Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

AKADEMIKA

JURNAL ILMIAH

URGENSI MATA KULIAH PENDIDIKAN KARAKTER DI FAKULTAS KEGURUAN DAN


ILMU PENDIDIKAN DALAM KONTELASI GURU SEBAGAI ROLE MODEL BAGI
PESERTA DIDIK

Irmawati Duko Ishak


Program Studi Pendidikan Guru sekolah Dasar Universitas Muhammadiyah Gorontalo
e-mail: Irmawatiishak@gmail.com

Abstract

The formulation of the problem in this study is that the Indonesian government
emphasizes the implementation of character education in the learning process in
schools. in practice there are reductions that result in the practice of character
education not being comprehensive, because prioritizing the teaching of values is more
emphasis on the cognitive side. This research is a qualitative descriptive study
conducted at the Teacher Training and Education Faculty of Gorontalo State University.
The source of the data uses a purposive sample that focuses on selected informants.
Data collection is needed through observation, interviews and documentation studies.
The data analysis technique used in this study is interactive analysis with 4 components
of analysis, namely: 1) data collection, 2) data reduction, 3) data presentation, and 4)
conclusion. The results of the research data are as follows: 1) Based on the results of
the interviews, it was concluded that 100% of the speakers had heard the term
character education. 2) 97% of informants do not understand about 97% character
education. The resource person does not understand the implementation of 100%
character education 99% of speakers do not know how to teach character education to
students.

Keywords: Teacher; Character Education; Model Role


Abstrak
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah pemerintah Indonesia memberi
penekanan pada pelaksanaan pendidikan karakter dalam proses pembelajaran di
sekolah. pada praktiknya terjadi reduksi-reduksi yang mengakibatkan praktik
pendidikan karakter tidak komprehensif, karena lebih mengedepankan pada
pengajaran nilai-nilai saja yakni penekanan lebih pada sisi kognitif. Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang dilaksanakan dilakukan di Fakultas
keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo. Sumber data
menggunakan sampel purposif (purposive sample) yang fokus pada informan-informan
terpilih. Pengumpulan data yang diperlukan melalui observasi, wawancara dan studi
dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
interaktif dengan 4 komponen analisis yaitu: 1) pengumpulan data, 2) reduksi data, 3)
penyajian data, dan 4) penarikan kesimpulan. Data hasil penelitian sebagai berikut: 1)
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh kesimpulan bahwa 100 % narasumber pernah
mendengar istilah pendidikan karakter. 2) 97% narasumber tidak paham mengenai
pendidikan karakter 97% narasumber tidak paham implementasi pendidikan karakter
100% narasumber ingin mengajarkan pendidikan karakter terhadap siswa jika nanti
mengajar disekolah. 99% narasumber tidak tau cara mengajarkan pendidikan karakter
kepada siswa.

Kata Kunci : Guru; Pendidikan Karakter; Role Model

PENDAHULUAN Secara filosofi, pendidikan


Pendidikan adalah modal utama bertujuan memanusiakan manusia.
dalam upaya peningkatan kualitas Pendidikan tidak hanya berfokus pada
sumber daya manusia. Pendidikan penyampaian materi yang memiliki tujuan
merupakan ujung tombak pembentukan semata-mata meningkatkan kemampuan
insan cindikia yang tidak hanya cerdas intelektual peserta didik, tetapi harus
juga berkarakter mulia.guru sebagai dapat membangun dan mengembangkan
stackholder kegiatan pendidikan harus karakter pembelajar dalam meningkatkan
memiliki Orientasi pada penanaman nilai- kemampuan pengelolaan emosi.
nilai yang membentuk karakter dan Dalam Undang-undang (UU)
kepribadian peserta didik. No.20, tahun 2003 tentang Sistem

