6698-Article Text-11599-1-10-20230331

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Bandung Conference Series: Psychology Science https://doi.org/10.29313/bcsps.v3i1.

6698

Pengaruh Social Support Terhadap Loneliness Pada Mahasiswa


Rantau di Kota Bandung
Kezkia Meianisa*, Sita Rositawati
Prodi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung,
Indonesia.
*
kezkiameianisa@gmail.com, 79sita@gmail.com

Abstract. The results of research on social support show that social support has many
benefits in overcoming various problems. One of the benefits of social support is to
help overcome loneliness, where loneliness according to Russell (1996) is "a social
relationship that does not match what is desired, including feelings of anxiety,
distress, and the perception of a lack of social relationships in a person". This research
is a quantitative research that aims to see the influence of social support on loneliness.
The respondents totaled 157 first-year students who come from outside the island of
Java in the city of Bandung. Samples were selected by accidental sampling technique.
Loneliness was measured using a loneliness scale version 3 (UCLAversion 3)
measuring instrument. Social Support is measured by a questionnaire that refers to
aspects of Sarafino theory (2011). The social support scale has the reliability value of
the coefficient alpha (a) = 0.938 and the loneliness scale has the reliability value of
the coefficient alpha (a) = 0.822. Based on the, it was found that there was a negative
influence of social support on loneliness in students who come from outside the island
of Java. The effective contribution given by the social support variable to loneliness
in students who come from outside the island of Java was 2.5% and the remaining
97.5% was influenced by other factors that were not studied in this study.
Keywords: Social Support, Loneliness, Students.

Abstrak. Hasil- hasil penelitian mengenai social support menujukkan bahwa social
support memiliki banyak manfaat dalam mengatasi berbagai permasalahan. Salah
satu manfaat dari social support yaitu untuk membantu mengatasi loneliness, dimana
loneliness menurut Russell (1996) merupakan “hubungan sosial yang tidak, sesuai
dari apa yang diinginkan, termasuk perasaan gelisah, tertekan, dan persepsi
kurangnya hubungan sosial pada diri seseorang”. Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif yang bertujuan untuk melihat pengaruh social support terhadap loneliness.
Responden berjumlah 157 mahasiswa rantau tahun pertama di Kota Bandung. Sampel
dipilih dengan Teknik Accidental Sampling. Loneliness diukur menggunakan alat
ukur loneliness scale version 3 (UCLAversion 3). Social Support diukur dengan
kuesioner yang mengacu pada aspek teori Sarafino (2011). Skala social support
memiliki nilai reliabilitas koefisien alpha (a) = 0.938 dan skala loneliness memiliki
nilai reliabilitas koefisien alpha (a) = 0.822. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan
bahwa ada pengaruh negatif dari social support terhadap loneliness pada mahasiswa
rantau. Artinya semakin tinggi social support yang diperoleh mahasiswa rantau, maka
loneliness akan semakin rendah dan begitu juga sebaliknya. Sumbangan efektif yang
diberikan variabel social support terhadap loneliness pada mahasiswa rantau adalah
sebesar 2,5% dan sisanya yaitu 97,5% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak
diteliti dalam penelitian ini.
Kata Kunci: Sosial Support, Loneliness, Mahasiswa Rantau.

Corresponding Author
Email: 79sita@gmail.com 640
Pengaruh Social Support Terhadap Loneliness Pada Mahasiswa Rantau di Kota Bandung | 641

