PKM KC

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 12

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

REEF RESILIENCE: PEMANTAUAN EKOSISTEM LAUT DAN


TERUMBU KARANG DENGAN TEKNOLOGI SENSOR

DI BIDANG KEGIATAN:
PKM KARSA CIPTA

Diusulkan Oleh:
Nurul Khusnuh; 220210500016; 2022
Windi Clarisha; 220210500015; 2022

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

MAKASSAR

2023
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di perairan Indonesia, terumbu karang adalah salah satu aspek penting
dari ekosistem laut tropis yang tersebar luas di wilayah ini. Indonesia memiliki
tingkat keanekaragaman terumbu karang yang tinggi, dengan sekitar 450 jenis
karang dan 70-80 genera. Terumbu karang memiliki peran penting sebagai
ekosistem yang mendukung kehidupan dan memberikan manfaat ekonomi yang
signifikan bagi masyarakat. Selain berfungsi sebagai tempat tinggal bagi
berbagai makhluk laut, terumbu karang juga menjadi sumber pangan dan bahan
baku penting untuk industri farmasi dan produksi obat-obatan. Terumbu karang
juga bertindak sebagai pelindung alam yang alami, membantu melindungi
pulau dan pantai dari dampak negatif gelombang laut yang kuat. Oleh karena
itu, perlindungan terumbu karang menjadi kunci penting untuk menjaga fungsi
ekosistem ini yang sangat bermanfaat bagi masyarakat pesisir, yang bergantung
pada keberlangsungan ekosistem terumbu karang untuk kesejahteraan mereka
(Belakang, 2019).
Metode pemantauan terumbu karang yang telah berjalan lama
umumnya melibatkan dokumentasi fotografi dan penilaian oleh penyelam,
seperti mencatat kelimpahan ikan, tutupan karang, variasi spesies, dan tanda-
tanda visual yang mengindikasikan kesehatan terumbu (contohnya, survei
AGGRA). Teknologi terbaru dalam fotogrametri telah menghadirkan dimensi
baru dengan menggabungkan gambar terumbu karang menjadi rekonstruksi
tiga dimensi, memberikan informasi tambahan mengenai setiap karang dan
makhluk bentik yang tidak tersembunyi (Apprill et al., 2023).
Secara global, pemantauan terumbu karang dilakukan melalui akuisisi
dan pemodelan data berbasis satelit (seperti Coral Reef Watch dari NOAA),
yang memberikan informasi berharga dan prediksi pada tingkat lokal mengenai
tekanan panas termal pada terumbu. Selain itu, beberapa program pemantauan
menyediakan kerangka kerja terpadu, seperti Program Perlindungan Kualitas
Air di Suaka Laut Nasional Florida Keys dan Program Pemantauan Jangka
Panjang oleh AIMS (Apprill et al., 2023).
Kemajuan dalam teknologi sensor dan algoritma pemrosesan data telah
menggerakkan perkembangan pemetaan dan pemantauan terumbu karang,
terutama dalam hal resolusi spasial dan detail biologis. Banyak parameter
penting yang diperlukan untuk mendukung pekerjaan restorasi terumbu karang
dapat diestimasi dengan menggunakan teknik pemantauan jarak jauh. Namun,
untuk memaksimalkan manfaat dari data yang diperoleh, ada beberapa bidang
penelitian yang perlu ditekuni guna mengisi kesenjangan antara pekerjaan
restorasi terumbu karang dan kemampuan teknologi pemantauan jarak jauh
saat ini (Foo & Asner, 2019).
Pemanfaatan teknologi sensor yang terintegrasi akan memberikan
pandangan menyeluruh tentang ekosistem terumbu karang. Penelitian di empat
bidang ini akan mendorong penggunaan teknologi pemantauan jarak jauh
dalam upaya restorasi terumbu karang dan dalam banyak aplikasi penting
lainnya. Meskipun belum tentu semua teknologi ini dapat segera diterapkan
dalam pekerjaan restorasi terumbu karang, sebagian dari teknologi ini dapat
diterapkan sesuai dengan prioritas dan kebutuhan dalam konteks tertentu dari
ekosistem terumbu karang (Foo & Asner, 2019).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, Bagaimana teknologi sensor dapat
digunakan untuk memantau ekosistem laut dan terumbu karang, serta apa
hambatan dan tantangan yang perlu diatasi dalam implementasi pemantauan
ekosistem ini?
1.3 Tujuan
Dengan adanya rumusan masalah yang telah dibuat sebelumnya, maka
dapat diketahui tujuan dari Reef Resilience ini adalah
1. Mengidentifikasi potensi teknologi sensor dalam pemantauan
ekosistem laut dan terumbu karang.
2. Menganalisis hambatan dan tantangan yang mungkin timbul dalam
penggunaan teknologi sensor untuk pemantauan tersebut.
3. Mengembangkan solusi untuk mengatasi kendala yang mungkin
muncul.
4. Mengevaluasi luaran yang dihasilkan dari pemantauan ekosistem laut
dan terumbu karang dengan teknologi sensor.
1.4 Luaran Yang Diharapkan
Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Prototipe dari Reef Resilience
2. Artikel ilmiah

