Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 11

Nama Mahasiswa : briantika aura jolie

NIM : 20220303019………..
Ruangan : Syaraf A Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo.
Pengkajian diambil tanggal : 4 Juni 2002. Jam 08.00 BBWI
Tanggal Masuk Rumah Sakit : 4 Juni 2002
No. Regester : 10169216
Diagnosa Medis : Meningoencephalitis.

1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn “R”
Umur : 43 Tahun.
Jenis Kelamin : Laki-laki.
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Status Marietal : Kawin
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Swasta
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Alamat : Tanjungsari Rt 31 Sidoarjo.
Cara Masuk : Lewat Instalasi Rawat Darurat RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Keluhan Utama : Demam dan Sakit kepala.

1. 2. RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)

1) Riwayat Sebelum Sakit


Satu bulan yang lalu klien pernah MRS selama 10 hari dengan gejala typhoid. Selain itu klien juga menderita batuk yang lama tetapi tidak berobat. Lima hari sebelum MRS (30 Mei 2002) Klien mengeluh demam dan sakit
kepala kemudian dibawa ke dokter praktek dan diberikan obat tetapi tidak sembuh-sembuh kemudian tanggal 3 juni 2002 klien dibawa ke RS Anwar Medika Taman Sidoarjo dan dirawat tetapi pada sore harinya jam 16.00
klien mulai menurun kesadarannya dan tidak bisa bicara sehingga sulit untuk berkomunikasi. Karena terbentur masalah biaya sehingga keluarga klien meminta untuk dipindahkan ke RSUD dr Soetomo dan pada malam
harinya klien dibawa ke RSUD dr Soetomo

2) Riwayat Penyakit Sekarang


Hari Senin tanggal 3 juni 2002 jam 22.00 klien mulai dirawat di Ruang Saraf A RSUD dr Soetomo dengan kesadaran yang menurun.

3) Riwayat Kesehatan Keluarga


Riwayat kesehatan keluarga yang lain tidak ada yang menderita penyakit seperti yang diderita klien saat ini.

4) Keadaan Kesehatan Lingkungan


Keluarga klien mengatakan bahwa Lingkungan rumah tempat tinggal cukup bersih.

1. 3. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK


1) Keadaan Umum : lemah

2) Tanda-tanda vital
Suhu : 36,8 0C
Nadi : 80 X/menit. Kuat dan teratur
Tekanan darah : 90/60 mmHg.
Respirasi : 20 x/menit

3) Body Systems
(1) Pernafasan (B 1 : Breathing)
Pernafasan melalui hidung. Frekuensi 20 x/menit. Trachea tidak ada kelainan. Terdapat retraksi dada, napas dangkal. Suara tambahan terdengar bunyi ronchi. Bentuk dada simestris.
Hasil foto Thorax PA tanggal 3 Juni 2002 :
Cor : besar dan bentuk normal.
Pulmo : Tampak infiltrat granuler tersebar di kedua lapanganparu. Kedua sinus phrenicocostalis tajam.
Kesimpulan : TB Milier.

(2) Cardiovascular (B 2 : Bleeding)


Nadi 80 X/menit kuat dan teratur, tekanan darah 90/60 mmHg, Suhu 36,8 0C. Palpitasi tidak ada, clubbing fingger tidak ada. Suara jantung normal. Edema : tidak ada.

(3) Persyarafan (B 3 : Brain)


Tingkat kesadaran : Delirium.
GCS : Membuka mata : Spontan (4)
Verbal : Menyuarakan bunyi yang tidak bermakna (2)
Motorik : Melokalisasi nyeri (5)
Kepala dan wajah : tak da kelainan.
Mata : sklera putih, Conjungtiva :merah muda, pupil : isokor.
Leher : tak ada kelaianan.
Reflek batuk ada, tapi tidak keras.

(4) Perkemihan-Eliminasi Uri (B.4 : Bladder)


Terpasang Polly Catheter sejak MRS. Jumlah urine 1200 cc/24 jam.
Warna urine kuning muda. Bau : Khas.

