Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 16

KONTRIBUSI AL-QUR’AN DALAM UPAYA MENCEGAH

AKSI BULLYING DI SEKOLAH

Yang dibimbing oleh Bapak Abdul Basid, M.Th.I, Ph.D

Disusun oleh:

Achmad Khalid Ba’sus Syadiduddin

Adilia Gadis Karfitasari

adiliagadis3@gmail.com

Alfa Khumaidah

alfa.khumaidah.2302526@students.um.ac.id

Alvi Dwi Nuraini

dewaarek87@gmail.com

Ananda Dewi Ariani

ananda.dewi.2302216@students.um.ac.id

Arafah Khusnaningrum

arafahningrum@gmail.com

Candra Dwi Rizqi Maulana

Daffa Pradana Warianti

daffa.pradana.2302216@students.um.ac.id

Debby Dyah Ananda

Debbydyahananda19@gmail.com

Dewananta

dewaarek87@gmail.com

Reza Ramadhani Tanoto

Diska Putri Rismadanti

diska.putri.2301546@students.um.ac.id
Eka Gustiana Ningsih

eka.gustiana.2302216@students.um.ac.id

Elysia Rafa Putri

elysiarafap@gmail.com

Ervida Khomsa Aulia

Fahmi Izzah Al Fitrah

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

SEPTEMBER 2023/2024

KONTRIBUSI AL-QUR’AN DALAM UPAYA MENCEGAH


AKSI BULLYING DI SEKOLAH

Keywords : Abstract
Bullying; Al- Bullying (bullying). Bullying (bullying) refers to a threatening act, scares
Qur'an; the body or psychiatric against someone caused by one’s attitude of
Research; superiority, to it feels entitled or powerful for intimidating others. This
Student. study examines bullying in terms of language style (speech) preachers with
the perspective of the Prophet’s hadith. Bullying here is a type of verbal
bullying. This study sought to find the significance of bullying with hadiths,
as well as exploration of the Prophet’s hadith, using the library research
method (library research) with data analysis descriptively qualitative
descriptively. The result of this article that in the Qur’an and hadith there
is clearly a ban on not to insult to others with bad things and there is a
recommendation to keep your mouth when you are conveying something.
In this case the act of bullying is not only limited to the physical or psychic,
but of verbally bullying. This is considered urgen because verbally bullying
actions do not only occur in the world of education, but from preachers,
there is also a language style used that is bullying. Nowadays, some cases
of bullying have emerged in our country, it has seemed common among the
people. This action resulted in the victim feeling depressed, experiencing
trauma, and feeling helpless. Therefore, to find solutions to these cases, a
deeper study is needed to overcome this phenomenon from various points
of view, including the point of view of the Qur’an and Hadith. In addition,
research is also needed to see students’ views regarding the widespread
views of bullying cases at education. Students have an important role in
addressing bullying problems in the school environment, so that their
views can be a guideline in designing effective bullying prevention
programs. The research was conducted using a qualitative approach.
Qualitative method generates descriptive data in the form of written or
oral words from people or behavior that can be observed. This study is
motivated by the rise of cases of bullying in several schools, especially in
the junior high school. Bullying is an act carried out by individuals or
groups to other individuals who are considered weaker. The act of bullying
can be in the form of physical contact, verbal contact, and cyberbullying.
Bullying can have a negative impact on academic achievements at school,
the physical and mental health of the victims. Therefore, this study aims to
determine the forms of bullying, factors that cause bullying, the impact of
bullying for students and solutions to minimize the occurrence of bullying.
This research uses qualitative research methods with the literature study
approach. The subject of research was junior high-level students. Data
collection techniques using interview techniques and observation. The
results show that factors that affect the act of bullying due to differences in
social terms, environmental factors and family backgrounds. Bullying can
affect the physical and mental condition of the victim so that it is needed to
minimize and overcome these actions. This effort was carried out by the
school by conducting counseling and counseling guidance to students.
While the role of parents provides moral and religious education and
exposed attitudes to each other between children and parents.

