Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 11

Jurnal Sinektik

Volume 2 Nomor 1 , Edisi Juni 2019


Prodi PGSD Universitas Slamet Riyadi
ISSN 2620-6560 (print) ISSN 2620-746X

JENIS-JENIS BULLYING DAN PENANGANANNYA DI SD N


MANGONHARJO KOTA SEMARANG

Lina Muntasiroh
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI
Semarang Email: linamuntasiroh@gmail.com

Abstract
Bullying is not a new phenomenon in the world of Indonesian education. This is
evidenced by the abundance of news about the acts of violence in print media
and on television screens. Like the case that just happened in Brebes about
students who pulled the chair of their female friends who were about to sit
resulted in a fracture of the tailbone which was able to cause paralysis. This
research to determine the types of bullying and its handling at SD N
Mangunharjo, Semarang City. This research is a descriptive qualitative
research that explains and describes the type of bulllying that occurs from
class III-VI SD N Mangunharjo Semarang City which consists of victims and
perpetrators of bullying. In addition there were also interviews with teachers
and principals. The types of bullying that occurred included: Name of parents,
funny names, and teasing. In addition students also carry out verbal bullying
by commanding, cheering, and forcing. Physical bullying involves throwing a
paper ball, pushing, pulling a headscarf, pinching, pulling a chair to be
occupied, and hitting. Handling is carried out by giving direction every
morning apples, ceremonies, reprimands and punishments that educate.

Keywords: Elementary School, Bullying, and Handling.

Abstrak
Tindak bullying bukanlah fenomena baru didunia pendidikan Indonesia.
Adanya kasus yang terjadi baru saja di Brebes tentang siswa yang menarik
kursi teman perempuannya yang hendak duduk berakibat retak tulang ekor
yang mampu menyebabkan kelumpuhan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui jenis-jenis bullying dan penangannannya di SD N Mangunharjo
Kota Semarang. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang
menjelaskan dan menggambarkan jenis bulllying yang terjadi dari kelas III-VI
SD N Mangunharjo Kota Semarang yang terdiri dari korban dan pelaku
bullying. Selain itu juga adanya wawancara dari guru serta kepala
sekolah.Jenis-jenis bullying yang terjadi diantaranyabullying verbal dan fisik
berupa : memanggil dengan nama orang tua, nama yang lucu,meledek,
memerintah, dan menyoraki. Bullying secara fisik berupa melempar bola
kertas, mendorong, menarik jilbab, mencubit, menarik kursi yang hendak
diduduki, dan memukul. Penanganan yang dilakukan dengan memberikan
arahan setiap apel pagi, upacara, teguran, dan hukuman yang mendidik.

Kata Kunci:Sekolah Dasar, Bullying, dan Penanganannya.

p:106- 1
Jurnal Sinektik
Volume 2 Nomor 1 , Edisi Juni 2019
Prodi PGSD Universitas Slamet Riyadi
ISSN 2620-6560 (print) ISSN 2620-746X (online)

