Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

Jurnal Ilmu Syariah dan Hukum e-ISSN 2830-6805

(JISYAKU) Vol. 2, No. 1, Juni 2023

KARAKTERISTIK PERHITUNGAN NAMA CALON PASANGAN SUAMI ISTRI


MENURUT KITAB TĀJUL MULUK KARYA SYEKH ISMAIL
BIN ABDUL MUTHALIB

[A’an Anida Lathifaha,1,, Munibb,2,, Baihakic,3]


a,b,c Institut Agama Islam Negeri Palangka Raya, Indonesia
1anidalathifahim@gmail.com; 2munib@iainpalangkaraya.ac.id; 3baihaki@iain-palangkaraya.ac.id

Received: 16-Juni-2023; Revised: 24-Juni-2023; Accepted: 27-Juni-2023;

ABSTRACT
This research was based on various cultural and religious acculturations in the marriage process
in Indonesia. One of them was determining compatibility in choosing a partner. This procession
originated the custom of the Banjar tribe called Babilangan. Babilangan is a calculation of the
names of the prospective husband and wife to find out the harmony between the two prospective
brides, and then it predicted the meaning of their future household life if there is a marriage bond.
The basis for calculating this name is the Tājul Muluk Book and other classic books that discuss
the Abjadiyyah rule. This study aimed to determine the concept of calculating the names of
prospective husbands and wives based on Tājul Muluk Book by Syekh Ismail bin Abdul Muthalib
and the book’s position as the basis for the meaning of calculating names in Islamic law and
customary law. Furthermore, to find out the relationship between the Sakinah family and the
calculation of the names of the prospective husband and wife. This research was normative
research using a qualitative descriptive analysis approach. The data collection technique used
was literature study and documentation. The study results showed that the calculation rules were
a pattern of Sunnatullah compiled by former classical Indonesian scholars. The calculation
worked because the Abjadiyyah rule had a numerical value formulated in several ways to find the
concept of meaning in the book. In practice, not all of the calculation results were 100% correct,
but it was also possible that it had the potential to be close to the meaning contained in the Tājul
Muluk Book. The relevance of Islamic law with this concept can be analogized as part of the effort
and intermediary to carry out the household in the future.
Keywords: Calculation of Names, Tājul Muluk Book, Sheikh Ismail bin Abdul Muthalib

INTISARI
Penelitian ini dilatarbelakangi fenomena akulturasi budaya dan agama di Indonesia dalam proses
pernikahan. Salah satunya yaitu proses penentuan kecocokan dalam memilih pasangan. Prosesi ini
berasal dari adat suku Banjar yang disebut Babilangan. Babilangan merupakan perhitungan nama
calon suami istri untuk mengetahui keserasian antara kedua calon mempelai kemudian
memprediksi makna kehidupan rumah tangganya kelak jika terjadi ikatan tali pernikahan.
Landasan perhitungan nama ini adalah Kitab Tājul Muluk dan Kitab-Kitab klasik lainnya yang
membahas kaidah Abjadiyyah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep makna
perhitungan nama calon suami istri berdasarkan Kitab Tājul Muluk karya Syekh Ismail bin Abdul
Muthalib serta posisi Kitab tersebut sebagai landasan makna perhitungan nama dalam hukum
Islam dan hukum adat. Selanjutnya, untuk mengetahui hubungan keluarga sakinah dengan
perhitungan nama calon suami istri. Penelitian ini termasuk jenis penelitian normatif yang
menggunakan pendekatan analisis deskriptif kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data yang
71
Jurnal Ilmu Syariah dan Hukum e-ISSN 2830-6805
(JISYAKU) Vol. 2, No. 1, Juni 2023

digunakan ialah studi pustaka dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kaidah
perhitungan tersebut suatu pola sunnatullah yang disusun oleh ulama-ulama klasik nusantara
terdahulu. Cara kerja perhitungannya yakni kaidah abjadiyyah bernilai angka dirumuskan dengan
beberapa cara sehingga menemukan konsep makna dalam Kitab tersebut. Pada prakteknya tidak
semua hasil perhitungannya 100% benar namun tidak menutup kemungkinan juga memiliki
potensi hampir mendekati dengan makna yang tercantum dalam Kitab Tājul Muluk. Relevansi
hukum Islam bersama konsep ini dapat dianalogikan sebagai bagian dari ikhtiar dan perantara
untuk menjalani rumah tangga di masa mendatang..
Kata Kunci: Perhitungan Nama, Kitab Tājul Muluk, Syekh Ismail bin Abdul Muthalib.

A. Pendahuluan
Pernikahan dalam Islam sendiri ialah suatu hal yang sangat dianjurkan bahkan menjadi
kewajiban bagi seorang muslim untuk menjalankannya dengan syarat mampu dari segi jasmani
serta rohani. Agama dan tradisi bagaikan dua simpul tali yang saling berkaitan dan mempengaruhi
pernikahan. Satu sisi agama sebagai aspek religiusitas dan tradisi sebagai aspek ekspresi karya
manusia dengan kearifan lokalnya serta memiliki wawasan filosofis yang luas. 1
Berbagai ritual dan nilai-nilai leluhur turun-temurun terus dipertahankan eksistensinya.
Tujuan ini dilakukan yakni agar perkawinan sejahtera dan rukun bahagia sepanjang masa dunia
maupun akhirat. Tradisi perkawinan akulturasi adat biasanya memiliki nilai filosofis dan makna
yang sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat setempat. Salah satu tradisi yang menarik untuk
dikupas ialah tradisi perhitungan nama bagi calon suami istri dalam melihat kehidupan di masa
mendatang. Tradisi ini sangat banyak digeluti dan dipercayai oleh masyarakat suku Banjar untuk
mencapai kehidupan rumah tangga yang sejahtera. 2
Tradisi perhitungan nama memiliki istilah Babilangan. Babilangan tersebut biasanya
disatukan dalam Upacara basasuluh. Basasuluh ialah menyelidiki segala aspek kehidupan baik
terhadap gadis yang ingin dilamar atau asal usul keluarganya. Setelah melakukan rangkaian
perkawinan tersebut dan kriteria kedua pasangan serasi maka dilanjutkan dengan prosesi
selanjutnya yakni, basasuluh, badatang, bapapayuan, maatar patalian, dan maatar jujuran.3
Prosesi penentuan kecocokan jodoh atau biasa disebut adat Babilangan ini tidak dapat
dihindari begitu saja. Proses Babilangan dipertahankan tidak hanya untuk penentuan jodoh, namun
juga berkaitan dengan aksara nama seseorang atau bayi. 4 Babilangan diimplementasikan dalam
sebuah perjodohan sebelum pernikahan untuk melihat bagaimana ketentuan hidup pasangan
kedepannya serta hari untuk melaksanakan pernikahan yang baik dan memiliki keberuntungan
berlimpah. Proses perhitungan jodoh ini masih dipegang teguh tradisinya dalam ritual sebelum
pernikahan terjadi agar tercapainya tujuan yang dalam bahasa Banjar disebutkan satihang, saurat,

1
Fauzi Abubakar, “Interaksi Islam dengan Budaya Lokal dalam Tradisi Khanduri Maulod pada Masyarakat
Aceh”, Akademika: Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 21, No. 1 (Februari 2017), 20.
2
Misnayanti, “Akulturasi Budaya Lokal dan Budaya Islam dalam Adat Pernikahan Masyarakat Desa Kaladi
Kecamatan Suli Barat Kabupaten Luwu” (Skripsi--UIN Alauddin Makassar, Makassar, 2016), 2.
3
Abdul Helim, Menelusuri Pemikiran Hukum Ulama Banjar Kontemporer (Malang: Intelegensia Media,
2018), 93-94.
4
Arni dan Nurul Djazimah, Babilangan Nama Dan Jodoh Dalam Tradisi Banjar (Banjarmasin: Lanting
Media Aksara, 2011), 3.

