Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGGUAN HIPERTENSI

Laporan ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konsep Dasar Keperawatan 2

Dosen Pengampu: Maulida Nurapipah, M.Kep., Ners

Disusun Oleh:

Nurmila 200711057

Kelas: 20-EIA-R3

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON

2022
A. PENGKAJIAN
I. Biodata Pasien
a. Identitas Pasien
- Nama : Ny. W
- Umur : 52 tahun
- TTL : Cirebon, 26 Juni 1970
- Jenis kelamin : Perempuan
- Pendidikan : SMP
- Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
- Agama : Islam
- Suku/bangsa : Indonesia
- Alamat : Desa Buyut
- Status Perkawinan : Sudah menikah
- BB : 52 Kg
- Tinggi badan : 161 cm
- Nomor RM : A319460
- Diagnosa Medis : Hipertensi
- Tanggal masuk : 30 Desember 2021

b. Identitas penanggung jawab


- Nama : Ny. K
- Umur : 34 tahun
- Pekerjaan : Guru SMA
- Jenis kelamin : Perempuan
- Agama : Islam
- Alamat : Desa Buyut, Kec. Gunung Jati
- Hubungan dengan px : Anak

II. Riwayat Kesehatan


a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri kepala serta tangan sebelah kanan tidak dapat
digerakan.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Instalasi gawat darurat Rumah Sakit Muhammadiyah
Cirebon, pada tanggal 30 Desember 2021 pukul 15.00 WIB. Pasien mengatakan
nyeri kepala, mata kunang-kunang, tengkuk terasa berat, nafsu makan
berkurang, pusing sudah 5 hari dan pasien terlihat lemas serta alat gerak pada
bagian sebelah kanan tidak dapat digerakan.
c. Riwayat Penyakit Terdahulu
Pasien mempunyai riwayat penyakit hipertensi sejak diumur 45 tahun dan
tidak rutin kontrol, serta pasien memiliki kebiasaan merokok pada saat remaja
(sebelum menikah).
d. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga pasien mengatakan bahwa dalam keluarga tidak ada yang
mengalami keluhan ini serta tidak ada yang menderita penyakit ini sebelumnya.

III. Pola Pengkajian Fungsional 11 Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Gordon


1. Persepsi dan Penanganan Kesehatan
Pasien menyadari bahwa dirinya menderita penyakit hipertensi sejak di
umur 45 tahun, namun pasien tidak rutin dalam memeriksa kesehatannya.
Artinya pasien masih menyepelekan mengenai penyakit yang dideritanya.
2. Pola Nutrisi dan Metabolik
Pola Nutrisi Makan dan Minum
No Sebelum sakit Saat sakit
1. Nutrisi:
- Jenis makanan Nasi, sayur, lauk Bubur
- Pola makan 3x1/hari 1x/hari
- Porsi makan 1 porsi ½ -1 porsi
- Nafsu Makan Meningkat Menurun
2. Minuman:
- Frekuensi Minum 2000 ml/hari 1000 ml/hari
- Pola minum Rutin Sesekali
- Jenis minum Air putih dan teh Air putih
- Jumlah minuman 7-8 gelas/hari 4-5 gelas/hari