92 Volume 7 Nomor 2 Tahun 2018


PendidikanNasional pasal 3 dinyatakan tuntutankewajiban menyiapkan peserta
bahwa Pendidikan nasional berfungsi didik yang tidak hanya cerdas secara
mengembangkankemampuan dan akademik tetapi juga mampu menghadapi
membentuk watak serta peradaban dinamikaperubahanyang berkembang
bangsa yang bermartabat dalam dengansangat cepat.Perubahan tidak
rangkamencerdaskan kehidupan bangsa, hanya terkait peningkatan ilmu
bertujuan untuk berkembangnya potensi pengetahuandan teknologi, juga
peserta didikagar menjadi manusia yang menyentuhpergeseran aspek nilaidan
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan moral dalam kehidupan masyarakat.
Yang Maha Esa,berakhlak mulia, sehat, Menurut Goleman dalam Leonie
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan Francisca (2016), keberhasilan seseorang
menjadi warga Negara yangdemokratis di masyarakat, 80% dipengaruhi oleh
serta bertanggung jawab. Sehingga lahir kecerdasan emosi, dan hanya 20%
anak-anak bangsa yang kreatif yang ditentukan oleh kecerdasan intelektual.
mampu mengemban tugas sebagai agen Anak yang memiliki masalah dalam
perubahan dalam masyarakat serta kecerdasan emosinya akan mengalami
menjadi generasi dengan pemimpin yang kesulitan belajar, bergaul, dan tidak dapat
meneruskan cita-cita perjuangan bangsa. mengontrol emosi mereka. Permasalahan
Sehubungan dengan ketetapan ini terlihat sejak usia anak masih
UUD dan UU tentang Sisdiknas serta prasekolah dan dapat terbawa sampai
tujuan pendidikan nasional yang telah di usia dewasa. Sebaliknya, seorang anak
tetapkan oleh pemerintah bahwa yang berkarakter atau mempunyai
pendidikan di masa yang akan datang ini kecerdasan emosi tinggi cenderung
harus memiliki mutu dan berkualitas terhindar dari masalah-masalah, seperti
dibanding dengan pelaksanaan kenakalan, tawuran, narkoba, miras,
pendidikan yang telah berlangsung saat perilaku seks bebas, dan perilaku negatif
sekarang ini. Maka perlu ditegaskan lainnya.
bahwa Keputusan Presiden RI No 1 Dewasa ini, Pemerintah Indonesia
Tahun 2010 setiap jenjang pendidikan di memberi penekanan pada
Indonesia harus melaksanakan pelaksanaanpendidikan karakter dalam
pendidikankarakter. proses pembelajaran di sekolah. Hanya
Lembaga pendidikan dan guru saja, pada praktiknya terjadi reduksi-
dewasaini dihadapkan pada reduksi yang mengakibatkan praktik

