5602-Article Text-30106-1-10-20220923

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

Jurnal Analogi Hukum, 4 (3) (2022), 226–231

Jurnal Analogi Hukum


Journal Homepage: https://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/analogihukum

Penerapan Hukum Pidana Pada Korporasi yang Melakukan


Tindak Pidana Perpajakan
Glenn Merciano Eben Rohi*, I Nyoman Sugiartha, dan Ni Made Puspasutari Ujianti

Universitas Warmadewa, Denpasar-Bali, Indonesia


*E-mail: glennrohi@gmail.com
How To Cite:
Rohin, G, M, E., Sugiartha, I, N., Ujianti, N, M, P. (2022). Penerapan Hukum Pidana Pada Korporasi yang Melakukan Tindak Pidana Perpa-
jakan. Jurnal Analogi Hukum. 4 (3). 226-231. Doi: https://doi.org/10.22225/ah.4.3.2022.226-231

Abstract—The implementation of national development as a major project certainly requires not only the
active participation of the entire nation, but also requires significant costs. The costs incurred to carry out
development are not only borne by the state. Relying on aid or grants from abroad will cause the burden of
economic dependence which has an impact that foreign countries with stronger economic powers will dictate
the life of the Indonesian nation. Realizing this, one of the dominant sectors as a source of state revenue is the
tax sector. In Articles 38 to 39A of the KUP Law, none of these articles include sanctions for corporations,
although corporations can act as taxpayers, none of these articles explicitly states who is responsible for
criminal violations in the tax and tax sector. what form of crime is appropriate to be imposed on corporations
that commit tax crimes. Criminal law in an effort to overcome crime in the field of taxation is to create
integration in the criminal law policies that are applied, the impact of which will not make it difficult for law
enforcement officers to apply them in tax legislation. The imperative element contained in the taxation
legislation, would like to include a principle that the use of criminal sanctions should still pay attention to the
principle of subsidiarity.
Keywords: law application; corporation; tax crime

Abstrak—Pelaksanaan pembangunan nasional sebagai proyek besar tentu memerlukan bukan saja partisipasi
aktif seluruh bangsa, tetapi memerlukan biaya yang tidak sedikit. Beban biaya yang ditimbulkan untuk
melaksanakan pembangunan tidak hanya dibebankan kepada negara. Mengandalkan bantuan atau hibah dari
luar negeri akan menyebabkan beban ketergantungan perekonomian yang berdampak Negara luar dengan
kekuatan ekonomi yang lebih kuat akan mendikte kehidupan kenegaraan bangsa Indonesia. Menyadari hal
demikian salah satu sektor yang dominan sebagai sumber pendapatan Negara adalah sektor pajak. Dalam Pasal
38 sampai dengan Pasal 39A UU KUP tidak ada satupun dari pasal tersebut yang mencantumkan sanksi bagi
korporasi, walaupun korporasi dapat bertindak sebagai Wajib Pajak, namun tidak ada satupun dari pasal
tersebut yang dengan tegas menyebutkan siapa yang bertanggungjawab terhadap pelanggaran pidana di bidang
pajak dan bentuk pidana apa yang tepat dikenakan kepada korporasi yang melakukan tindak pidana
perpajakan. Hukum pidana dalam upaya penanggulangan kejahatan dibidang perpajakan adalah menciptakan
keterpaduaan dalam kebijakan hukum pidana yang diterapkan yang dampaknya tidak akan mempersulit aparat
penegak hukum dalam mengaplikasikannya dalam perundang-undangan perpajakan. Unsur imperatif yang
terdapat dalam perundangan perpajakan, hendak dituangkan suatu prinsip bahwa penggunaan sanksi pidana
hendaknya tetap memperhatikan prinsip subsidiaritas.
Kata kunci: penerapan hukum; korporasi; tindak pidana perpajakan
1. Pendahuluan memerlukan biaya yang tidak sedikit. Beban
biaya yang ditimbulkan untuk melaksanakan
Keberhasilan pembangunan yang pembangunan tidak hanya dibebankan kepada
dilakukan oleh segenap bangsa Indonesia tidak negara. Sumber-sumber pendapatan Negara dari
terlepas dari partisipasi semua pihak. sumber migas tentu semakin lama akan semakin
Pelaksanaan pembangunan nasional sebagai habis. Mengandalkan bantuan atau hibah dari
proyek besar tentu memerlukan bukan saja luar negeri akan menyebabkan beban
partisipasi aktif seluruh bangsa, tetapi ketergantungan perekonomian yang berdampak

