1 PB

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

http://journal.trunojoyo.ac.

id/jurnalkelautan Jurnal Kelautan

Volume 16, No. 2, 2023

ISSN: 1907-9931 (print), 2476-9991 (online)

KEPADATAN DAN LAJU PERTUMBUHAN BULU BABI (Tripneustes gratilla) DI


PERAIRAN LETMAN, KABUPATEN MALUKU TENGGARA
THE DENSITY AND GROWTH RATE OF SEA URCHINS (Tripneustes gratilla) in LETMAN
WATERS, SOUTHEAST MALUKU DISTRICT

Rosita Silaban* dan Johny Dobo

Program Studi Teknologi Kelautan, Politeknik Perikanan Negeri Tual


Jl. Raya Langgur-Sathean Km 6 Kabupaten Maluku Tenggara

*Corresponding author email: rosita.silaban@polikant.ac.id

Submitted: 23 February 2023 / Revised: 23 Juny 2023 / Accepted: 06 July 2023

http://doi.org/10.21107/jk.v16i2.19152

ABSTRAK

Aktivitas penangkapan biota padang lamun khususnya terhadap bulu babi cenderung ke arah
penangkapan berlebih (over fishing). Pengambilan bulu babi di alam terus dilakukan tanpa
mempertimbangkan aspek kelestariannya, sehingga ada kecenderungan populasi bulu babi tersebut
menurun secara drastis dari tahun ke tahun. Penurunan stok bulu babi di alam akan semakin cepat
jika tingkat eksploitasinya lebih sering dilakukan, karena penambahan individu baru (recruitment) dari
populasi tersebut tidak sebanding dengan hasil tangkapan. Diperkirakan tingkat eksploitasi
sumberdaya tersebut di alam telah melebihi batas yang diperbolehkan (over exploitation). Tujuan
penelitian antara lain mengetahui dan menganalisis kepadatan dan laju pertumbuhan bulu babi (T.
gratilla). Penelitian dilakukan di pesisir perairan Letman, Kepulauan Kei Kecil selama bulan
September sampai November 2022 dengan dua kali pengambilan sampel setiap bulannya. Sampel
bulu babi diperoleh dari hasil pengambilan sampel menggunakan metode belt transek pada saat air
surut dan dipasang tegak lurus garis pantai ke arah laut. Kepadatan bulu babi di perairan Letman
tergolong rendah dengan distribusi tidak merata terkait kedalaman dan tutupan lamun. diameter bulu
babi yang tertangkap berkisar antara 1.7-8.8 cm dengan ukuran rata-rata 5.2 cm. Hasil analisis
menunjukan bahwa pertumbuhan bulu babi bersifat allometrik negatif, lambat dan diameter infinitif
kecil.

Kata kunci: kepadatan, laju pertumbuhan, bulu babi

ABSTARCT

Fishing activities for seagrass biota, especially for sea urchins, tend to be over-fishing. Sea urchins
are collected from nature without considering the aspect of sustainability, so there is a tendency for
the sea urchin population to decrease drastically from year to year. The decline in sea urchin stocks in
nature will accelerate if the level of exploitation is more frequent, because the addition of new
individuals (recruitment) from the population is not proportional to the catch. It is estimated that the
level of exploitation of these resources in nature has exceeded the permissible limits (over
exploitation). The aims of the research included knowing and analyzing the density and growth rate of
sea urchins (T. gratilla). The research is planned to be carried out in the coastal waters of Letman, Kei
Kecil Islands from September to November 2022 with two samplings per month. Sea urchin samples
were obtained from the results of sampling using the belt transect method at low tide and installed
perpendicular to the shoreline towards the sea. The density of sea urchins in Letman waters is low
with an uneven distribution regarding seagrass depth and cover. The diameter of the sea urchins
caught ranged from 1.7-8.8 cm with an average size of 5.2 cm. The results of the analysis showed that
the growth of sea urchins was negative allometric, slow and small infinitive diameter.

