Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 13

ANALISIS JURNAL

KULTUR JARINGAN

SEKOLAH MENENGAH ATAS KATOLIK

SANTO HENDRIKUS

Kezia Angela Nathania

XI MIPA/10

Jalan Arief Rachman Hakim 40– 44, Surabaya 60117


Telepon: 031-5941505, Faksimile: 031-5927866
Website: www.hendrikus.sch.id
SURABAYA

2023/2024
Jurnal 1

“METODE PERBANYAKAN TANAMAN UBI JALAR UNGU


(IPOMEA BATATAS POIRET) DENGAN TEKNIK KULTUR
JARINGAN ATAU STEK PLANLET”

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses perbanyakan tanaman ubi jalar
ungu (Ipomoea Batatas Poiret) melalui teknik kultur jaringan, dan untuk mengetahui hasil
percobaan melalui teknik kultur jaringan. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif bersifat
deskriptif. Sumber data penelitian ini, yakni hasil observasi yang dilakukan peneliti pada media
yang dilakukan metode perbanyakan tanaman ubi jalar ungu melalui teknik kultur jaringan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa melalui metode perbanyakan tanaman ubi jalar ungu dengan
teknik kultur jaringan atau stek planlet menghasilkan tunas, tetapi tidak dapat bertahan setelah
satu minggu. Hasil pengamatan terhadap kultur pada perlakuan yang menghasilkan eksplan,
memperlihatkan bahwa eksplan tersebut berwarna coklat gelap pada permukaannya. Eksplan
yang terbentuk hanya terdapat pada permukaan eksplan, menunjukkan bahwa pertumbuhan
eksplan pada ubi jalar ungu terjadi dengan lambat. Saran yang dapat diajukan peneliti adalah 1)
hendaknya peneliti melakukan penelitian melalui metode perbanyakan tanaman ubi jalar ungu
dengan teknik kultur jaringan atau stek planlet menggunakan zat pengatur tumbuh yang
bervariasi, 2) hendaknya peneliti memperhatikan sterilisasi lingkungan atau laboratorium yang
digunakan dalam penelitian ini, dan 3) hendaknya peneliti berikutnya, dapat melakukan
penelitian ini dengan hasil penelitian yang diharapkan dimana tunas tumbuh dengan baik dan
dapat bertahan hidup.
ANALISIS
Pendahuluan
 Meskipun potensi permintaan ubi jalar ungu yang cukup tinggi ditunjang dengan potensi
ketersediaan lahan yang cukup luas, namun pengembangan dan peningkatan produksi
berjalan lambat. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti persaingan pasar,
hama penyakit yang potensial menyerang ubi jalar ungu cukup banyak dan penggunaan
bibit ubi jalar ungu bermutu yang masih rendah.
 Tantangan dalam pengembangan tanaman ubi jalar ungu kedepan adalah mengubah
tanaman ubi jalar ungu melalui kultivar yang toleran cekaman biotik dan abiotik serta
memperoduksinya dengan jumlah yang banyak.
Metode penelitian
 Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
 Observasi dalam penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh
mana keadaan dan pertumbuhan ubi jalar ungu tersebut setelah dilakukan metode
perbanyakan dengan teknik kultur jaringan.
 Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisa deskriptif.
 Teknik pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi.
Hasil dan Pembahasan
 Pada penelitian pertama, penelitian mengalami perlakuan 100% gagal pada media kultur
dan eksplan yang sudah berumur 2 hari, eksplan berubah warna dan bentuk menjadi
hitam kecoklatan sedangkan media mulai berjamur.
 Penelitian tahap kedua juga mengalami perlakuan 100% gagal. Media dan eksplan mulai
terkontaminasi setelah eksplan berumur 5 hari sesudah penanaman eksplan. Kontaminasi
dimulai dari permukaanmedia yang berubah menjadi hitam dan muncul jamur di
beberapa permukaan media dan di sekeliling batang eksplan mulai mengalami
pembusukan.
 Penelitian tahap ketiga mengalami perlakuan 100% berhasil, dengan tanda terbentuknya
eksplan pada keseluruhan perlakuan pada penelitian tersebut. Namun, tidak dapat
bertahan hidup dikarenakan kontaminasi yang disebabkan oleh beberapa faktor.
Kesimpulan
 Melalui metode perbanyakan tanaman ubi jalar ungu dengan teknik kultur jaringan atau
stek planlet dapat menghasilkan tunas, namun tidak dapat bertahan setelah dua minggu
yang disebabkan oleh jamur, lingkungan atau ruangan laboratorium yang kurang steril.