Jurnal Analogi Hukum, Volume 4, Nomor 3, 2022. CC-BY-SA 4.0 License


226
Penerapan Hukum Pidana Pada Korporasi yang Melakukan Tindak Pidana Perpajakan

Negara luar dengan kekuatan ekonomi yang penelitian hukum doktrinal. Pendekatan
lebih kuat akan mendikte kehidupan kenegaraan Perundang- undangan atau pendekatan yuridis
bangsa Indonesia. Menyadari hal demikian adalah penelitian terhadap produk-produk
salah satu sektor yang dominan sebagai sumber hukum. Pendekatan ini dilakukan untuk
pendapatan Negara adalah sektor pajak. menelaah semua peraturan perundang-
Permasalahan badan hukum sebagai subjek undangan dan regulasi yang berkaitan
hukum pidana tidak lepas dari aspek hukum dengan penelitian yang akan diteliti.
perdata. Dalam hukum perdata, orang Pendekatan konseptual merupakan jenis
perseorangan bukanlah satu-satunya subjek pendekatan dalam penelitian hukum dilihat
hukum. Hal ini disebabkan masih ada subjek dari aspek konsep-konsep hukum yang
hukum lain yang memiliki hak dan dapat melatarbelakanginya.
melakukan perbuatan hukum sama seperti
orang perseorangan. Pandangan seperti ini 3. Pembahasan
berbeda dengan Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) yang hanya mengenal orang Pengaturan Tindak Pidana Perpajakan Yang
perseorangan sebagai subjek hukum. KUHP Dilakukan Oleh Korporasi
yang berlaku di Indonesia saat ini merupakan
produk hukum Belanda yang diberlakukan Satjipto Rahardjo, memaknai korporasi
berdasarkan asas konkordansi di wilayah sebagai suatu badan hasil ciptaan hukum.
Hindia Belanda. Subjek tindak pidana yang Badan yang diciptakannya itu seperti
dikenal dalam KUHP adalah orang dikemukakan sebelumnya, selain orang pribadi,
perseorangan. Dengan kata lain hanya manusia badan atau badan hukum atau korporasi juga
yang dapat melakukan tindak pidana dan hanya merupakan wajib pajak. Dewasa ini dalam
manusia yang dapat dituntut serta dibebani pergaulan hukum dan kepustakaan, istilah
pertanggungjawaban pidana. Badan Hukum terdiri, dari “corpus” yaitu
struktur fisiknya dan ke dalamya hukum
KUHP tidak mengenal badan hukum memasukkan unsur animus yang membuat
sebagai subjek hukum pidana. Hal ini badan itu mempunyai kepribadian. Oleh karena
didasarkan pada Pasal 59 KUHP, dimana itu Badan Hukum itu merupakan ciptaan hukum
apabila badan hukum yang melakukan tindak maka kecuali penciptaannya, kematiannyapun
pidana, maka pertanggungjawaban pidana juga ditetapkan oleh hukum (Rahardjo, 1986).
dibebankan kepada pengurus badan hukum
dalam hal pengurus badan hukum melakukan KUHP selama ini tidak ada yang mengatur
tindak pidana dalam rangka mewakili atau atau menentukan bahwa korporasi atau badan
dilakukan atas nama badan hukum tersebut. hukum merupakan subyek tindak pidana
Munir Fuady dalam Widyo Pramono sehingga dapat dituntut dan dijatuhi sanksi
menyatakan, mengenai jenis pidana yang dapat pidana. Perbedaan antara manusia dan badan
dikenakan terhadap korporasi yang sering hukum adalah, bahwa manusia dapat
dipertanyakan jika suatu korporasi yang melakukan apa saja yang tidak dilarang oleh
disangka melakukan tindak pidana adalah hukum, sedangkan badan hukum hanya dapat
apakah sanksinya terhadap tindakan tersangka melakukan apa yang secara eksplisit atau
yang notabene merupakan badan hukum implisit diizinkan oleh hukum atau anggaran
tersebut. Sebuah korporasi tidak mungkin dasarnya (Hamdan, 2000).
dijebloskan kedalam rumah penjara. Hukum
konvensional yang dapat diterapkan hanya Pasal 23A Undang-Undang Dasar Negara
hukuman denda. Bagaimanakah Pengaturan Republik Tahun Indonesia 1945 amandamen
tindak pidana perpajakan yang dilakukan oleh menentukan “Pajak dan penerimaan Negara
Korporasi ? Bagaimanakah penerapan hukum yang bersifat memaksa untuk keperluan Negara
pidana dalam upaya menanggulangi tindak berdasarkan Undang-Undang”. Dalam hukum
pidana perpajakan yang dilakukan oleh pajak, pengakuan terhadap korporasi tercantum
korporasi? dalam UU KUP, pada Pasal 1 angka 2
menyebutkan bahwa :
2. Metode
“ Wajib pajak adalah orang pribadi atau
Dalam membahas permasalahan ini, badan yang menurut ketentuan peraturan
penulis menggunakan tipe penelitian hukum perundang-undangan perpajakan ditentukan
normatif. Yang dimaksud dengan penelitian untuk melakukan kewajiban perpajakan,
hukum normatif adalah penelitian hukum yang termasuk pemungutan pajak atau pemotongan
dilakukan dengan cara meneliti bahan hukum. pajak tertentu”, dan pada Pasal 1 angka 3
Penelitian hukum normatif disebut juga menyatakan bahwa :

