Professional Documents
Culture Documents
At+6+Draft+Artikel+19 2+s2+an+Nes+Tabuni
At+6+Draft+Artikel+19 2+s2+an+Nes+Tabuni
– 1246
Naskah diterima melalui e-mail jurnal ilmiah agrisosioekonomi@unsrat.ac.id : Rabu, 31 Mei 2023
Disetujui diterbitkan : Rabu, 31 Mei 2023
ABSTRACT
This study aims to analyze the perspective of the Papua provincial government on the acceptance of the new
autonomous region in Papua province. The research was conducted from March to April 2023 in Papua Province as
the parent province among the three new autonomous regions. The data analysis technique used in this study is an
interactive qualitative technique. The results of the research are that other regional governments also consider that
the expansion of the New Autonomous Region (PDOB) in the provinces of Papua and West Papua is indeed a necessity
and can be assessed as the impact of Papua's mismanagement so far. The policy of the central government must side
with the regional government in Papua, but this is not democratic and does not understand the history and character
of the indigenous Papuans, so that the state's goals can be fulfilled in carrying out the Expansion of the New
Autonomous Region (PDOB) in Papua with political strategies that are dominated by the government with an action
that can realize the ability to carry out development and welfare for the people of Papua and in general for the
Indonesian state.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perspektif pemerintah provinsi papua pada penerimaan daerah
otonomii baru di provinsi papua. Penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga April 2023 di Provinsi Papua sebagai
provinsi induknya di antara ketiga DOB tersebut. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik kualitatif interaktif. Hasil penelitian yaitu pemerintah daerah lain juga yang menganggap bahwa dalam
memberikan Pemekaran Daerah Otonomi Baru (PDOB) di provinsi Papua dan provinsi Papua Barat memang sebuah
keniscayaan dan dapat dinilai sebagai dampak dari salah urus Papua selama ini. Kebijakan pemerintah pusat harus
berpihak dengan pemerintah daerah di Papua, namun hal tersebut terjadi tidak domokratis serta tidak memahami
sejarah dan karakter orang asli Papua, agar tujuan negara bisa dapat memenuhi dalam melakukan Pemekaran Daerah
Otonomi Baru (PDOB) di Papua dengan strategi-strategi politik yang didominasi oleh pemerintah dengan suatu
tindakan yang dapat mewujudkan dalam kemampuan melaksanakan pembangunan serta kesejahteraan bagi
masyarakat Papua dan pada umumnya bagi negara Indonesia.
Agrisosioekonomi :
Jurnal Transdisiplin Pertanian (Budidaya Tanaman, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, Perikanan, Sosial dan Ekonomi) 1235
Perpektif Pemerintah Provinsi Papua pada Penerimaan Pemekaran………..……...….(Nes Tabuni, Welly Waworundeng, Stefanus Sampe)
1236
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN (p) 1907– 4298, ISSN (e) 2685-063X, Sinta 5, Volume 19 Nomor 2, Mei 2023 : 1235 – 1246
Agrisosioekonomi :
Jurnal Transdisiplin Pertanian (Budidaya Tanaman, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, Perikanan, Sosial dan Ekonomi) 1237
Perpektif Pemerintah Provinsi Papua pada Penerimaan Pemekaran………..……...….(Nes Tabuni, Welly Waworundeng, Stefanus Sampe)
1238
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN (p) 1907– 4298, ISSN (e) 2685-063X, Sinta 5, Volume 19 Nomor 2, Mei 2023 : 1235 – 1246
data. Tanpa mengetahui teknik adat/pokja adat yang ada pada lembaga
pengumpulan data, maka penelitian tidak legislatif/MPR, DPRD dan pemerintah
akan mendapat data yang memenuhi Provinsi Papua merasa bahwa pemerintah
standar data yang ditetapkan. pusat/Negara sudah melakukan ketidakadilan
2. Reduksi Data (Data reduction) yang terhadap Undang-Undang otsus bagi provinsi
tersedia cukup luas, sehingga harus papua, yakni:
dijelaskan secara lengkap dan tepat. 1. Tokoh pemerintah membentuk tim untuk
Seperti yang sudah dikatakan, posisi melaporkan informasi tentang aspirasi
peneliti di lapangan semakin kompleks dan orang papua untuk pemekaran DOB
padat data. Akibatnya, analisis data keempat provinsi baru di tanah Papua.