Volume 7 Nomor 2 Tahun 2018 93


pendidikan karakter tidak komprehensif, tersebut mampu melakukan transfer nilai-
karena lebih mengedepankan pada nilai karakter dalam mata pelajaran.
pengajaran nilai-nilai saja yakni
penekanan lebih padasisi kognitif . Pada METODE PENELITIAN
proses pengembangan karakter, faktor Penelitian ini adalah penelitian
yang dapat dikembangkan adalah pada deskriptif melalui pendekatan
pembentukan lingkungan. Pembentukan kualitatifInteraktif.Didasarkan pada tujuan,
lingkungan menjadi sangat penting penelitian deskriptif merupakan penelitian
karena pada dasarnya karakter adalah yang menggambarkan fenomena yang
kualitas pribadi seseorang yang terbentuk sedang berlangsung untuk membuat
melalui proses belajar (Raka dkk, 2011). deskripsi, gambaran,faktual dan akurat
Universitas Negeri Gorontalo mengenai fakta-fakta atau hubungan
memiliki sejarah sebagai fakultas antara fenomena yang diselidiki (Nazir
pendidikan sejak tahun 1963 yakni 2005).Sedangkan, bila dilihat dari
dikenal dengan FKIP Universitas perolehan dan pengolahan data,
Sulawesi Utara-Tengah.Temuan awal penelitian ini menggunakan pendekatan
peneliti, sebagai Perguruan Tinggi yang kualitatif interaktif yakni menggunakan
memiliki Fakultas Ilmu pendidikan teknik pengumpulan data langsung dari
terbesar dan terbaik di Gorontalo orang dalam lingkungan alamiahnya yang
Universitas Negeri Gorontalo Belum diharapkan mampu memberikan
menjadikan Pendidikan Karakter sebagai penjelasan secara terperinci tentang
mata kuliah dalam kurikulum suatu fenomena (Nana Syaodih 2010).
pendidikan.Urgenitas Pendidikan karakter Penelitian ini dilakukan di Universitas
dalam mata kuliah dirasa mampu Negeri Gorontalo. Pemilihan lokasi
membentuk karakter positif dan teladan penelitian disebabkan Universitas Negeri
bagi mahasiswa yang merupakan calon Gorontalo merupakan perguruan tinggi
guru. Kondisi tersebut membuat peneliti negeri yang memiliki Fakultas keguruan
merasa perlu melakukan penelitian dengan jumlah mahasiswa paling banyak
mendalam terkait bagaimana di Gorontalo.Selain itu Universitas Negeri
pemahaman pendidikan karakter Gorontalo memiliki sejarah sebagai
mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan, fakultas pendidikan sejak tahun 1963
serta bagaimana cara mahasiswa yakni dikenal dengan FKIP Universitas
Sulawesi Utara-Tengah.Peneliti

94 Volume 7 Nomor 2 Tahun 2018


menemukan Universitas Negeri Gorontalo dengan jurusan yang berbeda.Yang
Belum menjadikan Pendidikan Karakter diminta memberikan keterangan atau
sebagai mata kuliah dalam kurikulum pendapat melalui wawancara secara
pendidikan.Waktu penelitian dilakuka langsung.
selama tiga bulan, yaitu sejak bulan
Januari 2018 sampai April 2018. Teknik Analisis data
Sebagaimana dijelaskan Aan Teknik analisis data yang
Komariah (2010), penelitian kualitatif tidak digunakan dalam penelitian ini adalah
mengenal istilah populasi, dan analisis interaktif dengan 4 komponen
sampel.Populasi atau sampel pada analisis yaitu: 1) pengumpulan data, 2)
pendekatan kualitatif lebih tepat disebut reduksi data, 3) penyajian data, dan 4)
sumber data pada situasi sosial (Social penarikan kesimpulan. Menurut Moleong
Situation) tertentu. Sedangkan menurut (2004), “Analisis data adalah proses
Spradley dalam Sugiyono (2011) Social mengorganisasikan dan mengurutkan
situation terdiri atas tiga elemen yaitu : data kedalam pola, kategori, dan satuan
tempat (place), pelaku (actors), dan uraian dasar sehingga dapat ditemukan
aktivitas (activity) yang berinteraksi tema dan tempat dirumuskan hipotesis
secara sinergis. Maka penelitian ini, kerja seperti yang disarankan oleh data”.
memiliki sumber data menggunakan analisis data kualitatif dilakukan selama
sampel purposif (purposive sample) yang proses pengumpulan data dilapangan.
fokus pada informan-informan terpilih
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
dengan kasus untuk studi yang bersifat
Wawancara dilaksanakan dengan
mendalam (Nana Syaodih,
menggunakan teknik purposive terhadap
2007).Sehingga data yang diperlukan
30 orang mahasiswa sebagai
untuk mengetahui bagaimana
narasumber.Wawancara dengan
pengetahuan mahasiswa Universitas
narasumber dilaksanakan selama dua
Negeri Gorontalo terhadap pendidikan
minggu pemilihan narasumber dilakukan
karakter adalah data yang dikumpulkan
secara random tanpa melihat semester
melalui observasi, wawancara dan studi
dan jurusan mahasiswa. Rincian
dokumentasi.
narasumber yang diperoleh adalah 5
Subjek penelitian atau
orang narasumber berasal dari jurusan
informanpada penelitian ini adalah
pendidikan Olahraga, 7 orang dari jurusan
mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan

Volume 7 Nomor 2 Tahun 2018 95


Bimbingan Konseling, 10 orang jurusan karakter, tidak paham bagaimana
PGSD, 4 orang dari jurusan manajemen implementasi pendidikan karakter dan
pendidikan, dan 4 orang dari jurusan tidak tau cara mengajarkan pendidikan
PAUD. karakter kepada siswa.data ini
Data hasil penelitian diuraikan sebagai menggambarkan bahwa pengetahuan
berikut : terkait pengembangan mahasiswa yang
1) Berdasarkan hasil wawancara merupakan calon-calon guru
diperoleh kesimpulan bahwa 100 bertentangan dengan konteks pencapaian
% narasumber pernah mendengar tujuan pendidikan karakter, dimana guru
istilah pendidikan karakter. merupakan ujung tombak keberhasilan
2) Berdasarkan hasil wawancara pencapaian tujuan pendidikan karakter.
diperoleh data 97 % narasumber Guru, merupakan sosok yang digugu dan
tidak paham mengenai pendidikan ditiru, memiliki peran penting dalam
karakter terwujudnya proses pembentukan
3) Berdasarkan hasil wawancara karakter peserta didik. Sebagaimana
diperoleh data 97 % narasumber dikemukakan Suryadi (2011) dalam
tidak paham implementasi mengembangkan karakter peserta didik di
pendidikan karakter sekolah, guru memiliki posisi paling
4) Berdasarkan hasil wawancara utama dan strategis. Menurut Gunawan
diperoleh data 100 % narasumber (2012), bahwa pendidikan karakter adalah
ingin mengajarkan pendidikan segala sesuatu yang dilakukan guru, yang
karakter terhadap siswa jika nanti mampu mempengaruhi karakter peserta
mengajar disekolah. didik.
5) Berdasarkan hasil wawancara Mencermati pentingnya peran
diperoleh kesimpulan bahwa 99 % guru terhadap pembentukan karakter
narasumber tidak tau cara peserta didik, pendidikan untuk calon
mengajarkan pendidikan karakter guru yang berkarakter cerdas harus
kepada siswa. didisain dengan lebih cermat. Mulai
dari penyaringan calon guru sudah dipilih
Hasil penelitian ini menunjukkan melalui mekanisme seleksi yang ketat,
bahwa hampir seluruh mahasiswa Ilmu transparan dan bermartabat, kurikulum
Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo berbasis kompetensi dan soft skill,
tidak paham mengenai pendidikan pembelajaran berkarakter yang mendidik