Jurnal Analogi Hukum, Volume 4, Nomor 3, 2022. CC-BY-SA 4.0 License


227
Penerapan Hukum Pidana Pada Korporasi yang Melakukan Tindak Pidana Perpajakan

“ Badan adalah sekumpulan orang dan Indoneia (KUHP) yang berlaku sampai saat ini
atau modal yang merupakan kesatuan baik yang masih menganut bahwa suatu tindak pidana
melakukan usaha maupun yang tidak hanya dapat dilakukan oleh manusia (natuurlijk
melakukan usaha yang meliputi perseroan pesoon). Sedangkan, korporasi yang menurut
lainnya, badan usaha milik negara atau daerah teori fiksi dari Von Savigny merupakan subjek
dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, hukum, tidak diakui dalam hukum pidana,
kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, karena pemerintah Belanda pada waktu itu
perkumpulan, yayasan, organisasi massa, bersedia mengadopsi ajaran hukum pedata ke
organisasi sosial”. dalam hukum pidana.
Besarnya kiprah peranan korporasi dalam Ketentuan yang menunjukkan bahwa
pembangunan di bidang ekonomi khususnya tindak pidana hanya dilakukan oleh manusia
terhadap pemasukan pajak-pajak dari korporasi adalah pasal 59 KUHP:
yang ada, maka wajar apabila perhatian khusus
diarahkan untuk meningkatkan tanggungjawab “dalam hal-hal dimana karena pelanggaran
sosial korporasi dalam menjaga kedisiplinan ditentukan pidana terhadap pengurus, anggota-
pembayaran pajak. Tapi pada kenyataannya, anggota badan pengurus atau komisaris-
peraturan perundang-undangan belum ada yang komisaris, maka pengurus, anggota badan
mengatur secara tegas sanksi terhadap korporasi pengurus atau komisaris ternyata tidak ikut
bila korporasi melakukan tindak pidana campur melakukan pelanggaran tidak
perpajakan. Jika sanksi tindakan berupa dipidana”.
penutupan atau penghentian kegiatan korporasi Dengan melihat ketentuan tersebut diatas
diberlakukan, maka yang akan terkena adalah terlihat bahwa para penyusun KUHP dahulu
para buruh dari korporasi tersebut. dipengaruhi oleh asas societas delinquere non
Dalam ketentuan pidana UU KUP yang potest atau universitas delinquere non potest,
diatur pada Pasal 38 sampai dengan Pasal 39A, yaitu badan-badan hukum tidak bisa melakukan
tidak satupun dari pasal tersebut yang tindak pidana. Asas ini merupakan contoh yang
mencantumkan sanksi bagi korporasi, walaupun khas dari pemikiran dogmatis dari abad 19,
