Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 19

DIREKSI, KOMISARIS DAN TATA KELOLA YANG BAIK

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah


Hukum Perusahaan

Dosen Pengampu :
Asrori S. Karni, S.Ag, M.H

Disusun Oleh :
Kelompok 4

Ridho Dwian Akbar 11200490000117


Wahyu Firdaus 11200490000010
M. Aziz Dzikri 11200490000032

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2023 M/1444 H
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan nikmat, taufik, serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
Makalah penyelesaian sengketa bisnis melalui negosiasai tepat pada waktu. Terima kasih
juga kami ucapkan kepada guru pembimbing yang selalu memberikan dukungan dan
bimbingannya.

Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah
Arbitrase Dan Alternative Dispute Resolution (ADR). Tak hanya itu, kami juga berharap
makalah ini bisa bermanfaat untuk penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Walaupun demikian, kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan. Maka dari itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
kesempurnaan makalah ini..

Jakarta, 10 September 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................I
DAFTAR ISI.................................................................................................II
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................1
1. Latar Belakang ..................................................................................1
2. Rumusan Masalah..............................................................................2
3. Tujuan................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................3
1. Tata Kelola Perusahaan Yang Baik...................................................3
2. Direksi................................................................................................4
3. Komisaris...........................................................................................8
BAB III PENUTUP......................................................................................13
1. Kesimpulan........................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................14

ii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance – GCG) adalah
konsep yang kompleks dan krusial dalam dunia bisnis modern. Konsep ini muncul sebagai
respons terhadap sejumlah kegagalan korporasi yang mempengaruhi perusahaan besar dan
kecil di seluruh dunia. Dalam kerangka GCG, prinsip-prinsip etika, transparansi,
akuntabilitas, dan kepatuhan menjadi pondasi untuk menjalankan bisnis dengan integritas,
pertanggungjawaban, dan keberlanjutan.

Direksi dan komisaris memiliki peran sentral dalam mengimplementasikan GCG


dalam perusahaan. Dewan direksi, yang biasanya dipilih oleh pemegang saham, adalah yang
bertanggung jawab untuk merancang dan mengawasi strategi perusahaan serta pengambilan
keputusan kunci. Mereka juga bertanggung jawab memilih CEO dan memastikan bahwa
manajemen beroperasi sesuai dengan visi dan tujuan organisasi.

Di sisi lain, komisaris adalah lembaga pengawas independen yang harus memastikan
bahwa direksi menjalankan tugasnya dengan benar. Komisaris bertugas mengaudit dan
memantau kinerja perusahaan, memastikan kepatuhan terhadap regulasi, dan memberikan
nasihat yang objektif. Mereka juga dapat berperan sebagai suara yang mewakili pemegang
saham minoritas.

Kunci dari hubungan antara direksi dan komisaris adalah kerjasama dan komunikasi
yang efektif. Direksi perlu menerima pandangan dan saran dari komisaris dengan terbuka,
sementara komisaris perlu memahami bahwa direksi memiliki pengetahuan mendalam
tentang operasi perusahaan. Keselarasan visi dan nilai antara keduanya sangat penting dalam
menciptakan budaya perusahaan yang kuat yang mementingkan pertanggungjawaban dan
transparansi.

Selain itu, GCG juga mencakup pengungkapan informasi yang tepat kepada
pemegang saham dan pihak-pihak terkait lainnya. Ini menciptakan transparansi yang
diperlukan untuk mempertahankan kepercayaan pemegang saham dan investor. Komitmen
terhadap etika bisnis dan tanggung jawab sosial juga merupakan elemen penting dalam GCG,
karena ini memperkuat reputasi perusahaan dan mendukung pertumbuhan berkelanjutan.

Dalam dunia bisnis yang terus berubah dan kompleksitasnya meningkat, GCG
menjadi semakin relevan. Peran direksi, komisaris, dan praktik GCG yang kuat adalah
fondasi untuk mencapai keberlanjutan jangka panjang dan menghindari potensi skandal
korporasi. Dengan demikian, pemahaman yang mendalam tentang GCG dan bagaimana hal
ini diterapkan dalam konteks perusahaan adalah kunci bagi kesuksesan dan pertumbuhan
berkelanjutan di era bisnis modern.