DAFTAR PUSAKA [1] Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur

Sumber dari Buku Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta. [13] Yusnita, 2003. Metode Perbanyakan

[2] Anonim. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Tanaman melalui Kultur Jaringan atau

Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Stek Planlet. Yogyakarta: Kanisius.

Cipta. [14] Zulkarnain, 2009. Kultur Jaringan

[3] Fathoni, Abdurrahmat. 2006. Metodologi Tanaman Solusi Perbanyakan Tanaman

Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi. Budidaya. Bumi Aksara. Jakarta. 8 dan 26.

Jakarta: Rineka Cipta. [15] Sarwono, B. 2005. Ubi Jalar. Penebar

[4] Gunawan, 2002. Pengembangan Metode Swadaya, Jakarta.

Kultur Jaringan. Yogyakarta: Kanisius. [16] Sumber dari Jurnal

[5] Hapsoro, Dwi dan Yusnita. 2018. Kultur [17] Arif, Norma. 2017. Perkembangan

Jaringan: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Induksi Tunas Ubi Jalar Ungu (Ipomoea

ANDI. Batatas L.) Secara in vitro. Prosiding

[6] Hendaryono dan Wijayani. 2012. Teknik Seminar Nasional PERIPI: 147.

Kultur Jaringan Pengenalan dan Petunjuk. [18] Elfiani dan Jakoni. 2015. Sterilisasi

Jakarta: Kanisius. Eksplan dan Sub Kultur Anggrek, Sirih

[7] Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Merah dan Krisan pada perbanyakan

Indonesia Jilid III. Yayasan Sarana Wana tanaman secara In vitro. Jurnal Dinamika

Jaya, Jakarta. Pertanian. 3 (2): 117-124.

[8] Martati, Badruli. 2010. Metodologi [19] Franklin dan Dixon. 2004. Kultur

Pembelajaran: Strategi Penanaman Nilai. Jaringan Tanaman. Fakultas Pertanian:

Bandung: Genesindo. Universitas Jambi.

[9] Sumadi. 2007. Panen Umbi-Umbian di 20] Hutami, S. 2008. Masalah Pencoklatan

Lahan Sempit. Jakarta: Penebar Swadaya. Pada Kultur Jaringan. Jurnal Agrobien. 4

[10] Sugiyono, 2008. Metode Penelitian (2):83-88.

Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, [21] Mahadi, Imam. 2015. Mikropropagasi

Kualitatif dan R & D). Bandung: Alfabeta. Ubi Jalar Ungu (Ipomoea Blackie) dengan

[11] Anonim. 2010. Metode Penelitian Menggunakan Benzyl Amino Purin (BAP)

Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, dan Indole 3 Butyric Acid (IBA) Secara In

Kualitatif dan R & D). Bandung: Alfabeta. Vitro Sebagai Sumber Belajar Konsep

[12] Sukmadinata, Nana Syaodiah. 2014. Bioteknologi Bagi Siswa SMA. Jurnal

Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Biogenesis Vol. 11(2):105-110.

