Foixxxxxxxxxxxxxxx'

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 41

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIET

RENDAH GARAM PADA PENDERITA HIPERTENSI


DI KAMPUNG PULODAMAR TAHUN 2023

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar

Sarjana Keperawatan

Oleh:

MUHAMAD FATHIN AMIN PRATAMA

020319626

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PENDIDIKAN


PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MEDIKA SUHERMAN
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan suatu kondisi medis berupa peningkatan tekanan


darah melebihi batas normal. Seseorang yang hipertensi memiliki tekanan
darah sisolik ≥ 140 mmHg atau diastolik ≥ 90 mmHg (Ansar & Dwinata, 2019)
Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang berakibat terhadap
peningkatan angka kesakitan dan kematian serta beban biaya kesehatan
termasuk di Indonesia. Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah
seseorang berada di atas 140/90 mmHg. Hipertensi merupakan faktor risiko
terjadinya kerusakan organ penting seperti otak, jantung, ginjal, retina,
pembuluh darah besar (aorta) dan pembuluh darah perifer
(Purnama Sari et al., 2021)

Berdasarkan data WHO tahun 2021, diperkirakan terdapat 1,28 miliar


orang dewasa di seluruh dunia menderita hipertensi. Sebagian besar kasus
berasal dari negara-negara dengan ekonomi menengah ke bawah. Sedangkan di
Asia Tenggara, angka kejadian hipertensi pada tahun 2020 adalah 39,9%.
Di Provinsi jawa barat, berdasarkan data riskesdas tahun 2013, prevelensi
hipertensi yang diambil lewat pengukuran pada usia ≥18 tahun merupakan
provinsi ke 4 dengan pengidap hipertensi sebanyak (29,4%) setelah bangka
belitung (30,9%), kalimantan selatan (30,8%), dan kalimantan timur (29,6%)
Riskesdas (2013). Sedangkan di tahun 2018, jawa barat menduduki urutan ke-2
sebagai provinsi dengan kasus Hipertensi tertinggi di indonesia yaitu sebesar
39,6% setelah Kalimantan Selatan yaitu sebesar 44,1% (Riskesdas, 2018).
Prevelensi Berdasarkan yang di dapat dari hasil pengukuran di Penduduk Umur
≥18 tahun menurut kabupaten/kota di provinsi Jawa Barat, data Riskesdas
tahun 2018 yaitu 32,8% (Riskesdas, 2018).
Hipertensi merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya penyakit berat
seperti serangan jantung, gagal ginjal dan stroke. Apalagi dimasa sekarang,
pola makan masyarakat yang sangat menyukai makanan berlemak dan yang
berasa asin serta makanan cepat saji yang memicu timbulnya kolesterol tinggi.
Kolesterol tinggi juga sebagai penyebab utama penyakit hipertensi (Susilo dan
Wulandari, 2019). Resiko terjadinya hipertensi pada penderita
hiperkolesterolemia akibat terbentuknya akumulasi plak atherosklerosis pada
pembuluh darah. Hal ini karena, mempunyai komposisi kolesterol, substansi
lemak yang lain, jaringan fibrosa dan kalsium
(Rahajeng & Tuminah Pusat Penelitian Biomedis

Dukungan dari keluarga dan para sahabat atau teman terdekat sangat
diperlukan dalam penanganan hipertensi. Dukungan dari keluarga merupakan
hal yang sangat berpengaruh positif menyelesaikan masalah. Dukungan
keluarga akan sangat membantu dalam meningkatkan pengetahuan atau
kepatuhan tentang hipertensi dan memberikan dukungan dan motivasi
(Zahidah, 2021) . Pasien yang memiliki dukungan dari keluarga akan
menunjukan perbaikan dalam perawatan dari pada yang tidak mendapatkan
dukungan dari keluarga. Adanya dukungan keluarga sangat membantu dapat
berupa informasi mengenai penyakit atau mengingatkan terhadap kepatuhan
diet rendah garam.
Bentuk dukungan emosinal keluarga yang diberikan dapat berupa
dorongan, semangat, pemberian nasehat, kepercayaan dan perhatian. Bentuk
dukungan tersebut membuat seseorang memiliki perasaan nyaman, yakin,
dipedulikan dan dicintai oleh keluarga sehingga seseorang dapat menghadapi
masalah dan melaksanakan kepatuhan diet hipertensi dengan baik
(Nurman, 2021)
. Keluarga memiliki peranan penting dalam proses pengawasan,
pemeliharaan dan pencegahan terjadinya komplikasi hipertensi di rumah.
Selain itu, keluarga juga dapat memberikan dukungan dan membuat keputusan
mengenai perawatan yang dilakukan oleh penderita hipertensi
(Sundari et al., 2015).

Dukungan keluarga berkontribusi sebesar 61,8% dan mempunyai


hubungan sangat kuat dengan kepatuhan, semakin tinggi dukungan keluarga
maka semakin tinggi kepatuhan (Sartik et al., 2017)
Berdasarkan dari hasil wawancara diperoleh bahwa kebanyakan responden
tidak melakukan olahraga secara teratur, diperoleh kebiasaan masyarakat yang
cenderung mengkonsumsi makanan yang asin secara berlebihan terlihat
sehingga bisa membuat salah satu penyebab terjadinya darah tinggi pada
responden.
Hasil survei kasus Hipertensi di Puskesmas Tambelang Kabupaten Bekasi.
Diperoleh data bahwa yang datang ke puskesmas Tambelang pada tahun 2022
penderita hipertensi dengan jumlah pendudukuk berusia >18 tahun di dapatkan
sebanyak 60 orang menderita hipertensi dari 345 orang penduduk yang tinggal
di desa sukamantri.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di kp
Pulodamar Kecamatan Tambelang Desa Sukamantri Kabupaten Bekasi tahun
2023 berdasarkan dari hasil wawancara dari 10 orang masyarakat yang
menderita hipertensi menyatakan bahwa responden belum mngenal tentang
kepatuhan diet rendah garam. hal ini di sebabkan karena kurangnya
pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat tersebut.
Data diatas memberikan gambaran bahwa hipertensi perlu mendapatkan
perhatian serta penanganan yang baik, khususnya dalam pengecekan tekanan
darah. Agar dapat mendapatkan gambaran yang lebih tepat mengenai
perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi, maka diperlukan penelitian
lebih lanjut. Maka oleh dari itu, penulis tertarik untuk melakukan suatu peneliti
dengan judul yang di ambil: “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan
Kepatuhan Diet Rendah Garam Pada Penderita Hipertensu Dikampung
Pulodamar Desa Sukamantri Kecamatan Tambelang Kabupaten Bekasi Tahun
2023”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti


Dikampung Pulodamar Desa Sukamantri Kecamatan Tambelang Kabupaten
Bekasi Tahun 2023, Berdasarkan dari hasil wawancara dari 10 orang
masyarakat yang menderita hipertensi menyatakan bahwa responden belum
mengenal tentang kepatuhan diet rendah garam. hal ini di sebabkan karena
kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat tersebut.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Dukungan
Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Rendah Garam Pada Penderita
Hipertensi Dikampung Pulodamar Desa Sukamantri Kecamatan
Tambelang Kabupaten Bekasi Tahun 2023.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik penderita hipertensi
b. Mengidentifikasi dukungan keluarga pada penderita hipertensi
c. Mengidentifikasi kepatuhan diet rendah garam pada penderita
hipertensi
d. Menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet
rendah garam penderita hipertensi

D. Manfaat Peneliti
1. Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman serta
penerapan ilmu yang sudah didapatkan di bangku perkuliahan dalam
melakukan penelitian tentang hubungan dukungan keluarga dengan
kepatuhan diet rendah garam pada penderita hipertensi.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu referensi dan acuan
bagi mahasiswa kesehatan Universitas Medika Suherman (UMS) sebagai
bahan bantuan kajian dan pengembangan ilmu pengetahuan dibidang
keperawatan terutama hal-hal yang mengenai hubungan dukungan
keluarga dengan kepatuhan diet rendah garam pada penderita hipertensi.
3. Bagi Penderita
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dan
masukan yang bermanfaat untuk melakukan kepatuhan diet rendah garam
hipertensi yang lebih baik

