Professional Documents
Culture Documents
Sriwahyuningsih Jaundice
Sriwahyuningsih Jaundice
Sriwahyuningsih Jaundice
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Umur : 28 Tahun
Alamat : Bekasi
Pekerjaan : Karyawan
Pendidikan : SMA
II. ANAMNESIS
perut kanan atas sejak 2 hari SMRS. Nyeri dirasakan menetap dengan
Selanjutnya nyeri muncul kembali. Nyeri dirasakan dari perut kanan atas
hingga bagian ulu hati dan menjalar sampai ke bahu kanan dan punggung.
Pasien biasanya hanya berbaring di tempat tidur saat serangan nyeri datang.
1
Keluhan disertai pusing, nafsu makan menurun, merasa cepat kenyang,
mual, muntah 3x/hari berisi cairan. Pasien juga mengeluhkan demam sejak 2
hari SMRS.
• Riwayat DM (-)
• Riwayat Hipertensi (-)
• Riwayat Asma (-)
Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah berobat sebelumnya.
2
- Normotia
- Lubang telinga : normal, secret (-/-).
- Nyeri tekan (-/-).
- Peradangan pada telinga (-)
- Pendengaran : normal.
Hidung :
- Simetris, deviasi septum (-/-).
- Napas cuping hidung (-/-).
- Perdarahan (-/-), secret (-/-).
- Penciuman normal.
Mulut :
- Simetris.
- Bibir : sianosis (-), stomatitis angularis (-).
- Gusi : hiperemia (-), perdarahan (-).
- Lidah: glositis (-), atropi papil lidah (-), lidah berselaput (-),
kemerahan di pinggir (-), tremor (-), lidah kotor (-).
- Gigi : caries (-)
- Mukosa : normal.
• Leher :
- Pembesaran KGB (-).
- Trakea : di tengah, tidak deviasi
• Thorax
Pulmo :
Inspeksi : Statis & dinamis, pergerakan dinding dan bentuk dada
simetris
Palpasi : Fremitus taktil dan fremitus vokal simetris, nyeri tekan
(-), krepitasi (-).
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru.
Auskultasi : Bronkhial (+/+), vesikuler (+/+), rhonki (-/-). Wheezing
(-/-)
Cor :
Inspeksi : Iktus cordis tampak
3
Palpasi : Iktus cordis teraba ICS V linea midklavikula sinistra
Perkusi : Batas kanan jantung : ICS IV linea sternalis dextra.
Batas kiri jantung : ICS IV linea midklavikula sinistra.
Auskultasi : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-).
• Abdomen
Inspeksi : cembung.
Auskultasi : Bising usus (+) 4-5 kali/menit.
Palpasi : Nyeri tekan pada regio epigastrium, tidak teraba
pembesaran hepar dan lien, Murphy Sign (+).
Perkusi : Timpani (+) pada seluruh lapang abdomen, Shifting
dullness (-), nyeri ketok CVA (-)
• Extremitas :
Ekstremitas atas :
Akral hangat : +/+, Deformitas : -/-, Edema: -/-, Sianosis : -/-
Ekstremitas bawah :
Akral hangat : +/+, Deformitas : -/-, Edema: -/-
• Genitourinaria :
Tidak dievaluasi.
