Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 4

TUGAS INDIVIDU

KEBIDANAN KOMUNITAS

DOSEN PENGAMPU : INDRIE LUTFIANA S.ST.,M.Kes

NAMA : I DEWA AYU DIAH YULIANTI NIM : 21089153016

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG


PRODI S1 KEBIDANAN
TA 2021-2022
SOAL
1. Analisis kasus yang ibu-ibu temukan, dan tentukan faktor determinannya. Bagaimana
cara mengatasi masalah tersebut?
2. Sebutkan analisis situasi dengan analisis sosial kasus yang ibu-ibu temukan!

JAWAB :
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kejadian Stunting pada balita di Desa Kedisan
Kecamatan Tegallalang Pada Wilayah UPTD Puskesmas Tegallalang I tahun
2022. Anak balita yang tidak mendapatkan ASI eksklusif mempunyai resiko lebih
besar untuk mengalami stunting dibandingkan dengan balita yang diberikan ASI
eksklusif. Balita yang tidak diberikan ASI eksklusif mempunyai resiko 3,7 kali
lebih besar terkena stunting dibandingkan balita dengan ASI eksklusif. Di Desa
Kedisan pada bulan Desember 2022 tercatat terdapat 28 balita dari 163 balita
(17,17%) yang mengalami kondisi stunting. Pada pelaksanaan survey terhadap
ibu dengan balita kondisi stunting diperoleh gambaran bahwa 4 (14,2%)
diantaranya memang pada saat lahir mengalami kondisi BBRL dan 4 (14,2%)
diantaranya tidak mendapatkan ASI Eksklusif, 3 ibu (10,71%) dengan kondisi
status gizi saat hamil kurang serta dengan pendidikan hanya
sampai dengan (SD/SMP) sebanyak 20 ibu (71,4%).
a. Faktor-faktor yang menyebabkan stunting
 Faktor ibu diantaranya yaitu status gizi ibu yang buruk pada saat
kehamilan, perawakan ibu yang juga pendek, dan pola asuh yang
kurang baik terutama pada perilaku dan praktik pemberian makan
kepada anak, Ibu yang masa remajanya kurang nutrisi, bahkan di
masa kehamilan yang menyebabkan balita yang dilahirkan dengan
BBLR, dan laktasi dengan pemberian ASI Eksklusif akan
sangat berpengaruh pada pertumbuhan tubuh.
 Faktor lainnya yang menyebabkan stunting adalah terjadi infeksi
pada ibu, kehamilan remaja, jarak kelahiran anak yang pendek,
infeksi pada balita seperti diare, kondisi ekonomi, pekerjaan dan
mata pencaharian keluarga.
 Rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan termasuk akses
sanitasi dan air bersih menjadi salah satu faktor yang
sangat mempengaruhi pertumbuhan anak.
b. Cara mengatasi masalah stunting
Diharapkan pihak aparat Desa Kedisan dan tenaga kesehatan di desa
Kedisan untuk lebih aktif dalam mengkampanyekan upaya penurunana
angka kejadian stunting dengan penyuluhan mengenai dampak dari
kejadian BBLR, ASI eksklusif dan gizi ibu hamil dengan tindakan konkrit
seperti melakukan kegiatan posyandu dan dasa wisma secara rutin sebagai
media dari kegiatan promosi kesehatan, pemberian makanan tambahan
serta memperbanyak penyebaran selebaran dan leaflet tentang upaya
pencegahan stunting, sehingga dapat mengurangi angka kejadian stunting.
2. Analisis situasi dan analisis sosial pada kasus di atas sebagai berikut :
a. Analisis Situasi
Bidan sebagai petugas KIA melaksanakan Analisa situasi dgn
pengumpulan data ttg masalah atau kasus yg ada. Berdasarkan kasus
Stunting yang terjadi di Desa Kedisan pada bulan Desember 2022 tercatat
terdapat 28 balita dari 163 balita (17,17%) yang mengalami kondisi
stunting. Pada pelaksanaan survey terhadap ibu dengan balita
kondisi stunting diperoleh gambaran bahwa 4 (14,2%) diantaranya
memang pada saat lahir mengalami kondisi BBRL dan 4 (14,2%)
diantaranya tidak mendapatkan ASI Eksklusif, 3 ibu (10,71%) dengan
kondisi status gizi saat hamil kurang serta dengan pendidikan
hanya sampai dengan (SD/SMP) sebanyak 20 ibu (71,4%). Petugas
kesehatan melakukan anamnese dan pemeriksaan, baik subjektif, objektif,
serta melakukan kolaborasi dengan dokter umum, dokter gigi, dan petugas
gizi untuk mengatasi masalah stunting.
b. Analisis Sosial
Salah satu penyebab kasus Stunting yang terjadi di Desa Kedisan, juga
dipengaruhi dari lingkungan atau sosial setempat. Dalam kasus ini, dapat
disebabkan karena masih ada kehamilan terjadi pada masa remaja dengan
kondisi ekonomi yang masih kurang yang dikarenakan belum mempunyai
pekerjaan yang tetap. Hal tersebut menjadi permasalahan dikarenakan
masih banyak orang tua dan remaja yang kurang paham tentang
pentingnya pengetahuan kehamilan sesuai dengan umur dari calon Ibu
hamil atau Pasangan dalam berkeluarga. maka situasi yang terjadi sebagai
penyebab dari kasus tersebut diakibatkan oleh prilaku dan kebiasaan yang
ada di lingkungan desa setempat, seperti kurangnya asupan nutrisi pada
saat Ibu hamil masih remaja sampai adanya pola asuh yang kurang baik
saat pemberian makanan kepada anak. Selain situasi yang dapat dilihat
dari prilaku tersebut, hal lain yang juga mempengaruhi adalah rendahnya
akses terhadap pelayanan kesehatan termasuk akses sanitasi dan air
bersih. Situasi tersebut menjadi faktor dari penyebab Stunting yang masih
belum maksimal dapat ditangani di Desa Kedisan.
Berdasarkan hasil tersebut maka diharapkan tenaga kesehatan khususnya
bidan dan kader Posyandu serta pihak terkait lainnya untuk meningkatkan
promosi kesehatan nutrisi bagi bayi dan balita serta pada saat ibu hamil
guna menambah wawasan ibu terutama pada ibu dengan pendidikan dasar
agar mereka dapat memperoleh lebih banyak informasi yang tidak mereka
peroleh pada jenjang pendidikan yang lampau. Diharapkan pula aparat
desa dan tenaga kesehatan di Desa Kedisan untuk lebih aktif dalam
mengkampanyekan upaya penurunan angka kejadian stunting dengan
penyuluhan mengenai dampak dari kejadian BBLR, ASI eksklusif dan gizi
ibu hamil dengan tindakan konkrit seperti melakukan kegiatan posyandu
dan dasa wisma secara rutin sebagai media dari kegiatan promosi
kesehatan, pemberian makanan tambahan serta memperbanyak penyebaran
selebaran dan leaflet tentang upaya pencegahan stunting, sehingga dapat
mengurangi angka kejadian stunting.

You might also like