korporasi dapat bertindak sebagai wajib pajak, dimana kesalahan menurut hukum pidana selalu
namun tidak ada satu pasalpun dalam UU KUP diisyaratkan sebagai kesalahan dari manusia,
yang menyatakan dengan tegas dan jelas siapa sehingga erat kaitannya dengan sifat
yang bertanggungjawab terhadap pelanggaran individualisasi KUHP.
(pidana) di bidang pajak dan bentuk pidana apa Pasal 59 KUHP diatas juga memuat alasan
yang tepat dikenakan kepada korporasi. Begitu penghapusan pidana (strafuitsluitingsgrond),
juga dalam KUHP tidak ada satu pasalpun yang yaitu pengurus, anggota badan pengurus atau
dengan tegas mengatur hal tersebut. komisaris yang ternyata tidak ikut campur
dalam melakukan pelanggaran. Kesulitan yang
Penerapan Hukum Pidana Dalam Upaya timbul dengan pasal 59 KUHP ini adalah
Menanggulangi Tindak Pidana Perpajakan berhubungan dengan ketentuan-ketentuan
Yang Dilakukan Oleh Korporasi dalam hukum pidana yang menimbulkan
kewajiban bagi seorang pemilik atau seorang
Dalam perkembangan hukum pidana pengusaha. Dalam hal pemilik atau pengusaha
Indonesia, ada 3 sistem pertanggung jawaban dari korporasi karena tidak ada pengaturan
korporasi sebagai subjek tindak pidana, yaitu : bahwa pengurusnya bertanggungjawab.
Konsekuensi tidak diaturnya korporasi sebagai
Pengurus korporasi sebagai pembuat, maka subjek tindak pidana dalam Buku I KUHP
penguruslah yang bertanggungjawab; Semua (sebagai ketentuan umum hukum pidana),
pertanggung jawaban ini ditandai dengan usaha adalah pengaturannya dalam undang-undang di
-usaha agar sifat tindak pidana yang dilakukan luar KUHP menjadi sangat beraneka ragam.
korporasi dibatasi pada perorangan (natuurlijk
persoon). Sehingga apabila suatu tindak pidana Korporasi sebagai pembuat, maka
terjadi dalam lingkungan korporasi, maka penguruslah yang bertanggung jawab; Sistem
tindak pidana itu dianggap dilakukan pengurus pertanggungjawaban korporasi yang kedua
korporasi itu. Sistem ini membedakan tugas ditandai dengan pengakuan yang timbul dalam
mengurus dari pengurus. perumusan undang-undang bahwa suatu tindak
pidana dapat dilakukan oleh perserikatan atau
Sehubungan dengan perkembangan konsep badan usaha (korporasi), akan tetapi
korporasi sebagai subjek tindak pidana dapat tanggungjawab untuk ini menjadi beban dari
dikemukakan bahwa ketentuan hukum pidana pengurus badan hukum (korporasi) tersebut.

