Professional Documents
Culture Documents
ULAMA DAN UMARA Proposal Saef
ULAMA DAN UMARA Proposal Saef
Nama: Saefudin
Nim: 200603047
BAB I
PENDAHULUAN
Relasi ulama dan umara dizaman Islam dapat ditelusuri pada zaman Abu
Hamid Al-Ghazali, yang sangat memberikan sumbangsih yang besar bagi keadaan
pemerintahan di zammannya dan bagi pola pikir maupun kepribadian Abu Hamid
Al-Ghazali.4 Pada masa inilah ia mengalami gangguan kejiwaannya tepatnya pada
488H/ 1095M dalam usia yang masih muda, 38 tahun yang menyebabkan dirinya
1
Romzi, Moh. "Ulama dalam Perspektif Nahdlatul Ulama." Religió: Jurnal Studi
Agama-agama 2.1 (2012).
2
Rasulullah SAW bersabda:
العلماء ورثة األنبياء
Artinya: "Ulama adalah pewaris para nabi." (H.R. At-tirmidzi dari Abu Darda Radhiallahu 'Anhu).
3
Yumna, Yumna. "Ulama Sebagai Waratsatul Anbiya (Pergeseran Nilai Ulama di Mata
Masyarakat Aceh)." Syifa al-Qulub: Jurnal Studi Psikoterapi Sufistik 3.1 (2018): 18-30.
4
Ridho, H., Wasik, A., & Washil, S. (2021). Kiai dan Politik; Relasi Ulama dan Umara
dalam Mewujudkan Perdamaian Umat Beragama dan Bernegara. TARBIYA ISLAMIA: Jurnal
Pendidikan dan Keislaman, 11(1), 54-66.
tidak dapat lagi mengajar di Madrasah Nizhamiyah. Dengan kondisinya tersebut
dirinya meninggalkan Baghdad dengan memberikan kesan hendak menunaikan
haji, tetapi yang sebenarnya dirinya ingin mengakhiri status guru besarnya dan
karirnya secara menyeluruh sebagai ahli hukum dan teolog karena terjadi
pergolakan politik di Baghdad. Setelah menunaikan ibadah haji ia kembali ke
Damaskus dan selanjutnya ke Baghdad pada tahun 490H/1097M. Selanjutnya ia
kembali ke kota kelahirannya, Thus, untuk menjalani kehidupannya sebagai
seorang sufi.5
ففساد الرعايا بفساد المل__وك وفس__اد المل__وك بفس__اد العلم__اء وفس__اد العلم__اء باس__تيالء حب الم__ال والج__اه ومن
استولى عليه حب الدنيا لم يقدر على الحسبة على األراذل فكي__ف على المل__وك واألك__ابر وهللا المس__تعان على
كل حال
8
Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, (Beirut: ) دار الكتب العلمية, Juz II, hal. 432.
9
Mahsun, M. (2016). POTRET PEMIKIRAN POLITIK ISLAM MODERN (Membedah
Tiga Paradigma Pemikiran Politik Islam: Tradisionalis, Modernis, Dan Fundamentalis). Al-
Mabsut: Jurnal Studi Islam dan Sosial, 10(2), 331-347.
10
Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, (Beirut: ) دار الكتب العلمية, Juz II, hal. 432.
yang berkuasa dengan yang dikuasai. Sebagai pemimpin mesti memegang janji,
jujur, amanah, dan bertanggung jawab untuk menjalankan kekuasaanya
berdasarkan kepentingan umum yakni limaslahatil ummah, keadaan demikian
adalah pokok dari syariat Islam. 11
Pada zaman Abu Hamid Al-Ghazali, tidak hanya kehilangan marwah dan
persatuan dalam kancah politik umat islam yang terjadi, tetapi juga dalam konteks
sosial keagamaan. Konflik sosial politik yang terjadi dikalangan umat islam pada
zaman Abu Hamid Al-Ghazali sebenarnya menurun dari masa lampau yang terus
berlanjut hingga abad-abad selanjutnya, karna memang diantara kalangan ulama
intelektual berbeda perspektif dengan umara. Memang diakui bahwa umara pada
zaman itu sangat mengagungkan akal dan science. Oleh sebab itu, ulama
kemudian berlomba-lomba dalam mempelajari ilmu pengetahuan dan untuk
mendapat perhatian dari umara saat itu.12
11
NABIL, A. (2022). ULAMA DAN PENGUASA DALAM PERSPEKTIF IMAM AL-
GHAZALI DAN RELEVANSINYA DENGAN KEPEMIMPINAN DI INDONESIA (Doctoral
dissertation, UIN RADEN INTAN LAMPUNG).