PENDAHULUAN
sekolah sudah tidak aman dari
Bullying merupakan kejadian di
perilaku kekerasan.
mana satu atau sekelompok siswa
Bullying yang terjadi di sekolah
menekan siswa yang lain, biasa
memiliki 3 karakteristik yang
disebut dengan bullying. Menurut
terintegrasi yaitu: 1) tindakan yang
Tattum dalam Siswati (2009) bullying
sengaja dilakukan pelaku untuk
adalah “….the willful, conscious
menyakiti korban, 2) tindakan yang
desire to hurt another and put him/her
dilakukan tidak seimbang sehingga
under stress”. Olweus (1993) juga
menimbulkan rasa tertekan pada
mengatakan hal yang serupa bahwa
korban, dan 3) tindakan yang
bullying adalah perilaku negatif yang
dilakukan secara berulangulang
mengakibatkan seseorang dalam
(Astuti, 2008).
keadaan tidak nyaman/terluka dan
Salah satu faktor yang
biasanya terjadi berulang-ulang
mempengaruhi bullying adalah usia
“repeated during successive
anak sekolah (6-12 tahun), dimana
encounters”.
pada periode ini anak mulai diarahkan
Menurut Aris Merdeka Sirait
keluar dari kelompok keluarga dan
dalam Moh Zainal (2016), kejadian
mulai berinteraksi dengan lingkungan
bully di Sekolah Dasar seperti
sosial yang akan berdampak pada
fenomena gunung es karena sedikit
hubungan interaksi dengan teman
yang melaporkan. Berdasarkan
sebaya. Para peneliti dari Kings
catatan Komnas Perlindungan Anak
College, London, meneliti sekitar
Indonesia di tahun 2013, KPAI
7.771 anakanak, dan sekitar
menerima 3.339 kasus pelanggaran
seperempat dari mereka (28 persen)
terhadap anak dan 16% pelaku adalah
ditindas atau di bully antara usia tujuh
anak usia kurang dari 14 tahun.
dan sebelas tahun, dan hal tersebut
Jumlah ini meningkat menjadi 4.965
terbawa hingga di usia 50 tahun
kasus di tahun 2014, dimana pelaku
(Renny, 2014).
bully meningkat menjadi 26%. Hal ini
Di Jepang, school bullying
menggambarkan bahwa lingkungan
dikenal dengan istilah „ijime‟. hal ini
ditandai dengan gangguan berupa

2 p:106-
Jurnal Sinektik
Volume 2 Nomor 1 , Edisi Juni 2019
Prodi PGSD Universitas Slamet Riyadi
ISSN 2620-6560 (print) ISSN 2620-746X

ejekan, penindasan yang berakhir utuk menggali secara mendalam serta


dengan tindakan bunuh diri dari sang memperoleh gambaran yang nyata
korban. Kondisi „ijime‟ dianggap tentang pemahaman dan penilaian
serius dengan kisaran 2.5 – 3.5 % dari perspektif pelaku, korban, guru,
dalam 1000 anak didik di Prefektur dan siswa mengenai perilaku bullying
Aichi di mana merupakan lokasi di SD N Mangunharjo Kota
dengan kasus ijime tertinggi, yaitu Semarang.
3.500 kasus dan terendah di Gunma Penelitian deskriptif menurut
yaitu 500 kasus (Roychansyah, 2006). Arikunto (2013: 3) adalah penelitian
Kecenderungan ini tidak terlalu yang dimaksudkan untuk menyelidiki
menonjol di Indonesia, kendatipun keadaan, kondisi, atau hal-hal lain
mungkin juga ada. yang sudah disebutkan, yang hasilnya
Secara psikologis bullying dipaparkan dalam bentuk laporan
menimbulkan banyak akibat negatif penelitian.
seperti rendahnya harga diri hingga Subjek penelitiannya adalah: 1
depresi dan pada jangka panjang Kepala sekolah, 4 Guru,16Siswa
bullying dapat menyebabkan trauma. kelas III-IV yang merupakan subjek
Pihak sekolah masih sangat terbatas utama berupa korban maupun pelaku
dalam menyikap dan menangani perilaku bullying. Penelitian ini
bullying. Sedangkan di pihak siswa dilaksanakan pada bulan Januari 2019
masih belum banyak yang di SD N Mangunharjo Kota
mengetahui tentang bullying beserta Semarang.
dampak yang ditimbulkan. Penelitian Penelitian melalui tahap
ini bertujuan untuk mengetahui observasi awal untuk mengetahui
perilaku bullying di SDN keadaan lingkungan sekolah di SD N
Mangunharjo Kota Semarang yang Mangunharjo Kota Semarang.
meliputi jenis-jenis bullying dan cara Dilanjutkan dengan wawancara yang
penanganannya. dilakukan pada subjek yang diteliti
melalui catatan tertulis atau melalui
METODE PENELITIAN perekaman video/audio tapes, dan
Penelitian ini menggunakan pengambilan foto.
jenis penelitian kualitatif deskriptif

p:106- 3
Jurnal Sinektik
Volume 2 Nomor 1 , Edisi Juni 2019
Prodi PGSD Universitas Slamet Riyadi
ISSN 2620-6560 (print) ISSN 2620-746X (online)