Pasien mengetahui makanan dan minuman apa saja yang harus dihindari
pada penyakit hipertensi, namun pasien melanggar aturan diet makan pada
penyakit hipertensi serta pasien tidak rutin dalam mengontrol kesehatannya, BB
pasien selama 6 bulan terakhir 52 kg dan pasien dapat makan/minum secara
mandiri.
Selama di RS. Pasien makan 3x1/hari dengan komposisi makanan yang
seimbang dan dalam waktu yang teratur dan juga minum sesuai kebutahan.
Kemudian sesuai colaborasi dengan ahli gizi, pasien melakukan diet rendah
garam 2000 kkal, 50 gr protein. Dalam melakukan aktifitas makan, pasien
dibantu dengan keluarganya dan pasien mengalami sedikit mual namun tidak
kontinue serta tidak ada keluhan mengenai nyeri saat menelan.
Perhitungan jumlah zat gizi
• Wanita : 655 + (9,6 x 52 kg)+ (1,8 x 161 cm) – (4,7 x 52 thn) = 1199,6 x
1,2 (karena sangat jarang berolahraga) = 1150,72
Jadi proteinnya yaitu :
15% x 2000 = 300 : 6 = 50 gr
3. Eliminasi
Sebelum dibawa ke RS. Pasien mengalami kesulitan dalam BAB dan
sempat mengonsumsi obat pencahar, serta tidak ada darah dan tidak cair dan
berwana kuning kecoklatan pada BAB pasien. Kemudiain kebiasaan BAK
pasien 4-5x/hari, tidak ada bau, warnanya putih namun sedikit kuning dan tidak
ada kesulitan berkemih.
Setelah dibawa ke RS. Pasien masih kesulitan dalam BAB dan pasien
terpasang selang kateter untuk membantu pasien dalam BAK.
Fungsi Ekskresi Kesulitan BAB
Kandung kemih Normal
Keringat Normal
4. Aktivitas dan Olahraga
Sebelum dirawat di RS pasien sangat jarang melakukan olah raga, dalam
melakukan aktivitas sehari-hari pasien mampu melakukannya secara mandiri.
Seperti, menyapu, ke toilet, menonton tv,dll.
Selama dirawat di RS pasien mengalami keterbatasan dalam melakukan
aktivitas, seperti BAK/BAB, memakai baju, makan/minum,dll yang dibantu
oleh keluarganya/orang lain. Hal ini disebabkan pasien mengalami kelemahan
pada ekstermitas dexstra karena susah digerakan dan terpasang kateter serta
infus.
5. Pola tidur dan istirahat
Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit - 7-8 jam/hari (tidur tanpa gangguan dan terkadang
tidur siang)
- Nyenyak
- Tidur mulai pukul 20.00 WIB
Setelah sakit - 4-5 jam/hari
- Tidak nyenyak karena lingkungan yang tidak
tenang.
- Tidur diatas jam 00.00 WIB
6. Kognitif dan Presepsi
P = Pasien mengatakan sering pusing, hal ini terjadi ketika pasien melakukan
aktivitas yang berlebihan dan pola tidur yang tidak efektif.
Q = Pasien mengatakan nyeri kepala seperti tertusuk.
R = Pasien mengatakan tengkuk terasa berat dan tangan bagian kanan tidak
dapat digerakan secara tiba-tiba.
S = Pasien mengatakan tingkat nyeri pada posisi 8 (scale 8)
T = Pasien mengatakan saat pusing, sakit kepala terjadi tidak pasti (hilang-=
timbul).
7. Pola konsep diri
a. Gambaran diri
Pasien mengatakan menyukai tubuh pada bagian rahangnya, karena
memiliki bentuk yang simetris. Dan tidak ada anggota tubuh pasien yang
tidak disukai.
b. Identitas diri
Pasien adalah seorang nenek yang masih memiliki suami, anak dan
cucunya. Pasien menyesal bahwa pada saat masih muda pola hidupnya tidak
teratur, seperti merokok aktif dan pasif. Kemudian pasien sudah berhenti
merokok sejak berstatus menikah.
c. Peran
Pasien merasa sedih tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari lagi
secara mandiri, tidak dapat bermain dengan cucunya dan hanya
berbaring/melakukan aktivitas kecil saja.
d. Ideal diri
Pasien mengetahui bahwa penyakit hipertensi pengobatannya harus
terus menerus, oleh karena itu pasien berharap gejala yang muncul dapat
berkurang sehingga pasien dapat melakukan aktivitas seperti biasa, dan