(5) Pencernaan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)


Terpasang NGT sejak MRS. Mulut dan tenggorokan normal, Abdomen normal, Peristaltik normal, tidak kembung, obstipasi (+), klien sudah beberapa hari belum buang air besar.
Diet sonde TKTP.

(6) Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)


Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai terbatas
Parese (+), Paralise (+), Hemiparese (+)
Ekstrimitas :
Atas :
Kanan : Tidak ada kelainan
Kiri : Tidak ada kelainan
Bawah :
Kanan : Tidak ada kelainan
Kiri : Terdapat kelainan akibat dislokasi pada panggul akibat Kecelakaan Lalulintas sebelumnya.
Tulang Belakang : Tidak ada kelainan.
Warna kulit : Kuning kecoklatan.
Akral : Dingin basah.
Turgor : Lambat.
Tidak terdapat kontraktur maupun dikubitus.

DIAGNOSTIC TEST/PEMERIKSAAN PENUNJANG


Hasil pemeriksaan Laboratorium.
Darah lengkap tanggal : 3 Juni 2002.
- Hb : 15,0 mg/dl (L 13,5 – 18,0 – P 11,5 – 16,0 mg/dl).
- Leukosit : 24.000 (4000 – 11.000)
- Trombosit : 777.000/cmm (150.000 – 450.000/cmm).
- Hematokrit/PCV : 0,44 % (L : 40 – 54 % P : 37 – 47 %)
- LED : (L 0 – 15/jam P 0 – 20/jam

Gula darah
- Glukosa ad random : 169 mg/dl (< 140 mg/dl)

Faal Hati
- SGOT : 55 U/L (L < 37 P < 31 U/L)

Faal Ginjal
- Serum Creatinin : 1,52 mg/dl (L : 0,9 – 1,5 P : 0,7 – 1,3)

Elektrolit
- Natrium : 154 mmol/l (135 – 145 mmol/l)
- Kalium : 4,08 mmol/l (3,5 – 5,5 mmol/l)
- Clorida : 114 ( 97 – 113 ).

Hasil pemeriksaan Liquor Cerebrospinalis tanggal 5 Juni 2002.


Jumlah Sel : 352/3 M : 112/3 P : 240/3.
Nonna : Positif (+3).
Pandy : Positif (+4).
Jumlah protein : 300.
Glukose : 26,3.
Eritrosit : 2560/3
Bentuk : Normal.

TERAPI :

1. Infus NaCl 0,9 % 2000 cc / 24 jam.


2. Streptomisin 1 x 1 gram, intramuskuler.
3. Ceftriaxone 2 x 1 gram, iv.
4. Dexamethasone 2 x 1 amp,iv.
5. Cimetidin 3 x 1 amp,iv.
6. Novalgin 3 x 1 amp,iv.
7. Neurobion 1 x 1 amp, IM.
8. Paracetamol 3 x 500 mg.
9. OAT :

- Rifampisin : 1 x 450 mg.


- INH : 1 x 300 mg.
- Pyrazinamide : 1 x 1000 mg.
tanda tangan mahasiswa

(…………………..)