Jurnal Analogi Hukum, Volume 4, Nomor 3, 2022. CC-BY-SA 4.0 License


228
Penerapan Hukum Pidana Pada Korporasi yang Melakukan Tindak Pidana Perpajakan

Secara perlahan-lahan tanggungjawab pidana tersebut mengakibatkan Negara tidak dapat


beralih dari anggota pengurus kepada mereka memungut uang tersebut sesuai ketentuan
yang memerintahkan, atau dengan larangan Undang-Undang Perpajakan diatas, sehingga
melakukan apabila melalaikan memimpin berdampak negatif karena penerimaan Negara
korporasi secara sesungguhnya. Dalam sistem menjadi berkurang, dimana pendapatan Negara
pertanggungjawaban ini, korporasi dapat bersumber dari pajak dan perekonomian
menjadi pembuat tindak pidana, akan tetapi Negara. Pada akhirnya, pelaksanaan
yang bertanggungjawab adalah para pengurus, pembangunan nasional yang ditujukan untuk
asal saja dinyatakan dengan tegas dalam mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran
peraturan ini. rakyat untuk mencapai keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia menjadi terhambat.
Korporasi sebagai pembuat dan yang
bertanggungjawab; Sistem pertanggungjawaban Kejahatan di bidang perpajakan dapat
yang ketiga ini merupakan permulaan adanya merupakan melakukan perbuatan atau tidak
tanggungjawab yang langsung dari korporasi. melakukan perbuatan yang memenuhi
Dalam sistem ini dibuka kemungkinan ketentuan peraturan perundang-undangan
menuntut korporasi dan meminta pertanggung perpajakan. Pada hakikatnya, ketentuan
jawabannya menurut hukum pidana. Hal-hal peraturan perundang-undangan perpajakan
yang dapat dipakai sebagai dasar pembenar atau dikategorikan sebagai kaidah hukum pajak yang
alasan-alasan bahwa korporasi sebagai pembuat menjadi koridor untuk berbuat atau tidak
dan sekaligus yang bertanggungjawab adalah berbuat. Dengan demikian, melakukan
sebagai berikut: perbuatan atau tidak melakukan perbuatan di
bidang perpajakan tergolong sebagai kejahatan
Pertama : karena dalam berbagai tindak di bidang perpajakan ketika memenuhi rumusan
pidana ekonomi dan fiskal, keuntungan yang kaidah hukum pajak.
diperoleh korporasi atau kerugian yang diderita
masyarakat dapat sedemikian besar sehingga Melakukan perbuatan atau tidak
tidak akan mungkin seimbang bilamana pidana melakukan perbuatan sebagai bentuk kejahatan
hanya dijatuhkan pada pengurus saja. di bidang perpajakan memerlukan uraian
analisis yang mendasar sehingga mudah
Kedua : dengan hanya memidanakan dipahami secara prinsipil.
pengurus saja , tidak atau belum ada jaminan
bahwa korporasi tidak akan mengulangi tindak Pertama, melakukan perbuatan tetapi
pidana lagi. bertentangan dengan kaidah hukum pajak,
sehingga dikategorikan sebagai kejahatan di
Dengan memidana korporasi dengan jenis bidang perpajakan. Misalnya wajib pajak
dan berat sesuai dengan sifat korporasi itu, melakukan perbuatan berupa menyampaikan
diharapkan korporasi dapat mentaati peraturan surat pemberitahuan tetapi substansinya tidak
yang berlaku. benar, tidak lengkap, tidak jelas, atau tidak
Kerugian Negara dapat dihitung akibat ditandatangani.
perbutan melawan hukum baik karena kelalaian Kedua, tidak melakukan perbuatan, tetapi
maupun kesengajaan, yang berasa dari memenuhi rumusan kaidah hukum pajak,
pungutan Negara yang tidak dibayar atau tidak sehingga dikategorikan sebagai melakukan
disetor kepada kas Negara oleh pelaku tindak kejahatan di bidang perpajakan. Misalnya,
pidana di bidang perpajakan. wajib pajak tidak membayar pajak untuk suatu
Sedangkan, pasal 39 ayat (3) menyatakan saat atau masa pajak bagi tiap-tiap jenis pajak
bahwa : setiap orang yang melakukan (Saidi & Djafar, 2012).
pencobaan untuk melaksanakan Tindak Pidana Ketika kejahatan di bidang perpajakan
menyalahgunakan atau menggunakan tanpa telah memenuhi unsur-unsur delik pajak,
Nomor Pokok Wajib Pajak atau pengukuhan
pengusaha kena pajak sebagaimana dimaksud berarti pelaku kejahatan wajib dikenakan
pada ayat (1) huruf b, atau menyampaikan sanksi pidana sebagaimana ditentukan
Surat Pemberitahuan dan/atau keterangan yang dalam kaidah hukum pajak. Apabila
isinya tidak benar atau tidak lengkap, ditelusuri sanksi pidana sebagai suatu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, ancaman hukuman yang ditujukan kepada
dalam rangka mengajukan permohonan restitusi pelaku kejahatan yang memenuhi rumusan
atau melakukan kompensasi pajak atau kaidah hukum pajak, hanya berupa
pengkreditan pajak,…. hukuman penjara, hukuman kurungan, dan
Tindakan kelalaian dan kesengajaan hukuman denda. Ketiga jenis hukuman ini