menggunakan data yang telah disunting 2. Intimindasi UU nomor 21 tahun 2001
dimulai tepat satu kali. Pengurangan data tentang OTSUS bagi provinsi Papua dalam
berarti membuat rangkuman, memilih pasal 67 yang bertentangan dengan UU
yang penting, memfokuskan pada yang No.2 tahun 2021, tentang Daerah Otonomi
penting. Baru di Provinsi Papua juga pasal sama 67
3. Penyajian data dalam penelitian kualitatif, dan memiliki ayat, dengan mendadaknya
data dapat disajikan dalam bentuk dari pemerintah pusat.
deskripsi singkat, diagram, hubungan antar 3. Kebijakan pemerintah pusat dalam
kategori, dll. memberikan pemekarana daerah baru
4. Langkah selanjutnya dalam analisis data DOB adalah melwgitimasi aspirasi orang
kuantitatif adalah mengidentifikasi dan Papua.
mendeskripsikan kesimpulan. Jika bukti 4. Orang asli Papua merasa, bahwa
yang kuat dan mendukung tidak terlihat pemekaran dengan mendadak ini adalah
pada pengumpulan data putaran negara melakukan pendekatan militer
berikutnya, perkiraan awal yang diberikan tersebut selalu saja ada ada pemaksaan
kemungkinan besar akan berubah. Padahal brikan DOB, pembunuhan, penindasan dan
jika kesimpulan awal didukung oleh bukti- selalu saja terjadi dengan terganggunya
bukti yang dapat dipercaya dan konsisten. pskologi orang-orang yang berada di papua
itu sendiri.
Berdasarkan hasil penelitian terjadi
HASIL DAN PEMBAHASAN kontroversi antara pemerintah daerah dan
pemerintah pusat dapat membawa dampak
Hasil Penelitian yang baik maupun buruk bagi masyarakat di
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan wilayah Papua, sehingga informan juga dapat
berbagai masalah yang merupakan suatu memerikan pandangan yang optimis saja,
langkah untuk meningkatkan kesejahteraan namun yang menjadi masalah adalah
masyarakat Papua yang memiliki kualitas pemerintah pusat tidak mendengar aspirasi
dalam melakukan tata kelola pemerintah rakyat Papua secara langsung. Negara dapat
daerah baru yang juga meningkatkan kualitas melakukan tindakan secara inisiatif dan
pelayanan kapada masyarakat setempat. memberikan pemekaran keempat provinsi
Dengan adanya pemekaran baru tersebut dapat baru dan tidak melalui persetujuan MRP,
mendukung peningkatan kesejahteraan bagi DPRP bersama gubernur Papua. Kedua
masyarakat Papua dalam melaksanakan lembaga tersebut tidak menolak pemekaran
kebutuhannya. DOB di Provinsi Papua yang mengakibatkan
Berdasarkan wawancara melalui tokoh kontroversi dalam hal cara pandang yang
pemerintah, tokoh masyarakat dan tokoh berbeda pada pemerintah pusat dan negara.
Agrisosioekonomi :
Jurnal Transdisiplin Pertanian (Budidaya Tanaman, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, Perikanan, Sosial dan Ekonomi) 1239
Perpektif Pemerintah Provinsi Papua pada Penerimaan Pemekaran………..……...….(Nes Tabuni, Welly Waworundeng, Stefanus Sampe)
1240
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN (p) 1907– 4298, ISSN (e) 2685-063X, Sinta 5, Volume 19 Nomor 2, Mei 2023 : 1235 – 1246
kekuasaan pemerintahan dari pemerintah wilayah, namun pada kenyataan ada pula
pusat kepada pemerintah daerah. Oleh dampak negatif dari pemekaran wilayah
sebab itu pemerintah pusat tidak perlu terlepas dari tujuan nya demi kesejahteraan
repot-repot memeriksa keadaan daerah masyarakat. Dampak negatif dari adanya
satu persatu. pemekaran wilayah yaitu:
2. Pelimpahan kekuasaan dari pemerintahan 1. Pemekaran wilayah dapat memicu
pusat ke pemerintah daerah melalui keinginan untuk melepaskan diri, sehingga
pemekaran wilayah berdampak pada dapat mengancam keutuhan serta stabilitas
pembangunan daerah baru tersebut. keamanan daerah maupun wilayah secara
Dimana pemerintah daerah dapat keseluruhan sebagai suatu negara.
membangun daerahnya sendiri dengan 2. Pemekaran wilayah akan berdampak pada
lebih baik didasarkan pada potensi yang keadaan pemerintahan pusat yang
ada yang telah diserahkan oleh pemerintah terabaikan, karena pemerintah daerah akan
pusat. Kondisi tersebut dapat membantu sibuk bersaing dalam upaya memajukan
upaya pemerintah dalam pemerataan serta pengembangan potensi daerah
pembangunan. masing-masing.