3. Hak paten
1.5 Manfaat
Secara praktis, penelitian ini dapat bermanfaat:
1. Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang kondisi
ekosistem laut dan terumbu karang.
2. Mengurangi ketergantungan pada survei langsung yang mahal dan
sulit dilakukan.
3. Memungkinkan pemantauan yang lebih berkelanjutan dan
berkelanjutan terhadap perubahan ekosistem laut dan terumbu karang.
4. Menghasilkan data yang dapat digunakan untuk perencanaan dan
pengambilan keputusan yang lebih baik terkait dengan pengelolaan
ekosistem laut dan terumbu karang.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Arduino Uno
Arduino adalah sebuah platform pengendali mikro tunggal berbasis
open-source yang berasal dari platform Wiring. Tujuannya adalah untuk
menyederhanakan integrasi teknologi elektronik dalam berbagai aplikasi.
Perangkat keras Arduino adalah suatu papan sirkuit kecil yang dilengkapi
dengan sebuah chip mikrokontroler (Sihite et al., 2019). Arduino berfungsi
sebagai pusat kontrol yang mengelola berbagai sensor yang digunakan.
Arduino mampu melakukan pemrosesan data sederhana, seperti perhitungan
rata-rata dan perubahan satuan pengukuran, sehingga data sensor dapat
dianalisis dengan baik. Arduino digunakan untuk memberikan fleksibilitas dan
kemampuan untuk mengakses, mengolah, dan mentransmisikan data sensor
dengan efisien.

Gambar 2. 1 Arduino Uno

2.2 Sensor Suhu DS18B20


Sensor suhu DS18B20 adalah sensor digital untuk mengukur suhu yang
memanfaatkan antarmuka satu kabel, sehingga mengurangi jumlah kabel yang
diperlukan dalam proses pemasangannya. Sensor ini beroperasi dalam rentang
tegangan antara 3 hingga 5.5 volt dan mampu berfungsi pada suhu yang
berkisar dari -55 derajat Celsius hingga +125 derajat Celsius (Amaluddin &
Haryoko, 2019) . Sensor DS18B20 memungkinkan alat pemantau untuk secara
terus-menerus dan akurat mengukur suhu air laut, sehingga data ini dapat
digunakan dalam pemantauan jangka panjang, analisis tren, dan pengambilan
keputusan untuk konservasi dan pemeliharaan ekosistem laut dan terumbu
karang.