Keywords: density, growth rate, sea urchins

101
Jurnal Kelautan, 16(2), 101-109 (2023)
PENDAHULUAN kepadatan dan laju pertumbuhan bulu babi
(Tripneustes gratilla) di Perairan Letman.
Ketersediaan bulu babi di berbagai negara
terus menurun akibat tangkap lebih, di sisi lain MATERI DAN METODE
permintaan selalu ada bahkan terus Lokasi Penelitian
meningkat, kondisi ini telah menciptakan
kesempatan bagi kegiatan akuakultur bulu Penelitian ini dilakukan pada bulan September
babi (Andrew et al., 2002). Kegiatan akuakultur sampai November 2020 yang berlokasi di
bulu babi T. gratilla di Indonesia secara perairan Letman, Kabupaten Maluku Tenggara
komersial belum dilakukan. Penelitian tentang (Gambar 1). Perairan Letman merupakan tipe
bulu babi untuk akuakultur masih sedikit pantai pasir berkarang. Masyarakat sekitar
dilakukan, kondisi ini berujung tidak pesisir biasanya melakukan aktivitas bameti
tersedianya benih bagi kegiatan akuakultur yaitu mengumpulkan organisme laut
(Baruadi & Nane, 2020). Bulu babi merupakan diantaranya spesies moluska dan
salah satu jenis yang mempunyai nilai echinodermata untuk dijadikan sebagai bahan
ekonomis penting, dari sekian banyak makanan, dijual ke pasar dan untuk
sumberdaya hayati yang berasal dari laut. Bulu memancing ikan. Lokasi ini termasuk dalam
babi merupakan bahan makanan yang wilayah Kecamatan Kei Kecil yang secara
berprotein tinggi. Sumberdaya perikanan, geografis sebelah utara berbatasan dengan
seperti bulu babi tersebut cukup prospektif Desa Dullah Laut, sebelah selatan dengan
untuk dikembangkan. Nilai prospetif seperti Desa Ohoililir, barat berbatasan dengan Desa
gonad, dikalangan masyarakat belum Dunwahan, dan sebelah timur berbatasan
memanfaatkan secara optimal, hal ini dengan Desa Fair. Substrat yang
diakibatkan oleh masih kurangnya informasi mendominasi perairan pantai Letman adalah
dan pengetahuan mengenai manfaat dan patahan karang mati, pasir, karang, batu,
kegunaan daripada bulu babi spesies T. kerikil dan lumpur. Vegetasi pohon ketapang
gratilla. Pemanfaatan sumberdaya hayati dan kelapa berada di tepian pantai, sementara
perairan harus diusahakan seoptimal mungkin ke arah subtidal terdapat ekosistem terumbu
tanpa mengganggu kelestariannya. Mengingat karang yang sangat luas. Ekosistem mangrove
usaha pengembangan sistem dan metode yang tidak terlalu padat juga berada di sekitar
budidaya bulu babi yang prospektif, maka daerah intertidal perairan Letman.
perlunya langkah-langkah konkrit untuk
mengetahui karakteristik dan aspek bilogis dan Bahan dan Alat
ekologisnya. Aktivitas penangkapan biota
padang lamun khususnya terhadap bulu babi Alat dan bahan yang digunakan dalam
cenderung ke arah penangkapan berlebih penelitian ini antara lain : GPS, termometer
(over fishing). Pengambilan bulu babi di alam batang, refraktometer tipe S-Mill, pH meter,
terus dilakukan tanpa mempertimbangkan secchi disk, DO meter, timbangan digital,
aspek kelestariannya, sehingga ada kaliper, baskom, ember, mikroskop binokuler
kecenderungan populasi bulu babi tersebut tipe Nikon SMZ645 dan Nikon DS-Fol, botol
menurun secara drastis dari tahun ke tahun. sampel, gunting, pisau, sendok, jepitan
Menurut Uneputty et al. (2016) kepadatan bulu gorengan, kamera digital, kuadran, alat tulis
babi di perairan Desa Liang, Kota Ambon menulis, buku identifikasi. Bahan yang dipakai
tergolong rendah yaitu ≤ 3 individu per 100 m 2 yaitu kantong plastik ukuran 1 kg, karet
disebabkan karena tingginya tingkat gelang, spidol permanen, aquades, tissue dan
eksploitasi penangkapan. Penurunan stok bulu aplikasi tide times.
babi di alam akan semakin cepat jika tingkat
Prosedur Penelitian
eksploitasinya lebih sering dilakukan, karena
penambahan individu baru (recruitment) dari Sampel bulu babi diperoleh dari hasil
populasi tersebut tidak sebanding dengan hasil pengambilan sampel menggunakan metode
tangkapan. Diperkirakan tingkat eksploitasi belt transect pada saat air laut surut. Transek
sumberdaya tersebut di alam telah melebihi dipasang tegak lurus garis pantai menuju tubir
batas yang diperbolehkan (over exploitation). dan kuadrat yang digunakan berukuran 5x5 m.
Penelitian terhadap populasi bulu babi di Setiap individu bulu babi yang ditemui
Kepulauan Kei Kecil masih jarang dilakukan, sepanjang garis transek dikumpulkan,
padahal masyarakat di daerah setempat telah dibersihkan dan kemudian diukur. Pengukuran
lama mengeksplorasi bahkan hampir diameter dan tinggi bulu babi dilakukan
mengeksploitasi sumber daya ini. Penelitian ini dengan menggunakan kaliper dengan
bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis ketelitian 0,1 mm sedangkan beratnya
ditimbang dengan menggunakan timbangan