Jurnal Analogi Hukum, Volume 4, Nomor 3, 2022. CC-BY-SA 4.0 License


229
Penerapan Hukum Pidana Pada Korporasi yang Melakukan Tindak Pidana Perpajakan

berada pada tataran hukuman pokok. terpenuhinya tujuan korporasi. Sehingga untuk
menegakan tindak pidana yang dilakukan oleh
Penerapan instrument pidana dalam UU korporasi peraturan perundang-undangan harus
KUP pada hakekatnya sebagai undang-undang memuat rumusan tindak pidana yang jelas dan
khusus diluar KHUP tidak terlepas dari prinsip komperhensif mengingat kejahatan korporasi
ultimum remidium atau alternatif terakhir merupkan kejahatan yang sulit dilihat (low
manakala sanksi hukum lainnya dipandang visibility).
tidak lagi efektif dalam menegakan perbuatan
penghindaran pajak (Hasibuan, Sarah, Ablisar, Pengaturan tindak pidana dalam UU KUP
Marlina, & Barus, 2015). merujuk pada unsur kesalahan baik itu kealpaan
dan kesengajaan yang dilakukan oleh wajib
Penerapan instrument pidana tersebut pajak, dimana berdasarkan Pasal 1 UU KUP
merujuk pada pengaturan perbuatan yang yang dimaksud wajib pajak meliputi orang
diklasifikasikan sebagai suatu tindak pidana pribadi dan badan hukum atau korporasi.
yang dilakukan oleh wajib pajak berdasarkan Ketentuan tindak pidana merujuk pada
unsur kesalahan. Menurut Simons, unsur kontruksi Pasal 38 UU KUP yang pada intinya
kesalahan tindak pidana terdiri atas dua unsur, menguraikan tentang kealpaan (culpa) yang
meliputi unsur subjektif serta unsur objektif dilakukan oleh “setiap orang” berkenaan
(Bassang, 2015). dengan penyampaianSurat Pajak Tahunan
Unsur subjektif berupa kesengajaan dan dengan isi tidak benar serta tidak lengkap,
kealpaan dari perbuatan serta kemampuan sehingga perbuatan tersebut dipandang
bertanggungjawab. Sedangkan unsur objektif mengakibatkan kerugian negara berupa
berupa rumusan perbuatan melawan hukum berkurangnya penerimaan negara dari sektor
yang dapat merugikan kepentingan publik perpajakan dengan ancaman pidana berupa
dalam peraturan perundang-undangan. pidana denda, atau pidana kurungan.

