292007565

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Jurnal REKAYASA dan MANAJEMEN TRANSPORTASI

JURNAL
Rekayasa dan Manajemen Transportasi
Journal of Transportation Management and Engineering

PENGARUH KETAHANAN BETON ASPAL (AC-BC) YANG MENGGUNAKAN ASBUTON BUTIR


TIPE 5/20 TERHADAP AIR LAUT DITINJAU DARI KARAKTERISTIK
MEKANIS DAN DURABILITASNYA
Susanti Djalante*

*) Staf Pengajar pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Halu Uleo, Kendari

Abstract
Provinci South East Sulawesi has the seasore areas bigger than the land areas. In Kendari City, some
of the major flexible pavement roads which develoved all along the beach were often flooded by
sea water. To protect the destruction of flexible pavement from sea water, using much asphalt is
essential in mixture. One of the alternative materials to decrease of using asphalt are to use Asbuton
Butir (BRA) which is the deposit about 677 ton millions in Provinci of South East Sulawesi particulary in
Button. Regarding to these phenomena, it is important to provide a study the effects of Asbuton Butir
(BRA) about the sea water resistance in mechanical characteristic of Asphalt Concrete.
The method of the research was using Asbuton Butir that had variation 0%, 50 % and 100% in mixture
AC-WC. The first method found the Optimum Asphalt Content (OAC) for each various asbuton butir.
The second method aimed to determine the value of Marshall in Optimum Asphalt Content (OAC)
which got to discover density, VITM, VFWA, VMA , stability, flow, MQ, IRS standard, IRS modification
and Durability Indeks at the immersion time 24 hours, 72 hours and 120 hours.
In conclusion, the more many asbuton butir was in AC-BC mixture, the higher value of stability and
durability was in AC-BC mixture at the immersion 24 hours, 72 hours and 120 hour in sea water.
Keyword: Aspahlt Concrete–BC, Asbuton Butir (BRA), Sea Water, Time Immertion, Marshall and
Durability

1. PENDAHULUAN
Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki wilayah Penggunaan aspal dalam campuran dapat
perairan yang cukup luas sebesar 110.000 mengurangi instrusi air masuk ke dalam lapis
km² dibandingkan dengan luas daratan perkerasan. Sebagai salah satu bahan
sebesar 38.140 km². Wilayah kota Kendari alternative untuk mengurangi penggunaan
yang berkembang sepanjang teluk kendari, aspal dengan memanfaatkan produk
menyebabkan beberapa akses jalan dalam negeri yaitu, penggunaan aspal
penting sering tergenang oleh air laut alam yang terdapat di pulau Buton Sulawesi
khusunya pada saat musim penghujan. Tenggara biasa di sebut asbuton butir (BRA)
Air merupakan salah satu (aspal batu buton) dengan kandungan
penyebab kerusakan pada perkerasan. deposit sekitar 677 juta ton yang merupakan
Derajat Keasaman yang tinggi pada air laut daerah deposit aspal alam terbesar didunia.
dibanding air hujan, dapat mempengaruhi Perumusan masalah pada
ikatan antara aspal dan agregat yang penelitian ini adalah Bagaimana pengaruh
mempercepat terjadinya oksidasi sehingga penggunaan asbuton butir terhadap
menyebabkan terjadinya kerusakan dini ketahanan air laut bila ditinjau dari
pada lapisan permukaan jalan. Kondisi ini karakteristik mekanis dan tingkat
dapat diperparah, apabila jalan keawetannya/durabilitas pada beton aspal.
terendalam dalam waktu lebih dari 24 jam Penelitian ini bertujuan untuk
(standar kekuatan sisa marshall), dan mengkaji stabilitas dan durabilitas dari
terbebani oleh beban kendaraan yang penggunaan asbuton butir akibat lama
melebihi batas yang telah ditentukan. perendalam dalam air laut.
Jurnal Rekayasa dan Manajemen Transportasi
Volume I No. 1, Januari 2011
Hal. 57 - 68

