluruh tubuh

b) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air

c) Sarankan ibu untuk menggantikan pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari

d) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dengan air sebelum dan sesudah

membersihkan daerah kelaminnya

e) Jika ibu memiliki luka episiotomy atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari

menyentuh daerah luka.

3) Istirahat

a) Anjurkan ibu untuk beristirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.

b) Sarankan ia untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga biasa perlahan lahan, serta

untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.

c) Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal :

(1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi

(2) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan

(3) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.

4) Perawatan Payudara

a) Menjaga payudara tetap bersih dan kering

b) Menggunakan BH yang menyongkong payudara


1

c) Apabila putting susu lecet oleskan dengan kolestrum atau ASI yang keluar pada sekitar

putting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan dimulai dari putting

susu yang tidak lecet

d) Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. Asi dikeluarkan dan

diminumkan dengan menggunakan sendok

e) Untuk menghilangkan nyeri dapat minum parasetamol I tablet setiap 4-6 jam

f) Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI, lakukan :

(1) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat selama 5 menit

(2) Urut payudara dari arah pangkal menuju putting atau gunakan sisir untuk mengurut

payudara dengan arah "Z" menuju putting

(3) Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga putting susu menjadi

lunak

(4) Susukan bayi setiap 2-3 jam sekali. Apabila tidak dapat mengisap seluruh ASI

keluarkan dengan tangan

(5) Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui

(6) Payudara dikeringkan

5) Hubungan perkawinan/rumah tangga

a. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu

dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina tampa rasa nyeri. Begitu darah

merah berhenti dan dia tidak merasakan ketidaknyamanan, aman untuk memulai melakukan

hubungan suami istri kapan saja ibu siap

b. Banyak budaya, yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa waktu

tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan tergantung
1

pada pasangan yang bersangkutan.

6) Latihan

a) Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali norma

b) Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat membantu seperti :

(1) Dengan tidur terlentang dengan lengan disamping menarik otot perut selagi menarik

nafas, tahan nafas kedalam dan angkat dagu kedada: tahan satu hitungan sampai 5.

Rileks dan ulangi 10 kali

(2) Untuk memperkuat tonus otot vagina (Latihan kagel)

(3) Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangi otot-otot, pantat dan inggul dan tahan

sampai 5 hitungan. Kendurkan otot-otot, pantat dan pinggul dan tahan sampai 5

hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan sebanyak 5 kali

7) Keluarga berencana

a) Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil

kembali

b) Biasanya wanita tidak akan menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkanlagi

haidnya selama meneteki. Oleh karena itu, metode amenore laktasi dapat dipakai sebelum

haid pertama kembali untuk mencegah terjadinya kehamilan baru

c) Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko, menggunakan kontrasepsi tetap lebih

aman, terutama apabila ibu sudah haid lagi.

d) Sebelum menggunakan metode KB, hal-hal berikut sebaiknya dijelaskan kepada ibu:

(1) Bagaimana metode ini mencegah kehamilan dan efektivitasnya

(2) Kelebihan/keuntungannya

(3) Kekurangannya
1

(4) Efek samping

(5) Bagaimana menggunakan metode itu

(6) Kapan metode itu dapat mulai digunakan untuk wanita pascasalin yang menyusui.

e) Jika seorang ibu /pasangan telah memilih metode KB tertentu, ada baiknya untuk bertemu

dengannya lagi dalam dua minggu untuk mengetahui apakah ada yang ingin ditanyakan oleh

ibu/pasangan itu dan untuk melihat apakah metode tersebut bekerja dengan baik.

5. Keluarga Berencana

a. Pengertian

Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan

(Sulistyawati, 2011:12). Keluarga berencana menurut Undang-Undang no 10 tahun 1992 (tentang

perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya peningkatan

kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan peningkatan

kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (Arum, 2008:28).

Kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya

pertemuan antara sel telur dengan sel sperma (Suratun, 2008:27).

Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. usaha usaha itu

dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen. Yang bersifat permanen di namakan pada

wanita tubektomi dan pada pria vasektomi (Saifuddin, 2006:134).

b. Tujuan KB

1) Tujuan umum

Membangun kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana progam KB

Nasional yang kuat di masa mendatang, sehingga visi untuk mewujudkan kelurga berkualitas
1

tahun 2015 dapat tercapai (Noviawati, 2008:28).

2) Tujuan khusus

Untuk memenuhi perintah masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang

berkualitas, menurunkan tingkat /angka kematian ibu rangka membangun keluarga kecil

berkualitas (Noviawati, 2008:28).

c. Manfaat KB

Menurut BKKBN (2011:5) berikut adalah manfaat ber-KB:

1) Bagi Ibu

a) Mencegah anemia (kurang darah)

b) Mencegah perdarahan yang terlalu banyak setelah persalinan

c) Mencegah kehamilan tidak diinginkan (KTD)

d) Mendekatkan ibu terhadap pelayanan pemeriksaan kesehatan

e) Meningkatkan keharmonisan keluarga

2) Bagi Anak

a) Mencegah kurang gizi

b) Tumbuh kembang anak terjamin

c) Kebutuhan ASI Eksklusif 6 bulan terpenuhi

3) Ekonomi

a) Mengurangi biaya kebutuhan rumah tangga Meningkatkan/menambah pendapatan ekonomi

keluarga

b) Meningkatkan/menambah pendapatan ekonomi keluarga


1

4) Sosial Budaya

a) Meningkatkan kesempatan bermasyarakat

b) Meningkatkan peran ibu dalam pengambilan keputusan keluarga.

d. Macam-Macam Metode KB

1) Kontrasepsi Hormonal Pil

Menurut Manuaba (2010:599) keuntungan dan kerugian memakai KB pil adalah

a) Keuntungan memakai KB pil

(1) Bila minum pil sesuai dengan aturan dijamin berhasil 100%.

(2) Dapat dipakai pengobatan terhadap beberapa masalah:

a) Ketegangan menjelang menstruasi

b) Perdarahan menstruasi yang tidak teratur

c) Nyeri saat menstruasi

d) Pengobatan pasangan mandul

(3) Pengobatan penyakit endometriotis

(4) Dapat meningkatkan libido

b) Kerugian KB pil

(1) Harus minum pil secara teratur

(2) Dalam waktu panjang dapat menekan fungsi ovarium

(3) Penyulit ringan (berat badan bertambah, rambut rontok, tumbuh jerawat, mual sampai

muntah)

(4) Mempengaruhi fungsi hati dan ginjal

c) Petunjuk pemakaian pil

(1) Minumlah pil KB dengan teratur


1

a) Bila lupa pil KB yang harus diminum menjadi dua buah

b) Bila perdarahan, tidak memerlukan perhatian karena belum siap beradaptasi

c) Gangguan ringan dalam bentuk: mual dan muntah, sebaiknya diatasi (Manuaba,

2010:600).

