Professional Documents
Culture Documents
Laporan Ujian Individu (Sosio Antro)
Laporan Ujian Individu (Sosio Antro)
Laporan Ujian Individu (Sosio Antro)
OLEH:
2021/202
i
HALAMAN PENGESAHAN
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas laporan yang
berjudul ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi
tugas dosen pada pada mata kuliah sosio antropologi. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada dosen mata kuliah sosio anropologi yang telah memberikan tugas untuk
praktek turun lahan laboratorium klinik I sehingga tugas ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni.
Penulis menyadari laporan yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan...........................................................................................................2
C. Manfaat.........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
TINJAUAN TEORI.................................................................................................3
A. Tradisi...........................................................................................................3
C. Pembakaran Biomasa....................................................................................9
BAB III..................................................................................................................11
GAMBARAN KASUS..........................................................................................11
BAB IV..................................................................................................................12
PEMBAHASAN....................................................................................................12
BAB V....................................................................................................................15
PENUTUP..............................................................................................................15
A. Kesimpulan.................................................................................................15
B. Saran............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tradisi merupakan nama lain dari kebudayaan. Tradisi ini dilakukan turun
temurun dari kelompok masyarakat tertentu yang berdasarkan nilai social
budaya pada masyarakat yang bersangkutan. Tradisi memperlihatkan
bagaimana anggota masyarakat bertingkah laku, baik dalam kehidupan yang
bersifat duniawi maupun hal-hal yang bersifat gaib atau keagamaan
Sasak tradisi Peraq api mempunyai makna dan arti tersendiri bagi
pendukungnya. Dalam upacara tersebut dipimpin oleh Belian nganak (dukun
beranak) dukun bersama keluarga atau orang tua bayi mempersiapkan
perlengkapan dan peralatan yang akan digunakan dalam pelaksanaan upacara
1
Peraq Api. Dukun beranak memimpin acara mulai dari persiapan, proses
acara, sampai acara selesai.
B. Tujuan
Tujuan Umum:
Untuk mengetahui lebih dalam tradisi Peraq Api yang berkaitan
dengan kesehatan ibu dan anak..
Tujuan Khusus:
1. Untuk mengetahui bagaimana apakah tradisi Peraq Api di Desa Sedau
masih dilakukan dan bagaimana hubungannya dengan kesehatan ibu
dan anak.
2. Untuk mengetahui dampak positif tradisi tradisi Peraq Api terhadap
kesehatan ibu dan bayi
3. Untuk mengetahui dampak negatif tradisi tradisi Peraq Api terhadap
kesehatan ibu dan bayi
C. Manfaat
Hasil wawancara ini diharapakan dapat memberikan informasi dan
pemahaman bahwa derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh budaya
diantaranya adalah tradisi. Perilaku masyarakat dalam memelihara dan
menjaga kesehatan sangat dipengaruhi oleh tradisi dan kebiasaan yang
dilakukan oleh masyarakat.
D. Metode Praktek Lapang
Metode yang digunakan dalam pelaksanan Praktek Lapangan adalah
dengan metode wawancara dimana penulis melakukan wawancara pda
“Ny. S” selaku masyarakat Sedau. Data yang diperoleh berupa informasi
bagaimana prosedur secara garis besar tradisi Peraq Api dilakukan.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Tradisi
1. Definisi tradisi.
2. Fungsi tradisi.
Menurut Shils (1981) bahwa manusia tak mampu hidup tanpa tradisi
meski mereka sering merasa tak puas terhadap tradisi mereka. Suatu
tradisi itu memiliki fungsi bagi masyarakat antara lain; 1) dalam bahasa
klise dinyatakan, tradisi adalah kebijakan turun-temurun. Tempatnya di
dalam kesadaran, keyakinan norma dan nilai yang kita anut kini serta di
dalam
3
benda yang diciptakan di masa lalu. Tradisi pun menyediakan fragmen
warisan historis yang kita pandang bermanfaat. Tradisi seperti onggokan
dan material yang dapat digunakan orang dalam tindakan kini dan untuk
membangun masa depan; 2) menyediakan simbol identitas kolektif yang
meyakinkan, memperkuat loyalitas primordial terhadap bangsa,
komunitas dan kelompok. Tradisi daerah, kota dan komunitas lokal sama
perannya yakni mengikat warga atau anggotanya dalam bidang tertentu;
3) membantu menyediakan tempat pelarian dari keluhan, kekecewaan
dan ketidakpuasan kehidupan modern. Tradisi yang mengesankan masa
lalu yang lebih bahagia menyediakan sumber pengganti kebanggaan bila
masyarakat berada dalam krisis.
4
tradisional secara kuratif. Sebagai contoh pengaruh kebudayaan terhadap
masalah kesehatan adalah penggunaan kunyit sebagai obat untuk
menyembuhkan penyakit kuning (hepatitis) di kalangan masyarakat
Indonesia. Masyarakat menganggap bahwa warna penyakit pasti akan
sesuai dengan warna obat yang telah disediakan oleh alam. Hal itu
menunjukkan bahwa kebudayaan dan pengetahuan serta teknologi sangat
berpengaruh terhadap kesehatan (Jimung, 2019).