3. Dengan adanya peemekaran wilayah baru, 3. Adanya pemekaran wilayah juga dapat
maka akan berdampak pada peningkatan memicu munculnya bentuk-bentuk konflik
pelayanan pemerintah menjadi lebih sosial dan berbagai macam contoh masalah
mudah untuk di jangkau, serta adanya sosial dalam masyarakat. Dampak
pengembangan wilayah distrik dan Pemekaran terhadap Kesejahteraan
kampung juga dapat memperpendek Masyarakat semakin tinggi, karena adanya
jangkauan pelayanan pemerintah terhadap suatu perbedaan suku, budaya, asal daerah,
masyarakat. yang mana masing-masing juga
4. Meningkatkan pembangunan infrastruktur berkemungkinan untuk berusaha
didaerah yang lebih maju sebagai salah berdominan satu sama lain.
satu upaya dalam pemerataan 4. Memicu persaingan elit politik di daerah
pembangunan daerah. semakin tinggi bahkan berkemungkinan
5. Pemekaran wilayah juga berdampak pada berjalan tidak sehat, serta menambah
semakin menurunnya tingkat peluang korupsi, kolusi, dan nepotisme.
pengangguran, kemiskinan, dan gizi buruk 5. Pemekaran wilayah juga berdampak atau
karena pelayanan serta kontrol dan fokus lebih dominan nya kepada kepentingan
pemerintah meningkat pada daerah pemerintah daerah yang baru, seperti
otonomi baru, sehingga berdampak pula upaya menyelaraskan dengan
pada peningkatan kualitas sumber daya pemerintahan daerah lainnya dibanding
manusia di daerah dan menurunnya segala mementingkan kepentingan kesejahteraan
bentuk-bentuk ketimpangan sosial di masyarakat lokal.
masyarakat.
6. Peningkatan pertumbuhan ekonomi di Pembahasan
daerah, dan peningkatan permintaan Otsus yang diberikan pusat Jakarta ini
barang dan jasa sebagai upaya dalam merupakan keinginannya pusat dalam rangka
memenuhi kebutuhan masyarakat daerah. melaksanakan pembangunan di tanah papua,
demi mewujudkan kesejahteraan bagi
Dampak Negatif masyarakat Papua ke dalam UU Nomor 2
Tidak hanya dampak positif yang Tahun 2021 tentang Perubahan Kedua Atas
ditimbulkan karena adanya suatu pemekaran UU Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi
Agrisosioekonomi :
Jurnal Transdisiplin Pertanian (Budidaya Tanaman, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, Perikanan, Sosial dan Ekonomi) 1241
Perpektif Pemerintah Provinsi Papua pada Penerimaan Pemekaran………..……...….(Nes Tabuni, Welly Waworundeng, Stefanus Sampe)
Khusus bagi Provinsi Papua. Pemerintah pusat Sejumlah anggota DPR bersama
berhasil melakukan Pemekaran daerah baru di pemerintah berpandangan bahwa seberapa
wilayah provinsi papua ini, dengan tujuan banyak terdapat di dalam urgensinya
negara untuk meningkatkan kesejahteraan bagi pembentukan keempat provinsi baru bagi
masyarakat setempat dan mempercepat Papua, adalah langka dalam hal percepatan
pelayanan publik, dalam pandangan secara pelayanan kepada masyarakat di wilayah, agar
universal (demokrasi) melalui pengelolaan pembangunan dapat lebih berfokus pada
potensi daerah, keamanan dan ketertiban, rentang kendali lebih dekat dalam upaya
hubungan yang serasi antara pusat dan daerah. menciptakan pemerintahan yang efektif dan
Peneliti juga menemukan persamaan yang efisien; memperkuat eksistensi serta peran
diberikan oleh pemerintah daerah maupun wilayah adat dan budaya sebagai modal sosial;
beberapa tokoh utama serta tim pemekaran memperhatikan luas wilayah setiap calon
DOB merupakan strategi elit politik dalam provinsi dibanding dengan tingkat pelayanan
memberikan pemekaran terhadap pro-kontra belum optimal sehingga masih terjadi
ini juga fenomena lama tersebut persoalan kesenjangan dan ketimpangan pembangunan;
besar bagi wilayah Papua yaitu: serta keberadaan daerah otonom baru untuk
1. Politik dan Pemerintah menjawab tantangan pembangunan dan
a. Instabilitas politik. tingkat kesejahteraan masyarakat.