Remaja Rosdakarya. [22] Pharmawati, Made. 2005. Induksi Kalus


Ubi Jalar Ungu Secara In Vitro. Denpasar, Universitas Udayana

JURNAL 2
“KULTUR JARINGAN BEBERAPA KULTIVAR BUAH PISANG
(Musa paradisiaca L.) DENGAN PEMBERIAN CAMPURAN NAA
DAN KINETIN”

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh interaksi antara campuran NAA dan
Kinetin terhadap pertumbuhan tiga kultivar buah pisang secara teknik kultur jaringan. Penelitian
dilakukan dengan RAL dua factor, dengan zat perangsang tumbuh terdiri dari 6 kombinasi NAA
(0,4, 0,8, dan 1,2 mg l-1) dan Kinetin (6 dan 9 mg l-1), menggunakan 3 kultivar pisang (kepok,
uli/mauli, dan raja). Pengamatan secara kuantitas dilakukan terhadap persentase hidup,
kontaminasi dan saat pembentukan kalus, dan secara kualitas terhadap defferensiasi morfologi
eksplan pada minggu ke 4, 8 dan ke 12 setelah penaburan dengan satuan penilaian tertentu. Dari
hasil percobaan tidak ditemukan interaksi antara campuran NAA dan Kinetin dengan kultivar
pisang terhadap semua peubah pengamatan. Perlakuan NAA 0,4 mg l-1 + kinetin 6 mg l-1
kultivar pisang mauli memberikan hasil yang tertinggi terhadap persentase hidup eksplan yaitu
87,5% dan persentase kontaminasi terendah yaitu < 5% sedangkan pemberian NAA 0,8 mg l-1 +
kinetin 9 mg l-1 kultivar pisang kepok memberikan saat pertumbuhan kalus yang tercepat yaitu
11 hari.
ANALISIS

Pendahuluan

 Kendala pengadaan bibit unggul secara konvensional adalah sulit mendapatkan bibit yang
berkualitas dalam jumlah besar dalam waktu yang singkat. Salah satu keunggulan
perbanyakan tanaman melalui teknik kultur jaringan adalah sangat dimungkinkan
mendapatkan bahan tanam dalam jumlah besar dalam waktu singkat (Priyono et al.,
2000).
 Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui:
1. Pengaruh interaksi antara NAA dan kinetin terhadap pertumbuhan eksplan tiga
kultivar bakal buah pisang yang ditanam dengan teknik kultur jaringan.
2. Pengaruh masing-masing konsentrasi campuran NAA dan kinetin dengan kultivar
pisang yang terbaik terhadap pertumbuhan eksplan bakal buah pisang yang ditanam
dengan teknik kultur jaringan.
3. Pengaruh campuran NAA dan kinetin yang terbaik pada kultivar pisang.
4. Pengaruh kultivar pisang terhadap tingkat keberhasilan kultur jaringan bakal buah
pisang.

Bahan dan Metode

 Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi jantung pisang, bahan kimia Media
Murashige-Skoog dimodifikasi, zat pengatur tumbuh, sterilant.
 Alat-alat yang digunakan adalah: botol tanam, gelas erlenmeyer, gelas ukur, pipet,
neraca, pH-meter, otoklaf, lup, oven, laminar air flow, hot plate, magnetic stirrer, kamera
dan lain-lain.
 Penelitian ini menggunakan media MS dan zat pengatur tumbuh yang bertujuan untuk
menginduksi tunas.

Hasil

 Presentase hidup
- Perlakuan campuran zat pengatur tumbuh NAA dan Kinetin, dengan kultivar pisang
serta interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap presentase hidup eksplan.

 Kontaminasi
- Campuran zat pengatur tumbuh NAA dan kinetin, dengan kultivar pisang serta
interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap kontaminasi.
 Saat pembentukan kalus
- Perlakuan campuran zat pengatur tumbuh NAA dan kinetin, dengan kultivar pisang
serta interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap saat pembentukan kalus.