Kata Kunci : Abstrak


Bullying; Al-
Qur'an; Perundungan (bullying). Perundungan (bullying) merujuk pada suatu
penelitian; perbuatan mengancam, menakut-nakuti secara wujud tubuh atau
pelajar. kejiwaan spiritual terhadap seseorang yang disebabkan sikap
superioritas seseorang, hingga merasa berhak atau berkuasa untuk
mengintimidasi orang lain. Penelitian ini mengkaji perundungan ditinjau
dari gaya bahasa (ucapan) penceramah dengan perspektif hadis Nabi.
Bullying disini adalah jenis perundungan verbal. Studi ini berupaya
untuk menemukan signifikansi perundungan dengan hadis, serta
eksplorasi atas hadis Nabi, menggunakan metode penelitian pustaka
(library research) dengan analisis data secara kualitatif deskriptif-
analitis. Hasil dari tulisan ini bahwa di dalam al-Qur’an dan hadis telah
jelas terdapat suatu larangan untuk tidak menghina orang lain dengan
hal yang tidak baik dan terdapat anjuran untuk menjaga lisan ketika
sedang menyampaikan sesuatu (Hayati, 2020). Dalam hal ini tindakan
perundungan tidak sebatas kepada fisik atau psikis, melainkan tindakan
perundungan secara verbal. Hal ini dianggap urgen karena tindakan
perundungan secara verbal tidak hanya terjadi di dunia pendidikan,
melainkan dari ucapan penceramah juga terdapat gaya bahasa yang
digunakan tersebut bersifat merundung (Salsabila Adriyanti et al., 2023).
Saat ini, beberapa kasus bullying telah muncul di negara kita, hal ini
sudah tampak umum di kalangan masyarakat. Tindakan ini
mengakibatkan korban merasa tertekan, mengalami trauma, dan merasa
tidak berdaya. Oleh karena itu untuk menemukan solusi atas kasus
tersebut, diperlukan kajian yang lebih mendalam untuk mengatasi
fenomena ini dari berbagai sudut pandang, termasuk sudut pandang Al-
Qur’an dan Hadist. Selain itu, diperlukan juga penelitian untuk melihat
pandangan mahasiswa terkait maraknya kasus bullying di jenjang
pendidikan. Mahasiswa memiliki peran penting dalam mengatasi
masalah bullying di lingkungan sekolah, sehingga pandangan mereka
dapat menjadi pedoman dalam merancang program-program
pencegahan bullying yang efektif (Awwaliansyah & Shunhaji,
2022).Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
Metode kualitatif menghasilkan data deskriptif dalam bentuk kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh maraknya kasus bullying pada
beberapa sekolah terutama pada Sekolah Menengah Pertama (Yasmin et
al., 2022). Bullying merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh
individu atau kelompok kepada individu lain yang dianggap lebih lemah.
Tindakan bullying dapat berupa kontak fisik, kontak verbal, dan
cyberbullying. Bullying dapat memberikan pengaruh buruk terhadap
prestasi akademik di sekolah, kesehatan fisik dan mental korban. Oleh
karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk
bullying, faktor penyebab bullying, dampak bullying bagi pelajar dan
solusi untuk meminimalisir terjadinya tindakan bullying. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi
literatur. Subjek penelitian adalah para pelajar tingkat menengah
pertama. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan teknik
wawancara dan melakukan observasi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa faktor yang mempengaruhi tindakan bullying dikarenakan
adanya perbedaan dari segi sosial, faktor lingkungan dan latar belakang
keluarga. Bullying dapat berpengaruh pada kondisi fisik dan mental
korban sehingga dibutuhkan upaya untuk meminimalisir dan mengatasi
tindakan tersebut. Upaya ini dilakukan oleh pihak sekolah dengan
mengadakan penyuluhan dan bimbingan konseling kepada siswa.
Sedangkan peran orang tua memberikan pendidikan moral dan agama
serta sikap saling terbuka antara anak dan orang tua

Article Received : Accepted :


History :

PENDAHULUAN

Saat ini banyak kasus bullying di Indonesia. Seperti kasus di salah satu SMP di
kota Malang Jawa Timur. Hal ini membuat walikota dan kapolres Malang berbela
sungkawa untuk menjenguk korban. Korban mengalami cidera serius, sehingga harus
menjalani operasi amputasi jari tengah tangan kanan. Pada Rabu (05/02/2020) sore.
Walikota Malang Sutiaji dan Kapolresta Malang Akbp Leonardus telah melihat sendiri
kondisi korban yang berinisial N-S yang berada di ruang paviliun isolasi anak, tepatnya
di rumah sakit Lavalette. Polisi telah menemukan dua bukti untuk menetapkan
tersangka, yaitu keterangan dari lima belas saksi dan hasil visum. Hal ini membuat
Sutiaji kecewa karena telah mencoreng nama baik kota Malang dan dunia pendidikan
Indonesia (Muhopilah & Tentama, 2019).
Survei yang dilakukan UNESCO pada tahun 2018 menunjukkan bahwa bullying
terjadi di berbagai negara dengan persentase rendah 7% di Tajikistan dan tertinggi
74% di Samoa. Di Indonesia, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat
terjadi sebanyak 253 kasus bullying pada tahun 2011 sampai 2016 (Nuridha, 2017).
data dari KPAI yang dirilis kembali pada 23 Juli 2018 menunjukkan bahwa sampai Mei
2018 terjadi 36 kasus bullying, yang jika dipresentasikan merupakan 22,4% dari 161
Kasus yang terdata di bidang pendidikan.
Bullying dapat menimbulkan masalah pada aktivitas sosial, merasa takut untuk
sekolah sehingga sering absen, tidak dapat belajar dengan baik dan tidak dapat
berkonsentrasi yang kesemuanya dapat menimbulkan penurunan prestasi belajar (Ayu
& Rahayu, 2014). Perilaku bullying juga dapat memunculkan depresi, perilaku
psikopatologi, masalah kesehatan serta perilaku menyakiti diri sendiri. Bersamaan
dengan hal itu, Al-Qur’an merekam sejumlah kejadian tentang perilaku bullying.
Memang, Al-Qur’an tidak menyebutkan secara eksplisit namun terdapat kata-kata
seperti [yaskhar] yang memiliki arti merendahkan [istahza’a] yang mempunyai arti
mengejek dan mengolok-olok, Kemudian berlaku sewenang-wenang atau menyusahkan
orang lain. M.Quraish Shihab menyebutkan bahwa memperolok-olok [yaskhar] yaitu
menyebutkan kekurangan orang lain yang bertujuan mempertawakan yang
bersangkutan, baik dengan ucapan, perbuatan atau tingkah laku. Ibnu Katsir juga
berpendapat bahwa yang dimaksud mengolok-olok diartikan dengan mencela dan
menghina orang lain. Hal tersebut, tentu saja sejalan dengan fenomena bullying saat ini
sehingga kajian ini penting untuk dilakukan.
Kajian ini merupakan studi tematik al-Qur’an maka kegiatan penelitiannya juga
menggunakan metode maudlu’i yaitu metode dengan cara menghimpun seluruh ayat-
ayat al-Qur’an yang mempunyai maksud yang sama dalam arti yang sama-sama
membicarakan satu topik masalah dan menyusunnya berdasarkan kronologis sebab
turunnya ayat tersebut, langkah selanjutnya adalah menguraikannya dengan
menjelajahi seluruh aspek yang dapat digali.
Masalah pokok artikel ini adalah, dalam Al-Qur’an banyak ayat-ayat yang
memerintahkan kita untuk berbuat baik dan tolong-menolong. Namun yang terjadi saat
ini, banyak orang saling membully satu sama lain baik secara langsung maupun di
media sosial terutama di kalangan pelajar, Berdasarkan permasalahan maka timbullah
pertanyaan:
1. Bagaimana respon netizen dalam kasus bullying di lingkungan pelajar di
Indonesia?
2. Bagaimana penafsiran Q.S Al Hujurat ayat 10-11 yang berhubungan dengan
kasus bullying?
3. Apa yang dimaksud konsep keimanan dan diskursus bullying itu?