4. Bagi Keluarga

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dan


masukan yang bermanfaat untuk melakukan kepatuhan diet rendah garam
hipertensi yang lebih baik
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Hipertensi
1. Definisi Hipertensi

Hipertensi merupakan suatu peningkatan tekanan darah di dalam


Arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu kondisi tanpa gejala,
dimana tekanan abnormal tinggi didalam arteri disebabkan meningkatnya
resiko terhadap stroke, aneurisma, serangan jantung, gagal jantung dan
kerusakann ginjal. Menurut (Setiawan, n.d.) hipertensi merupakan suatu
kondisi dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas
normal yang menyebabkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas)
dengan angka kematian (mortalitas). Tekanan darah 140/90 mmHg
didasarka dalam dua fase pada setiap denyut jantung adalah fase
sistolik140 menunjukan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung
dan fase diastolik 90 menunjukan fase darah yang kembali ke jantung

2. Etiologi Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat dibagi menjadi dua yaitu :

a. Hipertensi Essensial atau Hipertensi Primer

Etiologi yang pasti dari hipertensi esensial belum diketahui.


Namun sejumlah interaksi beberapa energi homeostatik saling terkait.
Detek awal diperkiraan pada mekanisme pengaturan cairan tubuh dan
tekanan oleh ginjal. Faktor hereditas berperan penting bilamana ketidak
mampuan genetik dalam pengelola kadar natrium normal. Kelebihan
intake natrium dalam diet dapat meningkatkan volume cairan dan curah
jantung. Pembuluh darah memberikan reaksi atas peningkatan aliran
darah melalui kontriksi atau peningkatan tahanan perifer. Tekanan
darah tinggi adalah hasil awal dari peningkatan curah jantung yang
kemudian dipertahankan pada tingkat yang lebih sebagai suatu timbal
balik peningkatan tahanan perifer (Saing Sari, 2015)

b. Hipertensi Sekunder

Etiologi hipertensi sekunder pada umumnya diketahui, berikut ini


beberapa kondisi yang menjadi penyebab terjadinya hipertensi :

1) Penggunaan Kontrasepsi Hormonal (Estrogen)


Oral kontrasepsi yang berisi estrogen dapat menyebabkan hipertensi
melalui mekanisme renin –aldosteron – mediated volume
expansion.Dengan penghetian oral kontrasepsi, tekanan darah
normal kembali setelah beberapa bulan.
2) Penyakit Parenkim dan Naskuler Ginjal
Merupakan penyebab utama hipertensi sekunder. Hipertensi
renovaskular berhubungan dengan penyempitan salah satu atau ebih
arteri besar yang secara langsung membawa darah ke ginjal.
Sekitar 90 % lesi arteri renal pada klien dengan hipertensi
disebabkan oleh aterosklerosis atau fibrous displasia (pertumbuhan
abnormal jaringan fibrous). Penyakit parenkim ginjal terkait
dengan infeksi, imflamasi, dan perubahan struktur, serta fungsi
ginjal.
3) Gangguan Endokrin
Disfungsi medula adrenal atau korteks adrenal dapatn menyebabkan
hipertensi sekunder. Adrenal – mediated hypertension disebabkan
kelebihan primer aldosteron, kortisol, dan ketekolamin. Pada
aldosteronisme primer, kelebihan aldosteron menyebabkan
hipertensi dan hipokalemia. Aldosteronisme primer biasanya timbu
dari benign adenoma kortekes adrenal. Pheochromocytomas pada
medula adrenal yang paling umum dan meningkatkan sekresi
ketekolamin yang berlebihan. Pada sindrom cushing, kelebihan
glukokortikoid yang disekresi dari korteks adrenal. Sindrom
cushing’s mungkin disebabkan oleh hiperplasia adrenokortikal atau
adenoma adrenokortikal. (Wajan : 2010 dalam Irmayanti, 2014)
3. Faktor-faktor resiko hipertensi

Faktor-faktor resiko pada hipertensi yang dapat dikontrol dan


tidak dapat dikontrol menurut yaitu :

a. Faktor resiko yang dapat dikontrol pada hipertensi merupakan faktor


penyebab hypertension yang dapat dikontrol secara umumnya berkaitan
dengan pola makan dan gaya hidup. Faktor-faktor tersebut adalah:
1) Kegemukan (obesitas)
Kegemukan (Obesitas) adalah salah satu dari faktor resiko
hipertensi. Seseorang yang mempunyai berat badan berlebihan atau
mengalami obesitas akan membutuhkan lebih banyak darah untuk
menyuplai oksigen dan makanan ke jaringan tubuhnya
sehingga volume darah yang beredar melalui pembuluh darah
dapat meningkat dan curah jantung ikut meningkat sehingga
tekanan darah ikut meningkat, Selain kelebihan berat badan juga
meningkatkan kadar insulin dalam darah.Meningkatnya insulin
dapat menyebabkan retensi natrium pada ginjal sehingga tekanan
darah ikut naik
2) Kurang Olahraga
Seseorang yang kurang aktif melakukan olahraga secara
umum, cenderung mengalami kegemukan/obesitas dan
meningkatkan tekanan darah, dengan olahraga dapat meningkatkan
kerja jantung, sehingga darah bisa dipompa dengan baik keseluruh
tubuh.
3) Konsumsi garam berlebihan
Garam adalah hal penting dalam salah satu mekanisme
terjadinya hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap
hipertensi yaitu melalui meningkatnya volume plasma atau cairan
tubuh dan tekanan darah. Keadaan tersebut diikuti oleh
meningkatnya ekresi (pengeluaran) berbelebihan konsumsi
garam sehingga kembali pada kondisi keadaan sistem
hemodinamik (pendarahan) yang normal, Pada hipertensi primer
(esensial) mekanisme terganggu, disamping kemungkinan ada
faktor lain yang dapat berpengaruh. (Palimbong et al., n.d.)
4) Merokok dan mengonsumsi alkohol
Nikotin yang terdapat pada rokok sangat berbahaya bagi
kesehatan, selain dapat meningkatkan penggumpalan darah
dalam pembuluh darah nikotin juga dapat menyebabkan
pengapuran pada dinding pembuluh darah, konsumsi alkohol juga
dapat membahayakan kesehatan karena dapat meningkatkan sistem
katekholamin memicu peningkatan tekanan darah.
(Wahyudi et al., n.d.)

