Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN (p) 1907– 4298, ISSN (e) 2685-063X, Sinta 5, Volume 19 Nomor 2, Mei 2023 : 1235

– 1246

Perpektif Pemerintah Provinsi Papua Pada Penerimaan Pemekaran Daerah


Otonomi Baru Di Provinsi Papua

The Perspective Of The Papua Provincial Government On The Acceptance Of Regional


Expansion New Autonomy In Papua Province

Nes Tabuni (1)(*), Welly Waworundeng (2), Stefanus Sampe (2)


1) Peneliti Independen
2) Staf Pengajar dan Peneliti pada Prodi Pengelolaan Sumberdaya Pembangunan Program Pascasarjana, Universitas Sam Ratulangi, Manado
*Penulis untuk korespondensi: nestabunii2@gmail.com

Naskah diterima melalui e-mail jurnal ilmiah agrisosioekonomi@unsrat.ac.id : Rabu, 31 Mei 2023
Disetujui diterbitkan : Rabu, 31 Mei 2023

ABSTRACT
This study aims to analyze the perspective of the Papua provincial government on the acceptance of the new
autonomous region in Papua province. The research was conducted from March to April 2023 in Papua Province as
the parent province among the three new autonomous regions. The data analysis technique used in this study is an
interactive qualitative technique. The results of the research are that other regional governments also consider that
the expansion of the New Autonomous Region (PDOB) in the provinces of Papua and West Papua is indeed a necessity
and can be assessed as the impact of Papua's mismanagement so far. The policy of the central government must side
with the regional government in Papua, but this is not democratic and does not understand the history and character
of the indigenous Papuans, so that the state's goals can be fulfilled in carrying out the Expansion of the New
Autonomous Region (PDOB) in Papua with political strategies that are dominated by the government with an action
that can realize the ability to carry out development and welfare for the people of Papua and in general for the
Indonesian state.

Keywords : government perspective; acceptance of regional expansion; new autonomy

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perspektif pemerintah provinsi papua pada penerimaan daerah
otonomii baru di provinsi papua. Penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga April 2023 di Provinsi Papua sebagai
provinsi induknya di antara ketiga DOB tersebut. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik kualitatif interaktif. Hasil penelitian yaitu pemerintah daerah lain juga yang menganggap bahwa dalam
memberikan Pemekaran Daerah Otonomi Baru (PDOB) di provinsi Papua dan provinsi Papua Barat memang sebuah
keniscayaan dan dapat dinilai sebagai dampak dari salah urus Papua selama ini. Kebijakan pemerintah pusat harus
berpihak dengan pemerintah daerah di Papua, namun hal tersebut terjadi tidak domokratis serta tidak memahami
sejarah dan karakter orang asli Papua, agar tujuan negara bisa dapat memenuhi dalam melakukan Pemekaran Daerah
Otonomi Baru (PDOB) di Papua dengan strategi-strategi politik yang didominasi oleh pemerintah dengan suatu
tindakan yang dapat mewujudkan dalam kemampuan melaksanakan pembangunan serta kesejahteraan bagi
masyarakat Papua dan pada umumnya bagi negara Indonesia.

Kata kunci : perpektif pemerintah; penerimaan pemekaran daerah; otonomi baru

Agrisosioekonomi :
Jurnal Transdisiplin Pertanian (Budidaya Tanaman, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, Perikanan, Sosial dan Ekonomi) 1235
Perpektif Pemerintah Provinsi Papua pada Penerimaan Pemekaran………..……...….(Nes Tabuni, Welly Waworundeng, Stefanus Sampe)

PENDAHULUAN Pada Tahun 2022, pulau Papua


mengalami pemekaran daerah, dimana
Latar Belakang mengasilkan 4 (empat) provinsi baru.
Pemekaran daerah di Indonesia diyakini Sebelumnya, hanya ada 2 (dua) provinsi, yaitu
mampu memberikan dampak positif bagi provinsi Papua sebagai induk yang beribukota
kesejahtraan bagi rakyat Papua melalui di Jayapura dan pemekaran pertama provinsi
pembangunan serta pengembangan di wilayah papua barat, selanjutnya bertambah menjadi
Timur Indonesia. Tujuan negara dalam empat provinsi baru, yang terdiri dari Provinsi
memberikan pemekaraan daerah diantaranya Papua Selatan yang beribukota di kota
untuk meningkatkan kesejahtraan rakyat Merauke, Provinsi Papua Tengah yang
(policy) dalam rangka untuk peningkatan beribukota di Kota Nabire, Provinsi Papua
pelayanan umum, percepatan demokrasi, Pegunungan yang beribukota di Kabupaten
percepatan perekonomian daerah, percepatan Jayawijaya Provinsi Papua Pegunungan dan
pengelolaan potensi daerah, peningkatan Provinsi Papua Barat Daya yang beribukota di
keamanan dan ketertiban. kota Sorong.
Tujuan pemekaran daerah baru dalam Pemerintah pusat melalui bapak Ir. Hj.
kaitannya dengan administrasi pemerintahan Joko Widodo sebagai Presiden Republik
adalah orang-orang birokrasi yang berada Indonesia juga menegaskan bahwa untuk
dalam suatu langkah strategis agar dapat dimekarkan di wilayah Papua merupakan salah
mengisi atau ditempuh dalam satu wujud untuk menciptakan pemerataan
pemerintahannya untuk dapat melihat kualitas pembangunan (untuk meredam isu politik
pelaksanaan serta tugas-tugas pemerintahan papua merdeka). Selain itu, dengan adanya
yang baik dalam rangka meningkatkan daerah otonomi baru, diharapkan akan
pelayanan, pemberdayaan dan pembangunan mempermudah jangkauan layanan di tanah
menuju terwujudnya suatu tatanan kehidupan Papua. Pemekaran wilayah Papua merupakan
masyarakat yang maju, mandiri, sejahtera, adil aspirasi yang berasal dari segelintir pejabat
dan makmur. papua yang masa jabatannya habis serta
Pemekaran Daerah Otonomi Baru dalam masyarakat itu sebagai keluarga pejabat Papua
pasal 33 (ayat) 1 Undang-Undang No. 23 habis masa jabatannya itu sendiri.
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintah dapat memperhatikan untuk
menyebutkan bahwa pemekaran daerah maju dan berkembang dari segi ekonomi,
merupakan pemecahan daerah provinsi atau maupun pembangunan terhadap masyarakat
daerah kabupaten/kota menjadi dua atau lebih yang berdomisili di Provinsi Papua serta pada
daerah baru atau penggabungan bagian daerah umumnya di Indonesia. Pemekaran daerah
dari daerah yang bersanding dalam satu daerah baru yang dimekarkan ini diharapkan bisa
provinsi menjadi satu daerah baru. berkembang dan mampu menyelenggarakan
Terbentuknya daerah baru berarti ketembahan pembangunan di wilayah Papua dan dapat
daerah otonomi baru juga. Tujuan di dalam meberikan percepatan optimal dengan
otonomi daerah menurut Zuhro (2016), terwujudnya kesejahteraan bagi orang Papua
sebagai tujuan politik di mana otonomi daerah yang berada di pelosok lembah dan gunug-
dilakukan untuk mendistribusikan kekuasaan gunung. Pembentukan tersebut tidak dapat
ke tingkat daerah, membangun masyarakat merugikan provinsi induknya, karena suatu
daerah, dan untuk menjaga kestabilan daerah yang baru dimekarkan ataupun
pemerintahan nasional. Bertujuan Sebagai organisasi induk daerah tersebut mampu
pemerataan ekonomi yakni untuk memberikan menyelenggarakan otonomi daerah sesuai
pelayanan yang berkualitas dan menyentuh UU, sehingga tujuannya dapat tercapai pada
hati pada masyarakat. puncaknya.

