Professional Documents
Culture Documents
Suksesi Kulit Cempedak
Suksesi Kulit Cempedak
Suksesi Kulit Cempedak
ABSTRACT
Background: Cempedak is a fruit that is one of Indonesia’s native plants. Cempedak fruit
containsa lot of water amount up as much as 67% which makes the fruit easily rotten and can
not be stored for a long period of time. In Kalimantan, people often process cempedak as a
traditional food called mandai. Mandai fermentation process is part of the efforts to preserve
food to be available for a long time as well as an efforts to use waste from the consumption of
cempedak fruit. Method: This type of research is a pure experiment with several treatments.
In this research,several variables were used to examine the physical properties, organoleptic
properties and vitamin C level. The experimental design provided is thr Complete Randomized
Design (CRD) with one unit of experiment, 3 treatment variations and 3 repetitions. With the
use of salt solution concentrations of 5%, 10% and 15%. Results: The results stated that the
concentration of salt solution had an effect on the physicalproperties of the mandai, thus are in
color, aroma, taste and texture. The results of organoleptic research stated that there is an
effect of the concentration of salt solution on the cempedak skin on the level of color
preference, aroma, taste, texture and overall the mandai with the most preferred salt solution
concentration level, is the mandai with 5% salt solution. There is no effect of the concentration
of salt solution on the cempedak skin on the vitamin C levels. Conclusion: There is an
influence on the physical and organoleptic properties of mandai and thereis no effect of the salt
solution concentration on mandai vitamin C levels.
Buah cempedak merupakan salah satu jenis tanaman asli Indonesia. Buah ini
tersebar di daerah Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Jawa. Buah
cempedak mengandung banyak air sebesar 67 % sehingga buah ini mudah busuk
dan tidak tahan lama disimpan. Buah cempedak dalam keadaan masak, hanya tahan
selama dua hari. Menurut BPS (2016) jumlah produksi cempedak dan nangka di
Kalimantan Tengah mencapai 130.049 ton.
Kandungan setiap 100 g bagian buah cempedak yang dapat dimakan kira-kira
adalah protein 3,0 g, lemak 0,4 g, karbohidrat 28,6 g, kalsium 20 mg, fosfor 30 mg,
zat besi 1,5 mg, vitamin A 20 SI, vitamin C 15 mg dan air 67,0 g. Nilai energinya
sebesar 116 kkal1). Menurut Departemen Kesehatan RI, kandungan vitamin C pada
buah cempedak sangat tinggi dibandingkan dengan nangka masak dan nangka muda.
Dami (bagian antara kulit dan buah cempedak) dapat dimanfaatkan setelah direndam
air garam selama satu hari satu malam, lalu ditiriskan hingga kering dan digoreng
(Jansen and Coronel,1992).
Di Kalimantan masyarakat sering mengolah kulit buah cempedak sebagai
makanan tradisional yang disebut mandai. Mandai merupakan jenis makanan
tradisional dibuat dengan fermentasi berkadar garam tinggi. Bahan baku yang
55
GIZIDO Vol 12 N0 2 November 2020 Konsentrasi Larutan Nadya Desanti, dkk
digunakan yaitu kulit buah bagian dalam cempedak (Artocarpus integer). Pada
prinsipnya pembuatan mandai meliputi 3 tahap : (1) persiapan yang meliputi
pengupasan dan pencucian kulit buah bagian dalam cempedak, (2) penggaraman
dengan penambahan garam 25%, dan (3) pengolahan dengan merendam mandai
dalam larutan berkadar garam tinggi selama waktu fermentasi3).
Penambahan garam pada substrat organik menimbulkan rangkaian fermentasi
secara spontan dan terjadinya seleksi mikroba yang mengarah pada suksesi mikroba.
Garam dalam konsentrasi tinggi dapat menghambat pertumbuhan mikroba pembusuk
dan patogen. Hal ini disebabkan oleh penurunan nilai aktivitas air (aW) dan terionisasi,
garam menjadi ion Clˉ yang bersifat toksin (Fardiaz,1996).
Menurut teori, penambahan konsentrasi garam 10 sampai 15% pada produk
fermentasi sudah cukup untuk membunuh sebagian besar jenis-jenis bakteri, kecuali
jenis halofilik Apriantono, (2004).
Proses fermentasi mandai merupakan bagian dari upaya pengawetan makanan
agar tersedia untuk waktu yang lama sekaligus upaya pemanfaatan limbah dari
konsumsi buah cempedak. Mandai yang dibuat dengan baik, umumnya dapat
bertahan hingga 1 tahun atau lebih (Emmawati dkk, 2015) .
Menurut teori, proses fermentasi menghasilkan senyawa-senyawa yang sangat
berguna mulai dari makanan sampai obat-obatan Fallahudin (2017). Memperkaya
variasi makanan dengan mengubah aroma, rasa dan tekstur makanan, memperkaya
nutrisi makanan dengan menambah sejumlah protein, asam amino serta vitamin.