Al-qur’an adalah kalamullah terakhir yang di wahyukan Allah kepada nabi


Muhammad saw. Al-qur’an merupakan penyempurna bagi kitab - kitab yang Allah
turukan kepada nabi dan rasul terdahulu. Al-qur’an merupakan pedoman,konsep,serta
aturan hidup bagi manusia, didalam kitab tersebut mengatur sebagaimana hubungan
makhluk dengan ciptaannya seperti sholat, puasa, haji, dan lain sebagainya. Selain itu,
al-qur’an juga mengatur hubungan antara manusia dengan manusia lainnya, serta
hubungan antara manusia dengan makhluk ciptaan allah lainnya.Oleh karena itu sudah
menjadi kewajiban setiap umat muslim untuk mempelajari, memahami, serta
mengamalkan Al-qur’an. Selain itu masih bayak lagi manfaat yang akan diperoleh
diantaranya yaitu Al-qur’an dapat menuntun kita ke jalan yang benar, baik, dan selamat,
Dapat melembutkan hati, Membuat hati lebih tentram, dapat mengurangi penyakit
ketika kita rutin membaca Al-Qur’an, dapat pahala yang berlipat ganda, dapat
membawa syafaat bagi kita di akhirat, Allah akan mengeluarkan kita dari kegelapan dan
akan dijaga Allah SWT di setiap saat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berita tentang kasus-kasus bullying,


khususnya yang terjadi di Malang. Sehingga dapat diketahui mengenai dampak buruk
yang ditimbulkan dari bullying. Terutama dampak bagi korban, baik dampak mental
maupun dampak fisik. Dampak-dampak buruk inilah yang menjadi alasan mengapa
bullying perlu dicegah, khususnya pada anak dan remaja. Himbauan, arahan dan
motivasi-motivasi untuk mencegah bullying perlu diberikan pada masyarakat, Agar
terciptanya kehidupan yang aman dan sejahtera. Artikel ini juga bertujuan untuk
memberikan pemahaman kepada pembaca, tentang larangan-larangan bullying yang
ada di al Qur'an. Tidak banyak yang mengetahui bahwa ayat-ayat suci Al Qur'an dan
hadits telah berkontribusi dalam mencegah aksi-aksi bullying (Kurnia & Aeni, 2018).

Penelitian mengenai bullying ini dilakukan untuk mendapatkan data-data


mengenai penyebab dari aksi bullying. Apa yang memicu munculnya sifat tidak baik,
sehingga mendorong seseorang untuk menyakiti orang lain. Seperti yang telah
diketahui, dampak bullying tidak hanya dirasakan korban, namun juga lingkungan
sekitarnya. Untuk itu, anak anak perlu mendapatkan sosialisasi dan edukasi tentang
bullying, Baik yang berupa arahan, motivasi, karya tulis, poster, dan lain sebagainya.
Perlu ditanamkan keyakinan untuk menggunakan Al-Qur'an sebagai pedoman dalam
bertingkah laku. Sehingga perbuatan-perbuatan yang merugikan di dunia maupun di
akhirat dapat dihindari (Hayati, 2020).

PEMBAHASAN

KONSEP KEIMANAN DAN DISKURSUS BULLYING

Konsep keimanan dan diskursus bullying ialah topik yang menarik dan penting
untuk dibahas. Keimanan adalah keyakinan yang kuat, teguh dan kokoh kepada Allah
SWT dan segala ajaran-Nya, yang menjadi dasar bagi seorang muslim. Diskursus
bullying adalah suatu masalah yang membahas mengenai kekerasan, penindasan atau
pelecehan yang dilakukan oleh kaum yang lebih kuat terhadap kaum yang lebih lemah,
baik secara langsung maupun tidak langsung (Subhi, 2020).
Keimanan dan diskursus bullying saling berkaitan, karena keimanan dapat
menjadi sumber motivasi, inspirasi, dan solusi bagi para korban, saksi, maupun pelaku
bullying. Keimanan juga dapat menjadi pencegah dan pengendali dari perilaku bullying,
karena seorang muslim yang beriman akan menjunjung tinggi nilai-nilai moral, etika,
dan kemanusiaan yang diajarkan oleh Islam (Sari, 2020). Beberapa konsep keimanan
yang relevan dengan diskursus bullying adalah sebagai berikut:
1. Konsep tauhid, Konsep ini mengajarkan bahwa semua manusia adalah makhluk
Allah SWT yang sama-sama memiliki hak dan kewajiban, tanpa membeda-
bedakan ras, suku, warna kulit, jenis kelamin, atau status sosial. Seorang muslim
yang bertauhid tidak akan melakukan bullying kepada sesama saudaranya
karena pasti dia sadar bahwa setiap perbuatan yang ia lakukan pasti akan
dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah SWT di akhirat nanti.
2. Konsep akhlak, Konsep ini mengajarkan bahwa seorang muslim harus bersikap
jujur, adil, sabar, tawadhu', santun, kasih sayang, tolong-menolong, dan lain-lain.
Seorang muslim yang berakhlak, ia tidak akan melakukan bullying terhadap
orang lain, karena dia tahu hak-hak orang lain dan akan sadar hal tersebut akan
sangat menyakiti bagi orang lain yang merasakannya.
3. Konsep jihad, Konsep ini mengajarkan bahwa seorang muslim harus berani
menghadapi tantangan dan rintangan dalam hidupnya, termasuk juga bullying.
Seorang muslim yang berjihad tiidak akan diam apabila dia menjadi salah satu
korban pembullyan dia akan melaporkan dan menjunjung tinggi hak nya, begitu
pula sedikit orang muslim yang berjihad tidak akan mampu diam saja apabilla
menemui sesorang yang dibully, dia akan membantu daan menolong dan
membela saudaranya yang menjadi korban bullying.

