Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 8

LAPORAN PENDAHULAN PRAKTIK KLINIK

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAKTI UTAMA PATI
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

Nama : Baiq Nursyahrani Pajritussani


Semester : II (Dua)
Kompetensi Tindakan : Asuhan Masa Nifas 1-2 Minggu (Melakukan Promosi
Kesehatan pada Ibu Nifas tentang Pencegahan Sibling
Rivalry)
Stase : Asuhan Kebidanan pada Kehamilan

A. Latar Belakang
Persaingan antar saudara kandung atau sibling rivalry merupakan
permusuhan dan rasa cemburu antar saudara kandung yang memunculkan
suasana menegang diantara mereka (Thompson, 2018). Menurut Fleming dan
Ritts (dalam Sari, 2018), persaingan antar saudara kandung bukan sebuah
konflik yang serius antar saudara kandung yang penuh pertentangan karena
iri, cemburu, atau prasangka jahat. Tetapi, persaingan antar saudara kandung
yang terjadi karena masalah sehari-hari seperti perhatian orang tua yang
terbagi dengan reaksi sibling rivalry dapat berupa sikap agresif seperti
mencubit, memukul, melukai adiknya bahkan menendang dan dapat terjadi
pula kemundurun pada anak seperti mengompol, manja, rewel, menangis
sampai meledak-ledak, serta menangis tanpa sebab (Priatna & Yulia, 2016).
Sibling rivalry dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya: Pertama,
Perbedaan jenis kelamin, lebih besar dijumpai pada anak yang memiliki jenis
kelamin sama (69,1%) dibandingkan dengan anak yang tidak memiliki
persamaan jenis kelamin (30,9%). Kedua, Perbedaan usia anak dimana jarak
usia yang dapat menimbulkan sibling rivalry yaitu jarak usia 1-3 tahun,
dengan usia 3-5 tahun serta usia 8-12 tahun (Woolfson, 2018). dengan jarak
usia < 3 tahun (80,0%) dibandingkan pada anak 2 dengan jarak usia > 3 tahun
(20,0%). Jarak usia antar saudara kandung dan perbedaan jenis kelamin
mempengaruhi cara bersikap antar saudara kandung, perbedaan usia yang
jauh dan jenis kelamin berbeda akan membuat hubungan terjalin lebih ramah
dan saling menghiasi, dibandingkan jarak usia tidak terlalu jauh. Perbedaan
usia yang kecil cenderung menimbulkan perselisihan antar saudara kandung
(Hurlock, 2018).
Faktor yang selanjutnya yaitu urutan kelahiran, 100% kejadian sibling
rivalry terjadi pada anak pertama. Urutan kelahiran bagi anak memainkan
peranan yang penting didalam keluarganya, sehingga menentukan pola
interaksi dengan saudara kandung, orang tua dan orang disekitarnya. Faktor
terakhir yang mempengaruhi sibling rivalry yaitu pola asuh orang tua. Pola
asuh demokratis mempengaruhi 22,2% kejadian sibling rivalry dan pola asuh
otoriter mempengaruhi 77,8% kejadian sibling rivalry (Rahmawati, 2015;
Hanum & Hidayat, 2015).
Menurut Boyle (dalam Putri, Deliana, & Hendriyani, 2013) menjelaskan
bahwa apabila sibling rivalry tidak ditangani di masa awal kanak-kanak dapat
menimbulkan delayed effect. Masalah tersebut terjadi ketika pengalaman
sibling rivalry pada anak tersimpan di bagian alam bawah sadar pada usia 12
tahun hingga 18 tahun. Sehingga dapat terjadi kembali bertahun-tahun
kemudian dalam bentuk perilaku psikologis yang merusak. Berdasarkan hasil
penelitian Putri, Deliana dan Hendriyani (2013) menyebutkan bahwa dampak
dari sibling rivalry ada tiga yaitu dampak pada anak, orang tua dan