A. Pendahuluan
Social Support adalah hal yang perlu untuk dipahami karena social support menjadi sesuatu yang
penting bagi individu ketika mengalami suatu permasalah, akibatnya, individu yang yang sedang
memiliki permasalahan membutuhkan bantuan dari orang terdekat yang dapat dipercaya untuk
membantu dalam menangani situasi tersebut. Social support adalah faktor penting jika seseorang
disukai, dihargai, dihormati dan saling mencintai (Cobb dalam Bilgin & Tas,, 2018).
Social support adalah kenyamanan, kasih sayang, dan bantuan dari berbagai pihak ke
orang lain (Sarafino & Smith, 2011: 81).. Social support merupakan support yang berasal dari
teman maupun keluarga yang dapat memberikan perhatian, penghargaan, rasa nyaman, serta
bagaimana individu merasa diterima pada suatu kelompok atau oleh individu lain (Sarafino,
2011). Aspek-aspek social support menurut Sarafino (2011) terbagi ke dalam 4 bentuk, yaitu :
Emotional or esteem support, adalah apa pun hal terkait berupa mengekspresikan empati,
simpati, perhatian, bentuk kepedulian, dan rasa hormat terhadap individu yang bersangkutan,
Tangible or, instrumental support yaitu, jenis bantuan ini terdiri dari pemberian hal-hal yang
dapat memberikan bantuan langsung, seperti pinjaman, komoditas, makanan, atau jasa,
Informational support, yaitu jenis bantuan ini berupa memberikan informasi, saran, atau
komentar mengenai situasi, instruksi, pengetahuan, dan kondisi individu., dan yang terakhir
Companions support yaitu bantuan yang diberikan dengan kesediaan seseorang untuk
menghabiskan waktu sehingga memberikan perasaan memiliki atau perasaan dianggap oleh
kelompok yang terlibat dalam berbagi, hobi, atau kegiatan sosial.
Berdasarkan komponen dukungan sosial yang diungkapkan Sarafino (2011), berbagai
cara untuk memberikan dukungan sosial yaitu, dengan membuat pernyataan yang memihak
individu, mendorong, memberikan dukungan, ungkapan positif, menunjukkan rasa terima kasih
kepada orang, perhatian, dan berbagai jenis bantuan mental dan fisik. Individu bisa merasakan
jika terdapat orang-orang terdekat yang memberikan perhatian kepadanya bisa dengan
mendapatkan dan menerima dukungan sosial yang diberikan.
Berbagai penelitian mengemukakan bahwa dukungan sosial memiliki banyak manfaat
serta dukungan sosial juga dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti, teman, keluarga,
sahabat, atau lingkungan masyarakat. Seperti penelitian yang dilakukan Khuzaimah (2021)
dengan subjek 40 lansia berusia  60 tahun, mengemukakan bahwa terdapat hubungan positif
yang signifikan antara dukungan sosial dengan kebahagiaan yang berarti bahwa semakin tinggi
dukungan sosial maka kebahagiaan lansia semakin tinggi demikian juga sebaliknya. Selanjutnya
penelitian Siswandi dan Caninsti (2020) dengan subjek 120 mahasiswa rantau tahun pertama di
Jakarta, mengemukakan terdapat peran dukungan sosial teman sebaya terhadap strategi regulasi
emosi expressive suppression, yang artinya apabila individu mendapatkan dukungan sosial dari
teman sebaya maka ia akan lebih mempertimbangkan emosi yang dirasakan untuk diekspresikan
kepada lingkungan sekitar. Menurut penelitian Maksum dan Mabruri (2016) dengan subjek 42
mantan pengguna narkoba, mengemukakan bahwa terdapat pengaruh negatif pada mantan
pengguna narkoba antara dukungan sosial keluarga terhadap craving yang artinya tingginya
dukungan sosial yang didapatkan maka bisa mengakibatka rendahnya craving. Selain itu
penelitian yang dilakukan Suseno (2010) yang meneliti pada bidang industri, mengenai
pengaruh dukungan sosial terhadap komitmen organisasi dengan mediator. motivasi
kerja dengan subjek 94 karyawan suatu pabrik gula berusia antara 22‐56 tahun dengan masa
kerja antara 2‐4 tahun dan sudah menikah, mengemukakan bahwa dukungan sosial berpengaruh
terhadap komitmen afektif dan berpengaruh juga terhadap komitmen kontinuitas melalui
mediator motivasi kerja. Berdasarkan hasil penelitian diatas menunjukan bahwa dukungan
sosial bermanfaat untuk memberikan kebahagiaan, menurunkan craving, dan memiliki peran
terhadap strategi regulasi emosi expressive suppression serta dalam bidang industri bermanfaat
untuk membuat karyawan memiliki komitmen organisasi.
Salah satu manfaat dukungan sosial berdasarkan penelitian penelitian Lijun, Zhenggang
dan Junnan (2014) yang meneliti mengenai social support memediasi loneliness pada lansia,
mengemukakan bahwa social support merupakan. factor protektif potensial untuk individu yang
mengalami loneliness, didukung penelitian Fessman dan Lester (2000) yang melakukan
penelitian mengenai loneliness dan depression pada sekitar 170 pasien lansia, mengemukakan

