Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 5

Klinik Pratama

PT. GPM BELL’S PALSY

No. Dokumen : Revisi : Halaman :

160/MC/SPO/ A 4
GPM/I/2023

Desa Mataram Udik,


Kec. Bandar Mataram,
Kab. Lampung Tengah
Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh :
STANDAR Kepala Klinik PT. GPM
PROSEDUR
OPERASIONAL 11 Januari 2023
(SPO)
dr. Chusnul Farida
Bell’s palsy adalah Paralisis fasialis idiopatik,
merupakan penyebab tersering dari paralisis fasialis
unilateral. Bells palsymerupakan kejadian akut,
1. PENGERTIAN unilateral, paralisis saraf fasial type LMN (perifer),
yang secara gradual mengalami perbaikan pada 80-
90% kasus.

Sebagai acuan dalam penatalaksanaan Bell’s Palsy


di Klinik PT. GPM
2. TUJUAN

1. SK Kepala Klinik Pratama PT. Gula Putih


Mataram No. SK/003/AKR/MC/GPM/XII/2022
3. KEBIJAKAN tentang pelayanan klinis Klinik Pratama PT. Gula
Putih Mataram

Peraturan Mentri Kesehatan Tahun 2015 tentang


4. REFERENSI Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
1. Petugas menerima rekam medis dari loket
5. PROSEDUR 2. Petugas memanggil pasien sesuai identitas yang

1/5
tertera pada rekam medis.
3. Petugas melakukan pemeriksaan TB, BB,
Tekanan darah, pengukuran Nadi, pernapasan
dan suhu pasien dan mencatatnya dalam
Rekam medis pasien
4. Petugas memberikan status pasien kepada
Dokter BP.
5. Dokter memeriksaa kesesuaian identitas pasien
dengan data pada rekam medis
6. Dokter mendapatkan anamnesis berupa :
Keluhan terjadi mendadak, puncaknya kurang
dari 48 jam, berupa paralisis otot fasialis atas
dan bawah unilateral, nyeri auricular posterior,
penurunan produksi air mata, hiperakusis,
gangguan pengecapan, dan nyeri telinga. Biasa
terjadi di pagi hari.
7. Dokter melakukan konfirmasi dengan
pemeriksaan fisik teliti pada kepala, telinga,
mata, hidung dan mulut harus dilakukan pada
semua pasien dengan paralisis fasial.
Kelemahan atau paralisis yang melibatkan saraf
fasial (N VII) melibatkan kelemahan wajah satu
sisi (atas dan bawah). Inspeksi awal pasien
memperlihatkan lipatan datar pada dahi dan
lipatan nasolabial pada sisi kelumpuhan,
distorsi dan lateralisasi pada sisi berlawanan
dengan kelumpuhan saat tersenyum, sisi dahi
mendatar saat mengangkat alis, peningkatan
salivasi pada sisi yang lumpuh, dan tidak
mampu menutup mata secara total.
8. Dokter menegakkan diagnosis klinis
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
Sistem grading untuk Bell’s Palsy
dikembangkan oleh House and Brackmann
2/5
dengan skala I sampai VI.
a. Grade I adalah fungsi fasial normal.
b. Grade II disfungsi ringan. Karakteristiknya
adalah sebagai berikut: Kelemahan ringan
saat diinspeksi mendetil. Sinkinesis ringan
dapat terjadi. Simetris normal saat istirahat.
Gerakan dahi sedikit sampai baik. Menutup
mata sempurna dapat dilakukan dengan
sedikit usaha. Sedikit asimetri mulut dapat
ditemukan.
c. Grade III adalah disfungsi moderat, dengan
karekteristik: Asimetri kedua sisi terlihat jelas,
kelemahan minimal. Adanya sinkinesis,
kontraktur atau spasme hemifasial dapat
ditemukan. Simetris normal saat istirahat.
Gerakan dahi sedikit sampai moderat.
Menutup mata sempurna dapat dilakukan
dengan usaha. Sedikit lemah gerakan mulut
dengan usaha maksimal.
d. Grade IV adalah disfungsi moderat sampai
berat, dengan tandanya sebagai berikut:
Kelemahan dan asimetri jelas terlihat. Simetris
normal saat istirahat. Tidak terdapat gerakan
dahi. Mata tidak menutup sempurna.
Asimetris mulut dilakukan dengan usaha
maksimal.
e. Grade V adalah disfungsi berat.
Karakteristiknya adalah sebagai berikut:
Hanya sedikit gerakan yang dapat dilakukan.
Asimetris juga terdapat pada saat istirahat.
Tidak terdapat gerakan pada dahi. Mata
menutup tidak sempurna. Gerakan mulut
hanya sedikit.
f. Grade VI adalah paralisis total. Kondisinya
3/5
yaitu: Asimetris luas. Tidak ada gerakan.
g. Dengan sistem ini, grade I dan II
menunjukkan hasil yang baik, grade III dan IV
terdapat disfungsi moderat, dan grade V dan
VI menunjukkan hasil yang buruk. Grade VI
disebut dengan paralisis fasialis komplit.
Grade yang lain disebut inkomplit.
9. Dokter melakukan penatalaksanaan dengan
Tujuan untuk memperbaiki fungsi saraf VII,
yaitu: Kortikosteroid (Prednison), dosis: 1 mg/kg
atau 60 mg/day selama 6 hari, diikuti
penurunan bertahap total selama 10 hari.
Antiviral: asiklovir diberikan dengan dosis 400
mg oral 5 kali sehari selama 10 hari. Jika virus
varicella zoster dicurigai, dosis tinggi 800 mg
oral 5 kali/hari. Air mata artifisial pada siang
hari untuk lubrikasi mata
10. Dokter melakukan konseling edukasi
11. Mempersilahkan pasien menuju apotek untuk
mengambil obat jika telah selesai.
12. Dokter mendokumentasikan hasil pemeriksaan
dalam Rekam Medis

Petugas Memanggil Melakukan


6. BAGAN ALIR menerima RM Pasien sesuai pemeriksaan
dari loket identitas di RM TB,BB,TD,Nadi,
RR, Suhu

Dokter memeriksa
Petugas memberikan
kesesuaian identitas
pasien dengan RM status kepada dokter

Melakukan
Anamnesa

Melakukan
Pemeriksaan
Fisik
4/5
7. HAL-HAL Yang
Perludiperhatikan

8. UNIT TERKAIT
1. BP
2. UGD

9. DOKUMEN Rekam Medik


TERKAIT
10. REKAM No. Yang Isi Tanggal
HISTORIS diubah Perubahan Diberlakukan
PERUBAHAN

5/5

You might also like