2. STUDI PUSTAKA a. Aspal polymer elastomer SBS (Styrene


2.1 Beton Aspal Butadine Styrene), SBR (Styrene Butadine
Departemen pekerjaan umum Rubber),SIS (Styrene Isoprene Styrene)
(2007) menyatakan bahwa yang dimaksud dan karet adalah jenis-jenis polymer
elastomer yang biasanya digunakan
dengan campuran beraspal panas adalah
campuran yang terdiri atas kombinasi sebagai bahan pencampur aspal keras.
agregat yang dicampur dengan aspal b. Aspal polymer plastomer.
Seperti halnya dengan aspal polymer
dalam keadaan panas.
elastomer, penambahan bahan polymer
Asphalt Conctere –Base Course (AC-BC) plastomer pada aspal keras juga
Beton aspal untuk lapisan pondasi dimaksudkan untuk meningkatkan sifat
(Base Course ), adalah lapisan pengikat, rheologi baik pada aspal keras dan sifat
yang terletak dibawah lapisan aus. Lapisan fisik campuran beraspal.
ini tidak berhubungan langsung dengan c. Aspal modifikasi dengan asbuton
cuaca, tetapi memiliki stabilitas untuk Tujuan utama dari modifikasi aspal
memikul roda kendaraan. Karakteristik beton dengan Asbuton adalah untuk
aspal yang terpenting dalam campuran ini mendapatkan sifat-sifat aspal yang lebih
adalah stabilitas, tebal nominal minimum tinggi dibandingkan aspal keras
laston 5 cm (Sukirman, 2007). biasa.Aspal keras yang dimodifikasi
Asbuton umumnya berasal dari klasifikasi
aspal penetrasi 60/70.
2.2 Aspal modifikasi
Aspal modifikasi dibuat dengan
2.3 Asbuton
mencampurkan aspal keras dengan suatu
bahan tambah (additive). Epps (1986) dan Asbuton atau aspal beton
Woodside et al, (1989) dalam Suparma merupakan aspal alam yang terdapat di
(2007) memperkenalkan beberapa kreteria pulau Buton Sulawesi. Diperkirakan
untuk addictive (modifier) yang dimasukkan cadangan aspal alam di Pulau Buton sekitar
dalam aspal. Bahan modifier yang ideal 300 juta ton (Dep.Kimpraswil,1999).
seharusnya dapat merubah aspal menjadi : Beberapa hasil kajian dari beberapa
a. Menghasilkan stabilitas yang lebih tinggi kalangan, diperkirakan deposit as buton
pada temperature perkerasan yang sebesar sebesar 677 Ton yang tersebar di
tinggi untuk untuk menurunkan rutting beberapa wilayah di pulau Buton seperti
dan shoving. Waesiu 0,1 juta ton, Kabungka 60 juta ton,
b. Meningkatkan workability pada Winto 3,2 juta ton, Winil 0,6 juta ton, Lawele
processing temperature untuk 210 juta ton, Siantopina 181 juta ton, Olala
mempercepat spraying, mixing dan 47 juta ton dan Enreko 174 juta ton dengan
compation. kadar aspal 13 % sampai dengan 30%.
c. Meningkatkan ageing characteristics to Jenis asbuton butir yang dapat
improve durability. digunakan adalah salah satu dari asbuton
butir yang memenuhi ketentuan
Jenis-Jenis aspal modifikasi tersebut sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 1.
adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Ketentuan Asbuton Butir


SIFAT-SIFAT METODE TIPE TIPE TIPE TIPE
SATUAN
ASBUTON PENGUJIAN 5/20 15/20 15/25 20/25
Kadar bitumen
SNI 03-3640-4 % 18-22 18 – 22 23 - 27 23 - 27
Asbuton

58
Pengaruh Ketahanan Beton Aspal (AC-BC) yang Menggunakan Asbuton Butir Tipe 5/20
Terhadap Air laut Ditinjau dari Karakteristik Mekanis dan Durabilitasnya
Susanti Djalante

Tabel 1. (lanjutan)
SIFAT-SIFAT METODE TIPE TIPE TIPE TIPE
SATUAN
ASBUTON PENGUJIAN 5/20 15/20 15/25 20/25
Ukuran butir
SNI 03-1968-90
asbuton butir
Lolos saringan
SNI 03-1968-90 % 100
No.4 (4,75 mm)
Lolos saringan
SNI 03-1968-90 % 100 100 100 Min 95
No.8 (2,36 mm)
Lolos saringan No % Min 95 Min 95 Min 95 Min 75
SNI 03-1968 -90
16 (1,18 mm)
Kadar Air SNI 06-2490-91 % Maks 2 Maks 2 Maks 2 Maks. 2
Penetrasi bitumen
pada 25
SNI 03-2456-91 0,1 mm < 10 10 - 18 10 - 18 19 - 22
C,100g,5detik,0,1
mm

Tabel 2. Jenis Asbuton butir yang telah diproduksi


JENIS ASBUTON/MERK PRODUKSI
URAIAN SATUAN
Konv Halus Mikro BRA BGA Retona
Kadar Aspal 13-20 20 25 20 25 55 %
Kadar Air >6 6 2 <2 <2 <2 %
Ukuran butir
12,5 4,75 2,36 1,18 1,18 1 Mm
maks
Kemasan curah ktg krg krg krg krg -
Sumber: Asbuton sebagai Bahan Perkerasan Jalan (2008)