Psychology Science
642 | Kezkia Meianisa, et al.

bahwa social support berperan sebagai prediktor bagi loneliness, yang artinya, dengan
mendapatkan social support yang terbatas, maka individu tersebut lebih berpeluang mengalami
loneliness. Sedangkan dalam penelitian Batara dan Kristianingsih (2020) tentang hubungan
dukungan sosial dengan kesepian, pada subjek 30 narapidana berusia 18-40 tahun, mengatakan
jika memang terdapat korelasi negatif antara social support dengan loneliness sebesar 12,8%
tetapi 87,2% sisanya variabel kesepian lebih dipengaruhi oleh variabel lain seperti tingkat
pendidikan dan juga usia. Dalam hal loneliness terdapat perbedaan hasil penelitian, dimana
menurut beberapa penelitian mengatakan bahwa social support bisa menjadi faktor protektif
dan predikator muncul nya loneliness, sedangkan menurut penelitian yang lainnya mengatakan
hanya. sedikit hubungan dari social support terhadap loneliness.
Menurut Russell et. al (1964) kesepian muncul ketika seorang individu tidak memiliki
jaringan dukungan sosial dan dukungan emosional. Dalam buku Psychology of Loneliness
dikatakan bahwa kurangnya dukungan sosial bisa menjadi penyebab individu merasa seolah-
olah mereka tidak memiliki ikatan dekat atau orang yang dapat mereka andalkan. Dikatakan
juga bahwa salah satu penyebab kesepian yang paling penting adalah ketika individu merasa
kurangnya dukungan emosional dan dukungan sosial yang mereka terima yang dapat terjadi
ketika individu merasa kosong karena kekurangan orang penting dalam hidupnya atau ketika
individu tidak diterima atau tidak termasuk dalam suatu kelompok.
Russell (1996) mengatakan jika kesepian didefinisikan sebagai interaksi sosial yang
tidak sesuai dengan apa yang dimaksudkan, termasuk perasaan khawatir, sedih, dan rasa kurang
memiliki hubungan interpersonal yang baik. . Kesepian telah dibagi menjadi dua jenis yaitu
kesepian emosional dan kesepian sosial. Kesepian emosional dikaitkan dengan kurang dekatnya
suatu hubungan, sedangkan kesepian sosial muncul ketika seorang individu tidak memiliki
jaringan dukungan sosial dan ditandai dengan perasaan bosan, tidak memiliki tujuan, dan tidak
berarti (Russell et al., 1984). Terdapat tiga aspek yang dapat membuat seseorang mengalami
kesepian yang disusun oleh Russell (1996) yaitu Personality atau kepribadian yaitu ketika
individu mengalami kesepian sebagai konsekuensi dari sifat mereka atau pola emosi kesepian
yang lebih konstan yang kadang-kadang berubah dalam kondisi tertentu. Social desirability,
adalah ketika kehidupan sosial individu tidak sesuai dengan keinginannya. Depression yaitu
kesepian yang terjadi akibat gangguan pada apa yang seseorang rasakan seperti perasaan sedih,
depresi, kurang semangat, merasa tidak dihargai dan hanya terfokus pada kegagalan individu.
Pada tahun 2010 Mental Health Foundation melakukan survei dan menyebutkan jika
orang yang lebih muda dengan rentang usia 18 – 34 tahun lebih sering mengalami kesepian
dibandingkan orang yang lebih tua. Mahasiswa yang memasuki usia dewasa dini yang dimulai
pada usia 18 tahun dan pergi merantau akan menghadapi lingkungan baru serta perlu melakukan
penyesuaian diri dengan lingkungan barunya. Menurut Hurlock (2009), penyesuaian diri adalah
upaya seseorang untuk menempatkan dirinya dalam lingkungan fisik dan psikologis di mana
individu tersebut tinggal. Penyesuaian diri terhadap masalah yang ada pada masa dewasa dini
menjadi lebih serius karena singkatnya masa transisi atau peralihan dari remaja menjadi dewasa,
sehingga sedikit sekali persiapan untuk jenis masalah baru yang perlu ditangani sebagai orang
dewasa. Mahasiswa rantau tahun pertama yang temasuk kedalam usia dewasa dini, akan
melakukan penyesuaian diri pada lingkungan baru seperti membangun hubungan sosial dengan
teman-teman baru, dengan lingkungan baru, tinggal jauh dari orang tua, terpisah dengan teman
teman lama selama masa SMA dan jika mereka mengalami kesulitan dalam melakukan
penyesuaian diri tersebut maka mereka akan merasakan keterasingan sosial dan merasa kesepian..
Santrock (2002) juga mengatakan pindah ke perguruan tinggi adalah periode ketika individu
meninggalkan keluarga dan terbentuknya kesepian.
Berdasarkan website berita Tribunnews.com (2017) juga dikatakan mahasiswa perantau
memiliki tujuan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi dengan memilih
Universitas yang kualitasnya bagus yang banyak terdapat di daerah Pulau Jawa. Menurut Data
Statistik Pendidikan Tinggi Indonesia (2020), dari total 8.483.213 mahasiswa di Indonesia, Pulau
Jawa menempati urutan pertama dengan 5.072.405 mahasiswa. Hal ini menunjukkan bahwa
perguruan tinggi di pulau Jawa terus menjadi yang terbaik. Salah satu kota di Pulau Jawa yang
banyak diminati mahasiswa rantau untuk melanjutkan pendidikannya yaitu di Kota Bandung yang