pasien berharap bahwa keluarganya tetap menerima pasein dengan terbuka
dan pasien mendapatkan dukungan penuh dari keluarga supaya lekas
sembuh.
e. Harga diri
Pasien merasa tidak percaya diri dan sedikit pesimis, karena
sekarang pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan tubuh
yang vit, pasien merasa beban dalam keluarganya karena setiap melakukan
sesuatu, pasien membutuhkan bantuan orang lain.
8. Pola peran-hubungan
Selama ini hubungan pasien dengan keluargnya tidak ada masalah dan
keluarga pasien terus mendukung untuk kesembuhan pasien. Pasien memiliki
banyak teman baik dari teman pengajian atau teman arisan, karena pasien
memiliki sikap yang mudah bergaul.
9. Seksualitas dan reproduksi
Pasien mempunyai 2 orang anak, anak pertama laki-laki dan anak kedua
perempuan. Semua anak pasien sudah berkeluarga, sekarang pasien tinggal
bersama suaminya. Pasien sudah menopause dan tidak ada riwayat penyakit
seksual sebelumnya.
10. Koping dan toleransi stress
Pasien masuk ke RS. karena dalam beberapa minggu terakhir pasien tidak
kontrol mengenai kesehatannya, kemudian pola makan pasien juga tidak
terjaga. Saat pasien memiliki masalah, pasien selalu cerita kepada anak-
anaknya dan juga berserah diri kepada Tuhan-Nya. Dalam masa perawatan,
emosi pasien stabil, hal ini di buktikan karena keluarga pasien memberikan
dukungan penuh kepada pasien.
11. Nilai-Kepercayaan
Pasien beragama islam, sebelum pasien sakit sering kali bangun malam
untuk sholat malam, ibadah pasien sangat baik. Namun setelah sakit, pasien
sholat dalam kedaaan duduk dan terkadang berbaring. Untuk berwudhu dan
memakai mukenah pasien terkadang dibantu oleh perawat/keluarganya. Akan
tetapi, pasien percaya bahwa penyakit yang dideritanya adalah ujian serta
cobaan dari Allah yang dimana dia harus jalani dengan ikhlas dan tabah.
IV. Pemenuhan kebutuhan personal Hygine
Sebelum sakit : Pasien mandi 2x sehari dan menggosok gigi rutin.
Saat sakit : Pasien mandi 1x sehari menggunakan air hangat (di lap dibantu oleh
keluarganya).
No Kemampuan Keperawatan Diri 0 1 2 3 4
1. Makan dan minum √
2. Mandi √
3. Toileting √
4. Berpakaian √
5. Berpindah √
0 = Mandiri, 1 = Alat bantu, 2 = Dibantu orang lain, 3 = Dibantu orang lain dan
alat, 4 = Tergantung total
V. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum Pasien
Penampilan : Pasien tampak lemas dan pucat tetapi pasien terlihat bersih.
Kesadaran :
Tanda-tanda vital
- Suhu : 36,8 ⸰C
- Respirasi : 24x/menit
- Nadi : 90x/menit
- Tekanan darah : 180/110 mmHg
2. Kulit
- Warna kulit : Sawo matang
- Turgor kulit (cepat kembali/tidak) : Cepat kembali
- Lesi (ada/tidak) : Tidak ada
- Oedema (ada/tidak) : Tidak ada
- Peradangan (ada/tidak) : Tidak ada
3. Kuku
- Bentuk Kuku (Simetris/tidak) : Simetris
- Warna Kuku : Putih gading
- Kelainan Kuku : Tidak ada
4. Kepala dan rambut
- Bentuk Kepala (Simetris/tidak) : Simetris
- Kotoran Pada Kulit Kepala (Ada/tidak) : Ada kotoran pada kulit
kepala
- Pertumbuhan Rambut (Merata/tidak) : Merata
- Warna rambut : Putih
- Lesi (Ada/tidak) :Tidak Ada
- Nyeri Tekan (Ada/tidak) : Ada (Scale 8)
5. Mata
- Bola mata (simetris/tidak) : Simetris
- Pergerakan bola mata (normal/tidak) : Normal
- Refleks pupil terhadap cahaya (normal/tidak) : Normal
- Kornea (bening/tidak) : Bening
- Konjungtiva (anemis/ananemis) : An anemis
- Sclera (ikterik/anikterik) : An ikterik
- Ketajaman penglihatan (normal/tidak) : Kabur dalam jarak dekat
6. Telinga
- Bentuk daun telinga (simetris/tidak) : Simetris
- Fungsi pendengaran ( baik/tidak) : Tidak baik
- Peradangan (ada/tidak) :Tidak ada
- Serumen (ada/tidak) :Tidak ada
- Cairan (ada/tidak) :Tidak ada