Tabel 3. Spesifikasi Buton Rock Asphalt


NO. TEST UNIT TEST METHODS RESULT SPESIFICATION
Penetration 25
1 ASTM D 5 2 Max.10
C,100 g
2 Softening point C ASTM D 2398 95,8 70 – 98
3 Specific Gravity - ASTM D 70 1.085 Min.1
4 Flash Point, COC % ASTM D 1754 0, 296 Max. 0,7
Penetration at 25
5 % ASTM D 5 50 -
C,100 g,after TFOT
Softening Point
6 C ASTM D 2398 97,8 -
after TFOT

Buton Rock Asphalt (BRA) yang a. Asbuton butir


digunakan sebagai bahan pengganti Jenis asbuton berdasarkan besar butir
(substitusi ) agregat halus dalam penelitian dan kadar aspal yang dikandungnya
ini adalah Asbuton butir tipe 5/20 hasil dapat dibedakan seperti diperlihatkan
olahan PT.Buton Aspal Indonesia. pada Tabel 2.
Menurut Kurniadji dalam Asbuton
sebagai Bahan perkerasan Jalan (2008),
b. Mastik Asbuton
beberapa jenis asbuton yang telah
diproduksi :
59
Jurnal Rekayasa dan Manajemen Transportasi
Volume I No. 1, Januari 2011
Hal. 57 - 68

Mastik asbuton adalah asbuton mikro


yang difluxing dengan bahan premaja 2.5 Karakteristik Marshall
khusus dan dikombinasikan dengan aspal Pemeriksaan Marshall dimaksudan
keras. untuk mendapatkan kinerja dari Beton
Aspal. Dari proses persiapan benda uji
c. Asbuton pra campur (pre-blended) sampai pemeriksaan dengan alat Marshall,
Asbuton pra campur merupakan diperoleh data-data sebagai berikut :
percampuran antara asbuton butir hasil a. Stabilitas (stability), yang dinyatakan
refine asbuton dengan kadar bitumen dalam (kg)
60% sampai 90% dengan aspal minyak Nilai stabilitas diengaruhi oleh bentuk
pen 60 dengan komposisi tertentu. butir, kualitas, tekstur permukaan dan
gradasi agregat yaitu pada gesekan
2.4 Tingkat Keasaman air laut antar butiran agregat (internal friction)
Berdasarkan hasil pemeriksaan dan penguncian antar butiran agregat
mengenai Derajat Keasaman air laut By (interlocking). Persamaan yang
Pass, Kota Kendari diperoleh seperti digunakan sebagai berikut :
disajikan pada Tabel 4.
Menurut Agung Hari Prabowo,2003 O = n x koreksi benda uji ...................(1)
menyatakan semakin tinggi derajat
keasaman air laut yang merendam Dimana :
campuran, semakin merusak campuran n = m x kalibrasi roving ring (kg)
tersebut. Nilai pH yang mendekati pH netral m = nilai pembacaan arloi stabilitas
(pH = 7) , membuat kinerja campuran HRS –
WC semakin baik.

Tabel 4. Hasil Pengujian Derajat Keasaman Air Laut By Pass Kota Kendari
HASIL SPESIFIKASI
PARAMETER SATUAN BAKU MUTU
PENGUJIAN METODE
Derajat Keasaman mg/l 8,1 pH meter 7 – 8,5
Sumber: KEPMENLH No. KEP-51/MENLH/10/1995

Gambar 1. Lokasi Pengambilan Air Laut

60
Pengaruh Ketahanan Beton Aspal (AC-BC) yang Menggunakan Asbuton Butir Tipe 5/20
Terhadap Air laut Ditinjau dari Karakteristik Mekanis dan Durabilitasnya
Susanti Djalante

b. Flow (kelelehan plastis), yang dinyatakan e. VITM (Void in the mix), yang dinyatakan
dalam mm. dalam %.
Kelelehan adalah besarnya deformasi VITM adalah prosentase rongga udara
vertikal yang terjadi mulai awal dalam campuran yang telah dipadatkan.
pembebanan sampai kondisi stabilitas Persamaan yang digunakan sebagai
menurun. berikut:

c. Density (kerapatan), dinyatakan dalam VITM= Gmm − Gmb ………………………(4)


(gram/cm3) Gmm
Density merupakan tingkat kerapatan
campuran setelah campuran Dimana :
dipadatkan. Persamaan yang digunakan VITM = kadar rongga terhadap
sebagai berikut: campuran (%)
Gmb = berat volume benda uji
Gmm = berat jenis maksimum teoritis
Gab= Wmp ..........................(2)
Wssd Wmw f. VMA (Voids in mineral aggregate) yang