4
Jenis HASIL SATUAN NILAI
Pemeriksaan RUJUKAN
Basofil 0 % 0-1
Segmen 94,5 % H 50-70
Limfosit 9 % L 20-40
Monosit 5 % 2-8
Stab 0,9 % L 35-47
Glukosa 156 mg/dl H 70-140
sewaktu
5
Interpretasi:
Hepar: Ukuran Tidak membesar, sudut tajam, permukaan rata, echogenitas
parenkim menurun, tekstur parenkim homogen kasar, Kapsur tidak
menebal, tidak tampak bayangan nodul / massa. Tampak penebalan pada
periporta. Vena Porta dan vena hepatica tidak melebar
Kandung Empedu : Kontur normal tidak tervisualisasi dengan jelas, tertutup
bayangan posterior acoustic shadow, dinding menebal, tampak batu
multiple dengan ukuran besar lk. 1,87 cm disertai sludge yang memenuhi
kandung empedu
Duktus Biliaris intra / ekstahepatal : tidak melebar, tidak tampak bayangan
hiperekhoik dengan acoustic shadow
Spleen : ukuran tidak membesar, tekstur parenkim homogeny halus, tidak
tampak nosuk / massa. Vena lienalis tidak melebar
Pancreas : Besar normal, kontur normal, tekstur parenkim homogeny, tidak
tampak massa / klasifikasi. Duktus Pankreatikus tidak melebar
6
Conclusion :
Cholelithiasis multiple disertai sludge kandung empedu
Suspek Hepatitis akut
USG Spleen dan pancreas saat ini tidak tampak kelainan
Kesan:
1. Hepatomegali dengan ductal ectasis biliaris intrahepatal ec. susp.
obstruksi ductus choledochus ec. stone.
2. Hydrops vesica fellea dengan cholecystitis dan sludge vesica fellea.
3. Tak tampak kelainan pada pancreas, lien, renal, vesica urianria.
4. Tak tampak ascites.
Pemeriksaan EKG
FOLLOW UP
Tanggal Subjectif Objektif Assesment Plan
7
September Os mengeluh TD: 110/70 • Cholic • USG
2020 nyeri perut P :78x/menit abdomen Abdomen
kanan atas, R :20/menit • IVFD Nacl
mual (-), S :39,0 500cc /8jam
muntah (+) Mata : Ca(-/-), • Ceftriaxone
Si(+/+) 1x 2 g IV
Leher : T.A.K • Mentronidaz
Pulmo : VBS
ole 3x550
kanan = kiri,
mg IV
RH (-/-), WH
(-/-) COR : BJ • Ranitidine 2x
1-2 reg, GL(-), 50mg Iv
Mur (-) Abdo : • Ketorolac
BU(+), NT 3x30mg IV
(+), Murphy • Sucraflat
Sign (+) syr3x2cth
Ekstre : Akral
hangat, edema
(-)
8
September Os mengeluh TD: 110/70 Cholic Terapi lanjut
2020 nyeri perut P :80x/menit abdomen
kanan atas (+), R :24/menit
mual (+), S :37,4
demam (+) Mata : Ca(-/-),
Si(+/+)
Leher : T.A.K
Pulmo : VBS
kanan = kiri,
RH (-/-), WH
(-/-) COR : BJ
1-2 reg, GL(-),
Mur (-) Abdo :
BU(+), NT
(+), Murphy
Sign (+)
Ekstre : Akral
hangat, edema
(-)
9
V. RESUME
. Nyeri dirasakan menetap dengan intensitas berat selama 1-3 jam
kemudian menghilang perlahan-lahan. Selanjutnya nyeri muncul kembali.
Nyeri dirasakan dari perut kanan atas hingga bagian ulu hati dan menjalar
sampai ke bahu kanan dan punggung. Pasien biasanya hanya berbaring di
tempat tidur saat serangan nyeri datang. Nyeri dirasakan bertambah berat
apabila pasien menghirup nafas panjang. Keluhan disertai pusing, nafsu
makan menurun, merasa cepat kenyang, mual, muntah 3x/hari berisi cairan.
Pasien juga mengeluhkan demam sejak 2 hari SMRS.
Tekanan darah 110/70 mmHg. Nadi normal (78 kali per menit, reguler).
Frekuensi nafas 20 kali/menit. Suhu tubuh 39,0oC. Pada pemeriksaan fisik
sklera tampak ikterik +/+. Abdomen pada inspeksi tampak cembung,
auskultasi terdengar bising usus (+) 4-5 kali/menit, palpasi terdapat nyeri
tekan pada regio epigastrium, tidak teraba pembesaran hepar dan lien,
Murphy Sign (+), perkusi terdengar timpani (+) pada seluruh lapang
abdomen.