1
Berdasarkan definisi dari Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007, Perseroan terbatas
merupakan badan hukum, yang berarti perseroan terbatas merupakan subjek hukum dan
memiliki hak dan kewajiban yang telah ditentukan, misalnya perseroan terbatas dapat
melakukan gugatan atau digugat. Perseroan terbatas juga memiliki organ didalamnya, yang
meliputi direksi, komisaris, dan rapat umum pemegang saham (RUPS). Wewenang dan
kewajiban yang diembankan kepada direksi, komisaris, dan rapat pemegang saham (RUPS)
tentu berbeda. Direksi diberikan wewenang dalam mengelola perusahaan, komisaris memiliki
wewenang dalam pengawasan perusahaan, dan RUPS mempunyai wewenang yang tidak
diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris, dalam batas yang ditentukan dalam undang-
undang nomor 40 tahun 2007 dan/atau anggaran dasar.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dan Konsep Tata Kelola Perusahaan yang Baik?


2. Bagaimana Peran dan Tanggung Jawab Komisaris?
3. Seperti apa Mekanisme Tata Kelola Perusahaan yang Baik?
4. Apa Masalah dan Tantangan dalam Tata Kelola Perusahaan yang Baik?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian dan Konsep Tata Kelola Perusahaan yang Baik


2. Mengetahui Peran dan Tanggung Jawab Komisaris
3. Mengetahui Mekanisme Tata Kelola Perusahaan yang Baik
4. Mengetahui Masalah dan Tantangan dalam Tata Kelola Perusahaan yang Baik

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance)

1. Definisi dan makna tata kelola perusahaan yang baik.

Dalam pengelolaan perusahaan yang baik dibutuhkan tata kelola yang baik pula, dalam
tata pemerintahan biasa dikenal konsep Good Governance, Good Corporate Governance,
Good Investment Governance. Sebenarnya kata kuncinya adalah iktikad baik untuk
mewujudkan tata kelola yang baik, perlunya pembaharuan sikap dan perilaku birokrasi dalam
melayani kepentingan umum.1

Good Corporate Governance (GCG) adalah sistem yang digunakan untuk mengarahkan
dan mengendalikan kegiatan bisnis perusahaan. Corporate Governance mengatur pembagian
tugas, hak dan kewajiban mereka berkepentingan terhadap kehidupan perusahaan, termasuk
para pemegang saham, dewan pengurus, para manajer, dan semua anggota stakeholders non-
pemegang saham. Corporate Governance juga mengetengahkan ketentuan dan prosedur yang
harus diperhatikan Dewan Pengurus dan Direksi dalam pengambilan keputusan yang
bersangkutan dengan kehidupan perusahaan.2

Corporate Governance juga dapat diartikan sebagai suatu hal yang berkaitan dengan
pengambilan keputusan yang efektif yang bersumber dari budaya perusahaan, etika, sistem
nilai, proses bisnis, kebijakan, dan struktur organisasi yang bertujuan untuk mendorong:3

a. Pertumbuhan kinerja perusahaan


b. Pengelolaan sumber daya dan resiko secara lebih efisien dan efektif
c. Tanggung jawab perseroan kepada pemegang saham dan pemangku kepentingan
lainnya.

2. Prinsip-prinsip utama tata kelola perusahaan yang baik

Ada 5 (lima) prinsip dasar yang dikandung dalam GCG, yaitu :

a. Transparansi
Salah satu prinsip good corporate governance adalah transparansi. Maksud dari prinsip
GCG ini adalah perusahaan harus menyediakan informasi yang mudah diakses, relevan, dan
dipahami oleh stakeholder.

b. Akuntabilitas
1
Endang Purwaningsih, Hukum Bisnis, (Jakarta: Gghalia Indonesia, 2010), hal. 40
2
Imam Sjahputra Tunggal dan Amin Widjaja Tunggal, Membangun Good Corporate Governance
(GCG), (Jakarta: Harvarindo, 2002), hal. 1-2
3
Antonius Alijoyo dan Subarto Zaini, Op. Cit., hal. 31

3
Prinsip good corporate governance selanjutnya adalah akuntabilitas. Dalam hal ini, suatu
perusahaan harus mampu mempertanggungjawabkan kinerjanya untuk memastikan bahwa
setiap langkahnya sesuai dengan tujuannya.

c. Tanggung Jawab
Prinsip good corporate governance yang lainnya adalah tanggung jawab. Pada dasarnya,
setiap perusahaan harus mematuhi aturan yang berlaku dan menjalankan tanggung jawabnya
terhadap masyarakat serta lingkungan.

d. Independensi
Independensi adalah prinsip good corporate governance yang keempat. Hal ini berkaitan
dengan pengelolaan perusahaan secara mandiri agar setiap bagiannya tidak saling
mendominasi.

e. Kewajaran dan Kesetaraan


Terakhir, prinsip good corporate governance adalah kewajaran dan kesetaraan. Hal ini
berhubungan dengan kepentingan pemegang saham.
Pasalnya, pengaruh good corporate governance terhadap return saham cukup signifikan,
khususnya bagi perusahaan yang tercatat dalam bursa efek Indonesia.