1236
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN (p) 1907– 4298, ISSN (e) 2685-063X, Sinta 5, Volume 19 Nomor 2, Mei 2023 : 1235 – 1246

Perspektif pemerintah Papua lain untuk menganalisis perspektif pemerintah


bersama masyarakat Papua tidak setujui provinsi papua pada penerimaan daerah
dengan ada pemekaran daerah otonomi baru di otonomii baru di provinsi papua.
Papua, karena mereka merasa bahwa hal ini
tidak dapat diambil melalui aspirasi Manfaat Penelitian
masyarakat orang asli Papua bersama MRP Hasil penelitian ini diharapkan dapat
dan DPRD yang ada di Provinsi Papua. memberikan manfaat baik secara teoritis
Pemerintah pusat menganggap orang Papua maupun secara praktis yaitu:
tidak punya kekuasaan lalu mereka 1. Manfaat secara teoritis dalam penelitia ini
mementingkan dalam kembijakan sebagai diharapkan hasilnya bisa bermanfaat yaitu:
kepentingan strategis nasional dalam rangka Dalam memberikan pandangan
mengokohkan NKRI. Oleh sebab itu berdasarkan penerimaan Daerah Otonomi
pemerintah harus dapat melihat lambatnya Baru (DOB) pada pemerintah provinsi
percepatan pembangunan kesejahteraan bagi Papua.
masyarakat, serta memelihara citra positif 2. Manfat secara praktis dalam penelitian
Indonesia di mata Internasional. tersebut dapat bermanfaat yakni : Dalam
Pemekaran daerah di Provinsi Papua hasil penelitian ini dapat memberikan
mengalami gejolak, sehingga proses kontribusi bagi Daerah Otonomi Baru
perumusan kebijakan pemekaran daerahnya (DOB) di Papua.
tidaklah muda. Ada banyak hasil penelitian
yang menemukan bahwa kebijakan dalam hal
memberikan pemekaran daerah baru tersebut METODE PENELITIAN
tidak bisa mendapatkan se-maksimal
mungkin, karena hal ini didominasi oleh Jenis Penelitian
kepentingan elit politik untuk Penelitian yang dapat di ambil adalah
mempertahankan wilayah papua ini di dalam kualitatif, untuk mengeksplorasi dan
negara. Konsep Politisi lokal dalam menganalisis data bagaimana dalam perspektif
pascareformasi, yang menunjukkan adanya pemerintah provinsi Papua pada penerimaan
desentralisasi (otonomi khusus) dapat pemekran daerah otonom baru (DOB) di
mendorong lahirnya praktik dinasti politik Provinsi Papua. Poroses penilitian kualitatif
(Muqoyyidin, 2013). adalah penting untuk melakukan upaya-upaya
Berdasarkan latar belakang masalah di dalam mengajuhkan pertanyaannya dan
atas, maka pemekaran wilayah baru dapat prosadur untuk mengumpullkan data secara
dilakukan oleh pemerintah pusat bersama spesifik daripada partisipan, serta
penerima pemekaran daerah otonomi baru menganalisis data yang secara induktif mulai
(DOB) elit papua lainnya dalam konsep di dari tema-tema (topik) yang khusus ke tema-
atas, sehingga peneliti tertarik untuk tema yang umum, agar dapat menafsirkan
melakukan penelitian dengan menganlisis makna data (Creswell, 2015).
pada perspektif penerimaan DOB di Papua. Jenis penelitian ini adalah metode
Bagaimana Perspektif Pemerintah Provinsi kualitatif dapat melakukan dengn wawancarai
Papua Pada Penerimaan Daerah Otonomii dan obsservasi kelapangan. Untuk mengkaji
Baru Di Provinsi Papua? persamaan data yang diperoleh dari hasil
wawancara mendalam dengan informan,
Tujuan Penelitian observasi maupun dokumentasi dan studi
Berdasarkan latar belakang yang kepustakaan. Dengan penelitian ini dilakukan
diuraikan, tujuan dilakukannya penelitian ini berdasarkan kepada metode kualitatif yang

