Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 2

Pendidikan Karakter sebagai Bekal Anak Usia Dini

dalam Menghadapi Era 5.0


Oleh : Egia Juliatul Paidah
Universitas Pendidikan Indonesia
Era 5.0 merupakan zaman di mana semua teknologi adalah bagian dari manusia, bukan
hanya sebagai sumber informasi, tetapi teknologi digunakan untuk menjalani kehidupan.
Jepang pertama kalinya memulai era 5.0 dengan memunculkan sebuah ide baru, yaitu (human-
centered) masyarakat yang selalu di titik pusatkan oleh manusia dan (technology based)
teknologi yang menjadi basis pada adat budaya masyarakat di era revolusi 4.0 yang menjadi
dasar (Wigena et al., 2022). Maka dari itu, ide-ide baru sangat dibutuhkan dari setiap individu
agar dapat menghadapi era 5.0.
Tuntutan untuk dapat mengimbangi era 5.0 ini menjadi sebuah keharusan yang perlu
dimiliki oleh setiap manusia. Alasannya adalah memang kecanggihan teknologi sangat
membantu sekali kehidupan, namun teknologi juga dapat menjadi musuh yang membahayakan
apabila disalahgunakan dalam fungsinya. Sehingga masyarakat juga harus peka terhadap era
5.0 yang akan menyebabkan nilai-nilai dan amanat Pancasila akan semakin memudar.
Pendidikan karakter merupakan salah satu cara agar dalam kehidupan sehari-hari,
bernegara, dan bermasyarakat seorang manusia dapat mencerminkan nilai-nilai Pancasila.
Maka, agar seorang manusia dapat berdiri teguh dan tidak terbawa arus yang negatif haruslah
memiliki pendidikan karakter yang kuat sedari dini.
Tentunya kembali menjadi pr manusia dewasa untuk mengajarkan pendidikan karakter
kepada anak usia dini. Terdapat dua lapisan paling penting dalam hal mengajarkan pendidikan
karakter untuk anak usia dini, yaitu keluarga dan sekolah. Apabila korelasi antara keluarga dan
sekolah berjalan masing-masing dalam hal memberikan pendidikan karakter terhadap anak,
secara langsung dapat menyebabkan anak tidak siap dalam menghadapi tuntuan zaman dan
menyebabkan nilai-nilai Pancasila yang harusnya dianut akan pudar serta hilang di generasi
ini.
Di sekolah guru dapat memberikan contoh serta pengajaran mengenai peduli sosial,
komunikatif, cinta damai, semangat kebangsaan atau nasionalisme, toleransi melalui
pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan setiap hari (Rika D., Suci L., Indra B., 2020). Hal-hal
tersebut cocok sekali diajarkan di sekolah karena diperlukannya banyak orang dalam hal
pelaksanaan sehingga akan dapat terlihat dengan jelas secara langsung apakah anak sudah
dapat menguasai atau belum perihal pendidikan karakter itu. Guru dapat menyelipkan
pengajaran pendidikan di sela-sela bermain serta belajar agar hal itu dapat menjadi sebuah
kebiasaan untuk anak. Maka, diperlukannya kepekaan dan kekreatifan dari seorang guru agar
pendidikan karakter di sekolah dapat diterapkan.
Sedangkan di rumah, orang tua dapat mencontohkan kejujuran, sikap religius, disiplin,
kerja keras, mandiri, tanggung jawab melalui kegiatan-kegiatan sederhana yang setiap hari
dilakukan. Salah satunya adalah ketika makan bisa dijadikan kegiatan untuk menerapkan
pendidikan karakter di rumah. Sudah berada di ruang makan tanpa diperintah, mengambil
makanan yang ingin dimakan sendiri, berdoa sebelum makan, orang tua menanyakan mengenai
makanan apakah enak atau tidak, makan sendiri tanpa dibantu oleh orang tua, hingga
membereskan tempat makan yang sudah digunakan dapat dijadikan kebiasaan-kebiasaan yang
sangat bersar manfaatnya. Peran orang tua di rumah dalam mendidik karakter anak memang
tidak dapat dilepas tanggung jawabkan.
Tentunya pendidikan-pendidikan yang diajarkan baik di sekolah maupun di rumah bisa
dipadu padankan. Tidak adanya ketentuan yang mutlak apakah di sekolah memang hanya perlu
diajarkan hal ini atau di rumah hanya hal itu. Semakin baik korelasi antara pihak sekolah dan
keluarga, maka akan semakin baik pula pemberian pendidikan karakter yang ajarkan kepada
anak. Sehingga, hal yang diinginkan dari diajarkannya pendidikan karakter kepada anak yaitu
menjadi kebiasaan dapat tercapai. Ketika hal tersebut tercapai, maka anak akan mampu
menhadapi era 5.0 dan tidak akan kehilangan rasa nasionalismenya. Pendidikan karakter telah
menjadi kebiasaan dan sudah kuat, maka tidak akan ada alasan untuk terbawa arus yang kurang
sesuai dengan jati diri ketika menghadapi era 5.0.

Daftar Pustaka
Rika D., Suci L., Indra B. (2020). Pendidikan Karakter Untuk Anak Usia Dini. Jurnal
Pendidikan dan Konseling. 03(02), 67–78.
Wigena, N. R., Dzar Alghifari, M., Rosiana Kamilah, N., Nurhalimah, H., & Gustian Nugraha,
R. (2022). Pengaruh Era Society 5.0 Terhadap Nilai-Nilai Pancasila Yang Menjadi
Tantangan Masyarakat Indonesia. Jurnal Kewarganegaraan, 6(1), 1982–1986.

You might also like