ANALISA DAN SINTESA DATA

NO DATA KEMUNGKINAN ETIOLOGI MASALAH


1. S: Sekresi tracheobronchial. Bersihan jalan nafas tidak
O: efektif
Terdapat retraksi dada, napas
dangkal, Suara tambahan
terdengar bunyi ronchi,
Kesimpulan hasil foto Thorax
PA tanggal 3 Juni 2002 :TB
Milier.
2. S: Kesukaran mengunyah dan Gangguan pemenuhan nutrisi
O: menelan. kurang dari kebutuhan tubuh
Turgor kulit jelek
Membran Mukosa kering
Terpasang NGT sejak MRS,
Diet sonde TKTP, klien sudah
beberapa hari belum buang air
besar.obstipasi (+),
3. S: Kurangnya pengetahuan tentang Resiko tinggi terhadap
Keluarga Klien mengatakan resiko potogen. penyebaran infeksi
kurang mengetahui tentang
proses penularan penyakit serta
sifat penyakit.
O:
Kesimpulan hasil foto Thorax
PA tanggal 3 Juni 2002 :TB
Milier. Hasil pemeriksaan
laboratorium Leukosit : 24.000
4. S: kelumpuhan anggota gerak. Kerusakan mobilitas fisik
O:
Keadaan Umum : lemah.
Kesadaran yang menurun,
Tingkat kesadaran : Delirium.
Kemampuan pergerakan sendi
lengan dan tungkai terbatas.
Parese (+), Paralise (+),
Hemiparese (+)
5. S: Ancaman terhadap status Cemas
O: kesehatan.
6. S: Kurangnya informasi tentang Kurangnya pengetahuan
Keluarga Klien mengatakan proses penyakit dan mengenai kondisi, aturan
kurang mengetahui tentang penatalaksanaan perawatan. pengobatan.
proses penyakit, sifat penyakit,
pemeriksaan diagnostik, tujuan
tindakan perawatan maupun
pengobatan yang diprogramkan.
serta kurangnya pengetahuan
tentang diet dan Lamanya
perawatan, banyaknya biaya
perawatan dan pengobatan.
O:

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi tracheobronchial.


2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesukaran mengunyah dan menelan.
3. Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang resiko potogen.
4. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelumpuhan anggota gerak.
5. Cemas berhubungan dengan Ancaman terhadap status kesehatan.
6. Kurangnya pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan perawatan.

RENCANA TINDAKAN

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN RENCANA TINDAKAN RASIONAL


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan Tujuan : 1. Observasi kecepatan, kedalaman dan suara napas 1. kecepatan pernapasan menunjukkan adanya upaya
dengan Sekresi tracheobronchial. Tidak terjadi gangguan pada bersihan klien. tubuh untuk memenuhi kebutuhan O2
jalan napas klien dalam waktu 7 x 24 2. reflek batuk yang menurun menyebabkan
jam 1. Lakukan suction dengan ekstra hati-hati bila hambatan pengeluaran sekret
Kriteria hasil : terdengar stridor. 3. ventilasi lebih mudah bila posisi kepala dalam
RR teratur, tidak ada stridor, ronchi, 2. Pertahankan posisi ½ duduk , tidak menekan ke posisi netral, penekanan ke satu titik menyebabkan
whezing, RR: 16 – 20 x / mnt, reflek salah satu sisi. peningkatan TIK.
batuk klien ada. 4. claping dan vibrating merangsang cilia bronkus
1. Lakukan chest fisioterapi. untuk mengeluarkan sekret

1. Jelaskan pada keluarga tentang perubahan posisi


tiap 2 jam sekali.

2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat 1. Observasi texture, turgor kulit. 1. mengetahui status nutrisi klien.
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake terpenuhi dalam waktu 7×24 jam. 2. Observasi intake out put. 2. mengetahui keseimbangan nutrisi klien.
makanan yang kurang. Kriteria hasil : 3. Observasi posisi dan kebersihan sonde. 3. untuk menghindari resiko infeksi / iritasi.
4. Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan. 4. Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan
1. Turgor baik, intake dapat masuk nutrisi klien sehingga dapat diberikan tindakan dan
sesuai kebutuhan, terdapat 1. Anjurkan kaluarga klien untuk mematuhi diet pengaturan diet yang adekuat.
kemampuan menelan, sonde yang telah diprogramkan. 5. Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah
dilepas, BB meningkat 1kg. komplikasi terjadinya hipoglikemia/hiperglikemia.
2. Berat badan dan tinggi badan 1. Timbang berat badan setiap seminggu sekali. 6. Mengetahui perkembangan berat badan pasien
ideal. (berat badan merupakan salah satu indikasi untuk
3. Keluarga Klien mematuhi menentukan diet).
dietnya. 1. Identifikasi perubahan pola makan. 7. Mengetahui apakah keluarga klien telah
4. Kadar gula darah dalam batas melaksanakan program diet yang ditetapkan.
normal. 1. Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk 8. Pemberian diet sonde TKTP yang sesuai dapat
5. Tidak ada tanda-tanda pemberian diet sonde TKTP. mempercepat pemulihan terhadap kekurangan
hiperglikemia/hipoglikemia. kalori dan protein dan membantu memenuhi
kebutuhan nutrisi klien karena klien terjadi
penurunan reflek menelan.

3. Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi Tujuan : klien mengalami penurunan 1. Identifikasi orang lain yang berisiko. Contah 1. Dapat membantu menurunkan rasa terisolasi klien
berhubungan dengan Kurangnya pengetahuan potensi untuk menularkan penyakit anggota rumah, sahabat. dengan membuang stigma sosial sehubungan
tentang resiko potogen. seperti yang ditunjukkan oleh kegagalan dengan penyakit menular.
kontak klien untuk mengubah tes kulit 1. Anjurkan klien untuk batuk / bersin dan 2. Pengetahuan tentang faktor ini membantu klien
positif. mengeluarkan pada tisu dan hindari meludah serta untuk mengubah pola hidup dan menghindari
Kriteria hasil : Klien mengalami tehnik mencuci tangan yang tepat. insiden eksaserbasi.
penurunan resiko menularkan penyakit 2. Kaji tindakan. Kontrol infeksi sementara, contoh 3. Periode singkat berakhir 2 sampai 3 hari setelah
yang ditunjukkan oleh kegagalan kontak masker atau isolasi pernafasan. kemoterapi awal, tetapi pada adanya rongga atau
klien. penyakit luas, sedang resiko penyebaran infeksi
1. Identifikasi faktor resiko individu terhadap dapat berlanjut sampai 3 bulan.
pengatifan berulang tuberkulasis. 4. Membantu mengidentifikasi lembaga yang dapat
dihubungi untuk menurunkan penyebaran infeksi.
1. Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi
obat.

1. Kolaborasi dan melaporkan ke tim dokter.


2. Orang yang terpajan ini perlu program terapi obat
intuk mencegah penyebaran infeksi.
3. Perilaku yang diperlukan untuk mencegah
penyebaran infeksi.
4. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan Tujuan : kerusakan mobilitas fisik dapat 1. Koreksi tingkat kemampuan mobilisasi dengan 1. mengurangi atropi otot, meningkatkan sirkulasi,
kelumpuhan anggota gerak membaik selama dalam perawatan skala 0 – 4. mencegah kontraktur
Kriteria hasil : Klien mampu 2. merangsang perfusi pada sisi yang lumpuh.
menggerakkan extremitas bagian atas 1. Pertahan posisi klien dalam letak anatomis
dan bawah baik sebelah kanan maupun dengan memberi ganjal bantal sewaktu posisi 1. merangsang vasodilatasi untuk memperlancar
sebelah kiri secara minimal, tidak terjadi miring. peredaran darah
kontraktur sendi, klien mampu 2. Jelaskan pada keluarga klien tentang mobilisasi
mempertahankan posisi seoptimal pasif.
mungkin 3. Lakukan mobilisasi pasif pada kedua extremitas.
4. Rubah posisi dengan mengangkat sisi yang tidak
berfungsi.
5. Lakukan masage, kompres hangat, perawatan
kulit.
6. Memantau tingkat ketergantungan klien serta
mengobservasi fungsi sensorik – motorik.
7. Mencegah terjadinya kontraktur.
8. .