2) Kontrasepsi Hormonal suntik

Keuntungan dan kerugian kontrasepsi suntik menurut Manuaba (2010:601), adalah:

a) Keuntungan:

(1) Pemberian sederhan setiap 8 sampai 12 minggu

(2) Tingkat efektifitasnya tinggi

(3) Hubungan seks dengan suntikan kb bebas

(4) Pengawasan medis yang ringan

(5) Dapat diberikan pasca persalinan, pasca keguguran atau pasca menstruasi

(6) Tidak mengganggu pengeluaran laktasi dan tumbuh kembang bayi

(7) Suntikan kb cylofem diberikan setiap bulan dan peserta kb akan mendapatkan

menstruasi

b) Kerugian:

(1) Perdarahan yang tidak menentu

(2) Terjadinya aminore (tidak datang bulan) berkepanjangan

(3) Masih terjadi kemungkinan hamil

(4) Kerugian atau penyulit inilah yang meneybabkan peserta kb menghentikan suntikan kb.

(Sumber :Varney, 2007:1055).


1
72

BAB III

HASIL PRAKTIK KERJA LAPANGAN

A. Gambaran Umum Wilayah


1. Letak dan Batas Wilayah
Berdasarkan data geografi kecamatan Telanaipura, Kelurahan Penyengat Rendah berada di
sepanjanjang sungai Batanghari dan wilayah kk binaan berada di RT 10 Kelurahan Penyengat
Rendah Kota Jambi dengan batas wilayah sebagai berikut:
Timur : berbatasan dengan RT. 08
Barat : berbatasan dengan RT. 09
Selatan : berbatasan dengan sungai Batanghari
Utara : berbatasan dengan RT. 11
Kelurahan Penyengat Rendah dikelilingi oleh sungai Batanghari.
2. Data Demografi
Berdasarkan data BPS Provinsi Jambi, Jumlah penduduk RT.10 Kelurahan Penyengat
Rendah per Februari 2022 sebanyak 583 jiwa dan 170 KK. Dengan komposisi penduduk
berdasarkan jenis kelamin 271 laki-laki dan 312 perempuan. Untuk lebih jelasnya dapa dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Distribusi Penduduk RT.10 Kel. Penyengat Rendah Kota Jambi

No Kelompok Umur Jumlah Persentase


1 0-5 tahun 36 6,03%
2 5-15 tahun 99 17,23%
3 15-25 tahun 103 18,12%
4 25-60 tahun 297 50,98%
5 >60 tahun 48 7,64%
Jumlah 583 100%

Berdasarkan tabel 3.1 mayoritas penduduk pada kelompok usia 25-60 tahun (50,98%) dan
paling sedikit pada kelompok usia 0-5 tahun (6,03%).
72

Tabel 3.2 Data Demografi Penduduk di RT.10 Kel. Penyengat Rendah

No Data Jumlah
1 Agama:
Islam 583
Kristen Katolik 0
Kristen Protestan 0
Hindu 0
Budha 0
Kepercayaan 0
2 Fasilitas Pelayanan Kesehatan :
Puskesmas pembantu 1
Posyandu balita 3
Posyandu remaja 1
Posyandu lansia 1
Bina keluarga remaja (BKR) 1
Posbindu PTM 1

Diagram 3.1 Distribusi jumlah penduduk jenis kelamin di RT.10 P.Rendah


250

200

150

Laki-laki
Perempuan
100

50

0
0-20 20-30 30-40 40-50 50-60 >70

Dari table terlihat jumlah penduduk laki-laki 390 orang dan perempuan 298 orang. Total 617
orang.
72

Diagram 3.2 Distribusi penduduk berdasarkan pekerjaan KK di RT.10 P.Rendah


80

70

60

50

40

30

20

10

0
ni n ta IR
T ja pi
r ta er ng
eta aria was ker So was nor ga
P H S Be s a
h n ak ira Ho Pe
d
ru wa d W
Bu
ry
a Ti
Ka

Dari table terlihat mayoritas memiliki pekerjaan KK sebagai Buruh Harian sebanyak 74 orang

Diagram 3.3 Distribusi Pendidikan KK di RT.10 P.Rendah


72

90

80

70

60

50

40

30

20

10

0
SD Tidak Tamat SD SMP SMA D3

Berdasarkan table diatas dari 170 KK terbanyak memiliki pendidikan tamat SD sebanyak 84
orang.
Diagram 3.4 Distribusi pendidikan anggota keluarga di RT.10 P.Rendah
120

100

80

60

40

20

0
Belum SD Tidak Belum SMP SMA D3 DIV/SI DI/DII S2
Sekolah Tamat SD Tamat SD

Dari table terlihat pendidikan mayoritas adalah SD sebanyak 113 orang.

Tabel 3.3 Data jumlah balita yang mengikuti posyandu di RT.10 Penyengat Rendah
72

POSYANDU MELATI I
No Nama Balita Jk Tanggal Lahir Nama orang tua
1 Aisar haura P 17-08-2019 Ambo Illo/S. Aprilia
2 Daffa al habibi L 23-01-2016 Taupan/ Pat
3 Nafa pranaja L 30-06-2019 Taupan/ Pat
4 Zikri zola L 14-03-2016 Rd. Sudirman/Rumlah
5 S. Ubaidillah L 25-09-2016 Said Jangte
6 S. Nuraisiah P 27-10-2018 Said Jangte
POSYANDU MELATI II
1 S.M. Ahtar L 26-12-2016 S.M. Basid/ S. Azizah
POSYANDU MELATI III
1 Olivia P 21-09-2014 Basarudin
2 Said habibul R L 23-11-2014 S. Abdurrahman
3 Aulia P 18-11-2014 Maheli
4 M. Panji L 26-12-2014 Rafi
5 Anizar R P 01-08-2014 Agus Firmansyah
6 RTS Zulva P 24-10-2015 Zulkarnain
7 Alif alfarezi L 10-11-2015
8 Devi sapitri P 02-11-2015
9 Hail hasanah L 25-12-2015
10 Radita Putri P 01-01-2015 Marza Saputra
11 Anindia Zahra P 18-05-2015 Eko Setiono
12 Juliana R P 20-07-2015 Hariyanto
13 Dafa Al Habil L 25-01-2016 Sanfrei Taupan
14 Maulana Malik L 17-01-2016 Jangcik Armanda HS
15 M. Dafa L 01-11-2016 Arifki Nulhakim
16 Azizah P 10-12-2016
17 Arpan L 03-01-2017
18 Adelio Orlando L 29-04-2017 Edi Yanto
19 M. gilang L 20-05-2017 M. Nurul Huda
20 Aryan Akira P 29-10-2017
72

21 RTS. Aisyah P 11-08-2017 Rd. Safarudin


22 Dian Natasya P 30-12-2017 A. Effendi
23 Alika P 12-02-2017
24 M. Zaki Al Fatih L 02-11-2018 Samsuri
25 Rd. azmi L

Tabel 3.4 Data pasangan usia subur (PUS) Di RT.10 Kel. Penyengat Rendah

No Nama No Nama
1 Ida Royani 26 Novi
2 RTS Patmawati 27 Neta
3 Rumlah 28 Vivit
4 Desi Anggraini 29 Khaterina
5 Nurlela 30 Susmawati
6 Musnaini 31 Yanti Sam
7 S. Marlina 32 Kholijah
8 Khoirunisa 33 Yeni
9 Suhartati 34 Suryani
10 Isma Nur Yanti 35 Nurasiah
11 S. Leni 36 Yesi
12 S. Aprilia 37 Sicik
13 Lilis Nurhasanah 38 Ria
14 Vivi Oktavia 39 Juni Hartati
15 Wira Ningsih 40 Salami
16 RTS Dewi 41 S. Azizah
72