B. Direksi

1. Pengertian

Direksi adalah organ perseroan yang diberikan kewenangan bertindak atas nama
perseroan, satu-satunya organ yang melaksanakan fungsi pengurusan perseroan dan
bertanggung jawab untuk kepentingan dan tujuan perseroan. Direksi merupakan dewan
direktur (board of directors) yang dapat terdiriatas satu atau beberapa orang direksi. Apabila
direksi lebih dari satu orang direktur, maka salah satu menjadi Direktur Utama dan yang
lainnya menjadi direktur atau wakil direktur.4

Menurut Pasal 1 butir 5 UUPT, direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan
bertanggungjawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai
dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar
pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar Perseroan yang bidang usahanya
mengerahkan dana masyarakat, menerbitkan surat pengakuan utang atau perseroan terbuka,
wajib mempunyai paling sedikit dua orang anggota direksi. Orang yang dapat diangkat
menjadi anggota direksi adalah orang perseorangan yang:

a. Mampu melaksanakan perbuatan hukum


b. Tidak pernah dinyatakan pailit
4
18 Pasal 92 ayat (3) UUPT menentukan bahwa direksi perseroan terdiri atas 1 (satu) orang anggota
direksi atau lebih

4
c. Tidak pernah menjadi anggota direksi yang dinyatakan bersalah menyebabkan
suatu perseroan dinyatakan pailit
d. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindakan pidana yang merugikan keuangan
negara dalam waktu lima tahun sebelum pengangkatan (Pasal 79 Undang-Undag
Nomor 1 Tahun 1995)

Anggota direksi diangkat oleh RUPS. Pengangkatan anggota direksi untuk pertama kali
dilakukan dengan mencantumkan susunan dan nama anggota direksi dalam akta pendirian.
Anggota direksi diangkat dalam jangka waktu tertentu dengan kemungkinan diangkat
kembali.5 Tata cara pencalonan, pengangkatan dan pemberhentian anggota direksi diatur
dalam anggaran dasar tanpa mengurangi hak pemegang saham. Pembagian tugas dan
wewenang setiap anggota direksi, besar dan jenis penghasilan direksi ditetapkan oleh RUPS.

Sesungguhnya perseroan ada sebab keberadaan (raison d’ etre) direksi, karena apabila
tidak ada perseroan, maka tidak ada direksi. Itu pula sebabnya direksi sudah sepatutnya
mengabdi kepada kepentingan perseroan, bukan kepentingan satu atau beberapa pemegang
saham.6 Direksi bukan wakil pemegang saham. Direksi adalah wakil perseroan selaku
persona standi in judicio atau subjek hukum mandiri. Pengangkatan direksi oleh RUPS harus
dipandang sebagai mandat kepada direksi untuk oversee management and return profits bagi
pemegang saham.7 Maka dengan demikian, maka direksi dianggap sebagai organ perseroan
yang penting (primary organ).8

Dalam menjalankan fungsinya, direksi terikat pada kepada kepentingan perseroan secara
keseluruhan, sebagai badan hukum, bukan kepada pemegang saham. Hal ini tidak berarti
bahwa direksi bisa dengan seenaknya mengenyampingkan kepentingan pemegang saham.
Karenanya UUPT 40/2007 memberikan syarat utama bahwa itikad baik, sikap hati-hati dan
bertanggungjawab harus dimiliki oleh anggota direksi. Meski demikian, bila terjadi
pertentangan kepentingan antara kepentingan perseroan dan pemegang sahamnya, maka yang
harus didahulukan oleh direksi adalah kepentingan pemegang saham.

2. Tugas dan Peran Direksi

Direksi bersifat kolegial, dalam rangka mendukung efektivitas pelaksanaan tugas dan
Direksi membentuk komite yang didalamnya terdapat beberapa anggota dan antara
anggotanya boleh diadakan pembagian tugas. Pembagian tugas ini merupakan tata kelola
internal organisasi perseroan yang mengikat ke dalam dan tidak mengikat pihak ketiga,
sehingga dalam berhubungan dengan perseroan pihak ketiga tidak perlu meneliti ruang
lingkup kewenangan anggota direksi yang bersangkutan sesuai anggaran dasar perseroan
5
Abdulkadir Muhammad, Op., Cit., hal. 111
6
Susan MCLaughing, Unlocking Company Law, (London: Hodder Education, 2010),hal. 324
7
Janice Dean, Directing Public Companies: Company Law and the Stakeholder Society, (Laondon:
Cavendish Publish Ltd, 2001), hal. 39
8
Peter Gillies, Business Law, 10th Ed. Annandale, (New South Wales: The Ffederation Press, 2001),
hal. 909

5
tersebut. Setiap anggota direksi wajib melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan
itikad baik, serta dengan penuh tanggungjawab dan kehati-hatian.bDalam hal dibentuk
komite sebagaimana dimaksud diatas, direksi wajib melakukanbevaluasi terahadap kinerja
komite setiap akhir tahun buku.