5) Stress
Stress dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara,
ketakutan, tegang atau dibebabani berbagai masalah maka tekanan
darah dapat meningkat, pada umumnya begitu sudah kembali
rileks maka tekanan darah akan turun kembali. Dalam kondisi
stres terjadi respon sel-sel saraf yang menyebabkankelainan
pengeluaran atau pengangkutan natrium. Hubungan antara stress
dengan hipertensi di duga melalui aktivitas saraf simpatis (saraf
yang bekerja ketika beraktivitas) yang dapat meningkatkan tekanan
darah secara bertahap. Stress berkepanjannganatau lama dapat
menyebabakan tekanan darah menjadi tinggi.
b. Faktor yang tidak dapat dikontrol
1) Genetika (Keturunan)
Faktor keturunan atau genetika mempunyai peran yang sangat
besar terhadap timbulnya hipertensi. Hal ini terbukti dan
ditemukan kejadian bahwa hipertensi lebih banyak terjadi pada
kembar monozigot (berasal dari satu sel telur) dibandingkan
heterozigot (berasal dari sel telur yang berbeda), Jika seseorang
termasuk orang yang memiliki sifat genetik hipertensi primer
(esensial) dan tidak melakukan penanganan atau pengobatan maka
ada kemungkinan lingkungannya akan menyebabkan hipertensi
dan berkembang dalam waktu sekitar tiga puluhan tahun
sehingga mulai muncul tanda-tanda dan gejala hipertensi dengan
berbagai komplikasinya atau masalah.
2) Janis kelamin
Pada umumnya para pria lebih terserang hipertensi
dibandingkan dengan para wanita, hal tersebut disebabkan oleh
pria banyak memiliki faktor yang mendorong terjadinya hipertensi
seperti kelelahan, perasaan kurang nyaman, terhadap pekerjaan,
pengangguran dan makanan tidak terkontrol. Biasanya wanita
akan mengalami peningkatan resiko hipertensi setelah menglami
masa menopause.
3) Umur
Bertambahannya umur/usia kemungkinan seseorang akan
menderita hipertensi juga semakin besar, Penyakit hipertensi
adalah penyakit yang timbul disebabkan interaksi dari berbagai
faktor risiko terhadap munculnya hipertensi, hanya elastisitas
jaringan yang erterosklerosis serta pelebaran pembuluh darah
merupakan faktor penyebab hipertensi pada usia tua.
Secaraumumnya hipertensi pada pria terjadi di atas usia 31
tahun sedangkan pada wanita terjadi setelah berumur 45 tahun.
4. Patofisiologi
Menurut Triyanto (2017) peningkatan tekanan darah di dalam arteri
bisa terjadi melalui beberapa cara dengan jantung memompa lebih kuat
sehingga dapat mengalirkan cairan lebih banyak pada setiap detik arteri
besar kehilangan kelenturanya dan menjadi kaku sehingga tidak dapat
mengembang saat jantung memompa darah melalui arteri. Darah di
setiap denyutan jantung dipaksa melalui pembuluh darah yang sempit
dari biasanya dan mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Tekanan
darah juga meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arter
kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengarut karena perangsangan
saraf atau hormon dalam darah. Bertambahnya darah dalam sirkulasi
bisa mengakibatkan peningkatan tekanan darah, hal ini terjadi jika
terhadap kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang
sejumlah garam dan air dari dalam tubuh yang meningkat sehingga
tekanan darah juga dapat meningkat sebaliknya, jika aktivitas memompa
jantung berkurang arteri akan mengalami pelebaran banyak cairan keluar
dari sirkulasi, maka tekanan darah akan menurun.
Penyesuaian terhadap faktor-faktor dilaksanakan pada perubahan
didalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf
yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis), Perubahan fungsi
ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara seperti, jika
tekanan darah meningkat ginjal akan mengeluarkan garam dan air yang
mengakibatkan berkurangnya volume darah dengan mengembalikan
tekanan darah normal. Jika tekanan darah/hipertensi menurun, ginjal
akan mengurangi pembuangan garam dan air sehingga volume darah
bertambah dan tekanan darah kembali normal, ginjal bisa meningkatkan
tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut renin yang
memicu pada pembentukan hormon angiotensi, yang akan memicu
pelepasan hormon aldosteron. Ginjal adalah organ penting dalam
mengembalikan tekanan darah, karena dari berbagai penyakit dan kelainan
pada ginjal dapat mengakibatkan terjadinya tekanan darah tinggi seperti
penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri
renalis) bisa menyebabkan hipertensi atau tekanan darah tinggi
Peradangan dan cidera pada salah satu atau kedua ginjal bisa
mengakibatkan peningkatan tekanan darah .
5. Klasifikasi Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah secara menetap
>140/90 mmHg. Berdasarkan Eight Joint National Committee
(JNC 8), klasifikasi hipertensi dan target tekanan darah untuk penderita
hipertensi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah untuk Usia > 18 Tahun

TDS TDD
No Tekanan Darah
(mmHg) (mmHg)
1 Normal < 120 <80
2 Pra hipertensi 120-139 80-89
3 Hipertensi tingkat 1 140-159 90-99
4 Hipertensi tingkat 2 ≥ 160 ≥ 100
TDS : Tekanan darah sistolik

TDD : Tekanan darah diastolik

Tabel 2.2 Target Tekanan Darah

No Populasi Target
1 < 60 tahun < 140/90 mmHg
2 > 60 tahun < 150/90 mmHg
3 Hipertensi dengan Chronic < 140/90 mmHg
4 Hipertensi dengan Diabetes < 140/90 mmHg

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi :

a. Hipertensi Primer/Hipertensi Esensial


Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun
dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak
(inaktivitas) dan pola makan. Terjadi pada sekitar 90% penderita
hipertensi.
b. Hipertensi Sekunder/ Hipertensi Non Esensial
Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada sekitar 5-10%
penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar
1-2% penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat
tertentu (misalnya pil KB).
Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension)
adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik kurang dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam
jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada
ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak
(menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat
pengobatan yang memadai. Banyak pasien hipertensi dengan tekanan
darah tidak terkontrol dan jumlahnya terus meningkat. Oleh karena itu,
partisipasi semua pihak, baik do kter dari berbagai bidang peminatan
hipertensi, pemerintah, swasta maupun masyarakat diperlukan agar
hipertensi dapat dikendalikan meningkatnya tekanan sistolik tanpa
diikuti peningkatan tekanan diastolik dan umumnya ditemukan pada
usia lanjut. Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan
pada arteri apabila jantung berkontraksi (denyut jantung). Tekanan
sistolik merupakan tekanan maksimum dalam arteri dan tercermin pada
hasil pembacaan tekanan darah sebagai tekanan atas yang nilainya
lebih besar (Arifin et al, 2019).
6. Manifestasi klinis
Dari sebagian besar penderita tekanan darah tinggi/hipertensi secara
umum tidak menyadari kehadirannya bahwa terdapat gejala, penderita
tekanan darah tinggi akan merasakan keluhan-keluhan seperti kelelahan,
sakit kepala, pusing, mual, bingung, cemas atau gelisah, masalah
pengelihatan kabur, kulit pucat atau merah keringat berlebihan, mimisan,
detak jantung keras atau tidak beraturan (palpasi), suara berdenging di
telinga, disfungsi ereksi (Ahmad, 2017). Sedangkan menurut Pudiastuti
(2016) gejala klinis, seseorang yang mengalami hipertensi biasanya seperti
pengelihatan kabur/pandangan kabur karena kerusakan retina, nyeri pada
kepala, akibatnya tekanan kranial, edema dependen dan adanya
pembengkakan karena meningkatnya tekanan kapiler.
7. Komplikasi hipertensi
Menurut Triyanto (2014) komplikasi/masalah hipertensi dapat dapat
mengalkibatkan beberapa komplikasi, yaitu :
a. Stroke dapat muncul akibat perdarahan tekanan tinggi di saraf otak atau
akibat embolus yang sudah lepas dari pembuluh non otak yang
terpajang tekanan tinggi. Stroke akan terjadi pada hipertensi kronik
apabila arteri-arteri adanya pendarahan dia otak kan mengalami
hipertropi dan menebal sehingga aliran darah ke tempat yang adanya
pendarahan akan berkurang. Arteri saraf otak akan mengalami
arterosklerosis dapat menjadi lemah, sehingga meningkatkan
kemungkinan terbentukya aneurisma. Gejala terkena stroke merupakan
sakit kepala secara tiba-tiba seperti orang bingung atau seperti orang
mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit bergerak
(misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku tidak dapat berbicara
secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak.
b. Infrak miokard terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis tidak
dapat mensuplai oksigen yang cukup ke miokardium atau jika
terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh
darah. Hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, akan kebutuhan
oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan akan
mengalami iskemia jantung yang mengakibatkan infrak. Demikian
pula hipertropi ventrikel dapat mengakibatkan perubahan-perubahan
waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi distritmia,
hipoksia jantung, dan peningkatan resiko terbentuknya pembekuan.
c. Gagal ginjal terjadi akibat kerusakan progresif dari tekanan tinggi
pada kapiler-kapiler ginjal Glomerolus. Rusaknya glomerolus darah
akan mengalir keunit fungsional ginjal, nefron akan merasa
terganggu dan dapat dilanjutkan menjadi hipoksia dan kematian,
rusaknya membran glomerolus protein akan keluar melalui urin
sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang mengakibatkan
edema yang sering di jumpai pada hipertensi kronik.
d. Ketidak mampuan jantung dalam memompa darah yang kembali
kejantung dengan cepat dan menyebabkan cairan terkumpul diparu