Gambar 2. 2 Sensor suhu DS18B20


2.3 PH Meter
Sebuah alat elektronik yang dikenal sebagai pH meter digunakan untuk
mengukur tingkat pH, yakni derajat keasaman atau kebasaan dari cairan
(termasuk bahan semi padat, di mana elektroda khusus digunakan untuk
pengukuran pH). Komponen dasar dari pH meter mencakup sebuah elektroda
pengukur yang terhubung dengan perangkat elektronik yang bertugas
mengukur dan menampilkan nilai pH. (Rahmanto et al., 2020). Sensor pH
memungkinkan pengukuran tingkat keasaman air laut, yang merupakan factor
penting dalam kesehatan terumbu karang dan organisme laut lainnya. Dengan
sensor pH, alat pemantau dapat secara terus-menerus memantau perubahan
dalam tingkat keasaman air laut, memungkinkan untuk mendeteksi perubahan
mendalam dan memberikan wawasan yang diperlukan untuk tindakan
konservasi

Gambar 2. 3 PH Meter

2.4 Sensor Total Dissolved Solids (TDS)


Sensor TDS beroperasi berdasarkan prinsip konduktivitas listrik,
dengan menggunakan dua elektroda untuk mengukur tingkat konduktivitas
dalam cairan. Hasil pengukuran sensor TDS dapat dipengaruhi oleh jumlah ion
partikel dan sifat elektrolit yang ada dalam cairan. (Chuzaini et al., 2022).
Dengan mengukur TDS, alat pemantau dapat mendeteksi tingkat garam,
mineral, dan polutan yang larut dalam air laut. Ini memberikan informasi
berharga tentang kondisi lingkungan dan kualitas air di sekitar terumbu karang
dan ekosistem laut. Dengan data dari sensor TDS, para peneliti dan pengelola
lingkungan dapat mengambil tindakan yang sesuai untuk menjaga kualitas air
laut dan kesehatan ekosistem terumbu karang.

Gambar 2. 4 Sensor TDS


2.5 Light Dependent Resistor (LDR)
Light Dependent Resistor (LDR) adalah tipe resistor yang mengalami
perubahan resistansinya sebagai respons terhadap intensitas cahaya yang
mempengaruhi sensor tersebut. Nilai resistansi pada LDR sensor bergantung
pada jumlah cahaya yang diterimanya. Saat cahaya rendah, resistansinya
meningkat, sementara ketika cahaya lebih terang, resistansinya menurun
(Desmira, 2022).Dengan sensor LDR, alat pemantau dapat memonitor fluktuasi
cahaya seiring dengan perubahan cuaca, kedalaman air, atau penutupan awan,
memberikan wawasan tentang bagaimana terumbu karang beradaptasi terhadap
kondisi lingkungan yang berubah. Data dari sensor LDR juga dapat digunakan
untuk mengidentifikasi pola musiman dan tren jangka panjang dalam cahaya
yang dapat memberikan informasi berharga untuk pemantauan dan konservasi
ekosistem laut dan terumbu karang.

Gambar 2. 5 Light Dependent Resistor (LDR)

2.6 Sensor water flow


Sensor water flow adalah perangkat yang berperan dalam mengukur
laju aliran air, kecepatan aliran, dan volume air yang telah melalui suatu jalur
(Subandi et al., 2021). Sensor ini memungkinkan pemantauan yang
berkelanjutan terhadap perubahan laju aliran air, yang dapat mempengaruhi
transportasi nutrien, dispersi larva organisme laut, dan perubahan lingkungan
di sekitar terumbu karang. Informasi yang diberikan oleh sensor aliran air
membantu para peneliti dan pengelola lingkungan untuk memahami bagaimana
pola arus dapat memengaruhi pertumbuhan dan kesehatan terumbu karang,
serta dapat digunakan dalam perencanaan konversasi dan mitigasi bencana
alam.

Gambar 2. 6 Sensor water flow


2.7 Long Range (LoRa)
Long Range (LoRa) adalah suatu sistem komunikasi nirkabel yang
dirancang untuk Internet of Things (IoT) dan menyediakan komunikasi dalam
jarak yang jauh, mencakup lebih dari 15 kilometer dalam wilayah terpencil,
sambil tetap efisien dalam penggunaan daya (Sari & Hariyanto,
2020).Tujuannya adalah untuk mengatasi tantangan komunikasi di lingkungan
yang luas, terpencil, atau terumbu karang yang jauh dari stasiun pemantauan.
Sensor LoRa memungkinkan alat pemantau untuk mentransmisikan data
dengan jarak yang jauh, bahkan hingga beberapa puluh kilometer, dengan
konsumsi daya yang rendah. Ini memungkinkan pengumpulan data yang
berkelanjutan dan akurat dari lokasi pemantauan yang terpencil.