Vol. 3 No. 1 (2022), Hal: 640-646 ISSN: 2828-2191


Pengaruh Social Support Terhadap Loneliness Pada Mahasiswa Rantau di Kota Bandung | 643

terletak di Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan Badan Pusat Statistik, dikatakan bahwa Provinsi
Jawa Barat berada di posisi pertama di Indonesia dengan jumlah perguruan tinggi terbanyak yaitu
pada tahun 2020 sebanyak 389 perguruan tinggi dan pada tahun 2021 sebanyak 597 perguruan
tinggi. Berdasarkan BPS Provinsi Jawa Barat 2021 pada tahun 2020 disebutkan juga bahwa Kota
Bandung menempati posisi pertama di Jawa Barat dengan jumlah universitas terbanyak, yaitu 5
universitas negeri dan 94 universitas swasta. Selain itu berdasarkan Badan Pusat Statistik juga
dikatakan bahwa pada posisi kedua di Indonesia ditempati oleh Jawa Barat, dengan jumlah
mahasiswa terbanyak yaitu 751.785. mahasiswa dan terdapat 250.132 mahasiswa menempuh
pendidikan di Kota Bandung. Hal ini menunjukan bahwa, Kota Bandung cenderung banyak
dipilih oleh mahasiswa termasuk mahasiswa dari luar Pulau Jawa untuk melanjutkan
pendidikannya.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana loneliness mahasiswa rantau pada tahun pertamanya di Kota Bandung?
2. Bagaimana social support yang dimiliki mahasiswa rantau di Kota Bandung?
3. Apakah terdapat pengaruh social support terhadap loneliness mahasiswa rantau pada
tahun pertamanya di Kota Bandung?

B. Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode
penelitian kausalitas yang merupakan hubungan yang bersifat sebab akibat karena bertujuan
untuk membuktikan bagaimana variabel social support mempengaruhi variabel lonelinesss.
Populasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa perantauan tahun
pertama dari luar pulau Jawa dan berdomisili di kota Bandung yang sebelumnya belum pernah
mengujungi Bandung dan saat ini memilih tinggal sendiri di Bandung. Dengan teknik
pengambilan sampel yaitu Accidental Sampling yang merupakan salah satu pendekatan teknik
non-probability sampling. Dalam menentukan ukuran sampel, dikarenakan populasi mahasiswa
rantau tidak diketahui, maka akan dilakukan pendekatan statistika sederhana yaitu dengan
menggunakan rumus Wibisono (2003), sehingga diperoleh jumlah minimal sampel untuk
melakukan penelitian ini yaitu 100 mahasiswa rantau.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, social
support diukur dengan kuesioner yang mengacu pada aspek teori Sarafino (2011), memiliki nilai
reliabilitas koefisien alpha (a) = 0.938 > 0.7 dengan hasil nilai Sig. (2-tailed) < 0.05 artinya alat
ukur dinyatakan valid dan loneliness diukur dengan menggunakan alat ukur loneliness scale
version 3 (UCLAversion 3), memiliki nilai reliabilitas koefisien alpha (a) = 0.822 > 0.7 dengan
hasil nilai Sig. (2-tailed) < 0.05 artinya alat ukur dinyatakan valid.
Karena waktu penelitian yang singkat, pendekatan yang dipilih untuk pengumpulan data
dalam penelitian ini digunakan try out terpakai (used trials), pendekatan try-out hanya melibatkan
satu kali distribusi kuesioner, yang berarti bahwa data subjek yang diperoleh akan digunakan
untuk data percobaan dan data penelitian. Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis regresi sederhana untuk mengetahui pengaruh social support
terhadap loneliness pada mahasiswa rantau di Kota Bandung

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan


Pengaruh Social Support (X) terhadap Loneliness (Y)
Berdasarkan data usia responden yang telah dikumpulkan, mendapatkan hasil bahwa dari 157
orang mahasiswa perantauan sebagai responden penelitian, sebagian besar responden berusia 19
tahun adalah 65 mahasiswa(41,40%), sedangkan jumlah responden yang berusia 20 tahun paling
sedikit adalah 32 mahasiswa. (20,38%) dan sisanya berusia 18 tahun sebanyak 60 mahasiswa
(38,22%). Hal ini menandakan bahwa seluruh responden masih berada pada usia dewasa dini.
Menurut data yang didapatkan , menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki
social support pada kategori tinggi, yang berjumlah sebanyak 71 orang (45.2%) dari 157 orang

Psychology Science
644 | Kezkia Meianisa, et al.

responden, sementara jumlah terkecil memiliki social support pada kategori rendah yang
berjumlah sebanyak 23 orang (14.6%) , sedangkan sisanya sebanyak 63 orang memiliki social
support pada kategori sedang (40,1%). Dari hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa social support
yang dimiliki mahasiswa rantau di Kota Bandung berada pada kategori tinggi.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gunandar dan
Utami (2017) bahwa dukungan sosial bisa kita dapatkan dari orang tua dan bahwa dukungan
orang tua memiliki peran yang penting dalam menentukan potensi anaknya di universitas dan
dalam karir anaknya. Temuan penelitian ini juga konsisten dengan temuan penelitian yang
dilakukan oleh Siswandi dan Caninsti (2020) bahwa terdapat peran dukungan sosial teman sebaya
terhadap mahasiswa perantau tahun pertama.
Selain itu menurut data yang didapatkan juga, bahwa sebagian besar responden memiliki
loneliness pada kategori rendah, yang berjumlah sebanyak 88 orang (56.1%) dari 157 orang
responden, sementara jumlah terkecil memiliki loneliness pada kategori tinggi yang berjumlah
sebanyak 27 orang (17.2%), sedangkan sisanya, 42 responden memiliki loneliness pada kategori
sedang (26,8%). Dari hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa loneliness yang dimiliki mahasiswa
rantau di Kota Bandung berada pada kategori rendah.
Temuan ini konsisten dengan survei yang dilakukan oleh Mental Health Foundation,
yang mengemukakan bahwa kesepian lebih umum di antara orang dewasa antara usia 18 dan 34
tahun. Dalam penelitian ini, para peserta adalah mahasiswa rantau tahun pertama antara usia 18
dan 20 tahun.
Berikut adalah penelitian mengenai pengaruh social support terhadap loneliness, yang
diuji menggunakan teknik analisis regresi sederhana. Hasil pengujian dijelaskan pada tabel 1.

Tabel 1. Analisis Regresi Linier Sederhana

Coefficientsa

Model Unstandardized Standardized t Sig.