AL-QUR’AN DAN SOLUSI BULLYING

Tindakan bullying melibatkan dua pihak, yaitu pelaku dan korban Kedua pihak
tersebut mempunyai solusi sendiri-sendiri dalam menanganinya. Al-Qur’an
menjelaskan kedua hal tersebut dengan solusi yang beragam (Nuraeni et al., 2017). Bagi
pelaku, terdapat sejumlah ayat yang menjelaskan tatacara atau sikap yang perlu ditaati
agar tidak terjerumus ke dalam perilaku atau kesalahan yang sama. Di antaranya
misalnya, meningkatkan taqwa kepada Allah Q.S. Al-A’raf [7]: 201, Al-Ahzab [33]: 7071,
berkata baik sebagaimana terdapat dalam Q.S. Al-Baqarah [2]: 263, Al-Isra’ [17]: 53,
memanggil dengan panggilan yang baik terdapat dalam Q.S. Yusuf [12]: 5, Hud [11]: 42,
Luqman [31]: 13. Pertama, bertaqwa kepada Allah sebagaimana dijelaskan dalam Q.S.
Al-A’raf [7]: 201. Memang ayat yang menjelaskan tentang taqwa sangat banyak
jumlahnya. Akan tetapi, dalam penjelasan ini hanya akan disebutkan beberapa ayat
yang berkaitan dengan bullying dan cara mengantisipasinya.

Tafsir al-hujurat 10-11 dan asbab al-nuzulnya

Persatuan dan kesatuan antara sesama manusia tidak mungkin dapat terwujud
jika tidak ada semangat persaudaraan. Persaudaraan dalam bahasa Arab dikenal
dengan ukhuwwah yang merupakan masdar dari kata “akhā” yang terdapat dalam al-
Qur’an. Ukhuwwah yang biasa diartikan sebagai persaudaraan diambil dari akar kata
“akhā” yang pada umumnya berarti memperhatikan (Sohari, 2006).

Makna ini memberikan kesan bahwa persaudaraan mengharuskan adanya


perhatian dari semua pihak yang merasa bersaudara. Selain itu, di dalam berinteraksi
sehari-hari manusia dengan sesamanya harus didasari dengan keyakinan bahwa
manusia bersaudara (Alam, 2019). Dalam anggota masyarakat, manusia juga saling
bersaudara lebih lagi dalam hubungan keagamaan yang seiman dan seakidah yaitu
agama Islam, persaudaraan perlu kita tanamkan dan kita bina sebaik-baiknya (Faesal,
2022).

Allah swt berfirman dalam Al-Hujurat ayat 10 :


١٠ ‫ِاَّنَم ا اۡل ُم ۡؤ ِم ُنۡو َن ِاۡخ َو ٌة َفَاۡص ِلُح ۡو ا َبۡي َن َاَخ َو ۡي ُك ۡم َو اَّتُقوا َهّٰللا َلَع َّلُك ۡم ُتۡر َحُم وَن‬

“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara


kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat
rahmat.”
Siapapun, asalkan Mukmin, adalah bersaudara. Pada kata akhawaikum di sini
memberi arti bahwa jangankan antara banyak orang, dua pun jika mereka berselisih
harus di islahkan sehingga harmonislah hubungan mereka. Oleh karena semua
dipandang bersaudara, maka damaikanlah di antara saudara-saudaramu yang se-agama
itu, sebagaimana kamu mendamaikan saudaramu yang seketurunan. Dalam ayat ke-10
adalah Implikasi dari persaudaraan ini ialah hendaknya rasa cinta, perdamaian, kerja
sama dan persatuan menjadi landasan utama masyarakat muslim. Hendaklah
perselisihan atau perang merupakan anomali yang mesti di kembaikan kepada landasan
tersebut begitu suatu kasus terjadi. Dibolehkan memerangi kaum mukmin lain yang
bertindak zalim kepada saudaranya agar mereka kembali kepaa barisan muslim. Juga
agar mereka melenyapkan penyimpangan itu berdasarkan prinsip dan kaidah Islam,
Itulah penanganan yang tegas dan tepat.

Tafsir oleh Ibnu Katsir Ayat ini menjelaskan perlunya melakukan perdamaian
antara dua kelompok orang mukmin yang berperang. Hal itu perlu dilakukan sebab
sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, sebab mereka itu satu dalam
keimanan, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu yang sedang berselisih atau
bertikai satu sama lain dan bertakwalah kepada Allah dengan melaksanakan
perintahnya antara lain mendamaikan kedua golongan yang saling bermusuhan itu agar
kamu mendapat rahmat persaudaraan dan persatuan.