Kaki dan jaringan lain sering disebut edema. Cairan dalam paru-paru
mengakibatkan sesak napas, timbunan cairan ditungkai mengakibatkan
kaki bengkak atau sering disebut edema. Ensefolopati dapat terjadi
terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang cepat), tekanan
yang tinggi pada kelainan ini mengakibatkan peningkatan tekanan
kapiler dan mendorong cairan kedalam ruangan intertisium diseluruh
susunan saraf pusat. Sedangkan menurut Menurut Ahmad (2011).
Hipertensi dapat diketahui dengan cara mengukur tekanan darah secara
teratur, penderita hipertensi jika tidak ditangani dengan baik, akan
memiliki resiko yang paling besar untuk meninggal karena komplikasi
kardiovaskular seperti stoke, serangan jantung, gagal jantung, dan gagal
ginjal, target kerusakan akibat hipertensi antara lain :

1) Otak : Mengakibatkan stroke


2) Mata : Mengakibtkan retinopati hipertensi dan dapat menimbulkan
kebutaan
3) Jantung : Mengakibatkan penyakit jantung koroner (termasuk
infark jantung)
4) Ginjal : Mengakibatkan penyakit ginjal kronik,, gagal ginjal termina.
8. Pemeriksaan penunjang
Sebelum melakukan pengobatan, pemeriksaan penunjang hipertensi
harus ditegakkan terlebih dahulu. Prosedur penunjang bertujuan
untuk menentukan nilai tekanan darah yang benar, mengidentifikasi
penyebab hipertensi sekunder dan mengevaluasi risiko kardiovaskular
secara keseluruhan dengan mencari faktor risiko lain, kerusakan organ
target dengan penyakit yang menyertainya. Selain pengukuran tekanan
darah yang berulang, anamnesis tentang riwayat penyakit, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan laboratorium penunjang diperlukan untuk
menegakkan diagnosis hipertensi. Cara pengukuran yang tepat dengan
alat ukur yang akurat akan menghasilkan pengukuran tekanan darah yang
tepat pula. Pemeriksaan fisik lengkap diperlukan untuk mendapatkan
faktor risiko tambahan, menemukan tanda atau gejala hipertensi
sekunder, atau mendeteksi adanya kerusakan organ target. Pemeriksaan
penunjang seperti EKG, urinalisis, kadar gula darah fungsi ginjal, serta
profil lemak diperlukan dalam kerangka diagnosis hipertensi. (Falah,
A., dan Harnavi. H. 2018).
9. Hipertensi
Menurut Junaedi, dkk (2013) penatalaksanaan hipertensi
berdasarkan sifat terapi dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
a. Terapi non-farmakologi

Penatalaksanaan non farmakologi adalah pengobatan tanpa obat-


obatan yang diterapkan pada hipertensi. Dengan hal ini perubahan
tekanan darah diupayakan melalui mencegah dengan menjalani
perilaku hidup yang sehat seperti :

- Pembatasan asupan garam dan natrium


- Menghindari stress
- Menghindari obesitas
- Olahraga secara teratur
- Menurunkan berat badan sampai batas ideal
- Mengurangi / tidak minum-minuman beralkohol
- Mengurangi/ tidak merokok
b. Terapi farmakologi

Obat-obatan anti hipertensi yang sering digunakan dalam pegobatan,


adalah obat-obatan golongan diuretik, beta bloker, antagonis kalsium,
dan penghambat konfersi enzim angiotensi.

1) Diuretik adalah anti hipertensi yang merangsang pengeluaran garam


dan air, dengan mengonsumsi diuretik akan terjadi penurunan
jumlah cairan dalam pembuluh darah dan menurunkan tekanan pada
dinding pembuluh darah.
2) Beta bloker dapat mengurangi kecepatan jantung dalam memompa
darah, dan mengurangi jumlah darah yang dipompa oleh
jantung.
3) ACE-inhibitor dapat mencegah penyempitan dinding pembuluh
darah sehingga bisa mengurangi tekanan pada pembuluh darah dan
menurunkan tekanan darah/hipertensi.
4) Ca bloker dapat mengurangi kecepatan jantung dan
merelaksasikan pembuluh dara

B. Konsep Dukungan Keluarga


1. Definisi Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga merupakan suatu bentuk perilaku pelayanan yang


dilakukan oleh keluarga baik dalam bentuk dukungan emosional,
informasional, penilaian, dan instrumental. Sinaga (2015) mengemukakan
keluarga ialah tempat yang nyaman untuk membantu pemulihan dari
penyakit, hal ini terjadi karena seseorang tidak mungkin memenuhi
kebutuhan fisik maupun psikologis sendirian. Individu sangat
membutuhkan dukungan social dimana salah satu berasal dari keluarga.
Keluarga adalah suatu sistem, sebagai sistem keluarga mempunyai anggota
yaitu ayah, ibu, kakak atau semua individu atau orang yang tinggal di
dalam rumah. Masalah kesehatan yang dialami oleh salah satu anggota
keluarga dapat mempengaruhi anggota keluarga yang lain dan seluruh
sistem, keluarga adalah sistem pendukung yang sangat vital bagi individu-
individu (Hipertensi IJH et al., 2019..) . Fungsi keluarga untuk
mempertahankan kondisi kesehatan anggota keluarga supaya tetap
memiliki produktifitas tinggi, selain itu tugas keluarga dalam bidang
kesehatan merupakan kemampuan mengenal masalah kesehatan,
kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit, kemampuan
memodifikasi lingkungan untuk keluarga supaya tetap sehat dan optimal,
kemampuan mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan
serta kemampuan memanfaatkan sarana kesehatan yang tersedia di
lingkunganya ( ( Rinawati et al., 2022)

2. Jenis Dukungan Keluarga


Menurut Harnilawati (2020), keluarga memiliki beberapa
bentuk dukungan yaitu
1) Dukungan Penilaian /penghargaan

Dukungan penilian/penghargaan yang dapat diperoleh pasien


penderita hipertensi keluarga mendengar keluh-kesah pasien setelah
mengnsumsi obat , keluarga mengontrol pasien dalam mengonsumsi
obat dan keluarga memberi dukungan pasien untuk tetap melakukan
pengontrolan secara rutin. Dukungan ini juga adalah dukungan yang
terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif terhadap individu.
Individu memiliki seseorang yang dapat diajak berbicara tentang
masalah tersebut terjadi melalui ekspresi harapan positif individu
kepada individu lain, penyemangat, persetujuan terhadap perasaan
seseorang dan perbandingan positif seseorang dengan orang lain,
seperti orang yang kurang mampu.

Dukungan keluarga dapat membantu meningkatkan strategi


koping individu dengan strategis- trategi ngagsane dengan
berdasarkan pengalaman yang ngag pada aspek-aspek positif.

2) Dukungan Instrumental

Dukungan instrumental yang dapat diberikan keluarga pada pasien


seperti keluarga yang mendampingi pasien berobat ke dokter, keluarga
yang memperhatikan pola makan pasien dan keluarga yang selalu
berikan motivasi pada pasien untuk melakukan aktivitas fisik. Hal
ini meliputi penyediaan adanya dukungan jasmani seperti pelayanan,
bantuan finansial dan material berupa bantuan yang nyata
(Instrumental support material support), suatu keadaan dimana jasa
akan membantu memecahkan masalah praktis termasuk didalamnya
bantuan langsung seperti saat seseorang memberi atau meminjam uang,
membantu pekerjaan sehari-hari, menyampaikan informasi,
menyediakan transportasi/kendaraan, jaga dan merawat saat sakit
maupun mengalami depresi yang dapat membantu memecahkan
masalah. Dukungan nyata paling efektif apabila dihargai oleh individu
dan mengurangi depresi individu.