5. Cemas berhubungan dengan kurangnya Tujuan : rasa cemas berkurang/hilang. 1. Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien. 2 Dapat meringankan beban pikiran pasien.
pengetahuan tentang penyakitnya. Kriteria Hasil : 3 Agar terbina rasa saling percaya antar perawat-
1. Pasien dapat mengidentifikasikan 1. Beri kesempatan pada pasien untuk pasien sehingga pasien kooperatif dalam tindakan
sebab kecemasan. mengungkapkan rasa cemasnya. keperawatan.
2. Emosi stabil., pasien tenang. 2. Gunakan komunikasi 4 Informasi yang akurat tentang penyakitnya dan
3. Istirahat cukup. keikutsertaan pasien dalam melakukan tindakan dapat
terapeutik. mengurangi beban pikiran pasien.
5 Sikap positif dari timkesehatan akan membantu
menurunkan kecemasan yang dirasakan pasien.
1. Beri informasi yang akurat tentang proses 6 Pasien akan merasa lebih tenang bila ada anggota
penyakit dan anjurkan pasien untuk ikut serta keluarga yang menunggu.
dalam tindakan keperawatan. 7 Lingkung yang tenang dan nyaman dapat membantu
mengurangi rasa cemas pasien.
1. Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat,
dokter, dan tim kesehatan lain selalu berusaha
memberikan pertolongan yang terbaik dan
seoptimal mungkin.
2. Berikan kesempatan pada keluarga untuk
mendampingi pasien secara bergantian.
3. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.
1. Untuk menentukan tingkat kecemasan
yang dialami pasien sehingga perawat
bisa memberikan intervensi yang cepat
dan tepat.

6. Kurangnya pengetahuan tentang proses Tujuan : 1. Kaji patologi masalah individu. 1. Mempertahankan kesehatan umum meningkatkan
penyakit, diet, perawatan, dan pengobatan Keluarga Klien tahu mengenai kondisi penyembuhan dan dapat mencegah kekambuhan.
berhubungan dengan kurangnya informasi. dan aturan pengobatan. 1. Identifikasi kemungkinan kambuh atau 2. Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik
Keluarga klien memperoleh informasi komplikasi jangka panjang. dan ditingkatkan pada tahapan individu.
yang jelas dan benar tentang 3. Dapat menunjukkan kemajuan atau pengaktifan
penyakitnya. 1. Kaji ulang tanda atau gejala yang memerlukan ulang penyakit atau efek obat yang memerlukan
Kriteria Hasil : evaluasi medik cepat (contoh, nyeri dada tiba- evaluasi lanjut.
tiba, dispena, distress pernafasan). 4. Meningkatkan kerjasama dalam program
1. Keluarga Klien menyatakan 2. Kaji ulang praktik kesehatan yang baik (contoh, pengobatan dan mencegah penghentian obat sesuai
pemahaman penyebab masalah.
2. Keluarga Klien mampu nutrisi baik, istirahat, latihan). perbaikan kondisi klien.
mengidentifikasi tanda dan
gejala yang memerlukan 1. Kaji kemampuan keluarga klien untuk belajar 1. Mencegah dan menurunkan ketidaknyamanan
evaluasi medik. mengetahui masalah, kelemahan, lingkungan, sehubungan dengan terapi dan meningkatkan
3. Keluarga Klien mengikuti media yang terbaik bagi klien. kerjasama dalam program.
program pengobatan dan 2. Identifikasi gejala yang harus dilaporkan 2. Memberikan kesempatan untuk memperbaiki
menunjukkan perubahan pola keperawatan, contoh demam, sakit kepala atau kesalahan konsepsi / peningkatan ansietas.
hidup yang perlu untuk kesulitan bernafas. 3. Informasi tertulis menurunkan hambatan klien
mencegah terulangnya masalah. 3. Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja untuk mengingat sejumlah besar informasi.
4. Keluarga Klien memperlihatkan yang diharapkan dan alasan pengobatan lama, kaji Pengulangan penguatkan belajar.
peningkatan tingkah resiko interaksi dengan obat lain. 4. Untuk memberikan informasi pada
pengetahuan mengenai 4. Kaji resiko efek samping pengobatan dan pasien/keluarga, perawat perlu mengetahui sejauh
perawatan diri. pemecahan masalah. mana informasi atau pengetahuan yang diketahui
5. Keluarga Klien mengetahui pasien/keluarga.
tentang proses penyakit, diet, 5. Agar perawat dapat memberikan penjelasan dengan
perawatan dan pengobatannya menggunakan kata-kata dan kalimat yang dapat
dan dapat menjelaskan kembali dimengerti keluarga klien sesuai tingkat pendidikan
bila ditanya. 1. Dorong klien atau orang terdekat untuk
menyatakan takut akan masalah, jawab keluarga klien .
6. Keluarga Klien dapat 6. Agar informasi dapat diterima dengan mudah dan
melakukan perawatan diri pertanyaan secara nyata.
2. Berikan instruksi dan imformasi tertulis khusus tepat sehingga tidak menimbulkan
sendiri berdasarkan kesalahpahaman.
pengetahuan yang diperoleh. pada keluarga klien untuk rujukan contoh jadwal
obat.
3. Kaji tingkat pengetahuan keluarga klien tentang 1. Dengan penjelasan yang ada dan ikut secra
penyakit Tuberkulosa. langsung dalam tindakan yang dilakukan, keluarga
klien akan lebih kooperatif dan cemasnya
1. Kaji latar belakang pendidikan keluargaklien . berkurang.

1. Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan


dan pengobatan pada keluarga klien dengan
bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.
2. Jelasakan prosedur yang akan dilakukan,
manfaatnya bagi klien dan libatkan keluarga klien
didalamnya.
3. Informasi menurunkan takut karena
ketidaktahuan. Memberikan pengetahuan dasar
untuk pemahaman kondisi dinamik dan
pentingnya intervensi terapeutik.
4. Penyakit paru yang ada seperti Tuberkulosa,
penyakit paru infeksi dan keganasan dapat
meningkatkan insiden kambuh.
5. Berulangnya demam dan sakit kepala
memerlukan intervensi medik untuk mencegah,
menurunkan resiko komplikasi.

TINDAKAN KEPERAWATAN DAN EVALUASI (SOAP)

DIAGNOSA KEPERAWATAN TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI (SOAP)


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif 1. Melakukan suction dengan ekstra hati-hati bila terdengar stridor. S:
berhubungan dengan Sekresi 2. Mempertahankan posisi ½ duduk , tidak menekan ke salah satu sisi. O : RR teratur, stridor (+), ronchi (+), whezing (-), RR:
tracheobronchial. 16 – 20 x / mnt, reflek batuk klien ada (-).
2. Mengobservasi kecepatan, kedalaman dan 1. Melakukan chest fisioterapi. A : Tujuan tercapai sebagian
P : Intervensi terus dilakukan
suara napas klien.
1. Menjelaskan pada keluarga tentang perubahan posisi tiap 2 jam
sekali.

1. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari S:


kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
makanan yang kurang. O:
2. Mengobservasi texture, turgor kulit.
3. Mengobservasi intake out put 1. Turgor membaik, intake dapat masuk sesuai
4. Mengobservasi posisi dan keberhasilan sonde kebutuhan, belum terdapat kemampuan
5. Mengkaji status nutrisi dan kebiasaan makan. menelan, sonde masih terpasang.
6. Menganjurkan keluarga klien untuk 2. Berat badan dan tinggi badan belum dapat
mematuhi diet yang telah diprogramkan. ditimbang dan diukur.
7. Menimbang berat badan setiap seminggu 3. Keluarga Klien mematuhi dietnya.
sekali. 4. Kadar gula darah dalam batas normal.
8. Mengidentifikasi perubahan pola makan. 5. Tidak ada tanda-tanda hiperglikemia/
9. Bekerjasama dengan tim kesehatan lain untuk hipoglikemia.
pemberian diet sonde TKTP.
A : Tujuan tercapai sebagian
P : Intervensi terus dilakukan.
1. Resiko terhadap transmisi infeksi yang S:
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan O : Klien mengalami penurunan resiko menularkan
tentang resiko potogen. penyakit yang ditunjukkan oleh kegagalan kontak
1. Mengidentifikasi orang lain yang klien.
berisiko. Contah anggota rumah, A : Tujuan tercapai
sahabat. P : Intervensi dihentikan
2. Menganjurkan klien untuk batuk /
bersin dan mengeluarkan pada tisu
dan hindari meludah serta tehnik
mencuci tangan yang tepat.
3. Mengkaji tindakan. Kontrol infeksi
sementara, contoh masker atau
isolasi pernafasan.
4. Mengidentifikasi faktor resiko
individu terhadap pengatifan
berulang tuberkulasis.
5. Menekankan pentingnya tidak
menghentikan terapi obat.
6. Mengkolaborasikan dan melaporkan
ke tim dokter.

1. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan S:


dengan kelumpuhan anggota gerak O:
2. Mengkoreksi tingkat kemampuan mobilisasi
dengan skala 0 – 4. 1. Klien belum mampu menggerakkan extremitas
3. Mempertahankan posisi klien dalam letak bagian atas dan bawah baik sebelah kanan
anatomis dengan memberi ganjal bantal maupun sebelah kiri secara minimal.
sewaktu posisi miring. 2. Tidak terjadi kontraktur sendi.
4. Menjelaskan pada klien tentang mobilisasi 3. Klien belum mampu mempertahankan posisi
pasif. seoptimal mungkin
5. Melakukan mobilisasi pasif pada kedua
extremitas. A : Tujuan tercapai sebagian
6. Merubah posisi dengan mengangkat sisi yang P : Intervensi terus dilakukan.
tidak berfungsi.
7. Melakukan masage, kompres hangat,
perawatan kulit.

1. Cemas berhubungan dengan kurangnya S:


pengetahuan tentang penyakitnya. O:
2. Mengkaji tingkat kecemasan yang dialami
oleh pasien. 1. keluarga klien dapat mengidentifikasikan
3. Memberi kesempatan pada keluarga klien sebab kecemasan.
untuk mengungkapkan rasa cemasnya. 2. Emosi keluarga klien stabil., keluarga klien
4. Menggunakan komunikasi terapeutik. tenang.
5. Memberikan informasi yang akurat tentang 3. Istirahat cukup.
proses penyakit dan anjurkan keluarga klien
untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan. A : Tujuan Berhasil
6. Memberikan keyakinan pada keluarga klien P : Intervensi dihentikan.
bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan
lain selalu berusaha memberikan pertolongan
yang terbaik dan seoptimal mungkin.
7. Memberikan kesempatan pada keluarga untuk
mendampingi klien secara bergantian.
8. Menciptakan lingkungan yang tenang dan
nyaman

1. Kurangnya pengetahuan tentang proses


penyakit, diet, perawatan, dan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
2. Mengkaji patologi masalah individu.
3. Mengidentifikasi kemungkinan kambuh atau
komplikasi jangka panjang.
4. Mengkaji ulang tanda atau gejala yang
memerlukan evaluasi medik cepat (contoh,
nyeri dada tiba-tiba, dispena, distress
pernafasan).
5. Mengkaji ulang praktik kesehatan yang baik
(contoh, nutrisi baik, istirahat, latihan).
6. Mengkaji kemampuan keluarga klien untuk
belajar mengetahui masalah, kelemahan,
lingkungan, media yang terbaik bagi klien.
7. Mengidentifikasi i gejala yang harus
dilaporkan keperawatan, contoh demam, sakit
kepala atau kesulitan bernafas.
8. Menjelaskan dosis obat, frekuensi pemberian,
kerja yang diharapkan dan alasan pengobatan
lama, kaji resiko interaksi dengan obat lain.
9. Mengkaji resiko efek samping pengobatan
dan pemecahan masalah.
10. Mendorong klien atau orang terdekat untuk
menyatakan takut akan masalah, jawab
pertanyaan secara nyata.
11. Memberikan instruksi dan imformasi tertulis
khusus pada keluarga klien untuk rujukan
contoh jadwal obat.
12. Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga klien
tentang penyakit Tuberkulosa.
13. Mengkaji latar belakang pendidikan keluarga
klien.
14. Menjelaskan tentang proses penyakit, diet,
perawatan dan pengobatan pada keluarga
klien dengan bahasa dan kata-kata yang
mudah dimengerti.
15. Menjelasakan prosedur yang akan dilakukan,
manfaatnya bagi pasien dan libatkan keluarga
klien didalamnya.

You might also like