72
Jurnal Ilmu Syariah dan Hukum e-ISSN 2830-6805
(JISYAKU) Vol. 2, No. 1, Juni 2023

sajodoh.5 Jika hal tersebut tidak tercapai karena perhitungan antara kedua pasangan tidak cocok,
maka besar kemungkinan perjodohan tidak bisa dilanjutkan sebab dikhawatirkan pernikahan gagal
dan hancur, rezeki yang susah dan kerugian menimpa keduanya. 6 Adapun perhitungan dan
perjodohan ini bahkan memiliki landasan Kitab yang seringkali disebut Kitab Tājul Muluk.
Dengan judul lengkap yaitu Taj al-mulk al-muras ̣s ̣aʻ bi-durrar wa-al-jawāhir manz ̣ūmāt (Mahkota
Kerajaan yang Berhiaskan dengan bermacam-macam Mutiara) ditulis oleh Syekh Ismail bin Abdul
Muthalib dari Aceh pada tahun 1040 H. Sebenarnya beliau hanyalah menyusun, sedangkan
pengarang aslinya adalah Syekh Abbas dan ia memberi judul: Sirāj azh-Zhalām fī Ma’rifat as-
Sa’d wa an-Nahs fī asy-Syahr wa al-Ayyām (Pelita Kegelapan untuk Mengetahui Keberuntungan
dan tidak Keberuntungan dalam Bulan dan Hari). 7 Kitab Tājul Muluk menjadi pegangan dalam
menentukan hari perkawinan, perjodohan yang selaras, dan penentuan rumah tangga yang
harmonis ke depannya. Hukum Islam sendiri sangat terbuka dan memberikan jalan untuk
menjauhi hal yang memberikan kesulitan apalagi hal yang berhubungan dengan perkawinan.
Salah satu makna yang mencolok dalam pedoman kitab ini ialah adanya pasal dalam melihat
kehidupan rumah tangga berdasarkan nama pasangan yang akan menikah. Mekanismenya ialah
menghitung nama pasangan tersebut sesuai dengan huruf abjad yang didasarkan pada huruf
hijaiyah. Masing-masing huruf memiliki ketentuan jumlah yang termuat dalam Kitab Tājul Muluk.
Misalnya, huruf ‫ ا‬memiliki nilai 1 dan huruf ‫ ب‬memiliki nilai 2, demikian seterusnya, tetapi
jumlah nilai itu tidak berurut berdasarkan huruf hijaiyah. Setelah melalui perhitungan dengan
rumus yang ditentukan maka akan ditemukan beberapa angka dan makna yang sesuai dalam Kitab
Tājul Muluk. Salah satu filosofis yang dipaparkan dalam Kitab ini tentang perhitungan nama calon
suami istri yaitu apabila bilangan nama pasangan tersisa 2 dengan 6 maka tidak baik antara kedua
belah pihak dan kemungkinan adanya perbuatan jahat. Kemudian jika bilangan nama pasangan
tersisa 4 dengan 8 maka kehidupan keduanya sangat baik dan suka bermufakat atau musyawarah
bersama.8
Fenomena maraknya perhitungan calon nama suami istri dilakukan sebelum pernikahan ini
terjadi di Desa Sungai Salai, Kecamatan Candi Laras Utara, Kabupaten Tapin, Provinsi
Kalimantan Selatan. Perhitungan nama tersebut menggunakan rujukan Kitab Tājul Muluk dan
literatur lainnya yang berkaitan. Adapun biasanya masyarakat mempercayakan perhitungan ini
kepada tokoh ulama setempat yang dianggap mumpuni dalam bidang agama. Sudah menjadi
rahasia umum bahwa pernikahan dalam adat banjar dipengaruhi oleh pandangan hidup orang
Banjar yaitu agama Islam, adat istiadat dan lingkungan tempat tinggalnya. Tiga faktor tersebut
mengalami reintegrasi, oleh karena itu ketika berbicara tentang adat perkawinan, tentu saja tidak
lepas dari berbicara tentang pandangan hidup masyarakat Banjar Kalimantan Selatan yang sudah
menjadi pola tingkah laku, dan tingkah laku itu selalu berulang. 9
Maka dalam hal ini perhitungan nama calon suami istri menjadi salah satu ikhtiar yang
dipercayai masyarakat dengan menjalankan akulturasi agama dan menjadi sebuah keharusan

5
Arni dan Nurul Djazimah, Babilangan Nama Dan Jodoh Dalam Tradisi Banjar (Banjarmasin: Lanting
Media Aksara, 2011), 3.
6
Ibid, 8.
7
Arni dan Nurul Djazimah, Babilangan Nama Dan Jodoh Dalam Tradisi Banjar (Banjarmasin: Lanting
Media Aksara, 2011), 8.
8
Ismail bin Abdul Muthalib, Tajul Muluk (Jeddah: Alharamain, t.th.), 122.
9
Rozana Zulfa Arina, “Babilangan Dalam Penentu Jodoh Pada Masyarakat Banjar (Relasi Hukum Adat dan
Hukum Agama)” (Disertasi--UIN Antasari, Banjarmasin, 2021), 75.

73
Jurnal Ilmu Syariah dan Hukum e-ISSN 2830-6805
(JISYAKU) Vol. 2, No. 1, Juni 2023

dalam praktiknya. Berdasarkan latar belakang tersebut Peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam
mengenai konsep cara kerja perhitungan nama calon suami istri dan posisi Kitab Tājul Muluk
sebagai landasan perhitungan nama tersebut dalam hukum Islam maupun hukum Adat serta
menelaah hubungan keluarga sakinah dengan perhitungan nama calon suami istri tersebut.

B. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian hukum normatif dengan metode kualitatif. 10
Penelitian normatif adalah serangkaian penelitian yang berkaitan dengan metode pengumpulan
data pustaka, atau penelitian yang objek penelitiannya digali melalui beragam informasi
kepustakaan seperti kitab, buku, jurnal ilmiah, koran, majalah, ensiklopedi, dan bahkan data atau
dokumen yang lainnya.11 Peneliti berusaha untuk menelaah kepustakaan berkaitan dengan Kitab
Tājul Muluk dan berusaha memaparkan penelitian sesuai fakta apa yang ada dilapangan,
berdasarkan data-data hasil kepustakaan beberapa Jurnal dan Buku yang relevan kemudian
menganalisis dari data tersebut dengan analisis kualitatif.
Pengumpulan data dari penelitian ini yakni menggunakan teknik telaah pustaka dan
dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teori Maṣlaḥah Mursalah, Maqāṣid
asy-syarī‘ah dan ‘Urf. Hal-hal yang dianalisis adalah praktik makna perhitungan nama calon suami
istri dalam Kitab Tājul Muluk karya Syekh Ismail bin Abdul Muthalib. Melalui teori ini dikaji juga
analisis Hukum Islam dan Hukum Adat terhadap Kitab Tājul Muluk sebagai landasan perhitungan
nama calon suami istri. Melalui teori Maqāṣid asy-syarī‘ah akan menelaah dari segi hukum Islam
terkait perjodohan dalam Kitab tersebut ditinjau dari kebutuhan al-ḍarurīyah, al-ḥājīyah dan al-
taḥsinīyah. Disamping itu, Teori ‘Urf digunakan dalam hukum sebagai salah satu hujjah untuk
menhilangkan kesulitan dan mendatangkan kemudahan.
C. Hasil dan Pembahasan
1. Konsep Cara Kerja Dan Karakteristik Perhitungan Nama Calon Suami Istri Dalam
Kitab Tājul Muluk
a. Perhitungan Nama
Salah satu adat warisan budaya yang tetap asri dalam kehidupan ialah prosesi adat
dalam pernikahan. Jika tetua keluarga masih memiliki umur panjang, masyarakat kerap
kali meminta nasihat dan wejangan dari keluarga yang sudah cukup berumur dan
mengetahui silsilah adat istiadat tersebut. Konsep perhitungan nama yang dipakai dalam
pernikahan ialah konsep abjadiyyah. Metode keilmuan ini mempunyai urutan sebagai
berikut:
‫ابجدهوزحطيكلمنسعفصقرشتثخذضظغ‬
Angka-angka yang terkandung di setiap huruf merupakan ketetapan yang telah ada
di masa lampau. Ada keterangan bahwa ilmu ini sudah ada pada zaman Nabi Idris. Hal
inilah yang mendasari julukan Nabi Idris sebagai “Bapak Ilmu Falak Dunia”. Kaidah
abjadiyyah merupakan ilmu pasti yang digunakan semua lapisan masyarakat. Para ulama

10
Erry Fitrya Primadhany et al., “Maḥāsin Al-Syarī‘ah on the Implementation of Mahḍah Worship: Overview
of Islamic Legal Philosophy,” Samarah 6, no. 2 (2022): 634–54, https://doi.org/10.22373/sjhk.v6i2.12394., 639.
11
Sabian Utsman, Metodologi Penelitian Hukum Progresif (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), 51.