96 Volume 7 Nomor 2 Tahun 2018


dan memandirikan mahasiswa, membentuk kualitas karakter peserta
penyediaan sarana dan prasarana didik disekolah.
termasuk dalam hal ini laboratorium yang
menunjang pengembangan karakter Urgensi Pendidikan Karakter Terhadap
mahasiswa dan dosen di Fakultas Guru
Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Sebagai wahana pembelajaran,
Dinamisasi perkembangan jaman sekolah merupakan tempat potensial
menjadikan peran guru mengalami pelaksanaan pendidikan karakter.Sekolah
peningkatan, sebagai pendidik seorang tidak hanya bertanggung jawab untuk
guru harus bisa mempertahankan nilai- mencetak peserta didik yang unggul
nilai positif.Sebagai Role Model guru dalam ilmu pengetahuan dan teknologi,
harus memiliki karakter berkulitas, seperti tetapi juga memiliki karakter unggul, dan
komitmen dalam bekerja, menghargai kepribadian. di sekolah, guru memiliki
perbedaan dan memiliki keterampilan peran utama. Guru merupakan garis
yang baik dalam mengajar serta harus depan terwujudnya pelaksanaan
mampu menjadi teladan bagi peserta pendidikan karakter. Guru yang langsung
didik. berhadapan dengan peserta didik untuk
Mendukung peran guru dalam mentransfer ilmu pengetahuan dan
pembentukan karakter peserta didik, guru teknologi serta mendidik dengan nilai-nilai
dituntut memahami dan memiliki karakter positif melalui bimbingan dan keteladanan
yang kuat serta mampu mentransfer (Kunandar, 2008).Guru, menurut Danin
penguatan dan motivasi terhadap peserta (2010), merupakan profesional dengan
didik, maka integrasi pendidikan karakter tugas utama mendidik, mengajar,
dalam kegiatan perkuliahan di fakultas membimbing, mengarahkan, melatih,
keguruan dirasa belum mampu menilai, dan mengevaluasi peserta
melahirkan calon-calon guru yang didik.Karena begitu beratnya tugas, maka
berkarakter. Pendidikan karakter di guru harus mempunyai beberapa
Fakultas Keguruan harus diberikan kompetensi untuk melaksanakan
secara terpadu sebagai mata kuliah, tugasnya.Dalam Peraturan Pemerintah
sehingga mahasiswa difakultas keguruan Nomor 19 tahun 2005, guru lembaga
akan lebih memahami konsep-konsep pendidikan non-formal, harus tetap
pendidikan karakter, implementasi mempunyai kompetensi pedagogis,
pendidikan karakter dan bagaimana kepribadian, sosial, dan

Volume 7 Nomor 2 Tahun 2018 97


profesional.Selain kompetensi guru guru-guru dengan pengalaman hidup
tersebut, sangat penting bagi guru untuk yang berbeda.Kesulitan lain yang
memiliki pemahaman mengenai dihadapi guru adalah dalam hal penilaian,
pendidikan karakter. Setiap karakter yang Uji yang dilakukan terhadap peserta didik
ingin ditanamkan kepada peserta didik selama ini, terbatas pada uji kompetensi
memerlukan sebuah proses yang secara kognitif dan psikomotorik.
simultan dan berkesinambungan. Menurut Pendidikan karakter merupakan proses
Lickona (2012), terdapat tiga komponen yang dimulai dari pemahaman,
pembentukan karakter baik, yaitu pembiasaan hingga ke pembudayaan,
mengetahui hal yang baik (Moral sehingga menjadi perilaku hidup sehari-
Knowing), keinginan untuk melakukan hari, Hambatan yang dihadapi guru bisa
yang baik (Moral Feeling), dan melakukan bertambah bila kemudian guru diminta
hal yang baik (Moral Behavior). Ketiga hal mengevaluasi hasil pembelajarannya
ini diperlukan untuk mengarahkan dan dengan target pendidikan karakter yang
membentuk pendewasaan moral. telah ditetapkan.
Salah satu kendala praktek
pendidikan karakater yang tidak Guru sebagaiRole Model pengembangan
komprehensif disekolah terdapat pada karakter peserta didik
guru, kendala tersebut antara lain Tantangan guru sebagai guru
rendahnya pengetahuan guru terhadap selain mampu mentransfer ilmu
konsep pendidikan karakter serta pengetahuan, harus mampu menjadikan
bagaimana implementasi pendidikan dirinya sebagai role model bagi
karakter dalam proses kegiatan pembelajar.Bashir (2014) menyatakan
pembelajaran, selain itu kurangnya bahwa, “Seorang role model adalah orang
jumlah guru yang secara eksplisit yang menginspirasi dan mendorong kita
mendisain kegiatan pembelajarannya untuk berjuang untuk hal yang besar,
dalam gembangkan pendidikan karakter. membangkitkan potensi maksimal kita
Menurut Triatmo (2010), sebagian besar dan mampu melihat yang terbaik dalam
guru belum mampu menyusun perangkat diri kita. Seorang role model bisa setiap
observasi yang menggambarkan karakter orang; orang tua, saudara atau teman,
peserta didik secara tepat. Perumusan tetapi beberapa role model yang memiliki
indikator dan deskriptor tentang perilaku pengaruh kuat dan dapat mengubah
disiplin dapat sangat bervariasi diantara kehidupan are guru. Pandangan di atas