VI. PENATALAKSANAAN
• RL 20 ttm
• Diet rendah lemak
• Cefotaxim 2x1 amp IV
• Omeprazole 20 mg 1X1
• Ketorolac 1 amp/IV
VII. PROGNOSIS
10
Quo ad vitam : Ad bonam
Quo ad functionam : Ad bonam
Quo ad sanationam : Ad bonam
BAB II
PEMBAHASAN
V.1. Definisi
Kolesistitis akut adalah inflamasi akut dari kandung empedu yang
dicetuskan oleh obstruksi dari duktus sistikus. 1,2
Kolesistitis akut adalah reaksi inflamasi akut dinding kandung empedu
yang disertai keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan demam. 3
Kolesistitis akut adalah inflamasi akut dinding kandung empedu. 8
Kolesistitis akut (radang kandung empedu) adalah reaksi inflamasi akut
dinding kandung empedu yang disertai keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri
tekan dan demam. 9
11
kiri yang berlanjut sebagai duktus hepatikus komunis. Bersama dengan
duktus sistikus dari kandung empedu, duktus hepatikus komunis bergabung
membentuk duktus koledokus yang kemudian bergabung dengan duktus
pankreatikus mayor lalu memasuki duodenum melalui ampulla Vater.2,6
12
terjadinya proses reabsorpsi sebagian besar anion anorganik, klorida dan
bikarbonat, diikuti oleh difusi air sehingga terjadi penurunan pH intrasistik. 2,6
2.3 Etiologi
Penyebab utama dari kolesistitis akut adalah obstruksi terus menerus dari
duktus sistikus oleh batu empedu yang mengakibatkan perdangan akut dari
kandung empedu. Pada 90 % kasus disertai dengan kolelitiasis. 1,3
1. Inflamasi Mekanik
2. Inflamasi kimiawi
13
2.4 Patogenesis
Penyebab utama kolesistitis akut adalah batu kandung empedu (90%)
sedangkan sebagian kecil kasus (10%) timbul tanpa adanya batu empedu
(kolesistitis akut akalkulus). 3,5,9
Patogenesa kolesistitis akut meliputi : (1) Obstruksi duktus sistikus
dengan distensi dan iskemia vesika biliaris, (2) cidera kimia (empedu) dan/
atau mekanik (batu empedu) pada mukosa. Dan (3) Infeksi bakteri.
Keadaan ini dimulai dengan tersangkutnya batu empedu dalam duktus
sistikus dan gangguan pengosongan vesika biliaris yang serupa dengan
etiologi kolik bilier. Tetapi harus bersifat lebih lengkap dan menetap
karena gejala sisa. Nekrosis tekanan lokal dari batu menginduksi ulserasi
dan peradangan. Dengan obstruksi, makan tekanan intraluminer dalam
vesika biliaris meningkat, terbentuk edema, aliran keluar terganggu dan
timbulo iskemik lebih lanjut. Secara makroskopik, dinding vesika biliaris
meradang akut, edematosa dan berindurasi. Derajat distensi vesika biliaris
tergantung pada jumlah fibrosis sebelumnya. Daerah perdarahan bercak-
bercak terbukti diluar dan disertai dengan daerah perlekatan fibrosa lokal
ke daerah sekelilingnya. 5
Ulserasi mukosa dan nekrosis bercak-bercak di dalam vesika
biliaris meransang lebih lanjut dan meeksaserbasi peradangan akut.