74
Jurnal Ilmu Syariah dan Hukum e-ISSN 2830-6805
(JISYAKU) Vol. 2, No. 1, Juni 2023

terdahulu banyak memuat kaidah abjadiyyah ini sebagai metodologi dalam karya-karya
mereka, salah satunya Kitab Tājul Muluk karya Syekh Ismail bin Abdul Muthalib. 12
K.H. Irfan Zidny Wahab dalam karyanya Al-Hasib menyebutkan bahwa kaidah
abjadiyyah/hisab jumal dipakai oleh semua kalangan. Para ulama-ulama terdahulu dengan
konsep perumusan hitungan yang sangat terkenal yaitu, Abu Ma’syar, Abu Abbas bin
Muhammad bin Katsir Al-Farghani, Abu Raihan Al-Biruni, Ibnu Sina, Ibnu ‘Arabi, Abdul
Fattah Ath-Thukhi dan lain sebagainya. Mereka melakukan penelitian melalui objek nama,
karena nama tersebut pada dasarnya memiliki energi masing-masing. Mereka melakukan
penelitian secara berangsur-angsur kemudian menemukan pola dan mencatatnya dalam
buku pencatatan. Setelah hasil tersebut dikaji, para ulama berijtihad dan mengambil
kesimpulan mayoritas, hal ini menyimpulkan banyak data dan semakin kuat ketetapannya.
Maka lahirlah konsep perhitungan tersebut. 13
b. Kitab Tājul Muluk Kitab Karya Syekh Ismail bin Abdul Muthalib
Kitab Tājul Muluk karya Syekh Ismail bin Abdul Muthalib terdapat 145 halaman.
Judul lengkapnya ialah bernama Taj al-mulk al-muras ̣s ̣aʻ bi-durrar wa-al-jawāhir
manz ̣ūmāt (Mahkota Kerajaan yang berhiaskan dengan bermacam-macam mutiara). Kitab
ini berkaitan erat dengan tradisi perjodohan terutama dalam masyarakat Banjar. Pada
halaman awal Kitab ini menyebutkan:
Inilah Kitab yang bernama Taj al-mulk al-muras ̣s ̣aʻ bi-durrar wa-al-jawā hir manz ̣ūmāt
artinya pakaian segala raja-raja yang dihaturkan dengan beberapa bagai daripada mutiara
yang terkarang. Bermula arti kopiah emas yang dibubuh permata dengan intan dan yakut
dan zamrud dan mutiara lu`lu`. Maka itu pakaian raja-raja dan hulubalang dan orang yang
besar-besar.14
Karya ini awalnya ditulis oleh Syekh Abbas bin Muhammad al-Asyi kemudian
dikompilasi dan disalin oleh Syekh Ismail bin Abdul Muthalib. Kitab ini merupakan
kumpulan dari beberapa Kitab dan karya yang ditulis dalam 85 bab tentang obat penyakit
dan tentang ramalan keberuntungan hari-hari dalam sebulan. Kitab ini juga memuat
beberapa persoalan yang terjadi berkaitan dengan kehidupan rumah tangga yakni
kecocokan suami istri atas dasar namanya yang dikonversi ke angka.
Kitab bernama Taj al-mulk al-muras ̣s ̣aʻ bi-durrar wa-al-jawāhir manz ̣ūmāt
merupakan salah satu informasi penting tentang astrologi (ilmu nujum), astronomi (ilmu
falak), ilmu kedokteran (al-ṭibb) dan ilmu pengetahuan tradisional. 387 Pendahuluan Kitab
menggunakan bentuk puisi dan prosa, namun pesan dan isi yang disampaikan sama.
Adapun bentuk puisinya adalah:
Kami mula dengan nama Allah, Al-Hamdulillah sekalian puji, Kemudian shalawat
akan Nabi, Amma ba 'du wahai tuan. Mula-mula kami surah Siraj al-Dhalam nama Kitab
Thariqat ilmu nujum, Lagi tersebut dalam Kitab ini Lagi fashal fal dua tiga macam 'Ilmu
thabib, segala obat Lima puluh bab bat penyakit, Nafsu kanan nafsu kiri, Baik dan jahat
wahai akhi, Gerak tubuh segala insan, Gerhana matahari dengan bulan, Ta 'bir gerhana
ta 'bir mimpi, Ta'bir gempa bergerak bumi, Nak kenal langkahan baik dan jahat, Tahun

12
Watni Marpaung, Pengantar Ilmu Falak (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), 17.
13
Riyan Hidayat, “Perhitungan Nama Calon Pasangan Pengantin Menurut Kaidah Abjadiyyah Hisab Jumal
Kabir (Studi Pandangan KH. Irfan Zidny Wahab)”, Sakina, Vol. 2, No. 2, (Juni 2018), 6.
14
Syekh Abbas, Taj al-mulk al-muras ̣s ̣aʻ bi-durrar wa-al-jawāhir manz ̣ūmāt (Singapura, Jeddah, Indonesia:
al-Haramayn, t.th.), halaman sampul.

75
Jurnal Ilmu Syariah dan Hukum e-ISSN 2830-6805
(JISYAKU) Vol. 2, No. 1, Juni 2023

kabisah dan basithah, Hari baik hari jahat, Sa 'ah baik sa’ah jahat, Ghalib maghlub wahai
tuan, Orang saudagar mencari rizqi, Tiang rumah raja dan putra, 'Ajaib Subhanallah. Taj
al-Muluk nama dirasi, Kifayah emas permata intan, maka yang tukang kulah qumrani,
Bukan tukang orang Hindi. Tetapi tukang Istambuli Perusah di negeri Makah. Allah Allah
wahai tuan Siapa yang berhajat Kitab ini. 15
Dengan bismillah ambil sampona, Tuhanku Rabbi amat kuasa Shahabat sari sama
serta, inilah karangan 'ajaib semua. 'Ilmu hisab wahai saudara Wahai shahabat bukan
perbola. Nabi Idris kru jelitra Arti yang hilang di sini nyata. Wahai tuan 'ajib semua,
Mujarrabah asal mula Di sini tersebut wahai saudara Dalam Kitab ini semua nyata Dalam
syarah ini semua nvata Wahai tuan di sini nyata Di sini tuan segala nyata Wahai akhi di
sini nyata. Di sini jadi kenal nyata, Dalam Kitab ini tersebut pula. Di sini tempat tuan
pernyata, Ilah menang di sini nyata, Di sini akhi dikenal ketiga. Di sini sedia nak kenal
nyata Nama Kitab hamba pernyata 'Ajaib segala mabuah di mana Elok aturan mabuah di
mana Wahai saidi nafar cahaya Bukan Farisi bukan Jawa Orang Turki yang kerja
Amanullah umm al-qura Ini karangan elok bana Kedai Bab al-Salam tuan periksa.16
Bagian pertama dan utama Kitab Taj al-Muluk berisi Kitab Sirāj azh-Zhalām fī
Ma’rifat as-Sa’d wa an-Nahs fī asy-Syahr wa al-Ayyām Kitab ini, yang dikarang oleh
Abbas al-Asyi (Teungku Chik Kuta Karang), mengandung ilmu pengetahuan umum,
khususnya ilmu kedokteran, (thib) ilmu tehnik (handasah) dan ilmu astronomi
(falakiyyah).17
Kitab ini terdiri atas empat bab, yang meliputi bab tentang pendahuluan, mengenal
penanggalan Hijriyah, berbagai faal yang baik dan penutup. Kajian dalam Kitab ini pada
bab pertama yakni menjelaskan sejarah ilmu nujum dengan penjabaran mengenal tanggal
serta bulan arab di dalamnya. Bab ini memuat pasal mengenai tahun Basitah dan Kabisat,
mengenai 7 hari pada awal tahun, mengenal awal tiap-tiap bulan dari bulan arab, tahun arab
dan penjelasan bintang. Bab kedua ialah membahas tentang baik dan naas hari-hari dalam
sebulan. Kemudian Kitab ini juga memuat bab tentang obat-obatan salah satu diantaranya
ialah obat penawar penyakit dalam perempuan setelah haid. Bab lainnya yang relevan
dibahas ialah seputar kehidupan suami istri. 18 Pada bab pertama, sebagai bab pendahuluan,
Abbas al-Asyi (Teungku Chik Kuta Karang) menjelaskan sekilas sejarah ilmu nujum. Bab
kedua, yang membicarakan tentang penanggalan Hijriyah. Kalau dengan hisab dimulai hari
Kamis, sedangkan dengan ru’yah dimulai hari Jum’at. Teungku Chik Kuta Karang
kemudian menyebutkan nama-nama bulan Arab, yaitu Muharram, Safar, Rabi’ al-Awwal,
Rabi’ al-Akhir, Jumad al-Awwal, Jumad alTsani, Rajab, Sya’ban, Ramadhan, Syawwal,
Zul al-Qa’dah dan Zul al-Hijjah.
Kitab Tājul Muluk merupakan Kitab lama. Kata asal ialah taj-al-mulk. Setelah ia
memasuki tanah melayu dari arab, maka sejak itu berubah menjadi Tājul Muluk.
Perhitungan nama calon suami istri yang dimuat dalam Kitab ini dijelaskan,

15
Erawadi, “Akar Tradisi Integrasi Pengetahuan dalam Naskah Klasik Islam Nusantara”, AICIS XII, (t.th.)
3187.
16
Ibid.
17
Abbas al-Asyi, “Sirāj azh-Zhalām fī Ma’rifat as-Sa’d wa an-Nahs fī asy-Syahr wa al-Ayyām” dalam Ismail
Asyi, Taj al-Muluk (Jeddah: alharamain, t.th.), 4.
18
Ridwan, Tubuh dan Makna dalam Naskah Tajal Muluk Karangan Syekh Isma’il bin Abdul Mutthalib Al-
Asyi (Kajian Semiotik), (Pekanbaru: Jurnal Akrab Juara, Vol.6 No.3, 2021), 222.