102
Silaban dan Dobo, Kepadatan dan Laju Pertumbuhan Bulu Babi
digital dengan ketelitian 0,01 gr. Variabel bulu babi dilakukan analisis vegetasi lamun
biologi bulu babi yang diukur antara lain: dengan menggunakan kuadrat berukuran 1 x 1
jumlah (individu), diameter cangkang (mm), m yang diletakkan secara acak. Variabel yang
bobot tubuh (gr) dan jenis kelamin. diamati meliputi jenis, kerapatan, tutupan dan
sebaran lamun di lokasi penelitian. Penentuan
Pada saat pengambilan sampel bulu babi, juga jenis lamun dilakukan secara langsung dengan
dilakukan pengukuran kondisi hidrologis yaitu menggunakan identifikasi lamun menurut
suhu, salinitas, DO dan pH serta pengamatan Seagrass Watch Northern Fisheries Center
terhadap substrat. Untuk mengetahui variabel Australia (Lanyon, 1986).
lingkungan yang mempengaruhi keberadaan

Gambar 1. Lokasi penelitian

Analisis Data Hubungan Diameter Cangkang dengan


Kepadatan Bulu Babi (Tripneustes gratilla) Bobot Tubuh

Perhitungan kepadatan bulu babi diperoleh Hubungan diameter cangkang dengan bobot
dari jumlah individu suatu jenis per luasan tubuh bulu babi menggunakan uji regresi
daerah pengambilan sampel yang dapat dengan rumus sebagai berikut (Silaban et al,
dirumuskan sebagai berikut (Miranto, 2013) : 2021) :
𝑛𝑖 W = a 𝐿 𝑏 ……………………………………... (3)
𝐾= ………………................................... (1)
𝐴
Keterangan: W= bobot total bulu babi (gram);
Dimana: K= kepadatan jenis (ind/ m2); ni= L= diameter (panjang) cangkang bulu babi
jumlah individu suatu jenis (ind); A= luasan (mm); a dan b = konstanta
daerah pengambilan sampel (m2)
Hubungan parameter diameter cangkang
Sebaran Frekuensi Bulu Babi (Tripneustes dengan bobot tubuh bulu babi dapat dilihat dari
gratilla) nilai b yang dihasilkan. Nilai b sebagai
penduga kedekatan hubungan antara kedua
Frekuensi kelas ukuran diperoleh dengan parameter, yaitu:
menggunakan rumus yang dikemukakan oleh
Uneputty et al. (2018) sebagai berikut: Nilai b=3, menunjukan pola pertumbuhan
isometrik (pola pertumbuhan panjang sama
J = X max – X min ………………..…………. (2) dengan pola pertambahan berat); nilai b≠3,
menunjukan pola pertumbuhan allometrik.
dimana J adalah kisaran kelas, X max adalah
panjang maksimum dan X min adalah panjang Parameter Pertumbuhan dan Umur
minimum. Jumlah kelas yang tersedia (k)
untuk jumlah sampel yang diperoleh dihitung Penghitungan pertumbuhan bulu babi
sebagai berikut: k = 1 + 3,3 log n dimana n dilakukan dengan pendekatan metode Plot-
adalah ukuran populasi. Walford untuk menduga parameter
pertumbuhan 𝐷∞ dan K dari persamaan von
Bartalanffy sebagai berikut (King, 1995):