Quraish Shihab berkata: ayat ini adalah isyarat yang jelas bahwa persatuan,
kesatuan dan relasi harmonis diantara kelompok masyarakat kecil atau besar akan
mewujudkan curahan rahmat bagi mereka. Namun sebaliknya, perpecahan dan
kerenggangan relasi sosial akan mewujudkan bencana untuk mereka. Kemudian, pada
puncaknya menimbulkan pertumpahan darah dan peperangan diantara mereka
(Hadiwijaya, 2022). Salah satu bentuk ketidak harmonisan adalah perilaku
perundungan verbal yang merupakan hubungan penafsiran Qs. Al-Hujarat ayat 10
kepada ayat 11. Hubungan penafsiran Qs. Al-Hujarat ayat 10 kepada ayat 11 merupakan
bentuk anjuran keharmonisan sosial antar muslim dan mencegah perpecahan atau
kerenggangan keharmonisan dengan adanya perilaku perundungan verbal pada ayat
setelahnya yakni ayat 11. Thobari menjelaskan yakni : Dan takutlah kalian semua
kepada Allah wahai manusia dengan adanya ketetapan kewajiban kepada-Nya (yang
dibebankan) atas kamu sekalian mengenai perdamaian di antara dua orang yang
bertikai dari orang-orang beriman dengan dasar keadilan, dan tentang hal-hal lain yang
berkaitan dari kewajiban ini, dan jauhilah maksiat (saling berselisih), karena ada
rahmat tuhanmu, maka berdamailah dari perselisihan kamu sekalian yang telah lalu,
ketika kamu sekalian memberi (beramal) karena-Nya, mengikuti perintah dan larangan-
Nya, dan bertakwa kepada-Nya dengan sebab ketaatan kepada-Nya (Ryan et al., 2013).

Namun, dalam islam juga memberikan langkah-langkah untuk mencegah


timbulnya pertikaian dan kerenggangan keharmonisan sosial antar muslim. Allah swt
berfirman Al-Hujurat ayat 11:
‫ٰۤي َاُّيَها اَّلِذ ۡي َن ٰا َم ُنۡو ا اَل َيۡس َخ ۡر َقۡو ٌم ِّم ۡن َقۡو ٍم َع ٰٓس ى َاۡن َّيُك ۡو ُنۡو ا َخ ۡي ًرا ِّم ۡن ُهۡم َو اَل ِنَس ٓاٌء ِّم ۡن ِّنَس ٓاء َع ٰٓس ى َاۡن َّيُك َّن َخ ۡي ًرا ِّم ۡن ُهَّن ۚ َو اَل َتۡل ِم ُز ۤۡو ا‬
١١ ‫َاۡن ُفَس ُك ۡم َو اَل َتَناَبُز ۡو ا ِباَاۡلۡل َقاِبؕ ِبۡئ َس ااِل ۡس ُم اۡل ُفُس ۡو ُق َبۡع َد اِاۡل ۡي َم اِن ۚ َو َم ۡن َّلۡم َيُتۡب َفُاوٰٓلِٕٮَك ُهُم الّٰظ ِلُم ۡو َن‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang
lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka
(yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokan)
perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik
dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain,
dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk
panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa
tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim” (Sholah, 2020).

Dalam tafsir Ibnu Katsir mengajarkan sikap saling menghormati. Sikap itu
ditunjukkan dengan larangan bersikap sombong, karena sikap itu adalah bentuk
penolakan kebenaran dan merendahkan/meremehkan manusia. Sikap itu juga
dihukumi haram, karena bisa jadi orang yang direndahkan justru lebih terhormat dan
dicintai Allah (Ryan et al., 2013).

Pada ayat 11, Asbabun-nuzul ayat tersebut adalah berkenaan dengan ejekan
yang dilontarkan oleh tsabit ibnu qais seorang sahabat Nabi SAW yang tuli. Stabit
melangkahi sekian orang untuk dapat duduk didekat Rasulullah agar dapat mendengar
wejangan beliau. Salah seorang menergurnya tetapi Stabit marah sambil memakinya
dengan menyatakan bahwa dia yakni si penegur adalah anak (seorang wanita yang
pada masa jahiliah dikenal dengan aib). Orang yang diejek ini merasa dipermalukan
maka turunlah ayat ini.

Perbuatan mencela, mengolok-olok dan merendahkan orang lain bisa


menimbulkan konflik di antara masyarakat. Tampak jelas dari kandungan ayat-ayat Al-
Qur’an itu bahwa hendaknya tidak merendahkan sesama manusia.
Karena setiap manusia di bumi ini memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda
(Sari, 2020). Perbedaan itu seharusnya disadari agar tidak menimbulkan kekerasan,
konflik, permusuhan, dan sebagainya, yang dapat merusak kedamaian dan
perdamaian. Dalam kehidupan dan pergaulan sering pula terjadi hina menghina,
seakan-akan di dalam kalangan masyarakat sudah menjadi hobi dan pekerjaan rutin
baginya untuk melontarkan hinaan kepada orang lain, bahkan mengobralkanya ke sana
kemari, padahal tidak ada kepentingan dan tidak ada keuntungan buat diri sendiri. Ini
merupakan penyakit rohaniah.

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan,
mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-
kesalahannya.”
Pada ayat sebelum ini, dijelaskan bahwa setan selalu merayu dan menggoda
manusia untuk memalingkan mereka dari kebenaran. Setan membisikkan ke dalam hati
manusia sehingga menimbulkan dorongan negatif dan menjadikan manusia mengalami
suatu kondisi psikologis yang mengantarkannya melakukan tidak terpuji. Ketika
mereka digoda oleh setan mereka (umat muslim) dianjurkan untuk meminta
perlindungan kepada Allah. Kemudian pada ayat ini dijelaskan tentang cara untuk
menghadapi rayuan setan tersebut. Cara agar terhindar dari bisikan setan, yaitu dengan
bertaqwa kepada Allah, dengan mengingat Allah. Sesungguhnya orang yang bertaqwa
adalah orang yang beriman kepada yang gaib, mendirikan shalat, menginfakkan
sebagian rezekinya. Bila mereka merasa ada dorongan dalam dirinya untuk berbuat
kemungkaran, mereka segera sadar bahwa yang demikian itu adalah godaan setan.
Berkat kesadaran itu terhindar dari jurang kebinasaan dan jaring-jaring setan (Hadi,
2022).