Realisasi pengaturan tindak pidana Dalam penjelasan Pasal 38 , pelanggaran


perpajakan dapat dimaknai sebagai upaya yang dilakukan oleh wajib pajak atas kesalahan
preventif (pencegahan) terhadap perbuatan yang yang timbul karena kealpaannya sebagaimana
dipandang melawan hukum dan upaya represif meliputi lalai, tidak mengidahkan kewajiban
sebagai usaha untuk memberikan tindakan atas dengan hal demikian dapat menimbulkan suatu
akibat yang timbul dari perbuatan melawan kerugian negara. Kelalaian yang dimaksud
hukum yang dilakukan wajib pajak serta mengakibatkan timbulnya kerugian negara
mencegah peluang kemungkinan pengulangan merupakan suatu pengulangan atau bukan
tindak pidana tersebut. Ketentuan korporasi perbuatan untuk yang pertama kalinya.
sebagai pelaku tindak pidana secara konseptual Sedangkan ketentuan dalam kontruksi Pasal 39
dapat dipahami sebagai kesalahan yang bersifat UU KUP menguraikan tentang kesengajaan
aktif dan/atau pasif didasarkan pada unsur (dolus) yang dilakukan oleh “setiap orang”
kesalahan dari korporasi dan/atau pesonil, terkait dengan tidak mendaftarkan NPWP,
pengendali korporasi, dalam batas ruang menggunakannya secara sembarangan atau
lingkup tugas serta kewajiban dari jabatannya, menggunakan tanpa pengukuhan utang pajak,
yang dilaksanakan didalam atau diluar tidak melaporkan SPT, serta menolak untuk
korporasi dengan maksud pemenuhan tujuan dilakukannya pemeriksaan atas perbuatannya
koporasi (Sjahdeini & Pemdanaan, 2017). yang dianggap merugikan negara, sehingga
dapat diancam dengan nestapa berupa penjara
Rumusan kebijakan tindak pidana dan/atau denda. Penjelasan Pasal 39 a quo
korporasi tidak dapat terlepas dari menerangkan bahwa pengaturan percobaan
pengimplementasian asas strict liability dan diadakan guna menanggulangi pengulangan
vicatorius liability didalam suatu peraturan tindak pidana yang dilakukan oleh wajib pajak
perundang-undangan (Krismen, 2014). Asas dalam bidang perpajakan belum lewat batas
strict liability berkenaan dengan dapat waktu satu tahun,maka dapat dijatuhkan sanksi
dipidananya badan atau korporasi tanpa adanya berupa pidana penjara dan denda lebih berat
pembuktian unsur kesalahan atas suatu dari yang ditentukan dalam Pasal 38 UU KUP.
perbuatan yang bersifat melawan hukum. Asas Bila ditelaah lebih komperhensif, rumusan
vicatorius liability berkenaan dengan dapat dalam kontrusi Pasal 38 dan Pasal 39 UU KUP
dipidananya badan atau korporasi berdasarkan a quo selalu diawali unsur “setiap orang” dapat
perbuatan melawan hukum dari personil atau menimbulkan ambiguitas dan multitafsir terkait
pengendali korporasi atas adanya pendelegasian subjek pajak badan atau korporasi.
kewenangan dan kewajiban yang relevan
sehingga perbuatan tersebut mengakibatkan