Kesehatan ibu dan bayi masih merupakan salah satu masalah kesehatan
yang menjadi prioritas yang memerlukan penanganan yang lebih optimal.
Berbagai upaya kesehatan telah dilakukan untuk meningkatkan derajat
kesehatan ibu maupun bayi. Upaya kesehatan ibu dan bayi adalah upaya di
bidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu
hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir.
a. Kesehatan ibu.
5
sangat luas antara daerah perkotaan dan pedesaan, kaya dan miskin,
baik antar daerah di dalam suatu negara (WHO, 2018).
b. Masa nifas
e. Kesehatan bayi.
Bayi yang baru lahir atau neonatus adalah anak di bawah usia
28 hari. Selama 28 hari pertama kehidupan ini anak berisiko paling
tinggi untuk meninggal. Oleh karena itu, pemberian makan dan
perawatan yang tepat diberikan selama periode ini baik untuk
meningkatkan peluang anak untuk bertahan hidup maupun untuk
meletakkan fondasi bagi kehidupan yang sehat (WHO, 2018).
7
pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir
yang sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang
mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian. Pencegahan
merupakan hal terbaik yang harus dilakukan dalam penanganan
neonatus sehingga neonatus sebagai organisme yang harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin dapat
bertahan dengan baik karena periode neonatus merupakan periode
yang paling kritis dalam fase pertumbuhan dan perkembangan bayi.
8
ramai. Sedangkan kerugiannya antara lain bayi pada usia sebelum 40
hari mempunyai beberapa kebutuhan yang harus dipenuhi dan harus
dibawa keluar rumah, misalnya untuk imunisasi, berobat ke
pelayanan kesehatan ketika bayi mengalami keluhan. Pemakaian
gurita pada bayi jika dikatkan dengan kesehatan dapat mengurangi
Universitas Sumatera Utara daya pernapasan pada bayi yang pada
akhirnCya bayi tersebut sesak napas, karena bayi lebih banyak
menggunakan pola pernapasan perut (Mubarak et al., 2013).
C. Pembakaran Biomasa
a. Pengertian
9
Asap yang berasal dari pembakaran kayu dan bahan organik lain
mengandung campuran gas, partikel, dan bahan kimia akibat
pembakaran yang tidak sempurna. Komposisi asap dari pembakaran
tersebut terdiri dari gas seperti karbon monoksida, karbon dioksida,
nitrogen oksida, ozon, sulfur dioksida dan lainnya. Partikel yang
timbul akibat pembakaran ini biasa disebut sebagai particulate matter
(PM). PM ada yang berukuran kurang dari 10µm dan ada juga yang
berukuran lebih dari 10 µm (Kementerian Kesehatan RI, 2015).
1
BAB III
TINJAUAN KASUS
Hasil wawancara yang dilakukan pada Ny. “S” terkait aspek sosial budaya
tradisi “Peraq Api” yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak di Puskesmas
Sedau, Lombok Barat. Adapun hasil wawancara yang dilakukan pada Ny. “S”
adalah sebagai berikut:
1. Identitas diri
Umur: 28 Tahun
1
BAB IV
PEMBAHASAN
1
menginginkan tradisi Peraq Api ini hilang namun sebaliknya mereka
menginginkan tradisi ini tetap dilestarikan oleh anak cucu mereka .
2. Melalui tradisi Peraq Api bermanfaat untuk mejalin ikatan keakraban karena
masyarakat mengundang para kerabat dan saudara untuk berkunjung dan
bersilaturahmi. Melalui tradisi Peraq Api pula banyak saudara yang bertemu.
Khususnya kaum kerabat yang berada di wilayah tertentu itu sendiri.
Masyarakat Kawo mengatakan bahwa tradisi Peraq Api merupakan suatu acara
yang membuat mereka bisa bertemu dengan para kerabat dan sanak saudara.
Bentuk silaturahmi yang terjadi ketika tradisi Peraq Api sebenarnya tidak jauh
berbeda dengan bentuk silaturahmi ketika upacara atau kegiatan tradisi lainnya.
Dari proses perak api itu dilakukan, dapat disimpulkan bahwa tradisi budaya
ini dapat berdampak negatif pada kesehatan ibu dan bayi. Menurut (WHO, 2018),
bayi yang baru lahir atau neonatus adalah anak di bawah usia 28 hari. Selama 28
hari pertama kehidupan ini anak berisiko paling tinggi untuk meninggal. Oleh
karena itu, pemberian makan dan perawatan yang tepat diberikan selama periode
ini baik untuk meningkatkan peluang anak untuk bertahan hidup maupun untuk
meletakkan fondasi bagi kehidupan yang sehat. Tetapi, pada tadisi ini bayi baru
lahir sudah diberikan asap hasil pembarakan yang berasal dari kayu yang
membuat secara tidak langsung akan berdampak negatif pada bayi.