Agrisosioekonomi :
Jurnal Transdisiplin Pertanian (Budidaya Tanaman, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, Perikanan, Sosial dan Ekonomi) 1237
Perpektif Pemerintah Provinsi Papua pada Penerimaan Pemekaran………..……...….(Nes Tabuni, Welly Waworundeng, Stefanus Sampe)

lebih pada hasil deskriptif. Metode kualitatif menggunakan pedoman wawancara


ini dapat digunakan untuk meneliti kondisi tentang persfektif pemerintah Provinsi
objek alamiah yang ada berdasarkanpada Papua pada penerimaan pemekaran daerah
fakta-fakta yang ada (Sugioyono, 2006). otonomi baru di Provinsi Papua.
3. Dokumentasi, adalah data yang diperoleh
Waktu dan Tempat Penelitian dengan cara mengumpulkan data tertulis
Penelitian ini bertempat di Provinsi melalui Kantor gubernur Provinsi Papua.
Papua sebagai provinsi induknya di antara
ketiga DOB tersebut. sehingga Penelitian ini Sumber Data Penelitian
dapat dilakukan untuk melihat permasalahan Sumber data pada penelitian ini
dalam keterlibatan antara penerima terjadinya menggunakan sumber data primer dan sumber
pemekaran, dan penolakkan pemekaran data sekunder:
provinsi daerah otonomi baru di Papua. Waktu 1. Data Primer adalah data yang dikumpulkan
penelitian ini akan dimulai pada bulan Maret- secara langsung dari informan, data
April 2023. tersebut mengenai perspektif pemerintah
provinsi Papua terhadap pemekaran daerah
Informan Penelitian baru.
Informan dalam penelitian ini peneliti 2. Data Sekunder, yaitu data yang
akan dapat dipilih beberapa orang informan, dikumpulkan dari tangan beberapa sumber
karena tatap muka langsung dengan tim yang lain yang tersedia sebelum penelitian
proses melakukan pembentukkan Daerah dilakukan.
Otonomi Baru (P-DOB) di Provinsi Papua.
Informan dapat lakukan penelitian dengan Teknik Pendekatan
caranya, adalah teknik penarikan sampel Penelitian ini menggunakan dua teknik
secara subjektif dengan mengambail tujuan pendekatan, yaitu:
tertentu yang memiliiki informansi dapat 1. Pendekatan Yuridis Normatif adalah
diperlukan bagi peneliti, agar dapat dilakukan. pendekatan melalui peraturan perundang-
Detail informan yang digunakan dalam undangan dengan suatu ketentuan abstrak
penelitian ini adalah: yang berkaitan dengan masalah yang
1. Perspektif Pemerintah Provinsi Papua diteliti.
sebanyak 2 orang. 2. Pendekatan Yuridis Empiris, melakukan
2. Tim Penerima Pemekaran DOB sebanyak pendekatan berdasarkan pada adanya
2 Orang. kesesuaian antara data yang diperoleh
3. Tim Penolakan DOB sebanyak 1 orang. dengan aturan atau kaidah hukum,
sehingga menguraikan dan penjabarannya
Teknik Pengumpulan Data akan menggarbarkan permasalahan
Teknik pengumpulan data pada dengan jelas.
penelitian ini adalah:
1. Observasi, yaitu salah satu cara dalam Teknik Analisis Data
pengumpulan data yang dilakukan ialah Menurut Miles dan Huberman dalam
dengan cara mengamati pada Persfektif Sugiyono (2012), penelitian kualitatif
Penerimaan Provinsi pada Penerimaan dilakukan secara interaktif dengan
Daerah Otonomi Baru (DOB) di Provinsi pengumpulan data secara terus menerus. Tiga
Papua. komponen yang dimaksud:
2. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan 1. Pengumpulan Data, yaitu langkah paling
data dengan cara melakukan tanya jawab penting dalam penelitian karena tujuan
secara langsung dengan informan dan utama dari penelitian adalah mendapatkan

1238
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN (p) 1907– 4298, ISSN (e) 2685-063X, Sinta 5, Volume 19 Nomor 2, Mei 2023 : 1235 – 1246

data. Tanpa mengetahui teknik adat/pokja adat yang ada pada lembaga
pengumpulan data, maka penelitian tidak legislatif/MPR, DPRD dan pemerintah
akan mendapat data yang memenuhi Provinsi Papua merasa bahwa pemerintah
standar data yang ditetapkan. pusat/Negara sudah melakukan ketidakadilan
2. Reduksi Data (Data reduction) yang terhadap Undang-Undang otsus bagi provinsi
tersedia cukup luas, sehingga harus papua, yakni:
dijelaskan secara lengkap dan tepat. 1. Tokoh pemerintah membentuk tim untuk
Seperti yang sudah dikatakan, posisi melaporkan informasi tentang aspirasi
peneliti di lapangan semakin kompleks dan orang papua untuk pemekaran DOB
padat data. Akibatnya, analisis data keempat provinsi baru di tanah Papua.
menggunakan data yang telah disunting 2. Intimindasi UU nomor 21 tahun 2001
dimulai tepat satu kali. Pengurangan data tentang OTSUS bagi provinsi Papua dalam
berarti membuat rangkuman, memilih pasal 67 yang bertentangan dengan UU
yang penting, memfokuskan pada yang No.2 tahun 2021, tentang Daerah Otonomi
penting. Baru di Provinsi Papua juga pasal sama 67
3. Penyajian data dalam penelitian kualitatif, dan memiliki ayat, dengan mendadaknya
data dapat disajikan dalam bentuk dari pemerintah pusat.
deskripsi singkat, diagram, hubungan antar 3. Kebijakan pemerintah pusat dalam
kategori, dll. memberikan pemekarana daerah baru
4. Langkah selanjutnya dalam analisis data DOB adalah melwgitimasi aspirasi orang
kuantitatif adalah mengidentifikasi dan Papua.
mendeskripsikan kesimpulan. Jika bukti 4. Orang asli Papua merasa, bahwa
yang kuat dan mendukung tidak terlihat pemekaran dengan mendadak ini adalah
pada pengumpulan data putaran negara melakukan pendekatan militer
berikutnya, perkiraan awal yang diberikan tersebut selalu saja ada ada pemaksaan
kemungkinan besar akan berubah. Padahal brikan DOB, pembunuhan, penindasan dan
jika kesimpulan awal didukung oleh bukti- selalu saja terjadi dengan terganggunya
bukti yang dapat dipercaya dan konsisten. pskologi orang-orang yang berada di papua
itu sendiri.
Berdasarkan hasil penelitian terjadi
HASIL DAN PEMBAHASAN kontroversi antara pemerintah daerah dan
pemerintah pusat dapat membawa dampak
Hasil Penelitian yang baik maupun buruk bagi masyarakat di
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan wilayah Papua, sehingga informan juga dapat
berbagai masalah yang merupakan suatu memerikan pandangan yang optimis saja,
langkah untuk meningkatkan kesejahteraan namun yang menjadi masalah adalah
masyarakat Papua yang memiliki kualitas pemerintah pusat tidak mendengar aspirasi
dalam melakukan tata kelola pemerintah rakyat Papua secara langsung. Negara dapat
daerah baru yang juga meningkatkan kualitas melakukan tindakan secara inisiatif dan
pelayanan kapada masyarakat setempat. memberikan pemekaran keempat provinsi
Dengan adanya pemekaran baru tersebut dapat baru dan tidak melalui persetujuan MRP,
mendukung peningkatan kesejahteraan bagi DPRP bersama gubernur Papua. Kedua
masyarakat Papua dalam melaksanakan lembaga tersebut tidak menolak pemekaran
kebutuhannya. DOB di Provinsi Papua yang mengakibatkan
Berdasarkan wawancara melalui tokoh kontroversi dalam hal cara pandang yang
pemerintah, tokoh masyarakat dan tokoh berbeda pada pemerintah pusat dan negara.