Dalam video youtube channel kompastv.com ini news anchor menjelaskan


bahwa seorang siswa SMP Negeri di Malang, Jawa Timur, yang diduga jadi korban
perundungan teman sekolahnya, telah menjalani operasi amputasi jari tangan. Hal ini
membuat Wali Kota dan Kapolres Malang menjenguk korban di rumah sakit. Walikota
Malang Sutiaji meminta, siapapun yang bersalah harus ditindak. Rabu (05/02/2020)
sore, Wali Kota Malang Sutiaji dan Kapolres Malang Akbp Leonardus, melihat sendiri
kondisi M-S di Ruang Paviliun Isolasi Anak, Rumah Sakit Lavalette. Pihak rumah sakit
pun melakukan pengetatan pengunjung, pasca-operasi amputasi jari tengah tangan
kanan korban. Hanya 15 menit, keduanya berada di dalam ruangan. Seusai menjenguk
korban, Sutiaji menyebut kasus perundungan dan penganiayaan siswa SMP ini
mencoreng nama Kota Malang dan dunia pendidikan Indonesia. Dan kondisi terkini
yang didapatkan langsung melalui reporter yang berada di Malang, Jawa Timur. Jika
kemarin polisi sudah melakukan penyelidikan saat ini perkembangan terbaru polisi
sudah menaikan status kasus ini menjadi penyidikan dan juga akan menetapkan
tersangka. Naiknya kasus ini menjadi penyidikan karena polisi sudah mengumpulkan
dua alat bukti yang dirasa cukup kuat, yakni memeriksa lima belas saksi yang
keterangannya sudah saling berkaitan dan juga hasil visum yang telah keluar. Dari dua
alat bukti yang kuat tersebut akhirnya penyidik memiliki keyakinan bahwa kasus ini
sudah bisa naik ke penyidikan. Dan polisi juga menyampaikan bahwa akan segera
menetapkan tersangka. Terkait untuk penetapan tersangka sendiri polisi masih
mendalami masing-masing peran dari tujuh siswa terduga pelaku yang terlibat dalam
penganiyayan yang dilakukan pada korban.

Lalu kondisi siswa SMP ini sebagai korban yang mengalami cedera di bagian
tangan kanannya dan harus mengalami amputasi jari tangannya. Pasca operasi dua jari
tangan yang diamputasi korban tentu saja mengalami syok berat dan menangis. Kasus
ini terjadi pada januari lalu kemudian setelah terungkap korban ini menjalani
perawatan hampir dua pekan di rumah sakit hingga akhirnya menjalani amputasi. Ada
pembatasan untuk menjenguk korban tentu saja korban dipindahkan ke ruang isolasi
dan selama di ruang isolasi ini hanya boleh keluarga yang berada disekitar tidak
diperkenankan ada interaksi dengan pihak luar. Hal ini semata ditujukan untuk
pemulihan fisik dan psikis setelah menjalani operasi amputasi yang difokuskan
keluarga. Jadi saat ini untuk kasus hukum keluarga menyerahkan sepenuhnya pada
pihak kepolisian untuk menangani kasus ini.

Kasus penganiyayan dan perundungan siswa SMP di Malang, Jawa Timur dalam
video ini menarik berbagai respon netizen. Banyak diantaranya netizen yang merespon
untuk tetap menghukum pelaku dengan seadil-adilnya meskipun masih dibawah umur
serta memberi saran untuk keluarga dan pihak sekolah agar menanamkan dan
megakkan sikap anti-bullying. Berbagai respon netizen lainnya bisa ditemui dalam
kolom komentar seperti dibawah ini :

