Professional Documents
Culture Documents
Magister Hukum Udayana: Jurnal
Magister Hukum Udayana: Jurnal
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Juli 2016 Vol. 5, No. 2 : 301 - 320
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu
Oleh :
Ni Nengah Budawati
Abstract
This study aimed to know and understand about the legal culture of community
on the phenomenon of different caste nyentana marriage. This research was
empirical legal research legal research with behavioral approaches. The data
source consisted of primary data sourced directly at the site of research and
secondary data that included legislation, traditional laws, law books, magazines,
dictionaries and newspapers. This study used qualitative data analysis which
then produced descriptive data.Based on the national legal perspective, there
are no differences in the position of husband and wife in different caste nyentana
marriage. But in Balinese customary law, it resulted in the wife having a position
that is more important than the husband in the family. As in the context of social
life, especially in the capacity as krama in the sub-village, then the husband
remains responsible for his obligations as krama muani while the wife still serves
as krama luh. Related to the legal culture of indigenous people in Tabanan over
different caste nyentana marriage, the fact that people are still of the view that
marriage is an inter-caste marriage. Thus the legal culture of indigenous people
in Tabanan tends to be static. This is motivated by many factors, one of which
is either ignorance factor of traditional leaders or traditional krama of Decree
of the Parliament No. 11 of 1951 which expressly has abolished inter-caste
marriages that often lead to discrimination.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami tentang budaya
hukum masyarakat terhadap fenomena hukum perkawinan nyentana beda
wangsa. Penelitian ini ialah penelitian hukum penelitian hukum empiris dengan
pendekatan pendekatan prilaku (behavioral approach). Sumber data terdiri dari
data primer yang bersumber langsung di lokasi penelitian dan data sekunder
yang meliputi peraturan perundang-undangan, awig-awig, buku-buku hukum,
majalah, kamus dan surat kabar. Penelitian ini menggunakan analisis data secara
kualitatif yang kemudian menghasilkan data deskriptif. Berdasarkan perspektif
hukum secara nasional, tidak terdapat perbedaan sejarah kedudukan suami-isteri
Artikel ini merupakan karya ilmiah mahasiswa pada Program Studi Magister (S2) Ilmu Hukum
Program Pascasarjana Universitas Udayana dan mengucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. I Wayan
Windia, SH.,M.Si dan Dr. I Ketut Sudantra, SH.,MH selaku Pembimbing Tesis
Mahasiswa Magister Ilmu Hukum Universitas Udayana, Denpasar, Bali, e-mail : kadek.buda@yahoo.
com.
301
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Juli 2016 Vol. 5, No. 2 : 301 - 320
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu
dalam perkawinan nyentana beda wangsa. Namun dalam Hukum adat Bali, justru
mengakibatkan istri memiliki kedudukan yang lebih penting dibanding suami di
dalam keluarga. Adapun dalam konteks kehidupan bermasyarakat, khususnya
dalam kapasitas sebagai krama di banjar, maka si suami tetap bertanggung jawab
pada kewajibannya sebagai krama muani sedangkan si istri tetap berkedudukan
sebagai krama luh. Terkait dengan budaya hukum masyarakat hukum adat di
Tabanan terhadap perkawinan nyentana beda wangsa, faktanya masyarakat tetap
berpandangan bahwa perkawinan tersebut merupakan perkawinan antar kasta.
Dengan demikian budaya hukum masyarakat hukum adat di Tabanan cenderung
bersifat statis. Hal ini dilatarbelakangi oleh banyak faktor, salah satu diantaranya
ialah faktor ketidaktahuan baik dari pemuka adat maupun krama adat tentang
Keputusan DPRD No. 11 Tahun 1951 yang secara tegas telah menghapus
perkawinan antar kasta yang kerap menimbulkan diskriminasi.
302
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Juli 2016 Vol. 5, No. 2 : 301 - 320
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu
303
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Juli 2016 Vol. 5, No. 2 : 301 - 320
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu
304
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Juli 2016 Vol. 5, No. 2 : 301 - 320
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu
of legal system), dan budaya hukum (b) Lokasi dimana dalam perkawinan
masyarakat (legal culture). beda wangsa tersebut, wangsa
mempelai laki-laki lebih rendah
II. METODE PENELITIAN dari pada yang perempuan.
2.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian Sehingga dengan memperhatikan
hukum empiris, yaitu penelitian yang kriteria-kriteria tersebut ditentukan
bertujuan untuk melukiskan fenomena lokasi penelitiannya adalah Dusun
hukum di dalam masyarakat. tengah, Desa Wanasari, Kecamatan
Tabanan, Kabupaten Tabanan.