103
Jurnal Kelautan, 16(2), 101-109 (2023)
𝐷𝑡 = 𝐷∞ (1 − 𝑒 [−𝐾(𝑡−𝑡0)] )…………..………… (4) Kedalaman perairan berpengaruh terhadap
keberadaan bulu babi. Kedalaman terkait
Keterangan: Dt= diameter cangkang pada dengan penetrasi sinar matahari yang
umur t (satuan waktu); 𝐷∞ = diameter memasuki kolom perairan. Bulu babi
maksimum secara teoritis (diameter asimtotik); merupakan biota yang sangat sensitif terhadap
K = koefisien pertumbuhan (per satuan waktu); sinar matahari sehingga seringkali ditemukan
to = umur teoritis pada saat panjang sama pada padang lamun yang tidak terekspose
dengan nol sinar matahari, bersembunyi di sela karang
dan membungkus diri dengan daun lamun dan
Untuk mengetahui kelompok umur bulu babi patahan karang (Setyawan, 2014).
digunakan metode Bhattacharya (1967)
dengan bantuan program FiSAT (Fish Stock Kondisi Vegetasi Lamun di Perairan
Assessment Tools). Letman

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian ditemukan


Parameter Fisik Kimia Perairan Letman terdapat 3 jenis lamun di pantai perairan
Letman yaitu Thalassia hempricii, Cymodocea
Kondisi fisik dan kimia perairan Letman rotundata dan Halophila ovalis. Tipe vegetasi
merupakan kondisi yang ideal. Kisaran suhu lamun di lokasi penelitian adalah vegetasi
yang hampir sama juga diperoleh Uneputty et gabungan yang tersebar di sepanjang pantai
al. (2016) berkisar antara 28-29°C. Suhu sesuai dengan tipe substrat. Lamun Thalassia
perairan dapat mempengaruhi proses hempricii tumbuh mendominasi sebagian
metabolisme dan siklus reproduksi bulu babi. besar daerah penelitian. Hal ini disebabkan
Suhu sangat berpengaruh terhadap substrat di lokasi penelitian cocok bagi
perkembangan singkat periode planktonik bulu pertumbuhan Thalassia hempricii yaitu
babi yang mengakibatkan penurunan tekanan berpasir. Vegetasi monospesifik dari T.
predasi dan juga mengubah hubungan antar hemprichii merupakan unit vegetasi yang
populasi (O'Connor et al., 2007; Byrne et al., paling luas sebarannya dan seringkali tumbuh
2010). Salinitas perairan di lokasi penelitian dalam vegetasi campuran pada substrat yang
menunjukan kisaran yang masih dapat ditolerir mengalami gangguan. T. hemprichii, hidup
oleh bulu babi. Kisaran salinitas yang berbeda dalam semua jenis substrat, bervariasi dari
diperoleh Uneputty et al. (2016) yaitu antara pecahan karang hingga substrat lunak, bahkan
30-31‰. Dalam masa pertumbuhan, salinitas pada lumpur cair, tetapi akan menjadi dominan
merupakan faktor yang sangat penting, hanya pada substrat keras (Hartati et al.,
dengan kata lain variasi salinitas dapat 2017). Sedangkan menurut Wicaksono et al
mempengaruhi organisme laut. Efek (2012) jenis T. hemprichii sering ditemukan
perubahan salinitas dapat mempengaruhi melimpah pada daerah yang memiliki substrat
derajat kelangsungan hidup dan pertumbuhan dasar pasir lanau, pasir kasar, dan pecahan
organisme. Bulu babi tergolong hewan karang.
stenohalin (Roller & Stickle, 1993) dan
fluktuasi salinitas dapat memiliki pengaruh Kerapatan lamun yang menyusun vegetasi di
berbeda pada pertumbuhan dan kelangsungan pantai Letman ditemukan tidak merata
hidup larva dan juvenil bulu babi (Drouin et al., (Gambar 2). Secara keseluruhan jenis lamun
1985). yang paling luas sebarannya adalah jenis T.
hemprichii dengan kerapatan jenis antara 75-
pH perairan lokasi penelitian masih berada 564 ind/m2. Jenis lamun C. rotundata dan
pada kisaran yang dapat mendukung Halophila ovalis merupakan jenis yang
kelangsungan hidup bulu babi. Penurunan pH sebarannya terbatas dengan kerapatan
di bawah 7,0, menyebabkan penurunan masing-masing sebesar 42-315 ind/m2 dan 2-
kelangsungan hidup dan ukuran larva, 144 ind/m2. T. Hemprichii merupakan jenis
meskipun morfologi eksternal (bentuk) larva lamun yang mampu tumbuh dan berkembang
tidak terpengaruh (Clark el al., 2009). Secara dalam kondisi apapun seperti tak
keseluruhan kisaran DO di lokasi penelitian beroksigen/anoxia atau kadar oksigen rendah
masih berada dalam kisaran yang cukup baik yang merupakan sifat habitat pasang surut
yakni 7,2-7,9 mg/l. Oksigen sangat esensial yang dangkal, karena T. hemprichii
untuk menjaga organisme tetap hidup, proses mempunyai sistem perakaran serabut dengan
reproduksi, dan untuk perkembangan populasi. mikrozoma akar aerobic sehingga mampu
Konsentrasi oksigen terlarut yang dapat berkoloni lebih lebat pada habitat yang
ditolerir biota perairan untuk berbagai dangkal dibandingkan jenis lamun lainnya
kebutuhan hidup berbeda-beda namun tetap (Cahyani et al., 2014).
berada dalam standar baku mutu lingkungan.