3) Dukungan Informasional

Dukungan informasional meliputi jaringan komunikasi dan


tanggung jawab ngags termasuk di dalamnya memberikan solusi
dari masalah, memberikan arahan, nasehat, saran atau umpan balik
tentang apa yang dilakukan seseorang. Keluarga dapat menyediakan
informasi dan menyarankan tentang dokter terapi yang baik bagi
dirinya dengan ngagsa yang spesifik bagi sesorang untuk melawan
stresornya. Seseorang yang mengalami depresi dapat keluar dari
masalah dengan menyediakan feed back. Dukungan informasi
tersebut keluarga sebagai penghimpun informasi dan pemberian
informasi atau pesan.

4) Dukungan Emosional

Berlangsungnya depresi, seseorang sering menderita dengan


emosional, merasa sedih, cemas dan kehilangan harga diri. Jika
depresi menghilangkan perasaan seseorang akan hal yang dicintai
dan dimiliki, dukungan emosional memberikan seseorang perasaan
yang nyaman, merasa dicintai, rasa empati, rasa percaya,
perhatiansehingga seseorang yang menerimanya merasa berharga.
Dukungan emosional keluarga menyediakan tempat istirahat dan
memberikan semangat.
3. Fungsi Keluarga

Ada lima fungsi keluarga menurut Friedman (2018):

a. Fungsi afektif.
Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan
maupun untuk berkelanjutan unit keluarga itu sendir, sehingga fungsi
afektif merupakan salah satu fungsi keluarga yang paling penting. Peran
utama orang dewasa dalam keluarga adalah fungsi afektif, fungsi ini
berhubungan dengan persepsi keluarga dan kepedulian terhadap
kebutuhan sosioemosional semua anggota keluarganya.
b. Fungsi sosialisasi dan status sosial.
Sosialisasi merujuk pada banyaknya pengalaman belajar yang
diberikan dalam keluarg yang ditunjuk untuk mendidik anak – anak 12
tentang cara menjalankan fungsi dan memikul peran sosial orang
dewasa seperti peran yang di pikul suami-ayah dan istri-ibu. Status
sosial atau pemberian status adalah aspek lain dari fungsi sosialisasi.
Pemberian status kepada anak berarti mewariskan tradisi, nilai dan hak
keluarga, walaupun tradisi saat ini tidak menunjukan pola ngagsa besar
orang dewasa Amerika.
c. Fungsi reproduksi.
Untuk menjamin kontiniutas antar generasi kleuarga dan masyarakat
yaitu menyediakan angagota baru untuk masyarakat.
1) Fungsi perawatan
Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang
menyediakan makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan terhadap
ngagsan dan perlindungan terhadap bahaya..Pelayanan dan praktik
ngagsan adalah fungsi keluarga yang paling relafan bagi perawat
keluarga.

2) Fungsi ekonomi
Fungsi ekonoi melibatkan keluarga akan sumber daya yang
cukup finansial, ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai
melalui proses penagmbilan keputusan.

C. Konsep Kepatuhan Diet Rendah Garam


1. Definisi Diet

Diet adalah aturan pola makan baik dari porsi, ukuran maupun
kandungan gizi. Al dari ngags Yunani yang berarti cara hidup, di Indonesia
kata diet ini lebih sering ditunjukan dalam suatu upaya menurunkan berat
badan atau mengatur asupan nutrisi tersebut, Sedangkan definisi diet dalam
nutrisi merupakan jumlah makanan yang akan dikonsumsi oleh sesorang.
Jenis diet sangat berpengaruh dari latar belakang seseorang dan keyakinan
yang dianutkan olaeh masyarakat tersebut, yang walaupun manusia
merupakan omnivore naming dare suite kelompok masyarakat biasanya
mempunyai pantangan dalam segala jenis makanan. Diet juga
merupakan salah cara untuk dapat menurunkan hipertens/tekanan darah.
Faktor makanan (kepatuhan diet) adalah hal penting yang dapat
diperhatikan pada penderita hipertensi, penderita hipertensi sebaiknya
patuh menjalankan diet hipertensi agar dapat mencegah terjadinya
masalah/komplikasi yang lebih lanjut. Pada penderita hipertensi harus
tetap menjalankan diet hipertensi setiap hari dengan adanya sakit atau
tidaknya sakit dan gejala yang muncul. Hal tersebut bermaksud agar
kondisi tekanan darah penderita hipertensi tetap stabil sehingga dapat
terhindar dari penyakit hipertensi dan masalah/komplikasinya. (Agrina,
2017).
Seseorang yang mengalami hipertensi atau mempunyai resiko terkena
hipertensi saatnya sudah untuk melakukan pencegahan sedini mungkin.
Makanan adalah salah satu ngags atau penyebab yang menjadi pemicu
terjadinya penyakit hipertensi, oleh karena itu sangat memerlukan
pengaturan menu-menu makanan yang dapat dikonsumsi. Pengaturan
makanan yang dimaksud yaitu menerapkan diet rendah garam yang
meliputi diet ringan mengkonsumsi garam dengan jumlah dosis 3,75-7,5
gram /hari, kemudian diet rendah garam menengah dengan jumlah
dosis1,25-3,75 gram/hari dan diet rendah garam berat dengan jumlah
dosis kurang dari 1,25 gram/hari dan diet rendah garam juga dikuti dengan
diet kolestrol dan lemak kemudian diet tinggi serat, serta diet rendah
energi. ( (Psikologi et al., n.d.)).

Salah satu diet yang direkomendasikan oleh National Institute of


Health dan National, Heart, Lung, and Blood Institute (2016) adalah
pengaturan diet makan harian DASH (Dietary Approaches to Stop
Hypertension). DASH adalah diet yang berfokus padapengurangan
konsumsi garam serta lemak jenuh, dan juga meningkatkan
konsumsimakanan dengan kadar kalium, kalsium, magnesium, serta
serat yang tinggi, sehingga tidak hanya mampu mencegah hipertensi
saja, tapi juga mengurangi risiko terkena penyakit lain seperti jantung,
stroke, diabetes, osteoporosis, batu ginjal, dan kanker.

a. Aturan Diet DASH ( Almatsier, 2015).


Garam (sodium/natrium) adalah penyebab utama penderita
hipertensi karena dapat memberikan efek langsung terhadap kenaikan
tekanan darah. Penderita hipertensi harus patut untuk
mempertimbangkan diet DASH agar tekanan darah dapat terkontrol
dengan baik. Diet DASH juga memiliki aturan sederhana, antara lain:
1) Membatasi konsumsi natrium, baik itu dalam bentuk garam maupun
makanan bersodium tinggi, seperti makanan dalam kemasan
(makanan kalengan), dan makanan cepat saji.
2) Membatasi konsumsi daging dan makanan mengandung gula
tinggi
3) Mengurangi konsumsi makanan berkolesterol tinggi, dan
mengandung lemak trans.
4) Memperbanyak konsumsi sayuran, buah-buahan, dan olahan susu
rendah lemak.
5) Mengonsumsi ikan, daging ngags, kacang-kacangan, dan
makanan dengan gandum utuh.
b. Pembatasan Jumlah Natrium dalam Diet DASH
Agar terhindar dari hipertensi, setiap orang disarankan
mengonsumsi natrium kurang dari 2.300 mg (setara dengan 1 sendok teh
garam) per hari. Diet DASH umumnya membatasi konsumsi natrium
kurang dari 2.300 mg. Namun untuk yang menderita hipertensi,
pembatasan mengonsumsi natrium harus lebih ketat, yaitu hanya sekitar
1.500 mg natrium (setara dengan 2/3 sendok teh garam) per hari.
Untuk membiasakan diri dalam membatasi asupan natrium, Anda bisa
memulainya dengan hal berikut:
1) Tidak menambahkan garam berlebihan pada masakan.
2) Hindari makanan dalam kemasan, terutama kemasan kaleng.
Alasannya, makanan dalam kemasan mengandung natrium lebih
tinggi daripada makanan segar.
3) Batasi konsumsi daging menjadi hanya 6 ons per hari.
Penyajiannya pun harus diimbangi dengan sayuran.
4) Menambah porsi buah-buahan saat makan.
5) Mengganti camilan kemasan dengan buah-buahan segar,
yoghurt, atau kacang-kacangan tanpa garam.
6) Memilih susu rendah lemak.
c. Mengatur Menu Diet DASH

Mengatur menu diet DASH sebenarnya mudah karena tetap


boleh makan nasi, daging, dan susu. Hal ini yang harus diperhatikan
yaitu membatasi porsinya per hari. Untuk takaran satu porsi dalam
aturan diet DASH yaitu 1 iris roti, 1 ons sereal, 3 ons daging
masak,100 gram nasi atau pasta, sekitar 150 gram sayuran dan buah-
buahan, 1 sendok teh minyak nabati seperti minyak zaitun, 3 ons
tahu, dan 8 ons susu.