98 Volume 7 Nomor 2 Tahun 2018


dapat dinyatakan bahwa seorang guru kalah penting adalah role model dalam
harus mampu memberikan perbaikan berkomunikasi.Peran komunikasi guru
yang signifikan terhada kepribadian dalam hal ini sering kali dianggap kurang
peserta didik. Guru memiliki pengaruh penting dan tidak memberi pengaruh
jangka panjang bagi kehidupan peserta terhadap perkembangan peserta didik.
didik mereka, dan guru terhebat Padahal, bahasa yang digunakan untuk
menginspirasi peserta didiknya. berinteraksi dalam kehidupan, khususnya
Thoifuri (2008 ) menambahkan kepada peserta didik dalam kegiatan
bahwa karakter sosial dan pribadi guru pembelajaran, akan memberi pengaruh
dapat diwujudkan dalam bentuk: (a) besar terhadap perkembangan mental
seorang guru harus cerdas dan atau jiwa peserta didik. Seseorang yang
berwawasan, (b) seorang guru harus menggunakan pilihan kata yang tepat,
terus meningkatkan pengetahuannya, (c) ungkapan sopan, dan struktur kalimat
seorang guru harus yakin terhadap yang baik saat berbicara menunjukkan
keabsahan dan manfaat pelajaran yang bahwa orang tersebut memiliki
disampaikan, (d) seorang guru harus kepribadian yang baik (Syahrul, 2014).
obyektif dalam menyelesaikan masalah, Dalam dunia pendidikan, kesantunan
(e) seorang guru harus memiliki dedikasi, berbahasa merupakan cara guru
motivasi dan loyalitas yang baik, (f) berinteraksi dengan peserta didik. Hal ini
seorang guru harus bertanggung jawab penting untuk membangun hubungan
terhadap kualitas dan kepribadian yang emosional yang baik antara guru dan
bermoral, (g) seorang guru harus mampu peserta didik serta dapat membangun
memperbaiki perilaku peserta didik, (h) kegiatan belajar mengajar yang lebih
seorang guru harus menjauhkan dirinya kondusif. Penggunaan kalimat positif dan
dari penghargaan dan pujian, (i) seorang memotivasi dibutuhkan untuk
guru harus mampu mengaktualisasikan menumbuhkan semangat belajar peserta
materi pelajaran disajikan, dan (j) seorang didik.
guru harus memiliki banyak insiatif atau
prakarsa sesuai dengan perkembangan Mata kuliah Pendidikan Karakter di
teknologi. Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan
Peran guru sebagai role model Di lingkungan pendidikan tinggi
tidak hanya meliputi sikap dalam belajar, khususnya di Fakultas Keguruan dan Ilmu
bertindak dan berpenampilan.Namun tak Pendidikan, pendidikan perilaku yang