Pada saat pengambilan data, dan disajikan, yang pada tahap


peneliti didampingi oleh guru masing- akhirnya dapat ditarik kesimpulan.
masing kelas. Teknik analisis data
melakukan penelitian ini adalah HASIL DAN PEMBAHASAN
menggunakan uraian kata-kata yang Dari jawaban-jawaban yang
menjelaskan jenis-jenis dan diberikan oleh subjek pada saat
penanganan bullying di SD N peneliti melakukan wawancara dan
Mangunharjo Kota Semarang yang melihat hasil observasi tampak bahwa
diambil dari hasil observasi dan fenomena bullying juga marak terjadi
wawancara. Kemudian data tersebut di kalangan siswa-siswa Sekolah
dapat disajikan berupa laporan yang Dasar Negeri Mangunharjo Kota
dapat didata, direduksi, atau dikoreksi Semarang. Berikut ini adalah hasil
temuan di lapangan.

Tabel 1. Bentuk-bentuk bullying di SD N Mangunharjo


Waktu terjadi
Bentuk bullying Jam
Istirahat
pelajaran
Diejek  
Dipanggil nama orang 
tua
Disoraki 
Ditertawai 
Dipukul  
Dicubit  
Dijegal  
Ditarik hijab 
Dijambak rambut 
Dilempar bola kertas 
Dibahasi kursi  
Ditarik kursi ketika 
hendak duduk

4 p:106-
Jurnal Sinektik
Volume 2 Nomor 1 , Edisi Juni 2019
Prodi PGSD Universitas Slamet Riyadi
ISSN 2620-6560 (print) ISSN 2620-746X

Rata-rata bullying dilakukan tidak pernah bisa diam dan selalu


secara berulang artinya bukan hanya ramai ketika di kelas. Sedangkan
dilakukan sekali dan dilakukan menurut TA tindakan bullying
dengan orang yang sama. Beberapa dilakukan untuk seru-seruan dan
pelaku bullying menyebutkan bahwa menunjukkan kepada yang lain jika
bullying dilakukan sebatas untuk TA memiliki kuasa yang lebih
bermain dan untuk membalas dendam dibanding dengan yang lain.
sekalipun mereka menyadari tindakan Bullyingyang dilakukan TA terus
yang dilakukan tidak baik. Namun, berulang meski sudah ada teguran
kesadaran tentang baik dan tidak baik dari guru. TA biasa mengejek,
saja ternyata tidak cukup bagi pelaku melempar bola kertas dan memanggil
untuk tidak kembali melakukan hal teman dengan nama orang tua.
yang sama. Selain dilakukan oleh laki-laki
Pengaruh media informasi bullying juga dilakukan oleh
televisi memiliki efek negatif pada perempuan, sebut saja GB. Siswa ini
anak seperti mengajari anak menjadi beberapa kali melakukan bullying
stereotip, mencontohkan model agresi kepada teman sekelasnya. Selain
kekerasan, dan menyajikan memanggil dengan nama orang tua
pandangan yang tidak realistis tentang GB juga beberapa kali melempar bola
dunia (Dubow, Huesmann, kertas kepada teman yang lain, alasan
Greenwood, dan Murray (2007 dalam melakukan itu cukup sederhana untuk
Santrock, 2011). Anak laki-laki yang tertawa bersama dengan teman-teman
sering menonton tayangan kekerasan atau sebagai hiburan. Namun,
di televisi besar kemugkinan untuk kegiatan bullying yang dilakukan GB
melakukan tindak pidana kekerasan, tidak berlarut-larut. GB tidak
mengejek orang lain, mengancam mengulangi tindakan bullying setelah
menggunakan kekerasan terhadap mendapat teguran dari guru.
anak-anak lain, memecahkan jendela, Kelas V yang termasuk kategori
dan menuliskan slogan di dinding kelas tinggi juga melakukan tindakan
(Santrock, 2011). bullying. Alasan tindakan bullying
Anak kelas VI dengan inisial S yang dilakukan tidak jauh beda
yang memiliki badan sedang dan dengan kelas VI. DHH mengaku