Diet rendah garam merupakan pembatasan natrium seperti yang


ada didalam dapur NaCl, soda kue NaHOC3, natrium benzoate,
baking powder dan vestin (mono sodium glutamate). Makanan sehari-
hari cukup mengandung natrium yang dibutuhkan. Asupan natrium
yang berlebihan yang paling utama dalam bentuk natrium klorida yang
dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan cairan tubuh sehingga
odema dan hipertensi. Dalam kondisi ini asupan garam natrium
dikurangi atau dibatasi.

2. Jenis-Jenis Diet Rendah

Menurut Sanita (2017) diet rendah garam dibagi dalam 3 jenis yaitu :

a. Diet Rendah Garam I( 200-400 mg Na)


Diberikan kepada pasien dengan adema, asites dan/atau hipertensi berat.
Pada pengolahan makannanya tidak ditambahkan garam dapur.
b. Diet Rendah Garam II (600-800 mg Na)
Diberikan kepada pasien dengan adema, asites dan/atau hipertensi tidak
terlalu berat. Pada pengolahan makanannya boleh menggunakan ¼
sdt garamdapur.
c. Diet Rendah Garam 3 III (1000-1200 Na)
Diberikan kepada pasien dengan adema, asites dan hipertensi tidak
terlalu berat.
D. Kerangka Teori

Penyebab
a. Faktor yang dapat di kontrol ( makanan, aktivitas fisik,
obesitas, merokok )
b. Faktor yang tidak dapat di kontrol ( usia, jenis kelamin,
riwayat keluarga)

Hipertensi sekunder
Tanda Gejala (pusing, nyeri Hipertensi
kepala, kelelahan ) Sistolik
Hipertensi primer

Farmakologi (Non Farmakologi


Komplikasi ( infark obat )
a) Diet
miokardium, stroke, gangal b) Olahraga
ginjal) c) Berhenti merokok
d) Rutin kontrol TD

Kepatuhan Diet Rendah Garam


Pada Penderita Hipertensi
Sistolik Faktor-faktor bentuk dukungan
a) Dukungan Emosional
b) Dukungan Penilaian
c) Dukungan Instrumental
BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL , DEFINISI PRASIOANAL DAN

HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian adalah kaitan atau hubungan antara


konsep satu dengan konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti.
Kerangka konsep didapatkan dari konsep ilmu/teori yang dipakai sebagai
landasan penelitian (Mahmudah & Putra, 2021)

Bagan 2.1 Kerangka Konseptual

Variabel Independen Variabel Dependen

Kepatuhan Diet
Dukungan Keluarga Rendah Garam Pada
Pendrita Hipertensi

B. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan variabel operasional yang dilakukan


penelitian berdasarkan karakteristik yang diamati. Definisi operasinal
ditentukan berdasarkan parameter ukuran dalam penelitian. Definisi
operasional (Sartik et al., 2017) mengungkapkan variabel dari skala
pengukuran masing-masing variabel tersebut (Sartika, n.d.) . Definisi
operasional harus valid lantaran menyiratkan bahwa definisi tersebut harus
mengukur apa yang seharusnya diukur. Harus juga reliabel, artinya hasilnya
harus sama meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda atau oleh satu orang
pada waktu yang berbeda.
Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Alat Hasil Skala


Operasional Ukur Ukur Ukur Ukur
Variabel Bantuan yang Mengisi Kuesione 0 : baik Ordina
Independent: dilakukan oleh kuesioner r 1: l
Dukungan pasangan kurang
Keluarga istri/suami,
anak, dan
orang yang
tinggal didalam
dan diluar
rumah dari
penderita
pasien
hipertensi
berupa
perhatian,
penghargaan,
nasihat,
maupun
bantuan
lagsung untuk
mengurangi
konsusmsi
natrium
(garam) sehari-
hari.
Variable Ketaatan Mengisi Kuesione Skor Ordina
Dependen pada tujuan Kuesioner r jawaban l
kepatuhan yang telah 0:
diet rendah ditentukan patuh,jik
garam pada dalam a nilai <
penderita melakukan dari
hipertensi diet rendah mean
garam 1 : tidak
patuh,
jika nilai
< dari
mean

C. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban teoritis terhadap suatu rumusan masalah


penelitian. Berdasarkan tinjauan Pustaka di atas,hipotesis yang diajukan oleh
peneliti dua arah .Hipotesis ini terdiri dari hipotesis nol (Ho) dan hipotesis
alternatif (Ha).Hipotesis yang diajukan peneliti adalah antara lain:

Ho : Tidak ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet


rendah garam pada penderita hipertensi dikampung pulodamar

Ha : Ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet rendah


garam pada penderita hipertensi dikampung pulodamar
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analitik kuantitatif
yang artinya jenis penilitian dimana peneliti akan melakukan hubungan
analisis yang bertujuan untuk menguji suatu hipotesis tentang hubungan
antara variabel dependen dengan variabel independen
(SR-KM-210014_abstract, n.d.)

Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yaitu suatu


penelitian untuk mempelajari suatu variabel bebas dengan variabel yang
terikat dengan cara memberikan kuesioner atau yang biasa disebut dengan
pengumpulan data secara sekaligus pada waktu yang bersamaan.

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoadmojo, 2018). Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah
masyarakat yang menderita hipertensi yaitu sebanyak 60 orang di Kp.
Pulodamar Desa Sukamantri Kecamatan Tmbelang Kabupaten Bekasi.
2. Sampel Penelitian
Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin di teliti oleh
peneliti. (Bulan, n.d.) Pada penelitian ini calon yang akan dijadikan sampel
adalah masyarakat yang menderita hipertensi di Kp. Pulodamar Desa
Sukamantri Kecamatan Tmbelang Kabupaten Bekasi. sampel yang
digunakan pada penelitian ini sebanyak 60 orang responden, dari seluruh
sampel yang dipilih akan dijadikan kelompok intervensi yang akan
dilakukan pengukuran dukungan keluarga terhadap diet rendah garam pada
penderita hipertnesi.
3. Teknik Sampling Penelitian
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu dengan
menggunakan total sampling, yang artinya yaitu teknik pengambilan
sampel dimana seluruh anggota populasi dijadikan sampel semua. Sampel
total adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2019).

C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan segala sesuatu yang berbentuk apa saja
yang pada menetapkan sang peneliti buat dipelajari sebagai akibatnya
diperoleh berita mengenai hal tersebut, lalu ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2019).
Pada penelitian ini telah dipengaruhi dua variabel, yaitu variabel bebas
(independen) dan variabel terikat (dependen).
Variabel bebas (independen) adalah merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi karena perubahannya atau timbulnya
variabel terikat (dependen) (Sugiyono, 2019). Variabel independen dalam
penelitian ini merupakan dukungan emosional, dukungan penilaian, dukungan
instrumental, dan dukungan informasional.
Variabel terikat (dependen) merupakan variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2019).
Variabel dependen pada penelitian ini adalah kepatuhan diet rendah garam
pada penderita hipertensi.

D. Waktu dan Tempat Penelitian


1. Waktu Penelitian
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kampung Pulodamar Desa Sukamantri
Kecamatan Tmbelang Kabupaten Bekasi.