Volume 7 Nomor 2 Tahun 2018 99


berkarakter untuk mahasiswa belum pendidikan karakter. Hal ini disebabkan
banyak dilakukan secara formalsehingga mahasiswa keguruan diharapkan tidak
proses pendidikan karakter belum banyak hanya akan menjadi seorang pendidik
menyentuh pembinaan karakter yang menerapkan keilmuan sebagai
mahasiswa. Sebagai penghasil calon- disiplin ilmu yang dikuasainya, tetapi juga
calon guru profesional Fakultas Keguruan harus menjadi lulusan yang bertanggung
dan Ilmu Pendidikan dituntut mampu jawab berdasarkan gelar yang dimiliki.
merancang kegiatan pembelajaran yang Kondisi tersebut menggambarkan
mampu mengembangkan siswanya urgensi pendidikan karakter yang
menjadi seorang siswa yang berkarakter memerlukan pembelajaran secara
. Mahasiswa fakultas keguruan selain komprehensif dan terpadu khusus untuk
harus memahami ilmu kependidikan juga mahasiswa di fakultas keguruan dan Ilmu
harus memiliki etika yang baik dalam pendidikan. Perlunya pendidikan karakter
dirinya sehingga berdampak pada dijadikan mata kuliah bertujuan agar
perilakunya sehari-hari, diharapkan mahasiswa keguruan dapat mengetahui
nantinya akan memungkinkan konsep-konsep pendidikan karakter yang
mahasiswa-mahasiswa calon pendidik lebih menyeluruh, cara implementasi
tersebut tersebut terbiasa berperilaku etis. pendidikan karakter, serta strategi
Perilaku etis inilah yang nantinya akan pembelajaran berbasis karakter. Proses
dijadikan pedoman menginternalisasikan pembelajaran mata kuliah pendidikan
karakter dalam profesinya sebagai karakter diarahkan pada upaya
pendidik memberikan motivasi dan penguatan
Berdasarkan observasi awal yang kepada mahasiswa keguruan melalui
dilakukan oleh penulis, Realita yang kegiatan pembelajaran yang
tampak pada mahasiswa keguruanselain mengaktifakan kemandirian mahasiswa
hanya memfokuskan diri pada nilai akhir melalui pemberian kesempatan
(IPK) dan berusaha cepat menyelesaikan mengeluarkan gagasan, mencari
masa kuliah, juga bersikap tidak acuh informasi dari berbagai sumber,
terhadap pentingnya etika, perilaku dan memecahkan permasalahan moral dan
pengembangan karakter.Sehingga karakter serta melaksanakan tugas yang
muncul kecenderungan lahirnya guru- merupakan aplikasi dari konsep-konsep
guru yang kurang mampu pendidikan karakter yang dipelajari.
menginmplementasikan nilai-nilai Selain kesiapan calon guru dlam

100 Volume 7 Nomor 2 Tahun 2018


menerapkan pendidikan karakter di teladan (Role model) sehingga guru diberi
sekolah, Pendidikan karakter akan ruang dihati perserta didik sebagai guru
berdampak positif pada perilaku mengajar yang diidolakan, guru yang dicintai dan
saat menempuh perkuliahan. disayangi peserta didik. Kemampuan
pengembangan karakter yang berkualitas
PENUTUP oleh guru tidak diperoleh secara
Kesimpulan Instan.Guru memerlukan proses inputan
Mencermati hasil penelitian karakter-karakter yang baik baik dari
menunjukkan bahwa hampir seluruh kegiatan pelatihan-pelatihan
mahasiswa Ilmu Pendidikan Universitas pengembangan karakter serta lingkungan
Negeri Gorontalo tidak paham mengenai sekolah yang mendukung pengembangan
pendidikan karakter, tidak paham pendidikan krakter, selain itu yang sering
bagaimana implementasi pendidikan terabaikan adalah pentingnya
karakter dan tidak tau cara mengajarkan pembelajaran karakter terhadap calon-
pendidikan karakter kepada siswa. data calon guru, pembelajaran selama
ini menggambarkan bahwa pengetahuan perkuliahan yang berkarakter sering
terkait pengembangan mahasiswa yang terlewatkan dari kurikulum pembelajaran
merupakan calon-calon guru di fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan.
bertentangan dengan konteks pencapaian Sehingga ditemukan banyak guru-guru
tujuan pendidikan karakter, dimana guru yang tidak memiliki karakter positif.Selaint
merupakan ujung tombak keberhasilan itu, integrasi pendidikan karakter dalam
pencapaian tujuan pendidikan karakter. kegiatan perkuliahan di fakultas keguruan
Guru, merupakan sosok yang digugu dan dirasa belum mampu melahirkan calon-
ditiru, memiliki peran penting dalam calon guru yang berkarakter.Oleh karena
terwujudnya proses pembentukan itu Pendidikan karakter di Fakultas
karakter peserta didik. Keguruan sangat urgen dilaksanakan.
Dalam mendukung peran guru Pemberian materi karakter harus
dalam pembentukan karakter peserta diberikan secara terpadu sebagai mata
didik, guru dituntut memahami dan kuliah, sehingga mahasiswa difakultas
memiliki karakter yang kuat serta mampu keguruan akan lebih memahami konsep-
mentransfer penguatan dan motivasi konsep pendidikan karakter, implementasi
terhadap peserta didik, guru juga harus pendidikan karakter dan bagaimana
mampu menjadi pendidik yang memberi