Agrisosioekonomi :
Jurnal Transdisiplin Pertanian (Budidaya Tanaman, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, Perikanan, Sosial dan Ekonomi) 1239
Perpektif Pemerintah Provinsi Papua pada Penerimaan Pemekaran………..……...….(Nes Tabuni, Welly Waworundeng, Stefanus Sampe)

Otonomi daerah (daerah otonom) dapat daerah dalam Undang-undang Nomor 22


menjadi salah satu instrumen dalam Tahun 1999 adalah pentingnya pemberdayaan
peningkatan lajunya pertumbuhan ekonomi masyarakat, menumbuhkan prakarsa dan
dalam rangka kesejahteraan bagi masyarakat kreativitas mereka secara aktif, serta
di Indonesia, apabila pembangunan di daerah meningkatkan peran dan fungsi Badan
mengacu pada potensi daerah atau geografis, Perwakilan Rakyat Daerah. Oleh karena itu,
tata pemerintahan, terutama yang berkaitan dalam Undang-undang ini diletakkan secara
dengan birokrasi, pemerintahan itu sendiri, utuh pada daerah otonom yang lebih dekat
maka hal tersebut tidak dapat dipungkiri dengan masyarakat, yaitu berkedudukan
bahwa manfaat pemekaran daerah ini adalah sebagai Daerah Tingkat II, yang dalam
untuk peningkatan kemandirian daerah itu Undang-undang ini disebut Daerah Kabupaten
sendiri. Daerah hasil pemekaran diharapkan dan Daerah Kota.
dapat menjalankan roda perekonomian, Sistem otonomi yang dianut dalam
kegiatan administrasi, penyelenggaraan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 adalah
pelayanan publik dan pembangunan otonomi yang luas, nyata dan bertanggung
infrastruktur. jawab, di mana semua kewenangan
Tujuan otonomi khusus ialah untuk pemerintah, kecuali bidang politik luar negeri,
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, juga hankam, peradilan, moneter dan fiskal serta
dimaksudkan untuk mengatasi persoalan- agama dan bidang- bidang tertentu diserahkan
persolan konflik yang terjadi dalam kepada daerah secara utuh, bulat dan
masyarakat Papua dengan demikian, otonomi menyeluruh, yang ditetapkan dengan peraturan
khusus tidak seluruhnya dapat diterapkan di pemerintah. Daerah otonom mempunyai
Papua. Negara melakan Upaya untuk kewenangan dan kebebasan untuk membentuk
menggerakan partisipasi masyarakat dalam dan melaksanakan kebijakan menurut prakarsa
pelaksanaan otonomi daerah adalah dengan dan aspirasi masyarakat. Sedang yang selama
terlibat secara langsung dalam berbagai aspek ini disebut Daerah Tingkat I atau yang
kegiatan tersebut supaya keinginan negara setingkat, diganti menjadi daerah provinsi
Masyarakat turuti dan melaksanakan serta dengan kedudukan sebagai daerah otonom
menggunakan alat-alat yang tepat. yang sekaligus wilayah administrasi, yaitu
Pemekaran dilakukan berdasarkan pasal wilayah kerja Gubernur dalam melaksanakan
67 UU OTSUS serta keinginan dari rakyat fungsi-fungsi kewenangan pusat yang
ketujuh wilayah adat di seluruh tanah Papua didelegasikan (sebagian urusan yang diberikan
(administrative) dengan tujuan untuk kepada daerah tertentu) kepada Gubernur.
kesejahteraan bagi orang asli Papua dan
keinginan tersebut akan dapat terealisasikan Dampak Positif
dengan baik apabila pemerintah daerah Pemekaran Wilayah dengan kebijakan
memiliki komitmen untuk mengembangkan oleh pemerintah pasti juga didasarkan melalui
pola pandangan yang lebih positif terhadap aspirasi yang baik oleh masyarakat maupun
organisasi dan dengan senang hati tanpa pemerintahan itu sendiri, dalam hal ini
paksaan mengeluarkan energi demi kebijakan mengenai pemekaran wilayah.
kepentingan organisasi dan masyarakat. Dampak positif dari adanya pemekaran
Kepedulian dalam bentuk kepekaan terhadap wilayah yaitu:
kebutuhan masyarakat ini menjadi 1. Pemekaran wilayah atau yang disebut juga
pertimbangan yang harus disikapi oleh dengan otonomi dapat membantu kontrol
pemeritah setempat. pemerintah pusat terhadap keadaan suatu
Beberapa hal penting yang sangat daerah, karena melalui pemekaran wilayah
mendasar dalam penyelenggaraan otonomi berarti adanya perluasan dan pelimpahan