Pembagian tugas dan wewenang setiap anggota direksi ditetapkan oleh RUPS, dalam hal
RUPS tidak menetapkan, maka pembagian tugas dan wewenang setiap anggota direksi
ditetapkan berdasarkan keputusan rapat direksi. Kepentingan perseroan adalah sasaran yang
harus dicapai oleh direksi dalam menjalankan pengurusan perseroan ditegaskan oleh Pasal 92
ayat (1) UUPT 40/2007. Yang dimaksud dengan kepengurusan menurut penjelasan diatas,
antara lain meliputi pengurusan sehari-hari dari perseroan. Direksi mewakili perseroan secara
sah dan secara langsung baik di dalam maupun di luar pengadilan tentang segala hal dan
dalam segala kejadian, mengikat perseroan dengan pihak lain dengan perseroan serta
menjalankan segala tindakan, baik yang mengenai kepengurusan maupun kepemilikan. Akan
tetapi, anggota direksi tidak berwenang mewakili perseroan apabila:

a. Terjadi perkara di depan pengadilan antara perseroan dan anggota direksi yang
bersangkutan
b. Anggota direksi yang bersangkutan mempunyai kepentingan yang bertentangan
dengan kepentingan perseroan.

Dalam keadaan semacam ini, apabila anggaran dasar tidak menetapkan ketentuan
mengenai yang berhak mewakili perseroan, RUPS mengangkat satu orang pemegang saham
atau lebih untuk mewakili perseroan.27 Direksi wajib membuat dan memelihara daftar
pemegang saham, risalah RUPS, risalah rapat direksi dan penyelenggaraan pembukuan
perseroan serta menyimpan semua di tempat kedudukan perseroan. Direksi wajib
menyelenggarakan RUPS Tahunan dan RUPS lainnya sesuai dengan kewenangan
sebagaimana diatur dalam anggaran dasar perseroan dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Berdasarkan permohonan tertulis dari pemegang saham, direksi memberi izin kepada
pemegang saham untuk memeriksa dan mendapatkan salinan daftar pemegang saham, risalah
dan pembukuan. Anggota direksi wajib melaporkan kepada perseroan mengenai kepemilikan
sahamnya dan atau keluarganya pada perseroan tersebut dan perseroan lain.9

3. Tanggung Jawab Direksi

Hubungan yang terdapat di antara direksi dan perseroan adalah sesuatu yang unik, yang
disebut Gautama sebagai hubungan keagenan. Hubungan keagenan ini timbul dari
kemungkinan bahwa anggota direksi dapat meneruskan tanggung jawab pengurusan
perseroan yang dilakukannya kepada RUPS, sebagai principal, jika kepada dia diminta
tanggung jawab pribadi akibat perbuatannya menjalankan atau berdasarkan persetujuan
RUPS sebelumnya. Hal ini berlandaskan prinsip hukum keagenan, yaitu Pasal 1809 KUHPer,

9
Pasal 86 dan Pasal 87 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.

6
principal bertanggungjawab atas perbuatan agennya, sepanjang perbuatannya itu
dilaksanakan dengan prinsip kehati-hatian dan masih dalam lingkup keagenan.10

Apabila anggota direksi menyalahgunakan kedudukannya sebagai pemegang amanah


perseroan atau apabila bersalah atau lalai dalam menjalanakan tugasnya yang mengakibatkan
perseroan menderita kerugian, maka setiap anggota direksi bertanggung jawab secara pribadi.
Menurut Pasal 97 ayat (3) UUPT 40/2007, anggota direksi bertanggung jawab atas kerugian
perseroan yang timbul akibat kesalahan atau kelalaiannya dalam menjalankan tugas
pengurusan. Dalam kaitan dengan tanggung jawab direksi ini, UUPT 40/2007
mengedepankan prinsip siapa yang bersalah, maka dialah yang bertanggung jawab.