76
Jurnal Ilmu Syariah dan Hukum e-ISSN 2830-6805
(JISYAKU) Vol. 2, No. 1, Juni 2023

perhitungannya dihitung menggunakan hitungan abjad dan hasilnya dikurangi angka 99


sampai habis atau tidak bisa dikurangi lagi. 19
Salah satu substansi dasar Kitab Tājul Muluk ialah membicarakan perangai yang
akan terjadi kepada pasangan suami istri berdasarkan perhitungan nama pasangan yang
berlaku pada adat Babilangan untuk memperoleh kebahagiaan dan keberkahan sepanjang
hidup dalam ikatan pernikahan. Berdasarkan ketentuan tersebut dalam Kitab Tājul Muluk
pada halaman 62 mencantumkan hitungan nilai dari huruf abjad sesuai huruf hijaiyah agar
didapatkannya sebuah nilai dari nama seseorang tersebut yaitu: 20
Tabel I Nilai Angka Aksara Huruf Hijaiyah

Arab Nilai Arab Nilai


‫ا‬ 1 ‫س‬ 60
‫ب‬ 2 ‫ع‬ 70
‫ج‬ 3 ‫ف‬ 80
‫د‬ 4 ‫ص‬ 90
‫ه‬ 5 ‫ق‬ 100
‫و‬ 6 ‫ر‬ 200
‫ز‬ 7 ‫ش‬ 300
‫ح‬ 8 ‫ت‬ 400
‫ط‬ 9 ‫ث‬ 500
‫ى‬ 10 ‫خ‬ 600
‫ك‬ 20 ‫ذ‬ 700
‫ل‬ 30 ‫ض‬ 800
‫م‬ 40 ‫ظ‬ 900
‫ن‬ 50 ‫غ‬ 1000
Berdasarkan makna hitungan diatas sesuai dengan yang dicantumkan pada Kitab
Tājul Muluk pada Bab melihat kehidupan suami istri yang dijelaskan dalam Kitab ini pada
halaman 122 terdapat 45 kriteria dan ketentuan yang terbagi 18 hasil positif dan 27 hasil
negatif dalam kehidupannya nanti, yaitu:21
1. Jika bilangan nama pasangan tersisa 1 dengan 1 maka ada jodohnya dan tidak ada selisih
dalam kehidupan rumah tangga tersebut.
2. Jika bilangan nama pasangan tersisa 1 dengan 2 maka kehidupan rumah tangganya sentiasa
baik diantara keduanya, saling berkasih sayang, memperoleh rezeki serta anak.
3. Jika bilangan nama pasangan tersisa 1 dengan 3 maka adanya perkelahian dalam kehidupan
rumah tangga namun hubungannya kekal.

19
Ismail bin Abdul Muthalib, Tajul Muluk (Jeddah: Alharamain, t.th.), 122.
20
Ibid, 62.
21
Ibid, 122.
77
Jurnal Ilmu Syariah dan Hukum e-ISSN 2830-6805
(JISYAKU) Vol. 2, No. 1, Juni 2023

4. Jika bilangan nama pasangan tersisa 1 dengan 4 maka kedua pasangan tidak dapat akur
dalam komunikasi.
5. Jika bilangan nama pasangan tersisa 1 dengan 5 maka tidak ada kebaikan setelah berumah
tangga, kemungkinan tidak sampai genap 10 hari pertahanannya.
6. Jika bilangan nama pasangan tersisa 1 dengan 6 maka rumah tangganya sangat baik, serasi,
dan saling menyayangi.
7. Jika bilangan nama pasangan tersisa 1 dengan 7 maka tidak ada kebaikan, saling berseteru
dan dikhawatirkan saling bunuh karena angka ini merupakan filosofi dari perhitungan
nama Nabi Musa A.S. dan Fir’aun.
8. Jika bilangan nama pasangan tersisa 1 dengan 8 maka kehidupannya penuh duka cita
apalagi memiliki anak akan mendapat masalah.
9. Jika bilangan nama pasangan tersisa 1 dengan 9 maka kehidupan rumah tangganya kekal
akan tetapi sangat sukar kediaman mereka.
10. Jika bilangan nama pasangan tersisa 2 dengan 2 maka kekal kehidupannya namun tidak
ada kasih sayang didalamnya.
11. Jika bilangan nama pasangan tersisa 2 dengan 3 maka tidak ada kebaikan dan tidak lama
kehidupan antara keduanya.
12. Jika bilangan nama pasangan tersisa 2 dengan 4 maka istri dan suami kekal hubungannya
namun tidak ada kasih sayang didalamnya.
13. Jika bilangan nama pasangan tersisa 2 dengan 5 maka kekal kehidupannya namun tidak
ada kebaikan didalamnya.
14. Jika bilangan nama pasangan tersisa 2 dengan 6 maka tidak baik antara kedua belah pihak
dan kemungkinan adanya perbuatan jahat.
15. Jika bilangan nama pasangan tersisa 2 dengan 7 maka sangat baik kehidupannya, saling
menyayangi, tidak bersalah-salahan, sempurna kediamannya.
16. Jika bilangan nama pasangan tersisa 2 dengan 8 maka tidak ada kebaikan dalam rumah
tangganya dan si istri sangat keras tabiatnya.
17. Jika bilangan nama pasangan tersisa 2 dengan 9 maka kehidupan rumah tangganya sangat
baik dan memperoleh banyak nikmat.
18. Jika bilangan nama pasangan tersisa 3 dengan 3 maka tidak ada kebaikan dan tidak kekal
hubungan rumah tangganya.
19. Jika bilangan nama pasangan tersisa 3 dengan 4 maka adanya kejahatan dan tidak kekal
rumah tangganya.
20. Jika bilangan nama pasangan tersisa 3 dengan 5 maka terjadinya perceraian dan tidak kekal
kediamannya.
21. Jika bilangan nama pasangan tersisa 3 dengan 6 maka kekal suami dan istri, tetapi
perempuannya banyak bicara.
22. Jika bilangan nama pasangan tersisa 3 dengan 7 maka sangat baik kehidupannya, saling
menyayangi dan kekal hubungannya.
23. Jika bilangan nama pasangan tersisa 3 dengan 8 maka sangat serasi dan kekal, mata
pencahariannya bagus sehingga orang lain juga sangat tersentuh melihatnya.
24. Jika bilangan nama pasangan tersisa 3 dengan 9 maka tidak ada kebaikan antara keduanya
seperti air dan api.
25. Jika bilangan nama pasangan tersisa 4 dengan 4 maka terjadinya perceraian.
26. Jika bilangan nama pasangan tersisa 4 dengan 5 maka saling menyayangi antara keduanya
namun tidak kekal kehidupan dan kediamannya sehingga bercerai.
78
Jurnal Ilmu Syariah dan Hukum e-ISSN 2830-6805
(JISYAKU) Vol. 2, No. 1, Juni 2023

