Professional Documents
Culture Documents
40-54 Leslie
40-54 Leslie
40-54 Leslie
P – ISSN 2723-780X
Vol 2, Nomor 1 Maret 2021
*E-mail: wulanks@agr.unand.ac.id
ABSTRACT
Cacao (Theobroma cacao L.) is a plantation commodity that has high economic value. The
characteristics of cacao cultivation are used to describe the cultivation method or technique in
a cacao plantation. The objective of this study was to collect data about the characteristics of
cultivation in the smallholder cacao plantations in Timpeh Sub-district, Dharmasraya District.
This research was carried out from January until March 2021 located in Timpeh Sub-district,
Dharmasraya District, specific in Panyubarangan, Tabek, Timpeh and Ranah Palabi Village. This
research was a survey by interviews the cacao farmers, followed by collecting data directly to
the field by purposive sampling method with the criteria of respondents who having cacao
farm of > 0.25 ha. The data collected were the characteristics of cacao cultivation techniques,
i.e. planting material aspects (type of planting material/clone and its origin), land preparation
aspects (planting spacing, planting holes and shade plants), maintenance aspects (fertilization,
pruning and sanitation), aspects of pest and disease control (types of pests and diseases that
attack and types of control) and harvest aspects. The obtained data were analized and shown
descriptively. The results showed that the respondents (cacao farmers) in Timpeh Sub-district,
Dharmasraya District had not carried out the optimal cacao cultivation techniques as indicated
by the low cacao production there (50-200 kg/ha/year).
40
Jurnal Riset Perkebunan (JRP)
P – ISSN 2723-780X
Vol 2, Nomor 1 Maret 2021
132.577 ha dan 121.721 ha, sedangkan optimal tidak tercapai dan penggunaan
produksi kakao pada tahun 2017 sebesar bahan tanam yang tidak jelas asalnya.
46.052 ton dan 58.980 ton pada tahun 2018 Mubarak (2014) dalam penelitiannya
(Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera menyatakan bahwa ada banyak faktor yang
Barat, 2019). Kabupaten Dharmasraya mempengaruhi penurunan produktivitas
merupakan daerah penghasil kakao di kakao, salah satunya yaitu faktor teknik
Provinsi Sumatera Barat. Hal ini terlihat dari budidaya yang tidak diperhatikan. Budidaya
data tahun 2017 dengan luas perkebunan yang tidak tepat akan mengakibatkan
kakao sebesar 3.967,70 ha dengan produksi tanaman tidak dapat berproduksi secara
sebesar 2.551 ton/tahun, pada tahun 2018 optimal dan dapat meningkatkan serangan
luas perkebunan kakao menurun menjadi hama dan penyakit pada tanaman kakao
3.824,90 ha dengan produksi sebesar 2.325 yang dibudidayakan. Hasil penelitian
ton/tahun. Kecamatan Timpeh merupakan Sasmono (2017) memperlihatkan bahwa
salah satu kecamatan di Kab. Dharmasraya permasalahan utama yang dihadapi petani
yang mempunyai luas lahan kakao sebesar kakao di Kabupaten Luwu antara lain masih
377 ha dengan produksi mencapai 416 ton rendahnya produktivitas dan kualitas biji
pada tahun 2018 (Dinas Perkebunan kakao yang dihasilkan. Hal ini disebabkan
Dharmasraya, 2019). oleh serangan hama dan penyakit,
Perkebunan kakao rakyat di Kabupaten degradasi lahan, penggunaan bibit tanaman
Dharmasraya khususnya di Kecamatan yang bukan klon unggul dan faktor panen
Timpeh memiliki peluang yang cukup besar yang terkait dengan waktu dan rotasi panen
untuk dikembangkan. Hal ini terlihat dari yang tidak terlaksana dengan baik.