Penonton Komentar
@sinanoda9212 Ini sudah bukan bully lagi, ini sudah namanya
penganiayaan. Bully akan selalu ada dimanapun dan
kapanpun di lingkungan anak-anak atau pun dewasa, tapi
penganiayaan & kekerasan adalah hal yang tidak bisa
dibiarkan
@endahstyowati4151 Di bawah umur jgn dijadikan alasan untuk menghukum
anak-anak yang melakukan perundungan dan penganiayaan
apalagi sampai membuat cacat seseorang.
@ashriperdana3176 Qishash. Amputasi juga pelaku. Kalau dimaafkan korban
maka bayar ganti rugi dengan nilai wajar dengan sadar.
Kalau ini diterapkan, masy.siapa pun akan berpikir sebelum
bertindak. Jari untuk jari, tangan untuk tangan,nyawa untuk
nyawa.
@fundemort Walikota Malang benar. HARUS DITINDAK. Supaya ada efek
jeranya dan jadi contoh spy yg lain tidak ikut-ikutan.
@ramn7528 Dijadikan pelajaran, kelak ketika punya anak harus
dibesarkan dengan pemahaman ajaran-ajaran moral &
penuh kasih sayang terhadap sesama. Insyaallah hal seperti
ini tidak akan terjadi (semua berawal dari diri sendiri dan
keluarga).
@nindyshoo
Jangan pernah dibiasakan untuk 'berdamai' dengan masalah
seserius ini. The Traumas last a lifetime : (Negeri ini terlalu
banyak memaklumi hal hal yang seharusnya tidak pantas
dimaklumi) masa depan korbannya sudah hancur secara
fisik dan mental, tapi pelaku malah dengan mudah dicoba
untuk 'damai' dengan korban (oleh instansi yang
seharusnya menjadi salah satu naungan perlindungan si
korban) hanya karena kedua pihak masih dibawah umur?
what a joke!! Salah adalah salah yang tidak akan pernah
menjadi benar, apapun alasannya.
@baskorohardana293 Ya Alloh, sampe diamputasi?.... Semoga anak-anak kita tidak
menjadi pelaku atau korban perundungan... mari kita jaga,
bimbing, dan lindungi anak2 kita dgn edukasi tentang
bahaya perundungan sejak dini.
@FARZAGAMING Pemerintah setempat harus memberi jaminan masa depan
korban, misalnya besok kalau sudah dewasa jadikan PNS
atau yang lain, setidaknya korban bisa punya harapan masa
depan yang cerah
@e.h.g2855 Semoga tidak terjadi di sekolah sekolah lain, tolong
tegakkan anti bullying di sekolah sekolah, kasian untuk
anak-anak yg terkena bully akan menjadi trauma untuk
kedepannya. Dan untuk anak-anak yang membully harap
diberikan hukuman pendidikan khusus, kalau bisa jangan
boleh masuk ke sekolah untuk jangka waktu tertentu biar
orang tuanya sendiri yang mendidik mereka untuk
sementara waktu.
@retnovidya296 Masih SMP tapi kelakuannya sudah bisa bikin orang cacat ...
Astaghfirullah harus ditindak ini Ini bukan lagi anak-anak,
kasian korban sampai harus kehilangan jari tangannya Dan
ini juga bukan kasus main-main , biar tidak ada lagi korban
seperti anak itu.
@laughjoy213 Walaupun 7 pelaku masih dibawah umur, tapi itu sudah
membuat korban trauma psikis mental, kehilangan jari
tangan, sakit membekas di seluruh tubuh Yang akan dibawa
seumur hidup. Sepele bagi semua pembullying pelaku. tapi
tidak dengan korban. Tetap harus dipidana, biar ada efek
jera. karena kalau dbiarkan damai, akan menjadi contoh
bagi semua pembullying di Indonesia. Dipikiran
pembullying "saya kan masih dibawah umur, saya kan cuma
iseng, bercanda ga sengaja, ato alasan apapun dipikiran
Yang tidak sehat" harus ada UU Bullying. Hukum harus
Tegas, Tidak Pandang Status Sosial dari Mana!!!
@kireinatensai9670 Kasian anaknya, baru SMP. Tolong ditindak sesuai hukum.
Jangan pakai damai. Masa depan korban bagaimana. Luka
psikologis dan fisik yang sulit hilang.
@bayuendarto310 Ini sih bukan bercandaan gaya anak-anak lagi. Usut dan
kasih efek pembelajaran buat jadi contoh. Kalau bercanda
sampai menimbulkan cedera akan ada sanksinya. Bila perlu
orang tuanya juga dikenai sanksi.
@bintahwang3124 Katanya negara hukum! kepsek nya juga harus diproses
malah kesannya ngelindungi si pembully dg berdalih 'damai
secara kekeluargaan' sudah merusak masa depan anak
orang juga, neraka menantimu pak.
@robowarior Berikan hukuman yang pantas bagi para pelaku, jangan
biarkan mereka mengenyam pendidikan normal, cari saja
metode lain, karena kalo dilepas, mereka hanya akan
menjadi ancaman bagi anak anak yang lain.
@kaniadeviyanti8619 Berikan hukuman yang pantas bagi para pelaku, jangan
biarkan mereka mengenyam pendidikan normal, cari saja
metode lain, karena kalau dilepas, mereka hanya akan
menjadi ancaman bagi anak anak yang lain.
@qqaa1753 Ya Allah ngak tega bgt hancur masa depanya harus di
dampingi terus dan kasih banyak support ke anak ini
@mikemawaria8641 Pedih banget hati liat berita ini, ga ngerti lagi gimana
perasaan korban & keluarga nya. Kejadian ini pasti bakal
keinget seumur hidup dan jd memori terburuk buat korban,
semoga korban cepet pulih dan selalu dilindungi oleh allah
SWT dan untuk para pelaku semoga kedepannya bisa hidup
lebih baik lagi tanpa menyakiti orang lain, semoga dapat
balasan yang setimpal juga dari Allah SWT.

KESIMPULAN

Mengenai berbagai penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tindak


Cyberbullying merupakan tindak laku yang sudah jelas dilarang oleh Hukum Positif
negara kita dan juga Hukum agama Islam. Hal ini sebagai dampak akibat yang
ditimbulkan dari adanya tindak laku Cyberbullying, yang mana hal tersebut sangatlah
merugikan serta membahayakan orang lain maupun diri kita sendiri. Ibarat ‘senjata
makan tuan’, maka segala perbuatan kita pastilah ada pertanggung jawaban yang harus
kita penuhi, pada akhirnya.

Ciri-ciri korban dan pelaku serta sebab-sebab perundungan pada remaja ini
mengarah pada perilaku maladaptif. Perilaku maladaptif yaitu perilaku yang
mengarah pada Tindakan agresif, muda tersinggung, cendrung emosional. Perilaku
dalam bentuk ketidakmampuan memberikan tanggapan yang tepat terhadap
rangsangan-rangsangan orang-orang disekitarnya atau lingkunganya. Pelaku dalam
perundungan (bullying) dapat digolongkan dua jenis, yaitu pelaku aktif dan pelaku
pasif. Pelaku aktif adalah pelaku yang secara langsung melakukan eksekusi
perundungan (bullying) pada korban. Pelaku passif adalah pelaku yang tidak
langsung mengeksekusi perundungan (bullying) pada korban. Pelaku pasif terdiri
dari pengikut, penyemangat. Dalam sehari-hari pelaku passif ini dikenal sebagai
penonton, orang melihat atau mengetahui terjadi perundungan (bullying).

Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa solusi untuk pelaku bullying antara lain
dengan lebih mendekatkan sang pencipta dengan bertaqwa kepadanya, bertutur kata
yang baik, memanggil sesama manusia dengan panggilan yang baik dalam artian tidak
dengan panggilan merendahkan. Salah satu contohnya terdapat pada Al-Qur’an Q.S Al-
Yusuf [12]: 5. Dalam surah tersebut mengisahkan Nabi Ya’qub yang memanggil
putranya Yusuf dengan panggilan ‫( ّي بن‬bunayya), yang merupakan panggilan kasih
sayang. Dalam hal ini, Allah telah memberi perumpamaan bahwa apabila kebaikan
sekecil apapun seperti panggilan kepada orang lain diajarkan sejak dini, maka hal itu
akan menjadi kebiasaan si anak dan mengurangi kemungkinan anak untuk bertindak
bullying kepada orang lain (Fithrotin & Ishlaha, 2022)

DAFTAR PUSTAKA

Alam, M. Z. (2019). Nilai-Nilai Pendidikan Anti Bullying Dalam Al-Qur’an (Kajian Tafsir
Surah Al-Hujurat Ayat 11).
Awwaliansyah, I., & Shunhaji, A. (2022). Pencegahan Perundungan di Sekolah melalui
Character Building dalam Pendekatan Al-Qur’an. El Madani : Jurnal Dakwah Dan
Komunikasi Islam, 3(02), 146–164. https://doi.org/10.53678/elmadani.v3i02.906
Faesal, M. (2022). Konsep ukhuwah dalam perspektif al-Qur’an dan relevansinya dalam
kehidupan bermasyarakat. Jurnal Al Irfani Ilmu Al Qur an Dan Tafsir, 3(1), 1–13.
https://doi.org/10.51700/irfani.v3i1.336
Fithrotin, & Ishlaha, N. (2022). Bullying dalam Al-Qur’an (Analisis Terhadap Ayat-ayat
Bullying dengan Pendekatan Maqashidi). Al Furqan: Jurnal Ilmu Al Quran Dan
Tafsir, 5(2), 169–186.
Hadi, R. (2022). Bullying Dalam Al-Qur’an Dan Realitas Kehidupan Modern ( Studi
Analisis Tafsir Tematik ). 6.
Hadiwijaya, I. (2022). Tafsir Fenomenologis : Kontekstualisasi Ayat Al-Qur’an Tentang
Bullying‛ (Analisis Bullying Di Pondok Pesantren Madinatunnajah, Jombang, Ciputat,
Tangerang Selatan, Banten).
Hayati, Z. (2020). Pencegahan Perilaku Bullying Melalui Internalisasi Nilai-Nilai
AKHLAK ISLAMI DI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Kota Bengkulu. An-Nizom, 5(2),
115–122. https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/annizom/article/view/
3478
Kurnia, D., & Aeni, A. N. (2018). Indikasi Bullying Fisik pada Siswa SD dan Implikasinya
Terhadap Pendidikan Akhlak Menurut Tuntunan Agama. Mimbar Sekolah Dasar,
5(2), 97. https://doi.org/10.17509/mimbar-sd.v5i2.11641
Muhopilah, P., & Tentama, F. (2019). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
bullying. Jurnal Psikologi Terapan Dan Pendidikan, 1(2), 99.
https://doi.org/10.26555/jptp.v1i2.15132
Nuraeni, R., Mulyati, S., Putri, T. E., Rangkuti, Z. R., Pratomo, D., Ak, M., Ab, S., Soly, N.,
Wijaya, N., Operasi, S., Ukuran, D. A. N., Terhadap, P., Sihaloho, S., Pratomo, D.,
Nurhandono, F., Amrie, F., Fauzia, E., Sukarmanto, E., Partha, I. G. A., … Abyan, M. A.
(2017). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指標に関す
る共分散構造分析 Title. Diponegoro Journal of Accounting, 2(1), 2–6. http://i-
lib.ugm.ac.id/jurnal/download.php?dataId=2227%0A???%0Ahttps://
ejournal.unisba.ac.id/index.php/kajian_akuntansi/article/view/3307%0Ahttp://
publicacoes.cardiol.br/portal/ijcs/portugues/2018/v3103/pdf/3103009.pdf
%0Ahttp://www.scielo.org.co/scielo.ph
Ryan, Cooper, & Tauer. (2013). Asbabun Nuzul Serta Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Hujurat
Ayat 11-13. Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents, 12–26.
Salsabila Adriyanti, F., Dwi Herlianto, G., Nisrina zakiya, N., & Tsabita, N. (2023).
Pandangan Mahasiswa Terhadap Bullying di Sekolah dan Kaitannya Dalam
Perspektif Islam. Religion: Jurnal Agama, Sosial, Dan Budaya.
https://maryamsejahtera.com/index.php/Religion/index
Sari, S. K. (2020). Bullying Dan Solusinya Dalam Al-Qurâ €TMan. Academic Journal of
Islamic Principles and Philosophy, 1(1), 63–76.
https://doi.org/10.22515/ajipp.v1i1.2421
Sholah, M. I. (2020). Pendidikan Akhlak Tentang Larangan Perundungan Dalam Al-
Qur’an Sebuah Kajian Tafsir Tahlili QS AL-Hujarat 49: 11. Repository.Uinjkt.Ac.Id.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/49807%0Ahttps://
repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49807/1/Moh. Ibnu Sholah
11150110000145.pdf
Sohari. (2006). Hadis Tematik.
Subhi, D. (2020). Keimanan : Iman Dalam Perspektif Islam. OSF Preprints, 1–13.
Yasmin, A., Kurniawan, W. R., & Susanto, D. (2022). Pelaksanaan Edukasi Bullying
Sebagai Upaya Pencegahan Perilaku Bullying pada Kalangan Siswa Sekolah Dasar
Pecangakan. Jurnal Bina Desa, 4(3), 382–386.
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jurnalbinadesa/article/view/
39675%0Ahttps://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jurnalbinadesa/article/
download/39675/14025

You might also like