1240
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN (p) 1907– 4298, ISSN (e) 2685-063X, Sinta 5, Volume 19 Nomor 2, Mei 2023 : 1235 – 1246

kekuasaan pemerintahan dari pemerintah wilayah, namun pada kenyataan ada pula
pusat kepada pemerintah daerah. Oleh dampak negatif dari pemekaran wilayah
sebab itu pemerintah pusat tidak perlu terlepas dari tujuan nya demi kesejahteraan
repot-repot memeriksa keadaan daerah masyarakat. Dampak negatif dari adanya
satu persatu. pemekaran wilayah yaitu:
2. Pelimpahan kekuasaan dari pemerintahan 1. Pemekaran wilayah dapat memicu
pusat ke pemerintah daerah melalui keinginan untuk melepaskan diri, sehingga
pemekaran wilayah berdampak pada dapat mengancam keutuhan serta stabilitas
pembangunan daerah baru tersebut. keamanan daerah maupun wilayah secara
Dimana pemerintah daerah dapat keseluruhan sebagai suatu negara.
membangun daerahnya sendiri dengan 2. Pemekaran wilayah akan berdampak pada
lebih baik didasarkan pada potensi yang keadaan pemerintahan pusat yang
ada yang telah diserahkan oleh pemerintah terabaikan, karena pemerintah daerah akan
pusat. Kondisi tersebut dapat membantu sibuk bersaing dalam upaya memajukan
upaya pemerintah dalam pemerataan serta pengembangan potensi daerah
pembangunan. masing-masing.
3. Dengan adanya peemekaran wilayah baru, 3. Adanya pemekaran wilayah juga dapat
maka akan berdampak pada peningkatan memicu munculnya bentuk-bentuk konflik
pelayanan pemerintah menjadi lebih sosial dan berbagai macam contoh masalah
mudah untuk di jangkau, serta adanya sosial dalam masyarakat. Dampak
pengembangan wilayah distrik dan Pemekaran terhadap Kesejahteraan
kampung juga dapat memperpendek Masyarakat semakin tinggi, karena adanya
jangkauan pelayanan pemerintah terhadap suatu perbedaan suku, budaya, asal daerah,
masyarakat. yang mana masing-masing juga
4. Meningkatkan pembangunan infrastruktur berkemungkinan untuk berusaha
didaerah yang lebih maju sebagai salah berdominan satu sama lain.
satu upaya dalam pemerataan 4. Memicu persaingan elit politik di daerah
pembangunan daerah. semakin tinggi bahkan berkemungkinan
5. Pemekaran wilayah juga berdampak pada berjalan tidak sehat, serta menambah
semakin menurunnya tingkat peluang korupsi, kolusi, dan nepotisme.
pengangguran, kemiskinan, dan gizi buruk 5. Pemekaran wilayah juga berdampak atau
karena pelayanan serta kontrol dan fokus lebih dominan nya kepada kepentingan
pemerintah meningkat pada daerah pemerintah daerah yang baru, seperti
otonomi baru, sehingga berdampak pula upaya menyelaraskan dengan
pada peningkatan kualitas sumber daya pemerintahan daerah lainnya dibanding
manusia di daerah dan menurunnya segala mementingkan kepentingan kesejahteraan
bentuk-bentuk ketimpangan sosial di masyarakat lokal.
masyarakat.
6. Peningkatan pertumbuhan ekonomi di Pembahasan
daerah, dan peningkatan permintaan Otsus yang diberikan pusat Jakarta ini
barang dan jasa sebagai upaya dalam merupakan keinginannya pusat dalam rangka
memenuhi kebutuhan masyarakat daerah. melaksanakan pembangunan di tanah papua,
demi mewujudkan kesejahteraan bagi
Dampak Negatif masyarakat Papua ke dalam UU Nomor 2
Tidak hanya dampak positif yang Tahun 2021 tentang Perubahan Kedua Atas
ditimbulkan karena adanya suatu pemekaran UU Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi

Agrisosioekonomi :
Jurnal Transdisiplin Pertanian (Budidaya Tanaman, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, Perikanan, Sosial dan Ekonomi) 1241
Perpektif Pemerintah Provinsi Papua pada Penerimaan Pemekaran………..……...….(Nes Tabuni, Welly Waworundeng, Stefanus Sampe)