E. Prosedur Pengumpulan Data


Data merupakan fakta tentang suatu hal yang telah terjadi dan berupa
himpunan fakta, angka, grafik, tabel, gambar, lambang, kata, alfabet-alfabet
yang menyatakan sesuatu pemikiran, objek, dan syarat dan situasi (Nuzulla
Agustina, dalam Setiawan 2020).
1. Jenis data
Jenis data yang akan digunakan pada penelitian ini adalah
menggunakan jenis data primer, data primer merupakan data yang diambil
dari responden atau sumber langsung yang dirumuskan atau menggunakan
kuesioner serta di isi langsung oleh responden itu sendiri.
2. Sumber Data
Dalam penelitian ini penulis akan mengambil data primer adalah
dengan menemui langsung masyarakat yang menderita hipertensi yang ada
di Kp. Pulodamar Rt 003, desa Sukamantri kec Tambrelang, Kab. Bekasi.
Setelah menemui masyarakat atau pasien tersebut untuk mendapatkan
persetujuan sebagai responden dan menandatangani surat persetujuan,
kemudian langsung diberikan kuesioner untuk di isi oleh masyarakat atau
pasien tersebut. Serta menggunakan masker dan menjaga jarak pada saat
melakukan penelitian pada responden atau sampel yang akan ditemui.

F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan indera-indera yang dibutuhkan atau
digunakan buat mengumpulkan data, ini berati, menggunakan memakai
indera-indera tadi data dikumpulkan. Ada perbedaan antara alat-alat
penelitian dalam metode kualitatif dengan yang dalam metode penelitian
kuantitatif. Dalam penelitian kualitatif, atau instrumen primer pada
pengumpulan data merupakan insan yaitu, peneliti sendiri atau orang lain
yang membantu peneliti. Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri yang
mengumpulkan data menggunakan cara bertanya, meminta, mendengar, dan
mengambil. Peneliti bisa meminta donasi menurut orang lain buat
mengumpulkan data di sebut pewawancara. Dalam hal ini, seseorang
pewawancara yang eksklusif mengumpulkan data menggunakan cara
bertanya, meminta, mendengar, & mengambil. Berbeda berdasarkan
penelitian kualitatif, pada penelitian kuantitatif indera pengumpulan data
mengacu dalam satu hal yang digunakan peneliti buat mengumpulkan data,
umumnya digunakan buat menyebut kuisioner. Hal utama berdasarkan
disparitas tadi merupakan pada penelitian kualitatif peneliti sendiri yang
wajib mengumpulkan data berdasarkan sumber, sedangkan pada penelitian
kuantitatif orang yang diteliti (responden) bisa mengisi sendiri kuisioner
tanpa kehadiran peneliti, umpamanya survei electronik atau informasi
lapangan yang dikirimkan (Rahmat et al., n.d.) . Instrument yang dipakai
dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan kuesioner yang berbentuk
pilihan dimana responden memilih jawaban yang sudah disediakan.
Kuesioner yaitu sebuah alat pengumpulan data yang nantinya data
tersebut dapat diolah untuk menghasilkan suatu infornasi tertentu, kuesioner
pada penelitian ini dilakukan dengan cara mengedarkan suatu pertanyaan atau
daftar pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada sejumlah objek
tertentu untuk mendapatkan sebuah tanggapan atau informasi jawaban
tersebut
(Tinggi Ilmu Keperawatan PPNI Jawa Barat & Keperawatan Komprehensif Vol, 2023)
.

G. Pengolahan Data
Pengolahan data menurut Hidayat (2019), data yang terkumpul dapat
diolah dengan sistem komputersisasi antara lain sebagai berikut:
1. Pengeditan data (Editing)
Tahap editing dalam sebuah penelitian dapat dilakukan pengecekan
terhadap data yang diperoleh atau yang didapat, editing yang bertujuan
untuk memastikan bahwa data yang telah diperoleh bener-bener sesuai
dengan kriteria yang telah ditentukkan oleh peneliti.
2. Pengkodean data (Coding)
Coding dapat dilakukan untuk memberikan kode data yg sudah
dikumpulkan selama penelitian ke dalam atau kode yang cocok untuk
keperluan analisis, pemberian kode terhadap data bertujuan untuk
mempermudah suatu proses pengolahan data yang dikelompokan sesuai
dengan tujuan penelitian. Pemberian kode dalam penelitian diberikan
berdasarkan suatu variabel serta kriteria untuk sebuah variabel.
3. Data entry
Data entry digunakan untuk memasukkan sebuah data yang telah
dikumpulkan kedalam sebuah master tabel atau database computer.
4. Cleaning data
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden telah
selesai dimasukkan maka perlu di cek kembali kemungkinan adanya
kesalahan dari kode, ketidak lengkapannya, kemudian dapat dilakukan
pembetulan atau pengkoreksian.

H. Analisis Data
Analisis data merupakan suatu proses atau suatu upaya untuk
mengolah suatu data menjadi sebuah informasi baru sehingga karakteristik
data akan mejadi lebih mudah dimengerti dan dipahami serta berguna untuk
solusi suatu masalah terutama yang terikat dengan penelitian tersebut.
1. Analisis univariat
Analisis univariat merupakan dengan menampilkan sebuah tabel-
tabel distribusi frekuensi untuk melihat sebuah gambaran distribusi
frekuensi responden berdasarkan variabel yang akan diteliti baik dari
variabel dependen maupun indenden.
Rumus :
f
P= x 100 %
n
Keterangan :
P = persentasi
f = frekuensi
n = jumlah sampel
2. Analisis bivariat
Analisis bivariat merupakan yang bertujuan untuk melihat dua
variabel yang diduga berhubungan, uji statistic yang digunakan yaitu chi-
square dengan menggunakan bantuan perangkat lunak, program statistik,
yang dihasilkan oleh odds rasio yang dapat digunakan untuk melihat
suatu hubungan variabel independen dengan variabel dependen.
Rumus :
(0−E)²
x 2=
E
Keterangan :
x2 : kai kuadrat
O : observasi (kenyataan)
E : ekspetasi atau expected (harapan)
Dengan ketentuan pembaca antara lain sebagai berikut :
a. Perhitungan person chi-square dipakai apabila tabel lebih dari 2x2,
seperti 3x2, 3x3 dan seterusnya.
b. Perhitungan secara continunity correction dipakai apabila tabel 2x2
dan dijumpai dengan nilai expectation (E) kurang dari 5 atau
kurang dari 20% dari jumlah sel yang ada didalam tabel.
c. Perhitungan secara fishers excat test dipakai apabila tabel 2x2 dan
dijumpai dengan nilai expectation (E) yang urang dari 5 atau
kurang dari 20% dari jumlah sel yang ada didalam tabel.
Untuk menentukan sebuah nilai P tergatung pada besarnya derajat
kebebasan (degree of freedom) yang dituliskan dalam :
df = (b-1) x (k-1)
Keterangan :
df : derajat kesehatan
b : jumlah baris di dalam tubuh tabel silang
k : jumlah kolom di dalam tubuh tabel silang
ada tidaknya suatu hubungan secara statistik anatar suatu variabel
independen dengan variabel dependen diuji dengan cara membandingkan
nilai P dengan α = 0,05 dengan kesimpulan yang baca antara lain sebagai
berikut:
a. Apabila nilai P ≤ α (0,05) memiliki ada hubungan secara statistic
antara variabel-variabel yang sedang diuji (Ho ditolak).
b. Apabila nilai P ≥ α (0,05) memiliki arti bahwa tidak ada hubungan
secara statistic antara variabel-variabel yang sedang diuji (Ho diterima
atau gagal ditolak).
Untuk melihat suatu kekuatan hubungan analisis melalui sebuah
perhitungan nilai odds rasio (OR) pada suatu confidence interval (CI)
95%, nilai OR memiliki masing-masing faktor resiko pada jenis penelitian
ini dihitung dengan cara menggunakan rumus OR antara lain sebagai
berikut:
Rumus :
a.d
¿=
b.c
Hasil bacaan nilai OR bisa terbagi atas tiga fenomena antara lain :
a. Apabila nilai OR ¿ 1, maka berarti merupakan faktor resiko.
b. Apabila nilai OR = 1, maka berarti tidak memiliki atau terdapat
asosiasi.
c. Apabila nilai OR ¿ 1, maka berarti merupakan faktor pencegah.
I. Etika Penelitian
Etika penelitian merupakan pedoman perilaku penelitian dalam
melakukan penelitian, mulai dari aktivitas penulisan proposal, pelaksanaan,
pelaporan, hingga publikasi hasil penelitian (Suprajitno, 2016). Beberapa
etika yang dapat dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Confidentiality
Confidentiality adalah suatu kegiatan merahasiakan identitas
responden pada saat pengumpulan data, pengolahan data, membuat
laporan, hingga publikasi hasil penelitian (suprajitno, 2016). Bentuk
penerapan dalam penelitian ini adalah responden tidak perlu
mencantumkan nama. Untuk menggantikan peneliti hanya menulis inisial
atau kode sebagai pengganti nama responden (Armi & Nuraeni, 2019).
2. Informed Consent
Informed Consent ialah suatu bentuk persetujuan yang diberikan
responden setelah mendapat informasi yang jelas dan benar tentang
penelitian yang dilakukan (Suprajitno, 2016). Bentuk penerapan dalam
penelitian ini adalah penelitian memberikan informasi penelitian dan
informed consent kepada responden.
3. Right to withdraw
Selama penelitian, responden berhak mengundurkan diri setelah
memberikan informasi dan menyampaikan kepada peneliti (suprajitno,
2016).
4. Potential benefits
Potential benefits berarti suatu manfaat yang diberikan responden
untuk pengembangan teori (suprajitno, 2016). Bentuk penerapannya
peneliti dapat menjelaskan bahwa responden adalah kontributor dalam
pengembangan suatu teori yang dapat bermanfaat bagi orang lain untuk
waktu yang akan datang.
5. Potential harms
Potential harms merupakan suatu kemungkinan risiko yang
diperoleh responden (Suprajitno, 2016).
DAFTAR PUSTAKA
Ansar, J., & Dwinata, I. (2019). DETERMINAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA PENGUNJUNG
POSBINDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BALLAPARANG KOTA MAKASSAR
Determinant of Hypertension Incidence among Posbindu Visitor at Work Area of
Puskesmas Ballaparang Makassar City (Vol. 1).