Coefficients Coefficients

B Std. Error Beta

1 (Constant) 71.135 4.249 16.740 .000

Social -.081 .041 -.159 -2.004 .047


Support

a. Dependent Variable: Loneliness

Sumber: Data Penelitian yang Sudah Diolah, 2022.


Menurut hasil pengolahan data, didapatkan hasil persamaan analisis regresi linier
sederhana, yaitu :
Y =. 71.135+ (-0.081)X + e
Dari hasil yang didapatkan, maka dapat dikatakan bahwa konstanta 71.135, menunjukkan
bahwa jika dukungan sosial bernilai 0 (nol) dan tidak ada perubahan, kesepian akan tetap di
71.135 dan koefisien regresi social support sebesar -0.081 yang bertanda negatif, maksudnya
adalah jika social support mengalami peningkatan jumlah unit, maka loneliness akan menurun
sebesar -0.081.

Tabel 2. Pengaruh Social Support (X) terhadap Loneliness (Y)

Vol. 3 No. 1 (2022), Hal: 640-646 ISSN: 2828-2191


Pengaruh Social Support Terhadap Loneliness Pada Mahasiswa Rantau di Kota Bandung | 645

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the


Estimate

1 .159a .025 .019 8.89979

a. Predictors: (Constant), Social Support

Sumber: Data Penelitian yang Sudah Diolah, 2022.


Dari tabel di atas, diperoleh koefisien determinasi dengan nilai rsquare sebesar 0,025 atau
2,5%, yang menjelaskan bahwa 2,5% dari kontribusi pengaruh variabel dukungan sosial terhadap
variabel kesepian, sedangkan 97,5% sisanya merupakan kontribusi pengaruh terhadap kesepian
di luar penelitian ini.
Besarnya pengaruh variabel social support terhadap loneliness yaitu 2,5% sedangkan
97,5% lainnya dipengaruhi oleh variabel lain di luar dukungan sosial. Hal ini dapat disebabkan
oleh pengaruh kesepian yang hanya menyangkut kelompok umur, sedangkan faktor lain seperti
karakteristik gender tidak diperhatikan. Menurut penelitian Mental Health Foundation
mengungkapkan bahwa kesepian bisa dipengaruhi oleh jenis kelamin seseorang.
Variabel lain yang mungkin berkontribusi pada kesepian yaitu teknologi. Menurut
penelitian M. Hood et al. (2017) dan penelitian Luchetti et al., (2020), bahwa secara tidak
langsung Social Networking Sites memiliki pengaruh tehadap kesepian sosial dan kesepian
emosional, serta dengan berkembangnya teknologi, banyak orang yang tetap saling
berkomunikasi, terlepas dari terdapatnya jarak secara fisik. Didukung oleh survey Mental Health
Foundation menyatakan bahwa dua pertiga dari subjek penelitian mengatakan teknologi
membantu kita tetap berhubungan dengan orang-orang yang mungkin kehilangan kontak.
Meskipun tidak bertatap muka, mungkin lebih baik daripada tidak ada kontak sama sekali,
terutama bagi mereka yang tinggal jauh dari teman dan orang yang dicintai. Teknologi juga
memiliki kekuatan untuk memfasilitasi dan memperkuat hubungan dan membantu mengurangi
kesepian.

D. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian mengenai pengaruh social support
terhadap loneliness pada mahasiswa rantau di Kota Bandung, maka dapat diperoleh
kesimpulan, sebagai berikut:
1. Social support yang dimiliki mahasiswa rantau di Kota Bandung berada pada kategori
tinggi.
2. Loneliness yang dimiliki mahasiswa rantau di Kota Bandung berada pada kategori
rendah.
3. Terdapat pengaruh negatif social support terhadap loneliness pada mahasiswa rantau di
Kota Bandung.