27. Jika bilangan nama pasangan tersisa 4 dengan 6 maka adanya kesukaran dan kebaikan tidak
ada dalam kediamannya.
28. Jika bilangan nama pasangan tersisa 4 dengan 7 maka tidak ada kebaikan dan banyak
celaka sepanjang kehidupannya.
29. Jika bilangan nama pasangan tersisa 4 dengan 8 maka kehidupan keduanya sangat baik dan
suka bermufakat atau musyawarah bersama.
30. Jika bilangan nama pasangan tersisa 4 dengan 9 maka tidak ada kebaikan selalu berkelahi
dan saling membantah sehingga banyak kejahatan di kediamannya.
31. Jika bilangan nama pasangan tersisa 5 dengan 5 maka antara keduanya terjadi perkelahian
dalam rumah tangga.
32. Jika bilangan nama pasangan tersisa 5 dengan 6 maka sangat sempurna kehidupannya
maupun kediamannya serta saling menyayangi.
33. Jika bilangan nama pasangan tersisa 5 dengan 7 maka jika sewaktu-waktu berkelahi
perempuannya sangat baik dalam menyikapinya.
34. Jika bilangan nama pasangan tersisa 5 dengan 8 maka sangat sempurna kehidupan.
Kediamannya dan memiliki anak yang baik dalam pencariannya.
35. Jika bilangan nama pasangan tersisa 5 dengan 9 maka kehidupan rumah tangganya baik
dan sederhana namun jika ada berbuat kebaikan maka sangat baik, jika berbuat jahat maka
sangat jahat.
36. Jika bilangan nama pasangan tersisa 6 dengan 6 maka sangat kekal dalam bekerja dan
kerjanya jadi orang penting.
37. Jika bilangan nama pasangan tersisa 6 dengan 7 maka antara keduanya sangat kekal
kehidupannya namun tidak ada kecocokan dalam berbicara.
38. Jika bilangan nama pasangan tersisa 6 dengan 8 maka sangat sempurna kehidupannya
dalam berumah tangga.
39. Jika bilangan nama pasangan tersisa 6 dengan 9 maka saling menyayangi antara keduanya.
40. Jika bilangan nama pasangan tersisa 7 dengan 7 maka saling berseteru antara keduanya.
41. Jika bilangan nama pasangan tersisa 7 dengan 8 maka akan terjadinya perceraian.
42. Jika bilangan nama pasangan tersisa 7 dengan 9 maka tidak ada kebaikan namun kekal
kehidupannya dalam berumah tangga.
43. Jika bilangan nama pasangan tersisa 8 dengan 8 maka sangat memiliki banyak rezeki dan
nikmat kebajikan.
44. Jika bilangan nama pasangan tersisa 8 dengan 9 maka antara keduanya saling bersuka cita.
45. Jika bilangan nama pasangan tersisa 9 dengan 9 maka kekal kediamannya namun sering
berkelahi.
c. Biografi Syekh Ismail Bin Abdul Muthalib
Syekh Ismail ialah seseorang yang dikenal sebagai kompilator dan penyalin. Beliau
merupakan ketua organisasi mahasiswa Melayu pertama di Mesir. Kitab lain yang juga
dikompilasi dan terkenal di dunia Melayu setelah Kitab Tājul Muluk ialah Jam' Jawāmi'
al-Mushannafāt. Syekh Ismail bin Abdul Muthalib diketahui sebagai murid dari Syekh
Ahmad Al-Fathani yang merupakan seorang cendekiawan yang berperan penting di Tanah
melayu. 22

22
Kmamesir, “Syaikh Ismail al-Asyi; Ketua Mahasiswa Melayu Pertama di Mesir”, dalam
https://www.kmamesir.org/2012/03/syaikh-ismail-al-asyi-ketua-mahasiswa.html/ (2022).

79
Jurnal Ilmu Syariah dan Hukum e-ISSN 2830-6805
(JISYAKU) Vol. 2, No. 1, Juni 2023

Syekh Ismail mulai mengkompilasi Kitab Tājul Muluk pada hari Sabtu, 28 Rabiul
Awal 1306 H/1888M di Makkah. Cetakan pertama diterbitkan oleh Mathba’ah al-Miriyah
al-Kainah, Makkah 1311 H/1893 M dengan editor beliau sendiri serta ditelaah kembali oleh
gurunya, Syekh Ahmad Al-Fathani.23
Abdus Shamad Al-Falimbani, menyebutkan silsilah guru-guru dari Syaikh Ismail bin
Abdul Muthalib Al-Asyi yaitu beliau mengambil talqin dan baiat daripada Syeikh
Muhammad Ali. Lalu mengambil daripada Syeikh Muhammad As’ad. Ia mengambil
daripada Syeikh Said dan seterusnya sama dengan silsilah Thariqat Syathariyah versi
Syeih Daud bin Abdullah al-Fathani. Tidak begitu jelas “Syeikh Ali” yang disebutkannya
dalam silsilah itu, apakah berasal dari Aceh atau tempat lainnya. Kemungkinan ialah
“Syeikh Ali” itu seperguruan dengan Syeikh Daud bin Abdullah al-Fathani, karena Syeikh
Daud bin Abdullah al-Fathani juga sama-sama menerima Thariqat Syathariyah daripada
Syeikh Muhammad As'ad. 24
Syekh Ismail bin Abdul Muthalib Al-Asyi memberikan sumbangan besar yakni
mentashihkan Kitab-Kitab karya ulama Aceh. Beliau merupakan orang pertama memberi
catatan beberapa kosakata dari bahasa Aceh ke bahasa Melayu. Kitab-Kitab yang ditashih
oleh beliau dikumpulkan dalam Jam’u Jawāmi’il Mushannafāt. Kitab-Kitab tersebut yakni,
Hidāyatul ‘Awām karya Syeikh Jalaluddin bin Kamaluddin, Farāiḍ Al-Qur’an, Kasyful
Kirām karya Syeikh Muhammad Zain Al-Asyi, Talkhiṣul Falāh karya Syeikh Muhammad
Zain. Syifāul Qulūb karya ‘Arif Billah Syeikh ‘Abdullah Acheh, Mawāiẓul Badi’ah karya
Syeikh ‘Abdur Rauf Fansuri. Dawāul Qulūb karya Syeikh Muhammad bin Syeikh Khathib
Langien, I’lāmul Muttaqi>n karya Syeikh Jamaluddin bin Syeikh ‘Abdullah. Selain karya
yang bercorak tashih, Syekh Ismail juga menghasilkan karya sendiri yakni Muqaddimatul
Mubtadi’i>n (Kitab Akidah), Tuhfatul Ikhwān Fi Tajwi>dil Qur’an (Kitab Tajwid), Fathul
Mannān Fi Bayāni Ma’na Asma Ilaihil Mannān (Kitab Hikmah dan Faḍail), Fathul
Mannan Fi Hadi>ts Afḍal Waladi Adnān (Kitab Hadis).25
Wan Muhammad Sangir Abdullah, pengumpul hasil karya ulama Nusantara,
mengatakan bahwa Syeikh Ismail Abdul Muthalib Asyi, setelah lama belajar dan mengajar
di Mekkah oleh gurunya Syeikh Ahmad Fathani mengirim beliau ke Mesir untuk mengurus
dan membina kader kader muda Islam Nusantara yang lagi belajar di Al Azhar Kairo
bersama Syeikh Muhammad Thahir Jalaluddin, Syeikh Ahmad Thahir Khatib, Syeikh
Abdurrazak bin Muhammad Rais, dan Syeikh Muhammad Nur Fathani. Sesampainya di
sana beliau mendirikan wadah pemersatu pelajar pelajar Nusantara disana dan beliau
diangkat menjadi ketua pertama persatuan pelajar pelajar Melayu di Mesir oleh gurunya
Syeikh Ahmad Fathani.26
Pemikiran Syekh Ismail bin Abdul Muthalib Al-Asyi jika ditinjau melalui tema
bahasan dalam Kitab beliau, tampak jelas bahwa beliau mengikuti aliran Asy’ariah yang
menjelaskan 20 sifat Allah. Adapun dalam mengkaji Fikih dalam Kitab Hidāyatul ‘Awām
beliau menjadikan madzhab Syafi’I sebagai sumber rujukan dan pedomannya. Syekh
Ismail merupakan ulama yang sangat mumpuni di Nusantara terlebih dalam wilayah

23
Ibid.
24
Wan Mohd. Shaghir Abdullah, Ensiklopedia Naskhah Klasik Nusantara (Kuala Lumpur: Khazanah
Fathaniyah, 2015), 219.
25
Kmamesir, “Syaikh Ismail al-Asyi; Ketua Mahasiswa Melayu Pertama di Mesir..,
26
Ibid.