2.2 Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat dekriptif 2.5 Sumber Data
analitis yaitu Sifat penelitian yang Data yang digunakan dalam
bertujuan menggambarkan secara penelitian ini adalah data primer dan
tepat sifat-sifat suatu individu atau data sekunder. Data Primer bersumber
kelompok tertentu, keadaan, gejala, langsung di lokasi penelitian dimana
atau untuk menentukan ada tidaknya perkawinan beda wangsa itu terjadi.
hubungan antara suatu gejala dengan Data sekunder data dibedakan
gejala yang lain. menjadi 3 (tiga) yaitu :
(a) bahan hukum primer, yaitu
2.3 Jenis Pendekatan semua bahan atau materi hukum
Sesuai dengan bidang penelitian yang mempunyai kedudukan
hukum, maka pendekatan masalah mengikat secara yuridis, meliputi
yang dapat digunakan adalah peraturan perundang-undangan
pendekatan prilaku (behavioral dalam hal ini undang-undang,
approach). Pendekatan-pendekatan
peraturan daerah awig-awig
yang dipergunakan dalam penelitian (b) bahan hukum sekunder, yaitu
ini meneliti tentang budaya masyarakat semua bahan hukum yang
mengenai perkawinan nyentana beda memberikan penjelasan terhadap
wangsa. bahan hukum primer,
(c) bahan hukum tersier, yaitu semua
2.4 Lokasi Penelitian bahan hukum yang memberikan
Dalam rangka memperoleh data petunjuk atau penjelasan
pada penulisan ini, penulis menentukan terhadap bahan hukum primer
lokasi penelitian dengan kriteria- dan sekunder, meliputi majalah,
kriteria sebagai berikut : kamus, dan Koran.
(a) Lokasi dimana daerah tersebut
pernah melangsungkan perka-
winan nyentana beda wangsa
Otong Rosadi, “Beberapa Catatan Terhadap
Laporan Penelitian”. Sumber : http://qbar.
Ibid. or.id/index.php.option.com.
305
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Juli 2016 Vol. 5, No. 2 : 301 - 320
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu
306
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Juli 2016 Vol. 5, No. 2 : 301 - 320
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu
307
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Juli 2016 Vol. 5, No. 2 : 301 - 320
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu
308
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Juli 2016 Vol. 5, No. 2 : 301 - 320
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu
309
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Juli 2016 Vol. 5, No. 2 : 301 - 320
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu
310
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Juli 2016 Vol. 5, No. 2 : 301 - 320
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu
311
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Juli 2016 Vol. 5, No. 2 : 301 - 320
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu
312
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Juli 2016 Vol. 5, No. 2 : 301 - 320
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu
masyarakat dan disetujui oleh kelurga Kondisi ini tidak terlepas dari
serta dilegitimasi oleh perangkat adanya perubahan kewajiban dan
desa adat. Jika kelurga putrika tidak tangungjawab yang sepenuhnya
menyetujui terjadinya prosesi putrika, sudah ada pada pihak perempuan
maka prosesi putrika tidak boleh yang berstatus putrika. Sebagai ahli
dilaksanakan. Hal ini berkaitan dengan waris perempuan putrika mempunyai
peralihan kekayaan baik yang berupa kewenangan “mutlak” berkaitan
benda materiil mapun yang berupa non dengan harta kekayaan yang dimiliki
materiil seperti sanggah dan leluhur. oleh keluarga. Kewenangan ini dimiliki
Perempuan yang telah diputrika berkaitan dengan statusnya sebagai
memiliki status dan kedudukan sebagai akhli waris dan penerus keturunan
laki-laki sesuai dengan legitimasi keluarga. Sehingga ia diberikan
adat yang telah diberikan kepadanya. keleluasaan untuk melakukan tindakan
Sehingga semenjak prosesi putrika yang bertujuan untuk memperbaiki
tersebut ia memiliki hak dan tangung kondisi keluarga.
jawab untuk menjadi ahli waris Dalam fakta di lapangan, maka
dan meneruskan garis keturunan yang kemudian disesuaikan dengan
kelurganya. Secara otomatis semenjak informasi dari beberapa kepala
terjadinya putrika ia juga memiliki dusun, maka dapat dideskripsikan
tangungjawab sebagai kepala keluarga bahwa perkawinan nyentana beda
dan sebagai kepala rumah tangga. wangsa masih menyisakan sedikit
Sebagai kepala keluarga putrika juga permasalahan.