Jurnal Analogi Hukum, Volume 4, Nomor 3, 2022. CC-BY-SA 4.0 License


230
Penerapan Hukum Pidana Pada Korporasi yang Melakukan Tindak Pidana Perpajakan

4. Simpulan yang lebih ringan dipandang kurang sesuai atau


tidak dapat menunjang tercapainya tujuan
Berdasarkan uraian-uraian bab yang telah pemidanaan.
dijelaskan di atas, dapat ditarik simpulan untuk
menjawab masalah dalam karya ilmiah ini, Daftar Pustaka
yaitu:
Bassang, T. J. (2015). Pertanggungjawaban
Korporasi sebagai Subjek Hukum Pelaku Tindak Pidana Deelneming. Lex
memang sudah dikenal sejak lama pada ranah Crimen, 4(5).
hukum Perdata. Tetapi dalam ranah hukum
pidana, banyak ahli yang masih Hamdan, M. (2000). Tindak Pidana
memperdebatkan korporasi termasuk subjek Pencemaran Lingkungan. Bandung:
hukum atau tidak. Dalam KUHP, belum ada Mandar Maju.
pasal yang menyatakan korporasi sebagai Hasibuan, Sarah, Ablisar, M., Marlina, M., &
subjek hukum, apabila korporasi melakukan Barus, U. M. (2015). Asas Ultimum
tindak pidana maka manusianya atau Remedium Dalam Penerapan Sanksi
pengurusnya yang dimintakan untuk Pidana Terhadap Tindak Pidana
bertanggung jawab, yang mana hal ini sesuai Perpajakan oleh Wajib Pajak. USU Law
dengan dokrin universitas delinquere non Journal, 3(2).
potest. Korporasi sebagai subjek hukum sudah
ada diatur dalam Undang-Undang di luar Krismen, Y. (2014). Pertanggungjawaban
KUHP. Diantaranya dalam UU KUP . Dalam Pidana Korporasi dalam Kejahatan
Pasal 38 sampai dengan Pasal 39A UU KUP Ekonomi. Jurnal Ilmu Hukum, 5(1).
tidak ada satupun dari pasal tersebut yang
mencantumkan sanksi bagi korporasi, walaupun Rahardjo, S. (1986). Ilmu Hukum. Bandung:
korporasi dapat bertindak sebagai Wajib Pajak, alumni.
namun tidak ada satupun dari pasal tersebut Saidi, M. D., & Djafar, E. M. (2012). Kejahatan
yang dengan tegas menyebutkan siapa yang Di Bidang Perpajakan. Jakarta: Raja
bertanggungjawab terhadap pelanggaran pidana Grafindo Persada.
di bidang pajak dan bentuk pidana apa yang
tepat dikenakan kepada korporasi yang Sjahdeini, S. R., & Pemdanaan, S. H. A. (2017).
melakukan tindak pidana perpajakan. Korporasi Tindak Pidana Korporasi,dan Seluk-
sebagai Wajib Pajak jika melakukan tindak Beluknya. Kencana.
pidana perpajakan, maka sesuai dengan
ketentuan pasal 13 UU KUP, maka korporasi
akan sanksi administrasi jika korporasi baru
pertama kali melakukan pelanggaran. Selain
diatur dalam Pasal 13 UU KUP, sanksi pidana
terhadap korporasi juga diatur pada Pasal 38,
39, 39 A, 40, 41, 41A, 41B, 41C, 43, dan Pasal
43A UU KUP. Tetapi dari pengaturan tersebut
belumlah memberikan efek jera kepada
korporasi yang melakukan tindak pidana
perpajakan sehingga sampai sekarang masih
banyak korporasi yang melakukan tindak
pidana perpajakan.
H ukum pidana dalam upaya
penanggulangan kejahatan dibidang perpajakan
adalah menciptakan keterpaduaan dalam
kebijakan hukum pidana yang diterapkan yang
dampaknya tidak akan mempersulit aparat
penegak hukum dalam mengaplikasikannya
dalam perundang undangan perpajakan. Unsur
imperatif yang terdapat dalam perundangan
perpajakan, hendak dituangkan suatu prinsip
bahwa penggunaan sanksi pidana hendaknya
tetap memperhatikan prinsip subsidiaritas.
Dalam arti, jenis pidana yang lebih berat baru
digunakan apabila jenis sanksi pidana lainnya

Jurnal Analogi Hukum, Volume 4, Nomor 3, 2022. CC-BY-SA 4.0 License


231

You might also like