Dalam konteks ini, maka meskipun dikenal tanggung jawab renteng bagi anggota direksi,
dalam hal anggota direksi perseroan lebih dari satu orang, sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 97 ayat (4)31, akan tetapi melalui ayat (3) nya diberikan kemungkinan bagi seorang
anggota direksi perseroan untuk dapat tidak dimintakan pertanggung jawaban bilamana ia
dapat membuktikan bahwa:

a. Kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya


b. Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian sesuai dengan
maksud dan tujuan perseroan
c. Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas
tindakan kepengurusan yang mengakibatkan kerugian
d. Telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian
tersebut.

Jika dilihat ke belakang ketentuan semacam ini juga terdapat pada Pasal 45 KUHD. Pasal
45 ayat (1) KUHD menyatakan bahwa pengurus-pengurus tidak bertanggungjawab lebih dari
pada pelaksanaan yang pantas dari beban yang diperintahkan kepadanya. Direksi tidak terikat
secara pribadi kepada pihakpihak ketiga berdasar perikatan yang dilakukan oleh perseroan.
Kemudian dilanjutkan dengan ketentuan Pasal 45 ayat (2) KUHD yang menyatakan, akan
tetapi bilamana melanggar suatu ketentuan di dalam akta atau perubahanperubahan syarat-
syaratnya kemudian, maka mereka bertanggungjawab secara pribadi penuh seluruhnya
terhadap kerugian karenanya diderita pihak-pihak ketiga.11

C. Komisaris
10
Sudargo Gautama, Indonesia Business Law, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1995),hal. 287
11
Siti Soematri Hartono, KUHD dan Peraturan Kepailitan, terjemahan, Seksi Hukumn Dagang
Fakultas Hukum Universitas Gadjhamada, Yogyakarta, 1983, hal.17

7
1. Pengertian

Dewan komisaris merupakan konsep hukum yang berasal dari hukum Jerman, serupa
dengan hukum di negara-negara yang menganut sistem hukum eropa kontinental lainya,
dalam bahasa Belanda dewan komisaris disebut Raad Van Commissarisen. Sedangkan dalam
bahasa Inggris dewan komisaris sering disebut Board of Supervisory Directors atau Board of
Director.59 Perkataan ‘komisaris’ mengandung pengertian, baik sebagai ‘organ’ maupun
sebagai ‘orang perseorangan’. Sebagai organ, komisaris lazim juga disebut dewan komisaris,
sedangkan sebagai ‘orang perseroangan’ disebut anggota komisaris.12

Menurut Munir Fuady, pengertian dari komisaris adalah suatu organ perusahaan di
samping organ perusahaan lainnya, yang mengawasi pelaksanaan tugas direksi dan jalnnya
perusahaan pada umumnya, serta memberikan nasihat-nasihat kepada direksi mupun kepada
pemegang saham/RUPS, baik diminta maupun apabila tidak diminta.13

Ketentuan yang berkaitan dengan dewan komisaris diatur dalam Pasal 1 ayat (6), Pasal
108 s/d Pasal 121 UUPT 40/2007. Dewan komisaris adalah organ perseroan yang bertugas
melakukan pengawasan secara umum dan/ atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta
memberi nasihat kepada direksi.62 Sesuai Pasal 108 ayat (3) UUPT 40/2007, setiap perseroan
harus memiliki sekurang-kurangnya 1 (satu) orang anggota dewan komisaris. 14
Pengecualiannya pada Pasal 108 ayat (5) UUPT 40/2007, dimana harus ada paling sedikit dua
orang anggota dewan komisaris, bagi perseroan yng kegiatan usahanya berkaitan dengan
menghimpun dan/atau mengelola dana masyarakat; atau yang menerbitkan surat pengakuan
utang kepada masyarakat; atau perseroan terbuka.

Berbeda dengan perseroan biasa yang boleh memiliki 1 (satu) orang atau lebih dewan
komisaris, perseroan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan menghimpun dana/atau
mengelola dana masyarakat, perseroan yang menerbitkan surat pengakuan utang kepada
masyarakat atau perseroan terbuka wajib mempunyai paling sedikit 2 (dua) orang anggota
dewan komisaris.64 Hal ini disebabkan karena perseroan yang kegiatan usahanya
menghimpun dan/ atau mengelolah dana masyarakat, perseroan yang menerbitkan surat
pengakuan utang masyarakat, atau perseroan terbuka memerlukan pengawasan dengan