17 Sri Rahayu 42 Siti patimah


18 Nurbaiti 43 Eva Susanti/ucok
19 Sri Dewi Sartika 44 Eva Susanti/nurul
20 Mislina 45 Rentika Dewi
21 Nadrah 46 Maryanti
22 Ending S 47 Sumiati
23 Iyus 48 Israni
24 Nurhayati 49 Sakna
25 RTS Neli 50 Cek Ina

3. Data Hasil Kuesioner Kerangka Pemberdayaan Perempuan


Data yang dikumpulkan berdasarkan dari data pada keluarga binaan sebanyak 10 kk.
Berdasarkan kuesioner kerangka pemberdayaan perempuan (PKK) diperoleh:
a. Aspek Kesejahteraan
Tabel 3.1 Distribusi Aspek Kesejahteraan pada KK Binaan di RT.10 Kel. P. Rendah

No Pertanyaan Ya % Tidak % Jumlah %


1 Kebiasaan makan 10 100 0 0 10 100
2 Perbedaan menu 0 0 10 100 10 100
3 Berganti pakaian 10 100 0 0 10 100
4 Waktu istirahat 4 40 6 60 10 100
5 Penghasilan ibu 2 20 8 80 10 100
6 Penghasian suami diserahkan ke ibu 9 90 1 10 10 100
7 Mengalokasikan dana untuk 4 40 6 60 10 100
pemeliharaan kesehatan ibu
8 Persiapan dana hamil dan bersalin 4 40 6 60 10 100
9 Pengalokasikan dana khusus untuk 1 10 9 90 10 100
ibu menyusui
10 Kesempatan untuk meningkatkan 1 10 9 90 10 100
72

pendidikan
11 Mengalami kekerasan dalam bentuk 0 0 10 100 10 100
fisik
12 Mengalami kekerasan dalam bentuk 0 0 10 100 10 100
psikis
13 Mengalami kekerasan dalam bentuk 0 0 10 100 10 100
social
Total 45 34,6 85 65,4 130 100

b. Aspek Akses
Tabel 3.2 Aspek akses pada keluarga binaan RT 10 P. Rendah

NO ASPEK AKSES Ya % Tidak % Jumlah %


Ibu mengetahui dimana saja tempat
1 pelayanan kesehatan yang dapat 10 100 0 0 10 100
dikunjungi setiap saat
Ibu mengetahui tempat pem
2 10 100 0 0 10 100
kesehatan
3 Jarak faskes > 5 KM 10 100 0 0 10 100
4 Bidan/nakes selalu ada ditempat 7 70 3 30 10 100
Bidan/ Nakes selalu memberikaan
5 8 80 2 20 10 100
pelayanan yang ramah
Biaya pelayanan kesehatan
6 10 100 0 0 10 100
terjangkau
Pelayanan KB yang ada cukup
7 9 90 1 10 10 100
lengkap sesuai dengan pilihan ibu
8 Harga kontrasepsi yang ada 9 90 1 10 10 100
terjangkau oleh kondisi keuangan
72

yang ada
Ibu memiliki jamban keluarga
9 9 90 1 10 10 100
sendiri
Ibu dn keluarga telah memiliki
10 9 90 1 10 10 100
tempat tinggal/rumah sendiri
Ibu memiliki ruang/ kamar tempat
11 9 90 1 10 10 100
istirahat sendiri bersama suami
12 Ibu memiliki tabungan sendiri 2 20 8 80 10 100
Ibu dapat dengan mudah
memperoleh pinjaman kredit untuk
13 7 70 3 30 10 100
peningkatan ekonomi dari
pemerintah
Ibu memiliki kesempatan untuk
14 meningkatkan pendidikan yang 2 70 8 80 10 100
disediakan oleh pemerinth
Ditempat ibu ada fasilitas social
15 yang dapat digunakan untuk tempat 9 90 1 10 10 100
berkumpul kaum perempuan
Total 120 80 30 20 150 100

Pada aspek akses sebagian besar ibu dapat mengakses pelayanan kesehatan didaerahnya dan dapat
menghubungi tenaga kesehatan ( 90%) akan tetapi akses untuk melanjutkan pendidikan dari suami
masih rendah (10%) dan yang memiliki tabungan sendiri masih rendah (10%).

c. Aspek Kesadaran Kritis


Tabel 3.3 Aspek kesadaran pada keluarga binaan RT 10 P. Rendah

NO ASPEK KESADARAN KRITIS Ya % Tidak % Jumlah %


Ibu mengetahui tentang adanya
1 2 20 8 80 10 100
hak-hak perempuan atau istri
2 Ibu tahu tentang hak-hak kesehatan 2 20 8 80 10 100
72

reproduksi
Ibu masih percaya bahwa kodrat
3 perempuan adalah disekitar sumur, 8 80 2 20 10 100
kasur dan dapur
Ibu percaya bahwa perempuan
4 7 70 3 30 10 100
terbuat dari tulang rusuk laki-laki
Ibu percaya jika tidak mau
melayani suami dalam
5 5 50 5 50 10 100
berhubbungan intim akan dikutuk
oleh malaikat sampai subuh
Ibu percaya untuk mengentikan
kehamilan dapat dilakukan dengan
6 minum air tape, minum sprit, atau 5 50 5 50 10 100
melompat-lompat setelah
berhubungan suami-istri
Ibu mengetahui bahwa setiap jenis
7 10 100 0 0 10 100
alat KB punya efek samping
Ibu mengetahui kapan waktunya
8 melakukan control terhadap 7 70 3 30 10 100
kehamilan
Ibu masih percaya terhadap mitos-
mitos atau pantangan-pantangan
9 7 70 3 30 10 100
yang harus dihindari saat sedang
hamil
Ibu masih percaya, jika seorang ibu
10 meninggal karena melahirkan 5 50 5 50 10 100
disebut mati sahid
11 Total 58 58 42 42 100 100

Pada aspek kesadaran kritis terlihat sebagian besar ibu mengetahui tentang jenis alat KB dan masih
ada ibu yang belum mengetahui hak-hak perempuan khususnya hak kesehatan reproduksi (20%)
72

d. Aspek Partisipasi
Tabel 3.4 Aspek partisipasi pada KK binaan RT 10 P. Rendah

NO ASPEK PARTISIPASI Ya % Tidak % Jumlah %


Ibu selalu diajak berdiskusi oleh
1 suami dalam pengambilan 2 20 8 80 10 100
keputusan di keluarga
Ibu diberikan kesempatan oleh
2 suami untuk mengikuti kegiatan 8 80 2 20 10 100
diluar rumah
3 Pendapat atau saran ibu selalu 7 70 3 30 10 100
diterima atau didengar oleh suami
Ibu memiliki kesempatan untuk
4 memutuskan hamil atau tidak hamil 7 70 3 30 10 100
dan jumlah anak dalam keluarga
Ibu selalu dilibatkan dalam
5 kegiatan social di masyarakat, 5 50 5 50 10 100
seperti PKK, posyandu
Ibu selalu diberikan kesempatan
untuk mengajukan pendapat atau
6 5 50 5 50 10 100
saran-saran pada setiap kegiatan di
masyarakat
Ibu mendapatkan kesempatan untuk
bertanya pada bidan atau
7 10 100 0 0 10 100
dokter/nakes lainnya saat
memperoleh pelayanan kesehatan
Bidan atau dokter/nakes lainnya
menyediakan waktu untuk
8 10 100 0 0 10 100
medengarkan keluhan-keluhan
yang ibu sampaikan
9 Ibu diundang untuk ikut serta 2 20 8 80 10 100
membahas kebijakan pembangunan
72

di desa ibu
Ibu mendapatkan kesempatan untuk
10 2 20 8 80 10 100
berpendapat
11 Total 58 58 42 42 100 100