γw γw dinyatakan dalam (%)
VMA adalah rongga udara yang ada
Dimana: diantara butir agregat dalam campuran
Gmb = berat volume benda uji agregat aspal yang sudah dipadatkan
((gram/cm3) termasuk ruang yang terisi aspal dan
Wmp = berat kering benda uji sebelum dinataan dalam prosen terhadap volume
direndam air (gr) campuran agregat aspal.
Wmasd= berat benda uji dalam keadaan Persamaan yang digunakan sebagai
jenuh air (gr) berikut:
Wmw = berat benda uji dalam air (gr)
γw = berat volume air (1 gr/ cm3) VMA=100 - GmbxPs ................................(5)
Gab

d. VFWA (Voids filled with asphalt), yang Dimana :


dinyatakan dalam (%) VMA = void in mineral aggregate (%)
VFWA adalah prosentase rongga terisi Gmb = berat jenis bulk campuran
aspal pada campuran setelah Gsb = berat jenis bulk aggregate
mengalami proses pemadatan. Faktor – Ps = kadar agregat (%), prosentase
factor yang memengaruhi adalah kadar berat total campuran
aspal, gradasi agregat, energi
g. Marshall Quotient (MQ)
pemadatan dan temperature
Marshall Quotient adalah hasil bagi
pemadatan, serapan air oleh agregat.
antara nilai stabilitas dengan nilai
Persamaan yang digunakan sebagai
kelelehan (flow) dan digunakan
berikut :
sebagai pendekatan terhadap
tingkat kekakuan campuran.
FVWA=100x VMA − VITM ………………(3) Persamaan yang digunakan sebagai
VMA
berikut:
Dimana : MQ= O …………………………………(6)
VFWA = void filled with asphalt (%) P
VMA = void in the mineral aggregate Dimana :
(%) MQ = Marshall Quotient (kg/mm)
VITM = void in the mix (%) O = nilai stabilitas (kg)
P = nilai kelelehan plastis/ flow (mm)

61
Jurnal Rekayasa dan Manajemen Transportasi
Volume I No. 1, Januari 2011
Hal. 57 - 68

2.6 Durabilitas b. Metode Pengujian Perendaman


Durabilitas berkaitan dengan Modifikasi.
keawetan campuran terhadap pengauh air Kriteria Perendaman 24 Jam ( satu hari )
dan temperatur dalam waktu lama. tidak selalu menggambarkan sifat
Durabilitas dapat ditingkatkan dengan cara keawetan campuran setelah masa
membuat campuran yang padat dan perendaman yang lebih lama ( Craus, J.
kedap air, yang dapat diperoleh dari et al, 1981 ). Peneliti – peneliti ini
penggunaan agregat bergradasi rapat dan memeriksa keawetan benda uji dari
kadar aspal yang tinggi. Salah satu cara material aspal yang direndam di dalam
untuk menilai potensi durabilitas campuran air untuk waktu yang lebih lama dan
beton aspal adalah dengan melihat nilai dicari suatu parameter kuantitatif
indeks kekuatan sisa marshall (IKS), yang tunggal yang akan memberikan ciri
didapat dari hasil tes perendaman Marshall. kepada seluruh kurva keawetan. Kriteria
Ada beberapa metode yang - kriteria berikut dinilai memenuhi “indek
digunakan dalam mengevaluasi pengaruh keawetan” yaitu:
air terhadap campuran aspal, seperti a) Harus menunjukkan potensi keawetan
dijelaskan berikut: untuk suatu rentang yang fleksibel dari
masa perendaman.
a. Metode Pengujian Perendaman Standar
b) Harus dengan tepat memberikan
Salah satu metode yang digunakan
gambaran dari perbedaan
dalam mengevaluasi pengaruh air
perubahan waktu perendaman dari
terhadap campuran perkerasan aspal
kurva keawetan.
adalah pengujian Perendaman Marshall
yang mana stabilitas dari benda uji
ditentukan setelah satu hari • Indeks Durabilitas pertama
perendaman di dalam air pada suhu Indeks pertama didefinisikan sebagai
o jumlah kelandaian yang berurutan
60 C.
dari kurva keawetan. indeks (r)
Menurut Departemen Pekerjaan Umum
durabilitas dinyatakan sebagai berikut:
(2007), syarat minimum indeks kekuatan
sisa untuk lalulintas lebih besar 1 juta ESA
sebesar 80 % dan besarnya nilai indeks n −1
S i − S i +1
perendaman (IP) dapat diperoleh r= ∑
i −0 t t +1 − t
…………………….(8)
dengan persamaan sebagai berikut:

IRS = MSi x 100 …………………………(7) dimana :


MSs So = nilai absolut dari kekuatan awal.
Si = Persen kekuatan yang tersisa
Dimana :
pasa wakitu ti
IRS = Indeks Stabilitas Sisa ( % )
MSi = Stabilitas Marshall Perendaman Si+1= Persen kekuatan yang tersisa
(24 jam) ( kg ) pasa waktu ti + 1
MSs = Stabilitas Marshall (1/2 jam) ( kg ) ti , ti + 1 = waktu perendaman (mulai dari
awal pengujian)
Campuran aspal-agregat dengan indeks
perendaman yang semakin besar , hal ini
dapat menyebabkan tingkat durabilitas 3. METODE PENELITIAN
campuran semakin besar. Agar tujuan dan sasaran penelitian
Asphalt Institute, MS-2 (1983) dapat dicapai sesuai yang diharapkan perlu
merekomendasikan bahwa indeks ditentukan alur / program kerja penelitian
stabilitas sisa pada perendaman 24 jam yang akan dilaksanakan, seperti pada
harus lebih besar dari 75 %. Gambar 2.

62
Pengaruh Ketahanan Beton Aspal (AC-BC) yang Menggunakan Asbuton Butir Tipe 5/20
Terhadap Air laut Ditinjau dari Karakteristik Mekanis dan Durabilitasnya
Susanti Djalante

Mulai

Studi Pustaka

Persiapan Alat dan Bahan serta Pemeriksaan Bahan


(Asbuton Butir tipe 5/20, Agregat, Filler dan Asphalt)

Pengujian Aspal Pengujian Derajat


Pengujian Agregat Keasaman air laut
(Kasar dan Halus)

Tidak Memenuhi
Syarat ?

Ya

• Pembuatan Benda Uji dengan Kadar


Aspal (4,5 : 5 ; 5,5 ; 6 ; 6,5).
• Kadar Bitumen Asbuton ( 0%, 50% dan
100%)

Marshall Test

Tidak Memenuhi
Syarat?

Ya

Penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO)

Gambar 2. Bagan Alir Penelitian

63
Jurnal Rekayasa dan Manajemen Transportasi
Volume I No. 1, Januari 2011
Hal. 57 - 68

• Pembuatan Benda Uji Pada Kadar Aspal Optimum


(KAO) dengan Variasi Asbuton Butir Tipe 5/20
sebesar 0%, 50 % dan 100%.
• Masa Perendaman 24 jam, 72 jam dan 120 jam

Uji Marshall dan durabilitas Uji Marshall dan durabilitas


kondisi Standar dengan kondisi modifikasi

Analisa Data dan


Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 2. Bagan Alir Penelitian

Tabel 5. Pengaruh Rendaman Air laut pada Derajat Keasaman 8,1 mg/lt terhadap karakteristik
Marshall, Perendaman Standar dan Perendaman Modifikasi
PERENDAMAN 24 JAM PERENDAMAN 72 JAM PERENDAMAN 120 JAM
Persentase Persentase Persentase
Asbuton Butir Asbuton Butir Asbuton Butir
KARAKTERISTIK
SPESIFIKASI 0% 50% 100% 0% 50% 100% 0% 50% 100%
MARSHALL
Kadar Aspal Optimum Kadar Aspal Optimum Kadar Aspal Optimum
4,73
6,12 % 4,73 % 3,81% 6,12% 4,73% 3,81% 6,12% 3,81%
%
a. Density Gr/cm3 2,330 2,291 2,263 2,28 2,25 2,23 2,18 2,15 2,06
b. Stabilitas ≥1000 kg 1376 1857 1567 1298 1811 1498 993 1320 1290
c. flow ≥ 3 mm 3,52 3,61 4,45 3,49 3,58 4,37 3,33 3,21 3,06
d. VITM 3,5-5,5(%) 4,43 3,81 2,85 4,51 4,67 2,93 5,10 5,62 3,45
e. VMA ≥ 14 (%) 15,74 12,5 8,9 15,94 12,75 9,23 16,03 12,98 9,58
f. VFWA ≥ 63 (%) 73,4 68,2 69,3 67,53 64,67 65,21 63,82 60,43 61,56
≥ 300
g. MQ 390,06 514,4 317,1 371,9 505,89 342,29 303,30 411,21 421,2
kg/mm
h.Stabilitas
jam 1457 1945 1609 1457 1991 1609 1457 1991 1609
(1/2)
Persentase Persentase Persentase
Karakteristik Asbuton Butir Asbuton Butir Asbuton Butir
Perendam-an Spesifikasi 0% 50% 100% 0% 50% 100% 0% 50% 100%
Modifikasi Kadar Aspal Optimum Kadar Aspal Optimum Kadar Aspal Optimum
6,12 % 4,73% 3,81% 6,12 % 4,73 % 3,81% 6,12 % 4,73 % 3,81%