12
Munir Fuady, Op. Cit., hal. 105
13
Pasal 91 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas berbunyi:
“pemegang saham dapat juga mengambil keputusan yang mengikat di luar RUPS dengan syarat
semua pemegang saham dengan hak suara mnyetujui secara tertulis dengan menandatangani usul
yang bersangkutan.”
14
Berbeda dengan UUPT 40/2007 yang menggunakan istilah dewan komisaris dan anggota dewan
komisaris, pada UUPT 1/1995 istilah yang digunakan adalah komisaris, baik untuk organ atau
lembaga maupun untuk orang yang menjabatnya, yang berkedudukan sebagai anggota organ
komisaris. Kerenanya semasa berlakunya UUPT 1/1995 terjadi kerancuan penggunaannya.
Kekurangsempurnaan ini kemudian diperbaiki oleh UUPT 40/2007, di mana istilah dewan komisaris
itu adalah organ perseroan, sementara komisaris adalah seseoang yang menjabat sebagai anggota
komisaris, sehingga meskipun hanya terdapat seorang komisaris, tetapi organnya tetap dinamakan
dewan komisaris.

8
jumlah anggota dewan komisaris yang lebih besar karena menyangkut kepentingan
masyarakat.

Untuk menjadi anggota dewan komisaris yang tugasnya menjadi pengawas, tentu harus
memiliki kelebihan dibandingkan orang yang diawasinya, setidaktidaknya sama dengan
syarat untuk menjadi direksi yang diawasi. Secara personal, syarat untuk menjadi dewan
komisaris sebagai berikut:

a. Memiliki kecakapan dalam bertindak dan berwenang untuk melakukanperbuatan


hukum
b. Diangkat oleh RUPS. Untuk pertama kalinya pengangkatan dewan komisaris
dicantumkan dalam akta pendirian PT dengan menyebutkan dalam akta tersebut
susunan dan nama komisaris.65 Pengangkatan komisaris ini diatur dalam anggaran
dasar yang mengatur mengenai tata cara pencalonan, pengangkatan, dan
pemberhentian komisaris tanpa mengurangi Hak Pemegang Saham dalam
pencalonan.15
c. Tidak pernah dinyatakan pailit selama masa tertentu, tidak dinyatakan bersalah
menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit, dan tidak dihukum karena melakukan
tindak pidana yang merugikan keuangan negara dan/atau yang berkaitan dengan
sektor keuangan.16
d. Pengangkatan anggota dewan komisaris yang tidak memenuhi persayaratan di atas,
dinyatakan batal karena hukum. Direksi harus mengumumkan batalnya pengangkatan
anggota dewan komisaris yang bersangkutan dalam surat kabar dan
memberithukannya kepada menteri untuk dicatat dalam daftar perseroan.17
e. Komisaris menjalankan tugas pengawasan terhadap direksi dan jajaran manajemen,
serta memberikan nasihat semata-mata untuk kepentingan PT sebagaimana ditentukan
dalam anggaran dasar perseroan. Terlaksananya maksud dan tujuan PT harus menjadi
prioritas dalam menjalankan tugasnya
f. Dewan komisaris terdiri atas saru orang anggota atau lebih. Dewan komisaris yang
terdiri atas lebih dari satu orang anggota merupakan majelis, maka konsekuensinya
setiap anggota dewan komisaris tidak dapat bertindak sendiri-sendiri, tetapi
berdasarkan keputusan dewan komisaris.

2. Tugas dan Kewenangan Komisaris

Berdarkan Pasal 1 angka 6 jo Pasl 108 UUPT No 40 Tahun 2007 tugas dewan komisaris
meliputi 2 (dua) hal, yaitu menjalankan fungsi pengwasan dan fungsi pemberian nasehat
kepada direksi dan jajaran manajemen perusahaan. Tugas utama dewan komisaris dalah
melakukan pengawasan terhadap kebijaksanaan pengurusan perseroan yang dilakukan direksi
dan jalannya pengurusan pada umumnya. Tugas pengawasan tersebut, dapat juga dilakukan

15
Pasal 15 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
16
Pasal 115 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
17
Pasal 112 jo 110 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

9
dewan komisaris terhadap sasaran atau objek tertentu, antara lain melakukan audit keuangan,
pengawasan atas organisasi perseroan dan pengawasan terhadap personalia:

a. Pengawasan audit keuangan. Pengawasan dalam bidang keuangan selalu menepati


posisi sentral dalam setiap perusahaan. Audit cash flow dan kesehatan keuangan
perseroan harus dimonitor dengan baik.
b. Audit organisiasi, pengawasan terhadap struktur organisasi, hubungan lini dari
pimpinan, bentuk dan besarnya struktur suatu organisasi, harus selalu disesuaikan
dengan kebutuhan perseroan. Bila akan diambil kebijakan untuk membentuk suatu
bagian tertentu dari perusahaan, maka hal tersebut harus diperhatikan dengan
sungguh-sungguh dan tepat guna. Analisis biaya dan manfaat (cost-benefit analysis)
dapat membantu menentukan bentuk dan besarnya struktur.
c. Audit personalia, pengawasan terhadap personalia, penentuan kriteria untuk
mendapatkan personal yang memenuhi kualifikasi sesuai kebutuhan perseroan
memerlukan penelitian. Meskipun terdapat prinsip-prinsip yang dititiberatkan atau
diperuntukkan bagi direksi untuk mencari sumber daya manusia, namun secara slektif
dapat diterapkan pedoman umum, seperti fiduciary duties, duties of loyalty, duties of
skill, duties of care, dan duties to act lawfully yang dapat membantu komisaris dalam
mengaudit personalia.

Tugas pengawas melekat pada pengarahan kebijakan jalannya perusahaan. Pengawasan


juga dapat bersifat preventif ataupun refresif.18 Kewenangan yang bersifat preventif, yaitu
untuk mengantisipasi kesalahan dalam pengambilan keputusan perseroan dan wewenang
yang bersifat represif untuk mengambil tindakan setelah perseroan melakukan kesalahan.
Dalam kaitannya dengan fungsi pengawasan represif, seorang atau lebih komisaris berhak
memberhentikanuntuk sementara seorang atau lebih anggota direksi, apabila anggota direksi
tersebut bertindak bertentangan dengan anggaran dasar atau perundangundangan yang
berlaku serta yang paling utama, melakukan iktikad buruk dalam kepengurusan perseroan.
Komisaris mengajukan diberhentikannya anggota direksi melalui RUPS. Memproses ke
pengadilan dengan menuntut tanggung jawab sampai kekayaan pribadi direksi apabila direksi
melakukan kesalahan, lalai, atau melakukan perbuatan hukum sehingga merugikan perseroan
atau menyebabkan pailitnya perseroan.

Dalam kaitannya dengan tugas keseharian dewan komisaris menjalankan fungsi


pengawasan antara lain meliputi:19

a. Membuat risalah rapat dewan komisaris dan menyimpan salinannya


b. Melaporkan kepada perseroan mengenai kepemilikan sahamnya dan/ atau
keluarganya kepada perseroan terserun dan perseroan lain;
c. Memberikan laporan tentang tugas kepengawasan yang telah dilakukan selama tahun
buku yang baru lampau kepada RUPS
d. Mengawasi kinerja dan kebijakan direksi dalam menjalankan perusahaan;
18
Yahya Harahap, Op. Cit., hal. 440
19
Pasal 116 jo 108 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

10
e. Memeriksa semua pembukuan, surat, alat bukti, dan berhak mencocokkan keadaan
keuangan; serta
f. Mengetahui segala tindakan yang telah dijalankan direksi.

Setiap anggota direksi komisaris harus melaksanakan tugas mereka dengan baik demi
kepentingan perseroan dan beriktikad baik dan penuh tanggung jawab dalam mengawasi serta
memberikan nasihat kepada direksi agar perseroan dapat menghasilkan laba bagi stake
holders.
Kewenangan komisaris, yaitu:

a. Dewan komisars berwenang melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan,


jalnnya pengurusan pada umumnya, baik mengenai perseroan maupun usaha
perseroan dan memberi nasihat kepada direksi20
b. Dewan komisaris berwenang memberikan nasihat dan masukan terhadap direksi dan
jajaran
c. Dewan komisaris berwenang untuk memberikaan persetujuan atau bantuan kepada
direksi dalam melakukan perbuatan hukum tertentu.Kewenangan iini biasanya dimuat
dalam anggaran dasar.21
d. Dalam keadaan tertentu, dewan komisaris berwenang melakukan tindakan pengurusan
untuk periode tertentu.22 Konsekuensinya dari mengambil kewenangan direksi, maka
semua ketentuan mengenai hak, wewenang dan kewajiban direksi berlaku terhadap
perseroan dan pihak ketiga
e. Dewan komisaris berwenang mengajukan gugatan atas nama perseroan bersama
dengan pemegang saham minoritas terhadap anggota direksi yag melakukan
kesalahan atau kelalaian sehingga menimbulkan kerugian pada perseroan
f. Berwenang mewakili perseroan menggantikan kedudukan direksi, apabila direksi
yang seharusnya mewakili perseroan tersangkut perkara di pengadilan. Dalam perkara
tersebut yang menjadi para pihaknya adalah anggota direksi yang beradangkutan dan
perseroan;78 atau terjadi keadaan dimana seluruh anggota direksi mempunyai
benturan kepentingan dengan perseroan; atau seluruh anggota direksi mempunyai
benturan kepentingan dengan perseroan.
g. Memberhentikan direksi untuk sementara waktu dengan menyebutkan alasannya.23