7. Hidung dan sinus


- Bentuk hidung (simetris/tidak) : Simetris
- Fungsi penciuman (baik/tidak) : Baik dapat membedakan bau
- Peradangan (ada/tidak) : Tidak ada
- Serumen (ada/tidak) : Tidak ada
- Polip (ada/tidak) : Tidak ada
8. Mulut dan faring
- Warna bibir (pucat/cyanosis/merah) : Bibir pasien pucat
- Keadaan bibir (pecah2/tidak,kering/tidak) : Kering dan pecah-pecah.
- Gigi (bersih/tidak) : Bersih
- Gusi (perdarahan/tidak) : Tidak ada perdarahan
- Tonsil (radang/tidak) : Tidak
- Lidah (tremor/tidak,kotor/tidak) : Tremor, tampak bersih
- Fungsi pengecapan (baik/tidak) :Baik dapat membedakan rasa
- Mucosa mulut (warnanya,ada stomatitis/tidak) :Tidak ada stomatitis
9. Leher
- Benjolan/massa (ada/tidak) :Tidak ada
- Kekakuan (ada/tidak) :Tidak ada
- Nyeri tekan (ada/tidak) : Tidak ada
- Pergerakan leher/ROM : Ada, saat melihat kebawah terasa pusing
- Tenggorokan (simetris/tidak) :Simetris
- Gangguan bicara (ada/tidak) :Tidak ada
10. Dada (paru-paru dan jantung)
1. . Paru :
o Inpeksi : napas pasien teratur
o Palpasi : Tidak ada pembesaran dan nyeri tekan.
o Perkusi : Normal
o Auskultasi : suara napas menurun
2. Jantung :
o Inpeksi : simetris kiri dan kanan
o Auskultasi : Suara jantung lup-dup
o Perkusi : Ukuran dan bentuk jantung normal.
11. Abdomen
- Bentuk (simetris/tidak) : Simetris
- Nyeri tekan pada epigastik (ada/tidak) : Tidak ada
- Peristaltic usus (ada peningkatan/tidak) : Tidak ada
- Bising usu (ada/tidak) : Tidak ada
12. Genitalia
- Radang (ada/tidak) : Tidak ada
- Lesi (ada/tidak) : Tidak ada
- Pengeluaran cairan (ada/tidak) : Tidak ada
- Keadaan rectum : Normal

13. Ekstermitas atas/bawah


- Gerak (ada batasan/tidak) : Ada
- Odem (ada/tidak) : Tidak ada
- Varises (ada/tidak) : Tidak ada
o Kekuatan otot :
▪ Refleks bisep :6
▪ Refleks trisep :6
▪ Refleks patella :4
▪ Refleks babiensky :4
▪ Refleks achiles :4

VI. Pemeriksaan penunjang


- Hb = 9.0 Normal = 12-16%
- GDS = 119 Normal = 200 m³
- Kolesterol = 155,8 Normal = 200 mg %
- Asam urat = 3,5 Normal = 2,4-5,7 mg %
- Leukosit = 7200 Normal = 4.000-10.000 mmHg
VII. Terapi
- Infus NaCL 20 tetes/menit
- Injeksi, piracetam 3x1 gr, kalnek 4x1 gr
- Oral, catopril 3x25 mg, astiko 1x1 tab, nefidipin 3x10 mg, amoxilin 3x500
mg, GG 3x1 tab, pct 3x500 mg dan diet RG 2000 kkal.
VIII. Analisa data
No Data Etiologi Problem
1. DS Risiko penurunan Penurunan
- Pasien mengatakan nyeri sirkulasi arteri sirkulasi arteri
kepala. koroner koroner.
- Pasien mengatakan matanya dibuktikan
kunang-kunang. dengan tingkat
DO kesadaran
- Pasien terlihat lemas dan menurun.
lesuh.
- Pasien memiliki riwayat
penyakit hipertensi.
- Suara nafas pasien menurun
- TTV :
Suhu : 36,8 ⸰C
Respirasi : 24x/menit
Nadi : 90x/menit
Tensi :180/110 mmHg