Khusus bagi Provinsi Papua. Pemerintah pusat Sejumlah anggota DPR bersama
berhasil melakukan Pemekaran daerah baru di pemerintah berpandangan bahwa seberapa
wilayah provinsi papua ini, dengan tujuan banyak terdapat di dalam urgensinya
negara untuk meningkatkan kesejahteraan bagi pembentukan keempat provinsi baru bagi
masyarakat setempat dan mempercepat Papua, adalah langka dalam hal percepatan
pelayanan publik, dalam pandangan secara pelayanan kepada masyarakat di wilayah, agar
universal (demokrasi) melalui pengelolaan pembangunan dapat lebih berfokus pada
potensi daerah, keamanan dan ketertiban, rentang kendali lebih dekat dalam upaya
hubungan yang serasi antara pusat dan daerah. menciptakan pemerintahan yang efektif dan
Peneliti juga menemukan persamaan yang efisien; memperkuat eksistensi serta peran
diberikan oleh pemerintah daerah maupun wilayah adat dan budaya sebagai modal sosial;
beberapa tokoh utama serta tim pemekaran memperhatikan luas wilayah setiap calon
DOB merupakan strategi elit politik dalam provinsi dibanding dengan tingkat pelayanan
memberikan pemekaran terhadap pro-kontra belum optimal sehingga masih terjadi
ini juga fenomena lama tersebut persoalan kesenjangan dan ketimpangan pembangunan;
besar bagi wilayah Papua yaitu: serta keberadaan daerah otonom baru untuk
1. Politik dan Pemerintah menjawab tantangan pembangunan dan
a. Instabilitas politik. tingkat kesejahteraan masyarakat.
b. Inkompabilitas struktur pemerintahan Otonomi khusus Papua adalah
modern. kewenangan khusus yang diberikan kepada
2. Sosial Budaya, yaitu tantangan kohesivitas daerah tertentu atau suatu wilayah untuk
sosial dari beragam etnis/suku (gunung, mengatur dan mengurus kepentingan
pantai dan OAP pendatang). masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
3. Ekonomi, yaitu kemiskinan dan tetapi sesuai dengan hak dan aspirasi
marginalisasi perekonomian subsistem. masyarakat di daerah tersebut. Pertimbangan
4. Infrastruktur, yaitu keterbatasan dari elit politik bahwa keamanan tesebut
aksebilitas wilayah (banyak daerah belum tampaknya lebih mendominasi pada
bisa dijangkau akses darat), harga barang pemekaran wilayah Papua, namun orang
lainnya juga terjangkau papua juga dipandang hanya menguntungkan
5. Keamanan, yaitu persoalan konflik politik, kelompok elite pragmatis lokal yang ingin
konflik sosial dan tindakan criminal dapatkan posisi politik. Kepentingan ini
separatism. bertemu dengan strategi politik/keamanan
Pemekaran DOB wilayah Timur pemerintah pusat untuk kendalikan Papua.
Indonesia merupakan salah satu bentuk khusus Namun adanya perbandingan dalam
yang perlu diperhatikan, karena dengan peningkatannya kesejahteraan bagi
adanya pemekaran wilayah diharapkan dapat masyarakat, serta pertimbangan, bahwa
lebih memaksimalkan pemerataan sebagai orang-orang elit politikus dan
pembangunan daerah dan pengembangan keamanan dinilai ini menjadi factor utama
wilayah. Dengan semangat otonomi daerah itu yang dominan dengan melatar belakangi
muncul paradigma pemekaran wilayah yang bahwa pemekaran Papua menjadi empat
dapat mempercepat pelaksanaan daerah otonom baru. Hal ini dikhawatirkan
pembangunan, memudahkan pelayanan publik hanya menguntungkan kelompok elite lokal
kepada masyarakat, serta percepatan yang pragmatis serta memenuhi kebutuhan
kesejahteraan masyarakat. Pemekaran strategi politik dan keamanan pemerintah
Wilayah Papua diklaim sebagai bukti pusat terhadap Papua.
keseriusan pemerintah dalam pembangunan Menurut wakil menteri PUPR Jhon W.
Papua. Wetipo, belum terpadunya kebijakan program

1242
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN (p) 1907– 4298, ISSN (e) 2685-063X, Sinta 5, Volume 19 Nomor 2, Mei 2023 : 1235 – 1246

dalam kementerian dan juga berakhirnya dana untuk memetahkan penyebab masalah. Terkait
OTSUS dua persen dari deonasional pada dengan infrastruktur di papua yang di kerjakan
tahun 2022, kemudian isu konteks daerahnya terkait tugas wamen PUPR dengan
adalah angka kemiskinan 26,55% tertinggi se- konektivitas jalan yang sedang berjalan di
Indonesia dan Papua Barat 21,51% ini data kedua provinsi ini dengan harapan
dari 2019 hal tersebut BPS baru merilis data kesenjangan dan ketimpangan ekonomi yang
yang terbaru bahwa kedua provinsi ini terjadi ini dan tidak terjadi dengan aksesnya
peringkat pertama dalam hal kemiskinan. yang terputus.
Kemudian yang berikut adalah IPM papua Kualitivitas yang dikerjakan dan akan
yang terendah 64,8%, kemudian yang berikut dikerjakan oleh negara melalui kementerian
adalah tingkat pengangguran terbuka di papua PUPR dan kurang lebih 3.500 km jalan trans di
yang tinggi dan cukup banyak manajemen Papua hanya tersisa sedikit sekali dengan
pelaksanaaan OTSUS jadi kalao hari ini bicara harapan pemerintah pemekaran tugas negara
tentang isu OTSUS berarti dapat dalam melaksnakan konektivitas terbangun
membicarakan. antara kabupayen/kota dan antar provinsi
Jika pemekaran terjadi, Papua akan papua dan papuat barat bisa terbngun dengan
memiliki wilayah yang terbagi menjadi dua baik sehingga apa yang di harapkan
yakni bagian gunung yang sulit untuk ketergantungan masyarakat dengan pesawat
dilakukan pembangunan serta masalah selama ini dan jalan bisa terbangun dengan
keamanan yang merupakan masalah mendasar, baik. Namun tantangan terbesar bagi
sedangkan daerah pantai menghadapi pemerintah pusat adalah hari ini dengan
kesenjangan ekonomi sosial hal tersebut gaguan keamanan yang perlu diperhatikan
dilihat perkembangan wilayah. bersama.
Pada tahun 2021 dalam Undang-undang Argumentasi aktor kontra pemekaran
Nomor 21 tahun 2001 tentang otonomi khusus memandang bahwa hal itu merupakan
bagi Provinsi Papua memberi harapan dengan kepentingan politik elit/kekuasaan (pribadi,
lahirnya OTSUS ini orang Papua menjadi politik, jabatan, pencetus isu pemekaran), yang
tuannya di negerinya sendiri, namun hari ini mana 19% rakyat merasa bahwa:
banyak rakyat yang memang tidak merasakan 1. Tidak sesuai adat/budaya mengancam
atau mendapatkan keadilannya. Kemudian di OAP 12%.
tahun 2008 ada UU nomor 35 tahun 2008 itu 2. Membuat orang papua terpinggirkan di
merevisi UU OTSUS provinsi papua dan negerinya sendiri 10%.
papua barat. Kemudian di tahun 2015 perpres 3. Strategi adu domba, memiju konflik
nomor 2 tahun 2015 terkait dengan RPJM horizontal 7%.
2015-2019. Pada tahun 2019 perpres nomor 7 4. Keuangan negara (menguras, tidak
tahun 2019 tentang pengandaan barang dan mendukung, terbatas).
jasa bagi pengusaha orang asli Papua sampai 5. Usulan pemekaran tidak melibatkan
dengan hari ini orang pengusaha OAP juga seluruh komponen masyarakat 7%.
belum mendapatkan kesempatan pekerjaan 6. Tidak mendatangkan kesejahteraan atau
yang lebih luas untuk bisa mengerjakan kemajuan OAP 7%.
pekerjaan yang lebih besar di negerinya Langkah reinstrumentasi OTSUS Papua:
sendiri. 1. Akomondasi tata kelola dari masing-
Langkah pemerintah pusat dalam mendata masing suku. Kerangka adaptasi yang
pemetahan wilayah dan angka kemiskinan induktif terhadap nilai-nilai lokal.
OAP maupun pendatang sudah sangat tepat. 2. Re-orientasi dari ekonomi growth people
Hal tersebut dapat membantu pemerintah centered depelopment.