Gambar 2. 7 Long Range (LoRa)

2.8 Baterai
Baterai merupakan perangkat yang berfungsi untuk menyimpan energi
listrik dalam bentuk kimia, dan nantinya mengubahnya menjadi energi listrik
guna menghasilkan aliran listrik yang diperluka (hidayat fahrul, 2023).
Tujuannya adalah untuk menyediakan daya yang handal dan berkelanjutan agar
alat dapat beroperasi secara mandiri di lokasi pemantauan. Baterai harus
dirancang untuk mencukupi kapasitas daya yang dibutuhkan.

Gambar 2. 8 Baterai
BAB 3 METODE PELAKSANAAN
3.1 Identifikasi Masalah
Dalam tahap ini, dilakukan identifikasi terhadap permasalahan yang
terjadi. Permasalahan yang telah diidentifikasi adalah permasalahan yang telah
dituangkan pada latar belakang.
3.2 Pengumpulan Data dan Literatur
Pengumpulan literatur yang mendukung pelaksanaan dilakukan pada
tahap ini. Literatur-literatur diambil dari buku, jurnal, maupun dari internet
serta sumber - sumber lainnya. Literatur yang digunakan berupa datasheet dari
setiap komponen elektronik yang digunakan serta konsultasi dengan dosen
pendamping.
3.3 Perancangan Alat
Dalam tahap ini dilakukan perancangan alat secara teoritis dan
perincian material. Tahap perancangan alat ini dibagi menjadi:
a. Pembuatan daftar material
b. Pada tahap ini, material yang sudah tersedia dapat dirancang melalui
diagram blok dibawah ini:
3.4 Analisis Kebutuhan
Pada tahap ini dilakukan observasi mendalam terhadap lingkungan
masyarakat yang memiliki kepentingan terhadap ekosistem laut dan terumbu
karang dan mencari solusi yang tepat atas permasalahan yang telah dituangkan
pada latar belakang.
3.5 Penyusunan Desain Teknis
Pada tahap ini merupakan tahap penyusunan alat dan bahan yang
diperlukan. Semua bahan yang diperlukan, termasuk bahan habis pakai dan
tidak habis pakai. Dalam proses pengumpulan, hal yang harus diperhatikan
adalah tipe bahan yang dipilih sesuai dengan kebutuhan. Langkah utama yang
kami lakukan pada tahap ini adalah melakukan analisis dan konsultasi dengan
dosen pembimbing tentang bahan apa saja yang kami butuhkan.
3.6 Pembuatan Produk
Pada tahap ini, produk dibuat dan kemudian dianalisis untuk
mengidentifikasi dan memperbaiki kekurangan yang ada. Selain itu, alat atau
produk ditingkatkan secara kesuluruhan untuk mencapai tingkat optimalisasi.
Evaluasi terhadap produk juga dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi
masalah yang mungkin muncul selama pengujian, sehingga perbaikan dapat
dilakukan sesuai kebutuhan.
3.7 Cek Fungsional
Pada tahap ini dilakukan cek fungsional terhadap produk yang telah
dibuat untuk mengetahui apakah semua komponen berfungsi dengan baik
seperti yang direncanakan atau tidak. Jika semua komponen berfungsi dengan
baik makan akan dilanjutkan dengan tahap uji coba.
3.8 Uji Coba
Pada tahap terakhir dilakukan pengujian terhadap rancangan yang telah
dibangun dengan beberapa percobaan berulang. Jika terjadi kesalahan atau
kegagalan, maka system yang telah direncanakan sebelumnya akan diperiksa
dan dianalisis. Ketika percobaan berhasil, langkah selanjutnya adalah
menyusun laporan yang mencakup semua kegiatan yang telah dilakukan dalam
proses tersebut.
BAB 4 BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1 Anggaran Biaya

No Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)

1 Perlengkapan yang diperlukan


2 Bahan habis pakai
3 Transportasi
4 Lain-lain
Jumlah

4.2 Jadwal Kegiatan


Bulan Penanggung
No Jenis Kegiatan
1 2 3 4 Jawab
1 Persiapan Alat dan Bahan
Perancangan dan desain
2
Teknologi
3 Penyewaan Jasa
Produksi Teknologi
4 hardware, software
dan system
5 Uji coba dan analisis

Finalisasi
6 Penyempurnaan
Teknologi
7 Penerapan

8 Publikasi

Daftar Pustaka
Amaluddin, F., & Haryoko, A. (2019). A s s t u t k a l b m. 13(2), 98–104.
Apprill, A., Girdhar, Y., Mooney, T. A., Hansel, C. M., Long, M. H., Liu, Y.,
Zhang, W. G., Kapit, J., Hughen, K., Coogan, J., & Greene, A. (2023).
Toward a New Era of Coral Reef Monitoring. Environmental Science and
Technology, 57(13), 5117–5124. https://doi.org/10.1021/acs.est.2c05369
Belakang, L. (2019). Bab I ‫حض خِ ي‬. Galang Tanjung, 2504, 1–9.
Chuzaini, F., Wedi, D., Mata, S., Grogolan, A., Ngunut, D., & Tirta, S. (2022).
IoT Monitoring Kualitas Air dengan Menggunakan Sensor Suhu , pH , dan
Total Dissolved Solids ( TDS ). Jurnal Inovasi Fisika Indonesia, 11(3), 46–
56.
Desmira, D. (2022). Aplikasi Sensor Ldr (Light Dependent Resistor) Untuk
Efisiensi Energi Pada Lampu Penerangan Jalan Umum. PROSISKO: Jurnal
Pengembangan Riset Dan Observasi Sistem Komputer, 9(1), 21–29.
https://doi.org/10.30656/prosisko.v9i1.4465
Foo, S. A., & Asner, G. P. (2019). Scaling up coral reef restoration using remote
sensing technology. Frontiers in Marine Science, 6(MAR), 1–8.
https://doi.org/10.3389/fmars.2019.00079
hidayat fahrul, D. (2023). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における
健康関連指標に関する共分散構造分析 Title. 31–41.
Rahmanto, Y., Rifaini, A., Samsugi, S., & Riskiono, S. D. (2020). SISTEM
MONITORING pH AIR PADA AQUAPONIK MENGGUNAKAN
MIKROKONTROLER ARDUINO UNO. Jurnal Teknologi Dan Sistem
Tertanam, 1(1), 23. https://doi.org/10.33365/jtst.v1i1.711
Sari, I. P., & Hariyanto, T. (2020). Sistem Pengiriman Data Antar Mesin
Menggunakan Modul Radio LoRa HC-12 pada Prototipe Smart Water Meter
Berbasis Mikrokontroler. Prosiding The 11th Industrial Research Workshop
and National Seminar Bandung, 26–27.
Sihite, A. M., Sari, M. I., & Andrian, H. R. (2019). Sistem Monitoring Ketinggian
Gelombang Air Laut Pada Pelabuhan Berbasis Web. Proceeding of Applied
Science, 5(3), 2457–2464.
https://repository.telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/155495/jurnal_eproc/
sistem-monitoring-ketinggian-gelombang-air-laut-pada-pelabuhan-berbasis-
web.pdf
Subandi, S., Novianta, M. A., & Athallah, D. F. (2021). Rancang Bangun
Pembatasan Pemakaian Air Minum Berbasis Arduino Mega 2560 Pro Mini
Dengan Sensor Water Flow Yf-S204. Jurnal Elektrikal, 8(492), 1–9.

You might also like