Etiologi cidera mukosa ini belum dipahami sepenuhnya. Trauma kimia
dianggap muncul dari pengaruh peningkatan tekanan intralumen,
perubahan mukosa yang berlansung lama pada kolesisititius kronika serta
adanya garam empedu dan unsur lain empedu. Enzim pankreas atau enzim
lisosom yang dilepaskan oleh mukosa yang cidera (seperti fosfolipase A)
bisa lebih mengeksaserbasi peradangan dengan pelepasan lisolesitin toksik
lokal. 5
14
Gambar 2 : Patofisiologi kolesistitis akut
(Sumber : www.wikisurgery.comimages99204.3_acute_cholecystitis.jpg)
15
mungkin juga tampak bersama dengan berbagai penyakit sistemik lainnya
(sarkoidosis, penyakit kardiovaskuler, sifilis, tuberkulosis, aktinomises) .2,9
Selain itu, dapat timbul juga pada pasien yang dirawat cukup lama yang
mendapat nutrisi secara parenteral. Hal ini dapat terjadi karena kandung
empedu tidak mendapatkan stimulus dari kolesistokinin (CCK) yang
berfungsi untuk mengosongkan kantong empedu, sehingga terjadi statis dari
cairan empedu. 5,9
Pada pemeriksaan fisis, kuadran kanan atas abdomen hampir selalu nyeri
bila dipalpasi. Pada seperempat sampai separuh pasien dapat diraba kandung
empedu yang tegang dan membesar. Inspirasi dalam atau batuk sewaktu
palpasi subkosta kudaran kanan atas biasanya menambah nyeri dan
menyebabkan inspirasi terhenti (tanda Murphy).1 3,9
Ikterus dijumpai pada 20% kasus, umumnya derajat ringan (bilirubin <
4,0 mg/dl). Apabila konsentrasi bilirubin tinggi, perlu dipikirkan adanya batu
di saluran empedu ekstra hepatik. Pada pasien – pasien yang sudah tua dan
dengan diabetes mellitus, tanda dan gejala yang ada tidak terlalu spesifik dan
kadang hanya berupa mual saja . 3,7,8,9
16
Walaupun manifestasi klinis kolesistitis akalkulus tidak dapat dibedakan
dengan kolesistitis kalkulus, biasanya kolesistitis akalkulus terjadi pada
pasien dengan keadaan inflamasi kandung empedu akut yang sudah parah
walaupun sebelumnya tidak terdapat tanda – tanda kolik kandung empedu.
Biasanya pasien sudah jatuh ke dalam kondisi sepsis tanpa terdapat tanda –
tanda kolesistitis akut yang jelas sebelumnya.2,9
2.6 Diagnosis
Diagnosis kolesistitis akut biasanya dibuat beradasarkan riwayat yang
khas dan pemeriksaan fisis. Trias yang terdiri dari nyeri akut kuadran kanan
atas, demam dan leukositosis sangat sugestif.1,2,3,9
17
Foto polos abdomen tidak dapat memperlihatkan gambaran kolesistitis
akut. Hanya pada 15 % pasien kemungkinan dapat terlihat batu tidak tembus
pandang (radiopak) oleh karena mengandung kalsium cukup banyak. 3,8,9
2.8 Penatalaksanaan
Pengobatan umum termasuk istirahat total, perbaiki status hidrasi pasien,
pemberian nutrisi parenteral, diet ringan, koreksi elektrolit, obat penghilang
rasa nyeri seperti petidin dan antispasmodik. Pemberian antibiotik pada fase
awal sangat penting untuk mencegah komplikasi seperti peritonitis, kolangitis
dan septisemia. Golongan ampisilin, sefalosporin dan metronidazol cukup
memadai untuk mematikan kuman – kuman yang umum terdapat pada
kolesistitis akut seperti E. Coli, Strep. faecalis dan Klebsiela, namun pada
pasien diabetes dan pada pasien yang memperlihatkan tanda sepsis gram
negatif, lebih dianjurkan pemberian antibiotik kombinasi.
18
% kasus akan membaik tanpa tindakan bedah. Ahli bedah yang pro operasi
dini menyatakan, timbul gangren dan komplikasi kegagalan terapi konservatif
dapat dihindarkan dan lama perawatan di rumah sakit menjadi lebih singkat
dan biaya daat ditekan. Sementara yang tidak setuju menyatakan, operasi dini
akan menyebabkan penyebaran infeksi ke rongga peritoneum dan teknik
operasi lebih sulit karena proses infalamasi akut di sekitar duktus akan
mengaburkan anatomi. 3,9
19
baik, memperpendek lama perawatan di rumah sakit dan mempercepat
aktivitas pasien. 3
2.9 Komplikasi
20
predisposisi perforasi kandung empedu, tetapi perforasi juga dapat terjadi
pada kolesistitis kronik tanpa gejala atau peringatan sebelumnya abses. 3
Perforasi lokal biasanya tertahan dalam omentum atau oleh adhesi yang
ditimbulkan oleh peradangan berulang kandung empedu. Superinfeksi bakteri
pada isi kandung empedu yang terlokalisasi tersebut menimbulkan abses.