p:106- 5
Jurnal Sinektik
Volume 2 Nomor 1 , Edisi Juni 2019
Prodi PGSD Universitas Slamet Riyadi
ISSN 2620-6560 (print) ISSN 2620-746X (online)

tindakan bullying yang dilakukan atas KA yang merupakan korban


dasar lucu dan agar senang. DHH bullying selain dipanggil dengan
mengaku pernah menarik kursi teman nama orang tua, ditarik kursi ketika
ketika hendak duduk, memanggil hendak duduk juga beberapa kali
dengan julukan lain atau nama orang dicubit. Merasa down juga dirasakan
tua, dan beberapa hal lain yang biasa oleh KA. SKN kelas V juga menjadi
dilakukan ketika jam istirahat. Karena korban bullying yang mengaku
pernah ditegur guru DHH tidak pernah dipanggil dengan nama
melakukan kegiatan ini secara julukan orang tua. SKN sering merasa
berulang. kesal, pasalnya bukan hanya
Sama dengan I dan FSN mereka dipanggil dengan nama julukan SKN
berdua ini juga melakukan juga sering ditarik kursi ketika
bullyingdengan alasan untuk seru- hendak duduk, diejek, dan dijahili.
seruan, pengawal permainan. Berbeda dengan MR yang
Tindakan selain bullying verbal bukan hanya diperlakukan seperti itu,
berupa memanggil dengan julukan MR sering dipukul dan dijegal oleh
dan nama orang tua. I dan FSN juga pelaku bullying. Untuk kelas IV MF
pernah menarik kursi teman ketika mengaku pernah dipanggil dengan
hendak duduk dan melempar teman julukan selain namanya, ditarik kursi
dengan bola kertas yang merupakan ketika hendak duduk, dan ditarik
bullying secara fisik. hijabnya. MF merasa bosan
F kelas III juga melakukan diperlakukan seperti itu namun dia
bullying dengan sesama teman laki- sendiri belum pernah melaporkan
laki. F mengaku tindakan bullying tindakan itu ke orang tua ataupun
yang dilakukan untuk hiburan, guru.
sekalipun jarang melakukan F belum Tindakan yang sama juga
pernah dimarai guru. F beberapa kali dirasakan oleh temannya yaitu JA,
memangil teman dengan julukan yang yang mengaku juga pernah dipanggil
lucu, menarik kursi teman yang dengan julukan selain namanya,
hendak duduk, dan melempar bola ditarik kursi ketika hendak duduk,
kertas ke teman. dan duduk. JA mengaku sempat down
dan menjadi pendiam. Selain itu JA

6 p:106-
Jurnal Sinektik
Volume 2 Nomor 1 , Edisi Juni 2019
Prodi PGSD Universitas Slamet Riyadi
ISSN 2620-6560 (print) ISSN 2620-746X