104
Silaban dan Dobo, Kepadatan dan Laju Pertumbuhan Bulu Babi
600 564
500

Kerapatan (ind/m²)
Min
400
313 Max
300

200 144
100 75
42
2
0
TH CR HO

Gambar 2. Kerapatan minimum dan maksimum jenis lamun di pantai Letman


TH=Thalassia hemprichii; CR=Cymodocea rotundata; HO=Halophila ovalis

Kepadatan Bulu Babi (Tripneustes gratilla) Tripneustes gratilla sering ditemukan di daerah
berpasir atau pasir lumpur yang banyak
Jumlah individu bulu babi yang ditemukan ditumbuhi lamun dengan kedalaman antara
berkisar antara 6-17 individu/kuadran (25m2). 0.5-20 m.
Secara keseluruhan kepadatan bulu babi
berkisar antara 4.14-5.62 individu/100m2 Bulu babi banyak dijumpai pada jarak 300-
(Gambar 3). Kepadatan bulu babi di lokasi 500m ke arah laut yang merupakan daerah
penelitian lebih tinggi dibanding pada perairan dengan tutupan lamun yang relatif rendah
Titawai sebesar 2,62 ind/m2 (Suriani et al., dengan komposisi jenis lamun Thalassia
2020) serta di Pelita Jaya dan Pulau Osi hemprichii dan Cymodocea rotundata serta
sebesar 1.03-1.38 ind/m2 (Lewerissa dan berasosiasi dengan makroalga jenis Padina
Kalay, 2020). Tingginya nilai kepadatan sp. Tripneustes gratilla merupakan salah satu
disebabkan karena didukung oleh habitat yang grazer penting di padang lamun dengan
cocok yaitu substrat berpasir dengan makanan utama Thalassia, Syringodium,
kerapatan lamun yang tinggi. Hal ini sesuai Thalassodendron dan Cymodocea serta
dengan pendapat Radjab (2004) yang 82.4% isi lambungnya adalah Thalassia
menyatakan pada umumnya masing-masing hemprichii (Lewerissa dan Kalay, 2020).
jenis memiliki habitat yang spesifik, seperti
6,00 5,62
5,32
Kepadatan (ind/100m²)

4,93
5,00
4,14
4,00
3,00
2,00
1,00
0,00
1 2 3 4
Transek

Gambar 3. Kepadatan bulu babi di perairan Letman

Sebaran Frekuensi Bulu Babi (Tripneustes sebaiknya dilakukan pada ukuran ≥ 53mm
gratilla) karena pada ukuran tersebut, bulu babi telah
melakukan pemijahan paling sedikit sekali
Ukuran diameter bulu babi hasil tangkapan sehingga layak untuk dipanen. Ditemukannya
berkisar antara 1.7-8.8 cm dengan nilai rata- individu muda berukuran kecil dalam penelitian
rata 5.2 cm (Gambar 4). Jumlah individu ini mungkin disebabkan terjadinya mortalitas
terbanyak dimiliki oleh selang kelas 5.3-5.8 cm alami yang rendah. Juinio-Menes et al. (2008)
sebanyak 306 ind atau sebesar 25.56% dari melaporkan bahwa terjadi mortalitas alami
keseluruhan sampel. Radjab et al., (2010) sebesar 91-96% terhadap juvenil bulu babi T.
menyatakan bahwa eksploitasi bulu babi gratilla di beberapa lokasi restoking di Pulau

105
Jurnal Kelautan, 16(2), 101-109 (2023)
Luzon, Philipina. Selanjutnya, Vaitilingon et al. kondisi cuaca buruk dapat menyebabkan
(2005) menyatakan bahwa hujan lebat dan kematian massal juvenile bulu babi.

