Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

HADITS PENCIPTAAN MANUSIA

Suci Rahma Sari1*, Farid Hidayatallah2, Istiqamah3


UIN Raden Intan Lampung
sucirahmasari1711@gmail.com1, hidayatallahfarid@gmail.com2, istiqamah5575@gmail.com3

Keywords: Abstract
Humans, Humans are the most perfect creation of Allah SWT because they are given reason,
Process of passion, good five senses, good physicality, and so on. As a believing Muslim, to
human events, further strengthen our faith in Allah, we should know the origins of human events.
Hadits This research focuses on discussing hadiths relating to the creation of humans. This
research aims to explain the process of human events contained in the hadith. This
article is interesting because it examines the process of human events originating
from nutfah, then in the form of 'alaqah and mudhghoh. To get answers from this
research, this research uses qualitative research, through library research. The
analysis technique in this research is descriptive-analytic, the data sources used
include secondary and primary data. The primary data source is the hadith book,
while the secondary data source is tafsir books, books, journals, articles and
electronic documents which can help in the research process. The results of this
research are that humans were created from a single individual (min nafsin
wahidah), then from them they were created in pairs, and from these pairs all
human beings, male and female, were created. Furthermore, Adam's offspring are
no longer created from soil, but from disgusting water (sperm and ovum), which
after the process of forming the fetus is complete, then Allah breathes his soul into
it.

Kata Kunci: Abstrak


Manusia, Manusia merupakan ciptaan Allah SWT yang paling sempurna karena diberi akal,
Proses kejadian nafsu, panca indra yang baik, fisik yang baik, dan lain sebagainya. Sebagai seorang
manusia, muslim yang beriman pasti untuk lebih memantapkan lagi keimanan kita kepada
Hadits Allah, maka seyogyanya kita harus mengetahui asal usul dari kejadian manusia.
Penelitian ini fokus pada pembahasan hadits yang berkenaan dengan penciptaan
manusia. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan mengenai proses dari
kejadian manusia yang terdapat didalam hadits. Artikel ini menjadi menarik karena
menelaah mengenai proses kejadian manusia yang berasal dari nutfah, kemudian
berupa ‘alaqah dan mudhghoh. Untuk mendapatkan jawaban dari penelitian
tersebut, penelitian ini menggunakan kualitatif, melalui studi pustaka (library
research). Teknik analisis dalam penelitian ini adalah deskriptif-analitis, sumber
data yang digunakan meliputi data sekunder dan primer. Sumber data primernya
adalah Kitab hadits, sedangkan sumber data sekundernya adalah kitab tafsir, buku-
buku, jurnal, artikel, serta dokumen elektronik yang bias membantu dalam proses
penelitian. Hasil dari penelitian ini bahwa manusia diciptakan dari pribadi yang
tunggal (min nafsin wahidah), kemudian dari padanya diciptakan berpasang-
pasangan, dan dari pasangan-pasangan itu diciptalah seluruh umat manusia, laki-
laki dan perempuan. Selanjutnya keturunan adam tidak lagi diciptakan dari tanah,
melainkan dari air yang menjijikan (sperma dan ovum), yang setelah proses
2

pembentukan janin itu sudah lengkap, lalu Allah meniupkan ruh miliknya
kedalamnya.

Article History: Received: Accepted:

PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk yang Allah ciptakan dengan sempurna. Seorang
makhluk yang dinformasikan oleh kebanyakan kitab suci sebagai satu-satunya
makhluk yang dihormati dan juga dimuliakan. 1 Manusia juga merupakan makhluk
sangat kompleks, terdiri dari jiwa, raga dan ruh. Perkembangannya bermula sejak
dalam rahim ibu ketika bertemunya sperma ayah dengan sel telur ibu, kemudian
berkembang mengikuti pertumbuhannya yang pada akhirnya membentuk wujud bayi
manusia.2 Manusia sendiri merupakan objek yang sering sekali dibahas dalam
berbagai disiplin ilmu, karena pada hakikanya setiap ilmu memiliki dimensi tersendiri
dalam mempelajari manusia. Ekonomi yang membahas mengenai kesejahteraan
manusia, politik yang membahas tentang strategi manusia dalam mendapatkan
kekuasaan, psikolog yang membahas mengenai alam pikir manusia, sedangkan
biologis membahas tentang fisiologis manusia.3