Menurut (Kementerian Kesehatan RI, 2015), asap yang berasal dari
pembakaran kayu dan bahan organik lain mengandung campuran gas, partikel,
dan bahan kimia akibat pembakaran yang tidak sempurna. Komposisi asap dari
pembakaran tersebut terdiri dari gas seperti karbon monoksida, karbon dioksida,
nitrogen oksida, ozon, sulfur dioksida dan lainnya. Partikel yang timbul akibat
pembakaran ini biasa disebut sebagai particulate matter (PM). PM ada yang
berukuran kurang dari 10µm dan ada juga yang berukuran lebih dari 10 µm.
Secara umum bahan pencemar senyawa kimia nitrogen oksida, sulfur dioksida,
karbon monoksida,ozon dan partikulat di udara menyebabkan gangguan kesehatan
pada manusia seperti luka mata dan luka saluran pernapasan.
1
Jadi, hubungan budaya dengan kesehatan menurut (Jimung, 2019) merupakan
pemahaman terhadap keadaan sehat dan keadaan sakit tentunya berbeda di setiap
masyarakat tergantung dari kebudayaan yang mereka miliki. Pada masa lalu,
ketika pengetahuan tentang kesehatan masih belum berkembang, kebudayaan
memaksa masyarakat untuk menempuh cara ‘trial and error’ guna menyembuhkan
segala jenis penyakit, meskipun risiko untuk meninggal masih terlalu besar untuk
pasien. Kemudian perpaduan antara pengalaman empiris dengan konsep
kesehatan ditambah juga dengan konsep budaya dalam hal kepercayaan
merupakan konsep sehat tradisional secara kuratif. Sebagai contoh pengaruh
kebudayaan terhadap masalah kesehatan adalah penggunaan kunyit sebagai obat
untuk menyembuhkan penyakit kuning (hepatitis) di kalangan masyarakat
Indonesia. Masyarakat menganggap bahwa warna penyakit pasti akan sesuai
dengan warna obat yang telah disediakan oleh alam. Hal itu menunjukkan bahwa
kebudayaan dan pengetahuan sangat berpengaruh terhadap kesehatan.
1
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tradisi perak api merupakan salah satu tradisi yang masih dilakukan oleh
masyarakat di Desa Sedau. Tradisi peraq api dilakukan oleh bayi balita
dengan tujuan untuk memberikan nama pada bayi . Jenis perawatan yang
dilakukan berupa pengasapan bayi dengan cara bayi diputer-puter di atas uap
bara api.
Desa Sedau tetap mempertahankan tradisi peraq api dengan berbagai
alasan, diantaranya adalah bahwa tradisi ini sudah dilakukan sejak dahulu dan
merupakan warisan nenek moyang atau tradisi turun-temurun. Tradisi ini juga
dilakukan atas anjuran tetua kampung dan anjuran ibu maupun ibu mertua.
Tradisi marapi masih merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan masyarakat. Tradisi marapi sekalipun dilakukan dengan maksud
mengupayakan kesehatan ibu nifas dan bayinya tapi pada kenyataannya
praktik tradisi ini merupakan perilaku berisiko yang dapat merugikan
kesehatan ibu dan bayi. Risiko gangguan kesehatan yang dialami oleh ibu dan
bayi diantaranya adalah gangguan sistem pernapasan, luka bakar, penurunan
tekanan darah, ruam di kulit dan bahkan akibat fatal yang paling perlu
diwaspadai adalah dapat mengakibatkan kematian.
B. Saran
Perawatan masa nifas untuk ibu dan bayi diharapkan dapat dilakukan
dengan cara yang lebih sehat. Misalnya untuk menghangatkan ibu dan bayi
bisa menggunakan selimut atau dengan alat maupun benda yang tidak
menimbulkan asap. Pelaksanaan peraq api dapat dilakukan tanpa
menggunakan sabut kelapa dan daun-daunan yang dibakar. Mendapatkan
manfaat dari daun-daunan dapat dilakukan dengan direbus, kemudian airnya
dapat diminum atau digunakan sebagai campuran untuk air mandi ibu.
Diharapkan dengan cara demikian ibu dan bayi dapat terhindar dari asap saat
melakukan tradisi peraq api.
1
DAFTAR PUSTAKA
Ansori, Zakaria. (2018). Tradisi Peraq Api dalam Dinamika Perubahan Sosial
Pada Masyarakat Kawo. Jurnal Schemata, Vol. 7(1), 61-75.
Usman & Sapril (2018). Pemanfaatan budaya posoropu dalam perawatan masa
nifas oleh perempuan Buton Utara. Jurnal MKMI, 14(3), 268-277. _
Nur Azizah Zuhriah. (2019). Eksistensi Sufisme Dalam Tradisi Pedaq Api Di
Lombok.