12
Istianah, I., & Rahmatullah, L. (2021). Abu Bakr Al-Razi di Antara Agama dan
Sains. Islamadina: Jurnal Pemikiran Islam, 22(2), 209-224.
13
INDRIYANI, Risfi. Relasi Ulama dengan Umara’dalam Perspektif Al-Ghazali dan
Relevansinya pada Politik Islam di Indonesia. 2022. PhD Thesis. IAIN KUDUS.
yang sangat luas, sehingga dari keilmunnya tersebut ia bisa ikut serta dalam
proses pembangunan untuk mewujudkan moderasi beragama dan kesejahteraan
bangsa. Dalam konteks realitasnya era ini dimasa pemerintahan Bapak Joko
widodo selaku Presiden RI. Bahwa keikutsertaan ulama dalam urusan perpolitikan
dan pemerintahan, sangat menuai pro dan kontra dikalangan masyarakat awam
apabila diketahui bahwasanya masyarakat hanyalah mengerti bahwa ulama itu
hanya sebatas pemuka agama atau sentral keagamaan.14
Faktanya saat ini ulama banyak menjabat sebagai apapun selagi mereka
memiliki persyaratan politik yang memadai sama halnya, dukungan politik, partai
politik, dan tujuan politik yang pada puncak tertingginya nanti agar dapat
menduduki kursi kepemimpinan dan memegang kekusaan yang dicapai. 15 Pada
hakikatnya tidak ada yang melarang seorang umat muslim pun berpolitik, akan
tetapi manakala seorang ulama menerapkan fungsi dari politik tersebut tidak
sesuai dengan sebagaimana mestinya dan membuat rakyat sengsara, perkara ini
sudah tidak sesuai dengan semestinya yang seharusnya dapat mengontrol dan
mengawasi para umara dalam mengeluarkan kebijakan dan progres yang mereka
lakukan agar bisa sesuai dengan tujuan yang dicapai, akan tetapi ulama seiring
berjalannya waktu ikut serta dalam kekuasaan dipemerintahan negara, dan lupa
bahwa sejatinya mereka adalah seorang ulama yang seharusnya memberi nasihat
dan tuntunan kepada umara melalui aspek-aspek keagamaan. Oleh sebab itu
permasalahan inilah yang sesuai dengan kondisi kita pada saat ini.16
Selaras dengan pemaparan Abu Hamid Al-Ghazali pasal ulama dan umara
mengenai amar ma’ruf dan nahi munkar, yang dalam kitabnya Ihya Ulumuddin
dan At-Tibr al-Masbuk fi Nashihah al-Muluk terdapat penjelasan tentang nasihat-
nasihat kepada pemimpin(umara) dan keharusan ulama dan umara untuk
14
Haris, M. (2012). Potret Partisipasi Politik NU Di Indonesia Dalam Lintasan
Sejarah. JRP (Jurnal Review Politik), 2(2), 135-152.
15
Febrina, R. H., Mustika, B. U., & Dedees, A. R. (2014). Nahdlatul Ulama: Bebas untuk
Oportunis? Menelisik Kontestasi Politik pada Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Banyumas
Periode 2008 dan 2013. Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, 18(2), 99-113.
16
KURNIAWAN, Yogi. HUBUNGAN ULAMA DENGAN UMARA’MENURUT IMAM
AL-GHAZALI DAN RELEVANSINYA DI INDONESIA (Study Kitab Ihya’Ulumuddin). 2018. PhD
Thesis. UIN Raden Intan Lampung.
merekonstruksi intelektual, moral, moderasi beragama, dan menegakkan amar
ma’ruf nahi munkar.17 Bahwa jelaslah terdapat permasalahan antara mayoritas
ulama dan umara yang dibutuhkan oleh kalangan masyarakat umum (ummat).
Dari uraian di atas kemudian alfaqir akan mengkaji lebih jauh tentang
Ulama dan Umara perspektif Abu Hamid Al-Ghazali dan relevansinya dengan
kepemimpinan di Indonesia.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana peran Ulama dan Umara perspektif Abu Hamid Al-
Ghazali?
2. Bagaimana relevansi Ulama dan Umara perspektif Abu Hamid Al-
Ghazali dengan kepemimpinan di Indonesia?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui peran Ulama dan Umara perspektif Abu Hamid Al-
Ghazali.
2. Untuk mengetahui relevansi Ulama Dan Umara perspektif Abu Hamid
Al-Ghazali dengan kepemimpinan di Indonesia.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Hasil studi diharapkan bisa dijadikan sumbangan pemikiran bagi
khazanah keilmuan Politik Islam terutama dari mahasiswa pemikiran
politik islam, Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Mataram.