Sebagian besar pasien sebaiknya diterapi dengan kolesistektomi, tetapi pasien
yang sakit berat mungkin memerlukan kolesistektomi dan drainase abses. 3
21
tingkat tersebut. Tempat obstruksi oleh batu empedu yang terjepit biasanya
pada katup ileosekal, asalkan usus kecil yang lebih proksimal berkaliber
normal. Sebagian besar pasien tidak memberikan riwayat baik gejala traktus
biliaris sebelumnya maupun keluhan kolesistitis akut yang sugestif atau
fistulisasi. 3
2.10 Prognosis
22
berfungsi lagi. Tidak jarang pula, menjadi kolesistitis rekuren. Kadang –
kadang kolesistitis akut berkembang secara cepat menjadi gangren, empiema
dan perforasi kandung empedu, fistel, abses hati atau peritonitis umum pada
10 – 15% kasus. Bila hal ini terjadi, angka kematian dapat mencapai 50 –
60%. Hal ini dapat dicegah dengan pemberian antibiotik yang adekuat pada
awal serangan. Pasien dengan kolesistitis akut akalkulus memiliki angka
mortalitas sebesar 10 – 50%. Tindakan bedah pada pasien tua (>75 tahun)
mempunyai prognosis yang jelek di samping kemungkinan banyak timbul
komplikasi pasca bedah. 3
BAB III
KESIMPULAN
Pasien sering mengeluhkan nyeri perut kanan atas sakit bila ditekan (tanda
Murphy positif), takikardia, mual, muntah, anoreksia dan demam. Dapat teraba
pula massa di kuadran kanan atas perut. Pemeriksaan penunjang sering
23
menunjukkan leukositosis, peningkatan serum aminotransferasi, alkali fosfatase,
serum bilirubin dan serum amilase. Pemeriksaan USG dapat merupakan
pemeriksaan penunjang yang banyak dilakukan karena kesensitifitasannya sampai
95%. Terapi dibagi menjadi dua yakni terapi konvensional berupa perbaikan
kondisi umum pasien, antibiotik sesuai dengan pola kuman, analgesik dan anti-
emetik dan terapi pembedahan bila terdapat inidikasi, dimana saat ini lebih sering
dilakukan laparaskopik kolesistektomi dikarenakan dapat memberi keuntungan
pada pasien yakni rasa nyeri pasca operasi minimal, memperpendek masa
perawatan dan memperbaiki kualitas hidup pasien lebih cepat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sulaiman, Ali.dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati. Batu empedu. Hal
161-178. Jakarta: Jaya Abadi
3. Sudoyo, W. Aru.dkk. 2009. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Kolesistitis. Hal 718-720.
Jakarta: InternaPublishing
24
4. Price, Sylvia. Wilson Lorraine. 2007. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit Vol 1. Edisi 6. Gangguan hati, Kandung Empedu dan
Pankreas. Hal 502-503. Jakarta: EGC.
5. Sabiston, C David. 1994. Buku Ajar Bedah. Bagian 2. Sistem Empedu. Hal 128-138.
Jakarta : EGC.
6. Guyton, Arthur C.2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Sekresi
Empedu oleh Hati;Fungsi dari Sistem Empedu. Hal 843-846. Jakarta : EGC
7. Mansjoer, Arif. dkk. 1999. Kapita Selekta kedokteran, Edisi ke 3 Jilid 1. Kolesistitis Akut.
Hal 511. Jakarta: Media Aesculapius
25