Pada aspek partisipasi menunjukkan masih rendahnya partisipasi ibu dalam diskusi bersama kami
(20%) dan ibu mempunyai kesempatan untuk bertanya kepada tenaga kesehatan (100%)

Tabel 3.5 Aspek control keluarga binaan di RT 10 Kel.P.Rendah

N Tida
ASPEK KONTROL Ya % % Jumlah %
O k
Ibu memiliki kuasa untuk menentukan
keputusan hamil, tidak hamil dan
1 8 80 2 20 10 100
menentukan berapa jumlah anak yang
diinginkan di keluarga
Ibu memiliki kuasa untuk menetukan
2 8 80 2 20 10 100
pilihan ber KB atau tidak
Ibu memiliki kuasa untuk mengatur
3 5 50 5 50 10 100
hak-hak kesehatan reproduksi
Ibu memiliki kuasa menolak ajakan
4 suami untuk melakukan hubungan 5 50 5 50 10 100
intim ketika ibu tidak siap
Ibu memiliki kuasa untuk memilih
sendiri pemeriksaan kehamilan dan
5 8 80 2 20 10 100
pertolongan persalinan ke bidan atau ke
dokter
6 Ibu memiliki kuasa untuk mengatur 5 50 5 50 10 100
72

pengolahan penghasilan keluarga


Ibu memiliki kuasa untuk mengatur
7 5 50 5 50 10 100
penghasilan ibu sendiri
Ibu memiliki kuasa untuk mengontrol
kebijakan pembangunan di desa ibu
8 2 20 8 80 10 100
yang berkaitan dengan pemberdayaan
perempuan
Ibu memiliki kuasa untuk menolak
9 kebijakan pembangunan yang akan 2 20 8 80 10 100
merugikan kaum perempuan
Total 48 53,3 42 46,7 90 100
Pada aspek control masih ada ibu yang belum terlibat dalam pembangunan di desanya (20%) akan
tetapi ibu berkuasa untuk menentukan kehamilannya (80%).
4. Analisis Masalah Kesehatan Keluarga Binaan
Analisa Masalah Kesehatan Keluarga Binaan Dari hasil pengkajian data yang telah dilaksanakan
didapatkan masalah kesehatan keluarga Tn. J sebagai berikut:
a. Penjajakan Kesehatan Tahap 1
Ancaman Kesehatan
1) Kurangnya pengetahuan ibu dan keluarga tentang aspek kesejahteraan perempuan
2) Kurangnya pengetahuan ibu dan keluarga tentang aspek partisipasi perempuan
3) Kurangnya pengetahuan ibu dan keluarga tentang aspek kesadaran kritis perempuan
b. Penjajakan Kesehatan Tahap II

NO Data Masalah Kesehatan


1 Kurangnya pengetahuan ibu dan Ibu dan keluarga kurang memahami
keluarga tentang aspek tentang aspek kesejahteraan perempuan
kesejahteraan perempuan
2 Kurangnya pengetahuan ibu Ibu dan keluarga kurang memahmi
tentang aspek partisipasi tentang aspek partisipasi perempun
perempuan
3 Kurangnya pengetahuan ibu Ibu dan keluarga kurang memahami aspek
tentang aspek kesadaran kritis
72

perempuan kesadaran kritis pada perempuan

c. Prioritas Masalah Kesehatan


Sesuai data yang diperoleh sat pengkajian terhadap beberapa masalah-masalah kesehatan yaitu :
1) Kurangnya pengetahuan ibu dan keluarga tentang aspek kesejahteraan perempuan

NO Kriteria Perhit Skor Pembenaran


1 Kurangnya pengetahuan ibu Masih adanya ibu yang
dan keluarga tentang belum memiliki
pengetahuan penghasilan dan tabungan
sendiri
2 Sifat masalah ancaman 2/3x1 2/3 - Ancaman kesehatan
kesehatan (resiko) - Ibu tidak memiliki
kuasa untuk mengatur
keuangan sendiri dari
penghasilan
3 Kemungkinan masalah dapat 1/2x1 1 - Ibu masih bergantung
diubah dengan mudah penghasilan suami
4 Potensi masalah untuk dicegah 3/3x1 1 - Tinggi jika timbul
(tinggi) kesadaran ibu tentang
pentingnya
kesejahteraan bagi
dirinya
5 Menonjolkan masalah harus 2/2x1 1 - Ibu merasakan
segera ditangani (cukup) masalah dan ragu-
ragu dalam mengatasi
Total 32/3

2) Kurangnya pengetahuan ibu dan keluarga tentang aspek partisipasi perempuan

NO Kriteria Perhit Skor Pembenaran


72

1 Kurangnya pengetahuan ibu Masih adanya ibu yang


dan keluarga tentang aspek belum memiliki
partisipasi kemampuan memberikan
partisipasi dalam kegiatan
di masyarakat
2 Sifat masalah ancaman 2/3x1 2/3 - Ancaman kesehatan
kesehatan (resiko)

3 Kemungkinan masalah dapat 1/2x1 1 - Ibu masih bergantung


diubah dengan mudah penghasilan suami
-
4 Potensi masalah untuk dicegah 3/3x1 1 - Tinggi jika timbul
(tinggi) kesadaran ibu tentang
pentingnya partisipasi

5 Menonjolkan masalah harus 2/2x1 1 - Ibu merasakan


segera ditangani (cukup) masalah dan ragu-
ragu dalam mengatasi
Total 32/3

3) Kurangnya pengetahuan ibu dan keluarga tentang aspek kesadaran kritis

NO Kriteria Perhit Skor Pembenaran


1 Kurangnya pengetahuan ibu Masih adanya ibu yang
dan keluarga tentang belum memiliki
pengetahuan penghasilan dan tabungan
sendiri
2 Sifat masalah ancaman 2/3x1 2/3 - Ancaman kesehatan
kesehatan (resiko)

3 Kemungkinan masalah dapat 1/2x1 1 - Ibu masih bergantung


72

diubah dengan mudah penghasilan suami

4 Potensi masalah untuk dicegah 3/3x1 1 - Tinggi jika timbul


(tinggi) kesadaran ibu tentang
pentingnya kesadaran
kritis

5 Menonjolkan masalah harus 2/2x1 1 - Ibu merasakan


segera ditangani (cukup) masalah dan ragu-
ragu dalam mengatasi
Total 32/3

d. Masalah Kesehatan Keluarga


Dari hasil perhitungan diatas maka didapatkan permasalah kesehatan keluarga dan masyarakat
berdasarkan skor tertinggi sebagai berikut:
1) Kurangnya pengetahuan ibu dan keluarga tentang aspek kesejahteraan perempuan= 32/3
2) Kurangnya pengetahuan ibu dan keluarga tentang aspek partisipasi perempuan = 32/3
3) Kurangnya pengetahuan ibu dan keluarga tentang aspek kesadaran kritis perempuan = 32/3
e. Perencanaan
Dari berbagai masalah yang dihadapi KK binaan tersebut maka di lakukan tindak lanjut
dengan penyuluhan dan pembinaan langsung pada sasaran dengan tatap muka sesuai protokol
kesehatan dan menggunakan media sosial (via telepon) dalam kontrak waktui kunjungan dan hal-
hal yang perlu disampaikan lebih lanjut.
f. Pelaksanaan
Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 07 Feb-05 Maret 2022 di rumah kk binaan RT 10
Kelurahan Penyengat Rendah. Asuhan dilakukan secara langsung sesuai dengan perencanaan.
g. Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara langsung setelah asuhan dilakukan
72

