Professional Documents
Culture Documents
Makalah Agama Tentang Sifat Riya
Makalah Agama Tentang Sifat Riya
Makalah Agama Tentang Sifat Riya
SIFAT RIYA
Disusun Oleh :
1. Faizah Salwah Anisa
2. Bunga Citra Lenstari
3. Al-Fatir
4. Rahmatul Hafis
5. Afrizal
6. Jelita Mutiara Putri
7. dinda Putri
8. Zabrina Mifta Huljannah
9.
guru pembimbing :
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT karena dengan rahmat, karunia,
serta hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “ Sifat Riya ” ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Untuk itu kami selaku penyusun sangat berterimakasih kepada guru pembimbing yang
telah memberikan bimbingannya sehingga makalah ini dapat saya selesaikan tepat pada
waktunya.
Selaku penyusun kami sangat mengetahui bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, saya mohon kritik dan saran yang membangun agar kami
dapat menyusun kembali lebih baik dari sebelumnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak, terutama bagi saya selaku penyusun.
Riya berasal dari bahasa Arab ra’a-yara-ruyan-wa ru’yatan yang artinya melihat.
Istilah riya adalah memperlihatkan diri kepada orang lain agar keberadaannya baik itu
ucapan, tulisan, sikap, maupun amal perbuatannya supaya diketahui oleh orang lain.
Sedangkan secara garis besar, arti riya adalah sebuah perbuatan pamer. Oleh karena itu, riya
tergolong sebagai perbuatan yang bisa menyebabkan penyakit hati.
Secara bahasa, arti riya merupakan istilah yang berasal dari kata Arriyaa’u yang
berarti memperlihatkan atau pamer. Riya juga dapat diartikan sebagai perbuatan
memperlihatkan sesuatu, baik itu barang atau perbuatan baik dengan maksud agar dilihat
orang lain atau pun mendapat pujian dari orang lain. Dalam agama Islam, perbuatan riya
sendiri dibenci Allah SWT, karena perbuatan yang dilakukan tidak didasarkan dengan niat
semata-mata hanya untuk Allah SWT.
Perlu Grameds ketahui bahwa Allah SWT membenci orang yang memiliki sikap riya
dan mengharamkan perbuatan ini. Hal ini karena riya adalah salah satu perbuatan yang dapat
menghapus amal baik seseorang. Selain itu, riya merupakan perbuatan yang digolongkan
sebagai syirik kecil dan riya merupakan perbuatan yang bisa muncul karena ada niat dalam
hati atau bisa juga dalam perbuatan.
Arti riya lainnya yaitu sikap yang muncul karena kurangnya pemahaman akan tujuan
amal dan ibadah yang dilakukan. Riya yang merupakan salah satu penyakit hati, sehingga
perilaku ini perlu dijauhi oleh setiap manusia. Hal ini perlu dilakukan agar diri sendiri
terhindar dari penyakit hati.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa riya merupakan syirik kecil yang
dibenci oleh Allah, sehingga apabila melakukannya dapat merusak ibadah atau mengurangi
pahala. Selain itu, seseorang yang melakukan kebaikan didasari dengan niat riya, maka
kebaikan itu tidak bernilai di hadapan Allah.
Sifat riya muncul akibat seseorang kurang beriman kepada Allah, hari akhirat serta
ketidakjujuran dalam menjalankan perintah agama. Sederhananya, orang yang riya adalah
orang yang beribadah karena ingin dianggap sebagai orang yang taat pada agama oleh orang
lain..
Orang yang berbuat riya termasuk golongan orang yang celaka. Menurut Ali bin Abi
Thalib, ciri-ciri orang riya terdapat dalam jiwa seseorang. Di antara ciri-ciri orang riya adalah
malas jika seorang diri, giat jika di tengah-tengah orang banyak, tambah semangat beramal
jika mendapatkan pujian, dan berkurang frekuensi amalannya jika mendapat celaan.