2. DS Risiko perfusi Perfusi renal tidak


- Pasien mengatakan nafsu renal tidak efektif efektif
makan berkurang. dibuktikan
- Pasien mengatakan pusing dengan
sudah 5 hari. kekurangan
- Pasien mengatakan kesulitan volume cairan.
BAB dan kebiasaan BAK
pasien 4-5x/hari.
- Pasien mengatakan memiki
kebiasaan merokok pada saat
remaja (sebelum menikah)
DO
- Porsi makan/minum, jumlah
makan/minum pasien
menurun.
- BB pasien menurun setelah
sakit.
- IMT = BB/TB ²m (52/1,61 ²m
= 32,29
- Pasien terlihat lemas dan
lesuh.
- Pola tidur dan istirahat pasien
tidak efektif.
- Bibir pasien terlihat pucat dan
kering.
3. DS Risiko perfusi Perfusi serebal
- Pasien mengatakan tangan serebal tidak tidak efektif.
sebelah kanan tidak dapat efektif dibuktikan
digerakan. dengan
- Pasien mengatakan tengkuk keabnormalan
terasa berat. masa protrombin.
- Pasien mengatakan tidak rutin
kontrol kesehatannya.
DO
- Pasien memiliki riwayat
penyakit hipertensi.
- Pasien sudah menopause
- Kebutuhan personal hygiene
pasien dibantu oleh orang
lain.
- Saat auskultasi suara jantung
lup-dup
- Hb = 9.0
- GDS = 119
- Kolesterol=155,8
- Asam urat = 3,5
- Leukosit = 7200

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan
1. Risiko perfusi miokard tidak efektif dibuktikan dengan tingkat kesadaran
menurun.
2. Risiko perfusi renal tidak efektif dibuktikan dengan kekurangan volume cairan.
3. Risiko perfusi serebal tidak efektif dibuktikan dengan keabnormalan masa
protrombin.

C. INTERVENSI
No Diagnosa Tujuan dan Perencanaan Rasional
Keperawatan kriteria hasil
1. Risiko perfusi ( SLKI) (SIKI)
miokard tidak
efektif dibuktikan Setelah dilakukan
1. Manajemen 1. Untuk
dengan tingkat tindakan Aritimia manajemen
kesadaran keperawatan 2. Manajemen jantung berdetak
menurun. selama 2x24 jam, syok secara normal.
•Definisi: Berisiko diharapkan kardiogenik 2. Untuk memompa
mengalami sirkulasi arteri
3. Edukasi darah kembali
penurunan koroner normal aktivitas dan secara normal.
sirkulasi arteri sehingga tingkat istirahat. 3. Pengawasan
koroner yang kesadaran pasien
4. Pemantauan aktivitas untuk
dapat mengganggu dalam batas
TTV melakukan
metabolisme normal. 5. Skrining pengobatan
miokard. kesehatan. selanjutnya.
Dengan kriteria 6. Kaji skala 4. Untuk
• Faktor resiko : hasil : nyeri. mengetahui
1. Hipertensi 1. Perfusi 7. Pemasangan kondisi umum
2. Hiperlipidemi mikroad cairan infus pasien.
a efektif. 8. Manajement 5. Mendeteksi tanda
3. Hiperglikemi 2. Curang pemberian dan gejala secara
a jantung obat. dini.
4. Hipoksia normal. 9. Terapi diet
5. Hipoksemia
6. Kekurangan 3. Kestabilan 10. Pemberian 6. Untuk mengukur
volume cairan kadar glukosa oksigenasi. tindakan
7. Spasme arteri darah. selanjutnya.
koroner. 4. Kontrol risiko 7. Untuk memenuhi
8. Efek agen rutin. kebutuhan cairan.
farmakologis. 5. Manajemen 8. Untuk
9. Kurang kesehatan. mengurangi
terpapar 6. Status cairan risiko dan nyeri.
informasi sesuai 9. Untuk
tentang faktor kebutuhan. mengontrol
risiko yang 7. Status sirkulasi asupan pasien.
dapat diubah sesuai 10. Untuk
(mis. kebutuhan. memenuhi
Merokok, 8. Tingkat kebutuhan
gaya hidup kepatuhan oksigenasi,
kurang meningkat. sehingga pola
gerak,dll) napas kembali
normal.