64
Pengaruh Ketahanan Beton Aspal (AC-BC) yang Menggunakan Asbuton Butir Tipe 5/20
Terhadap Air laut Ditinjau dari Karakteristik Mekanis dan Durabilitasnya
Susanti Djalante

Tabel 5. (lanjutan)
PERENDAMAN 24 JAM PERENDAMAN 72 JAM PERENDAMAN 120 JAM
Persentase Persentase Persentase
KARAKTERISTIK Asbuton Butir Asbuton Butir Asbuton Butir
MARSHALL SPESIFIKASI 0% 50% 100% 0% 50% 100% 0% 50% 100%
Kadar Aspal Optimum Kadar Aspal Optimum Kadar Aspal Optimum
6,12 % 4,73 % 3,81% 6,12% 4,73% 3,81% 6,12% 4,73% 3,81%
Persentase Persentase Persentase
Asbuton Butir Asbuton Butir Asbuton Butir
Karakteristik
0% 50% 100% 0% 50% 100% 0% 50% 100%
Perendam-an Spesifikasi
Kadar Aspal Optimum Kadar Aspal Optimum Kadar Aspal Optimum
Modifikasi
6,12
4,73% 3,81% 6,12 % 4,73 % 3,81% 6,12 % 4,73 % 3,81%
%
IRS Standard 94,2
> 80 % 95,47 97,38 89,09 90,10 93,12 68,15 79,81 80,17
(%) 3
Indeks
Durabilitas (I) (%) 2,57 2,63 2,13 9,73 5,15 6,47 0 0 0
(r)

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN tekanan air dalam rentang waktu


Hasil pengujian Marshall dan tertentu pada kondisi panas sekitar 60
oC, sehingga berpengaruh terhadap
Durabilitas pada kadar aspal optimum
dengan persentase asbuton butir sebesar ikatan antara agregat dan aspal. Nilai
0%, 50% dan 100% terhadap air laut density pada campuran yang
dengan lama perendaman selama 24 jam, menggunakan asbuton butir lebih
72 jam dan 120 jam disajikan pada Tabel 5. rendah dibandingkan dengan
campuran non asbuton butir. Gradasi
asbuton butir yang halus dibandingkan
4.1 Pengaruh penggunaan asbuton butir agregat biasa, menyebabkan
tipe 5/20 terhadap lama perendaman kepadadan campuran berkurang. Nilai
dalam air laut density ini berhubungan dengan rongga
Pengaruh penggunaan asbuton udara (VITM) yang terdapat dalam
butir tipe 5/20 terhadap lama campuran. Semakin lama waktu
perendaman dalam air laut dengan perendaman, maka persentase rongga
derajat keasamaan sebesar 8,1 mg/l pada udara dalam campuran asbuton butir
kondisi kadar aspal optimum terhadap dan non asbuton butir semakin
karakteristik mekanis berdasarkan Tabel 5 meningkat.Peningkatan ini disebabkan
dapat dijelaskan sebagai berikut: campuran asbuton butir yang halus
a. Pengaruh terhadap nilai Density dan memperbesar masuknya air ke dalam
VITM (Void in Total Mix) rongga campuran yang mengakibatkan
berkurangnya daya lekat aspal terhadap
Density (kerapatan) merupakan nilai
agregat dan gesekan antara agregat
yang menyatakan besarnya derajat
rongga udara dalam campuran. Nilai
kepadatan suatu campuran yang telah
VITM ini berbanding terbalik dengan nilai
dipadatkan.Nilai density campuran
density, hal ini membuktikan bahwa
dipengaruhi oleh bahan susun, gradasi
penggunaan kadar aspal yang tinggi
agregat dan cara pemadatan. Lama
dapat mengurangi rongga udara dalam
perendaman dapat menurunkan nilai
campuran.Pada kondisi lama
density.
perendaman 24 jam, 72 jam, dan 120
Penurunan nilai density ini disebabkan
jam, campuran yang menggunakan
campuran dikondisikan mendapat