b. Inkompabilitas struktur pemerintahan Otonomi khusus Papua adalah
modern. kewenangan khusus yang diberikan kepada
2. Sosial Budaya, yaitu tantangan kohesivitas daerah tertentu atau suatu wilayah untuk
sosial dari beragam etnis/suku (gunung, mengatur dan mengurus kepentingan
pantai dan OAP pendatang). masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
3. Ekonomi, yaitu kemiskinan dan tetapi sesuai dengan hak dan aspirasi
marginalisasi perekonomian subsistem. masyarakat di daerah tersebut. Pertimbangan
4. Infrastruktur, yaitu keterbatasan dari elit politik bahwa keamanan tesebut
aksebilitas wilayah (banyak daerah belum tampaknya lebih mendominasi pada
bisa dijangkau akses darat), harga barang pemekaran wilayah Papua, namun orang
lainnya juga terjangkau papua juga dipandang hanya menguntungkan
5. Keamanan, yaitu persoalan konflik politik, kelompok elite pragmatis lokal yang ingin
konflik sosial dan tindakan criminal dapatkan posisi politik. Kepentingan ini
separatism. bertemu dengan strategi politik/keamanan
Pemekaran DOB wilayah Timur pemerintah pusat untuk kendalikan Papua.
Indonesia merupakan salah satu bentuk khusus Namun adanya perbandingan dalam
yang perlu diperhatikan, karena dengan peningkatannya kesejahteraan bagi
adanya pemekaran wilayah diharapkan dapat masyarakat, serta pertimbangan, bahwa
lebih memaksimalkan pemerataan sebagai orang-orang elit politikus dan
pembangunan daerah dan pengembangan keamanan dinilai ini menjadi factor utama
wilayah. Dengan semangat otonomi daerah itu yang dominan dengan melatar belakangi
muncul paradigma pemekaran wilayah yang bahwa pemekaran Papua menjadi empat
dapat mempercepat pelaksanaan daerah otonom baru. Hal ini dikhawatirkan
pembangunan, memudahkan pelayanan publik hanya menguntungkan kelompok elite lokal
kepada masyarakat, serta percepatan yang pragmatis serta memenuhi kebutuhan
kesejahteraan masyarakat. Pemekaran strategi politik dan keamanan pemerintah
Wilayah Papua diklaim sebagai bukti pusat terhadap Papua.
keseriusan pemerintah dalam pembangunan Menurut wakil menteri PUPR Jhon W.
Papua. Wetipo, belum terpadunya kebijakan program
1242
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN (p) 1907– 4298, ISSN (e) 2685-063X, Sinta 5, Volume 19 Nomor 2, Mei 2023 : 1235 – 1246
dalam kementerian dan juga berakhirnya dana untuk memetahkan penyebab masalah. Terkait
OTSUS dua persen dari deonasional pada dengan infrastruktur di papua yang di kerjakan
tahun 2022, kemudian isu konteks daerahnya terkait tugas wamen PUPR dengan
adalah angka kemiskinan 26,55% tertinggi se- konektivitas jalan yang sedang berjalan di
Indonesia dan Papua Barat 21,51% ini data kedua provinsi ini dengan harapan
dari 2019 hal tersebut BPS baru merilis data kesenjangan dan ketimpangan ekonomi yang
yang terbaru bahwa kedua provinsi ini terjadi ini dan tidak terjadi dengan aksesnya
peringkat pertama dalam hal kemiskinan. yang terputus.