Al-qur’an sebagai kitab suci yang menyajikan ayat-ayat tanziliyah, memiliki


fungsi utama sebagai petunjuk bagi seluruh umat manusia yang ada dimuka bumi.
Enath itu kaitannya dengan Allah Swt, manusia dan juga alam raya ini. Didalam Al-
qur’an sendiri tidak hanya tersaji paparan tentang masalah kepercayaan (akidah),
hukum, ataupun pesan-pesan moral saja, tetapi didalamnya dipaparkan pula petunjuk
untuk mendapatkan pemahaman tentang rahasia-rahasia alam raya. Dalam Al-Qur’an
selain mengajarkan alam materi (fisik) juga mengajarkan alam (metafisik) yang tidak
dapat dijangkau oleh mata indra manusia dan tidak dapat diuji coba serta diobservasi
oleh manusia.4

Al-Qur’an yang juga dilengkapi oleh penjelasan dari hadits sangat menekan
pentingnya membaca gejala alam dan merenungkan, menyelidiki dengan kemampuan

1 Pido,S. A. T, Manajemen Konflik Teori dan Aplikasi (1st ed.) (Gorontalo: Pustaka Cendikia, 2017).
2 Departemen Agma RI, Fenomena Kejiwaan Manusia dalam Perapektif Al-Qur’an dan Sains (1st ed) (Jakarta
Timur: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2016).
3 Nurdin, R, “Manusia dalam Sorotan AL-Qur’an (Suatu Tinjauan Tafsir Maudui)”. Tahkim, 9(1), (2013) h. 155-

171
4 Fitriani, Esya Heryana, Raihan, Winona Lutfiah, Wahyudin Darmalaksan, “Proses Penciptaan Manusia

Perspektif Al-Qur’an dan Kontekstualitasnya dengan Ilmu Pengetahuan Sains: Kajian Kesehatan Reproduksi”,
Jurnal Riset Agama, Vol 1 No.3 (Desember 2021): h. 718.

Suci Rahma Sari, Farid Hidayatallah, Istiqamah


3

akal budi serta berusaha memperoleh pengetahuan dan pemahaman alamiah. Seiring
berkembangnya teknologi dan telah banyak yang melakukan pengkajian ataupun
penelitian tentang proses penciptaan dan pertumbuhan manusia sejak dalam
kandungan ibunya. Namun masih sedikit yang membahas tentang proses penciptaan
manusia dilihat dari sudut pandang hadits. Oleh karena itu, menggali dan mengkaji
hadits yang berkaitan dengan manusia sangatlah diperlukan, agar kita mengetahui
bagaimana proses penciptaan dan perkembangan manusia perspektif hadits.

Raharusun (2021), “Kajian Psikosufistik Terhadap Penciptaan Manusia Dalam


Islam,” Syifa al-Qulub: Jurnal Studi Psikoterapi Sufistik. Penelitian ini memaparkan
bahwa salah satu informasi yang menarik didalam Al-Qur’an dan Hadits yaitu tentang
proses penciptaan manusia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, untuk
mengurangi psikologis bersifat sufistik, digunakan teori maqam nafs syaikh hakim
mainuddin chisyti. Hasil pembahasan ini menegaskan bahwa pada proses penciptaan
manusia hingga menjadi seorang bayi ketika berada dalam kandungan berada dalam
tingkatan spiritual yang dasar yaitu tingkatan jiwa atau maqam nafs.5

Fitriani, Esya Heryana, Raihan, Winona Lutfiah, Wahyudin Darmalaksana


(2021),”Proses Penciptaan Manusia Perspektif Al-Qur’an dan Kontekstualitasnya
dengan Ilmu Pengetahuan Sains: Kajian Kesehatan Reproduksi.” Jurnal Riset Agama.
Penelitian ini memaparkan bagaimana proses pencciptaan manusia dan hubungannya
dengan sains (sudut pandang Al-Qur’an dan Sains). Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif melalui studi pustaka denga menggunakan pendekatan teori
kesehatan reproduksi dan tafsir maudu’i. hasil dari pembahasan penelitian ini
menunjukkan bahwa proses penciptaaan manusia setelah Nabi Adam melalui
reproduksi terdepat fase-fase. Begitupun menurut pandangan sains.6

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, melalui studi pustaka (library
research). Penulis fokus pada dalil-dalil yang berkaitan dengan penciptaan manusia.
Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif sumber data yang digunakan meliputi
data sekunder dan primer. Sumber data primernya adalah Kitab hadits, sedangkan
sumber data sekundernya adalah kitab tafsir, buku-buku, jurnal, artikel, serta
dokumen elektronik yang bias membantu dalam proses penelitian.