Pembahasan

 Presentase hidup
- Beberapa eksplan yang mati rata-rata dikarenakan oleh pencoklatan dan infeksi
mikroba.
- Pencoklatan terjadi pada umur 1 hari sampai 2 minggu setelah penaburan.
- Pencoklatan salah satunya disebabkan oleh sintesis metabolit sekunder.
 Kontaminasi
- Kontaminasi pada bahan tanaman yang dikulturkan dapat terjadi karena adanya
infeksi secara eksternal maupun internal.
- Pada percobaan ini terjadi kontaminasi mencapai 87,5% pada perlakuan a3b1 dan
a5b2, karena beberapa faktor, antara lain: eksplan, faktor sterilitas jamur, bakteri dan
cendawan.
 Saat pembentukan kalus
- Respon perubahan eksplan bakal buah setelah dikulturkan dapat dikatakan cukup
cepat.
- Pada pembentukan kalus, banyak digunakan kombinasi auksin-kinetin dimana
sebaiknya dipakai kadar auksin tinggi dan kinetin rendah atau kedua-duanya tinggi.
- Kemungkinan pembentukan kalus pada bakal buah pisang hanya dipengaruhi oleh
kandungan auksin dan endogen saja.
 Kesimpulan
- Tidak terjadi interaksi antara campuran NAA dan Kinetin dengan kultivar pisang
terhadap semua peubah pengamatan.
- Penambahan campuran zat pengatur tumbuh NAA dan Kinetin tidak berpengaruh
nyata terhadap semua peubah pengamatan.
- Kultivar pisang tidak ber pengaruh nyata terhadap semua peubah pengamatan.

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, A.D. 1987. Induksi Kalus dan Differensiasi Fowler, M.W., 1983. Commercial application and
pada Kultur Jaringan Gnetum gnemon L. Fakultas Biologi. economic aspects of mass plant cell culture, dari Mantell,
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. S.H., Smith, H. (Eds.), Plant Biotechnoligy. Cambridge
University Press, London, 3-38.
Fitriani, A. 2003. Kandungan Ajmalisin pada Kultur Kalus
Catharanthus roseus Sunarjono, H. 2002. Budidaya Pisang dengan Bibit Kultur
Jaringan. Penebar Swadaya. Jakarta.
(L.) G. Don Setelah Dielisitasi Homogenat Jamur Pythium
aphanidermatum Edson Fitzp. Makalah Pengantar Falsafah Gunawan, L.W. 1990. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan.
Sains (PPS702). Program Pasca Sarjana / S3. Institut Laboratorium Kultur Jaringan. Pusat Antar Universitas
Pertanian Bogor. Bogor. Biro Pusat Statistika. 2002. (PAU) Bioteknologi. IPB. Bogor. P. 304.
Statistika Indonesia. Jakarta. Indonesia.
Mante, S., and H.B.Tepper. 1983. Propagation of Musa
Setiyoko, B. 1995. Kultur Meristem Tanaman Pisang(Musa textille Nee Plants from Apical Meristem Slice in vitro.
paradisiaca L.) Kultivar Ambon untuk Memperoleh Plant Tissue Culture 2: 151-159
Tanaman yang Bebas Cucumber Mosaic Virus. Laporan
Pierik, R.L.M. 1987. In vitro Culture of Higher Plants.
Skripsi Fakultas Biologi UGM. Yogyakarta.
Martinus Nijhoff Publisher. Dordrecht. Netherlands. P. 344
Sriyanti, D.P. dan A.Wijayani. 1994. Teknik Kultur
Priyono, D. Suhandi, dan Matsaleh. 2000. Pengaruh Zat
Jaringan. Yayasan Kansius. Yogyakarta. Hal. 18, 54, 57,
Pengatur Tumbuh IAA
63, 67, 69, 82-83.
dan 2-IP pada Kultur Jaringan Bakal Buah Pisang. Jurnal
Martino, D. 1997. Tanggap Pengkalusan Eksplan Embrio
Hortikultura. 10 (3) : 183 – 190.
Melinji (Gnetum gnemon L.) terhadap Berbagai Komposisi
NAA dan BAP kultur in vitro. Buletin Agronomi Purseglove, J.W. 1981. Tropical Crops, Mopnocotyledons.
Universitas Jambi. Jambi. Longman. United Kingdom. Page 369.