Kemudian yang berikut adalah IPM papua Kualitivitas yang dikerjakan dan akan
yang terendah 64,8%, kemudian yang berikut dikerjakan oleh negara melalui kementerian
adalah tingkat pengangguran terbuka di papua PUPR dan kurang lebih 3.500 km jalan trans di
yang tinggi dan cukup banyak manajemen Papua hanya tersisa sedikit sekali dengan
pelaksanaaan OTSUS jadi kalao hari ini bicara harapan pemerintah pemekaran tugas negara
tentang isu OTSUS berarti dapat dalam melaksnakan konektivitas terbangun
membicarakan. antara kabupayen/kota dan antar provinsi
Jika pemekaran terjadi, Papua akan papua dan papuat barat bisa terbngun dengan
memiliki wilayah yang terbagi menjadi dua baik sehingga apa yang di harapkan
yakni bagian gunung yang sulit untuk ketergantungan masyarakat dengan pesawat
dilakukan pembangunan serta masalah selama ini dan jalan bisa terbangun dengan
keamanan yang merupakan masalah mendasar, baik. Namun tantangan terbesar bagi
sedangkan daerah pantai menghadapi pemerintah pusat adalah hari ini dengan
kesenjangan ekonomi sosial hal tersebut gaguan keamanan yang perlu diperhatikan
dilihat perkembangan wilayah. bersama.
Pada tahun 2021 dalam Undang-undang Argumentasi aktor kontra pemekaran
Nomor 21 tahun 2001 tentang otonomi khusus memandang bahwa hal itu merupakan
bagi Provinsi Papua memberi harapan dengan kepentingan politik elit/kekuasaan (pribadi,
lahirnya OTSUS ini orang Papua menjadi politik, jabatan, pencetus isu pemekaran), yang
tuannya di negerinya sendiri, namun hari ini mana 19% rakyat merasa bahwa:
banyak rakyat yang memang tidak merasakan 1. Tidak sesuai adat/budaya mengancam
atau mendapatkan keadilannya. Kemudian di OAP 12%.
tahun 2008 ada UU nomor 35 tahun 2008 itu 2. Membuat orang papua terpinggirkan di
merevisi UU OTSUS provinsi papua dan negerinya sendiri 10%.
papua barat. Kemudian di tahun 2015 perpres 3. Strategi adu domba, memiju konflik
nomor 2 tahun 2015 terkait dengan RPJM horizontal 7%.
2015-2019. Pada tahun 2019 perpres nomor 7 4. Keuangan negara (menguras, tidak
tahun 2019 tentang pengandaan barang dan mendukung, terbatas).
jasa bagi pengusaha orang asli Papua sampai 5. Usulan pemekaran tidak melibatkan
dengan hari ini orang pengusaha OAP juga seluruh komponen masyarakat 7%.
belum mendapatkan kesempatan pekerjaan 6. Tidak mendatangkan kesejahteraan atau
yang lebih luas untuk bisa mengerjakan kemajuan OAP 7%.
pekerjaan yang lebih besar di negerinya Langkah reinstrumentasi OTSUS Papua:
sendiri. 1. Akomondasi tata kelola dari masing-
Langkah pemerintah pusat dalam mendata masing suku. Kerangka adaptasi yang
pemetahan wilayah dan angka kemiskinan induktif terhadap nilai-nilai lokal.
OAP maupun pendatang sudah sangat tepat. 2. Re-orientasi dari ekonomi growth people
Hal tersebut dapat membantu pemerintah centered depelopment.
Agrisosioekonomi :
Jurnal Transdisiplin Pertanian (Budidaya Tanaman, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, Perikanan, Sosial dan Ekonomi) 1243
Perpektif Pemerintah Provinsi Papua pada Penerimaan Pemekaran………..……...….(Nes Tabuni, Welly Waworundeng, Stefanus Sampe)
1244
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN (p) 1907– 4298, ISSN (e) 2685-063X, Sinta 5, Volume 19 Nomor 2, Mei 2023 : 1235 – 1246
mendorong serta mendukung realisasi dari Papua, namun hal tersebut terjadi tidak
pemerintah pusat tentang rencana untuk demokratis serta tidak memahami sejarah
pemekaran Otonomi baru di Provinsi Papua. dan karakter orang asli Papua, agar tujuan
Oleh karena itu pemerintah bersama DPRP negara bisa dapat memenuhi dalam
papua dapat menerima pemekaran suatu melakukan Pemekaran Daerah Otonomi
wilayah di Provinsi Papua dan Papua Barat Baru (PDOB) di Papua dengan strategi-
lalu disahkan dengan mendadak, karena strategi politik yang didominasi oleh
nyatanya adalah tidak menunjukkan kajian pemerintah dengan suatu tindakan yang
fakta di lapangan lalu mendapat daerah dapat mewujudkan dalam kemampuan
otonomi baru ini. melaksanakan pembangunan serta
Perspektif pemerintah Papua terhadap kesejahteraan bagi masyarakat Papua dan
pemekaran provinsi baru terlihat bahwa pada umumnya bagi negara Indonesia.