Tabel 2.6
Jadwal Kegiatan Binaan pada KK Intensif

WAKTU ( Feb-Maret 2022


NO
Mgg IV Mgg I Mgg II Mgg III Mgg IV
1 Indentifikasi masalah kesehatan
keluarga

a. Biodata keluarga
b. Masalah-masalah kesehatan
2 Pemberian penyuluhan tentang
a. Pengertian Pemeriksaan
Kehamilan/KB
b. Waktu Pemeriksaan
Kehamilan/KB

c. Pentingnya Pemeriksaan
Kehamilan/KB
d. Hal – hal yang didapatkan
dalam Pemeriksaan
Kehamilan/KB
3 Penyuluhan tentang pemberdayaan
perempuan
a. Aspek Kesejahteraan
b. Aspek Akses √ √ √
c. Aspek Kesadaran kritis
d. Aspek Partisipasi
e. Apek Kontrol
4 Pemberian keterampilan ibu ibu RT
10 dalam membuat kerajinan
tangan daro bahan bekas untuk √ √
menunjang ekonomi keluarga
Bahan : Koran bekas, Lem
72

A. Proritas Masalah
Masalah yang terlihat adalah masih tingginya angka pengangguran pada perempuan di RT
10 Kelurahan Penyengat Rendah, untuk itu maka dilakukan lah pemberdayaan
perempuankhususnya untuk menambah penghasilan tambahan didalam keluarga dengan membuat
stick bayam, selain bergizi juga dapat meningkatkan ekonomi keluarga. Selain Itu masih
kurangnyapengetahuan tentang gendre dan kesadaran perempuan di RT 10 Kelurahan Penyengat
Rendahtentang pemeriksaan rutin IV untuk mendeteksi kanker serviks. Untuk iu diadakanlah
penyuluhan kespro dan gendre untuk memperluas pengetahuan perempuan serta membuat pikiran
menjadi terbuka.
1. Pelaksanaan
Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan tindakan terpilih
Kegiatan yang dilakukan.
a. Kegiatan individu
Setiap mahasiswa masing-masing mempunyai 2 KK binaan, pembinaan dilakukan dengan
melakukan penyuluhan, yang terdiri dari :
1) Penyuluhan tentang pemeriksaan kehamilan
2) Penyuluhan tentang Kb
3) Penyuluhan tentang kespro remaja
b. Kegiatan Kelompok
1) Penyuluhan tentang pemeriksaan kehamilan
2) Penyuluhan tentang KB
3) Penyuluhan tentang gizi pada balita
4) Penyuluhan kespro remaja
5) Penyuluhan Pemberdayaan perempuan
2. Evaluasi
Minat masyarakat tinggi tapi masyarakat sibuk dengan pekerjaan masing-mas.
91

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Derajat Kesehatan

Derajat kesehatan kesehatan masyarakat sangat penting dalam menggambarkan profil suatu

daerah. Dalam menilai derajatkesehatan masyarakat, digunakan indikator Angka KematianBayi

(AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI). Faktor-faktor yang memengaruhi derajat kesehatan

masyarakat tidakhanya berasal dari sektorkesehatan melainkan juga dipengaruhi oleh faktor

ekonomi. Pendidikan, lingkungan sosial, keturunan, dan faktor lainnya. Rumusan masalah

lingkungan, perilaku, pelayanan adalah bagaimana hubungan antara variabel kesehatan, pendidikan

dan ekonomi terhadap derajat kesehatan masyarakatdi Provinsi Bali dengan metode Generalized

Structured Component Analysis (GSCA). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

variabel lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, pendidikan, dan ekonomi terhadap derajat

kesehatan masyarakatdi Provinsi Balidengan metode Generalized Structured Component Analysis

(GSCA).

Pada bab ini kelompok akan membandingkan teori dengan penerapan asuhan kebidanan

komunitas yang terjadi pada saat melaksanakan praktik belajar di RT.10 Kelurahan Penyengat

Rendah, Kecamatan Telanai Pura, Kota Jambi. Secara umum jumlah penduduk RT.10 Kelurahan

Penyengat Rendah sebanyak 617 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 390 jiwa dan

jumlah penduduk perempuan sebanyak 298 jiwa. Sedangkan jumlah KK yang ada di RT.10 adalah

sebanyak 176 KK. Adapun Proses Asuhan Kebidanan Komunitas di RT.10 Kelurahan Penyengat

Rendah.

Sehat merupakan kondisi yang diinginkan setiap individu. Menurut WHO. definisi sehat

adalah keadaan sejahtera, sempurna dari fisik, mental, dan sosial yang tidak terbatas hanya pada
91

bebas dari penyakit atau kelemahan saja. Pencapaian derajat kesehatan yang baik dan setinggi-

tingginya merupakan suatu hak yang fundamental bagi setiap orang tanpa membedakan ras, agama,

jenis kelamin, politik yang dianut, dan tingkat sosial ekonominya.

Sehat ialah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan social yang memungkinkan setiap orang

hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Menurut While tahun 1997, kesehatan adalah keadaan

dimana seseorang pada waktu diperiksa oleh ahlinya tidak mempunya keluhan ataupun tidak terdapat

tanda-tanda suatu penyakit atau kelainan. Dalam setiap hal di dunia, termasuk kesehatan, pasti

memiliki maslah-masalah tertentu. Tidak selamanya masalah kesehatan merupakan masalah

kompleks yang merupakan resultant dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun

masalah buatan manusia, sosial budaya, perilaku, populasi penduduk, genetika, dan sebagainya.

Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai psychosocio somatic health well being,

merupakan resultant dari empat faktor yaitu Environment atau lingkungan, Behaviour atau perilaku,

antara yang pertama dan kedua dihubungkan dengan ecological balance. Heredity atau keturunan

yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk, dan sebagainya, Health care service berupa

program kesehatan yang bersifat preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Dari empat faktor

tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya

(dominan).

Blum juga menyebutkan 12 indikator yang berhubungan dengan derajat kesehatan, adalah life

spam yaitu lamanya usia harapan untuk hidup dari masyarakat, atau dapat juga dipandang sebagai

derajat kematian masyarakat yang bukan karena mati tua. Disease or infirmity yang merupakan

keadaan sakit atau cacat secara fisiologis dan anatomis dari masyarakat. Selanjutnya adalah

discomfort or ilness yaitu keluhan sakit dari masyarakat tentang keadaan somatik, kejiwaan maupun

sosial dari dirinya. Disability or incapacity maksudnya adalah ketidakmampuan seseorang dalam
91

masyarakat untuk melakukan pekerjaan dan menjalankan peranan sosialnya karena sakit. Berikutnya

participation in health care yaitu kemampuan dan kemauan masyarakat untuk berpartisipasi dalam

menjaga dirinya untuk selalu dalam keadaan sehat. Health behavior, merupakan perilaku manusia

yang nyata dari anggota masyarakat secara langsung berkaitan dengan masalah kesehatan.