mempunyai kewajiban untuk memenuhi 1) Mengenai pengetahuan para
semua kebutuhan keluarganya, pemuka adat (prajuru) dan krama
termasuk kebutuhan orangtuanya. Ia adat lainnya tentang Paswara
juga menjadi penentu setiap keputusan DPRD Tahun 1951. Berdasarkan
yang akan diambil oleh keluarga, hasil wawancara, hampir
berkaitan dengan permasalahan yang sebagaian besar tidak mengetahui
ada di keluarganya. Sedangkan laki- aturan yang secara tegas telah
kaki yang nyentana mempunyai menghapuskan perkawinan beda
tangungjawab dan kewajiban kasta yang kerap menimbulkan
sebagaimana layaknya perempuan diskriminasi.
dalam rumah tangga. Ia membantu istri 2) Dalam ritual pelaksanaan
untuk menjalankan roda perekonomian perkawinan, bahwa terdapat
keluarga serta mengurus anak-anak. perbedaan di setiap banjar,
Dalam mengambil keputusan yang khususnya terkait pelaksanaan
berkaitan dengan keluarga ia mesti upacara patiwangi.
meminta persetujuan dari istrinya 3) Terkait kehadiran manusa saksi,
terlebih dahulu. dalam hal ini yang dimaksud
313
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Juli 2016 Vol. 5, No. 2 : 301 - 320
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu
adalah bendesa adat dan kelihan 5) Terkait dengan persoalan hak dan
adat. Pada hakekatnya kehadiran kewajiban di banjar. Mengingat
bendesa adat maupun kelihan adat perkawinan dalam hukum adat
hanya sebatas menjalankan tugas Bali tidak hanya berbicara
administratif, yakni menyaksikan tentang urusan privat, melainkan
dan mencatat dilangsungkannya juga bagian dari urusan publik,
suatu perkawinan yang khususnya tanggung jawab
dilakukan oleh masyarakatnya. sebagai anggota atau krama
Jika terjadi pro dan kontra banjar.
dalam keluarga terhadap
perkawinan tersebut tidak Berdasarkan penelusuran di
dipandang sebagai hambatan lapangan, tidak terdapat perlakuan
dan penyelesaiannya diserahkan khusus bagi krama banjar dengan
ke intern keluarga masing- latar belakang perkawinan nyentana
masing. Dengan demikian tidak beda wangsa. Sebagai krama banjar,
ada tanggungjawab moril dari mereka berkedudukan setara dengan
pemuka adat untuk meluruskan krama banjar lainnya, baik dari segi
pemahaman yang keliru dan hak maupun kewajiban yang dipikul.
berujung pada perbedaan Berdasarkan fakta-fakta di atas,
pendapat dari warganya terkait maka dapat disimpulkan bahwa sikap
perkawinan nyentana beda masyarakat adat di Tabanan terhadap
wangsa. perkawinan nyentana beda wangsa
4) Perihal respon masyarakat ialah tetap memandang perkawinan
terhadap perkawinan nyentana nyentana beda wangsa sebagai
beda wangsa. Masyarakat pada perkawinan antar kasta. Meskipun
intinya juga tidak memberi respon secara hukum perkawinan nyentana
apapun terhadap perkawinan beda wangsa adalah sama dengan
nyentana beda wangsa. Adapun perkawinan nyentana pada umumnya,
pro dan kontra yang timbul dari namun dengan latar belakang budaya
intern keluarga dan berujung hukum sebagaimana telah diuraikan di
pada perlakuan yang melarang atas mengakibatkan perlakuan yang
pemakaian nama wangsa, diskriminatif terhadap suami-istri yang
larangan dalam hal pelaksanaan melaksanakan perkawinan nyentana
persembahyangan, larangan beda wangsa tetap berlangsung
nunas tirta (air suci), dibuang sebagai akibat isu pro dan kontra di
dari keluarga besar dan lain-lain, intern keluarga yang bersangkutan.
masyarakat di sekitar tidak ikut Ditambah dengan prilaku pemuka
campur akan hal tersebut. adat yang tidak pro aktif dalam
menanggulangi aksi diskriminatif
314
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Juli 2016 Vol. 5, No. 2 : 301 - 320
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu
315
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Juli 2016 Vol. 5, No. 2 : 301 - 320
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu
316
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Juli 2016 Vol. 5, No. 2 : 301 - 320
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu
317
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Juli 2016 Vol. 5, No. 2 : 301 - 320
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu
318
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Juli 2016 Vol. 5, No. 2 : 301 - 320
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu
319
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Juli 2016 Vol. 5, No. 2 : 301 - 320
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu
Internet
Otong Rosadi, “Beberapa Catatan
Terhadap Laporan Penelitian”.
Sumber : http://qbar.or.id/index.
php.option.com
320