2. Manfaat Praktis
17
Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, (Beirut: ) دار الكتب العلمية, Juz II, hal. 419
Hasil penelitian ini dihadirkan untuk ilmu pengetahuan dan
penambahan khazanah keislaman yaitu sebagai sumbangsih terhadap
dunia ilmu pengetahuan pemikiran politik islam dan terkhususnya
adalah untuk mengembangkan khazanah keilmuan bagi penulis dan
mahasiswa prodi pemikiran politik islam.
18
Khatibah, K. (2011). Penelitian kepustakaan. Iqra': Jurnal Perpustakaan dan
Informasi, 5(01), 36-39.
19
Indriyani, R. (2022). Relasi Ulama dengan Umara’dalam Perspektif Al-Ghazali dan
Relevansinya pada Politik Islam di Indonesia (Doctoral dissertation, IAIN KUDUS).
b) Relasi Ulama dengan Umara menurut Al-Ghazali
c) Relevansi Ulama dengan Umara pada Politik Islam di Indonesia
2. Skripsi yang berjudul Konsep Kepemimpinan Menurut Al-Ghazali
dalam kitab Al-Tibr Al-Masbuk fi Nashihat Al-Muluk, karya Ade
Afriyansyah S.Fil.I. Jurusan Aqidah dan Filsafat, Fakultas Ushuluddin,
Studi Agama dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga 2012 yaitu
membahas:20
a) Konsep Kepemimpinan menurut Al-Ghazali
b) Syarat Kepemimpinan menurut Al-Ghazali
c) Makna Kepemimpinan menurut Al-Ghazali
3. Kitab Ihya Ulumuddin Juz II: Pergaulan, Uzlah, Adab Musafir, Musik,
Ekstase, Kitab Amar Ma’ruf Nahi Munkar, Akhlak dan Adab Nabi
SAW. Dalam kitab ini terdapat beberapa pembahasan dan penjelasan
mengenai renungan kepada Ulama yang tugasnya memberi pencerahan
terhadap ummat dan menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar demi
kemaslahatan di dunia maupun di akhirat.
4. Buku Adab Berpolitik: Nasihat dan Hikayat untuk Pemimpin dan
Penguasa Imam Al-Ghazali terjemahan dari kitab Al-Tibr Al-Masbuk
Fi Nashihat Al-Muluk. Buku yang berisi nasihat-nasihat kepada para
penguasa dan pemimpin. Mulanya ditujukan kepada Sultan
Muhammad ibn Malik Syah dari Dinasti Saljuk. Tetapi isinya terus
menginspirasi lintas generasi ke generasi selanjutnya. Diulas luas
tentang dua poin utama: pertama kekuatan aqidah tauhid bagi seorang
pemimpin; kedua, keindahan moral, keadilan, keutamaan ilmu dan
ulama.
20
Afriansyah, A. (2012). KONSEP KEPEMIMPINAN MENURUT AL-GHAZALI
DALAM KITAB AL-TIBR AL-MASBUK FI NASHIHAT AL-MULUK (Doctoral dissertation, UIN
SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA).
G. METODE PENELITIAN
1. Jenis dan sifat penelitian
Penelitian yang alfaqir lakukan adalah penelitian kepustakaan
(Library Research). Metode penelitian ini dapat dipahami sebagai
suatu penelitian yang mengarahkan dan memfokuskan untuk mengkaji
dan menelaah bahan-bahan pustaka yaitu baik berupa buku-buku,
kitab-kitab dan jurnal-jurnal yang masih relevan dengan kajian, atau
research (penelitian) yang sumber datanya menggunakan buku-buku,
kitab-kitab, maupun jurnal. Sedangkan karakter penelitian ini adalah
deskriptif maksudnya penulis berusaha memaparkan dan menjabarkan
buah pemikiran Hujjatul Islam Al-Ghazali.21
2. Metode pengumpulan data
a) Data Primer adalah data penelitian yang ditemukan secara
lanngsung dari sumber asli (tidak melalui perantara) untuk
mencapai tujuan pengumpulan literature yang berkaitan dengan
pokok permasalahan yang ditelti.22 Maka sumber datanya ialah
buku-buku yang berkaitan langsung dengan obyek penelitian yang
menjadi rujukan utama atau data primer, seperti : Kitab Ihya
ulumuddin, kumpulan nasihat Abu Hamid Al-Ghazali, pemikiran
politik islam.
b) Data Sekunder adalah sumber data yang diperoleh secara tidak
langsung yang melalui media perantara (diperoleh atau dicatat oleh
pihak lain) seumpama jurnar-jurnal yang relevan, buku-buku islam,
dan buku sosio-politik.23
21
Assyakurrohim, D., Ikhram, D., Sirodj, R. A., & Afgani, M. W. (2023). Metode Studi
Kasus dalam Penelitian Kualitatif. Jurnal Pendidikan Sains dan Komputer, 3(01), 1-9.