Selanjutnya ecologic behavior, yaitu perilaku masyarakat terhadap lingkungan, spesies lain, sumber

daya alam, dan ekosistem. Teori Blum juga menyebutkan social behaviour yang berarti perilaku

anggota masyarakat terhadap sesamanya, keluarga, komunitas dan bangsanya. Interpersonal

relationship, yaitu kualitas komunikasi anggota masyarakat terhadap sesamanya. Reserve or positive

health dimana makasudnya adalah daya tahan anggota masyarakat terhadap penyakit atau kapasitas

anggota masyarakat dalam menghadapi tekanan-tekanan somatik, kejiwaan, dan sosial. Selanjutnya

adalah external satisfaction, yaitu rasa kepuasan anggota masyarakat terhadap lingkungan sosialnya

meliputi rumah, sekolah, pekerjaan, rekreasi, transportasi. Terakhir adalah internal satisfaction, yaitu

kepuasan anggota masyarakat terhadap seluruh aspek kehidupan dirinya sendiri

B. Lingkungan Kesehatan

Lingkungan memiliki pengaruh yang dan peranan terbesar diikuti perilaku, fasilitas kesehatan

dan keturunan. Lingkungan sangat bervariasi, umumnya digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu

yang berhubungan dengan aspek fisik dan sosial. Lingkungan yang berhubungan dengan aspek fisik

contohnya, air, udara, tanah, ilkim, perumahan, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan social

merupakan hasil interaksi antar manusia seperti kebudayaan, pendidikan, ekonomi, dan sebagainya

C. Prilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan adalah sesuatu respon (organisme) terhadap stimulus atau obyek yang

berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta

lingkungan. Dari batasan ini, perilaku pemeliharaan kesehatan ini terjadi dari 3 aspek meliputi aspek
91

perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan

bilamana telah senbuh dari sakit. Selanjutnya adalah perilaku peningkatan kesehatan, apabila

seseorang dalam keadaan sehat. Dan terakhir adalah perilaku gizi (makanan) dan minuman. Perilaku

kesehatan sebagai atributatribut seperti kepercayaan, ekspektasi, motifmotif, nilai-nilai, persepsi

elemen kogniti lainnya,karakteristik kepribadian, termasuk mood dan status emosi dan sifat-sifat

serta pola perilaku yang jelas, tindakan dan kebiasaan yang berhubungan dengan pemeliharaan

kesehatan, restorasi dan peningkatan kesehatan. Jika perilaku dan kesehatan digabungkan, maka

didapatkan perilaku sehat, dimana maksudnya adalah pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif untuk

memelihara dan mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit.

Perilaku merupakan faktor kedua yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena

sehat atau tidak sehatnya lingkungan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat sangat tergantung

pada perilaku manusia itu sendiri. Disamping itu, juga dipengaruhi oleh kebiasaan, adat istiadat,

kebiasaan, kepercayaan, pendidikan sosial ekonomi, dan perilaku-perilaku lain yang melekat pada

dirinya.

Perilaku merupakan keseluruhan atau totalitas kegiatan akibat belajar dari pengalaman

sebelumnya dan dipelajari melalui proses penguatan dan pengkondisian. Perilaku adalah reaksi

manusia akibat kegiaan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga aspek ini saling berhubungan.

Jika salah satu aspek mengalami hambatan, maka aspek perilaku lainnya juga terganggu. Perilaku

adalah akibat interelasi stimulus eksternal dengan internal yang akan memberikan respons-respons

eksternal. Stimulus internal merupakan stimulus-stimulus yang berkaitan dengan kebutuhan

fisiologis atau psikologis seseorang. Misalnya, ketika kita fapar maka reaksi kita adalah mencari

makanan. Sedangkan stimulus eksternal merupakan segala macam reaksi seseorang akibat faktor luar
91

diri (lingkungan). Sebagai contoh ketika melihat roti maka timbul keinginan untuk makan, meskipun

reaksi dari tubuh kita tidak menunjukkan rasa lapar.

Penyuluhan Kb adalah kegiatan penyampaian informasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap

dan perilaku keluarga dan masyarakat guna mewujudkan keluarga berkualitas. Dalam program KB

dikenal istilah Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) yang merupakan pross penyampaian dan

penerimaan pesan dalam rangka meningkatkan dan memanfaatkan pengetahuan, sikap dan perilaku

masyarakat dan mendorongnya agar secara sadar menerima program KB. Melalui proses KIE

diharapkan tumbuh kerjasama antara laki-laki dan perempuan dalam mewujudkan keluarga

berkualitas karen aprogram KB juga melibatkan kerjasama suami. Selain pendekatan dalam

komunikasi, juga diperlukan pelayanan KB yang merupakan kegiatan pemberian fasilitas kepada

keluarga dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dalam mewujudkan keluarga yang

berkualitas.

Perilaku yang telah dilakukan masyarakat dalam wilayah ini, merupakan perwujudan dari

adaptasi manusia terhadap kondisi lingkungan sekitarnya. Dalam pengkajian ini penulis telah

mengambil data dari 10 orang responden. Pemahaman didapatkan dari pengetahuan sehari hari:

Pemahaman akan sesuatu hal diharapkan akan merubah pola fikir untuk melakukan perubahan yang

baru. Dari hasil pengkajian selama diskusi bersama dengan warga, didapatkan bahwa pemahaman kk

binaan di RT 10 Penyengat Rendah terhadap pengelolaan kesehatan lingkungan cukup baik.

Pemahaman masyarakat terhadap pola hidup sehat. Ini didapat berdasarkan dari jawaban beberapa

panduan pertanyaan penelitian pada waktu wawancara dan dalam forum diskusi. Dalam hal

pemeliharaan kesehatan.

Perilaku masyarakat yang merupakan wujud implementasi dari pengetahuan,sikap dan tindakan

tampaknya belum sepenuhnya terwujud. Dari berbagai tindakan yang sudah masyarakat lakukan,
91

belum menunjukkan bahwa pemahaman yang didapat akan menjadikan tindakan seseorang

berperilaku lebih baik.

Keikutsertaan masyarakat dalam berpartisipasi dalam membangun lingkungan sehat di wilayah

ini sangat sedikit karena masih rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai hal tersebut.

Pemahaman yang didapat umumnya hanya bersifat pengetahuan saja, ditambah dengan tenaga ahli di

bidang tersebut sangat minim, menjadikan keinginan masyarakat untuk ikut serta membangun

lingkungan sehat yang meliputi sanitasi dasar, kesehatan perorangan dan pengelolaan lingkungan

pemukiman belum optimal.

Untuk menciptakan masyarakat yang sehat, perlu diadakan pembinaan yang berkesinambungan

agar masyarakat mau dan mampu untuk berprilaku lebih sehat di wilayah pemukiman.