5 Raharusun, A. S, “Kajian Psikofufistik terhadap Penciptaan Manusia dalam Islam”, Syifa Al-Qulub: Jurnal
Studi Psikoterapi Sufistik, 6(1), (2021).
6 Fitriani, Esya Heryana, Raihan, Winona Lutfiah, Wahyudin Darmalaksana, “Proses Penciptaan Manusia

Perspektif Al-Qur’an dan Kontekstualitasnya dengan Ilmu Pengetahuan Sains: Kajian Kesehatan Reproduksi.”
Jurnal Riset Agama, Vol 1 No.3 (Desember 2021).

Suci Rahma Sari, Farid Hidayatallah, Istiqamah


4

Teknik analisis dalam penelitian ini adalah deskriptif-analitis, yang diawali


dengan menyediahkan data hasil pustaka berupa pengertian manusia dan dilanjutkan
dalil hadits penciptaan manusia. pengumpulan data dilakukan dengan terlebih dahulu
menghimpun hadits yang berkaitan dengan proses penciptaan manusia.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penciptaan manusia dibumi merupakan kehendak Allah Swt dan mengenai asal
usul dari penciptaan manusia itu sendiri telah dijelaskan Allah didalam Al-Qur’an
maupun hadits. Manusia berada dimuka bumi ini tidak hanya bersifat sia-sia belaka,
namun mereka memiliki tugas dan kewajiban yang diberikan oleh Allah SWT. Oleh
karena itu manusia diberikan kelebihan berupa akal oleh Allah SWT. Manusia
merupakan ciptaan Allah SWT yang paling sempurna karena diberi akal, nafsu, panca
indra yang baik, fisik yang baik, dan lain sebagainya. Sebagai seorang muslim yang
beriman pasti untuk lebih memantapkan lagi keimanan kita kepada Allah, maka
seyogyanya kita harus mengetahui asal usul dari kejadian manusia.

Manusia adalah ciptaan Allah yang paling besar, untuk itu terlebih dahulu harus
mengenal-Nya. Jika manusia itu sudah mengenal jiwanya pasti ia akan mengenal
Tuhannya. Pernyataan ini identik dengan suatu bunyi kalimat yang mengatakan,
“Barang siap sudah mengenal jiwanya, maka ia akan mengenal Tuhannya.”

“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-


baiknya.” (At-Tiin: 4)

Manusia jika ditunjau dari susunan postur tubuhnya adalah makhluk yang
paling sempurna disbanding dengan makhluk hidup lainnya yang ada dimuka bumi.
Allah menciptakan Adam berdasarkan kehendak dan kekuasaanNya. Proklamasi
penciptaan manusia dari tanah kepada para malaikat adalah merupakan kehormatan
pertama yang diberikan oleh Allah kepada manusia. 7 Manusia diciptakan dari pribadi
yang tunggal (min nafsin wahidah), kemudian daripadanya diciptakan berpasang-
pasangan, dan dari pasangan-pasangan itu diciptalah seluruh umat manusia, laki-laki
dan perempuan. Selanjutnya keturunan adam tidak lagi diciptakan dari tanah,
melainkan dari air yang menjijikan (sperma dan ovum), yang setelah proses
pembentukan janin itu sudah lengkap, lalu Allah meniupkan ruh miliknya
kedalamnya. 8

7 Nurkholidah, “Reproduksi Manusia dalam Al-Qur’an”, Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Qur’an dan al-Hadis, vol.
1 No. 02 (Desember 2013), h. 222.
8 Budhy Munawar-Rachman, Islam dan Pluralisme Nurkholis Majid, (Jakarta: Universitas Paramadina, 2007),

h. 115.