Agrisosioekonomi :
Jurnal Transdisiplin Pertanian (Budidaya Tanaman, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, Perikanan, Sosial dan Ekonomi) 1243
Perpektif Pemerintah Provinsi Papua pada Penerimaan Pemekaran………..……...….(Nes Tabuni, Welly Waworundeng, Stefanus Sampe)

3. Pengamanan praktek pemerintahan kemajuan yang dirasakan oleh masyarakat


berbasis kepapuaan. Papua.
4. Pemerataan, keseimbangan, keadilan dan Peraturan Pemerintah Nomor 106 tahun
kemampuan. 2021 tentang Kelembagaan dapat dibentukk
5. 5Pembangunan yang melibatkan orang asli satu badan yakni Badan Pengarah Percepatan
papua (tidak memarginalkan), lalu Pembangunan Otonomi Khusus yang berada
melakukan pendekatan humanity security langsung di bawah Wakil Presiden.
dalam pemenuhan kebutuhan dasar Kelembagaan ini adalah penyerahan,
masyarakat. pemberian kewenangan totalitas dari
6. Optimalisasi peran dan fungsi Pemerintah Pusat kepada Provinsi dan
kelembagaan politik (DPRD dan MRP) Kabupaten Kota untuk mengurus wilayah,
untuk artikulasi kepentingan masyarakat mengurus masyarakat yang tertuang dalam
orang papua Pembentukkan kelembagaan 106 hal ini harus diapresiasi. Hal ini untuk
setingkat kementerian untuk akselerasi mendekatkan masyarakat pada kesejahteraan
pembangunan di Provinsi Papua. untuk mencapai tujuan negara, sehingga dapat
Kebijakan tersebut bertujuan untuk dibutuhkan kerja kolaborasi.
merendamkan atau mereduksir berbagai Demarginalisasi Dinamis politik identitas
persoalan yang muncul di provinsi papua ini, di era DOB dapat dikategorikan dalam dua
terutama tentang integrasi Papua sebagai bentuk, yaitu:
bagian dari Negara Kesatuan Republik 1. Sebagai suatu resistance identity, artinya
Indonesia (NKRI). Kebijakan ini diperkuat dihasilkan oleh aktor-aktor yang selama ini
dengan undang-undang, karena yang berada dalam posisi/kondisi yang
mengklaim bahwa hal ini adalah bagian dari direndahkan dan/atau dihalangi oleh logika
politik nasional untuk meredamkan politik dominasi sehingga akhirnya membangun
papua. Hal ini yang selalu menjadi kanal perlawanan untuk mempertahankan
keprihatinan pada orang Papua, untuk diyakini eksistensi diri. Resistance identity ini
bahwa DOB ini merupakan kepentingan bangkit sebagai akibat dari rasisme dan
nasional bagi negara RI, sehingga manfaatnya marginalisasi oleh Negara RI kepada orang
bisa dirasakan masyarakat setempat dan Papua.
bangsa Indonesia. 2. Project identity dimana aktor-aktor sosial
Kemudian kedua aspek yang dilakukan di politik berdasarkan modalitas yang mereka
tanah Papua adalah kepentingan bangsa dan itu miliki kemampuan dengan identitas baru
harus diutamakan sebagai integrasi nasional. yang mendefinisikan kembali posisi
Kedua dimensi dalam melihat DOB Papua mereka dalam masyarakat dan melakukan
tersebut pada perspektif Papua dan Papua transformasi struktur sosial secara
Barat, yaitu: keseluruhan. Pemekaran DOB dapat
1. Aspek secara filosofis adalah proses dianggap sebagai suatu struktur sosial yang
desentralisasi penyebab terjadinya akan dipakai oleh OAP untuk melakukan
demokratisasi pada tingkat bawah. proses demarginalisasi.
Artinya, bahwa pemerintah daerah Tujuan pemekaran yaitu untuk
diberikan kewenangan untuk mengatur mempercepat pembangunan dan juga
daerah sendiri dalam kerangka kebangsaan mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat
Indonesia. orang papua untuk mendukung kemajuan di
2. Aspek sosiologis, setelah 20 tahun segala aspek, yakni pendidikan, ekonomi,
Undang-Undang Nomor 21 tahun 2001 kesehatan, pembangunan serta berbagai aspek
Otsus Papua diberlakukan, ternyata masih lainnya sehinggga dapat menjadi dasar dirinya
terjadi kekurangan. Kendati ada juga untuk memberikan dukungan terus-menerus