B. JENIS-JENIS RIYA
Riya adalah penyakit hati yang perlu kita hindari. Riya sendiri memiliki dua jenis
jenis, yaitu riya kholish dan riya syirik. Berikut penjelasan lengkapnya :
I. Riya Kholish
Jenis riya yang pertama yaitu ada riya kholish. Jenis riya yang satu ini merupakan
jenis riya yang pembuatannya memiliki tujuan untuk melakukan ibadah semata-mata hanya
untuk mendapatkan perhatian dan pujian dari manusia. Riya ini juga terbagi dalam beberapa
jenis, yaitu:
a. Riya Badan
Riya badan ini biasanya dilakukan dengan memamerkan tubuh langsing dengan
alasan karena kita rajin melakukan puasa.
b. Riya Pakaian
Riya pakaian contohnya saat kita mengenakan hijab panjang hanya karena untuk
mendapatkan penilaian atau dianggap sebagai orang alim oleh orang lain. Selain itu,
mereka akan menundukkan kepala ketika berjalan, bersikap tenang dalam bergerak,
menampakan bekas sujud pada jidatnya, mengenakan pakaian yang kasar dan tidak
membersihkannya serta membiarkannya baju robek dan memakai pakaian yang
bertambal.Dari penampilannya tersebut ia ingin terlihat seperti orang alim dan agar
banyak orang yang berbelas kasih kepadanya. Tidak hanya itu, ada juga yang selalu
menggunakan barang-barang mewah dan branded agar mendapatkan pujian orang lain
bahwa Ia seorang yang kaya raya.
c. Riya Ucapan
Riya ucapan biasanya dilakukan dengan membaca Al-Qur’an dengan suara yang
merdu dan fasih di hadapan orang hanya karena ingin dipuji saja. Hatinya tidak ikhlas
dalam membacakan ayat-ayat suci Al-Qur’an melainkan hanya untuk mendapatkan pujian
manusia.
Riya dengan ucapan bisa juga dilakukan oleh para pemberi nasihat. Mereka
biasanya akan menghafal suatu ayat maupun ilmu agar dia pandai berbicara, berdebat,
dan berdiskusi atau untuk memuji dirinya sendiri dan mempersiapkan diskusi lainnya
Selain itu, dengan mengucapkan kata-kata bijak dan menggerakkan bibir saat
berdzikir di hadapan orang banyak, menyuruh berbuat baik dan mencegah perbuatan
mungkar di hadapan khalayak.
Perbuatan riya ini bisa juga ditunjukkan dengan menampakkan marah atas
perbuatan maksiat, menampakan penyesalan karena orang lain berbuat dosa, melemahkan
suara ketika berbicara, dan melunakkan suara ketika membaca Al-Quran untuk
menunjukkan rasa takut dan sedih.
d. Riya Perbuatan
Riya perbuatan ini biasanya dilakukan pada saat shalat dengan menampakan
kekhusyukan saat melakukan shalat, berlama-lama saat berdiri, sujud, ruku’, dan
sejenisnya.
Hal itu juga dilakukan ketika berpuasa, haji, dan pada saat mengeluarkan zakat,
infak, maupun sedekah. Perbuatan tersebut adalah perbuatan baik, ternyata perbuatan baik
pun bisa terjerumus menjadi riya karena niat yang salah. Oleh sebab itu, sebagai umat
Islam, kita harus berhati-hati agar tidak terjerumus dalam perbuatan riya.
Riya’ ada dua jenis. Jenis yang pertama hukumnya syirik akbar. Hal ini terjadi jika
sesorang melakukan seluruh amalnya agar dilihat manusia, dan tidak sedikit pun mengharap
wajah Allah. Dia bermaksud bisa bebas hidup bersama kaum muslimin, menjaga darah dan
hartanya. Inilah riya’ yang dimiliki oleh orang-orang munafik. Allah berfirman tentang
keadaan mereka (yang artinya), “Sesungguhnya orangorang munafik itu menipu Allah, dan
Allah akan membalas tipuan mereka . Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri
dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah
mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali” (QS. An Nisaa’:142).
Adapun yang kedua adalah riya’ yang terkadang menimpa orang yang beriman Sikap
riya’ ini terjadang muncul dalam sebagian amal. Seseorang beramal karena Allah dan juga
diniatkan untuk selain Allah. Riya’ jenis seperti ini merupakan perbuatan syirik asghar. Jadi,
hukum asal riya’ adalah syirik asghar (syirik kecil). Namun, riya’ bisa berubah hukumnya
menjadi syirik akbar (syirik besar) dalam tiga keadaan berikut :
1. Jika seseorang riya’ kepada manusia dalam pokok keimanan. Misalnya seseorang
yang menampakkan dirinya di hadapan manusia bahwa dia seorang mukmin demi
menjaga harta dan darahnya.
2. Jika riya’ dan sum’ah mendominasi dalam seluruh jenis amalan seseorang.
3. Jika seseorang dalam amalannya lebih dominan menginginkan tujuan dunia dan tidak
mengharapkan wajah Allah.