juga marah ketika diperlakukan menyakiti korban bullying yang rata-


demikian, namun tetap saja tidak ada rata memilih diam dibanding harus
perlawanan ataupun melaporkan melawan. Korban bullying lebih
dengan guru karena menganggap hal merasa takut karena menyadari
tersebut sudah biasa. sekalipun melawan akan terjadi
Kelas III dengan inisial DAJ perlawanan kembali dari pelaku
mengaku pernah dipanggil dengan bullying yang menjadikannya hanya
julukan selain namanya, sering ditarik memendam rasa benci tersebut
kursi ketika hendak duduk, bahkan sendiri. Namun, ada beberapa korban
dijambak rambutnya. DAJ kerap bullying yang memberanikan diri
merasa kesal diperlakukan demikian, untuk melapor kepada guru maupun
tapi dia takut untuk melaporkan hal orang tua sebagai perlawanan dan
yang sudah dialami kepada guru untuk melakukan pencegahan agar
maupun orang tua. Beberapa kali DAJ tidak terjadi pengulangan perilaku
hanya mencoba menasehati. ARA tersebut.
merupakan teman DAJ yang juga
beberapa kali menjadi korban Penanganan dan pencegahan
tindakan bullying. ARA mengaku bullying di SD N Mangunharjo
beberapa kali dipanggil dengan nama Baru-baru ini ada sebuah kasus
orang tua, ditarik kursi ketika duduk, yang kembali menyakiti dunia
dan dipukul dadanya. ARA memilih pendidikan, kisah yang dialami oleh
diam atau menasehati dibanding anak SMA di Brebes. Adanya
melaporkan tindakan itu ke guru bercandaan yang dilakukan sesama
karena menganggap perlakuan itu teman berawal dari menarik kursi
sudah biasa diterimanya. ketika hendak duduk yang
Jenis bullying yang dilakukan mengakibatkan cedera tulang ekor
berdasarkan hasil wawancara adalah parah. Spontan setelah kejadian siswa
bullying fisik dan verbal. Kedua jenis ini duduk kelantai dan kesakitan
bullying ini dilakukan untuk hingga tidak sadar. Dampaknya mulai
memberikan rasa senang, balas dari kelumpuhan sampai kematian.
dendam, dan sebagai permainan. Kisah ini disampaikan sebagai bentuk
Namun, tidak jarang hal tersebut keprihatinan oleh ayah korban Ibnu

p:106- 7
Jurnal Sinektik
Volume 2 Nomor 1 , Edisi Juni 2019
Prodi PGSD Universitas Slamet Riyadi
ISSN 2620-6560 (print) ISSN 2620-746X (online)

Yahya pada Selasa 2 Februari 2019 di tersebut berbeda dengan penelitian


akun facebook pribadinya. Dari kami maupun penelitian di Jepang
bercandaan yang terlihat lucu, tapi yang mendapati ruang kelas sebagai
bahaya yang mengintai begitu lokasi tersering terjadinya bullying.
mengerikan. Masih banyak kejadian- Interaksi antar-murid paling banyak
kejadian lain yang belum terjadi di lapangan bermain dan kelas,
terpubikasikan, sehingga perlu adanya sehingga bullying paling sering
refleksi bersama antar semua elemen dialami korban di kedua lokasi
baik pendidikan maupun masyarakat tersebut. Bullying dapat terjadi
agar tidak terus menerus terulang dan dimana saja, terutama di lokasi yang
sebagai tamparan bersama. minim pengawasan oleh orang
Hasil data yang diperoleh dari dewasa.
wawancara menyebutkan beberapa Hal-hal ini dilakukan ke siswa
cara yang dilakukan guru dalam lain yang lebih lemah yang
menangani kasus bullying yang notabennya teman sekelas dari pelaku
terjadi di SD N Mangunharjo Kota bullying. Terjadinya bullying itu
Semarang yaitu: melalui sendiri adalah ketidakhadiran guru di
penyampaian beberapa arahan ketika dalam kelas, cara berfikir korban
upacara, pembiasaan senam hari yang sedikit lamban, fisik korban
jum‟at, melalui implementasi yang lemah, kurangnya kemampuan
kurikulum 2013 dengan pendidikan korban dalam bersosialisasi, minder,
penguatan karakternya, adanya perbedaan postur tubuh antara pelaku
peringatan hingga teguran keras dan korban, dan kebiasaan pelaku
ketika melakukan tindakan bullying berbiacara kasar di rumah. Ketika
dengan ancaman pengurangan nilai bullying berlangsung rata-rata korban
telah dilakukan oleh guru. Namun, hanya diam dan tidak mau menegur
dalam kenyataannya pengulangan pelaku, sehingga pelaku merasa
bullying sering sekali terjadi pada senang dan terus-menerus melakukan
pelaku dan korban yang sama. bullying tersebut. Tidak ada
Menurut Soejatmiko (2013) pembelaan dari korban yang
Bullying di sekolah paling sering menjadikan perilaku bullying itu terus
terjadi di lapangan bermain. Temuan terjadi.