1244
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN (p) 1907– 4298, ISSN (e) 2685-063X, Sinta 5, Volume 19 Nomor 2, Mei 2023 : 1235 – 1246

mendorong serta mendukung realisasi dari Papua, namun hal tersebut terjadi tidak
pemerintah pusat tentang rencana untuk demokratis serta tidak memahami sejarah
pemekaran Otonomi baru di Provinsi Papua. dan karakter orang asli Papua, agar tujuan
Oleh karena itu pemerintah bersama DPRP negara bisa dapat memenuhi dalam
papua dapat menerima pemekaran suatu melakukan Pemekaran Daerah Otonomi
wilayah di Provinsi Papua dan Papua Barat Baru (PDOB) di Papua dengan strategi-
lalu disahkan dengan mendadak, karena strategi politik yang didominasi oleh
nyatanya adalah tidak menunjukkan kajian pemerintah dengan suatu tindakan yang
fakta di lapangan lalu mendapat daerah dapat mewujudkan dalam kemampuan
otonomi baru ini. melaksanakan pembangunan serta
Perspektif pemerintah Papua terhadap kesejahteraan bagi masyarakat Papua dan
pemekaran provinsi baru terlihat bahwa pada umumnya bagi negara Indonesia.
pemerintah tidak menghormati UU sebagai 3. Perspektif pada penerimaan DOB ini
Konstitusi yang berdasarkan Undang-Undang adalah tujuan utama yang harus diorganisir
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 oleh banyak orang yang berada di Provinsi
yang berbunyi bahwa Pemekaran daerah pada Papua, namun keinginan dari masyarakat
tatanan filosofis untuk meningkatkan ini melalui aspirasinya tidak dilakukan dan
kesejahteraan masyarakat. lalu pemerintah dapat mengambil
langkanya sebaga insiatif dalam
merealisasikan DOB di Papua.
KESIMPULAN DAN SARAN
Saran
Kesimpulan Saran yang dapat diberikan, antara lain:
Berdasarkan uraian hasil penelitian dan 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
pembahasan, dapat ditarik kesimpulan tentang Pemerintah Daerah dengan cukup
sehubungan dengan permasalahan yang keras dalam mengatur pemekaran daerah.
diajukan: Namun untuk mengantisipasi terjadinya
1. Pemerintah daerah lain juga yang manipulasi data-data tentang kesiapan
menganggap bahwa dalam memberikan daerah dalam hal ini berkaitan dengan
Pemekaran Daerah Otonomi Baru (PDOB) pemenuhan indikator-indikator yang
di provinsi Papua dan provinsi Papua Barat tercantum dalam persyaratan pemekaran
memang sebuah keniscayaan dan dapat daerah. Selanjutnya dapat mencantumkan
dinilai sebagai dampak dari salah urus sanksi yang tegas bagi pengusul
Papua selama ini. Meskipun demikian pemekaran daerah yang data-datanya tidak
proses ‘pengawalan’ terhadap manifestasi sesuai dengan kondisi daerah yang
politik identitas di era DOB ini, sebenarnya, karena tidak menutup
masyarakat tetap dan perlu dilakukan kemungkinan hal demikian akan terjadi.
untuk menghindari konflik baik bersifat 2. Dalam pemekaran keempat provinsi baru
vertikal maupun horizontal yang terjadi di Papua ini harapannya adalah dengan
pada orang asli papua ini merupakan semakin berkualitasnya OAP, manifestasi
peristiwa nyata yang mengormbankan politik identitas di tanah Papua hanya akan
nyawa manusia yang tinggal di tanah bersifat sementara. Transformasi
Papua baik itu pendatang maupun orang masyarakat Papua yang menjunjung tinggi
Papua itu sendiri. sistem merit dan mampu berkompetisi
2. Kebijakan pemerintah pusat harus saling secara sehat dengan lapisan masyarakat
berpihak dengan pemerintah daerah di lintas etnis dan agama lainnya harapannya

Agrisosioekonomi :
Jurnal Transdisiplin Pertanian (Budidaya Tanaman, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, Perikanan, Sosial dan Ekonomi) 1245
Perpektif Pemerintah Provinsi Papua pada Penerimaan Pemekaran………..……...….(Nes Tabuni, Welly Waworundeng, Stefanus Sampe)

akan menjadi produk akhirnya. Pemerintah Zuhro, R.S. 2016. Otoda dalam UU Pemda
segera melakukan pemekaran dan Baru: Masalah dan Tantangan Hubungan
penggabungan daerah bagi daerah-daerah Pusat dan Daerah. Jurnal Penelitian
yang dinyatakan gagal melakukan otonomi Politik, 13(2), 213-225.
daerah dalam Pasal 47 Ayat (1) UU No
23Tahun 2014. Serta menutup 2 (dua)
pintu pengajuan proposal pemekaran
daerah (pemerintah dan DPR) menjadi satu
pintu yakni pemerintah pusat. Untuk
mengantisipasi daerah yang gagal melalui
pintu pemerintah dapat mengusulkan
kembali melalui pintu DPR ataupun
sebaliknya. Karena tidak menutup
kemungkinan hal seperti ini akan terjadi
apabila pengajuan proposal pemekaran
daerah tetap dilakukan oleh 2 pintu.

DAFTAR PUSTAKA

Cresswell, J.W. 2015. Penelitian Kualitatif


dan Desain Riset: memilih diantara lima
pendekatan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Muqoyyidin, A. 2013. Pemekaran Wilayah


dan Otonomi Daerah Pasca Reformasi di
Indonesia: Konsep, Fakta Empiris dan
Rekomendasi ke depan. Jurnal konstitusi,
10 (2), 287–310.

Sugiono. 2012. Metode Penelitian Kualitatif


dan RD. Alfa beta. Bandung.

Sugiyono, P.D. 2006. Statistika untuk


penelitian. CV. Alfabeta, 21. Bandung.

Undang-undang Nomor 2 Tahun 2021 tentang


Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi
Khusus bagi Provinsi Papua.

Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor


22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah.

1246

You might also like