Purwanto, D. 1991. Pengaruh Ukuran Bahan Tanam Radian. 1992. Penggunaan Air Kelapa Dalam Media Kultur
terhadap Keberhasilan Perbanyakan beberapa Varietas Jaringan Pisang (Musa paradisiaca L). Program Pasca
Pisang (Musa paradisiaca L.) dengan Metode Kultur Sarjana. UGM. Program KDK UNBRAW.
Jaringan. Skripsi Fakultas Pertanian UNIBRAW. Malang.
Ram, H. Y., Mohan, and F.C.Steward. 1964. The induction
Widiastoety, D. dan A.Santi. 1994. Pengaruh Air Kelapa of growth in explanted tissue of banana fruit. Canadiaan J.
terhadap Pembentukan Proticorm Like Bodies (PLBs) dari Bot. 42. 1559-1579
Anggrek Vanda dalam Medium Cair. Jurnal Hortikultura
Volume 4 No. 2.
Skoog, F dan C.O. Miller. 1957. Chemical regulation of Vickery, M.L., B. Vickery. 1981. Secondary plant
growth and organ formation in plant tissue cultured in vitro. metabolism, The Macmillan Press, London, 255-288.
Symp. Soc. Exp. Biot. 11: 118 – 131.
Wetherall, D. F. 1982. Pengantar Propagasi Tanaman
Syahid, S.F. and Mariska. 1991. Kultur Meristem pada Secara in vitro. Seri Kultur Jaringan Tanaman. IKIP
Tanaman Tembakau. Prosiding Seminar Semarang Press. Semarang.
BioteknologimPerkebunan dan Lokakarya Biopolimer
untuk Industri. Bogor. 10 – 11 Desember. 1991. PAU
Bioteknologi : IPB. 385 – 394.

Jurnal 3

“RESPON KINETIN DAN TIPE EKSPLAN JABON MERAH (Antocephalus

macrophyllus (Roxb.) Havil) SECARA IN VITRO”

ABSTRAK

Keberhasilan kultur jaringan dipengaruhi oleh jenis atau tipe eksplan dan penambahan zat
pengatur tumbuh. Kinetin (6-furfurylaminopurine) merupakan zat pengatur tumbuh golongan
sitokinin yang banyak digunakan dalam kultur jaringan. Penelitian ini bertujuan mengetahui
pengaruh penambahan kinetin dan tipe eksplan terhadap pembiakan in vitro jabon merah. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kinetin 7 ppm memberikan pengaruh terbaik terhadap
pertumbuhan daun dan akar. Tipe eksplan bagian pucuk merupakan bagian terbaik digunakan
untuk pembiakan in vitro.
ANALISIS

Pendahaluan

 Pengembangan tanaman jabon memerlukan penyediaan bibit unggul karena salah satu
aspek yang sangat penting dalam keberhasilan penanaman. Upaya penyediaan bibit yang
berkualitas dapat dilakukan melalui pembiakan in vitro (kultur jaringan).
 Teknik ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkan cara tradisonal, karena selain
menghasilkan tanaman dalam jumlah banyak dengan waktu yang singkat, teknik ini juga
tidak tergantung pada musim.

Metode Penelitian

 Media yang digunakan adalah media MS padat.


 Eksplan yang akan dikulturkan ke dalam media tanam diletakkan ke dalam cawan petri,
kemudian eksplan ditanamkan ke dalam botol media sesuai dengan perlakuan.
 Rancangan yang digunakan adalah RAL (Rancangan Acak Lengkap)
 Parameter yang diamati:
1. Waktu terbentuknya daun
2. Waktu terbentuknya akar
3. Jumlah daun yang muncul
4. Jumlah akar yang muncul
5. Tinggi tanaman