8 p:106-
Jurnal Sinektik
Volume 2 Nomor 1 , Edisi Juni 2019
Prodi PGSD Universitas Slamet Riyadi
ISSN 2620-6560 (print) ISSN 2620-746X

Dalam sebuah jurnal psikologi Menurut Novan Ardy


UNDIP (Siswanti, 2009) yang Wiyani (2014) bullying mampu
membahas tentang fenomena bullying ditangani dengan menumbuhkan
yang terjadi di SD Semarang suasana aman dan nyaman secara
menjelaskan beberapa hal yang psikologis yang terlihat dari hal-
sebenarnya bisa dilakukan oleh guru hal berikut: tidak adanya rasa was-
agar bullying di lingkungan sekolah was pada siswa, hubungan yang
tidak terus berkembang, yaitu: penuh kekeluargaan, tidak ada
Menetapkan aturan-aturan yang jelas pemalakan atau pemerasan,
mengenai bullying di ruang kelas dan barang-barang aman dari
di lingkungan sekolah secara pencurian, siswa diterima dan
menyeluruh, melatih seorang dewasa dihargai keberadaannya, memiliki
agar peka terhadap fenomena kebebasan, serta bebas dari
tersebut, menyediakan pengawasan imtimidasi.
yang dilakukan oleh orang dewasa Bullying mampu diredam
secara memadai khususnya dalam dengan melakukan 8 kemampuan
wilayah-wilayah yang kurang verbal: Setuju dengan apa yang
terpantau memungkinkan terjadinya dikatakan pelaku, Lemahkan pelaku
bullying. dengan humor, Jadikan pelaku bosan
Menurut Trinita Anjasuma dengan pertanyaan-pertanyaan,
(2018) mengatakan bahwa bullying Jadikan pelaku bosan dengan
akan dapat dikurangi secara jawaban-jawaban yang sama,
signifikan apabila sistem tempat Menjawab dengan tenang dan percaya
dimana bullying tersebut muncul diri, Melalui komunikasi asertif, Ubah
tidak diberikan imbalan apapun, dan situasi negatif menjadi positif, Beri
justru memberikan denda atau ijin pelaku mengejek (Sejiwa, 2008).
hukuman tiap kali perilaku bulying Model pencegahan lain
muncul, salah satu program yang misalnya ditawarkan oleh Rigby
sangat komperhensif yang ditujukan dalam (Husmiati Yusuf, 2005) yang
untuk menanggulangi bullying Dan menyarankan sepuluh garis panduan
terbukti efektif yakni the bully busters bagi sekolah untuk menangani
program. masalah perilaku buli di sekolah.

p:106- 9
Jurnal Sinektik
Volume 2 Nomor 1 , Edisi Juni 2019
Prodi PGSD Universitas Slamet Riyadi
ISSN 2620-6560 (print) ISSN 2620-746X (online)