Salah satu antioksidan yang tinggi yaitu vitamin C. Vitamin C dapat berfungsi sebagai
antioksidan yakni dapat memperbaikin sel tubuh dan jaringan kulit yang rusak akibat
radikal bebas. Vitamin C mudah larut dalam air dan alkohol, sehingga apabila vitamin
C yang dikonsumsi melebihi yang dibutuhkan, kelebihan tersebut akan dibuang dalam
urin.
Berdasarkan permasalahan diatas peneliti tertarik untuk membuat produk
makanan tradisional berbahan dasar kulit buah cempedak yang disebut mandai.
METODE
Jenis penelitian ini adalah eksperimen murni dengan beberapa perlakuan.
Pada penelitian ini menggunakan beberapa variabel untuk kemudian diteliti sifat fisik,
sifat organoleptik dan kadar vitamin C. Rancangan percobaan yang diberikan adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu unit percobaan, 3 variasi perlakuan dan
3 pengulangan.
56
GIZIDO Vol 12 N0 2 November 2020 Konsentrasi Larutan Nadya Desanti, dkk
57
GIZIDO Vol 12 N0 2 November 2020 Konsentrasi Larutan Nadya Desanti, dkk
HASIL
Sifat Fisik
Hasil analisis sifat fisik mandai dapat dilihat pada tabel 2 :adalah sebagai berikut:
58
GIZIDO Vol 12 N0 2 November 2020 Konsentrasi Larutan Nadya Desanti, dkk
Organoleptik
Gambar 2. Uji Organoleptik Warna
59
GIZIDO Vol 12 N0 2 November 2020 Konsentrasi Larutan Nadya Desanti, dkk
60
GIZIDO Vol 12 N0 2 November 2020 Konsentrasi Larutan Nadya Desanti, dkk
disukai.Untuk mengurangi rasa asin volume air dalam perebusan dapat ditambahkan
atau dapat ditambahkan cita rasa lain seperti penambahan gula/sereh yang sekiranya
panelis merasa tidak asing dengan rasa tersebut.
Kadar Vitamin C
61
GIZIDO Vol 12 N0 2 November 2020 Konsentrasi Larutan Nadya Desanti, dkk
vitamin C meningkat dari sebelum difermentasi. Menurut teori, vitamin C mudah rusak
karena besentuhan dengan udara (oksidasi) terutama bila terkena panas (Almatsier,
2009)
Pada proses pembuatan produk peneliti melakukan pencucian, perebusan
dan penggorengan, hal ini mungkin dipengaruhi pada saat pengolahan, fermentasi
dan pemasakan pada kulit buah cempedak. Cempedak merupakan pangan lokal
daerah yang dapat dikembangkan
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip DasarIlmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia
PustakaUtama.
Astawan, Prof. Dr. Made. 2009. Cempedak Sahabat Mata.
http://www.cybertainment.cbn.net.id [17 November 2017]
Apriantono, A. (2004). Analisis Pangan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Desniar, Djoko Poernomo, Wini Wijatur (2009). Pengaruh Konsentrasi GaramPada
Peda Ikan Kembung (Rastrelliger sp.) Dengan Fermentasi Spontan.
InstitusPertanianBogor
Emmawati, Aswita., Betty Sri Laksmi Suryaatmadja Janie., Lilis Nuraida., & Dahrul
Syah. Karakteristik Bakteri AsamLaktat dari Mandai Yang berpotensi Sebagai
Probiotik. Vol.35, No.2, Mei 2015.
Fallahudin, Irham., Ike Apriani, & Nurfadilah. (2017). Pengaruh ProsesFermentasi
Kombucha Daun Sirsak (Annona murica L.) Terhadap Kadar Vitamin C. Vol. 3
No. 2.
Fardiaz. (1996). Analisa MikrobiologiPangan. Jakarta: Rajawali Press.
Jansen, P.C.M. Verheij, E.W.M. and Coronel. R.E. (1992). Artocarpus integer(Thumb)
Merr. Edible Fruits and Nuts.PROSEA Bogor Indonesia. Prosea No.2.
62
GIZIDO Vol 12 N0 2 November 2020 Konsentrasi Larutan Nadya Desanti, dkk
Lesmiyati, S. Dan E.S. Rohaeni. 2014. Pengaruh Lama Pemeraman Telur Asin
Terhadap Kadar NaCl, Kekenyalan dan tingkat Kesukaan Konsumen pada Telur
Puyuh Asin. Jurnal Animal Agriculture.
Lestari et al., (2013). Analisis Zat Gizi.Modul Tutorial. Yogyakarta. UniversitasGadjah
Mada.
Nur, Hasrul Satria. Suksesi Mikroba danAspek Biokimiawi Fermentasi Mandai Dengan
Kadar Garam Rendah. Vol. 13,no.1, April 2009.13-16.
Zerdin, K., Michael, L. R. dan Vermue, J. 2003. The vitamin C content of orangejuice
packed in an oxigen scavenger material. Food Chemistry 82 (2003) 387-395.
63