2. Risiko perfusi Setelah dilakukan 1. Pencegahan 1. Untuk pendeteksi


renal tidak efektif tindakan syok. syok lebih dini.
dibuktikan dengan keperawatan 2. Dukungan 2. Untuk
kekurangan selama 2x24 jam, berhenti memberikan
volume cairan. diharapkan merokok. dorongan berhenti
perfusi renal 3. Edukasi merokok.
•Definisi: Berisiko efektif sehingga berhenti 3. Menjelaskan
mengalami volume cairan merokok. edukasi bahaya
penurunan kembali normal. 4. Edukasi merokok.
sirkulasi darah ke program 4. Penjelasan
ginjal. Dengan kriteria pengobatan. mengenai
hasil : 5. Manajemen pengobatan
• Faktor risiko: 1. Keseimbanga cairan. selanjutnya sesuai
1. Kekurangan n asam-basa. 6. Pemantauan dengan
volume 2. Kontrol risiko. TTV kebutuhan.
cairan. 3. Status cairan. 7. Pemasangan 5. Untuk mengkaji
2. Hipertensi. 4. Status cairan infus. caitan input dan
3. Disfungsi sirkulasi. 8. Manajemen output.
ginjal. pemberian 6. Untuk
4. Hipoksemia. obat. mengetahui
5. Hipoksia. 9. Terapi diet. kondisi umum
6. Hipoksemia 10. Edukasi pasien.
7. Lanjut usia pola 7. Untuk memenuhi
8. Merokok istirahat dan kebutuhan cairan
tidur yang pasien.
efektif. 8. Pasien menjadi
11. Pantau BB rutin kontrol
kesehatan dan
pengobaannya.
9. Pola makan yang
sesuai dengan
anjuran ahli gizi.
10. Untuk mencegah
terjadinya syok
karena faktor
aktivitas berlebih.
11. Untuk
mengetahui batas
BB pasien dalam
keadaan normal.
3. Risiko perfusi Setelah dilakukan 1. Pencegahan 1. Untuk deteksi
serebal tidak tindakan syok. dini terjadinya
efektif dibuktikan keperawatan 2. Dukungan syok.
dengan selama 2x24 jam, berhenti 2. Memberikan
keabnormalan diharapkan merokok dukungan untuk
masa protombin. perfusi serebal 3. Pemantauan berhenti
normal dan TTV merokok.
•Definisi: Berisiko optimal sehingga 4. Perawatan 3. Untuk
mengalami protombin dalam jantung mengetahui
penurunan keadaan normal. 5. Manjemen kondisi umum
sirkulasi darah ke kejang. pasien.
otak. Dengan kriteria 6. Pemberian 4. Untuk mencegah
hasil: infus. terjadinya
• Faktor risiko: 1. Komukasi 7. Manajement serangan jantung
1. Keabnormalan secara verbal terapi diet dan yang lebih serius.
masa dengan pengobatan. 5. Untuk
protrombin optimal. 8. Terapi diet mengurangi
2. Penurunan 2. Kontrol risiko 9. Kaji skala gejala kejang
kinerja 3. Morbilitas nyeri. yang terjadi.
ventrikel kiri fisik 6. Untuk memenuhi
3. Hipertensi 4. Status kebutuhan cairan
4. Hiperkolestero Neurologis pasien.
nemia 7. Menjelaskan
pengobatan
selanjutnya sesuai
dengan
kebutuhan.
8. Untuk
mengonsumsi
anjuran pola
makan sesuai
kebutuhan.
9. Untuk identifikasi
pada tindakan
keperawatan
berikutnya.