80
Jurnal Ilmu Syariah dan Hukum e-ISSN 2830-6805
(JISYAKU) Vol. 2, No. 1, Juni 2023

Melayu. Namun sangat disayangkan biografi beliau tidak tercatat dan runtun secara
lengkap. Biografi yang dicantumkan hanya sebatas informasi umum. Syeikh Ismail Asyi
meninggal dunia di Mesir dan sedangkan keturunannya ramai menetap di Makkah. 27
Sedangkan Syekh Abbas (Penulis Asli) memiliki nama lengkap Syekh Abbas bin
Muhammad Al-Asyi yang bermazhab fiqh Syafi’i dan tarekat Khalwatiyah. Berdasarkan
sumber dari Tuanku Abdul Jalil seorang sekretaris pusat dokumentasi dan informasi Aceh
menyebutkan, Syekh Abbas memiliki gelar Teungku Chik Kutarang. Beliau merupakan
seorang hakim (qadhi) pada tahun 1857-1876 M. Melihat dari penyusunan karyanya yakni
Sirāj az-Zalām (1266H/1849M) dan Qunū liman Ta'aththuf masih dalam bentuk
manuskrip (1259H/1843M). Beliau diperkirakan hidup setelah dua ulama besar Aceh
Syekh Muhammad bin Khathīb Langien (penulis Dawā al-Qulub, 1237H/ 1821) dan
Sheikh Muhammad bin Sheikh Abdullah Ba'īd (penulis The Law of Loot, H/1820M.28
2. Relevansi Hukum Islam dan Adat Mengenai Konsep Perhitungan Nama Calon Suami
Istri
a. Relevansi Hukum Islam
Syariat Islam diturunkan untuk tujuan kemaslahatan manusia baik dunia maupun
akhirat. Kemaslahatan sendiri memiliki 5 unsur dasar yaitu Al-Di>n (agama), Al-Aql (akal),
An-Nafs (jiwa), Al-‘Ard (keturunan dan kehormatan, dan Al-Māl (harta).29 Berkaitan
dengan Maṣlaḥah Mursalah maka perhitungan nama ini termasuk dalam memelihara
agama yakni mewujudkan tujuan pernikahan yang sakinah mawaddah wa rahmah.
Menikah merupakan proses penyatuan dua pasangan yang berbeda dari segala persepsi,
kedudukan dan latar belakang. Mengingat pentingnya mewujudkan cita-cita agama dalam
pernikahan, maka perhitungan nama ini merupakan salah satu upaya untuk mencapai cia-
cita tersebut.30
Meninjau penerapan hukum Maṣlaḥah dalam proses perhitungan nama calon suami
istri ini, tentu saja terdapat pro serta kontra di dalamnya. Namun jika melihat
kemaslahatannya maka terdapat hal-hal yang berkaitan yaitu, perhitungan nama sendiri
ditekankan tidak bertentangan dengan ketetapan syariat bahkan bukan juga bagian dari
syirik menyekutukan Allah. Karena perhitungan nama jodoh ini hanyalah upaya ikhtiar
menemukan jodoh yang cocok berdasarkan tanda-tanda dari orang terdahulu. Pada
dasarnya jodoh merupakan ketetapan Allah yang Maha menegetahui dan mentakdirkan
segala sesuatu. 31
Begitupun ditinjau dari segi kualitas dan kepentingan kemaslahatan, perhitungan
nama calon suami istri dalam pernikahan ini termasuk dalam maṣlahah tahsiniyah,
kebutuhan tersebut perlu dipenuhi dalam rangka memberi kesempurnaan dan keindahan
bagi hidup manusia. Maṣlahah tahsiniyah adalah maṣlahah yang kebutuhan hidup manusia

27
Ibid.
28
Wardani, Astrologi Dan Pengobatan Melayu: Telaah Atas Kitab Tāj al-Mulk, (Banjarmasin: Al-Banjari,
Vol.9 No.1, 2010), 93.
29
Dwi Hariati Laili, dkk, “Pandangan Ustadz Tentang Penyelenggaraan Walī matul ‘Urs Pada Masa Covid-
19 Di Kota Palangka Raya,” Jurnal Ilmu Syariah Dan Hukum (JISYAKU) 1, no. 1 (2022): 13–26,
https://doi.org/https://doi.org/10.23971/jisyaku.v1i1.4018., 23.
30
Misran, “Al-Mashlahah Mursalah (Suatu Metodologi Alternatif dalam Menyelesaikan Persoalan Hukum
Kontemporer)”, e-Journal UIN Ar-Raniry, (April 2020), 5.
31
B, Wawancara 2023.

81
Jurnal Ilmu Syariah dan Hukum e-ISSN 2830-6805
(JISYAKU) Vol. 2, No. 1, Juni 2023

kepadanya tidak sampai tingkat daruriyah, juga tidak sampai tingkat hajiyyah. Bisa juga
segala sesuatu yamg dapat memperindah keadaan manusia, dapat menjadi sesuatu yang
sesuai dengan tuntutan harga diri dan kemuliaan akhlak. Bisa juga kebutuhan yang
menunjang peningkatan martabat sesorang dalam masyarakat di hadapan Tuhan-Nya
sesuai dengan kepatuhan. Kebutuhan tahsiniyyah adalah tindakan atau sifat-sifat yang pada
prinsipnya berhubungan dengan al-Makarim al-Akhlaq, serta pemeliharaan tindakan
tindakan utama dalam bidang ibadah, adat, dan mu’amalah. Artinya, seandainya aspek ini
tidak terwujud, maka kehidupan manusia tidak akan terancam kekacauan, seperti kalau
tidak terwujud aspek dharuriyyah dan juga tidak akan membawa kesusahan seperti tidak
terpenuhinya aspek hajiyyah. 32
Begitu pula tidak jauh berbeda relasi perhitungan nama ditinjau dari Maqāṣid asy-
syarī‘ah bersifat kebutuhan tersier atau Tahsiniyyah yaitu sesuatu yang sebaiknya ada
untuk memperindah kehidupanTujuan Tahsiniyyah ini secara mendasar tidak
menimbulkan hukum wajib pada perbuatan yang disuruh dan tidak menimbulkan hukum
haram pada hal yang dilarang sebagaiman yang berlaku pada dua tingkat lainnya.
Begitu pula tidak jauh berbeda relasi perhitungan nama ditinjau dari Maqāṣid asy-
syarī‘ah bersifat kebutuhan tersier atau Tahsiniyyah yaitu sesuatu yang sebaiknya ada
untuk memperindah kehidupanTujuan Tahsiniyyah ini secara mendasar tidak
menimbulkan hukum wajib pada perbuatan yang disuruh dan tidak menimbulkan hukum
haram pada hal yang dilarang sebagaiman yang berlaku pada dua tingkat lainnya.
Menurut Wahbah Az-Zuhaili ‘Urf adalah sesuatu baik itu perkataan atau perbuatan yang
dilakukan berulang-ulang oleh manusia dan sudah dikenal luas seperti jual beli tanpa sighat
didalamnya tetapi sudah biasa dan dimengerti bahwa hal tersebut merupakan jual beli.
Sedangkan ‘Adah adalah sesuatu yang dilakukan berulang kali secara spontan tanpa harus
difikirkan atau direncanakan terlebih dahulu, seperti gerakan menutup dengan
menggerakkan jari.33 Babilangan atau perhitungan nama calon suami istri merupakan
tradisi atau kegiatan yang biasa dilakukan menjelang pernikahan dengan harapan dapat
memprediksi kecocokan keduanya guna melakukan pernikahan melalui perhitungan yang
dimaksud, jika diselaraskan dengan definisi ‘Urf dan ‘Adah maka perhitungan nama atau
Babilangan lebih sesuai dengan ‘Urf karena tidak dilakukan secara spontan dan harus
direncanakan.
Menurut peneliti, jika dilihat dari segi materinya tradisi perhitungan nama merupakan
praktik pra-khitbah yang dilakukan oleh calon pengantin dengan meminta bantuan tatuha
kampung, yakni menghitungkan jumlah bilangan nama sesuai dengan kaidah abjadiyyah
yang tercantum dalam salah satu Kitab yaitu Tājul Muluk. Maka, tradisi ini terdapat praktik,
perbuatan saling mendengarkan dan proses adanya interaksi, sehingga Babilangan atau
perhitungan nama dapat dikategorikan sebagai ‘Urf Fi’li/Amali.
Suatu tradisi jika dikaitkan dengan agama tentu saja harus dipastikan bahwa tradisi
tersebut mendapat legalisasi syariah yang mana adat tersebut diyakini hanya sebagai
budaya leluhur. Artinya, melestarikan tradisi dengan iktikad baik, tidak bertentangan