masyarakat. Dampak sibling rivalry pada anak salah satunya adalah
munculnya sikap temper tantrum yaitu anak memperlihatkan emosi dengan
menangis kencang, berteriak-teriak, sampai melempar barang, lebih sensitif,
cepat marah dan mudah tersinggung. Kemudian dampak sibling rivalry yang
terjadi pada orang tua yaitu orang tua menjadi stress dengan perilaku yang
ditunjukkan anakanak.
Dampak sibling rivalry pada masyarakat, dapat terjadi ketika hubungan
antar saudara yang tidak baik dapat menjadi awal pola hubungan yang tidak
baik pula di luar rumah karena anak membawa terus sikap tidak baik tersebut
pada masyarakat. Dengan adanya dampak sibling rivalry maka perlu
dilakukan penelitian ini sehingga anak mampu mengenali reaksi sibling
rivalry dan dapat mengantisipasi dampak sibling rivalry dengan diketahuinya
faktor-faktor yang mempengaruhi sibling rivalry
Persaingan antara dua orang kakak beradik bukan sesuatu yang baru.
Persaingan antara saudara kandung (sibling rivalry) biasanya muncul ketika
selisih usia saudara kandung terlalu dekat, karena kehadiran adik dianggap
terlalu banyak menyita waktu dan perhatian orang tua. Jarak usia yang lazim
memicu munculnya sibling rivalry adalah jarak usia antara 1-3 tahun dan
muncul pada usia 3-5 tahun kemudian muncul kembali pada usia 8– 12 tahun,
dan pada umumnya, sibling rivalry lebih sering terjadi pada anak yang
berjenis kelamin sama dan khususnya perempuan, namun persaingan antar
saudara cenderung memuncak ketika anak bungsu berusia 3 atau 4 tahun
(Woolf,2019).
Penyebab sibling rivalry adalah karena orang tua yang salah dalam
mendidik anaknya, seperti sikap membanding- bandingkan, dan adanya anak
4 emas diantara anak yang lain. Faktor internal pemicu sibling rivalry yaitu
sikap egois, sanguinis ke plagmatik , lebih dekatatau jauh. Faktor eksternal
pemicu sibling rivalry yaitu pola asuh anak, jarak usia anak, dibandingkan
satu sama lain, tidak punya ruang pribadi, belum diajarkan saling menghargai,
tidak dilibatkan dalam mengambilkan keputusan, dilakukan tidak adil (harits,
2018).
Pada penelitian yang dilakukan (Haritz,2018) menunjukkan bahwa
terdapat 84 responden dengan pola asuh demokratis, terdapat 67 responden
(69,1%) yang tidak mengalami sibling rivalry dan 17 responden (17,5%)
mengalami sibling rivalry. Permasalahan berakar saat anak pertama l ahir,
semua perhatian tercurah hanya kepadanya. Akan tetapi setelah sang adik
lahir, sang kakak merasa tersisih karena dalam pandangannya, kedua orangtua
mengabaikan dirinya karena kehadiran sang adik. Berbagai cara dilakukan
anak pertama untuk mendapatkan kembali perhatian dari kedua orangtuanya,
akan tetapi cara yang digunakan seringkali tidak menyenangkan banyak
pihak. Kakak mengganggu adik, diam-diam mencubit adik yang tak berdaya,
atau mungkin merusak mainan adik. Tidak jarang orangtua hanya marah pada
si kakak, tanpa menyadari bahwa ia justru sedang sedih. Memberi hukuman
padanya hanya akan menambah rasa bersaing pada sang adik.
Dampak yang dapat timbul apabila tidak dilakukan pendidikan
pencegahan sibling rivalry akan menyebabkan atau berdampak pada
psikologis anak Alasan pentingnya dilakukan pendidikan kesehatan tentang
sibling rivalry akan menyebabkan terjadinya ketidak rukunan pada adik dan
kakak.