Kosa dan Robetson (dalam Notoatmodjo, 2003:125) mengatakan bahwa perilaku kesehatan

individu cenderung dipengaruhi oleh kepercayaan orang yang bersangkutan terhadap kondisi

kesehatan yang diinginkan, dan kurang berdasarkan pada pengetahuan biologi. Tiap individu

mempunyai cara yang berbeda dalam mengambil tindakan penyembuhan atau pencegahan berbeda,

meskipun gengguan kesehatan sama. Pada umumnya tindakan yang diambil berdasarkan penilaian

individu atau mungkin dibantu oleh orang lain terhadap gangguan tersebut. Penilaian semacam ini

menunjukkan bahwa gangguang yang dirasakan individu menstimulasikan dimulainya suatu proses

sosial psikologis.

D. Upaya Kesehatan

Pelayanan kesehatan merupakan factor ketiga yang mempengaruhi derajat kesehatan

masyarakat karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan dalam pelayanan pemulihan

kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan keperawatan serta kelompok dan

masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas dipengaruhi oleh lokasi,
91

apakah dapat dijangkau atau tidak. Yang kedua adalah tenaga kesehatan pemberi pelayanan,

informasi dan motivasi masyarakat untuk mendatangi fasilitas dalam memperoleh pelayanan serta

program pelayanan kesehatan itu sendiri apakah sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang

memerlukan

E. Pemberdayaan Perempuan

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Maiminah yang dimaksud dengan pemberdayaan

perempuan adalah usaha pelibatan perempuan dalam pembangunan yang dilihat dari semua aspek

kehidupan perempuan dan semua kerja yang dilakukan perempuan; kerja produktif, reproduktif,

privat dan publik. Sebagaimana diketahui, strategi dan upaya pemberdayaan perempuan pada

khususnya dan pemberdayaan manusia pada umumnya, adalah salah satu topik yang paling banyak

mendapat perhatian berbagai kalangan akhir-akhir ini. Oleh Prof. Haryono Suyono (dalam Ruslan

2010:92), pemberdayaan perempuan sering pula disebut sebagai peningkatan kualitas hidup personal

perempuan, yakni suatu upaya untuk memberdayakan kehidupan perempuan dalam berbagai bidang,

termasuk ekonomi, edukasi atau pendidikan, sosial, komunikasi, informasi, dan lain sebagainya agar

mereka terbebas dari belenggu kemiskinan dan keterbelakangan.

Dalam hal ini kegiatan pemberdayaan perempuan yang dilakukan di RT 10 Kelurahan

Penyengat Rendah merupakan salah satu cara memberikan solusi dan pengetahuan terhadap betapa

pentingnya peran perempuan didalam rumah tangga dan lingkungan sekitar. Sehingga diharapkan

perempuan di RT 10 Kelurahan Penyengat Rendah mampu memberikan kontribusi di masyarakat

semakin kreatif dan lebih inovatif untuk mengembangkan unit kerja masyarakat sehingga

meningkatkan perekonomian sekitar.


91

1. Akses kesejahteraan

Menurut Erianti, 2016 Pendekatan kesejahteraan: pengembangan peran perempuan sebagai ibu

rumah tangga atau pemenuhan kebutuhan praktis gender perempuan yang terkait dengan pelaksanaan

peran reproduksi (domestik) perempuan. Kesejahteraan memiliki arti yaitu usaha yang dikembangkan

untuk meningkatkan taraf hidup manusia, baik itu di bidang fisik, mental, emosional, sosial, ekonomi,

dan spiritual. Selain itu kesejahteraan sosial dianalogikan sebagai kesehatan jiwa yang dapat dilihat

dari empat sudut pandang yaitu keadaan, ilmu, kegiatan, dan gerakan (Rizal: 2013).

Kesejahteraan yang dimaksud dalam laporan ini yaitu suatu capaian atau tolak ukur dari individu

dalam hal ini adalah perempuan mampu meningkatkan UKM di RT 10 Kelurahan Penyengat rendah.

Serta perempuan dapat mengatur ekonomi keluarga dan bebas berpendapat secara baik didalam

keluarganya.

Dari tabel aspek kesejahteran terdapat 3 prioritas masalah diantaranya ibu yang memiliki

penghasilan sendiri sebanyak 11% hal ini dikarenakan tidak adanya waktu ibu untuk mendapatkan

penghasilan. Pengalokasian dana khusus untuk keperluan saat ibu menyusui bayi sebanyak 33%

karena beberapa ibu beranggapan bahwa dana menyusui sudah termasuk kedalam anggaran belanja

rumah tangga sehari hari dan kesempatan untuk meningkatkan pendidikan oleh suami sebanyak 10%

karena ibu beralasan faktor umur dan beberapa ibu beranggapan bahwa keadaan ibu sudah tidak

memungkinkan untuk mengenyam pendidikan lagi ibu lebih berfokus pada pendidikan anak-anaknya.

2. Aspek Akses

Akses adalah peluang atau kesempatan dalam memperoleh atau menggunakan sumberdaya

tertentu. Akses diartikan sebagai "the capacity to use the resources necessary to be a fully active and

productive (socially economically and politically) participant in society, including access to resources,

services, labor and employment, information and benefits". (Kapasitas untuk menggunakan
91

sumberdaya untuk sepenuhnya berpartisipasi secara aktif dan produktif (secara sosial, ekonomi dan

politik) dalam masyarakat termasuk akses ke sumberdaya, pelayanan, tenaga kerja dan pekerjaan,

informasi dan manfaat) (Puspitawati, 2013). Dalam Hal ini kebebasan ibu untuk mendapatkan

informasi kesehatan, kemudahan dalam akses untuk berobat ke fasilitas kesehatan. Kesempatan untuk

mendapatkan fasilitas kesehatan yang disediakan oleh pemerintah.

Dari tabel yang telah disajikan dalam bab sebelumnya akses dalam hal ini terdapat beberapa

masalah diantaranya ibu dapat dengan mudah memperoleh pinjaman kredit oleh pemerintah sebanyak

11% dikarenakan fasilitas pinjaman dari pemerintah bersyarat seperti diharuskan memiliki usaha kecil

sebagai agunan pinjaman dan masalah selanjutnya yaitu ibu yang memiliki kesempatan untuk

meningkatkan pendidikan oleh pemerintah sebanyak 11% dikarenakan beberapa ibu beranggapan

bahwa pendidikan nya sudah cukup, lebih focus untuk mengurus rumah tangga, dan lebih

mementingkan pendidikan anaknya,

3. Aspek Kesadaran Kritis

Hingga saat ini belum terbangun kesadaran diri perempuan akan kesetaraan gender, yang

berdampak kepada perempuan tidak berusaha untuk mengubah struktur patriarkhi / sebuah sistem

sosial yang menempatkan laki-lai sebagai pemegang kekuasan utama dan mendominasi di

masyarakatnya.

Membuka wawasan dalam memahami suatu kesenjangan gender di daerah pada berbagai bidang,

dengan menggunakan analisis baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Melalui analisis gender yang

tepat, diharapkan dapat memberikan gambaran secara garis besar atau bahkan secara detil keadaan

secara obyektif dan sesuai dengan kebenaran yang ada serta dapat dimengerti secara universal oleh

berbagai pihak. Analisis gender dapat menemukan akar permasalahan yang melatarbelakangi masalah
91

kesenjangan gender dan sekaligus dapat menemukan solusi yang tepat sasaran sesuai dengan tingkat

permasalahannya (Waston, 2014).