350 306
300 257

Frekuensi (ind)
222
250 187
200
150 95
100 65
32 23
50 1 1 6 2
0

Kisaran diameter cangkang (cm)

Gambar 4. Ukuran diameter bulu babi yang tertangkap di perairan Letman

Hubungan Diameter Cangkang dengan cangkang dan berat tubuh bulu babi
Berat Tubuh Bulu Babi (Tripneustes (gabungan) terlihat pada Gambar 5A. Nilai R2
gratilla) yang diperoleh menunjukan bahwa antara
diameter cangkang dan berat tubuh bulu babi
Diameter cangkang dan berat tubuh bulu babi terdapat hubungan yang sangat erat. Hal
yang dianalisis berkisar antara 1.7-8.3 cm dan serupa juga terjadi pada bulu babi jantan
3.7-72.2 gr. Kurva hubungan diameter (Gambar 5B) dan betina (Gambar 5C).
60,0 60,0

50,0 50,0 y = 1,0488x1,8588


y = 1,0916x1,8144
Berat tubuh (gr)

Berat tubuh (gr)

R² = 0.98
40,0 R² = 0.98 40,0 N = 616
N = 1197
30,0 30,0

20,0 20,0

10,0 10,0

0,0 0,0
0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0
Diameter cangkang (cm) Diameter cangkang (cm)
A B

45,0
40,0
35,0
Berat tubuh (gr)

30,0 y = 1,1593x1,7622
R² = 0.98
25,0 N = 581
20,0
15,0
10,0
5,0
0,0
0,0 2,0 4,0 6,0 8,0
Diameter cangkang (cm)
C

Gambar 5. Hubungan diameter cangkang dan berat tubuh bulu babi di perairan Letman
(A Gabungan; B. Jantan; C. Betina).

106
Silaban dan Dobo, Kepadatan dan Laju Pertumbuhan Bulu Babi
Jumlah individu bulu babi yang tertangkap tergantung pada kondisi lingkungan seperti
pada waktu penelitian tergolong cukup banyak suhu, salinitas, pH, letak geografis (Jenning et
dengan individu yang dominan adalah jantan. al., 2001) dan juga kondisi biologis seperti
Hal ini sesuai dengan pendapat Syam et al. perkembangan gonad dan persediaan
(2002), bahwa populasi bulu babi (Tripneustes makanan (Froese, 2006).
gratilla) paling banyak dijumpai pada musim
angin timur antara Mei sampai November. Parameter Pertumbuhan dan Umur (D∞, K,
Berdasarkan analisis hubungan diameter t0)
cangkang dan berat tubuh bulu babi jantan,
betina maupun gabungan diperoleh nilai b Selama 3 bulan pengambilan sampel terlihat
lebih kecil dari 3 sehingga tergolong pola pergerakan modus data diameter bulu babi
pertumbuhan allometrik negatif (b<3) yang dari bulan September 5.9 cm bergeser menjadi
berarti pertambahan diameter cangkang lebih 4,7 cm pada bulan Oktober. Bulan November
cepat dibanding pertambahan berat tubuh. modus semakin bertambah sehingga modus
Hasil penelitian ini sebanding dengan hasil bergeser ke diameter 5,3 cm. Dengan
penelitian Uneputty et al. (2016) terhadap bulu demikian terjadi fluktuasi modus diameter dari
babi T. gratilla di perairan Liang, Pulau Ambon 5,9 cm turun ke 4,7 cm kemudian meningkat
dimana pola pertumbuhannya bersifat ke diameter 5,3 cm. Pergeseran modus
allometrik negatif dengan nilai b (slope) diameter ini memperlihatkan adanya
sebesar 2.561. Secara umum, nilai b kecenderungan pertumbuhan bulu babi rata-
rata sebesar 0,2 cm setiap bulannya.