Volume 7 Nomor 2 Tahun 2018 101


membentuk kualitas karakter peserta memberikanpendidikan tentang
didik disekolah. sikap hormat dan bertanggung
jawab. Diterjemahkan oleh:
Wamaungo.Jakarta: PT. Bumi
DAFTAR PUSTAKA Aksara

Aan Komariah dan Djam’an Satori. Leonie Francisca dan Clara R.P.
(2010). Metodologi Penelitian Ajisuksmo. (2016). Kompetensi
Kualitatif Bandung :Alfabeta. Guru Pada Pendidikan

Bashir, S. (2014). Teacher as A Role Karakter Berdasarkan Komponen


Model and Its Impact on the Life of Pembentukan Karakter Di Sebuah
Female Students. Lembaga Pendidikan Non-

International Journal of Research – Formal. Jurnal Pemberdayaan


Granthaalayah. [Shakila et al.*, Masyarakat Vol. 3 No. 1 Mei 2016
Vol.1(Iss.1):August,2014
Nazir. (2005). Metode Penelitian. Jakarta
Danin, S. (2010). Profesionalisasi dan : Ghalia Indonesia
Etika Profesi Guru. Bandung:
Nana Syaodih. (2007). Metode Penelitian
Alfabeta.
Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Gunawan, Heri. (2012.) Pendidikan Rosdakaya
Karakter; Konsep dan
Nana Syaodih. (2010). Metode Penelitian
Implementasi. Bandung: Alfabeta
Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Kunandar. (2008). Guru Profesional: Rosdakaya
Implementasi Kurikulum Tingkat
Moleong, Lexy J. (2004). Metodologi
Satuan Pendidikan
penelitian kualitatif. Bandung :
(KTSP) Dan Sukses Dalam Sertifikasi Remaja Rosdakarya
Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo
Prof. DR Sugiyono.(2015). Metode
Persada.
Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan
Lickona, T. (2012). Mendidik untuk R&D. Bandung : CvAlfabeta
membentuk karakter: Bagaimana
sekolah dapat

102 Volume 7 Nomor 2 Tahun 2018


Raka, G., Mulyana, Y., Markam, S.S., Pendidikan, Mei 2010, Th. XXIX,
Semiawan, C.R., Hasan, S.H., EdisiKhusus Dies Natalis UNY
Bastaman, H.D., &

Nurachman, N. (2011). Pendidikan


karakter di sekolah: Dari gagasan
ke tindakan. Jakarta: PT.Elex
Media Komputindo

Suryadi & Turmudi. (2011).


Kesetaraan Didactical Desing
Ressearch (DDR) Dengan

Matematika Realistik Dalam


Pengembangan Pembelajaran
Matematika Makalah disajikan
padaSeminar Nasional UNS 26
November 2011.Syahrul.(2014).
Language Politeness and
Character Education in Indonesian
Language Learning Based on
Curriculum 2013. ISBN: 978-602-
17017-4-4.

Sugiyono. (2011).
MetodePenelitianKuantitatif,
Kualitatif, danR&D. Bandung:
Alfabeta

Thoifuri.(2008). Menjadi Guru Inisiator.


Semarang. Rasail Media Group.

Triatmo.(2010).
TantanganImplementasiPendidika
nKarakter di Sekolah.Cakrawala

Volume 7 Nomor 2 Tahun 2018 103

You might also like