3. Tanggung Jawab Komisaris

1. Pasal 114 UUPT 40/2007 menyatakan, bahwa:

a. Dewan komisaris bertanggung jawab atas pengurusan perseroan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 108 ayat (1)

20
Pasal 108 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
21
Pasal 117 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
22
Pasal 118 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
23
Pasal 106 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

11
b. Setiap anggota dewan komisaris wajib dengan iktikad baik, kehatihatian, dan
bertanggung jawab dalam menjalankan tugas pengawasan dan pemberi nasehat
kepada direksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108 ayat (1) untuk kepentingan
perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan
c. Setiap anggota dewan komisaris ikut bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian
perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
d. Dalam hal dewan komisaris terdiri dari 2 (dua) anggota dewan komisaris atau lebih,
tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berlaku secara tanggung renteng
setiap anggota dewan komisaris
e. Anggota dewan komisaris tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) apabila dapat membuktikan:

1) Telah melakukan pengawasan dengan iktikad baik dan kehatihatian untuk


kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan
2) Tidak mempunyai kepentingan pribadi, baik langsung maupun tidak langsung atas
tindakan pengurusan direksi yang mengakibatkan kerugian
3) Telah memberikan nasihat kepada direksi untuk mencegah tmbuldan berlanjutnya
kerugian tersebut.

2. Pasal 114 ayat (6) UUPT 40/2007 merupakan salah satu ketentuan dalam mengatur
tentang perlindungan hukum terhadap pemegang saham minoritas menyatakan, bahwa
atas nama perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu per
sepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara dapat menggugat anggota
dewan komisaris yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada
perseroan ke Pengadilan Negeri. Ketentuan tersebut menjadi pedoman tata kelola
perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) bidang pengawasan.

3. Pasal 115 UUPT 40/2007 berkaitan dengan penerapan prinsip piercing the corporate veil.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Direksi dan Komisaris memainkan peran kunci dalam mengawasi dan membimbing
perusahaan untuk mencapai tujuan jangka panjangnya. Tata kelola perusahaan yang baik
adalah landasan bagi transparansi, akuntabilitas, dan etika dalam tindakan perusahaan.
Mereka memastikan bahwa keputusan diambil dengan mempertimbangkan kepentingan
semua pemangku kepentingan, dan ini sangat penting untuk menciptakan kepercayaan dan
meminimalkan risiko.

Tata kelola perusahaan yang baik berkontribusi secara positif terhadap pertumbuhan
perusahaan dan citra perusahaan. Ketika perusahaan memiliki tata kelola yang kuat, mereka
cenderung lebih menarik bagi investor, karyawan, dan pelanggan. Ini menciptakan kestabilan
yang diperlukan untuk pertumbuhan jangka panjang dan membangun citra perusahaan yang
positif. Selain itu, tata kelola yang baik membantu mengidentifikasi peluang dan mengelola
risiko dengan lebih baik, yang dapat mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan.

Masa depan tata kelola perusahaan yang baik akan terus berubah seiring perkembangan
lingkungan bisnis dan tuntutan pemangku kepentingan. Perusahaan harus tetap berkomitmen
untuk meningkatkan praktik tata kelola mereka, terutama dalam mengatasi isu-isu seperti
ketidaksetaraan, keberlanjutan lingkungan, dan keamanan data. Masa tata kelola perusahaan
yang baik adalah tentang menciptakan nilai jangka panjang, menjaga kepercayaan, dan
memainkan peran positif dalam masyarakat. Ini bukan hanya tanggung jawab direksi dan
komisaris, tetapi juga seluruh organisasi yang harus berperan aktif dalam mencapai tata
kelola yang baik.

13
DAFTAR PUSTAKA

M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009)


Munir Fuady, Doktrin-doktrin Modern dalam Corporate Law dan Eksistensinya dalam
Hukum Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2014)
Pasal 106 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Pasal 108 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Pasal 112 jo 110 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Pasal 115 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Pasal 117 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Pasal 118 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Pasal 15 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Siti Soematri Hartono, KUHD dan Peraturan Kepailitan, terjemahan, Seksi Hukum Dagang
Fakultas Hukum Universitas Gadjhamada, Yogyakarta, 1983
Sudargo Gautama, Indonesia Business Law, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1995)
Susan MCLaughing, Unlocking Company Law, (London: Hodder Education, 2010)

14
15

You might also like