Gambar 6. Kurva plot von Bertalanffy dan frekuensi diameter

Pertumbuhan populasi bulu babi di perairan menggunakan alat bantu Electronic Length
Letman diasumsikan mengikuti pola Frequencys Analysis I (ELEFAN I) yang
pertumbuhan von Bertalanffy (Gambar 6). terintegrasi dalam program FAO-ICLARM
Pengkajian parameter pertumbuhan populasi Stock Assesment Tool (FISAT II). Berdasarkan
dianalisis berdasarkan data frekuensi diameter analis terhadap data frekuensi diameter bulu
bulu babi yang dikumpulkan dari bulan babi menggunakan metode ELEFAN I
September-November 2022. Analisis diperoleh hasil yang terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Parameter pertumbuhan dan umur bulu babi
D∞ (cm) K (tahun) t0
Gabungan 9,8 0,51 0,296
Jantan 9,04 0,51 0,426
Betina 7,14 0,51 0,877
Berdasarkan data tersebut persamaan perairan Letman masih tergolong baik dengan
pertumbuhan von Bertalanffy untuk bulu babi 3 jenis lamun yang membentuk vegetasi
adalah sebagai berikut: campuran. Kepadatan bulu babi di perairan
Letman tergolong rendah dengan distribusi
Gabungan : Dt = 9,8 (1 – e -0,51 [ t + 0,296 ] ) tidak merata terkait kedalaman dan tutupan
Jantan : Dt = 9,04 (1 – e -0,51 [ t + 0,426 ] ) lamun. diameter bulu babi yang tertangkap
Betina : Dt = 7,14 (1 – e -0,51 [ t + 0,877 ] ) berkisar antara 1.7-8.8 cm dengan ukuran
rata-rata 5.2 cm. Hasil analisis menunjukan
KESIMPULAN DAN SARAN bahwa pertumbuhan bulu babi bersifat
allometrik negatif, lambat dan diameter infinitif
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kecil.
kesimpulan bahwa kondisi habitat bulu babi di

107
Jurnal Kelautan, 16(2), 101-109 (2023)
DAFTAR PUSTAKA Sintok, Kepulauan Karimunjawa. Buletin
Oseanografi Marina, 6(1), 74-81.
Andrew KNL, Agatsuma Y, Ballesteros E, Jennings, S., Kaiser, M.J., Reynolds, J.D.
Bazhin AG, Creaser EP, Barnes DKA, (2001). Marine fishery ecology.
Botsford LW, Bradbury A., Campbell A, Blackwell Sciences, Oxford, 432pp.
Dixon JD, Einarsson S, Gerring P, Juinio-Menez, M. A., Bangi, H. G., Malay, M.
Bebert K, Hunter M, Hur SB, Johnson C., & Pastor, D. (2008). Enhancing the
CR, Juinio-Menez MA, Kalvass P, Miller recovery of depleted Tripneustes gratilla
RJ, Moreno CA, Palleiro JS, Rivas D, stocks through grow-out culture and
Robinson SML, Schroeter SC, Steneck restocking. Reviews in Fisheries
RS, Vadas RL, Woodby DA, Xiaoqi Z. Science, 16(1-3), 35-43.
(2002). Status and management of King, M. (1995). Fisheries Biology,
world sea urchin fisheries. Assessment and Management. United
Oceanography and Marine Biology kingdom:fishing news book. 341 p.
Annual Review 40, 343–425. Lanyon, J. (1986). Guide to Identification of
Baruadi, A. S. R., & Nane, L. (2020). Edukasi Seagrass in The Great Barrier Reef
Pemanfaatan Bulu-Babi (Sea Urchin) Region. Australia (AU). Great Barrier
Melalui Budi Daya Keramba Jaring Reef Marine Park Authority.
Apung. Jurdimas Royal, 3(2), 169-174. Lewerissa, Y. A., & Kalay, D. E. (2020).
Bhattacharya, C. G. (1967). A simple method Potensi Ekologi Bulu Babi di Pelita Jaya
of resolution of a distribution into dan Pulau Osi Kabupaten Seram Bagian
Gaussian components. Biometrics, 23, Barat. Agrikan: Jurnal Agribisnis
115-135. Perikanan, 13(1), 46-53.
Byrne, M. (2010). Impact of climate change Miranto A. Efrizal T, Zen WL. (2013). Tingkat
stressors on marine invertebrate life kepadatan kepiting bakau disekitar
histories with a focus on the Mollusca hutan mangrove di Kelurahan
and Echinodermata. In: Yu J, Tembeling, Kecamatan Teluk Bintan,
Henderson- Sellers A, eds. Climate Kepulauan Riau. [Thesis]. Universitas
alert: Climate change monitoring and Maritim Raja Ali Haji.
strategy. Sydney: O'Connor, M. I., Bruno, J. F., Gaines, S. D.,
University of Sydney Press. pp 142– Halpern, B. S., Lester, S. E., Kinlan, B.
185. P., & Weiss, J. M. (2007). Temperature
Cahyani, N. F. D., & Hartoko, A. (2013). control of larval dispersal and the
Sebaran Dan Jenis Lamun Pantai implications for marine ecology,
Pancuran Belakang Pulau Karimunjawa, evolution, and conservation.
Taman Nasional Karimunjawa, Jepara. Proceedings of the National Academy of
Management of Aquatic Resources Sciences, 104(4), 1266-1271.
Journal (MAQUARES), 3(1), 61-70. Radjab A. W. (2004). Sebaran dan Kepadatan
Clark, D., Lamare, M., dan Barker, M. (2009). Bulu Babi Di Perairan Kepulauan
Response of sea urchin pluteus larvae Padaido Biak Irian Jaya. Prosiding
(Echinodermata: Echinoidea) to reduced Seminar Laut Nasional III. Ikatan
seawater pH: a comparison among a Sarjana Oseanologi Indonesia. Jakarta.
tropical, temperate, and a polar species. Radjab, A. W., Khouw, A. S., Mosse, J. W., &
Marine Biology, 156, 1125-1137. DOI Uneputty, P. A. (2010). Pengaruh
10.1007/s00227-009-1155–8. pemberian pakan terhadap
Drouin, G., Himmelman, J. H., & Béland, P. pertumbuhan dan reproduksi bulu babi
(1985). Impact of tidal salinity (Tripneustes gratilla L) di Laboratorium.
fluctuations on echinoderm and mollusc Oseanologi dan Limnologi di Indonesia,
populations. Canadian Journal of 36(2), 243-258.
Zoology, 63(6), 1377-1387. Roller, R. A., & Stickle, W. B. (1993). Effects of
Froese, R. (2006). Cube law, condition factor temperature and salinity acclimation of
and weight–length relationships: history, adults on larval survival, physiology, and
meta‐analysis and recommendations. early development of Lytechinus
Journal of applied ichthyology, 22(4), variegatus (Echinodermata:
241-253. Echinoidea). Marine Biology, 116, 583-
Hartati, R., Pratikto, I., & Pratiwi, T. N. (2017). 591.
Biomassa dan estimasi simpanan Setyawan, N. M. (2014). Dinamika Populasi
karbon pada ekosistem padang lamun di Bulu Babi (Tripneustes gratilla Linnaeus
Pulau Menjangan Kecil dan Pulau 1758) di Perairan Pantai Semerang,
Lombon Timur. Sekolah Pascasarjana