Suci Rahma Sari, Farid Hidayatallah, Istiqamah


5

ًَ ْ ِ‫ف بَطْ ًِن أ ُِمًهِ أ َْربَع‬ ِ ‫للا علَي ًهِ وسل ًم وه ًو الص‬ ًِ ‫ حدثَنَا رسو ًُل‬:‫ال‬ ِ ‫للاِ ب ًِن مسعوًْد ر‬ ِ
‫ي يَ ْوَمًا‬ َ ‫ (إِنً أ‬:‫ق‬
ًْ ِ ُ‫َح َد ُك ًْم ُُْي َمعًُ َخلْقًُه‬ ًُ ‫ص ُد ْو‬ْ ‫ق الْ َم‬ ًُ ‫اد‬ َ ُ َ َ َ َ ْ َ ًُ ‫صلى‬ َ ‫للا‬ ْ ُ َ َ ًَ َ‫للاُ عَنًْهُ ق‬ ً ‫ض ًَي‬ َ ْ ُ ْ َ ً ‫عَ ًْن عَبْ ًد‬
‫َجلِهًِ َو َع َملِهًِ َو َش ِقيً أ ًَْو‬ ِ ِ ًِ ‫ بِ َكْت‬:ً‫ وي ْؤم ًر ِِبَرب ًِع َكلِمات‬،‫ك فَين ُف ًُخ فِيهًِ الروح‬
َ ‫ب ِرْزقهً َوأ‬ َ َْ ُ َ ُ َ َ ْ ْ َ ًُ َ‫ ًُث يُْر َس ًُل إلَْيهً الْ َمل‬،‫ك‬
ِِ َ ِ‫ضغَةً ِمثْ ًَل ذَل‬ ْ ‫ ًُث يَك ُْو ًُن ُم‬،‫ك‬َ ِ‫ ًُث يَك ُْو ًُن َعلَ َقةً ِمثْ ًَل ذَل‬،‫نُطْ َفة‬
ً‫ َوإِن‬،‫اب فَيَ ْع َم ًُل بِ َع َم ًِل أ َْه ًِل النا ًِر فَيَ ْد ُخلُ َها‬ ِ ‫ي ًالَ إِلًَه غَْيًه إِنً أَح َد ُك ًم لَي عم ًل بِعم ًِل أَه ًِل اجلنًةِ حّتً ما يكُو ًُن ب ي نًَه وب ي نَها‬
ًُ َ‫إالذ َراعً فَيَ ْسبِ ًُق َعلَْيًهِ الكِت‬ ِ ِ
َ َْ َ ُ َْ ْ َ َ َ َ ْ َ َ ُ َ ْ َ ْ َ ُُ ْ َ ًْ ‫ فَ َوللا الذ‬.ً‫َسعْيد‬
ًٌ9ً‫ َرَو ًاهُ الْبُ َخا ِريً َوُم ْسلِم‬.)ً‫اب فَيَ ْع َم ًُل بِ َع َم ًِل أ َْه ًِل اجلَن ًةِ فَيَ ْد ُخلُ َها‬
ًُ َ‫َح َد ُك ًْم لَيَ ْع َم ًُل بِ َع َم ًِل أ َْه ًِل النا ًِر َحّتً َمايَك ُْو ًُن بَْي نًَهُ َوبَيْ نَ َها إال ِذ َراعً فَيَ ْسبِ ًُق عَلَْيًهِ الكِت‬
َ‫أ‬

Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, dia berkata:
‘Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bercerita kepada kami, dan beliau adalah
orang yang benar lagi dibenarkan: ”Sesungguhnya salah seorang dari kalian
dikumpulkan penciptaannya di dalam perut ibunya selama 40 hari berwujud nuthfah
(mani), kemudian menjadi ‘alaqah (gumpalan darah) selama itu juga, kemudian
menjadi mudghah (gumpalan daging) selama itu juga. Kemudian diutus seorang
malaikat, lalu dia meniupkan ruh kepadanya, dan dia (malaikat tadi) diperintah untuk
menulis empat kalimat (perkara): tentang rezekinya, amalannya, ajalnya dan (apakah)
dia termasuk orang yang sengsara atau bahagia. Demi Allah, Dzat yang tidak ada
sesembahan yang haq selain Dia, sesungguhnya salah seorang dari kalian, benar-benar
beramal dengan amalan penduduk jannah (surga) sehingga jarak antara dia dengan
jannah itu tinggal sehasta. Namun dia didahului oleh al kitab (catatan takdirnya)
sehingga dia beramal dengan amalan penduduk neraka, maka diapun masuk ke
dalamnya. Dan sunguh, salah deorang dari kalian beramal dengan amalan penduduk
neraka hingga jarak antara di dengan neraka tinggal satu hasta. Namun dia didahului
oleh catatan takdir, sehingga dia beramal dengan amalan penduduk jannah, maka dia
masuk ke dalamnya.”10 (HR Al Bukhari dan Muslim)
Diriwayatkan oleh Al Bukhari (no. 3208, 3332, 6594, 7454) dan Muslim (no. 2643).