Daftar Pustaka
[1] Akdon, dan Riduwan. 2013. Rumus dan Data dalam Aplikasi Statistika, Bandung:
Alfabeta
[2] Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. 2020. Provinsi Jawa Barat Dalam Angka.
Bandung: BPS Provinsi Jawa Barat
[3] Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. 2021. Provinsi Jawa Barat Dalam Angka.
Bandung: BPS Provinsi Jawa Barat
[4] Batara, Grace Ayunita dan Sri Aryanti Kristianingsih. (2020). Hubungan Dukungan
Sosial dengan Kesepian pada Narapidana Dewasa Awal Lajang. Jurnal Ilmiah

Psychology Science
646 | Kezkia Meianisa, et al.

Universitas Batanghari Jambi, 20 (1), 187-194.


[5] Bilgi, O,. Tas, Ibrahim. (2018). Effects of perceived social support and psychological
resilience on social media addiction among University Students. Universal Journal of
Educational Research, 6 (4):751- 758,20018. doi: 10.13189/ujer.2018.060418.
[6] Fessman, N dan Lester, D. (2000). Loneliness and Depression Among Elderly Nursing
Home Patients. International Journal of Aging and Human Development, 51(2), 137-141.
[7] Gunandar, Maria Stephanie dan Muhana Sofiati Utami. (2017). Hubungan antara
Dukungan Sosial Orang Tua dengan Penyesuaian Diri Mahasiswa Baru yang Merantau.
Gadjah Mada Journal Of Psychology, 3 (2), 98-109.
[8] Hood, M., Creed, P. A., & Mills, B. J. (2017). Loneliness and online friendships in
emerging adults. Personality and Individual Differences.
[9] Liu, Lijun, Zhenggang Gou, dan Junnan Zuo. (2014). Social Support Mediates Loneliness
and Depression in Elderly People. Journal of Health Psychology,1 (9),1-7.
[10] Luchetti, M., Lee, J. H., Aschwanden, D., Seskar, A., Strickhouser, J. E., Terracciano, A.,
& Sutin, A. R. (2020). The trajectory of loneliness in response to COVID-19. American
Psychological Association, 75(7), 1-12.
[11] Khuzaimah, Ummu. (2021). Dukungan Sosial dan Kebahagiaan Lansia Penghuni Panti
Sosial di Medan. Psikologika, 26 (1), 121-142.
[12] Maksun, Muhammad Fuad dan Moh. Iqbal Mabruri. (2016). Pengaruh Dukungan Sosial
Keluarga Terhadap Craving Pada Mantan Pengguna Narkoba. Jurnal Ilmiah Psikologi, 8
(3), 204-213
[13] Mental Health Foundation. (2010). The Mental Health Foundation Survey. The Lonely
Society. Inggris: Mental Health Foundation.
[14] Russel, D.W. (1996). UCLA Loneliness Scale (Version 3): reliability, validity, and factor
structure. Journal of Personality Assessment, 66 (1), 20-40.
[15] Russell, D., Cutrona, C. E., Rose, J. & Yurko, K. (1984). Social and emotional loneliness:
An examination of weiss's typology of loneliness. Journal of Personality and Social
Psychology, 46 (6), 1313-1321.
[16] Santrock, J. W. (2002). Life Span Development. Edisi Kelima Jilid II. Alih bahasa: Juda
Damanik, Achmad Chusairi. Jakarta: Erlangga.
[17] Sarafino, E.P. (2011). Social Support : Health Psychology. New York : John Wiley &
Sons, Inc.
[18] Siswandi, Weldina dan Riselligia Caninsti. (2020). Peran Dukungan Sosial Teman
Sebaya terhadap Regulasi Emosi Mahasiswa Perantau Tahun Pertama di Jakarta. Jurnal
Psikogenesis, 8 (2), 241-252.
[19] Suseno, Miftahun Ni’mah. (2010). Pengaruh Dukungan Sosial dan Kepemimpinan
Transformasional Terhadap Komitmen Organisasi dengan Mediator Motivasi Kerja.
Jurnal Psikologi, 37 (1), 94-109.
[20] Fakhruddiana, Fuadah, Ardiyanti, Difa (2022).Studi Komparatif Sekolah Khusus Anak
Gifted/ Berbakat di Indonesia dan di Malaysia. Jurnal Riset Psikologi 2(2). 131-140.

Vol. 3 No. 1 (2022), Hal: 640-646 ISSN: 2828-2191

You might also like