108
Silaban dan Dobo, Kepadatan dan Laju Pertumbuhan Bulu Babi
Institut Pertanian Bogor (Tesis).
583–591.
Silaban, R., Silubun, D. T., & Jamlean, A. A. R.
(2021). Aspek Ekologi Dan
Pertumbuhan Kerang Bulu (Anadara
antiquata) Di Perairan Letman,
Kabupaten Maluku Tenggara. Jurnal
Kelautan: Indonesian Journal of Marine
Science and Technology, 14(2), 120-
131.
Suriani, S, Latumahina, B.M, Hitalessy, R.B,
La Eddy. (2020). Hubungan Populasi
Makroalga (Padina sp) dengan Bulu
babi (Tripneustes gratilla) di Perairan
Pantai Desa Titawaai Kabupaten
Maluku Tengah. Jurnal Riset Perikanan
dan Kelautan, 2(1), 165-175.
Syam, A. R., & Andamari, R. (2017). Populasi
dan tingkat pemanfaatan bulu babi
(echinoidea) di padang lamun Pulau
Osi, Seram Barat, Maluku Tengah.
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia,
8(4), 31-37.
Uneputty, P. A., Pattikawa J. A. dan Rijoly, F.
(2016). Status Populasi Bulu Babi
Tripneustes gratilla di Perairan Desa
Liang, Pulau Ambon. Omni-Akuatika,
12(3) 98 – 105.
Vaitilingon, D., Rasolofonirina, R., Jangoux, M.
(2005). Reproductive cycle of edible
echinoderms from the south-western
Indian Ocean I Tripneustes gratilla L
(Echinoidea, Echinodermata) Western
Indian Ocean. Journal Marine Science,
4(1), 47-60.
Wicaksono, S. G., Widianingsih, W., & Hartati,
S. T. (2012). Struktur vegetasi dan
kerapatan jenis lamun di perairan
Kepulauan Karimunjawa Kabupaten
Jepara. Journal of Marine Research,
1(2), 1-7.

109

You might also like