Pengetahuan tentang gender merupakan bentuk kesadaran kritis pada Perempuan di RT 10

Kelurahan Penyengat Rendah. Dengan mengetahui kesetaraan gender perempuan mampu menentukan

pilihannya sendiri, menyampaikan hak-hak reproduksinya dan bebas berpendapat. Dari tabel yang

sudah dijelaskan di bab sebelumnya dapat disimpulkan ada satu masalah yaitu Ibu percaya

menghentikan kehamilan dengan minum air tape, sprit, dll sebanyak 44% dikarenakan sebagian ibu

masih mempercayai bahwa rasa panas yang ada pada makanan tersebut dapat menghentikan

kehamilan walau secara teori tidak ada hubungan dengan pendapat tersebut.

4. Aspek Partisipasi

Menurut Puspitati Suami dan istri berpartisipasi yang sama dalam proses pengambilan keputusan

atas penggunaan sumberdaya keluarga secara demokratis dan bila perlu melibatkan anak-anak baik

laki-laki maupun perempuan Perempuan mendapatkan beban ganda, dimana mereka harus

bertanggung jawab atas semua urusan di dalam rumah tangga, dan masih harus But mencari nafkah

untuk keluarga dan beraktifitas di masyarakat. Namun demikian perempuan tidak mendapatkan tempat

dalam aktifitas yang terkait dengan pengambilan kebijakan baik diruang domestik, yakni dalam

lingkup rumah tangga, maupun di ruang poblik tatau dalam masyarakat. Hal ini berakibat banyak

kebijakan di tingkat bawah sampai atas yang tidak sensitif gender.

Keaktifan perempuan didalam kegiatan di kelurahan atau desa merupakan bentuk dari partisipasi

yang baik, Dalam Hal ini perempaun bisa menyampaikan ide untuk pembangan desa kelurahan.

Dengan mengikuti kegiatan seperti PKK perempuan bisa lebih mudah mendapatkan informasi dalam

membina rumah tangga sehingga dalam pengambilan keputusan dalam keluarga lebih mudah.
91

5. Aspek Kontrol

Menurut jurnal Eriyanti, 2016 Kekuasam/kontrol, yakni kemampuan untuk menentukan kegunaan

dan fungsi atas sesuatu yang meliputi : Sumberdaya, berupa sumberdaya alam (tanah, air, butan),

sumber pengetahuan dan informasi (buku, TV, Radio, Koran), finansial (uang, properti Ideologi,

dimana seorang atau golongan masyarakat seringkali menjadi penentu, dukun, ataupun dipercaya,

yang akhirnya mengatur bahkan seringkali menentukan benar atan salah nilai-nilai dan cara pandang

cara berpikir warganya berarti juga akan memiliki kendali atas sumberdaya alam dan uang. Kekuasan

ibu terhadap mengatur dan menentukan keputusannya sendiri merupakan bentuk dari aspek kontrol,

yang menjukkan ibu tau apa yang terbaik untuk kesehatan nya terutama dalam hal Ber-KB serta ibu

berhak atau mempu mengontrol perekonomian keluarnya sendiri.

Dari tabel yang sudah disebutkan di bab sebelumnya terdapat 2 masalah diantaranya ibu memiliki

kuasa untuk mengatur hak-hak kesehatan reproduksi sebanyak 44% dikarenakan ibu selama ini telah

melakukan hak-hak reproduksinya tetapi ibu tidak menyadari bahwa apa yang dilakukan selama ini

termasuk kedalam hak-hak reproduksi, masalah yang kedua yaitu ibu memiliki kuasa untuk

mengontrol kebijakan pembagunan di desa sebanyak 11% dikarenakan ibu merasa kuasa kontrol

kebijakan tersebut tetap dipegang oleh kepala keluarga walaupun nantinya pelaksanaan kegiatan

pemberdayaan perempuan dilaksanakan oleh kaum ibu.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pendataan yang telah dilakukan pada 10 KK yang dipilih berdasarkan

rekomendasi Ketua RT.10 dan Kader Posyandu Kelurahan Penyengat Rendah terdapat beberapa

prioritas masalah dan penatalaksanaannya yaitu:

a. Kurangnya pengetahuan tentang aspek kesejahteraan

Penatalaksanaan dari permasalahan ini yaitu perwakilan kelompok kami mengadakan

penyuluhan tentang keluarga berencana pada pasangan usia subur secara langsung dan menerima

konsultasi atau tanya jawab melalui WA atau telepon. Sebagai evaluasi dari kegiatan tersebut

dilakukan tanya jawab tentang materi penyuluhan keluarga berencana, dan sebagian dari KK yang

sudah didata mengerti tentang keluarga berencana dan akan memutuskan metode KB yang

digunakan dengan diskusi antara suami istri.

b. Kurangnya penhetahuan tentang aspek partisipasi

c. Kurangnya pengetahuan tentang aspek kesadran kritis prempuan Kelompok memberikan

intervensi berupa edukasi seputar kehamilan dan menyediakan grup WA ibu hamil untuk ruang

tanya jawab atau diskusi seputar kehamilan.

B. Saran

1. Puskesmas Aur Duri

Agar terus meningkatkan pelayanan yang menyeluruh dan merata pada masyarakat

dengan melakukan kunjungan kepada masyarakat atau dengan menggunakan puskesmas keliling

dan pada masa pandemic covis-19 ini dapat menyediakan layanan konsultasi on line untuk

memonitor kesehatan masyarakat secara umum dan ibu secara khusus.

105
2. Lurah Kelurahan Penyengat Rendah

Agar dapat mengarahkan dan memfasilitasi warganya untuk menjalankan perilaku hidup

bersih dan sehat terutama dalam masa pandemic covid-19 ini.

3. Kader Posyandu

Kader posyandu (promotor) agar dapat meningkatkan pengetahuan atau ilmu yang telah

didapatkan sehingga mampu menjadi contoh dimasyarakat dalam rangka pembangunan

kesehatan.

4. Masyarakat Kelurahan Penyengat Rendah

Masyarakat agar ikut berpartisipasi dalam mengembangkan kesehatan lingkungannya dan

lebih meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya kesehatan.

106
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Pudji Tri Marhaeni. 2011. Kontruksi Gender dalam Realitas Sosial. Semarang: Unnes Press

Budihardjo Ir, Eko, Prof. M.S.C, Kota dan Lingkungan, United Nation, University Pers

Handayani, Tri Sakti dan Sugiarti. 2002. Konsep dan teknik penelitian gender. Malang: LP3ES

Khairuddin 2002. Sosiologi Keluarga. Yogyakarta: Liberty

Maya, Fitri. 2007. Asuhan Kebidanan Patologi. Jakarta: Pustaka Nusa Medika.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka

Cipta. Retna, Eny Ambarwati. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta: ECG.

Suharto, Edi. 2014. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Bandung: Rafika Aditama

Syaugi Al-Fanjari Dr, Ahmad. Nilai Kesehatan dalam Syariat Islam. Bumi Aksara; Desember 1996.

Yayasan Pendidikan Kesehatan Perempuan. 2013. Perspektif Gender dan HAM dalam

Asuhan Kebidanan Komunitas Jakarta: YPKP.

107

You might also like