Perbuatan riya sebagai salah satu penyakit hati yang bisa kita hindari dengan cara
mendekatkan diri kepada Allah SWT atau muraqabah. Dalam buku Quran Hadits yang ditulis
oleh Muhaemin dikatakan bahwa mendekatkan diri kepada Allah dan mengingat nama-Nya
setiap saat akan menjadikan hati menjadi bersih.
Riya juga dapat dihindari dengan meluruskan niat dalam melakukan segala sesuatu
karena Allah SWT. Selain itu, berbuat sewajarnya dan tidak membicarakan perbuatan yang
telah dilakukan juga dapat menjadi cara untuk menghindari munculnya penyakit hati ini.
Perbuatan riya tentu dilarang dalam agama Islam. Bahkan, riya menjadi dosa dari
jenis syirik. Berikut Penjelasan nya :
1. Perbaiki Niat
Cara menghindari riya’ yang pertama yakni dengan memperbaiki niat. Kita harus
ingatlah bahwa segala macam perbuatan kita tergantung pada niat. Apabila niat kita baik,
semata-mata karena Allah SWT, maka insyaAllah itu akan dicatat sebagai pahala.
Begitupun sebaliknya, jika terbesit di pikiran kita rasa ingin dipuji oleh manusia,
maka perbuatan kita tidak memperoleh apapun, bahkan bernilai dosa. Maka dari itu, sebelum
melakukan sesuatu pastikan untuk memperbaiki niat dalam hati.
3. Merendah Diri
Manusia terkadang sering lupa diri. Kenikmatan dunia yang begitu memukau seperti
halnya harta benda, kedudukan, wajah yang rupawan, dan keturunan seringkali membuat
manusia menjadi sombong dan riya’ (pamer). Padahal semua kenikmatan tersebut pemberian
dari Allah SWT. Namun, manusia menganggap itu diperoleh dari usahanya sendiri.
Pemikiran seperti itulah yang kemudian memicu munculnya penyakit hati, hingga
membawa manusia ke dalam kesesatan. Hendaknya, kita harus menyadari bahwa kita
hanyalah hamba Allah SWT dan merupakan ciptaan Allah SWT. Tidak ada yang kita miliki
di dunia ini karena semuanya hanya titipan yang bersifat fana dan pasti akan musnah.
4. Mengendalikan Hati
Kita harus belajar dan berusaha untuk mengendalikan hati agar tidak terbuai dengan
pujian manusia. Sebuah pujian memang bisa memotivasi diri sendiri untuk menjadi lebih
baik. Namun, kadang pujian juga bisa menjadi racun hingga membuat kita menjadi riya’.
Maka dari itu, cobalah untuk tidak terlalu berbangga diri.
Ingatlah dan terus mengingat bahwa apa yang kita lakukan saat ini semata-mata
karena izin Allah SWT. Kita mampu beramal karena diberikan rezeki berkecukupan. Kita
bisa sholat dengan sempurna karena diberikan kesehatan. Jadi berterima kasihlah pada Allah
SWT.
9. Mengingat Kematian
Jika memang sulit untuk menghindari riya, maka bisa mencoba dengan
memperbanyak ingat kematian. Baik di dalam hati maupun lisan. Ingatlah bahwa hidup tidak
akan selamanya. Pujian manusia tidak berarti apapun dan tidak mendatangkan pahala.
Bahkan, dengan mendapatkan pujian yang berlebihan justru bisa menjerumuskan manusia ke
lubang neraka.
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Semoga Allah mengaruniakan kepada kita hati yang ikhlas. karena betapapun kita
melakukan sesuatu hingga bersimbah peluh berkuah keringat, habis tenaga dan terkuras pikiran,
kalau tidak ikhlas melakukannya, tidak akan ada nilainya di hadapann Allah. Bertempur melawan
musuh, tapi kalau hanya ingin disebut sebagai pahlawan, ia tidak memiliki nilai apapun.
Daftar Pustaka
Al-Qur’anAl-Karimhttp://danil-ardika01.blogspot.com/
2016/09/makalah-tentang-sifat-riya.html
https://muslimah.or.id/9937-jenis-jenis-riya-rincian-dan-macam-
macam-pelakunya.html https://muslim.or.id/5470-riya-
penghapus-amal.html
https://dalamislam.com/akhlaq/larangan/riya-dalam-islam
https://www.islampos.com/hati-hati-ini-11-macam-riya-yang-
mungkin-tidak-kita-sadari108533/
https://bincangsyariah.com/ubudiyah/lakukan-tiga-hal-ini-agar-
terhindar-dari-sifat-riya-dalamberibadah/