32
Mukhlis Jamil, Kemaslahatan dan Pembaharuan Hukum Islam, (Semarang: Walisongo Press, 2008), 32.
33
Ibid.
82
Jurnal Ilmu Syariah dan Hukum e-ISSN 2830-6805
(JISYAKU) Vol. 2, No. 1, Juni 2023

dengan hukum Islam dan hanya meyakini sebagai suatu ikhtiar. Sehingga tidak merusak
akidah umat muslim maka diperbolehkan hukumnya. Hal ini peneliti berpijak pada kaidah:
َ ‫اْلبَا َحةُ َحت َى يَدُ ُّل الد َّ ِل اي ُل‬
‫علَى التَّحا ِري ِام‬ ِ ‫اء ا‬
ِ َ‫ص ُل فِى ااْلَ اشي‬
‫ا َ اْلَ ا‬
“Asal dari segala sesuatu adalah boleh, kecuali ada dalil yang menunjukkan
keharamannya.”34
Perspektif hukum Islam, perhitungan nama dalam menentukan calon suami istri
dikategorikan sebagai ‘Urf (adat kebiasaan) yang lahir dan berkembang di masyarakat,
dihayati secara langsung oleh masyarakat setiap harinya. Dengan demikian, perhitungan
nama dalam menentukan calon suami istri menurut kesepakatan ulama dihukumi sebagai
perbuatan mubah (boleh dilakukan). Sepanjang niatnya benar dan menghargai warisan
tradisi nenek moyang untuk melestarikan sistem perhitungan nama. Kemudian tidak
memasukkan unsur mistik dan menyekutukan Allah.
Perhitungan nama dalam menentukan calon suami istri dapat diklasifikasikan sebagai
bagian dari kaidah Al-‘Ādah Muhakkamah yang berarti:
‫ال َعادَة ُ ُم َح َّك َمة‬
“Adat bisa dijadikan hukum”
Adat dalam kaidah ini mencakup 'urf qauliy (adat dalam bentuk ungkapan) dan
‘amali (adat dalam bentuk peraktek) yang bermakna bahwa syara’ menghukumi kebiasaan
manusia didalam pembentukan hukum baik bersifat umum maupun khusus. Hal ini bisa
juga menjadi dalil atas hukum selama nash tidak dijumpai. Dengan demikian menurut
pandangan peneliti proses pelaksanaan tradisi Babilangan nama calon suami istri dapat
dikategorikan terhadap ‘Urf Shahih dan kaidah Adat Khas karena melestarikan kebiasaan
guna menjaga adat istiadat tersebut serta adat ini berlaku di daerah tertentu, akan tetapi
kebiasaan tentang kepercayaan sebagian masyarakat terhadap hal gaib yang menyekutukan
Allah tergolong dalam ‘Urf Fasid.
b. Relevansi Hukum Adat Pernikahan Banjar
Kepercayaan masyarakat Banjar perihal Babilangan dipercaya mengakar pada
percampuran budaya melayu Banjar dengan Islam. Sejak masuknya Islam pada abad ke-
14, melalui kontrak politik Pangeran Suriansyah dengan Kerajaan Demak di Jawa, pada
masa itu agama Islam mengalami perkembangan yang cukup pesat. Islamisasi secara masal
terjadi setelah raja Banjar pertama Sultan Suriansyah memeluk agama Islam yang ditiru
kerabatnya, dan para raja. perilaku raja ini pun dikuti oleh rakyat-rakyatnya. Maka dalam
waktu yang relatif singkat, Islam jadi jati diri masyarakat Banjar dan menjadi ciri khas
pokok masyarakatnya.35
Dilihat dari pelaksanaan oleh masyarakat Banjar sangat dominan melakukannya
dengan cara adat salah satunya posesi perhitungan nama calon suami istri yang dilakukan
menjelang pernikahan. Meskipun di waktu yang sama mereka juga mengutamakan agama,
akan tetapi lebih banyak yang mengandung unsur adat. Hal itu dapat terjadi karena
masyarakat sangat menjunjung tinggi nilai adat dan kebudayaan, bahkan adat/kebudayaan
yang sudah ada sejak dari nenek moyang akan selalu dijaga keutuhannya sampai anak cucu
bahkan sampai akhir hayat. Adat yang dimaksud adalah adat yang tidak bertentangan

34
Nashr Farid M.W., Abdul Aziz M.A., Qawaid Fiqhiyyah (Jakarta: Amzah, 2009), 5.
35
Muhammad Barjie B., Refleksi di Banua Banjar: Kumpulan Tulisan mengenai Kesultanan Banjar, Sejarah
Agama dan Sosial Budaya (Banjarmasin: Pustaka Agung Kesultanan Banjar, 2012), 7.
83
Jurnal Ilmu Syariah dan Hukum e-ISSN 2830-6805
(JISYAKU) Vol. 2, No. 1, Juni 2023

dengan Hukum Islam dan yang lebih banyak mendatangkan kemashlahatan untuk
masyarakat.
Menjaga dan melestarikan budaya lokal dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh anggota masyarakat untuk mendukung dan
melestarikan budaya adalah dengan mau belajar tentang budaya tersebut, baik sekedar
mengenalnya maupun mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, mereka
dapat berpartisipasi dalam kegiatan yang berkaitan dengan pelestarian budaya setiap kali
diadakan. Misalnya, ada tradisi Babilangan di kalangan masyarakat Banjar di Desa Sungai
Salai. Berkat diadakannya kegiatan adat pernikahan tersebut masyarakat dapat ikut
melestarikan tradisi ini.
3. Hubungan Keluarga Sakinah dengan Perhitungan Nama Calon Suami Istri
Keluarga sakinah merupakan impian yang ingin diwujudkan bagi manusia, baik
yang akan membangun rumah tangga maupun yang sedang membangun rumah tangga.
Ikatan perkawinan tidak hanya bertujuan untuk memberikan pemenuhan materi dan
biologis. Pemenuhan kebutuhan material, seperti sandang pangan, dan sebagainya
hanyalah sarana untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi, yaitu kebutuhan spiritual,
cinta, kasih sayang, dan berkah dari Allah. Dengan demikian, pelayanan material akan
diikuti dengan hubungan batin, yaitu cinta dan kasih sayang sesama pasangan. 36
Dalam mewujudkan keluarga sakinah, setiap orang memiliki penilaian dan kriteria
tersendiri yang sesuai dengan kondisi sosial-keagamaan dan budaya daerah masing-masing
agar tercipta keluarga yang tenteram, harmonis, dan sejahtera. Salah satu konsep tersebut
tercermin dalam pernikahan adat. Secara mendalam, tradisi dan ritual menjadi sesuatu yang
berhubungan dengan simbol-simbol yang berada di hadapan manusia sekaligus dilakukan
secara sadar dan turun-temurun, khususnya di tanah Kalimantan Selatan seperti tradisi
Babilangan Perhitungan nama calon suami istri.
Perhitungan nama dalam konsep keluarga sakinah dapat disimpulkan bahwa orang-
orang terdahulu mengajarkan tentang pernikahan merupakan sesuatu yang sakral. Secara
psikologis pernikahan mempertemukan dua karakter yang berbeda untuk bekerja sama,
saling mencintai dan memahami hingga maut memisahkan. 37
Menciptakan keluarga sakinah bagi orang Banjar memerlukan pertimbangan
keyakinan dan kemantapan secara matang dalam memilih pasangan. Maka dari itu sebagian
besar orang Banjar masih menggunakan sistem perhitungan nama dalam menentukan calon
suami istri. Kehati-hatian, kewaspadaan, pertimbangan penuh perencanaan sangat penting
saat menentukan jodoh dan saat mempersiapkan pernikahan. Terlebih pernikahan
merupakan bagian dari prinsip Islam untuk mencapai tujuan akhir, yaitu rumah tangga yang
sakinah. Lebih jauh lagi, pernikahan adalah awal dari umur panjang antara suami istri
sekaligus persiapan menghadapi cobaan cobaan yang sangat kompleks. Dengan demikian,
diperlukan sikap hati-hati, terencana serta pertimbangan secara bijaksana.