Bulan, D. (n.d.). FAKTOR RESIKO KEJADIAN PENYAKIT HIPERTENSI DI PUSKESMAS BASUKI


RAHMAT PALEMBANG The Risk Factors Incidence of Hypertension in Puskesmas Basuki
Rahmat Palembang Heriziana 1 1 Program Studi Kesehatan Masyarakat STIK Bina Husada
Palembang. In Heriziana Jurnal Kesmas Jambi.

Hipertensi IJH, Ju., Handayani Idrus, H., & Fattah, N. (n.d.). Effect of Manila Palm Extract
(Achras Zapota L) on mRNA Gene Expression High Motility Group Box 1 (Hmgb1) and
Solubel Tumor Necrosis Factor Alpha (TNF-α) in Mice Infected with Salmonella Typhi.
View project Obesity View project.
https://www.researchgate.net/publication/345559063

Mahmudah, F. N., & Putra, E. C. S. (2021). Tinjauan pustaka sistematis manajemen


pendidikan: Kerangka konseptual dalam meningkatkan kualitas pendidikan era 4.0.
Jurnal Akuntabilitas Manajemen Pendidikan, 9(1), 43–53.
https://doi.org/10.21831/jamp.v9i1.33713

Nurman, M. (n.d.). FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN DIET


RENDAH GARAM PADA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA PULAU JAMBU WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KAMPAR. http://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/ners

Palimbong, S., Dyah Kurniasari, M., Refilda Kiha, R., Studi Teknologi Pangan, P., Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan, F., Kristen Satya Wacana, U., Studi Ilmu Keperawatan, P.,
Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan, F., Kristen Satya wacana, U., & Studi Ilmu Gizi, P. (n.d.).
KEEFEKTIFAN DIET RENDAH GARAM I PADA MAKANAN BIASA DAN LUNAK TERHADAP
LAMA KESEMBUHAN PASIEN HIPERTENSI. In Jurnal Keperawatan Muhammadiyah (Vol.
3, Issue 1).

Psikologi, J. I., Kesehatan, D., & Adzra, S. (n.d.). GAMBARAN HUBUNGAN DUKUNGAN
KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIET HIPERTENSI PADA PASIEN PENDERITA
HIPERTENSI: STUDI LITERATURE REVIEW OVERVIEW OF THE RELATIONSHIP OF FAMILY
SUPPORT WITH HYPERTENSION DIET COMPLIANCE IN HYPERTENSION PATIENTS:
LITERATURE REVIEW STUDY. https://doi.org/10.54443/sikontan.v1i2.360

Purnama Sari, I., Putri, P., Tivanny, T., & Fuanida, U. (2021). Pendidikan Kesehatan Bahaya
Merokok Pada Remaja. Seminar Nasional ADPI Mengabdi Untuk Negeri, 3(1), 142–149.
https://doi.org/10.47841/adpi.v3i1.253

Rahajeng, E., & Tuminah Pusat Penelitian Biomedis dan Farmasi Badan Penelitian Kesehatan
Departemen Kesehatan, S. R. (n.d.). Artikel Penelitian Prevalensi Hipertensi dan
Determinannya di Indonesia.

Rahmat, A. S., Nengsih, E. R., Azizi, K., & Adibah, T. (n.d.). PENGARUH MODIFIED SELF
HYPNOSIS PADA PENURUNAN KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELLITUS
TIPE II DI RS SENTRA MEDIKA CIKARANG.

Rinawati, R., Baharia Marasabessy, N., Studi Keperawatan Masohi, P., Kesehatan Kemenkes
Maluku Jalan Trans Seram, P., Masohi, K., & Maluku Tengah, K. (2022). Dukungan
Keluarga dan Kepatuhan Diet Rendah Garam pada Penderita Hipertensi Family Support
and Low Salt Diet Compliance in Patients with Hypertension. In Jurnal Kesehatan
Terpadu (Integrated Health Journal (Vol. 13, Issue 2). Online.

Saing Sari, J. H. (2005). Hipertensi pada Remaja Hipertensi pada Remaja Hipertensi pada
Remaja Hipertensi pada Remaja Hipertensi pada Remaja (Vol. 6, Issue 4).

Sartik, S., Tjekyan, RM. S., & Zulkarnain, M. (2017). RISK FACTORS AND THE INCIDENCE OF
HIPERTENSION IN PALEMBANG. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 8(3), 180–191.
https://doi.org/10.26553/jikm.2017.8.3.180-191

Sartika, M. (n.d.). HUBUNGAN PENILAIAN KOMPETENSI PEMBIMBING KLINIK TERHADAP


KINERJA PERAWAT BARU DI RUMAH SAKIT SENTRA MEDIKA CISALAK TAHUN 2016.

Setiawan, Y. (n.d.). FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STROKE PADA


USIA MUDA DI RUANG WIJAYA RSUD KOTA BEKASI.

SR-KM-210014_abstract. (n.d.).

Sundari, L., Bangsawan, M., Jurusan Keperawatan Tanjungkarang, A., & Jurusan Keperawatan
Poltekkes Tanjungkarang, D. (2015). PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI. In Jurnal Keperawatan: Vol. XI (Issue 2).

Tinggi Ilmu Keperawatan PPNI Jawa Barat, S., & Keperawatan Komprehensif Vol, J. (2023).
COMPREHENSIVE NURSING JOURNAL. https://doi.org/10.33755/jkk
Wahyudi, W. T., Herlianita, R., Pagis, D., Gedong, P., Kota, A., & Lampung, B. (n.d.). Dukungan
keluarga, kepatuhan dan pemahaman pasien terhadap diet rendah garam pada pasien
dengan hipertensi. In Maret (Vol. 14, Issue 1).

Zahidah, N. N. (2021). LITERATURE REVIEW: LOW SALT DIET IN PATIENT WITH HYPERTENSION.
Indonesian Midwifery and Health Sciences Journal, 5(2), 224–231.
https://doi.org/10.20473/imhsj.v5i2.2021.224-231

You might also like