pemerintah tidak menghormati UU sebagai 3. Perspektif pada penerimaan DOB ini
Konstitusi yang berdasarkan Undang-Undang adalah tujuan utama yang harus diorganisir
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 oleh banyak orang yang berada di Provinsi
yang berbunyi bahwa Pemekaran daerah pada Papua, namun keinginan dari masyarakat
tatanan filosofis untuk meningkatkan ini melalui aspirasinya tidak dilakukan dan
kesejahteraan masyarakat. lalu pemerintah dapat mengambil
langkanya sebaga insiatif dalam
merealisasikan DOB di Papua.
KESIMPULAN DAN SARAN
Saran
Kesimpulan Saran yang dapat diberikan, antara lain:
Berdasarkan uraian hasil penelitian dan 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
pembahasan, dapat ditarik kesimpulan tentang Pemerintah Daerah dengan cukup
sehubungan dengan permasalahan yang keras dalam mengatur pemekaran daerah.
diajukan: Namun untuk mengantisipasi terjadinya
1. Pemerintah daerah lain juga yang manipulasi data-data tentang kesiapan
menganggap bahwa dalam memberikan daerah dalam hal ini berkaitan dengan
Pemekaran Daerah Otonomi Baru (PDOB) pemenuhan indikator-indikator yang
di provinsi Papua dan provinsi Papua Barat tercantum dalam persyaratan pemekaran
memang sebuah keniscayaan dan dapat daerah. Selanjutnya dapat mencantumkan
dinilai sebagai dampak dari salah urus sanksi yang tegas bagi pengusul
Papua selama ini. Meskipun demikian pemekaran daerah yang data-datanya tidak
proses ‘pengawalan’ terhadap manifestasi sesuai dengan kondisi daerah yang
politik identitas di era DOB ini, sebenarnya, karena tidak menutup
masyarakat tetap dan perlu dilakukan kemungkinan hal demikian akan terjadi.
untuk menghindari konflik baik bersifat 2. Dalam pemekaran keempat provinsi baru
vertikal maupun horizontal yang terjadi di Papua ini harapannya adalah dengan
pada orang asli papua ini merupakan semakin berkualitasnya OAP, manifestasi
peristiwa nyata yang mengormbankan politik identitas di tanah Papua hanya akan
nyawa manusia yang tinggal di tanah bersifat sementara. Transformasi
Papua baik itu pendatang maupun orang masyarakat Papua yang menjunjung tinggi
Papua itu sendiri. sistem merit dan mampu berkompetisi
2. Kebijakan pemerintah pusat harus saling secara sehat dengan lapisan masyarakat
berpihak dengan pemerintah daerah di lintas etnis dan agama lainnya harapannya
Agrisosioekonomi :
Jurnal Transdisiplin Pertanian (Budidaya Tanaman, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, Perikanan, Sosial dan Ekonomi) 1245
Perpektif Pemerintah Provinsi Papua pada Penerimaan Pemekaran………..……...….(Nes Tabuni, Welly Waworundeng, Stefanus Sampe)
akan menjadi produk akhirnya. Pemerintah Zuhro, R.S. 2016. Otoda dalam UU Pemda
segera melakukan pemekaran dan Baru: Masalah dan Tantangan Hubungan
penggabungan daerah bagi daerah-daerah Pusat dan Daerah. Jurnal Penelitian
yang dinyatakan gagal melakukan otonomi Politik, 13(2), 213-225.
daerah dalam Pasal 47 Ayat (1) UU No
23Tahun 2014. Serta menutup 2 (dua)
pintu pengajuan proposal pemekaran
daerah (pemerintah dan DPR) menjadi satu
pintu yakni pemerintah pusat. Untuk
mengantisipasi daerah yang gagal melalui
pintu pemerintah dapat mengusulkan
kembali melalui pintu DPR ataupun
sebaliknya. Karena tidak menutup
kemungkinan hal seperti ini akan terjadi
apabila pengajuan proposal pemekaran
daerah tetap dilakukan oleh 2 pintu.
DAFTAR PUSTAKA
1246