65
Jurnal Rekayasa dan Manajemen Transportasi
Volume I No. 1, Januari 2011
Hal. 57 - 68

asbuton butir sebesar 100 %, berada butir berfungsi untuk menambahkan


dibawah batas minimum nilai VITM yang kadar aspal dalam campuran sehingga
diisyaratkan, karena nilai kadar aspal butir-butir agregat diselimuti cukup tebal
optimumnya sangat rendah oleh aspalyang berpengaruh pada nilai
dibandingkan dengan campuran non stabilitas mencapai lama perendaman 5
asbuton butir. hari dibandingkan dengan agregat
biasa. Nilai stabilitas ini berpengaruh
b. Pengaruh nilai VMA (Void in the mineral
terhadap kelelehan (flow), dimana KAO
agregate) dan VFWA (Void filled with
yang tinggi pada campuran non
asphalt)
asbuton butir memiliki kelelehan yang
Nilai VMA menunjukkan banyaknya pori tinggi dibandingkan dengan asbuton
di antara butir-butir agregat di dalam butir, tetapi ketiga variasi campuran ini
campuran.VMA digunakan sebagai berada di atas dari nilai flow yang
ruang untuk menampung aspal dan disyaratkan. Sifat getas atau kaku dari
volume rongga udara yang diperlukan suatu campuran dinyatakan dengan
dalam campuran, apabila nilai VMA nilai Marshall Quotient (MQ). Campuran
rendah akan menyebabkan tidak akan non asbuton butir memenuhi nilai MQ
tersedianya ruang yang cukup untuk yang disyaratkan sampai periode
menampung aspal dan memberikan perendaman 72 jam (3 hari), sedangkan
lapisan film aspal yang cukup tebal campuran asbuton butir memenuhi
menyelimuti permukaan agregat. Nilai syarat MQ sampai periode perendaman
VMA campuran non asbuton butir, masih 120 hari ( 5 hari ), hal ini menunjukkan
berada dalam syarat yang ditentukan penggunaan asbuton butir memiliki sifat
selama 3 periode waktu perendaman, elastis yang lebih besar dibandingkan
sebaliknya dengan campuran asbuton asbuton butir.
butir. Hal ini disebabkan nilai kadar aspal
optimum yang rendah, mengurangi nilai
VMA dalam campuran. 4.2 Pengaruh pengunaan asbuton butir
tipe 5/20 terhadap lama perendaman
c. Pengaruh nilai Stabilitas, flow dan MQ
dalam air laut dari aspek durabilitas
Nilai stabilitas merupakan kemampuan
Pengaruh pengunaan asbuton
lapisan beraspal mendukung beban
butir tipe 5/20 terhadap lama perendaman
lalulintas yang melewatinya tanpa
dalam air laut dengan derajat keasaman
terjadinya deformasi permanen dan
sebesar 8,1 mg/l pada kondisi kadar aspal
deformasi plastis selama umur rencana.
optimum terhadap nilai Durabilitas (Indeks
Campuran beraspal yang memiliki nilai
Perendaman dan Indeks Penurunan
stabilitas yang tinggi mengindikasikan
stabilitas) dijelaskan sebagai berikut:
besarnya resistensi campuran terhadap
perubahan bentuk akibat beban lalu a. Analisa Indeks Perendaman (IRS standard)
lintas, sebaliknya dengan stabilitas Hasil pengujian indeks perendaman
rendah maka lapisan beraspal akan ditunjukkan dengan hubungan antara
mudah mengalami perubahan bentuk lama perendaman dengan indeks
seperti alur. Pengaruh asbuton butir perendaman atau indeks sisa kekuatan
mampu memberikan tingkat ketahanan marshall. Dalam spesifikasi departemen
terhadap campuran sampai 120 jam (5 pekerjaan umum (2007) dan Asphalt
hari), sedangkan campuran non asbuton Institute MS-2 (1983) untuk aspal modified
butir hanya sampai 72 jam (3 hari ). dengan asbuton mensyaratkan bahwa
Apabila campuran dikombinasi antara indeks perendaman atau indeks stabilitas
pengunaan agregat biasa dengan marshall sisa pada perendaman 24 jam
asbuton butir (50%), campuran minimal 80% dan 75%. Hasil penelitian
mempunyai ketahanan stabilitas sampai menunjukkan nilai indeks perendaman 24
120 hari. Penggunaan asbuton butir ini jam, 72 jam, dan 120 jam untuk semua
menyebabkan bitumen dalam asbuton variasi dengan asbuton butir dan non