Hasil
 Penambahan kinetin pada media kultur jaringan jabon merah dengan tingkat konsentrasi
yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap beberapa parameter
pengamatan.
 Daun mulai terbentuk pada minggu pertama pengamatan di hari ke-6 HST pada beberapa
perlakuan. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa penambahan kinetin dengan beragam
konsentrasi pada media kultur, tipe eksplan dan interaksi antara keduanya berpengaruh
tidak nyata terhadap waktu terbentuknya daun. Sehingga tidak dilakukan uji lanjut.
Rekapitulasi rata-rata waktu terbentuk daun pertama kultur jabon merah menunjukkan
bahwa rata – rata waktu terbentuk daun yang tidak dipengaruhi oleh penambahan kinetin
dan tipe eksplan.
 Terbentuknya akar mulai terjadi pada minggu pertama pengamatan di hari ke-6 HST pada
beberapa perlakuan. Jumlah akar yang tumbuh semakin bertambah sampai akhir
pengamatan. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa penambahan kinetin dengan
beragam konsentrasi pada media kultur berpengaruh nyata terhadap waktu terbentuknya
akar. Sehingga perlu dilakukan uji lanjut untuk mendapat nilai beda nyata. Hasil ujian
Duncan menunjukkan media kinetin 5 ppm dan media kinetin 0 ppm memberikan
pengaruh yang berbeda terhadap waktu terbentuknya akar.
 Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa konsentrasi kinetin berpengaruh nyata, sedangkan
tipe eksplan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap jumlah daun. Hasil uji
lanjut Duncan menunjukkan media kinetin 7 ppm dengan nilai tengah yang paling tinggi
sebesar 24,25 helai memberikan pengaruh terbaik terhadap pertambahan jumlah daun.
 Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa konsentrasi kinetin dan tipe eksplan berpengaruh
sangat nyata terhadap pertambahan jumlah akar. Interaksi antara konsentrasi kinetin
dengan tipe eksplan juga menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil uji lanjut
Duncan menunjukkan media kinetin 7 ppm dengan nilai tengah tertinggi sebesar 16,38
buah dan tipe eksplan bagian pucuk dengan nilai tengah 10,5 buah memberikan pengaruh
terbaik terhadap jumlah akar.
 Pengukuran pertambahan tinggi tanaman pada penelitian ini hanya dilakukan sebanyak
dua kali, yaitu diawal dan diakhir dari pengamatan. Hasil uji Duncan menunjukkan tipe
eksplan bagian pucuk dengan nilai rata-rata tinggi yang paling tinggi sebesar 1,66 cm
memberikan pengaruh terbaik terhadap pertambahan tinggi tanaman.
 Dapat disimpulkan bahwa :
1. Konsentrasi kinetin 7 ppm merupakan konsentrasi terbaik dalam menginduksi
pertumbuhan daun dan akar pada pembiakan in vitro jabon merah.
2. Eksplan bagian pucuk merupakan tipe eksplan terbaik yang digunakan pada
pembiakan in vitro jabon merah.
3. Interaksi antara konsentrasi kinetin dan tipe eksplan memberikan pengaruh nyata
pada jumlah akar eksplan pada pembiakan in vitro jabon merah.
4. Zat pengatur tumbuh kinetin mampu menginduksi pertumbuhan kalus dan cabang
pada eksplan jabon merah.

Daftar Pustaka

Bonga, J.M., dan Durzan, D.J. 1982. Tissue Culture in Tanaman Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.) Secara In Vitro.
Forestry. Martinus Nijhof Publishers. Boston. Jurnal Agrin 14 (1) : 29-36.

Dahnil, M.S. 2004. Studi tentang Pemberian Hormon BAP Gebologlu, N, Bozmaz, S, Aydin, M, Çakmak, P. 2011.
dan Kinetin terhadap Pertumbuhan Tunas Azadirachta The role of growth regulators, embryo age and genotypes
excelsa (Jack) M. Jacobs. Skripsi Mahasiswa Fakultas on immature embryo germination and rapid generation
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. advancement in tomato (Lycopersicon esculentum
Mill.).Biotechnol 10 : 4895-4900.
Debi, B.R. 2004. Cytokinin Inhibits Lateral Root Initiation
But Stimulates Lateral Root Elongation in Rice (Oryza Gunawan, L.W. 1995. Teknik Kultur in vitro dalam
sativa). J. Plant Physiol. 162:507-5015. Hortikultura. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

