Professional Documents
Culture Documents
MAKALAH Pancasila Kelompok 2
MAKALAH Pancasila Kelompok 2
MAKALAH Pancasila Kelompok 2
RUMUSAN PANCASILA
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME. Karena Atas
rahmatNya yang diberikan kepada kami, hingga kami dapat menyelesaikan
sebuah makalah yang mudah-mudahan bermanfaat bagi para pembaca dengan
judul “Makalah Perumusan Pancasila”. Makalah ini disusun guna memenuhi
tugas dari pengajar mata kuliah Pancasila. Kami sebagai penulis dari makalah
ini mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada dosen pengajar
mata kuliah Pendidikan Pancasila dan pihak-pihak yang membantu kami dalam
Pencariaan & Pemberian ide tentang proses terbuat hingga terbentuknya
Makalah ini. Dan kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat dalam
proses pembelajaran di dalam kelas dan proses pembelajaraan di tahun
pembelajaran berikutnya. Dan karena tiada gading yang tak retak, begitu pula
dengan makalah ini. Maka dari itulah kami mengharapkan kritik dan saran yang
di berikan kepada kami demi perbaikan makalah di waktu yang datang.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI ..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................1
1.1 Latar Belakang .................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................1
1.3 Tujuan ...............................................................................................2
1.4 Manfaat .............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................3
2.1 Pengertian Pancasila .........................................................................3
2.2 Rumusan Pancasila ...........................................................................3
2.2.1. Rumusan I: Moh. Yamin, Mr.................................................3
2.2.2. Rumusan II: Soekarno, Ir.......................................................4
2.2.3. Rumusan III: Piagam Jakarta.................................................5
2.2.4. Rumusan IV: BPUPKI...........................................................7
2.2.5. Rumusan V: PPKI (18 Agustus 1945)...................................8
2.2.6. Rumusan VI: Konstitusi RIS..................................................10
2.2.7. Rumusan VII: UUD Sementara.............................................10
2.2.8. Rumusan VIII: DEKRIT 5 JULI 1959...................................11
2.2.9. Rumusan IX: AMANDEMEN UUD 1945............................12
2.2.10. Rumusan X: Versi Populer..................................................13
BAB IV KESIMPULAN ................................................................................22
3.1 Kesimpulan ................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pancasila sebagai dasar negara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia telah
diterima secara luas dan telah bersifat final. Hal ini kembali ditegaskan dalam
Ketetapan MPR No XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia No. II/MPR/1978 tentang Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa) dan Penetapan tentang
Penegasan Pancasila sebagai Dasar Negara Ketetapan MPR No. I/MPR/2003 tentang
Peninjauan Terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Tahun 1960 sampai dengan Tahun 2002. Selain itu Pancasila sebagai dasar negara
merupakan hasil kesepakatan bersama para Pendiri Bangsa yang kemudian sering disebut
sebagai sebuah “Perjanjian Luhur” bangsa Indonesia.
Namun dibalik itu terdapat sejarah panjang perumusan sila-sila Pancasila dalam
perjalanan ketatanegaraan Indonesia. Sejarah ini begitu sensitif dan dapat mengancam
keutuhan Negara Indonesia. Hal ini dikarenakan begitu banyak polemik serta kontroversi
yang akut dan berkepanjangan baik mengenai siapa pengusul pertama sampai dengan
pencetus istilah Pancasila. Penempatan rumusan yang lebih awal tidak mengurangi
kedudukan rumusan yang lebih akhir. Berdasarkan uraian tersebut, diperlukan kajian
tentang rumusan pancasila.
1.3 Tujuan
Tujuan dalam pembuatan makalah ini adalahsebagai berikut :
1. Menjelaskan rumusan pancasila yang berkembang di Indonesia.
2. Menjelaskan persamaan dari rumusan pancasila yang berkembang di Indonesia.
3. Menjelaskan perbedaan dari rumusan pancasila yang berkembang di Indonesia.
1.4 Manfaat
Di dalam makalah rumusan pancasila ini, manfaat yang bisa kami dapatkan
adalah sebagai berikut:
1. Dapat memahami rumusan pancasila yang berkembang di Indonesia.
2. Dapat memahami persamaan dari rumusan pancasila yang berkembang di Indonesia.
3. Dapat memahami perbedaan dari rumusan pancasila yang berkembang di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
Rumusan Pidato
Baik dalam kerangka uraian pidato maupun dalam presentasi lisan Muh
Yamin mengemukakan lima calon dasar negara yaitu[1]:
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri ke-Tuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat
Rumusan Tertulis
Selain usulan lisan Muh Yamin tercatat menyampaikan usulan tertulis mengenai
rancangan dasar negara. Usulan tertulis yang disampaikan kepada BPUPKI oleh
Muh Yamin berbeda dengan rumusan kata-kata dan sistematikanya dengan yang
dipresentasikan secara lisan, yaitu[2]:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kebangsaan Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Rumusan Trisila
1. Socio-nationalisme
2. Socio-demokratis
3. ke-Tuhanan
Rumusan Ekasila
1. Gotong-Royong
2.2.3. Rumusan III: Piagam Jakarta
Usulan-usulan blue print Negara Indonesia telah dikemukakan anggota-
anggota BPUPKI pada sesi pertama yang berakhir tanggal 1 Juni1945. Selama
reses antara 2 Juni – 9 Juli1945, delapan orang anggota BPUPKI ditunjuk
sebagai panitia kecil yang bertugas untuk menampung dan menyelaraskan usul-
usul anggota BPUPKI yang telah masuk. Pada 22 Juni1945 panitia kecil
tersebut mengadakan pertemuan dengan 38 anggota BPUPKI dalam rapat
informal. Rapat tersebut memutuskan membentuk suatu panitia kecil berbeda
(kemudian dikenal dengan sebutan "Panitia Sembilan") yang bertugas untuk
menyelaraskan mengenai hubungan Negara dan Agama.
Dalam menentukan hubungan negara dan agama anggota BPUPKI
terbelah antara golongan Islam yang menghendaki bentuk teokrasi Islam dengan
golongan Kebangsaan yang menghendaki bentuk negara sekuler dimana negara
sama sekali tidak diperbolehkan bergerak di bidang agama. Persetujuan di
antara dua golongan yang dilakukan oleh Panitia Sembilan tercantum dalam
sebuah dokumen “Rancangan Pembukaan Hukum Dasar”. Dokumen ini pula
yang disebut Piagam Jakarta (Jakarta Charter) oleh Mr. Muh Yamin. Adapun
rumusan rancangan dasar negara terdapat di akhir paragraf keempat dari
dokumen “Rancangan Pembukaan Hukum Dasar” (paragraf 1-3 berisi
rancangan pernyataan kemerdekaan/proklamasi/declaration of independence).
Rumusan ini merupakan rumusan pertama sebagai hasil kesepakatan para
"Pendiri Bangsa".
Rumusan kalimat
“… dengan berdasar kepada: ke-Tuhanan, dengan kewajiban
menjalankan syari'at Islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan serta
dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Alternatif pembacaan
Alternatif pmbacaan rumusan kalimat rancangan dasar negara pada
Piagam Jakarta dimaksudkan untuk memperjelas persetujuan kedua golongan
dalam BPUPKI sebagaimana terekam dalam dokumen itu dengan menjadikan
anak kalimat terakhir dalam paragraf keempat tersebut menjadi sub-sub anak
kalimat.
“… dengan berdasar kepada: ke-Tuhanan,
[A] dengan kewajiban menjalankan syari'at Islam bagi pemeluk-pemeluknya,
menurut dasar.
[A.1] kemanusiaan yang adil dan beradab,
[A.2] persatuan Indonesia, dan
[A.3] kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan serta
[B] dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Rumusan populer
Versi populer rumusan rancangan Pancasila menurut Piagam Jakarta yang
beredar di masyarakat adalah:
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Rumusan kalimat
“… dengan berdasar kepada: ke-Tuhanan, dengan kewajiban
menjalankan syari'at Islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat-kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan,
dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Rumusan kalimat
“… dengan berdasar kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan
yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta dengan
mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Rumusan
1. Ketuhanan Yang Maha Esa,
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial.
Rumusan
1. Ketuhanan Yang Maha Esa,
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pancasila adalah pandangan hidup bangsa dan dasar negara Republik Indonesia.
Pancasila juga merupakan sumber kejiwaan masyarakat dan negara Republik Indonesia.
Maka manusia Indonesia menjadikan pengamalan Pancasila sebagai perjuangan utama
dalam kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan kengaraan. Oleh karena itu
pengalamannya harus dimulai dari setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara
negara yang secara meluas akan berkembang menjadi pengalaman Pancasila oleh setiap
lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik dipusat maupun di daerah.
Dalam mengoperasikan Pancasila ini bangsa Indonesia menghadapi dua hal yang
terus menerus diberi perhatian penuh. Pertama menyesuaikan transformasi Pancasila
dengan perkembangan dunia modern dan kedua menciptakan kreasi-kreasi yang tepat
untuk mengembangkan kehidupan bernegara, berbangsa dan bermasyarakat diseluruh
wilayah Indonesia sesuai dengan Pancasila, yang sebelumnya belum dikenal dalam
tradisi.
Dalam hidup berbangsa dan bernegara pun perwujudan pancasila seiring dengan
perwujudannya dalam hidup bernegara. Kedua bidang kehidupan ini juga baru berproses
menuju ke perwujudan Pancasila. Dalm hidup berbangsa menuju ke persatuan dari
keanekaragaman suku, budaya, agama, tingkat kehidupan ekonomi yang menghasilkan
kesatuan organis dengan sifat-sifat unggul keanekaragaman yang mempunyai daya
komplementer yang menyempurnakan. Dengan harapan pada suatu saat akan lahir
bangsa Indonesia modern yang berTuhan, manusiawi, bersatu, demokratis dan adil
sejahtera