kehidupan masyarakat yang umumnya Karakteristik budidaya pada perkebunan
masih mengandalkan tanaman kakao kakao bertujuan untuk menggambarkan
sebagai pilihan untuk dibudidayakan dan cara/teknik budidaya yang digunakan pada
sering ditanam sebagai tanaman suatu perkebunan kakao. Adapun aspek
pekarangan, serta lahan yang tersedia yang termasuk ke dalam karakteristik
masih cukup luas di daerah tersebut. budidaya tanaman kakao yaitu teknik
Namun terdapat beberapa permasalahan persiapan lahan, pemilihan bibit/benih
yang perlu dikaji terkait dengan budidaya kakao, pemeliharaan dan panen.
kakao pada perkebunan rakyat yakni Berdasarkan kegiatan tersebut, dapat
rendahnya tingkat produktivitas dan diketahui informasi mengenai teknik
kualitas kakao yang dihasilkan. Dari hasil budidaya kakao yang baik dan benar untuk
pra-survei yang dilakukan, ada beberapa menghasilkan produksi kakao yang optimal.
masalah yang sering dialami oleh petani
kakao di Kecamatan Timpeh, antara lain: BAHAN DAN METODE
minimnya modal usaha petani, minimnya
Penelitian ini telah dilaksanakan di
pengetahuan dan keterampilan petani
Kecamatan Timpeh, Kabupaten
mengenai teknik budidaya tanaman kakao
Dharmasraya selama 3 bulan yaitu pada
(mulai dari pembukaan lahan hingga proses
Januari sampai dengan Maret 2021. Alat
panen) yang baik dan benar, serta
yang digunakan adalah alat tulis, kamera,
kurangnya pemanfaatan teknologi
dan global position system (GPS). Bahan
pertanian, sehingga produksi kakao yang
41
Jurnal Riset Perkebunan (JRP)
P – ISSN 2723-780X
Vol 2, Nomor 1 Maret 2021
yang digunakan dalam penelitian ini adalah dianggap lebih efektif dan efisien. Selain itu,
kuisioner untuk wawancara responden. para responden masih belum memahami
Penelitian ini berbentuk survei dengan bagaimana cara melakukan perbanyakan
menggunakan metode purposive sampling kakao secara vegetatif. Bahan tanam
dengan kriteria petani responden yang berupa benih tersebut kebanyakan dibeli di
dipilih merupakan petani kakao rakyat di pasaran yang ditawarkan dengan harga
Kecamatan Timpeh yang memiliki tanaman yang relatif murah, karena itu banyak petani
kakao yang telah menghasilkan dengan luas yang tertarik untuk membelinya tanpa
lahan ± 2.500 m². Data yang diperoleh mengetahui kualitas dari benih tersebut.
adalah teknik budidaya tanaman kakao yang Bahan tanam kakao dapat diperoleh dari
digunakan oleh petani (responden), hasil perbanyakan secara generatif (seksual)
kemudian disajikan secara deskriptif untuk berupa biji/benih dan secara vegetatif
melihat, membandingkan serta memberi (aseksual) seperti okulasi, stek dan sambung
gambaran mengenai teknik budidaya yang pucuk. Kesalahan dalam memilih dan
digunakan oleh petani di daerah tersebut. menggunakan bahan tanam mengakibatkan
Teknik analisis data yang digunakan kerugian jangka panjang. Oleh karena itu,
dalam penelitian ini adalah berupa metode pemilihan bahan tanam merupakan langkah
analisis deskriptif (Miles dan Huberman, awal yang sangat penting dalam proses
1992). Teknik analisis data ini diterapkan budidaya kakao. Hasil penelitian Pradipta
melalui tiga tahap, yaitu: (1). reduksi data: (2018) menunjukkan bahwa tanaman hasil
tahap merangkum atau menyederhanakan perbanyakan vegetatif menghasilkan
data kasar yang diperoleh di lapangan yang produksi bobot kering kopi yang lebih tinggi
dianggap penting; (2). penyajian data: data dibandingkan dengan tanaman hasil
yang diperoleh dari pengamatan di perbanyakan generatif, hal ini disebabkan
lapangan ditampilkan dalam bentuk tabel, tanaman hasil perbanyakan vegetatif
sehingga dari tabel nantinya akan tampak memiliki sifat-sifat unggul yang sesuai
perbandingan objek yang diamati; dan (3). dengan induknya dan fase pertumbuhan
penarikan kesimpulan: tahap ini merupakan vegetatif relatif lebih pendek dibandingkan
tahap penarikan kesimpulan dari semua tanaman dari hasil perbanyakan generatif
data yang telah diperoleh sebagai hasil dari sehingga tanaman lebih cepat berproduksi.