Dephut RI. 2005. Atlas Kayu Indonesia Jilid II. Balai Gusmiaty, Restu, M., Panggalo, A.T. dan Arsyad, M.A.
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor. 2018. Mikropropagasi Mahoni (Swietenia macrophylla
King) melalui Eksplan Pucuk pada Berbagai
Dewi, P.S., dan Dyah, S. 2010. Pengaruh Kinetin Terhadap
Inisiasi dan Pertumbuhan Tunas pada Perbanyakan
Konsentrasi BAP. Prosiding Seminar Nasional Silvikultur Ramadhani, L.E., Arif, H. dan Sisunandar, S. 2014.
IV. Pusat Pengkajian Perubahan Iklim, Universitas Kemajuan Penelitian Induksi dan Pemanjangan Tunas
Mulawarman (P3I-UM). Samarinda. Merbau (Intsia Bijuga [Colebr.] O. Kuntze) secara In-Vitro.
Jurnal FKIP UNS Volume 11 Nomor 1 Halaman 110-113.
Hidayat, O. 2009. Kajian Penggunaan Hormon IBA, BAP
Riyadi, I.2010. Pengaruh Kinetin dan BAP terhadap
dan Kinetin Terhadap Multiplikasi Tunas Tanaman
Pertumbuhan dan Perkembangan Embrio Somatik Tanaman
Penghasil Gaharu (Gyrinops Versteegii (Gilg) Domke)
Sagu (Metroxylon sagu Rottb.). Jurnal AgroBiogen Volume
Secara In Vitro. Skripsi Mahasiswa Fakultas Kehutanan,
6
Institut Pertanian Bogor.
Santoso, U dan Nursandi, F. 2003. Kultur Jaringan
Irawati. 2000. Diferensiasi Berbagai Macam Eksplan pada
Tanaman. Malang: Universitas
Perbanyakan Philodendron goeldii (Araceae) secara In-
Vitro. Berita Biologi Volume 5 Nomor 1 halaman 69-75. Muhammadiyah Malang.
Mahadi I, Sri W, dan Delfi T. 2013. Pengaruh Pemberian
Suyadi, A. dan Teguh, J. 2009. Mikropropagasi Duku
NAA dan Kinetin terhadap Pertumbuhan Eksplan Buah
(Lancium domesticum L.,cv.
Naga (Hylocereus Costaricensis) melalui Teknik Kultur
Jaringan Secara In Vitro.Jurnal Biogenesis Volume 9 Kalikajar) melalui Kultur Pucuk. Jurnal Agritech, Volume
Nomor 2 Halaman 14-20. XI Nomor 1 halaman

Mardiyah. Basri Z. Yusuf R, dan Hawalina. 2017. 33 – 44.


Pertumbuhan Tunas Anggur Hitam (Vitis vinivera L.) pada
Wirawan, D. 2003. Pengaruh Konsentrasi BAP (6-
Berbagai Konsentrasi Bezylamino Purin dan Indolebutyric
Benzylaminopurin) terhadap
Acid. J. Agrland 24 (3) : 181-189, Desember 2017. ISSN :
0854-641X. E-ISSN : 2407-7607. Pertumbuhan (Kultur in vitro) Mahkota Dewa
Muswita. 2008. Respons Pertumbuhan Kotiledon Jarak (Phaleria macrocarpa Scheff.
Pagar (Jatropha curcas)terhadap Pertambahan IAA dan
Boerl.) Skripsi Mahasiswa Fakultas Kehutanan,
Kinetin pada Medium MS. Jurnal Biospecies Volume 1 No.
2, Halaman 55-58. Institut Pertanian Bogor

Pierik, R.L.M. 1987. In Vitro Culture of Higher Plants.


Martinus Nijhoff Publisher. Netherlands.

Primawati, E. 2006. Perbanyakan Cendana (Santalum


album Linn.) secara Kultur In-Vitro dengan Pemberian Zat
Pengatur Tumbuh Sitokinin (BAP dan Kinetin).Skripsi
Mahasiswa Fakultas Kehutanan, InstitutPertanian Bogor.

You might also like