Kata yujma’u berasal dari asal kata jama’a-yajma’ujam’an adalah fi’il muta’addi
(transitif) yang maknanya Sama dengan jamma’a dan ajma’a sedangkan bentuk lazim
(intransi tif)-nya adalah ijtama’a, tajamma’a dan istajma’a. Menurut Ibn Faris, kata
yang berakar jim-mim-’ain, Menunjukkan pada arti denotative “berkumpulnya
Sesuatu”, sedangkan al-Raghib al-Ashfahani Menambahkan, “berkumpulnya sesuatu
sehingga Berdekatan satu sama lain”.

9 Abu Zakaria Muhyiddin an-Nawawi, “Kitab Arba’in An-Nawawi” hadits keempat, h. 12.
10 Shahih Muslim bi Syarh An-Nawawi, diterjemahkan oleh Wawan Djunaedi Soffandi, Syarah Shahih Muaslim,
Jakarta, Pustaka Azzam, Jilid 1, Cet. 1, 2010.

Suci Rahma Sari, Farid Hidayatallah, Istiqamah


6

Kata khuluqin berasal dari kata kholaqo yang terdiri dari Huruf Kha’, Lam, dan
Qaf, yang memiliki 2 pemaknaan yaitu ketentuan dan kehalusan.11 Kata ini dan kata
lain turunannya didalam Alquran disebut 261 kali, tersebar didalam 75 surah. Dari
seluruh penyebutan itu sebanyak 11 kali dalam Tujuh surah, kata khalaq selain
menekankan arti Penciptaan, juga memiliki makna lain, sekalipun masih Berkaitan
dengan makna penciptaan, seperti: ikhtilaf berarti perkataan dusta yang diada-adakan,
khuluq dihubungkan dengan kata awwalin berarti adat atau Kebiasaan dari berbagai
pemaknaan di atas.

Kata khuluqin jika tidak dibarengi dengan adjektivnya, ia Selalu berarti budi
pekerti yang luhur, tingkah laku, dan watak Terpuji. Kata ‘ala mengandung makna
kemantapan. Di sisi lain, Ia juga mengesankan bahwa Nabi Muhammad saw. Yang
Menjadi mitra bicara ayat-ayat di atas berada di atas budi Pekerti yang luhur, bukan
sekedar berbudi pekerti luhur. Memang, Allah menegur beliau jika bersikap dengan
sikap yang Hanya baik dan telah biasa dilakukan oleh orang-orang yang Dinilai sebagai
berakhlak mulia. Rujuklah ke awal surah ‘Abasa Wa tawalla.

Kata yaum adalah bentuk tunggal yang berarti hari. Kata yaum didalam Alquran
sebanyak 375 kali. Kata ini dalam al-Quran kadang-kadang digunakan untuk
menerangkan perjalanan waktu mulai dari terbit matahari Sampai terbenamnya dan
kadang-kadang digunakan untuk Menunjukkan zaman, masa, atau priode. Kata yaum
selalu dirangkaikan dengan kata lain didalam al-Quran, misalnya dirangkaikan dengan
kata al-akhir sehingga susunan menjadi al-yaumul akhir sebagaimana yang
dicantumkan dalam ayat ini, yang digunakan untuk menerangkan saat mana tidak ada
hari lain setelah hari akhir tersebut. Adapula kata yaum yang dirangkaikan dengan kata
al-Din sehingga menjadi yaumu al-Din yang digunakan untuk menerangkan hari ketika
segala amal Perbuatan manusia sewaktu hidup didunia diperhitungkan.

Kata ‘alaqah terambil dari kata yang tersusun atas huruf ‘ain, lam dan qaf, yang
bermakna dasar menggantungkan Sesuatu dengan sesuatu yang lain. 12 ‘alaqah berasal
dari kata uluk (yang menggantung). ‘alaqah terbentuk saat isi Kandungan tergantung
di tempatnya di dalam rongga rahim.

Kata mudhgah terambil dari akar kata yang tersusun atas huruf mim, dha, dan
gain yang mempunyai makna dasar mengunyah makanan untuk memakannya. Kata

11 Abu Al-Husain Ahmad bin Faris bin Zakariya, Mu’jam Maqayis Al-Lugah, Juz VI, (Cet. Dar al-Fikr, thn. 1399
H/1979 M), h. 213.
12 Abu Al-Husain Ahmad bin Faris bin Zakariya, Mu’jam Maqayis Al-Lugah, Juz VI, (Cet. Dar al-Fikr, thn. 1399

H/1979 M), h. 125.