22
Tan, D. (2021). Metode Penelitian Hukum: Mengupas Dan Mengulas Metodologi
Dalam Menyelenggarakan Penelitian Hukum. Nusantara: Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 8(8),
2463-2478.
23
Ernawati, N. (2020). Buku Ajar Mata Kuliah Metodologi Riset Penelitian Data
Sekunder.
3. Pendekatan
Secara metodologis, pendekatan penelitian ini menggunakan sosio-
historis yaitu pendekatan yang digunakan untuk mengetahui kondisi
latar belakang sosio-kultural dan sosio-politik seorang tokoh, karena
hasil pemikiran seorang tokoh merupakan hasil dari interaksi dengan
lingkungannya. Metode ini dimaksudkan sebagai untuk pemahaman
terhadap suatu kepercayaan, agama atau kejadian dengan melihatnya
dengan suatu kenyataan yang mempunyai satu kesatuan mutlak dengan
waktu, tempat, budaya, kelompok, dan lingkungan dimana
kepercayaan, ajaran, dan kejadian itu muncul.24
Penelitian ini juga menggunakan pendekatan Hermeneutik, yang
nantinya diharapkan dapat memberikan makna atau tafsiran dan
interpretasi terhadap fakta-fakta kondisi sosio-historis yang berkitan
dengan kejadian atau peristiwa masa lalu sesuai konteksnya.25
4. Analisis Data
Analisis data adalah proses pengorganisasian dan pengurutan data
kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga bisa
menemukan tema dan dapat merumuskan hipotesis kerja seperti yang
disarankan data.26 Selanjutnya setelah melakukan analisis data, maka
selanjutnya ialah menarik kesimpulan. Dalam menarik kesimpulan
alfaqir menggunakan metode deduksi.27
24
Firdaus, F., & Ni'mah, S. (2022). KEPEMIMPINAN WANITA DALAM
PERSPEKTIF HADIS (Kajian Kritik Hadis dengan Pendekatan Sosio-Historis-
Kontekstual). IMTIYAZ: Jurnal Ilmu Keislaman, 6(2), 101-112.
25
Yahya, A. (2014). Pendekatan Hermeneutik dalam Pemahaman Hadis. Ar-Raniry:
International Journal of Islamic Studies, 1(2).
26
Rijali, A. (2019). Analisis data kualitatif. Alhadharah: Jurnal Ilmu Dakwah, 17(33),
81-95.
27
Metode deduksi adalah suatu metode yang dipakai untuk menarik kesimpulan dari
uraian-uraian yang bersifat umum menuju ke uraian yang bersifat khusus.
H. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Proposal skripsi ini disusun dengan menggunakan penjabaran
secara sistematis agar memudahkan pengkajian dan pembahasan terhadap
persoalan yang ada. Berikut sistematika dalam pembahasan proposal ini
adalah:
Bab 1 pendahuluan, pembahasan yang meliputi latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian
terdahulu yang relevan, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdusshomad Al-Palimbani, Sirussalikin, ()مكتبة دار إحياء الكتب العربية اندونيس__يا, hal.
17
Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, (Beirut: ) دار الكتب العلمية, Juz II, hal. 432.
Assyakurrohim, D., Ikhram, D., Sirodj, R. A., & Afgani, M. W. (2023). Metode
Studi Kasus dalam Penelitian Kualitatif. Jurnal Pendidikan Sains dan
Komputer, 3(01), 1-9.
Ernawati, N. (2020). Buku Ajar Mata Kuliah Metodologi Riset Penelitian Data
Sekunder.
Febrina, R. H., Mustika, B. U., & Dedees, A. R. (2014). Nahdlatul Ulama: Bebas
untuk Oportunis? Menelisik Kontestasi Politik pada Pemilihan Kepala
Daerah Kabupaten Banyumas Periode 2008 dan 2013. Jurnal Ilmu Sosial
Dan Ilmu Politik, 18(2), 99-113.
Muhammad Iqbal. Amin Husein Nasution, pemikiran politik islam, hal. 26.
Ridho, H., Wasik, A., & Washil, S. (2021). Kiai dan Politik; Relasi Ulama dan
Umara dalam Mewujudkan Perdamaian Umat Beragama dan
Bernegara. TARBIYA ISLAMIA: Jurnal Pendidikan dan Keislaman, 11(1),
54-66.
Romzi, Moh. "Ulama dalam Perspektif Nahdlatul Ulama." Religió: Jurnal Studi
Agama-agama 2.1 (2012).