B. Tujuan
Agar mahasiswa dapat melakukan asuhan kebidanan pada nifas terutama
pemberian promosi Kesehatan tentang pencegahan sibling rivalry

C. Manfaat
Mahasiswa dapat melakukan asuhan kebidanan khusunya tentang
pemberian promosi Kesehatan dengan pencehan sibling rivalry

D. Indikasi
1. Ibu Nifas
2. WUS

E. Kontra Indikasi
1. Ibu Nifas dengan gangguan kesehatan
2. Bayi
3. Balita
4. lansia

F. Persiapan Alat dan Bahan


1. SAP
2. Leaflet
G. Prosedur
1. Tahap Pra Interaksi
a. Mengidentifikasi kebutuhan atau indikasi klien
b. Mencuci tangan
c. Menyiapkan alat
2. Tahap Orientasi
a. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
b. Menjelaskan tujuan prosedur Tindakan
c. Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
3. Tahap kerja
a. Memberikan penjelasan tentang sibling rivalry
Persaingan antar saudara adalah kompetisi. Perbedaan usia dan
kesamaan gender mempengaruhi intensitas persaingan antar saudara.
Para ahli pada umumnya setuju bahwa kecemburuan dan persaingan
lebih intens bila perbedaan usia antar saudara berkisar antara satu
sampai tiga tahun. Intensitasnya akan meningkat khususnya apabila
mereka mereka berasal dari gender yang sama.
Persaingan antar saudara juga adalah pertarungan kekuasaan. Menurut
Dr Albert Adler, seorang psikolog terkenal dan pengikut sejati
Sigmund Freud, "persaingan antar anak sebenarnya didasarkan atas
perjuangan di bawah sadar untuk memperoleh kekuasaan." Ketika
orang tua mencintai dan mengasuh bayi kecilnya, dia akan
berkembang secara positif dan perlahan-lahan belajar untuk
berkompetisi dengan saudara-saudaranya, yang "bersaing" untuk
memperoleh cinta dan perhatian.
b. Penyebab
Menurut Kyla Boyse dari University of Michigan, setiap anak dalam
keluarga bersaing untuk menentukan siapa mereka sebagai individu
dan ingin menunjukkan bahwa mereka terpisah dari saudara mereka.
Anak-anak mungkin merasa mereka mendapatkan jumlah yang tidak
sama perhatian, disiplin, dan responsif orangtua mereka. Anak-anak
berjuang lebih dalam keluarga di mana tidak ada pemahaman bahwa
pertempuran bukanlah cara yang dapat diterima untuk menyelesaikan
konflik, dan tidak ada cara-cara alternatif penanganan konflik
tersebut. Stres pada orang tua 'dan kehidupan anak-anak dapat
menciptakan lebih banyak konflik dan meningkatkan persaingan
antarsaudara
c. Dampak
Menurut Priatna dan Yulia (2016) dalam Setiawati dan Zulkaida
(2017), anak yang merasa selalu kalah dari saudaranya akan merasa
minder atau rendah diri, anak jadi benci terhadap saudara kandungnya
sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Lusa (2018), dampak
negatif sibling rivallry adalah anak menjadi egois, minder, merasa
tidak dihargai, pengunduran diri kearah bentuk perilaku
infantil/regresi dan lain sebagainya.
Selain kenakalan anak di rumah pada adik barunya, hal ini dapat
berpengaruh pada hubungan anak tersebut dengan teman-temannya di
sekolah, bila terjadi ketidak adilan di rumah yang membuat anak
stress, bisa membuat anak menjadi lebih temperamen dan agresif
dalam kelakuannya di sekolah (Hakuna, 2018).
Menurut Priatna dan Yulia (2016) dalam Setiawati dan Zulkaida
(2017), pertengkaran yang terus menerus dipupuk sejak kecil akan
terus meruncing saat anak-anak beranjak dewasa, mereka akan terus
bersaing dan saling mendengki. Bahkan ada kejadian saudara kandung
saling membunuh karena memperebutkan warisan.
Menurut Hargianto (2008) dalam Siti Aspuah (2018), dampak yang
paling fatal dari sibling rivallry adalah putusnya tali persaudaraan jika
kelak orang tua meninggal
d. Cara mengurangi
Menurut Setiawati (2018), ada beberapa hal yang bisa dilakukan
untuk mencegah timbulnya kecemburuan pada anak melalui cara cara
berikut:
1) Libatkan anak dalam mempersiapkan kelahiran adik (selama masa
kehamilan).
2) Jadikan sang kakak sebagai pusat perhatian saat perjumpaan atau
kunjungan pertama.
3) Biarkan sang kakak membantu menjaga adiknya.
4) Sediakan waktu untuk anak yang lebih tua.
5) Pembesuk harus memahami bahwa anak yang lebih tua juga
membutuhkan perhatian.
6) Ajari sang kakak untuk mengajari adik baru lagu-lagu dan
berbagai permainan.
Menurut Woolfson (2004), ada beberapa cara untuk menangani
kecemburuan pada anak, yaitu:
1) Lihat tanda-tandanya, jika kita melihat tanda-tanda ini tenangkan
anak sebelum menjadi terlalu marah.
2) Alihkan perhatiannya, bila melihat anak menjadi terganggu oleh
saudaranya, ada baiknya kita alihkan perhatiannya.
3) Tentramkan anak, yakinkan bahwa kita dan sang adik sangat
mencintainya.
4) Tunjukkan minat dan bakat sang kakak.
5) Beri sang kakak beberapa kegiatan.
6) Pujilah upaya, bukan hasilnya.
7) Jangan membandingkan sang kakak dengan saudara yang lebih
muda.
4. Terminasi
a. Beritahu hasil pada klien
b. Mencuci tangan
c. Mendokumentasikan prosedur dalam catatan klien
H. Referensi
Ayu Citra Triana Putri (2013), Dampak Sibling Rivalry Pada Anak Usia Dini.
Semarang.
Ike Ate Yuviska (2016), Gambaran Pengetahuan Ibu Multigravida Tentang
Sibling RIvalry (Kecemburuan) Di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap
Kedaton Bandar Lampung
RK. Oktaviari (2019). Asuhan Kebidanan Continuity Of Care Pada Ny.W Dari
Masa Kehamilan Sampai Dengan Keluarga Berecana.
Suryani, E., & Badi'ah, A. (2017). Asuhan Keperawatan Anak Sehat dan.
Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Pustaka Baru

Weni Lazdia & Vinna Cahaya Kusuma (2019), Pengalaman Orang Tua Dalam
Menghadapi Perilaku Sibling Rivalry Pada Anak.
Yanuarini. 2013. Hubungan Paritas dengan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil.
Trimester III dalam Menghadapi Persalinan. Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol
2,. No. 1.

Menyetujui, Pati, Mei 2023


Pembimbing Lahan Mahasiswa

Siti Muawanah,S.S.T.,M.Keb (................................................)


NPP : 12005084

Mengetahui
Plt.Ka. Prodi Pendidikan Profesi Bidan

Siti Marfu’ah ,S.S.T.,MPH


NPP.12005077

You might also like