66
Pengaruh Ketahanan Beton Aspal (AC-BC) yang Menggunakan Asbuton Butir Tipe 5/20
Terhadap Air laut Ditinjau dari Karakteristik Mekanis dan Durabilitasnya
Susanti Djalante

asbuton butir masih memenuhi syarat d. Asbuton butir dapat digunakan pada
mininum dari indeks perendaman, kecuali jalan-jalan yang dekat dengan pengaruh
pada lama perendaman selama 72 jam air laut,karena disamping kadar aspal
pada campuran non asbuton butir tidak optimum yang digunakan kecil, juga
memenuhi syarat minimum. Hal ini memiliki sifat durabilitas /keawetan yang
menunjukkan kadar bitumen yang cukup lama , yaitu selama 3 hari.
terkandung di dalam asbuton butir
memperkecil intrusi air laut masuk ke pori- 5.2 Saran
pori agregat.
a. Untuk pengembangan asbuton butir
b. Analisis Indeks Durabiliras (r) terkait dengan sifat mekanis dan
Hasil pengujian Indeks Durabilitas (r) durabilitasnya, dapat mengunakan
dari campuran non asbuton butir asbuton butir untuk tipe selain 5/20.
dengan mengunakan asbuton butir, b. Penelitian dapat dilakukan dengan air
semakin besar penggunaan asbuton butir laut dari sampel yang berbeda pada
menyebabkan penurunan stabilitasnya derajat keasaman yang berbeda,
semakin besar seiring bertambahnya sehingga dapat diketahui pada derajat
waktu perendaman. keasamaan yang menyebabkan
Semakin kecil indeks penurunan kerusakan terparah.
stabilitas, maka semakin tinggi nilai
durabilitas camuran agregat aspal
tersebut. 6. DAFTAR PUSTAKA
Asphalt Institute, 1983, Mix Design Methodes
for Asphalt and Other Hot-Mix
5. KESIMPULAN DAN SARAN Types, Manual Series no.22, second
5.1 Kesimpulan edition, Kentucky.
a. Berdasarkan hasil uji marshall, pengunaan Craus, J. Et al, (1981), Durability of Bituminous
asbuton butir dapat mengurangi Paving Mixtures as Related to Filler
penggunaan aspal dalam campuran, Typa and Properties” , Proceedings
dimana campuran non asbuton butir Association of Asphalt Paving
mempunyai kadar aspal sebesar 6,12%, Technologists Technical Sessions,
50% asbuton butir mempunyai kadar February 16, 17 and 18, 1981,
aspal sebesar 4,73 % dan asbuton butir Volume 50, San Diego, California.
100% mempunyai kadar aspal sebesar
3,81 %. Departemen Pekerjaan Umum, 2006,
Laporan Akhir Perencanaan,
b. Campuran dengan mengunakan
Pengawasan dan Kajian Teknis
asbuton butir memiliki nilai stabilitas yang
pada Uji Coba Asbuton Butir di
lebih baik dalam perendaman dengan
Propinsi Sulawesi Tenggara”. Badan
mengunakan air laut dengan derajat
Penelitian dan Pengembangan
keasaman yang berada dalam batas
Departemen Pekerjaan
yang disyaratkan sebesar 8,1 mg/l.
Umum.Bandung.
c. Keawetan (durabilitas) campuran
dengan asbuton butir terhadap Departemen Pekerjaan Umum, 2007,
pengaruh air laut untuk periode 24 jam, Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan
72 jam dan 120 jam cukup baik Jembatan, Pusat Litbang
dibandingkan campuran non asbuton Prasarana Transportasi . Badan
butir. Hal ini ditunjukkan masih memenuhi Penelitian dan Pengembangan
syarat minimim dari Departemen Departemen Pekerjaan
Pekerjaan Umum (2007) dan Asphalt Umum.Jakarta.
Institute MS-2 (1983) dengan batas Iriansyah,A.,S, 2009, Uji Coba Skala Penuh
minimal 80% dan 75%. Asbuton Campuran Hangat Jalan
Pangkalan Lima – Kumai Di

67
Jurnal Rekayasa dan Manajemen Transportasi
Volume I No. 1, Januari 2011
Hal. 57 - 68

Kalimantan Tengah ,Pusat


Penelitian Jalan dan Jembatan,
Bandung.
Kurniadji dan Nono, 2006, Spesifikasi dan
Produksi Asbuton, Pusat Litbang
Prasarana Transportasi. Badan
Penelitian dan Pengembangan.
Departemen Pekerjaan Umum,
Bandung.
Prabowo, A., H, 2003, Pengaruh Rendaman
Air Laut Pasang (ROB) terhadap
Kinerja Lataston (HRS-WC)
Berdasarkan Uji Marshall dan Uji
Durabilitas Modifikasi, PILAR Vo. 12
Nomor 2, Semarang.
Sukirman, S., 2007, Beton Aspal Campuran
Panas, edisi kedua, Yayasan Obor
Indonesia, Jakarta.
Suparma, L., 2007, Bahan Lapis Keras, Bahan
Kuliah, tidak dipublikasikan,
Magister Teknologi Bahan
Bangunan Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
Whiteoak, D., 1990, The Shell Bitumen
Handbook, Shell Bitumen UK, East
Molesey, Surrey.

68

You might also like