Garis panduan tersebut antara lain: jilbab, menarik kursi ketika hendak
Mulai dengan pendefinisian perilaku duduk, dan menjegal. Kekerasan
buli yang jelas dan dapat diterima, verbal yaitu : memanggil dengan
mengakui bahwa perilaku buli sebutan orang tua, mengejek, dan
berlaku dalam berbagai bentuk, memarahi.
mengenali apa yang berlaku di 2. Upaya yang dilakukan Guru SD N
sekolah, menyusun rencana tindakan, Mangunharjo Kota Semarang
menyediakan kebijakan anti bullying, adalah dengan memberikan
menyediakan media bagi murid atau nasehat kepada siswa. Memberikan
kelompok murid tentang apa yang pemantauan ketika jam istirahat,
akan dilakukan bagi membantu mengadakan apel pagi setiap hari
mereka, mendorong tingkah laku jumat dan senam bersama, dan
yang dapat mendatangkan pengaruh memberikan motivasi dan
positif terhadap tingkah laku semangat kepada siswa yang
interpersonal murid, mengatasi setiap sering terkena bullying. Guru juga
kejadian bullying secara bijaksana, menerapkan sikap toleransi dan
menyediakan bantuan kepada murid saling menghargai sesama teman
yang menjadi korban buli, bekerja dengan sistem kurikulum 2013
secara konstruktif dengan pihak lain yang membantu siswa dalam
terutama orang tua atau komite pengembangan kepribadian siswa.
sekolah. Berdasarkan kesimpulan yang
telah disusun, peneliti mencoba
SIMPULAN memberikan saran untuk mencegah
Beradasarkan hasil yang telah bullying, yaitu:
diajabarkan sebelumnya mengenai a. Guru menambah wawasan perihal
identifikasi perilaku bullying di bullying dari buku, artikel, jurnal,
Sekolah Dasar Negeri Mangunharjo atau surat kabar, dan internet agar
dapat disimpulkan sebagai berikut: memahami secara utuh bullying
1. Jenis bullying dibagi menjadi dua, dan penanganannya.
kekerasan fisik dan verbal. b. guru diharapkan mengenali
Kekerasan fisik berupa, mencubit, karakteristik pelaku dan korban
memukul, mendorong, menarik bullying agar dapat mencegah dan

10 p:106-
Jurnal Sinektik
Volume 2 Nomor 1 , Edisi Juni 2019
Prodi PGSD Universitas Slamet Riyadi
ISSN 2620-6560 (print) ISSN 2620-746X

mengatasi apabila terjadi bullying Universty Research


yang muncul sewaktu-waktu. Colloquium, ISSN 2407-
9189
c. Mengadakan konseling atau
pemahaman bersama tentang Novan Ardy Wiyani. 2014. Save our
children from school
bullying pada siswa ketika apel bullying. Yogyakarta: AR-
pagi atau upacara bendera. RUZZ Media.
d. Perlu adanya guru piket yang dapat Renny Sundayani. 2014. Anak
mengawasi perilaku siswa ketika Korban Bullying Berpotensi
Bunuh Diri di Usia 50. Di
jam istirahat. akses pada 05 November
e. Adanya tindak lanjut yang tegas 2014,
dari:http://okezone.com/okez
ketika mengetahui adanya tanda- one.lifestyle. htm
tanda perilaku bullying dari pelaku Roychansyah, Muhammad
Sani. 2006. Sedikit
bullying. Mengupas ‟Ijime‟.
f. Mengajak orang tua siswa turut
Santrok, J. W. 2011. Perkembangan
andil dalam memberi pemahaman anak, jilid 1, edisi 11.
kepada anak nya agar terhindar Jakarta: Erlangga.
dari perilaku bullying. Siswanti, Contrie Ganes Widayanti.
2009. Fenomena bullying di
Sekolah Dasar Negeri
DAFTAR PUSTAKA Semarang. Jurnal Psikologi
Anjasuma, Trinita.2018. Analisis UNDIP. Vol.5 No.2
Sebab-Akibat Perilaku Desember Fakultas Psikologi
Bullying Remaja. (Skripsi). Universitas Diponegoro
Yogyakarta:Fakultas Semarang
Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sejiwa. (2008). Bullying!. Jakarta: PT
Sanata Dharma Yogyakarta. Grasinndo.

Astuti, Ponny Retno. 2008. Meredam Soejatmiko, Nur Hamzah, dan


bullying: 3 Cara Efektif Anastasia. 2013. Gambaran
Mengatasi K.P.A. Jakarta: Bullying dan Hubungannya
Grasindo. dengan Masalah Emosi dan
Perilaku pada Anak Sekolah
Moh Zainal Rohman. 2016. Dasar. Sari Pediatri, Vol. 15,
Hubungan antara usia No. 3.
tingkat kelas dan jenis
kelamin dengan
kecenderungan menjadi
korban bullying. The 3rd

p:106- 11

You might also like