penelitian. b. Jenis klon dan asal bahan tanam
Klon unggul merupakan hasil pemuliaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
materi genetik yang dilakukan secara
1. Aspek bahan tanam periodik dan berkesinambungan. Kriteria
a. Jenis bahan tanam pemilihan bahan tanam dalam program
Bahan tanam merupakan bagian dari pemuliaan adalah produktivitas tinggi (>2
tanaman yang digunakan untuk memulai ton/ha/tahun), komponen dan mutu hasil
atau mengawali proses budidaya tanaman. sesuai dengan permintaan konsumen dan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa produsen yakni berat per biji kering >1
semua petani responden menggunakan gram, kadar lemak >50%, kadar kulit ari
jenis bahan tanam yang berasal dari benih <12% dan tahan terhadap hama dan
dengan persentase 100%. Menurut mereka, penyakit (Jaya et al., 2004).
penggunaan bahan tanam berupa benih
42
Jurnal Riset Perkebunan (JRP)
P – ISSN 2723-780X
Vol 2, Nomor 1 Maret 2021
Tabel 1 menunjukkan bahwa 15% petani namun kenyataannya tidak demikian. Benih
responden di Nagari Ranah Palabi yang tidak jelas asalnya juga dapat
menggunakan jenis klon kakao Sca 6 yang menghasilkan buah, tetapi hanya dapat
dibeli dari distributor resmi dan sudah berproduksi sebanyak 50% dari hasil yang
bersertifikat yakni berasal dari PT Tri Bakti bisa dicapai jika menggunakan benih unggul
Sarimas yang berlokasi di Kota Pekanbaru (Pudji, 2011). Oleh sebab itu kerugian yang
Provinsi Riau. Sedangkan 85% petani timbul akibat penggunaan benih palsu tidak
responden tidak mengetahui jenis klon selalu dikaitkan dengan tanaman yang tidak
kakao yang mereka gunakan, benih tersebut produktif melainkan produktivitasnya jauh
diperoleh dari pedagang yang tidak jelas lebih rendah dibandingkan tanaman yang
asalnya. Hal ini terjadi karena kurangnya berasal dari benih bermutu.
pengetahuan petani mengenai jenis-jenis
2. Aspek persiapan lahan
klon unggul yang tersebar di Indonesia dan
a. Jarak tanam
produsen benih resmi yang belum tersedia
Tabel 2 memperlihatkan bahwa dalam
di daerah tersebut.
praktik budidaya yang dilakukan, 61% dari
Tabel 1. Jenis klon dan asal bahan tanam
petani responden menerapkan jarak tanam
kakao yang digunakan responden
yang tidak sesuai anjuran. Sebanyak 46%
Jumlah
Jenis Asal bahan Persentase responden menggunakan jarak tanam 3 x 3
petani
klon tanam (%) m dan 15% menggunakan jarak tanam 2 x 2
(orang)
ICS 1 0 0 0 m. Hal ini dilakukan petani agar jumlah
pohon yang ditanam jumlahnya lebih
ICS 13 0 0 0
banyak, sehingga nantinya petani dapat
TSH
0 0 0 memperoleh hasil yang banyak pula.