D. IMPLEMENTASI
No Tanggal DX Implementasi Respon
1. 31-32 Risiko perfusi 1. Manajemen 1. Detak jantung
Desember miokard tidak Aritimia. pasien kembali
2021 pukul efektif dibuktikan 2. Manajemen syok normal.
08.00 dengan tingkat kardiogenik. 2. Aliran darah
kesadaran 3. Edukasi aktivitas pasien kembali
menurun. dan istirahat. normal.
4. Pemantauan TTV 3. Aktivitas pasien
5. Skrining kesehatan. terkontrol.
6. Kaji skala nyeri. 4. Keadaan umum
7. Pemasangan cairan pasien
infus. terpantau.
8. Manajement 5. Mengurangi
pemberian obat. gejala yang
9. Terapi diet mucul pada
10 Pemberian pasien.
oksigenasi. 6. Nyeri pasien
berkurang.
7. Kebutan cairan
pasien terpenuhi
dengan
pemberian Infus
NaCL 20
tetes/menit.
8. Mengurangi
nyeri pasien
dengan
pemberian Oral,
catopril 3x25
mg, astiko 1x1
tab, nefidipin
3x10 mg,
amoxilin 3x500
mg, GG 3x1 tab,
pct 3x500 mg
dan diet RG
2000 kkal.
9. Gizi pasien
seimbang
dengan
melakukan diet
rendah garam
2000 kkal, 50 gr
protein.
10. Pola nafas
nasien normal
serta pasien
merasa nyaman.
2. 31-32 Risiko perfusi 1. Pencegahan syok. 1. syok pasien
Desember renal tidak efektif 2. Dukungan berhenti lebih terpantau
2021 dibuktikan dengan merokok. dan berkurang.
Pukul 09.40 kekurangan 3. Edukasi berhenti 2. Pasien sudah
volume cairan. merokok. tidak
4. Edukasi program mengonsumsi
pengobatan. rokok.
5. Manajemen cairan. 3. Pasien
6. Pemantauan TTV mengetahui
7. Pemasangan cairan bahaya dari
infus. merokok.
8. Manajemen 4. Pasien lebih
pemberian obat. mengetahui
9. Terapi diet. prioritas
10. Edukasi pola pengobatannya.
istirahat dan tidur 5. Kebutan cairan
yang efektif. pasien
11. Pantau BB pasien terpenuhi.
6. Keadaan umum
pasien menjadi
terpantau.
7. Telah dilakukan
pemberian Infus
NaCL 20
tetes/menit.
8. Pasien
mengetahui
priorita
kesehatannya.
9. Gizi pasien
seimbang
dengan
melakukan diet
rendah garam
2000 kkal, 50
gr.
10. Pasien sudah
tidak lesu dan
lemas serta pola
tidur pasien
sudah normal.
11. BB pasien naik
menjadi 54 kg
dalam satu
minggu.
3. 31-32 Risiko perfusi 1. Pencegahan syok. 1. Syok pasien
Desember serebal tidak 2. Dukungan berhenti lebih terpantau
2021 efektif dibuktikan merokok. dan berkurang.
Pukul 11.25 dengan 3. Pemantauan TTV 2. Pasien sudah
keabnormalan 4. Manjemen kejang. tidak
masa protrombin. 5. Pemberian infus. mengonsumsi
6. Manajement terapi rokok.
diet dan 3. Keadaann
pengobatan. umum pasien
7. Terapi diet terpantau,
8. Kaji skala nyeri. dengan tensi
dalam batas
normal 130/80
mmHg
4. Pasien
mengetahui cara
deteksi dini dari
kejang.
5. Kebutan pasien
terpenuhi
dengan
pemberian infus
NaCL 20
tetes/menit.
6. Pengobatan
pasien sudah
terkontrol sesuai
kebutuhan.
7. Status gizi
pasien normal
dengan terapi
diet saran dari
ahli gizi.
8. Skala nyeri
pasien menurun
dan prioritas
penyelesaian
pengobatan
yang terstruktur.
E. EVALUASI
No Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi
1. 10 Januari 2022 Risiko perfusi miokard tidak - S = Pasien mengatakan
pukul 07.00 efektif dibuktikan dengan sudah tidak pusing dan
tingkat kesadaran menurun. lemas lagi.
- O = Pasien sudah tidak
sesak, dengan TTV dalam
batas normal 130/80
mmHg
- A = Masalah teratasi
sebagian.
-P = Pertahankan
intervensi, Monitor TTV
dan kolaborasi dengan ahli
gizi dan dokter.
2. 10 Januari 2022 Risiko perfusi renal tidak - S = Pasien mengatakan
pukul 11.00 efektif dibuktikan dengan nafsu makan meningkat.
kekurangan volume cairan. - O = BB pasien bertambah
2 kg menjadi 54 kg
- A = .Masalah teratasi
sebagaian
-P = Pertahankan
intervensi, dengan
manajemen pemberian
cairan.
3. 10 Januari 2022 Risiko perfusi serebal tidak - S = Pasien mengatakan
pukul 14.50 efektif dibuktikan dengan tangan kanan sudah dapat
keabnormalan masa digerakan dan tengkuk
protrombin. terasa berat sudah sedikit
berkurang.
- O = Pasien sudah bisa
melakukan aktivitas
personal hygiene sedikit-
sedikit secara mandiri.
- A = Masalah teratasi
sebagian.
- P = Pertahankan
intervensi, anjurkan
pasien unutk
meningkatkan kekuatan
otot tangan kanannya.

You might also like