36
Syarif Hidayat, “Konsep Keluarga Sakinahdalam Tradisi Begalan, Al-Ahwal: Jurnal UIN Sunan Kalijaga,
Vol: 7 No.1 (2014), 86.
37
Safrudin Aziz, “Tradisi Pernikahan Adat Jawa Keraton Membentuk Keluarga Sakinah”, IBDA': Jurnal
Kajian Islam dan Budaya, Vol. 15 No. 1 (2017), 29.
84
Jurnal Ilmu Syariah dan Hukum e-ISSN 2830-6805
(JISYAKU) Vol. 2, No. 1, Juni 2023

D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian tentang Konsep Perhitungan Nama
Calon Suami Istri dalam Kitab Tājul Muluk Karya Ismail Bin Abdul Muthalib maka dapat
diambil kesimpulan yaitu, pertama, cara kerja perhitungan nama ini yaitu menghitung aksara
nama sesuai huruf hijaiyah dan dikonversikan sebagai jumlah angka kemudian dicocokkan
dengan konsep makna yang tertera dalam Kitab Tājul Muluk. Salah satu substansi dasar Kitab
ini ialah membicarakan perangai yang akan terjadi kepada pasangan suami istri berdasarkan
perhitungan nama pasangan untuk memperoleh kebahagiaan dan keberkahan sepanjang hidup
dalam ikatan pernikahan. Kedua, Relevansi hukum Islam dalam proses perhitungan nama
calon suami istri yang berlandaskan Kitab Tājul Muluk, jika dilihat dari sisi kemaslahatannya
maka terdapat hal-hal yang berkaitan yaitu, Berdasarkan perhitungan nama calon suami istri
ditekankan tidak bertentangan dengan ketetapan syariat bahkan bukan bagian dari syirik yang
menyekutukan Allah. Karena perhitungan nama jodoh ini hanyalah upaya ikhtiar menemukan
jodoh yang cocok berdasarkan tanda-tanda dari orang terdahulu. Selanjutnya berdasarkan
Maqāṣid asy-syarī‘ah yakni kemaslahatan yang sangat besar, dapat dipahami sebagai
landasan mana yang sesat dan mana yang petunjuk kebenaran. Bagi orang yang menjadikan
Al-Qur`an sebagai petunjuk. Ini merupakan kemaslahatan yang agung (mashlahah ‘azhimah).
Kemudian proses pelaksanaan tradisi Babilangan nama calon suami istri dapat dikategorikan
terhadap ‘Urf Shahih dan kaidah Adat Khas karena melestarikan kebiasaan guna menjaga adat
istiadat tersebut serta adat ini berlaku di daerah tertentu, akan tetapi kebiasaan tentang
kepercayaan sebagian masyarakat terhadap hal gaib yang menyekutukan Allah tergolong
dalam ‘Urf Fasid. Ketiga, hubungan terwujudnya keluarga sakinah bagi orang Banjar
memerlukan pertimbangan dan kemantapan dalam memilih pasangan. Maka dari itu sebagian
besar orang Banjar masih menggunakan sistem perhitungan nama menurut Kitab Tājul Muluk
dalam menentukan calon suami istri. Kehati-hatian, kewaspadaan, pertimbangan penuh
perencanaan sangat penting saat menentukan jodoh dan saat mempersiapkan pernikahan.
Terlebih pernikahan merupakan bagian dari prinsip Islam untuk mencapai tujuan akhir, yaitu
rumah tangga yang sakinah.

DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Syekh. Tāj al-Mulk bi Anwā` al-Durar wa al-Jawāhir al-Manzūmāt. Singapura,
Jeddah, Indonesia: al-Haramayn, t.th.
Abdullah, Wan Mohd. Shaghir. Ensiklopedia Naskhah Klasik Nusantara. Kuala Lumpur:
Khazanah Fathaniyah, 2015.
Abubakar, Fauzi. “Interaksi Islam dengan Budaya Lokal dalam Tradisi Khanduri Maulod pada
Masyarakat Aceh”, Akademika: Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 21, No. 1. 2017.
Arina, Rozana Zulfa. “Babilangan Dalam Penentu Jodoh Pada Masyarakat Banjar (Relasi
Hukum Adat dan Hukum Agama)”. Disertasi-UIN Antasari, Banjarmasin, 2021.
Asyi (al), Abbas. al-Zhalam fi Ma’rifat al-Sa’di wa al-Nahas fi al-Syuhur wa al-Ayyam.
Jeddah: alharamain, t.th.
B, Muhammad Barjie. Refleksi di Banua Banjar: Kumpulan Tulisan mengenai Kesultanan
Banjar, Sejarah Agama dan Sosial Budaya. Banjarmasin: Pustaka Agung Kesultanan
Banjar, 2012.
Dwi Hariati Laili, dkk. “Pandangan Ustadz Tentang Penyelenggaraan Walī matul ‘Urs Pada
Masa Covid-19 Di Kota Palangka Raya.” Jurnal Ilmu Syariah Dan Hukum (JISYAKU) 1,
no. 1 (2022): 13–26. https://doi.org/https://doi.org/10.23971/jisyaku.v1i1.4018.
85
Jurnal Ilmu Syariah dan Hukum e-ISSN 2830-6805
(JISYAKU) Vol. 2, No. 1, Juni 2023

Erawadi. “Akar Tradisi Integrasi Pengetahuan dalam Naskah Klasik Islam Nusantara”,
AICIS XII, t.th.
Hidayat, Riyan, “Perhitungan Nama Calon Pasangan Pengantin Menurut Kaidah Abjadiyyah
Hisab Jumal Kabir (Studi Pandangan KH. Irfan Zidny Wahab)”, Sakina, Vol. 2, No.
2. 2018.
Hidayat, Syarif. “Konsep Keluarga Sakinah dalam Tradisi Begalan”, Al-Ahwal: Jurnal UIN
Sunan Kalijaga, Vol. 7, No.1. 2014. Aziz, Safrudin. “Tradisi Pernikahan Adat Jawa
Keraton Membentuk Keluarga Sakinah”, IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya,
Vol. 15 No. 1. 2017.
Jamil, Mukhlis. Kemaslahatan dan Pembaharuan Hukum Islam. Semarang: Walisongo Press,
2008.
Kmamesir. “Syaikh Ismail al-Asyi; Ketua Mahasiswa Melayu Pertama di Mesir”, dalam
https://www.kmamesir.org/2012/03/syaikh-ismail-al-asyi-ketua-mahasiswa.html/.
2012.
M.W., Nashr Farid dan Abdul Aziz M.A., Qawaid Fiqhiyyah. Jakarta: Amzah, 2009.
Marpaung, Watni. Pengantar Ilmu Falak. Jakarta: Prenadamedia Group, 2015.
Misnayanti. “Akulturasi Budaya Lokal dan Budaya Islam dalam Adat Pernikahan Masyarakat
Desa Kaladi Kecamatan Suli Barat Kabupaten Luwu”. Skripsi--UIN Alauddin
Makassar, Makassar, 2016.
Misran, “Al-Mashlahah Mursalah (Suatu Metodologi Alternatif dalam Menyelesaikan
Persoalan Hukum Kontemporer)”, e-Journal UIN Ar-Raniry, April 2020.
Muthalib, Ismail bin Abdul. Tājul Muluk, Jeddah: Alharamain, t.th.
Primadhany, Erry Fitrya, Novita Mayasari Angelia, Novita Angraeni, and Baihaki. “Maḥāsin
Al-Syarī‘ah on the Implementation of Mahḍah Worship: Overview of Islamic Legal
Philosophy.” Samarah 6, no. 2 (2022): 634–54. https://doi.org/10.22373/sjhk.v6i2.12394.
Putra, Imas Bagus. “Makna Keluarga Sakinah Perspektif Para Suami Keluarga TKI di Desa
Ngrupit Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo”. Tesis--IAIN Ponorogo,
Ponorogo, 2018.
Ridwan. Tubuh dan Makna dalam Naskah Tajal Muluk Karangan Syekh Isma’il bin Abdul
Mutthalib Al-Asyi (Kajian Semiotik). Pekanbaru: Jurnal Akrab Juara, Vol.6 No.3,
2021.
Samud dan Wing Redy Prayuda. “Keluarga Sakinah, Mawaddah Perspektif Hukum Islam”,
Inklusif: Jurnal Pengkajian Penelitian Ekonomi Dan Hukum Islam, Vol. 6, No.2.
Desember 2021.
Utsman, Sabian. Metodologi Penelitian Hukum Progresif. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2014.
Wardani. “Astrologi Dan Pengobatan Melayu: Telaah Atas Kitab Tāj al-Mulk”, Al-Banjari,
Vol. 9 No.1. 2010.
Yusoh, Muhammad Husni. “Implementasi Pendidikan Islam Perspektif Syeikh Wan Ahmad
bin Wan Muhammad Zain Al-Fathani di Patani”. Skripsi--IAIN Purwokerto,
Purwokerto, 2018.

86

You might also like