858
TSH Tabel 2. Jarak tanam kakao di lokasi
0 0 0 penelitian
908
Distributor Jarak Jumlah petani Persentase
Sca 6 2 15 tanam (orang) (%)
resmi
Tidak Dibeli asal 5mx5m 1 8
11 85
tahu di pasaran
4mx4m 4 31
Jumlah 13 100
3mx3m 6 46
43
Jurnal Riset Perkebunan (JRP)
P – ISSN 2723-780X
Vol 2, Nomor 1 Maret 2021
44
Jurnal Riset Perkebunan (JRP)
P – ISSN 2723-780X
Vol 2, Nomor 1 Maret 2021
45
Jurnal Riset Perkebunan (JRP)
P – ISSN 2723-780X
Vol 2, Nomor 1 Maret 2021
46
Jurnal Riset Perkebunan (JRP)
P – ISSN 2723-780X
Vol 2, Nomor 1 Maret 2021
kakao yang optimal. Tabel 5 di atas bersinar terik, sebelum pukul 09.00 WIB
menunjukkan bahwa 54% petani responden atau sesudah pukul 15.00 WIB.
melakukan pemupukan dengan frekuensi 2 Hal tersebut sejalan dengan Tettrinica et
x 1 tahun, 23% dengan frekuensi 3 x 1 al. (2009) bahwa waktu pemupukan pada
tahun, dan 23% dengan frekuensi 4 x 1 pagi dan sore hari berpengaruh nyata
tahun. Kebanyakan responden melakukan terhadap berat basah polong, berat basah
pemupukan secara tidak menentu sesuai dan berat kering biji kedelai yang
kapan ketersediaan pupuk yang mereka menyebabkan produktivitas tanaman
miliki, bahkan terkadang beberapa petani kedelai lebih tinggi dibandingkan
melakukan pemupukan lebih dari 2 kali pemupukan pada siang hari. Pemupukan
setahun, bahkan ada yang frekuensi tidak dianjurkan pada siang hari dan saat
pemupukannya 4 kali dalam setahun. hujan karena jika pemupukan dilakukan
Menurut Puslitkoka (2010), frekuensi siang hari pupuk akan cepat menguap dan
pemberian pupuk yang baik cukup 2 kali hilang sebelum dimanfaatkan oleh
setahun. Pada tanaman tahunan seperti tanaman, sedangkan saat hujan pupuk akan
tanaman kakao ini, pemberian pupuk yang hanyut atau tercuci akibat aliran air atau
disarankan adalah 2 kali dalam setahun aktivitas lainnya.
dengan dosis yang sesuai, karena frekuensi
b. Pemangkasan
pemberian pupuk akan menentukan
Pemangkasan tanaman kakao terdiri dari
efektivitas terhadap produktivitas tanaman,
tiga jenis, yaitu pemangkasan bentuk,
dimana apabila pemberian pupuk sekali
pemangkasan pemeliharaan dan
dalam jumlah besar akan memberikan atau
pemangkasan produksi. Berdasarkan hasil
mengakibatkan pemborosan pupuk. Hal ini
wawancara diperoleh hasil 54% petani
sesuai dengan pendapat Harjadi (2009)
responden melakukan 2 jenis pemangkasan
yang menyatakan bahwa pada tanaman
kakao yaitu pemangkasan pemeliharaan
tahunan atau tanaman setahun yang
dan pemangkasan produksi, 31% hanya
berumur panjang, ketersediaan hara lebih
melakukan pemangkasan pemeliharaan dan
efisien jika diatur dengan pemberian pupuk
15% hanya melakukan pemangkasan
berulang atau bertahap (frekuensi lebih dari
produksi (Tabel 6). Petani responden di
sekali) selama masa tanam.
daerah penelitian tidak melakukan
Iklim merupakan salah satu yang
pemangkasan bentuk karena masih belum
mempengaruhi keberhasilan pemupukan,
mengetahui manfaat dan bagaimana cara
hal ini penting untuk diketahui agar pupuk
melakukan pemangkasan bentuk tersebut,
yang digunakan dapat bekerja dengan
mereka hanya melakukan pemangkasan
optimal mengingat harga pupuk yang cukup
saat daun tanaman kakao sudah mulai
mahal, sangat disayangkan bila pupuk yang
terlihat rimbun.