Suci Rahma Sari, Farid Hidayatallah, Istiqamah


7

mudhgah dalam penggunaan bahasa sehari-hari sering kali diartikan dengan segumpal
daging. Isi kandungan digambarkan seperti itu, demikian pula janin jika bentuknya
sudah sempurna.

KESIMPULAN

Penciptaan manusia merupakan sebuah takdir yang telah digariskan oleh


Allah Swt sebelum terjadinya alam semesta dan telah termaktub pada kitab- kitab
terdahulu. Dalam al-Quran, dijelaskan bahwa manusia pertama (Nabi Adam) dan
keturunannya (manusia pada umumnya) diciptakan melalui tahap atau fase yang
berkesinambungan. Dalam hal ini, Nabi Adam sebagai manusia pertama di muka bumi
tercipta dari Thin, sedangkan manusia tercipta dari nuthfah. Nuthfah merupakan titik
awal dari proses reproduksi yang selanjutnya berproses menjadi manusia sempurna.
Dalam perkembangannya, embrio mengalami empat fase yakni, tahap nuthfah, tahap
alaqah, tahap mudghah dan tahap peniupan ruh oleh Allah Swt. Ketika al-Qur'an
menyebutkan proses penciptaan Adam menggunakan lafadz turab, thin, thin lazib,
hamain, shalshal, al-Fakhkhar Sedangkan untuk menyebutkan proses penciptaan
manusia pada umumnya. al-Qur an menggunakan lafadz nuthfah, alaqah, mudghah,
idzam, lahm, nasyah, Hal demikian karena proses penciptaan Nabi Adam sebagai
manusia pertama dan manusia pada umumnya adalah berbeda.

Imam Tanthawi Jawhari berusaha memaparkan akan pentingnya peranan tanah


dan air dalam penciptaan manusia, yang pada akhirnya keanekaragaman manusia
merupakan sunnatullah Al-Qur' an merupakan pembimbing bagi pengetahuan-
pengetahuan yang bermunculan, baik dulu, sekarang maupun yang akan datang. Tolak
ukur kebenaran bukanlah ilmu pengetahuan melainkan Al-Qur'an Tujuan dari
pendeskripsian penciptaan manusia bukan lain untuk mencetak generasi yang
tawaddu Dengan kata lain manusia dianjurkan untuk tidak berlaku sombong, congkak
karena ia diciptakan dari setetes air mani yang hina.

Suci Rahma Sari, Farid Hidayatallah, Istiqamah


8

REFERENSI

Abu Zakaria Muhyiddin an-Nawawi, “Kitab Arba’in An-Nawawi” hadits keempat.

Abu Al-Husain Ahmad bin Faris bin Zakariya, Mu’jam Maqayis Al-Lugah, Juz VI, (Cet.
Dar al-Fikr, thn. 1399 H/1979 M).

Budhy Munawar-Rachman, “Islam dan Pluralisme Nurkholis Majid.” Jakarta:


Universitas Paramadina, 2007.

Departemen Agma RI, “Fenomena Kejiwaan Manusia dalam Perapektif Al-Qur’an dan
Sains (1st ed)”. Jakarta Timur: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2016.
Fitriani, Esya Heryana, Raihan, Winona Lutfiah, Wahyudin Darmalaksan, “Proses
Penciptaan Manusia Perspektif Al-Qur’an dan Kontekstualitasnya dengan Ilmu
Pengetahuan Sains: Kajian Kesehatan Reproduksi”, Jurnal Riset Agama, Vol 1 No.3
(Desember 2021).
Nurkholidah, “Reproduksi Manusia dalam Al-Qur’an”, Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-
Qur’an dan al-Hadis, vol. 1 No. 02 (Desember 2013).

Nurdin, R, “Manusia dalam Sorotan AL-Qur’an (Suatu Tinjauan Tafsir Maudui)”.


Tahkim, 9(1), 2013.

Pido,S. A. T. “Manajemen Konflik Teori dan Aplikasi (1st ed.)”. Gorontalo: Pustaka
Cendikia, 2017.
Raharusun, A. S, “Kajian Psikofufistik terhadap Penciptaan Manusia dalam Islam”, Syifa
Al-Qulub: Jurnal Studi Psikoterapi Sufistik, 6(1), (2021).
Shahih Muslim bi Syarh An-Nawawi, diterjemahkan oleh Wawan Djunaedi Soffandi,
Syarah Shahih Muaslim, Jakarta: Pustaka Azzam, Jilid 1, Cet. 1, 2010.

Suci Rahma Sari, Farid Hidayatallah, Istiqamah

You might also like