kita beli tidak efektif dan efisien. Dari segi
waktu pemupukan diperoleh data bahwa
100% petani responden melakukan
pemupukan di pagi hari dan hal tersebut
sudah baik (sesuai anjuran). Menurut
Puslitkoka (2010) pemupukan sebaiknya
dilakukan sebelum atau sesudah matahari
47
Jurnal Riset Perkebunan (JRP)
P – ISSN 2723-780X
Vol 2, Nomor 1 Maret 2021
48
Jurnal Riset Perkebunan (JRP)
P – ISSN 2723-780X
Vol 2, Nomor 1 Maret 2021
Tabel 7. Jenis kegiatan sanitasi yang tanaman berarti mengurangi populasi hama
dilakukan responden yang berpotensi merusak tanaman dan
Jumlah memutus siklus hama dan penyakit
Kegiatan Persentase
petani sehingga pertumbuhan dan perkembangan
sanitasi (%)
(orang) tanaman tidak akan terganggu.
Membenamkan 1 8
sampah daun 4. Aspek pengendalian hama dan penyakit
dan kulit buah a. Jenis hama dan penyakit yang menyerang
sehabis panen Tabel 8. Jenis hama dan penyakit yang
dan memetik menyerang tanaman kakao di
buah yang
lokasi penelitian
terserang
hama dan Jenis hama Jumlah Persentase
penyakit dan penyakit lahan (%)
Sampah daun 6 46 Penggerek buah
dan kulit buah kakao – PBK
8 62
dikumpulkan di (Conopomorpha
sekitar lahan cramerella Snellen)
Kepik penghisap
Sampah daun 6 46
buah 3 23
dan kulit buah
(Helopeltis sp.)
ditimbun
Kutu putih 0 0
Tidak 0 0
Hama penggerek
melakukan
batang (Zeuzera 0 0
sanitasi
coffeae Nietn.)
Jumlah 13 100
Penyakit busuk
2 15
buah
Adapun kegiatan sanitasi yang baik dan Vascular Streak
benar menurut Puslitkoka (2010) adalah 0 0
Dieback (VSD)
dengan membenamkan kulit buah, Jumlah 13 100
plasenta, buah busuk dan semua sisa panen
ke dalam lubang setelah proses panen, lalu Berdasarkan tabel di atas diketahui
ditutup kembali dengan tanah hingga bahwa 62% dari jumlah responden
ketinggian 20 cm, hal ini bertujuan untuk menyatakan tanaman kakaonya diserang
membunuh larva PBK yang terdapat pada hama PBK. Gejala yang timbul akibat
buah kakao. serangan hama PBK antara lain: kulit buah
Menurut Sukamto (2003), sanitasi memudar dan guratan berwarna jingga dan
memberikan kontribusi secara tidak bila digoyang tidak berbunyi, saat dibelah
langsung terhadap produksi tanaman kakao. daging buah berwarna hitam, biji
Adanya sanitasi dapat mengurangi tingkat menempel, tidak berkembang dan
perkembangan hama (terutama PBK) dan berukuran kecil (Masnilah, 2019). Sebanyak
penyakit yang dapat menurunkan produksi 23% tanaman kakao petani responden
tanaman. Buah kakao yang terserang hama diserang oleh kepik penghisap buah. Hama
dan penyakit dapat menjadi sumber infeksi ini menyerang buah dan tunas dengan cara
yang memicu terjadinya serangan menghisap cairan dari bagian tanaman yang
hama/penyakit pada tanaman kakao lainnya menyebabkan kematian pada buah muda
yang sehat. Membersihkan sisa-sisa dan tunas (die back). Kerugian yang
49
Jurnal Riset Perkebunan (JRP)
P – ISSN 2723-780X
Vol 2, Nomor 1 Maret 2021
50
Jurnal Riset Perkebunan (JRP)
P – ISSN 2723-780X
Vol 2, Nomor 1 Maret 2021
51
Jurnal Riset Perkebunan (JRP)
P – ISSN 2723-780X
Vol 2, Nomor 1 Maret 2021
52
Jurnal Riset Perkebunan (JRP)
P – ISSN 2723-780X
Vol 2, Nomor 1 Maret 2021
53
Jurnal Riset Perkebunan (JRP)
P – ISSN 2723-780X
Vol 2, Nomor 1 Maret 2021
54